Disusun Oleh :
Dewi Kurnia Saraswati
RSUD BALARAJA
PERIODE MEI 2022 - NOVEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
2.4 Klasifikasi11
Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO pada tahun 2012
meliputi kriteria penurunan GFR dan peningkatan rasio albuminuria dan
serum kreatinin. Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO
bertujuan untuk menentukan penanganan pasien, dan urgensi
penanganan dari penyakit ginjal kronis tersebut.
2.6 Patofisiologi16
Secara umum penyebab dari penyakit ginjal kronis adalah penurunan
aliran darah ke ginjal yang umumnya disebabkan oleh Hipertensi ,
kerusakan sel mesangial oleh Diabetes Melitus
Hipertensi
Mekanisme kerusakan ginjal oleh hipertensi disebabkan oleh
penebalan sel-sel tunica intima pada glomerulus ginjal, penebalan sel
tunica intima menyebabkan mengecilnya vaskular yang berujung pada
mengecilnya aliran pembuluh darah ke bagian glomerulus, berkurangnya
aliran pembuluh darah ke glomerulus menyebabkan aktifnya system
Renin- Angiotensin-Aldosteron yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah lebih lanjut sehingga terjadi kerusakan ginjal yang permanen.
.
2.7 Komplikasi
2.8 Diagnosis11
Kebanyakan dari penyakit ginjal tidak memiliki gejala atau temuan dan
hanya terdeteksi ketika sudah kronis. Sebagian CKD tidak dapat
disembuhkan dengan pengobatan seumur hidup hanya untuk memperlambat
perkembangan gagal ginjal. Tetapi, dalam beberapa kasus dapat sepenuhnya
sembuh, baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Pada kasus lain,
pengobatan menyebabkan penyembuhan parsial pada kerusakan ginjal dan
peningkatan fungsi ginjal.
1. Penurunan GFR
GFR merupakan salah satu komponen dari fungsi eksresi yang dapat
dijadikan acuan sebagai keseluruhan index dari fungsi ginjal. Kerusakan
struktual yang meluas dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
ditandai dengan berkurangnya GFR.
GFR ini dapat dideteksi secara rutin dengan tes laboratorium. GFR ini
dapat dilihat berdasarkan serum creatinin (SCr) tetapi bukan hanya SCr
saja yang sensitive untuk mendeteksi GFR. Penurunan eGFR
menggunakan SCr dapat di konfirmasi dengan penggunakan penanda
filtrasi alternative yaitu Cystatin C.
2. Kerusakan Ginjal
a. Proteinuria
b. Albuminuria
e. Kelainan Imaging
2.9 Penatalaksanaan
1. Hipertensi
3. Diabetes
Target control glikemik haru dicapai dengan aman dan mengikuti Canadian Diabetes
Association Guidelines dengan hemoglobin A1c < 7.0%, glukosa plasma puasa 4–7
mmol/L. Kontrol glikemik menjadi strategi intervensi multifaktoral yang membahas
kontrol tekanan darah, resiko kardiovaskular dan dukung pemakaian ACE Inhibitor,
angiotensin-receptor blocker, statins, dan acetylsalicylic acid.
Metformin diberhentikan jika terjadi perubahan akut dalam fungsi ginjal atau selama
periode penyakit yang dapat memicu perubahan tersebut (gangguan gastrointertinal
atau dehidrasi) atau menyebabkan hipoksia (gagal jantung atau pernapasan). Pasien
ini juga menggunakan ACE Inhibitor, angiotensin receptor blocker, NSAID atau
setelah pemberian kontras intravena karena resiko gagal ginjal akut.
4. Proteinuria
Monitoring proteinuria dilakukan pada semua pasien dengan resiko tinggi penyakit
ginjal (pasien dengan diabetes, hipertensi, penyakit vascular, penyakit autoimmune,
eGFR <60 mL/min/1.73m2 atau edema). Monitoring dilakukan dengan sampel urin
random untuk mengukur ratio protein terhadap creatinine atau albumin terhadap
creatinine. Pasien dengan diabetes, test ratio albumin terhadap creatinine dilakukan
untuk mendeteksi penyakit ginjal. Ratio protein terhadap kreatinin >100mg/mmol
atau ratio albumin terhadap creatinine >60 mg/mmol dianggap sebagai batas untuk
menunjukkan adanya resiko peningkatan yang tinggi.
Pasien dewasa dengan diabetes dan albuminuria persistent harus mendapatkan ACE
Inhibitor atau angiotensin-receptor blocker untuk memperlambat perkembangan
penyakit ginjal kronis. ACE Inhibitor dan angiotension reseptor blocker adalah obat
pilihan untuk menurunkan proteinuria. Pada beberapa pasien, aldosterone-receptor
antagonist dapat menurutkan proteinuria. diet kontrol protein serta penurunan berat
badan dapat memerikan manfaat dalam mengurani proteinuria.
5. Anemia
Anemia ditandai dengan tinggi Hemoglobin < 135g/L untuk pria dewasa dan >120g/L
untuk wanita dewasa. Pertimbangan untuk menguji kadar-kadar yang lain pada pasien
dengan hemoglobin <120g/L seperti jumlah dan perbedaan leukosit, jumlah
trombosit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit absolut, serum ferritin dan saturasi
transferrin.
Besi oral adalah terapi lini pertama untuk pasien dengan penyakit ginjal kronis. Pada
pasien yang dapat dan tidak mendapatkan erythropoiesis-stimulating agent dengan
hemoglobin <110g/L, harus diberikan besi untuk mempertahankan ferritin
>100ng/mL dan saturasi transferrin >20%. Pasien dengan target serum ferritin dan
saturasi trasnferrin yang tidak mencukupi atau keduanya saat mengambil besi oral
atau tidak mentoleransi bentuk oral harus mendapatkan besi intravena.
Hemodialisa
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah keadaan
kerusakan ginjal dimana ginjal mengalami kehilangan fungsi yang progresif dan
irreversibe Penderita gagal ginjal yang sudah pada stadium akhir atau end stage renal
disease (ESDR) memerlukan terapi ginjal pengganti yaitu hemodialisis.
Mengeluarkan produk sisa metabolisme tubuh, air dan menjaga keseimbangan
elektrolit melalui membran semipermiabel yang disebut dializer.
BAB III
KESIMPULAN
Chronic kidney diseases adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal
kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/
menit/1,73m3
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
keadaan kerusakan ginjal dimana ginjal mengalami kehilangan fungsi yang
progresif dan irreversibe Penderita gagal ginjal yang sudah pada stadium akhir
atau end stage renal disease (ESDR) memerlukan terapi ginjal pengganti yaitu
hemodialisis. Mengeluarkan produk sisa metabolisme tubuh, air dan menjaga
keseimbangan elektrolit melalui membran semipermiabel yang disebut dializer.
Kebanyakan dari penyakit ginjal tidak memiliki gejala atau temuan dan
hanya terdeteksi ketika sudah kronis. Sebagian CKD tidak dapat disembuhkan
dengan pengobatan seumur hidup hanya untuk memperlambat perkembangan
gagal ginjal. Tetapi, dalam beberapa kasus dapat sepenuhnya sembuh, baik secara
spontan maupun dengan pengobatan. Pada kasus lain, pengobatan menyebabkan
penyembuhan parsial pada kerusakan ginjal dan peningkatan fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
3. Manski-Nankervis, J., Thuraisingam, S., Lau, P., Blackberry, I., Sluggett, J.,
Ilomaki, J., Bell, J. and Furler, J. (2018). Screening and diagnosis of chronic kidney
disease in people with type 2 diabetes attending Australian general practice.
Australian Journal of Primary Health, 24(3), p.280.
4. "Chronic Kidney Disease Tests & Diagnosis". National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Diseases. October 2016. Retrieved 19 December 2017.
7. Coresh, J., Levey, A., Levin, A. and Stevens, P. (2013). A stable definition of
chronic kidney disease improves knowledge and patient care. BMJ, 347(sep18 1),
pp.f5553-f5553.
8. Riskesdas 2018 [Internet]. Depkes.go.id. 2018 [cited 6 July 2019]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
9. GBD 2015 Disease and Injury Incidence and Prevalence, Collaborators. (8 October
2016). "Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with
disability for 310 diseases and injuries, 1990-2015: a systematic analysis for the
Global Burden of Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1545–1602.
11. 4. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management
of Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013;3(1).
13. Faul C, Amaral AP, Oskouei B, Hu MC, Sloan A, Isakova T, Gutiérrez OM,
Aguillon-Prada R, Lincoln J, Hare JM, Mundel P, Morales A, Scialla J, Fischer
M, Soliman EZ, Chen J, Go AS, Rosas SE, Nessel L, Townsend RR, Feldman HI,
St John Sutton M, Ojo A, Gadegbeku C, Di Marco GS, Reuter S, Kentrup D,
Tiemann K, Brand M, Hill JA, Moe OW, Kuro-O M, Kusek JW, Keane MG,
Wolf M (2011). "FGF23 induces left ventricular hypertrophy". J Clin Invest. 121
(11): 4393–408. doi:10.1172/JCI46122
14. Bacchetta J, Sea JL, Chun RF, Lisse TS, Wesseling-Perry K, Gales B, Adams JS,
Salusky IB, Hewison M (August 2012). "FGF23 inhibits extra-renal synthesis of
1,25-dihydroxyvitamin D in human monocytes". J Bone Miner Res. 28 (1): 46–55.
doi:10.1002/jbmr.1740
15. KDIGO: Kidney Disease Improving Global Outcomes (August 2009). "KDIGO
Clinical Practice Guideline for the Diagnosis, Evaluation, Prevention, and
Treatment of Chronic Kidney Disease-Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD)"
17. Zajac, P; Holbrook, A; Super, ME; Vogt, M (March–April 2013). "An overview:
Current clinical guidelines for the evaluation, diagnosis, treatment, and
management of dyspepsia". Osteopathic Family Physician. 5 (2): 79–85.
doi:10.1016/j.osfp.2012.10.005)
18. Levin, A., Hemmelgarn, B. and Culleton, B. (2008). Guidelines for the
management of chronic kidney disease. Canadian Medical Association, 179(11),
pp.1154 - 1162.