Anda di halaman 1dari 9

Asep Hendri: Gambaran Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Gangguan Jiwa

Skizofrenia Berdasarkan Sudut Pandang Pasien Skizofrenia


Di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres
Jakarta Barat
GAMBARAN STIGMA MASYARAKAT TERHADAP PENDERITA GANGGUAN
JIWA SKIZOFRENIA BERDASARKAN SUDUT PANDANG PASIEN SKIZOFRENIA
DI POLI JIWA PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES
JAKARTA BARAT

Asep Hendri, Ns. Ninik Yunitri, M.Kep.,Sp.Kep.J


Fakultas Ilmu Keperawatan, Puskesmas Kecamatan Kalideres
Email : asephendri908@yahoo.co.id

ABSTRAK
Stigma terhadap pasien dengan skizofrenia dapat menimbulkan beban subjektif maupun
objektif bagi penderita dan keluarganya, bagi penderita hal tersebut menjadi halangan untuk
mendapatkan pengakuan yang layak kesulitan dalam mencari pekerjaan dll. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran stigma masyarakat terhadap pasien jiwa berdasarkan
sudut pandang pasien di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat dengan pendekatan
metode deskriptif analitik pada 27 responden pasien skizofrenia yang menjalani rehabilitasi
di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner
stigma scale dengan validitas 0,87 selama Desember hingga Januari 2018. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa 96,2 % responden menyatakan tidak mengalami stigma dari masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien yang menjalani rehabilitasi tidak mendapatkan
diskriminasi dan stigmanisasi dari masyarakat. Peran serta masyarakat sangat berpengaruh
terhadap penerimaan orang dengan gangguan jiwa dengan cara memberikan dukungan
masyarakat, motivasi dan dorongan serta tidak mengucilkan.

Kata kunci : Stigma, Masyarakat, Skizofrenia


Asep Hendri: Gambaran Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Gangguan Jiwa
Skizofrenia Berdasarkan Sudut Pandang Pasien Skizofrenia
Di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres
Jakarta Barat
Abstract

THE STIGMA OF SOCIETY AGAINST PEOPLE WITH MENTAL DISORDER


SCHIZOPHRENIA BASED ON VIEWPOINT OF SCHIZOPHRENIA PATIENT AT
MENTAL HEALTH POLYCLINIC IN PUBLIC HEALTH CENTER OF KALIDERES
WEST JAKARTA

Nursing Science Faculty, Public Health Center Of Kalideres

The stigma toward patients with schizophrenia can cause both subjective and objective
burden for the patients and their family. For patients, it is a challenge to get the worthy
recognition, jobs and other. This research aimed to find out the description of the society
stigma against the insane patients based on patients point of view in the Public Health Center
of Kalideres West Jakarta used descriptive analytic approach on 27 respondents
schizophrenia patients who rehabilitated in the Public Health Center of Kalideres West
Jakarta. In collecting data, the stigma questionnaires scale installation design with the validity
of 0.87 from December 2017 to January 2018. The results showed that 96.2 percent of
respondents express had not experience stigma from the community. It indicated that
rehabilitating where not get discriminate and stigmanisasi from the community. The role of
the community is very influential against the acceptance of the people with an insane one by
providing support indigenous, motivation and encouragement and not to ostraciz.

