Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PAGI

12 OKTOBER
2021
IDENTITAS PASIEN
∙ Nama : An. D
∙ Jenis Kelamin : Laki-laki
∙ Usia : 4 Tahun 0 Bulan
∙ Agama : Islam
∙ Alamat : Jl. Koperpu 18 Blok C/117 RT001/RW006, Sumur Batu
∙ Tanggal Pemeriksaan : 17 September 2021
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien anak laki-laki datang ke RSUD Bekasi dengan keluhan kejang 1 jam sebelum masuk
rumah sakit. Kejang muncul pada malam hari dan berlangsung selama lebih dari 15 menit.
Pada saat kejang, orang tua pasien mengaku saat kejang mata pasien mendelik keatas dan
tangan pasien kaku sebelah kanan. Kejang hanya sekali dan setelah kejang pasien sempat
tidak sadar namun ibu pasien lupa berapa lama. Sebelum kejang, pasien demam sejak 2
hari dan tidak diukur suhu nya. Pasien sudah minum obat Paracetamol namun demam
tidak kunjung turun. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Ibu pasien juga
menyebutkan bahwa pasien sesak dan batuk sudah 3 hari dengan dahak kuning. Sesak
dirasakan terus-menerus, hingga saat bernafas dada pasien seperti tertarik, nafas pasien
pendek dan cepat, dan hidung kembang kempis, sesak tidak disertai mengi dan tidak
dipengaruhi oleh cuaca dan aktifitas BAB dan BAK tidak mengalami gangguan. Pasien anak
ke 2, kakak pasien tidak mempunyai keluhan yang sama
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien memiliki Riwayat penyakit Sindrom nefrotik akut

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Orang tua pasien tidak mempunyai keluhan yang sama sewaktu kecil
RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG V - - - - - -
DPT - - V V V V V
Polio - V V V V V V
Campak - - - - - V V
Hepatitis B V - V - V V V

Kesan: Imunisasi Lengkap


PEMERIKSAAN FISIK & TANDA VITAL
Data Antopometri Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Berat Badan : 16 kg Kesadaran : Compos Mentis
Panjang Badan : 97 cm Glasgow Coma Scale : E4V5M6
PB/U :0
BB/PB :1

SUHU
37,6 oC
TEKANAN DARAH
- mm/hg
SATURASI O2
97%

NADI PERNAPASAN
160x/min 27x/min
STATUS GENERAL Leher
KGB tidak teraba membesar, kelenjar
Kepala tiroid tidak membesar
Normocephali, rambut hitam, tidak
mudah dicabut, distribusi merata,
wajah normal, conjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+ Thoraks
I:Dinding dada simetris, terdapat
retraksi intercostal (+).
Gerak napas simetris,
Hidung P: vocal fremitus simetris
bentuk normal, sekret (-), P: Sonor dikedua lapang paru
pernafasan cuping hidung (-) A: BND vesikuler, ronki +/+,
Mulut wheezing -/-
Labiopalatoschisis
Cor BJ I & II normal, murmur -, gallop -
faring hiperemis (-) , T1-T1
Telinga
normotia, membran timpani intak,
serumen -/- Kulit
ikterik (-), petechie (-)
Ekstermitas
Abdomen
Akral hangat (+)
Perut datar, supel, nyeri tekan (-),
Oedem (-)
hepar tidak membesar, lien tidak
Sianosis (-)
membesar, nyeri ketok (-) BU
Pucat (-)
3x/menit
PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS
● Refleks Fisiologis

○ KPR (++/++) ● Refleks Patologis

○ APR (++/++)
○ Babinski (+/+)
○ Biseps (++/++)
○ Chadock (-/-)
○ Triceps (++/++)

○ Gordon (-/-)

● Rangsang Meningeal
○ Schaeffer (-/-)
○ Kaku Kuduk (-)
○ Gonda (-/-)
○ Brudzinski I (-)

○ Rosolimo (-/-)
○ Brudzinski II (-)

○ Brudzinski III (-) ○ Mendel-bechterew (-/-)

