PEMBAHASAN
satu Fakultas Kedokteran UNS mengalami stres, yang sebagian besar merupakan
stres ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian tentang prevalensi stres pada
(2004) dan Marjani et al. (2008) bahwa mahasiswa kedokteran yang mengalami
persentase tertinggi yang terjadi adalah stres ringan. Hal-hal yang dapat
menyebabkan stres ringan antara lain kelelahan saat mengerjakan tugas, takut
tidak lulus ujian atau saat menghadapi ujian, dimarahi oleh dosen, dan homesick.
Stres dapat terjadi karena adanya stresor. Stresor adalah semua stimulus yang
terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sriati, 2007). Sampel yang
lingkungan yang baru merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
31
32
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
sanggup mengatasi stresor artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh,
maka dikatakan individu tersebut tidak mengalami stres (Walgito, 2002). Pada
tugas-tugas akademik lainnya. Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan
belajar.
Gejala yang dirasakan penderita antara lain penurunan pendengaran, rasa nyeri
al., 2014).
antara lain adalah kebiasaan membersihkan menggunakan cotton bud atau benda-
benda yang dapat menyebabkan infeksi pada telinga, diameter canalis acusticus
externus, infeksi pada telinga bagian luar, produksi serumen berlebihan karena
Hasil analisis data kejadian serumen obturans pada mahasiswa tingkat satu FK
dari populasi umum menderita serumen obturans. Pada penelitian ini didapatkan
persentase yang cukup tinggi yaitu 14,2%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
sebaran usia populasi yang berada pada kelompok usia anak sampai usia muda
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang signifikan antara stres dengan kejadian
terjadinya serumen obturans. Stres yang banyak terjadi pada mahasiswa dapat
faktor yang diteliti adalah sosial ekonomi. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat sosial
ekonomi dengan serumen obstruran (p = 0,698). Hal ini mungkin disebabkan oleh
34
ini juga dapat disebabkan walaupun tingkat sosial ekonomi keluarga sampel
tergolong rendah, tetapi tidak menimbulkan stres pada sampel yang masih
tergolong anak-anak ini, sehingga tidak memacu sistem adrenergiknya dan tidak
Namun belum ada penelitian lain yang meneliti tentang pengaruh stres terhadap
dapat menyebabkan infeksi, anatomi telinga yang sempit dan infeksi telinga luar.
(Adegbiji et al., 2014). Pada penelitian ini, faktor-faktor tersebut termasuk dalam
dan menelan (Subha dan Raman, 2006). Oleh karena itu, faktor fisik merupakan
fisik tersebut merupakan salah satu faktor yang tidak dikendalikan dalam
penelitian ini.
makanan dan faktor kebiasan mengkorek dengan cotton bud. Pasien yang
mengunyah makanan kurang dari 20 (tidak normal) dan jarang mengkorek dengan
cotton bud akan memiliki risiko 3 kali lebih besar terjadinya serumen obsturan
membersihkan telinga.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maharddhika dan Prasetyo (2010), salah
satu faktor yang diteliti perilaku membersihkan telinga menggunakan lidi kapas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara perilaku membersihkan telinga dengan lidi kapas dengan serumen obturans
(p = 0,194).
Upaya maksimal telah dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak
sampel yang diambil tidak cukup banyak dan kurang bervariasi untuk menentukan
kejadian serumen obturans pada orang yang sehat karena hanya dalam satu