Keywords: Stigma, Community, Schizophrenic


Asep Hendri: Gambaran Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Gangguan Jiwa
Skizofrenia Berdasarkan Sudut Pandang Pasien Skizofrenia
Di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres
Jakarta Barat
Pendahuluan penduduk Indonesia sebesar 6,0 persen
Gangguan jiwa merupakan salah dan propinsi dengan prevalensi gangguan
satu masalah kesehatan yang ada di mental emosinal tertinggi adalah
indonesia, gangguan jiwa dapat Sulawei Tengah , Sulawesi Selatan, Jawa
menyerang segala usia. Di masyarakat Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara
terdapat stigma bahwa gangguan jiwa Timur.
merupakan penyakit yang sulit untuk Berdasarkan profil kesehatan
disembuhkan, memalukan dan aib bagi Kab/Kota Administratif (2015),
keluarga. Pandangan lain yang beredar didapatkan data bahwa prevalensi
di masyarakat bahwa gangguan jiwa gangguan jiwa berat di DKI Jakarta
dapat disebabkan oleh guna-guna orang sebesar 1,1 per mil dan jumlah kunjungan
lain. Ada kepercayaan di masyarakat gangguan jiwa di pusat kesehatan
bahwa gangguan jiwa timbul karena masyarakat (Puskesmas) pada tahun 2014
masuknya roh nenek moyang yang di propinsi DKI Jakarta sebanyak
masuk kedalam tubuh seseorang yang 595.772 kunjungan. Angka tersebut
kemudian menguasainya (Hawari, 2003). hanya mencakup sekitar 8 persen dari
Faktor penyebab terjadinya total kunjungan. Angka kunjungan
gangguan jiwa dapat bervariasi gangguan jiwa puskesmas di Jakarta
tergantung pada jenis dan gangguan jiwa Barat tahun 2014 sebanyak 83.736 orang
yang dialami, secara garis besar dari total kunjungan rawat jalan sebanyak
gangguan jiwa disebabkan karena adanya 2.082.241 orang, maka persentasinya
tekanan psikologis baik dari dalam sebesar 4,02 persen. Sedangkan
individu ataupun dari luar individu. berdasarkan data jumlah kunjungan
Beberapa hal yang menjadi penyebab pasien jiwa di Puskesmas Kecamatan
gangguan jiwa adalah ketidaktauan Kalideres adalah sebanyak 9.149 orang
keluarga dan masyarakat terhadap jenis dari total 326.265 kunjungan rawat jalan
gangguan jiwa ini dan beberapa stigma atau sebesar 2,8 persen.
mengenai gangguan jiwa (Hawari, 2001). Masyarakat masih banyak yang
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia mendiskriminasi orang yang terkena
merupakan masalah kesehatan gangguan jiwa. Hal ini didukung oleh
masyarakat yang sangat penting dan beberapa penelitian diantaranya
harus mendapat perhatian sungguh- penelitian yang dilakukan Mestdagh
sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor
(2013) mengatakan masih banyak
pemerintah baik di tingkat Pusat maupun
Daerah, serta perhatian dari seluruh pasien yang mengalami perlakuan
masyarakat. Beban penyakit atau burden diskriminasi meskipun mereka sudah
of disease penyakit jiwa di tanah air dalam perawatan kesehatan mental
masih cukup besar. berbasis komunitas. Hal ini ditunjang
Hasil riset kesehatan dasar juga dengan penelitian yang
(Riskesdas) tahun 2013, menyebutkan dilakukan Muhlisin (2015) yang
bahwa prevalensi gangguan jiwa berat mengatakan pasien yang kembali ke
pada penduduk terbanyak di Daerah masyarakat setelah dinyatakan
Istimewa Yogyakarta, Aceh, Sulawesi sembuh tidak mendapatkan dukungan
Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi dari rekan-rekan, keluarga dan
rumah tangga (RT) yang pernah
lingkungan masyarakat, karena
memasung anggota rumah tangga (ART)
gangguan jiwa berat sebesar 14,3 persen mereka beranggapan takut
dan terbanyak pada penduduk yang penyakitnya kambuh lagi.
tinggal di pedesaan yaitu sebesar 18,2 Stigma tidak hanya berdampak
persen serta pada kelompok penduduk pada pasien gangguan jiwa, pada
dengan kuintil indeks kepemilikan masyarakat yang ada sekitarpun ikut
terbawah sebesar 19,5 persen. Prevalensi terkena, mereka merasa ketakutan bila
gangguan mental emosinal pada ada pasien gangguan jiwa di
Asep Hendri: Gambaran Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Gangguan Jiwa
Skizofrenia Berdasarkan Sudut Pandang Pasien Skizofrenia
Di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres
Jakarta Barat
lingkungan masyarakatnya karena Kelurahan Pegadungan Jakarta Barat,
mereka berpikir pasien gangguan jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres
suka mengamuk dan mencelakai membawahi 12 Puskesmas Kelurahan
orang lain. Semua itu merupakan yang ada di Kecamatan Kalideres
konsekuensi dari stigma gangguan Jakarta Barat. Terdapat 13 Poliklinik
jiwa. dan layanan 24 jam. Poliklinik jiwa
Oleh karena itu peneliti merasa merupakan tempat penelitian dengan
tertarik untuk melakukan sebuah jumlah pasien skizofrenia saat ini
penelitian mengenai stigma sebanyak 91 orang yang rutin kontrol
masyarakat terhadap gangguan jiwa ke Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan
skizofrenia berdasarkan persepsi Kalideres Jakarta Barat. Sedangkan
pasien skizofrenia yang mengambil pada penelitian ini jumlah responden
tempat di Poli Jiwa Puskesmas yang terpilih sebanyak 27 orang yang
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat memenuhi kriteria inklusi yang telah di
tentukan sebelumnya.

Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriftif yang
mendeskripsikan tentang peristiwa -
pristiwa penting yang terjadi pada
masa kini secara sistematis dan lebih
menekankan pada data faktual
daripada penyimpulan (Nursalam,
2017).
Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan stigma masyarakat
terhadap pasien yang mengalami
gangguan jiwa skizofrenia
berdasarkan sudut pandang pasien.
Adapun variabel yang diamati adalah
stigma masyarakat terhadap pasien
gangguan jiwa skizofrenia dan
pengungkapan positif diri pasien
terkait aspek gangguan jiwa.

Hasil Penelitian
Hasil penelitian akan ditampilkan
dalam bentuk analisis univariat untuk
memperoleh gambaran distribusi
frekuensi variabel yang di teliti yaitu
gambaran stigma masyarakat terhadap
pasien skizofrenia berdasarkan sudut
pandang pasien dan distribusi
karakteristik responden yang diamati
meliputi usia, jenis kelamin dan
pendidikan.
Puskesmas Kecamatan kalideres
terletak di Jalan Tanjung Pura No 14
Hasil Penelitian
Demografi Responden

Tabel 5.1
Distribusi Kategori Usia, Jenis Kelamin dan Pendidikan Pada Responden di Poli Jiwa Puskesmas
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2018 (n=27)

Demografi Responden Frekuensi Persentasi (%)


Usia Remaja 3 11,1
Dewasa 19 70,3
Dewasa Tua 5 18,5
Jenis Kelamin Laki-laki 17 63
Perempuan 10 37
Pendidikan SD 16 59,3
SLTP 4 14,8
SLTA 4 14,8
Perguruan Tinggi 3 11,1
Total 27 100
Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak usia dewasa dengan jumlah
19 orang, jenis kelamin responden terbanyak laki-laki sebanyak 17 orang dan tingkat
pendidikan responden terbanyak yaitu Sekolah Dasar sebanyak 16 orang. Total seluruh
responden sebanyak 27 orang.

Stigma

Tabel 5.2
Stigma Pasien di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2018

Karakteristik Mean Median Std. Deviasi Min-Maks Total


Usia 33,3 33 12,4 15-62 27
Stigma 52,22 52 6,079 42-63 27

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Stigma Pada Seluruh Responden di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres
Jakarta Barat Tahun 2018

Variabel Frekuensi Persentasi (%)