○ Brudzinski IV (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSA KERJA

Ensefalitis
TATALAKSANA AWAL

Clonidin 50 mcg, Dextrose


5% 100cc -> 12cc/jam
Pro rawat inap

Inf. Kaen 3A 8 tetes makro


Edukasi kepada
Non medikamentosa Medikamentosa
orangtua

Ceftriaxone 1x1 gr
Pemeriksaan Darah
Lengkap

Sibital 2x 50mg
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
As fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
TERIMA KASIH
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

● Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur dan protozoa).
● Sebagian besar kasus tidak dapat ditentukan penyebabnya. Angka kematian masih tinggi,
berkisar 35%-50%, dengan gejala sisa pada pasien yang hidup cukup tinggi (20%-40%).
● Penyebab tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai macam virus dapat
menimbulkan ensefalitis dengan kurang lebih sama dan khas, akan tetapi hanya
ensefalitis herpes simpleks dan varisela yang dapat diobati.
PENYEBAB

□ Mikroorganisme (virus-nonvirus)
□ Pascaimunisasi
□ Pascainfeksi
□ Ensefalitik kronik atau
penyakit ensefalopatik
PENYEBAB

□ Virus
■ Ditularkan antar manusia
□ Mumps, measles, rubella, HSV, HHV-6-7, CMV, EB,
enterovirus, adenovirus
■ Ditularkan oleh serangga
□ Arbovirus, flavivirus
■ Ditularkan oleh mamalia
□ Rabies
□ Bakteria
□ Lain-lain: chlamydia, rickettsia, fungus, parasit
PENYEBAB

□ Pascaimunisasi
■ Measles,mumps,pertusis,tifoid,influenza
■ Toksoid tetanus/difteria
■ ATS/ADS
■ Reaksi imunologik, infeksi virus vaksin,kombinasi
□ Pascainfeksi
■ Acute disseminated encephalomyelitis-ADEM
■ Reaksi imunologik, subakut, lesi multifokal massa putih
□ Penyakit ensefalitik kronik/ensefalopatik
■ Slow infections: virus/prion
■ Leukoensefalopati multifokal progresif, SSPE, kuru, Jakob-Creutzfeldt
PATOGENESIS-PATOFISIOLOGI
□ Virus tumbuh mulai di jaringan ekstraneural
■ Saluran napas: mumps,measles,varicella
■ Oral-saluran cerna: poliovirus, enterovirus
■ Inokulasi: gigitan binatang-nyamuk
■ Placenta: rubella, CMV, HIV
□ Penyebaran ke SSP: hematogen-neuronal
□ Kerusakan neuron
■ Invasi langsung-multiplikasi aktif virus
■ Respon autoimun terhadap antigen virus
MANIFESTASI KLINIS

□ Gejala umum infeksi sistemik akut


■ Lemah, letargia
■ Demam, sakit kepala, rewel
■ Mual-muntah
■ Fotofobia,
■ Sakit tengkuk - punggung - tungkai
■ Tanda nasofaringitis
MANIFESTASI KLINIS

o Trias Encephalitis
o Gangguan kesadaran
o Kejang
o Demam

o Dapat juga disertai defisit neurologik


o Hemiplegia, ataksia
o Nistagmus, anisokori, papil edema, hemianopsia.
o Disfasia, disartria
o TIK meningkat
● Anamnesis
DIAGNOSIS
○ demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia.

○ Penurunan kesadaran dengan cepat. Anak agak besar sering mengeluh nyeri kepala,
ensefalopati, kejang, dan kesadaran menurun.

○ Kejang bersifat umum atau fokal, dapat berupa status konvulsivus. Dapat ditemukan
sejak awal ataupun kemudian dalam perjalanan penyakitnya.
● Pemeriksaan fisis

○ Seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran menurun sampai koma dan kejang.


Kejang dapat berupa status konvulsivus.

○ Ditemukan gejala peningkatan tekanan intrakranial.

○ Gejala serebral lain dapat beraneka ragam, seperti kelumpuhan tipe upper motor
neuron (spastis, hiperrefleks, refleks patologis, dan klonus).
● Pemeriksaan penunjang

○ Darah perifer lengkap. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit dilakukan jika ada
indikasi.