Tidak ada stigma 26 96,2
Ada stigma 1 3,7
Total 27 100

Dari hasil data di atas, nilai rata-rata dapat di lihat pada kolom mean sedangkan nilai
standar deviasi dapat dilihat pada baris std.Deviation. Pada penelitian yang dilakukan
di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat rata-rata stigma diatas
menunjukan mean 52,22 dan Std. Deviation 6,079. Sesuai dengan definisi operasional
yang telah di buat bahwa mean dibawah 62,6 menunjukan bahwa responden
menyatakan tidak ada stigma yang dirasakan dari masyarakat sekitarnya dan mean sama
dengan atau di atas 62,6 menunjukan bahwa responden menyatakan ada stigma yang di
rasakan. Dengan demikian dari hasil penelitian yang dilakukan di Poli Jiwa Puskesmas
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ada 26 responden yang menyatakan bahwa mereka tidak
mengalami
stigma dari masyarakat sekitarnya dan menyatakan dalam penelitiannya di
hanya 1 orang yang menyatakan masih Umbul Harjo Yogyakarta bahwa
ada stigma yang dirasakan. responden laki laki lebih banyak 53,2
persen dan perempuan 46,8 persen yang
mengalami skizofrenia. Penelitian yang
Pembahasan dilakukan Miller (2001) menunjukan
bahwa laki-laki lebih memungkinkan
Data Demografi Responden gejala negatif dibandingkan perempuan,
Karakteristik responden perlu di dan perempuan memiliki fungsi sosial
bahas untuk mendapatkan gambaran dan pengambil keputusan dalam hal
identitas dari sampel. Karakteristik pengendalian emosi lebih baik daripada
responden di jelaskan dalam tiga laki-laki. Sedangkan menurut Miller
pembahasan yaitu usia, jenis kelamin dan (2004) kondisi perbedaan jenis kelamin
tingkat pendidikan. Pada penelitian ini antara laki-laki dan perempuan sangat
jumlah responden terbanyak ada di usia mempengaruhi dalam kemampuan
dewasa muda. Penelitian sebelumnya menghadapi suatu masalah.
yang dilakukan Ajeng Wijayanti (2014)
melalui pengamatan dan wawancara yang
dilakukandi Bantul Yogyakarta Menurut Depkes R1, (2004) Laki-
menemukan delapan puluh persen laki memiliki kemungkinan beresiko 2,37
skizofrenia berada pada usia dewasa atau kali lebih besar mengalami skizofrenia
di atas usia delapan belas tahun. dibandingkan perempuan, hal ini
Usia dapat mempengaruhi psikologi dikarenakan laki-laki yang menjadi
seseorang, semakin tinggi usia semakin penopang utama rumah tangga sehingga
banyak tingkat kematangan emosi lebih besar mengalami tekanan hidup,
seseorang dan kemampuan dalam sedangkan perempuan lebih sedikit
menghadapi berbagai persoalan (Stuart & mengalami resiko gangguan jiwa di
Sundeen 2005). Erikson dalam Keliat bandingkan laki-laki karena lebih bisa
(2006), menyatakan bahwa dalam proses menerima situasi di bandingkan laki-laki.
menuju maturasi psikososial, manusia Meskipun beberapa sumber lainnya
menjalankkan delapan tugas proses mengatakan bahwa perempuan lebih
perkembangan sesuai dengan proses mempunyai resiko untuk menderita stres
perkembangan usia. Sebaliknya tugas psikologik dan juga perempuan lebih
perkembangan yang tidak dijalankan rentan bila dikenai trauma. Pendapat lain
dengan baik memberikan dampak juga mengatakan insiden skizofrenia
psikososial di kemudian hari. Seseorang lebih tinggi pada laki-laki dari pada
yang mempunyai usia dewasa lebih perempuan (Sadock, 2003).
mudah mengalami emosi atau berprilaku Tingkat pendidikan terbanyak
emosional tetapi ada juga yang responden pada penelitian ini adalah
berpendapat sebaliknya. Selain itu responden dengan tingkat pendidikan
pendapat lain mengatakan bahwa Sekolah Dasar. Hal ini juga sejalan
skizofenia biasanya timbul pada usia 18- dengan penelitian sebelumnya yang
45 tahun, dan ada juga yang berusia 11- dilakukan oleh Novitayani ( 2016) yang
12 tahun sudah menderita skizofrenia meneliti pasien pasien skizofrenia dengan
(Gunarsa, 2004). riwayat rehospitalissasi di Banda Aceh,
Pada penelitian ini didapatkan beliau menyatakan dalam penelitiannya
mayoritas responden berjenis kelamin bahwa pasien pasien skizofrenia rata rata
laki-laki. Hal ini sejalan dengan memiliki tingkat pendidikan yang rendah
penelitian yan dilakukan oleh Lina sehingga kurang memperhatikan kualitas
Handayani, dkk (2016), yang kesehatannya, tidak menjalankan
therapiddengan baik yang dapat mengalami stigma dari masyarakat.
menyebabkan gejala muncul kembali Hanya ada 1 responden dari 27
bahkan lebih parah dari sebelumnya. responden yang menyatakan masih
Amarita dalam Lesmawati (2012) adanya stigma yang dirasakan. Hal ini
mengatakan bahwa pasien yang memiliki dikarenakan wilayah Puskesmas
pendidikan rendah cenderung kurang Kecamatan Kalideres berada di perkotaan
mempehatikan kualitas hidup sehat yang dimana kebanyakan masyarakat sudah
akan mempengaruhi therapi. memiliki pemahaman yang baik terhadap
Setiap orang memiliki pemaknaan penderita dengan gangguan jiwa,
yang berbeda terhadap pendidikan. menganggap bahwa penderita gangguan
Pendidikan pada umumnya berguna jiwa juga manusia yang berhak
dalam mengubah pola pikir, pola tingkah mendapatkan penghidupan yang layak,
laku, dan pola pengambilan keputusan. pengobatan dan penanganan yang baik
Tingkat pendidikan yang cukup sehingga mereka tidak lagi menstigma
diharapkan seseorang akan lebih mudah negatif terhadap penderita dengan
dalam mengidentifikasi stressor atau gangguan jiwa. Hal ini Sejalan dengan
masalah kekerasan baik yang berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Tesfaye,
dalam diri sendiri maupun dari dkk, (2013) di Southwest Ethiopia yang
lingkungan sekitarnya. Tingkat menemukan bahwa masyarakat pedesaan
pendidikan dapat mempengaruhi lebih mudah terpengaruh oleh stigma
kesadaran dan pemahaman terhadap yang berkembang di masyarakat daripada
stimulus kognitif. Tingkat pendidikan masyarakat perkotaan.
rendah pada seseorang akan dapat Stigma adalah suatu usaha untuk
menyebabkan cara berfikir rasional label tertentu sebagai sekelompok orang
dalam menangkap informasi yang baru, yang kurang patut untuk dihormati
dan kemampuan menguraikan masalah daripada yang lain (Sane Research,
menjadi rendah (Wijayanti 2010). 2009). Menurut Dadang Hawari (2001)
Menurut Stuart & Laria (2005) dalam kaitannya dengan penderita
pendidikan dapat menjadi tolak ukur skizofrennia, stigma merupakan sikap
kemampuan seseorang dalam berinteraksi keluarga dan masyarakat yang
dengan orang lain secara efektif, faktor menganggap bila salah seorang anggota
pendidikan mempengaruhi kemampuan keluarga menderita skizofrenia, hal ini
seseorang dalam menyelesaikan masalah merupakan aib bagi keluarga. Selama
yang dihadapi. Hal ini juga di dukung bertahun tahun banyak bentuk
dengan beberapa pendapat yang diskriminasi secara bertahap turun
mengatakan bahwa faktor pendidikan temurun dalam masyarakat kita. Penyakit
bisa menjadi penyebab terjadinya mental masih menghasilkan kesalah
skizofrenia. Menurut hipotesis sosiogenik pahaman, prasangka, kebingungan, dan
menunjukan bahwa tingkat pendidikan ketakutan. Masyarakat masih
yang rendah dapat berakibat pada stres menganggap bahwa gangguan jiwa
yang dapat menjadi faktor penyebab merupakan aib bagi penderitanya
terjadinya skizofrenia (Sue, dkk, 2014). maupun keluarganya. Selain dari itu
gangguan jiwa juga dianggap penyakit
Stigma yang disebabkan hal-hal supranatural
Pada penelitian ini peneliti oleh sebagian masyarakat. Penelitian
menemukan bahwa sebagian besar pasien sebelumnya diantaranya penelitian yang
jiwa skizofrenia yang sedang menjalani dilakukan oleh Ukpong dan Basiubong
perawatan di Puskesmas Kecamatan (2010) di Nigeria menemukan bahwa
Kalideres Jakarta Barat, mereka stigma dan diskriminasi pada pasien jiwa
menyatakan bahwa mereka tidak sulit untuk dihilangkan, karena
masyarakat berkeyainan bahwa gangguan keperawatan, seorang perawat perlu
jiwa disebabkan oleh sesuatu yang mistis. memberikan pelayanan kesehatan dengan
Keterbatasan Penelitian memenuhi kebutuhan dasar pasien jiwa
Peneliti menyadari bahwa penelitian dan melakukan tindakan keperawatan.
yang dilakukan di Poli Jiwa Puskesmas Dalam memberikan asuhan perawat
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat menghilangkan diskriminasi da
dengan 27 responden jauh dari kata stigmanisasi, menghormati hak-hak
sempurna karena memiliki keterbatasan pasien dalam memilih, memperoleh
yang diantaranya: respondden yang pengobatan dan mengambil keputusan.
memenuhi kriteria inkulsi hanya Selain itu petugas kesehatan harus selalu
sebanyak 27 orang dari 91 pasien memberikan edukasi kepada masyarakat
skizofrenia yang terdaftar di poli jiwa agar dapat meningkatkan peran serta
Puskesmas Kecamatan Kalideres, dalam tindakan pencegahan dan
sehingga kurang mewakili seluuh perawatan pada pasien dengan gangguan
responden. Bahasa yang digunakan pada jiwa. Salah satu yang dapat dilakukan
kuesioner sedikit rumit sehingga butuh oleh masyarakat diantaranya dengan cara
penyederhanaan kata dan kalimatnya memberikan dukungan masyarakat,
agak panjang sehingga menyulitkan motivasi dan dorongan serta tidak
responden untuk memahami maknanya, mengucilkan. Selain itu rasio jumlah
selain itu tingkat intelektual responden tenaga kesehatan harus disesuaikan
yang kurang sehingga perlu waktu yang dengan yang seharusnya dan melibatkan
lama untuk memahami maksud dari kader lintas sektor untuk mendeteksi
pertanyaan di dalam kuesioner. pasien-pasien yang ada di masyarakat.
Kesimpulan Bagi Keilmuan: Perawat harus terus
meningkatkan ilmu pengetahuan, karena
Gambaran usia rresponden terbanyak dengan pengetahuan yang baik perawat
pada penelitian ini adalah usia dewasa dapat memberikan asuhan keperawatan
muda yaitu antara usia 18-40 tahun. secara efektif sehingga tujuan asuhan
dapat tercapai dalam penanganan pasien
Gambaran jenis kelamin responden dengan gangguan jiwa. Selain itu peneliti
terbanyak di poli jiwa Puskesmas menyarankan agar instansi terkait juga
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat menambah bahan literatur mengenai
berjenis kelamin Laki laki. gambaran stigma masyarakat terhadap
pasien jiwa.
Gambaran tingkat pendidikan terbanyak
adalah responden dengan lulusan Bagi Peneliti Selanjutnya: Hasil
pendidikanSekolah Dasar. penelitian ini diharapkan bisa dijadikan
sebagai acuan dalam melakukan
Gambaran stigma pada penelitian ini penelitian selanjutnya diantaranya
sebagian besar responden tidak penelitian yang dapat dihubungkan
merasakan adanya stigma dari dengan stigma masyarakat terhadap
masyarakat, hanya satu responden dari 27 pasien dengan gangguan jiwa yang belum
responden yang menyatakan adanya menjalani rehabilitasi di masyarakat.
stigma.

Saran
Bagi Praktisi Pelayanan Kesehatan:
Pasien dengan gangguan jiwa tetap harus
mendapatkan pelayanan yang
professional. Sebagai pemberi asuhan
Muhammadiyah Malang.Retrieved
Kepustakaan From:
1. Hawari, D., 2003, Pendekatan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/j
Holistik Pada Gangguan Jiwa : ipt/article/viewFile/1357/1452
Skizofrenia, Balai Penerbit FKUI, 13. Ariananda, R. E., & others. (2015).
Jakarta Stigma Masyarakat Terhadap
2. Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Penderita Skizofrenia. Universitas
Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Negeri Semarang.
Fakultas Kedokteran Universitas 14. Fendi Wiharjo, g. (2014). Hubungan
Indonesia Persepsi Dengan Sikap Masyarakat
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas). Terhadap Penderita Skizofrenia Di
(2013). Badan penelitian dan Surakarta. Universitas
pengembangan Kesehatan Muhammadiyah Surakarta.
Kementrian RI tahun 2013: diakses Retrieved from
27 0ktober 2017, dari http://eprints.ums.ac.id/31866/
http://www.depkes.go.id/resources/dow 15. Kalat, J. W. (2009). Biological
nload/general/hasil%20Riskerdas psychology (10th ed). Belmont, CA:
%202013.pdf. Wadsworth/Thomson learning.
4. http://www.depkes.go.id/resources/dow 16. Latipun, F. S. (2016). Hubungan
nload/profil/PROFIL_KES_PROVINSI dukungan keluarga dan
_2015/11_DKI_Jakarta_2015.pdf keberfungsian sosial pada pasien
diakses tanggal 06 November 2017 skizofrenia rawat jalan. Retrieved
5. http://www.depkes.go.id/resources/dow from: http://ejournal.umm.ac.id
nload/profil/PROFIL_KAB_KOTA_201 17. Maryatun, S. (2015). Peningkatan
4/3174_DKI_Jakarta_Barat_2014.pdf
kemandirian perawatan diri pasien
diakses tanggal 06 November 2017 skizofrenia melalui rehabilitasi terapi
6. Liliweri Alo. Makna budaya dalam gerak. Jurnal Keperawatan
komunikasi antar budaya . Sriwijaya, 2(2), 108–114.
Yogyakarta : LKis 2002 18. Sirait, A. (2008). Pengaruh coping
7. Noorkosami, dkk. Sosiologi keluarga terhadap kejadian relaps
Keperawatan. Jakarta : EGC 2007 pada skizofrenia remisi sempurna di
8. http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI Rumah Sakit Jiwa daerah provinsi
diakses 28 Oktober 2017 Sumatera Utara tahun 2006.
9. M. Djumransjah, Filasafat Retrieved from:
Pendidikan (Malang: Bayumedia http://repository.usu.ac.id
Publishing, 2004) 19. Sulistyorini, N. (2013). Hubungan
10. American Psychiatric Association, pengetahuan tentang gangguan jiwa
(2013). Diagnostic and Statistical terhadap sikap masyarakat kepada
Manual of Mental Disorders (5th ed) penderita gangguan jiwa di wilayah
DSM-V. Arlington, VA: American kerja Puskesmas Colomadu 1.
Psychiatric Association, 362 -367. Universitas Muhammadiyah
11. Ambari, M., & Prinda, K. (2010). Surakarta. Retrieved from
Hubungan antara dukungan keluarga http://eprints.ums.ac.id/25557/
dengan keberfungsian sosial pada 20. Utami, N P. (2015). Asuhan
pasien skizofrenia pasca perawatan keperawatan pada Ny. S dengan
di Rumah Sakit. Universitas prioritas masalah kebutuhan dasar
Diponegoro. Retrieved from defisit perawatan
http://eprints.undip.ac.id/10956/ 21. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/2-
12. Amelia, D. (2013). Relaps pada
pasien skizofrenia. Universitas METODOLOGI-NURSALAM.p

Anda mungkin juga menyukai