○ Pungsi lumbal: pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) bisa normal atau menunjukkan
abnormalitas ringan sampai sedang:

■ peningkatan jumlah sel 50-200/mm3

■ hitung jenis didominasi sel limfosit

■ protein meningkat tapi tidak melebihi 200 mg/dl

■ glukosa normal.
○ Pencitraan (computed tomography/CT-Scan atau magnetic resonance imaging/MRI
kepala) menunjukkan gambaran edema otak baik umum maupun fokal.

○ Pemeriksaan elektroensefalografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat


penting pada pasien ensefalitis. Walaupun kadang didapatkan gambaran normal pada
beberapa pasien, umumnya didapatkan gambaran perlambatan atau gelombang
epileptiform baik umum maupun fokal
DIAGNOSIS

□ Pemeriksaan fisik
■ mukosa, kulit-ruam, jaringan limfe

□ Neurologik
■ kesadaran,rangsang meningeal,
saraf kranial,motorik, sensorik,
■ edema otak, TIK meningkat, defisit
neurologik fokal (ensefalitis HSV)
CAIRAN SEREBROSPINAL

□ Analisa sitokimia, virologi, serologi


□ ELISA
■ Japanese B
□ PCR
■ baku emas deteksi HSV (spes 100%, sens
75- 95%)
■ enterovirus, CMV, HHV-6, VZV, HIV
TABEL 2. GAMBARAN CAIRAN SEREBROSPINAL PADABEBERAPA INFEKSI SSP. 6

Kondisi Leukosit(mm3) Protein(mg/dl) Glukosa(mg/dl)


<5, ³ 75% limfosit 20-45
Normal >50
(75%glukosa
serum)
biasanya 100-500
Meningitis bakterial akut 100-10.000 ataulebih, menurun,biasanya <40

biasanya 300- (<50% glukosa serum)

2.000, PMN
Jarang>1.000, biasanya 50-200 biasanya normal
Meningitis/meningoensefalitis awalnya PMN,
selanjutnya MN
virus
100-3000 atau > <50
Meningitis tuberkulosa 10-500, awalnya
PMN, selanjutnya
MN
PENCITRAAN

□ Nilai tingkat kerusakan SSP


□ Biasanya normal, tidak spesifik, subtle
■ Edema otak, tanda radang
□ MRI
■ Lebih unggul daripada CT scan
■ Pemeriksaan pilihan
■ HSV: lesi lobus temporal
■ ADEM: demielinisasi multifokal massa putih
ELEKTROENSEFALOGRAM

□ Normal
□ Perlambatan umum
□ Status epileptikus non-konvulsif
□ HSV: lesi fokal lobus temporal
DIAGNOSIS BANDING

□ Disfungsi otak global akut dan


subakut
■ Ensefalitis akut
□ Demam, kesadaran , disfungsi otak umum
□ Infeksi SSP (virus)
■ ADEM (Acute disseminated
encephalomyelitis)
□ Radang SSP non-infektif
□ Diobati steroid
■ Ensefalopati
□ Disfungsi otak difus non-inflamasi
□ Metabolik, intoksikasi
TATALAKSANA
● Tata laksana tidak ada yang spesifik. Terapi suportif berupa tata laksana hiperpireksia,
keseimbangan cairan dan elektrolit, peningkatan tekanan intrakranial, serta tata laksana
kejang. Pasien sebaiknya dirawat di ruang rawat intensif.

● Pemberian pengobatan dapat berupa antipiretik, cairan intravena, obat anti epilepsi,
kadang diberikan kortikosteroid.

● Untuk mencegah kejang berulang dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital sesuai
standard terapi. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diatasi dengan pemberian diuretik
osmotik manitol 0,5 - I gram/kg/kali atau furosemide I mg/kg/kali.
TATALAKSANA

● Pada anak dengan neuritis optika, mielitis, vaskulitis inflamasi, dan acute disseminated
encephalomyelitis (ADEM) dapat diberikan kortikosteroid selama 2 minggu. Diberikan
dosis tinggi metil-prednisolon 15 mg/kg/hari dibagi setiap 6 jam selama 3 - 5 hari dan
dilanjutkan prednison oral I - 2 mg/kg/hari selama 7 - 10 hari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai