PIINIIIII-\N
l'I‘l|\I('I'll(
I(lINlS
RE U MATOLO§.G|.-..l-
r . ; -
_ _ ,l
/“ M,’ I
ARTRITIS REUMATOID
PENGERTIAN
Artritis reumatoid [AR] adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif dimana sendi merupakan target utama selain organ
lain, sehingga mengakibatkan kerusakan dan deformitas sendi, bahkan disabilitas
dan kematian. Walaupun etiologi yang sebenarnya belum dapat diketahui dengan
pasti, ada beberapa faktor yang diperkirakan berperan dalam timbulnya penyakit ini
seperti kompleks histokompatibilitas utama kelas ll dan faktor infeksi seperti virus
Epstein Barr [EBV].1
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis‘-1
~ Radang sendi (merah, bengkak, nyeri] umumnya menyerang sendi-sendi kecil,
lebih dari empat sendi [poliartikular] dan simetris.
~ Kaku pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam atau membaik dengan
beraktivitas
~ Terdapat gejala konstitusional seperti kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam
nngan
Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan dini AR dapat bermanifestasi sebagai palindromic rheumatism yaitu
timbulnya gejala monoartritis yang hilang timbul antara 3-S hari dan diselingi masa
remisi sempurna sebelum bermanifestasi sebagai AR yang khas. AR awal juga dapat
bermanifestasi sebagai pauciarticufar rheumatism yaitu gejala oligoartikuler yang
melibatkan 4- persendian atau kurang. Kedua gambaran ini seringkali menyulitkan
dalam menegakkan diagnosis AR dalam masa dini.‘
piE€q!t'"9!.!iEi!'m!.£!iI! i!E!@! !.i= Re-umoiologi
Tabel 1. Kelainan yang Diiemukan pada Pemeriksaan Fisik ‘-1
W Ariikulur A Eksira Arfikular
~ Tanda karclinal inflamasi pada sendi. sendi yang Nodul reumaioid
terkena umumnya adaiah meiakarpofaiangeal, Skleriiis. episkieriiis
pergelangan tangan dan inierialang proksimal
Kelainan pada pemeriksaan paru cian
- DefOrmii0S sendi [deformiias leher angsa. oiauiontung
deformiias bouionniere, deformiias kunci piano,
clevicisi ulna. deformiias Z-thumb. artritis muiilans, Splenomegali
haiiux vaigus} vaskuiiiis
- Ankilosis iulong
Pemeriksaan Penunjang“
- Darah perifer lengkap: anemia, trombositosis
~ Rheumatoid Factor [RF], anti-cyclic citrullinated peptide antibodies (ACPA/anti-
CCP/anti-CMV)
~ Laju endap darah atau C-reactive protein {CRP] meningkat
- Fungsi hati, fungsi ginjal
- Analisis cairan sendi [peningkatan leukosit > 2.000/n1m3 ].
- Pemeriksaan radiologi [foto polo/sUSG Doppler]: gambaran dini berupa
pembengkakan jaringan lunak, diikuti oleh osteoporosis juxta-articular dan erosl
pada bare area tulang.
- Biopsi sinovium/nodul reumatoid.
Kelerangan:
' Walaupun skor pasien <61 l 0 tidak dianggap menclerila arlriiis reurnaloid. akan lelopi slolus mereko dapal
dinilai ulang dan kriteria dapal dipenuhi secara kumulalif sepanjang waklu
" Kelerlibalan sendi merujuk pada adanya pembengkakan alau rasa nyeri sendi pada pemeriksaan
yang dikonfirmasi dengan gambaran sinovitis pada pencitraan. Sendi inlerialangeal dislal.
karpomelakarpolalangeal perlama dan melalarsofalangeal perlarna lidak dianggap bermakna. Kalegori
sendi yang lerlibal berdasarkan pada Iokasi dan jumlah sendi yang lerlibal dengan
"' Sandi besar merujuk pada bahu. siku. paha. lulul dan pergelangon kaki
"" Sendi kecil merujuk pada sendi rnelakarpolalangeal. lnlerfalangeal proksimal. melalarsofalangeal
dua hingga lima, inlerlalangeal ibu jari. pergelangan tangan clan sendi-sendi lidak spesifik seperli
lemporomandibular. akrornioklavikular. slernoklavikular
Nilai negalif merujuk pada nilai IU lebih kecil alau sama dengan nilai loalas alas normal unluk laboralorium.
posllif lemah merujuk pada nilai lL| Iebih linggi dari nilai bolas alas normal namun 5 3 kali bolas alas nilai
normal. pasilil kual merujuk pada nilai IU >3 kali balas alas nilai normal. Apabila pemeriksaan laklor
reumaloid hanya lerdirl dari posilii dan negatif, maka nilai posillf dianggap sebagai posilif lemah, ACPA=
anli cllrullnaled prolein antibody
"
Nilai normal mernal-<ai palokan nilai laboralorium selempol
Durasi gejala adalah durasi pasien mengalami keluhan sinovilis yang dinilai secara klinis pada saai
pemeriksaan
‘ACR: American College of Rheumolology
ACR juga menilai sensitivitas dan spesifisitas baik dari pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan penunjang guna mengarah pada diagnosis AR.
DIAGNOSIS BANDING
Lupus eritematosus sistemik, gout, osteoartritis, spondiloartropati seronegatif,
sindrom Sjo_gren2'°
TATALAKSANA
Nonfarmakologis
Edukasi,p1"oteksisendi pada stadium akut, foot orthotic/splint [jika perlu], terapi
spa, latihan fisik (dynamic strength training) 30 menit setiap Iatihan 2-3 kali seminggu
dengan intensitas sedang. suplemen minyak ikan, suplemen asam Iemak esensial.“
. --.--.__ .|..|_..-j,
1. : :_;_'C,
;r-1‘__-?_ ..v __.Ja-.:"_|IL;._'
'="-.11" I. 1' "5‘-.
1' ‘ii - 'r '
.:-~.'$';i-.'l"r?_~'-';*<_'._*i.:!'.'_‘-_'».ii5fég'__ 512$,.t__ \
Farmakologis‘-1-‘
v Disease modifying anti rheumatic drugs [DMARD] konvensional: MTX,
hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat, sulfasalazin, leflunomid, azatioprin,
siklosporin
~ Agen biologik: infliksimab, etanersep, tocilizumab, golimumab, adalimumab
- Glukokortikoid
- OAINS: non-selektif atau selektif COX-2
Terapi Bedah
Dilakukan bila terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi
yang ekstensif, nyeri persisten pada sinovitis yang terlokalisasi, keterbatasan gerak
yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat, kompresi saraf dan adanya
ruptur tendon“
KOMPLIKASI
Anemia, komplikasi kardiak, gangguan mata, pembentukan fistula, peningkatan
infeksi, deformitas sendi tangan, deformitas sendi lain, komplikasi pernapasan, nodul
reumatoid, vaskulitis, komplikasi pleuroparenkimal primer dan sekunder, komplikasi
akibat pengobatan.“
Osteoporosis lebih sering terjadi pada penderita AR yang berkaitan dengan
aktivitas penyakit AR dan pemakaian glukokortikoid, sehingga perlu terapi terhadap
pencegahan osteoporosis dan patah tulang
Arlrilis Reumaloid
PROGNOSIS
Kriteria remisi pada artritis reumatoid dapat menggunakan ACR/EULAR yaitu
apabila pasien memenuhi seluruh kriteria berikut?
1. lumlah sendi yang nyeri 5 1
2. Iumlah sendi yang bengkak 5 1
. Nilai CRP 5 1mg/dL
:5-OJPenilaian global pasien 5 1[dalam skala 0 - 10]
Sejumlah 10% pasien yang memenuhi kriteria AR akan mengalami remisi spontan
dalam 6 bulan. Akan tetapi kebanyakan pasien akan mengalami penyakit yang persisten
dan progresif. Tingkat kematian pada AR dua kali lebih besar dari populasi umum dengan
penyakit jantung iskemik yang menjadi penyebab utama kematian terbanyak diikuti
dengan infeksi. Median harapan hidup lebih pendek dengan rata-rata 7 tahun untuk laki-
laki dan 3 tahun untuk perempuan dibandingkan populasi kontrol.“
UNIT TERKAIT
- RS pendidikan : Semua Sub-BagianDiLingkungan Departemenllmu Penyakit
Dalam. Departemen Ortopedi, Departemen Rehabilitasi
Medik
- RS non pendidikan : Bagian Ortopedi. Bagian Rehabilitasi Medik
REFERENSI
T. Suarjana l. Arlrllis reumaloid. ln: Sudoyo A. Seliyohodi B. Alwi l. Simaclibrala M. Seliali S. edilors.
Buku ajar ilmu penyakil dalam. 5" ed. Jakarla; Pusal informasi dan Penerbilan Bagian llmu
Penyakil Dalam FKUI. 2009:2495 — 513
2. Shah A. SlClair E. Rheumaloid arlhrilis. in: Fauci A. Kasper D. Longo D. Braunwald E. Hauser S.
Jameson J. Loscalzo J. eclilors. Harrison's principles of inlernal medicine. 18"" ed. Uniled Slales of
America: The McGraw-Hill Companies. 2012: 2738 — 52
3. Mercier Lonnie R. Rheumoloid Arlhrilis. in: Ferri: Ferri's Clinical Adviser 2008. l0lh ed. Mosby. 2008.
4. Alelaha C. Neagi T. Silman A. Funovils J. Felson D, Bingham C. el‘ al. 20i0 rheomaroial arlhrifis
classificalion crlieria. Arlhrilis 8. Rheurnalism. 20 lO.‘62{9,l: 2569 — Si
5. Beers MH. Berkow R. eclilors.Cr\/slal-lnducecl Condilians. In: The Merck Manual of Diagnosis and
Therapy l7lh ed.
6. USA: Merck Research Laboralories. T999. p 460 - 4.
7. Hellmann D, lmboden J. Musculoscelelal and immunologic disorders. In: McPhee S. Papadakis
M. Rabow M. eclilors.
8. Currenl medical diagnosis and lrealmenl 201 1.50" ed. California; The McGraw -Hill Educalion.
20‘l0:779 - 840.
4
PENGERTIAN
Hiperurisemia adalah meningkatnya kadar asam urat darah diatas normal [pria
>7 mg/dL, wanita >6 mg/dL] yang bisa disebabkan oleh peningkatan produksi asam
urat, penurunan ekskresi asam urat pada urin. atau gabungan keduanya. Hiperurisemia
yang berkepanjangan dapat menyebabkan gout. namun tidak semua hiperurisemia
menimbulkan patologi berupa gout.‘
Gout atau pirai adalah penyakit metabolik yang sering ditemukan pada laki-laki
> 4-0 tahun dan perempuan pasca menopause. karena penumpukan kristal monosodium
urat (MSU) pada jaringan akibat dari hiperurisemia. Biasanya ditandai dengan episode
artritis akut dan kronis, pembentukan tofus, serta risiko untuk deposisi di interstitium
ginjal [Nefropati] dan saluran kemih (nefroIitiasis].‘
Artritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada jaringan sendi disebabkan
oleh endapan kristal-monosodium urat dan mengakibatkan satu atau beberapa
manifestasi klinik.“
Diagnosis Hiperurisemia
Anamnesis
Perjalanan alamiah gout terdiri dari tiga periode yaitu: periode hiperurisemia
tanpa gejala klinis. episode artritis gout akut diselingi interval tanpa gejala klinis, dan
artritis gout kronis. Serangan artritis gout akut yang pertama paling sering mengenai
tungkai bawah [80-90% kasus] umumnya pada sendi metatarsofalangeal I (MTP I)
yang secara klasik disebut podagra, onsetnya tiba-tiba, sendi terkena mengalami
eritema, hangat, bengkak dan nyeri tekan, serta biasanya disertai gejala sistemik,
seperti demam. menggigil, clan malaise.”
Pada beberapa pasien hanya mengalami satu kali episode serangan akut. namun pasien
pada umumnya akan mengalami serangan artritis akut kedua dalam 6 bulan sampai dengan
2 tahun. Serangan akut artritis berikutnya dapat mengenai beberapa sendi, menyebar
fl‘;
I "H-.!r<“.n
Re tungkai atas terutama lengan dan tangan. Serangan akut artritis yang tidak terobati
dengan baik akan mengakibatkan artritis gout kronis yang ditandai destruksi kronis
beberapa sendi yang telah sering mengalami serangan akut. disertai inflamasi ringan pada
sendi. deformitas sendi dan terdapat tofi [kristal MSU dikelilingi sel mononuklear dan sel
raksasa). artritis gout Kronis berkembang dalam 5 tahun dari onset pertama akut artritis
gout pada sekitar 30% pasien yang tidak terobati dengan baik. "2
Anamnesis arthritis. perjalanan penyakit ditujukan untuk mencari adanya riwayat
keluarga, penyakit lain sebagai penyebab sekunder hiperurisemia. riwayat minum
minuman beralkohol. obat-obatan tertentu.‘
Pemeriksaan Fisik
Keadaan sendi harus dievaluasi apakah terdapat tanda-tanda inflamasi. seperti
eritema, hangat. bengkak, dan nyeri tekan, serta tanda deformitas sendi dan tofi [tanda
khas gout]. Sendi yang terkena biasanya pada tungkai bawah. umumnya pada sendi
metatarsofalangeal I [MTP I].
Faktor lain perlu juga dicari kelainan atau penyakit sekunder seperti tanda-tanda
anemia. pembesaran organ Iimfoid, keadaan kardiovaskular, tekanan darah. tanda
kelainan ginjal.‘
Pemeriksaan Penunjang“
- Pemeriksaan darah rutin, asam urat, kreatinin
~ Ekskresi asam urat urin 24 jam
~ Bersihan kreatinin
~ Radiologis sendi [jika perlu)
DIAGNOSIS BANDING‘
~ Pseudogout [penimbunan kristal kalsium pirofosfat dehydrogenase/CPPD]
~ Artritis septik
v Artritis reumatoid
0 Palindromic rheumatism
TATALAKSANA
Prinsip pengelolaan hiperurisemia maupun gout, yaitu:
1. Non-farmakologis: 1-Z-'5
~ Penyuluhan diet rendah purin [hindari jerohan. seafood]
~ Hidrasi yang cukup
- Penurunan berat badan [target BB ideal]
Arlrilis Goul dan Hiperurisemia
KOMPLIKASI
Tofus. deformitas sendi, nefropati gout, gagal ginjal, batu saluran kencing [obstruksi
dan/atau infeksi].
PROGNOSIS
Angka kekambuhan gout akut: 60% dalam satu tahun pertama; 80 % dalam 2
tahun; 90% dalam 5 tahun. Perjalanan penyakit gout akan lebih buruk bila: onset
gejala muncul pada usia muda [<30 tahun), serangan sering berulang, kadar asam urat
darah tinggi (tidak terkontrol], dan mengenai banyak sendi. Sekitar 20 % pasien gout
akan timbul urolitiasis dengan batu asam urat atau batu kalsium oksalatf’
-q---—7-
!.l""'F..§I'...I'."..'l.'IIi..I' III."-"* RQUFTTQIOIOQI
UNIT TE RKAIT
- RS pendidikan : Departemen llmu Penyakit Dalam-Divisi Ginjal Hipertensi.
Departemen Bedah Urologi. Departemen Ortopedi
- RS non pendidikan : Departemen llmu Penyakit Dalam. Departemen Bedahf
Ortopedi
REFERENSI
T. Tjokorda RP. Hiperurisemia. Dalam: Sudoyo AW. ei al editor. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam jilid
ii edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen llmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. Him l2l 3 — 7.
2. Edward ST. Artritis Pirai. Dalam: Sudoyo AW. el al editor. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam jiiid ll
edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. Him l2l8 - 20.
3. Chen Lan X. Primary immune Deficiency Diseases. in: Longo Fauci Kasper. Harrison's Principles of
internal Medicine 18"‘ edition.United Slates oi America:Mcgraw Hill. 201 2
4. Schlesinger N. Diagnosis of Gaul: Clinical. Laboratory. and Radioiogic Findings. Am JManagCare.
2005 l\lo\r:l T [l 5 suppl}:s443~50.hltp://wvwy.a]mc.c0m/publicalions/supplement/2005/2005l I-vol
l l-ni 5Supplz‘l\ioy05~22l 7pS443-S450
5. Hadi S. Gambaran Klinik dan Diagnosisi Gout. Dalam:Sellyohadi B. Kasimir Yl. editor. Kumpulan
Makalah Temu llmiah Reumatologi 201 0. Him 94 - 7.
6. Karopang K. Penatalaksanaan Artritis Gout. Dalam:Seii\/ohadi B. Kasjmir Yl. editor. Kumpulan
Makalah Temu llmiah Reumatologi 201 I. Him i7 ~ 2i.
7. Thompson AE. Tarascon Pocket Rheumatologica. 4th ed. Massachusetts: Jones and Bartlett
Publishers. 2010. p 39 — 42.
ARTRITIS SEPTIK
PENGERTIAN
Artritis septik adalah infeksi pada sendi, yang umumnya disebabkan oleh bakteri
gonokokal maupun nongonokokal. Penyakit ini disebut juga artritis bakterialis,
artritis supuratif, atau artritis infeksiosa. Penyebab nongonokokal tersering adalah
Staphylococcus aureus. diikuti oleh Streptococcus sp. Selain itu, Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif paling sering ditemukan
pada dewasa. Artritis septik yang disebabkan Neisseriagonorrhoeae merupakan entitas
yang terpisah dari disseminatedgonococcal infection .Faktor risiko artritis septik antara
lain adalah sebagai berikutz‘-2
- Prostesis sendi Iutut dan sendi panggul disertai infeksi kulit
~ Infeksi kulit dengan prostesis
~ Prostesis panggul dan Iutut tanpa infeksi Iutut tanpa infeksi kulit
~ Umur >80 tahun
- Diabetes Melitus
~ Artritis reumatoid yang mendapat imunosupresif
- Tindakan bedah persendian atau prosedur injeksi intra-artikular
- Lupus eritematosus sistemik (merupakan faktor risiko ke-5 di Filipina)
Anamnesis’
- Keluhan Utama: nyeri sendi akut. nyeri tekan, hangat. gerakan terbatas, gangguan
fungsi. Pada 90% pasien umumnya hanya terkena satu sendi. yaitu sendi Iutut.
Lokasi lainnya dapat juga terjadi pada sendi panggul. bahu, pergelangan tangan
atau siku meskipun lebih jarang. Selain itu, keluhan demam ditemukan pada
rentang suhu tubuh 38.3°—38.9°C [10l°—102°F], namun dapat pula ditemukan
suhu tubuh yang lebih tinggi pada keadaan. seperti: artritis reumatoid, insufisiensi
renal atau hepatik. dan kondisi yang membutuhkan terapi imunosupresif.
¢ Riwayat Penyakit Dahulu: prostesis sendi, injeksi intra-artikular, trauma sendi.
7-
Filllllllilll Flflllil IIIIIIS
P!|'I'iil'I'|)\|ll\il’I Dokter Spesialis Penyakit Dalam hdcnesii
e.!.'.i!.!.a.i'. P.ir.! .F.!.i.i.!i .'= Reumatologi
Pemeriksaan Fisik 1
Demam pada sepertiga pasien. pemeriksaan sendi yang terlibat: hangat, merah
dan bengkak. Sebagian besar kasus mengenai 1 sendi (80%-90%].
Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi cairan Sinoyial: ‘-3
~ Dapat ditemukan cairan sinovial yang keruh, serosanguin, atau purulen.
v Iumlah sel dan diferensiasi
- Iumlah sel leukosit, yang berkisar 100,000/L (50.000—250,000/L], dengan >90%
neutrofil, merupakan karakterisitik infeksi bakteri akut. Pada Crystal-induced,
reumatoid. dan inflamasi artritis lainnya biasanya <30,000—50,000 sel/L. Sedangkan,
hitung sel 10,000—30,000/L, 50-70% neutrofil dan sisanya limfosit, merupakan
gambaran yang paling umum dari infeksi mikobakterial dan infeksi fungal.
- Pewarnaan gram dan kultur untuk antibiotik
- Organisme yang ditemukan pada infeksi dengan S aureus dan streptokokus hampir
mendekati tiga per empat kasus dan sisa 30-50% infeksi disebabkan oleh gram-
negatif bakteri lain. Kultur cairan sinovial positif pada >90% kasus.
- Mikroskopi polarisasi untuk mengeksklusi kristal artritis.
Pemeriksaan darah:
Kultur darah bisa positifwalaupun kultur cairan sinovial negatif. lumlah sel darah
putih dan diferensiasinya, protein c reaktif. Iaju endap darah juga dapat membantu
monitoring terapi. 1'3
Gambaran rontgen
Pada orang dewasa pencitraan tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik artritis
septik. tetapi dapat membantu sebagai dasar penilaian kerusakan sendi. Rontgen
polos dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak yang membengkak. pelebaran
ruang sendi. dan pergeseran jaringan oleh kapsul yang mengalami distensi. Gambaran
penyempitan ruang sendi dan erosi tulang menunjukkan bahwa telah terjadi infeksi
lanjut dan prognosis yang buruk. Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya efusi sendi dan bisa sebagai pemandu pada tindakan aspirasi. CT scan dan
MRI dapat digunakan untuk membantu menilai luasnya infeksi‘-35
DIAGNOSIS BANDING
Selulitis, bursitis, osteomielitis akut, artritis reumatoid, still disease, gout dan
pseudogout
Artritis Septik
TATALAKSANA
A. Aspirasi sendi yang adekuat“
B. Pengobatan empiris dengan obatantibiotik intravena dapat dimulai setelah sampel
kultur dan jenis gram didapatkan 1-3-"5
1. Bila pada hasil pemeriksaan gram didapatkan gram positif maka antibiotik
empirik yang dapat diberikan adalah Oxacillin atau Cefazolin
2. Bila pada hasil pemeriksaan gram didapatkan gram negatif maka antibiotik
empirik yang dapat diberikan adalah sefalosporin generasi ketiga seperti
ceftriaxon atau cefotaxim
3. Antibiotik definitifintrayena diberikan sesuai dengan hasil kultur selama dua
minggu dan dilanjutkan dengan antibiotik oral selama empat minggu.
C. Latihan sendi segera setelah infeksi teratasi untuk mencegah deformitas sendi
KOMPLIKASI
Kerusakan kartilago atau tulang, osteomielitis, syok septik, gagal organ
PROGNOSIS
Angka mortalitas rawat inap mencapai 7-15% meski dengan penggunaan antibiotik.
Pada usia tua, angka kematian ditemukan lebih tinggi. Angka mortalitas pada pasien
dengan sepsis poliartikular dapat mencapai 30%. Dari 335 pasien yang datang ke rumah
sakit dengan artritis septik, ditemukan data angka kematian sebagai berikut: 6
- 0.7% dari 87 pasien dengan umur < 60 tahun
- 4.8% dari 206 pasien dengan umur 60-79 tahun
- 9.5% dari 42 pasien dengan umur > 80 tahun
UNIT TERKAIT
0 RS pendidikan : Divisi Tropik Infeksi, Departemen llmu Penyakit Dalam,
Departemen Ortopedi. Departemen Rehabilitasi Medik,
Departemen Patologi Klinik/Departemen Mikrobiologi Klinik
- RS non pendidikan : Bagian Ortopedi. Bagian Rehabilitasi Medik. Departemen
Patologi Klinik/Departemen Mikrobiologi Klinik
REFERENSI
Fischer A.Primary immune Deficiency Diseases. In: Longo Fauci Kasper. Harrison‘s Principles of
intemal Medicine 18'" edition.United States of America:Mcgraw Hill. 2012
Setiyohadi B. Tambunan A. Infeksi Tulang dan Sendi. dalam: Sudoi/o.Setiyohadi.Buku Ajar llmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta. interna Publishing. 201 i
McPhee. Current Medical Diagnosis and Treatment 201 i . 50"" ed. United Stale of American. 201
Kelley. Septic arthritis. l 701-45.
Primer 271-6.
O~Ul-I-“-(A) Gavel F. et al. Septic arthritis in patients aged 80 and older: a comparison with younger adults. J
Am Geriatr Soc 2005 .lui:53[7}:l2l0]. Diunduh dari http:Hwww.ncbi.nlm.nih.gov,!pubmed/ I 6108940
pada tanggal 3 Mei 2012.
FIBROMIALGIA
PENGERTIAN
Sindrom kronik yang ditandai dengan nyeri otot dan sendi yang menyebar luas. Sering
terkait dengan kelelahan, kesulitan tidur, gangguan kognitif, ansietas, dan depresi.“
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Diagnosis fibromialgia ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosisAmerican College
ofRheumatoIo_gy [ACR] tahun 2010 [tabel 1)?
TATALAKSANA
- Nonfarmakologis‘-2*‘
Edukasi. olahraga aerobik, pemanasan, cognitive-behavioriai therapy, terapi kolam
panas, relaksasi, fisioterapi.
0 Farmakologis”-l
1. Antinyeri: tramadol. parasetamol, opioid lemah lainnya.
2. Antidepresan: amitriptilin, fluoxetin, duloxetin
3. Antikonyulsan: pregabalin. gabapentin
KONIPLIKASI
Depresi, penurunan kualitas hidup
PROGNOSIS
Pada usia muda dengan gejala ringan, prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk
pada pasien dengan ansietas atau depresi. Kebanyakan pasien terus mengalami nyeri
kronik dan kelelahan namun sebagian pasien masih dapat bekerja penuh dan hanya
sedikit mengganggu kehidupan mereka.“
UNIT TERKAIT
- RS pendidikan : Departemen llmu Penyakit Dalam — Divisi Psikosomatik.
Departemen Rehabilitasi Medik, Departemen Psikiatri
- RS non pendidikan : Departemen Rehabilitasi Medik. Departemen Psikiatri
REFERENSI
l. Sjah OKM. Fibromialgia dan nyeri rniofasial. Dalam: Sudoyo AW. Setiyohadi B. Alwi l. Simadibrata
M. Setiati S. penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta: lnternaPublishing; 2009.
Hal. 2709-l 3
2. Crotiord LJ. Fibromyalgia. Dalam: Longo DL. Kasper DL. Jameson JL. Fauci AS. Hauser SL. Loscalzo
J. penyunting. Harrison's principle oi internal medicine. Edisi XVIII. McGraw-Hill Companies: 201 2.
Hal. 2849-51
3 Wolfe F. Clauw DJ. Fiizcharles MA. Goldenberg DL. Kaiz RS. Mease P. et al. The american college
oi rheumatology preliminary diagnostic criteria tor fibromyalgio and measurement of symptom
severity. Arthritis Care and Research 2010: 62 l5}: 600-610.
4. Carville SF. Arendt-Nielsen S. Bliddal H. Blotman F. Bronco JC. Buskilla D. Eular evidence
based recommendations for the management oi fibromyalgia syndrome. Ann Rheum Dis.
2007;67[4]:536-4i .
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
PENGERTIAN
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang
ditandai adanya inflamasi sistemik, yang dapat mengenai beberapa organ atau sistem
dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks
imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Etiopatologi dari SLE belum
diketahui secara pasti. Diduga melibatkan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan Iingkungan.‘
DIAGNOSIS
Diagnosis SLE mengacu pada kriteria dari American College ofliheumatology
[ACR] yang direvisi pada tahun 1982 dan kriteria Systemic Lupus international
Collaborating Clinics [SLICC] 2012. Berdasarkan kriteria ACR, diagnosis SLE
dapat ditegakkan jika memenuhi 4 dari 11 kriteria tersebut yang terjadi secara
bersamaan atau dengan tenggang waktu (Tabel 1].” Berdasarkan kriteria
SLICC 2012, diagnosis SLE dapat ditegakkan jika memenuhi 4 dari kriteria klinis
dan imunologis (Tabel 2]. atau memiliki biopsi terbukti nefritis kompatibel dengan
SLE dengan adanya ANA (antinuclear antibody] dan antibodi anti-dsDNA [anti-double
stranded DNA]?
“-
\
D
Filllllllllll Plilllil IIIIIIS
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Lupus Eritemalosus Sisiemik
Kriteria if amazon
Pleuritis atau perikorditis Pleuritis-riwayat nyeri pleurilik atau pleuritic friction rub yang didengar
oleh dokter pemerikso atau bukti etusi pleura.
Perikarditis-bukti rekaman EKG otou pericordial friction rub yang didengar
oleh dokter pemerlksa atau bukti etusi perikardial.
Gangguan renal a. Proteinuria menetap >0.5 gram per hari atau >3+
b. Cetakan selular-dapat eritrosit. hemoglobin. granular. tabular. alau
c. gabungan.
Gangguan neurologi Keiong yang tidak disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan
metabolik iuremio. ketoasidosis. atau ketidakseimbangan elektrolit]
Psikosis yang tidak disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan
metabolik iuremia. ketoasidosis. atau ketidakseimbangan elektrolit].
Gangguan hematoiogik a. Anemia hemolitik dengan retikulosis
b. Leukopenla-<4000imm3 pada dua kali pemeriksaan
Limfopenia-<1 5001mm“ pada dua kali pemeriksaan
d. Trombositopenia-<l00.000/mml yang tidak disebabkan oleh obat-
Gangguan imunologik a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer yang abnormal
Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen nukieor Sm
c. Temuan positii terhadap antibodi antiiosfoiipid yang didasarkan atas:
I] kadar serum antibodi anlikardiolipin abnormal baik lgG atau IgM.
2] Tes lupus aniikoaguian positii menggunakan metode standar. atau
3] hasil tes positif palsu paling tidak selama 6 bulan dan dikonfirmasi
dengan tes imobilisasi Treponema pallidum atau tes lluoresensi
absorpsi antibodi lreponemal.
Antibodi antinuklear Titer abnormal dari antibodi anti-nukleor berdasarkan pemeriksaan
{ANA} positif imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun waktu
perjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat.
Pemeriksaan Penunjangz
Darah perifer lengkap: Hemoglobin. Leukosit, Trombosit. Hematokrit, LED
Ureum, kreatinin, fungsi hati dan profil lipid
Urinalisis
ANA, Anti dsDNA
Foto toraks
C3 dan C4 [untuk menilai aktifitas penyakit]
Pemeriksaan berikut dilakukan jil-ca ada indikasi:
~ Protein urin kuantitatif 24 jam
- Profil ANA: Anti Sm. Anti-R0/SS-A, anti La/SS-B dan anti-RNP
.E.t.!.':! .!.!.'.'. l.'.! . '.El.'.!.l.l .l.l!.il i Reumatologi
~ antiphospholipid antibodies, lupus anticoagulant. anticardiolipin, anti-B2
glycoprotein lbila ada kecurigaan sindroma anti-fosfolipid
- Coomb test, bila ada kecurigaaan AIHA
- EKG, ekokardiografi
~ Biopsi kulit
S. Neurologi
Kejang
Psikosis
Monone uritls multiplex
tanpa adanya penyebab lain. seperti vaskulitis primer
Mielitis
Neuropati perifer atau kranial
tanpa odnaya penyebab lain. seperti vaskulitis primer, infeksi. don DM
Status koniusionol akut
tanpa adanya penyebab Iain. seperti toksik/metabolic. uremia. obat-obatan
9. Anemia hemolitik
iii. Leukopenla i<4.000/mmil setidaknya sekali
tanpa adanya penyebab lain. seperti sindrom Felty. obat-obatan. don hipertensi portal
ATAU lirnfopenia [<l .000/mmill setidaknya sekali
tanpa adanya penyebab loin. seperti pemakaian kortikosteroid dan infeksi
II. Trombositopenia i<l00.000lmm3l setidaknya sekali
tanpa adanya penyebab lain. seperti obat-obatan. hipertensi portal. dan thrombotic
thrombocytopenic purpura (TTPJ
B. Kriteria imunologis:
I. Level ANA yang meningkat meiebihi batas alas normal
2. Level antibody anti-dsDNA yang meningkat meiebihi batas atas normal [atau 2x bolas atas
normal bila pemeriksaan dilakukan dengan ELISA}
3. Anti-Sm: adanya antibodi terhadap antigen nuklir Sm
4. Adanya antibody antifosiolipid yang ditentukan dengan:
Tes lupus anlikoaguian positif
Pemeriksaan RPR {rapid plasma regain} yang positif palsu
Titer antibodi anlikardiolipin [lgA. IgM. atau |gG] yang sedang alau tinggi
Anli~[5;-glikoprolein I iIgA. IgM. alau lgG]| positif
5. Kadar komplemen yang rendah
Rendah C3
Rendah C4
Rendah CH50
6. Tes Coombs langsung tanpa adanya anemia hemolitik
Kelerangon: ‘Kriteria SLICC bersi‘ol kumulotil can liclok harus timbul poo-:1 waktu yang bersamaan. SLICC: Systemic Lupus international
Co.'labororing C.'rr.-ics: ANA: ontir ucleor antibody; anti-dsDNA: anti-dou.‘:Ie~strondeo' DNA: ELISA: erzyme-l.'nI<eo' immunosorbent assay.
DIAGNOSIS BANDING3
Undifferentiated connective tissue disease (UCTD). artritis reumatoid. sindrom
vaskulitis, sindrom sjogren primer,sindro1n anti-fosfolipid primer, fibromyalgia, lupus
imbas obat.
mudah diterapkan pada pusat kesehatan primer yang jauh dari terseclianya fasilitas
laboratorium canggih, dengan cara sebagai berikut: ‘l
Masukkan bobot MEX SLEDAI bila terdapat gambaran deskripsi pada saat
pemeriksaan atau dalam 10 hari ini.
BOB-O1‘ DESKRIPSI
8 Gangguan Psikosafiangguan kemampuan melaksanakan oktifitas fungsi normal
neurologis dilcarenakan gangguan persepsi reolitos. Termasuk: halusinasi. inkoheren.
kehilangan berasosiasi. isi pikiran yang danglcal. bertikir yang tidak logis.
bizzare.disorganisasi alau bertingkah laku kataton.
Eksklusizuremia dan pemakaian obat.
CVA lCerebrovasc ular accident]: Sindrom baru. Eksklu si arteriosklerosis.
Kejang: Onset baru. eksklusi metabolik. infeksi. atau pemakaian obat.
Sindrom otak organik: Keadaan berubahnya fungsi mental yang ditandai
dengan gangguan oiientosi. memori atau fungsi intelektual lainnya dengan
onset yang cepat. gambaran klinis yang bertiukluasi. Seperti: oi kesadaran
yang bell-cabul dengan berkurangnya kapasitas untuk memusatkan pikiron
dan kelidak mompuan memberikan perhatian terhadap Iingkungan.
disertai dengan sedikitnya 2 dari bl gangguan persepsi; berbicara melantur.
insomnia otou perasaan mengantuk sepanjang hari: meningkat atau
menurunnya aktifitos psikomotor. Eksklusi penyebab metabolik. infeksi alau
penggunaan obat.
Mononeuritis: Defisit sensorik atau motorik yang baru disalu alau Iebih
saraf kranial atau perifer.
Myelitisz Poraplegia dan/atau gangguan mengontrol BAKIBAB dengan
onset yang baru. Eksklusi penyebab lainnya
6 Gangguan ginjal Caslc. Heme granular atau sel darah merah.
Haematuria. >5 llpb. Eksklusi penyebab lainnya [batu/infeksi}
Proteinuria. Onset baru. >0.5g/I pada random spesimen.
Peningkatan kreatinine [>5 mg/dl]
4 Vasculitis Ulserasl. gangren. nodul pada jari yang lunak. infark periungual. splinter
haemorrhages. Data biopsi atau angiogram dari vaskulitis.
3 Hemoiisis Hb< I 2.0 g/dl dan koreksi retikulosit >3%.
Trombositopeni Trombosit: < i00.000. bukan disebabkan oleh obat
3 Miositis Nyeri don iemahnya otot-otot proksimal. yang dihubungkon dengan
peningkatan CPK
2 Artritis Pembengkakan alau efusi Iebih dari 2 sendi.
2 Gangguan Ruam malar. Onset baru alau malar erithema yang menonjol.
Mucokulaneous Mucous ulcers. Oral atau nasopharyngeal ulserasi dengan onset baru
alau berulang.
Abnormal Alopenia. Kehilangan sebagaian atau seluruh rambut atau
mudahnya rambut rontok.
2 Serositis Pleuritis. Terdapatnya nyeri pleura alau pleural rub atau efusi pleura
pada pemeriksaan fisik.
Perikarditis. Terdapatnya nyeri pericardial atau terdengornya rub.
Peritonitls. Terdapatnya nyeri abdominal ditus dengan rebound
tenderness {Eksklusi penyakit intra-abdominal}.
l Demam Demam >38“ C sesudah eksklusi inteksi.
Fatigue Fatigue yang tidak dapat dijelaskan
I Leukopenla Sel darah putih < 4000/mm’. bukan akibat obat
Limfopeni Limfosit < i200.mm*. bukan akibat obat.
TOTAL SKOR MEX-SLEDAI = .......
ex.-1 .
. -- - " ' -.-‘ . ' "K-1: .s_-.I;- 3""-1 ~‘ =."-- - -- ;.
- .__==_\.;_.
-_. .
- .3-!____~._ _1____.___ ‘ _K . ._,3 ._ ._;.
__;»__=__._w--_; _ .j3‘,_-.
\ Q.-._;»1:: =.-.,':-~=__
__ __/r__<~__ _‘- __,.,-=..-_
|.._.fl._..=~ :__. __-, .\.
...>' 4 - ~ r‘ .2
rarrriuanmiruiriiiinis Reumqroro 5
Pei'hrimp1.|nan Dokter Speoillis Penyakit Dalam Indonesia g
S
PENGELOLAAN l-5”’
Pengelolaan pasien SLE harus dilakukan secara komprehensif dengan
memperhatikan berbagai faktor seperti jenis organ yang terlibat clan derajat berat
ringannya. aktifitas penyakit, komorbiditas, dan komplikasi.
Pengelolaan ini terdiri dari:
1. Edukasi dan konseling: penielasan tentang penyakit Lupus, perjalanan penyakit,
program pengobatan yang direncanakan, komplikasi dan perlunya upaya
pencegahan termasuk menghindari paparan sinar matahari [ultraviolet]
2. Rehabilitasi: istirahat. terapi fisik, terapi dengan modalitas, ortosis
3. Medikamentosa berdasarkan keterlibatan organ dan derajat aktifitas penyakit:
- SLE ringan: parasetamol, OAINS, kortikosteroid topikal. klorokuin,
kortikosteroid oral dosis rendah. tabir surya
- SLE sedang: kortikosteroid dosis sedang-tinggi. beberapa imunosupresan
seperti azatioprin dan mikofenolat mofetil [MMF]
- SLE berat atau mengancam nyawa: kortikosteroid pulse dose, sikiofosfamid
Terapi lain yang dapat digunakan pada kondisi respons steroid yang tidak adekuat
atau diperlukan steroid sparing agent antara lain: MMF, siklosporin. azatioprin,
metotreksat, klorokuin, rituximab. 2
KOMPLIKASI
Anemia hemolitik. trombosis, lupus serebral. nefritis lupus, infeksi sekundenlrz
PROGNOSIS
Angka harapan hidup pasien dengan SLE di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan
Cina sekitar 95% dalam 5 tahun. 90% dalam 10 tahun, 78% dalam 20 tahun. Ras
Afrika-Amerika dan Hispanik-Amerika keturunan mestizo mempunyai prognosis lebih
buruk daripada ras kaukasia. Prognosis di negara berkembang lebih buruk daripada
negara maju yaitu dengan angka kematian 50% dalam 10 tahun; seringkali berkaitan
dengan saat pertama kali terdiagnosis, antara lain: pasien dengan nilai kreatinin serum
>124 mol/L atau >1.4 mg/dL, hipertensi, sindroma nefrotik [ekskresi protein urin
>2.6 g/24 jam]. anemia [hemoglobin <124 g/L atau <12.4 g/dL], hipoalbumin. jenis
kelamin laki-laki, dan ras [Afrika-Amerika dan Hispanik-Amerika keturunan mestizo).
Disabilitas pada pasien SLE karena kelelahan kronis, artritis, nyeri, adanya penyakit
ginjal. Remisi terjadi pada 25 % kasus selama hanya beberapa tahun. Kematian pada
dekacle pertama karena penyakit sistemik, gagal ginjal, tromboemboli, dan infeksi?
Lupus Eritemalosus Sisiemik
UNIT TERKAIT
v RS pendidikan : Departemen llmu Penyakit Dalam - DivisiAlergi imunologi.
Divisi Ginjal Hipertensi. Divisi Pulmonologi. Divisi
Hematologi dan Departemen llmu Penyakit Kulit-Kelamin
- RS non pendidikan : Departemen llmu Penyakit Kulit-Kelamin
REFERENSI
I. lsbagio H. Albar Z. Kasjmir Yi. Setiyohadi B. Lupus Eritemalosus Sistemik. in: Sudoyo AW. Setiyohadi
B. Alwi I. Simadibrata M. Setiati S. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam. Jakarta: interna Publishing:
2009.p. 2565-77.
2. Hahn BH. Systemic Lupus Erythematosus. ln:Longo DL. Kasper DL. Jameson JL. Fauci AS. Hauser
SL. Loscalzo J. Harrisons Principles oi Internal Medicine l8"' ed. USA: The McGraw Hill companies:
20I 2.p.2724-35
3. Petri M. Orbai AM. Alarcon GS. et al. Derivation and validation of the systemic lupus international
collaborating clinics classification criteria for systemic lupus erythemalasus. Arthritis Rheum.
20I2;64{8l:2677-86.
4. American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on systemic lupus erythematosus
guidelines. Arthritis Rheum l999.'42{9]:l 785~96
5. Guzman J. Cardiel MH. Arce-salinas. et oi. Measurement oi disease activity in systemic lupus
erythematosus. Prospective validation of 3 clinical indices.J Rheumatol l992.'l 9:I 551-I558
6. Petri M. Systemic Lupus Erythematosus. In: imboden J. Hellmann DB. Stone JH. Current
Rheumatology Diagnosis and Treatment. Singapore: McGraw Hill; 2005. P.I 7I~I 78
7. Rekomendari IRA 201 I
NYERI PINGGANG
PENGERTIAN
Nyeri pinggang diartikan sebagai nyeri pada daerah pinggang atau punggung
bagian bawah [low back pain) yaitu daerah di daerah Iumbal antara tulang rusuk
paling bawah dan garis pinggang. Identifikasi faktor risiko penting untuk memahami
penyakit dasarnya, umumnya berhubungan dengan radikulopati, fraktur, infeksi.
tumor, atau nyeri alih visera.”
Klasifikasi nyeri pinggang [LBP]:3
- Akut : durasi 0-3 bulan
— Kronik: durasi >3 bulan
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis
- Deskripsi nyeri pinggang: sifat, tingkat beratnya nyeri, onset, durasi, frekuensi,
Iokasi nyeri, distribusi/penjalaran. serta faktor pencetus atau yang memperberat.
~ Adakah tanda bahaya [redflags] atau tanda waspada [yellowflags]. 1'2
- Adakah defisit neurologis
Pemeriksaan Fisik‘
lnspeksi bentuk tulang belakang dengan posisi pasien berdiri, terlentang. atau
telungkup: adakah kifosis/skoliosis/hiperlordosis/gibbus/deformitas lain
Palpasi untuk menilai kelainan struktur anatomis. Iokasi dan adanya nyeri tekan
Perkusi daerah sekitar tulang belakang seperti pemeriksaan nyeri ketok pada
daerah kostovertebra untuk menyingkirkan kemungkinan sumber nyeri dari ginjal
Pemeriksaan persendian sakroilialca: tes Fabere atau Patrick yaitu abduksi dan
rotasi eksternal panggul; pelvic rock test dengan cara meletakkan jari-jari pada
krista iliaka bilateral dan ibu jari pada spina iliaka anterior superior dan kemudian
dilakukan tekanan kea rah garis tengah.
Pemeriksaan neurologis sesuai dermatom keluhan nyeri. tes Laseque atau straight
leg raising (SLR)atau reverse SLR, serta pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas
inferior.
Pemeriksaan pergerakan tulang belakang: Schober test, lateral flexion.
Sindrom kauda ekuina ditandai dengan kesulitan miksi, berkurangnya tonus
sphincter ani atau inkontinensia alvi, saddle anaesthesia, gangguan berjalan.
DIAGNOSIS ETIOLOGI‘-2-“
. . _-.|'.~.a~.-
n.
r P L
l 1
Nirerl villains
[di Iuar sebab trauma, non-spinal. otou penyakit sistemik}
l
Anamnesis dan pemeriksaan fisik:
~ Lama gejala
v Faktor risiko yang mengarah ke kondisi berat {RED FLAG]
v Gejala-gejala yang mengarah pada radiirulopati atau ste nosis spnal
I Adanya tanda dan keparahan defisit neurogis
v Fairtorrisilro psikososial
-Ir
Kecurigaaan kual adanya keganasan, infeirsilintiamasi, sindrom
kauda ekuina. atau defisit neurologis berallprogresii
1 Tidak
Perhmbangkin pemeriksaan
Tidak mengarah kuat pada keganasan, infeksi,-“inflamasi, atau radroiogi/foto polos awal (pada
frairtur kompresi vertebra, alau kondisi spesifik Iain, tetapi
terdapat satu atau lebih faktor risiko Pertimbangkan pemenirsaan LED
untuk evaluasi keganasan, infeksi
I Tidak
1 Ilka faktor risiko lemah ire arah
Tidak diperlukan pemeriksaan radiologi rutin atau tes diagnosis kondisi berat -) pertimbangkan
lain. B-erilran informasi dan nasehat perawatan diri kepada pasien
0 Berikan informasi tentang target yang diharapkan serta
perawatan diri yang efektif
0 Sarankan sebisa mungkin melanjutkan aktilitas. tidak dianjurkan Terdapat kondisi spesifik
bed rest
0 Jeiasiran indikasi pemeriksaan kembali dan untuk diagnosis
Evaluasi dan berikan terapi ya ng sesuai
1
Nyeri pinggang sedang dan tidak ada gangguan fungsi yang Lanjutkan perawatan dm
slgnifika" Jelaskan indikasi pemeriksaan kembali
1 Tidak
K
Pertimbangkan terapi iarmairoiogi, non-farmakologilnon-invasif. sebagai terapi awal
Terapi farrnalrologl : asetaminoien, NSAID, opioid, tramadol. henzodrazepin, obat pelernasotol [nyeri pinggang akut}.
anride presan trlsikiik [nyeri pinggang kronik]
Terapi non-farmainologi {untuk nyeri pinggang kronik]: akupuntur, Ianhan fisik. massage, yoga terapi behavioral
\ manipulasi spinal {juga untuk nyeri pingga ng akut]. rehabilitasi fisik yang hollsnlr
I Terapi inisial
Pasien bersedla menerima risiko dan manfaat terapi Pi! Evamsi respon temp‘
1 Tidak
r _
Nyeri Pinggang fi
KOMPLIKASI‘
Kerusakan saraf pada ganglion nervus dorsalis
PROGNOSIS‘
UNIT TERKAIT
- RS pendidikan :Departemen llmu Penyakit Dalam - Divisi Ginjal Hipertensi,
Departemen Neurologi, Departemen Bedah Saraf,
Departemen Bedah Orthopecli
- RS non pendidikan :Departemen llmu Penyakit Dalam
REFERENSI
l. Back and Neck Pain. ln: Longo DL. Kasper DL. Jameson DL. Fauci AS. HauserSL. Loscalzo J. editors.
Harrison‘s Principals ol lniernal Medicine l8" ed. McGraw Hill. 2012
2. Kasjmir Yl. Nyeri Spinal. Dalam: Sudoyo AW, el al editor, Buku Ajar llmu Penyakit Dalam jilid ll edisi
V. Jakarla: Pusat Penerbilan Depariemen llmu Penyakit Dalam FKUI. 2011 hlm 1314 - 6.
3. Huddleslon J. Hip and Knee Pain. In: Firesiein G. Budd R. Harris Jr E el al. Kelley's Texlloook of
Rheumalology. 8ih Edilion. vol l. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2008
4. Colledge NR. Walker BR. Ralston SH. edilors. Presenling Problems In Musculaskeleial Disease. lnL
Davidson's Principles and Practice of Medicine 21 -' ed. Churchill Livingstone-Elsevier: 20l0.Page
lO72 - 4.
5. The Pelerborough Back Rules charl iemplale. G. Powell and The Pelerborough Back Rules Working
Group. Sepiember, I997.
6. Guide lo Assessing Psychosocial Yellow Flags in Acule Low Back Pain: Risk Factors for Long-Term
Disabilily and Work Loss. January 1997
< .- _
OSTEOPOROSIS
PENGERTIAN
Osteoporosis didefinisikan sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. Meningkatnya aktivitas
resorpsi tulang [bone resorption] melebihi aktivitas pembentukan tulang (bone
formation] merupakan patogenesis utama terjadinya osteoporosis. Pada wanita
post-menopause hal tersebut terjadi karena adanya defisiensi estrogen. Osteoporosis
merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial. Umur dan densitas tulang
merupakan faktor risiko osteoporosis yang berhubungan erat dengan risiko terjadinya
fraktur osteoporotik.”
Anc|mnesis"3
- Keluhan utama: Seringkali pasien tidak disertai keluhan sampai timbul fraktur.
Apabila sudah terjadi fraktur maka akan memberikan gejala sesuai Iokasi fraktur
[leher femur, vertebra torakal dan Iumbal, distal radius] misalnya nyeri pinggang
bawah, penurunan tinggi badan, kifosis.
~ Faktor risiko osteoporosis atau penyebab osteoporosis sekunder:
- Riwayat konsumsi obat-obatan rutin: kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan
[fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, pirimidon, asam valproat], warfarin.
- Penyakit-penyakit lain yang berkaitan dengan osteoporosis: penyakit ginjal
kronik, saluran cerna, hati, hipertiroidisme, hipogonadisme, sindrom Cushing,
insufisiensi pankreas, artritis reumatoid.
- Faktor-faktor lain: merokok, peminum alkohol, riwayat haid, menarche,
menopause dini, penggunaan obat-obat kontrasepsi, riwayat keluarga dengan
osteoporosis, asupan kalsium kurang.
m_____L;=
ranuuan mm llllnls
Pemirnpunan Dnlmer Spesialis Plenyakit Dalam Indonesia
Osteoporosis
Pemeriksaan Fisik”
0 Keadaan umum, tinggi dan berat badan, gaya berjalan, deformitas tulang, l'e_g-
iength inequoiity.
0 Evaluasi gigi geligi
~ Tanda-tanda goiter, atau adanya jaringan parut pada leher dapat menandakan
riwayat operasi tiroid.
- Protuberansia abdomen yang dapat disebabkan oleh kifosis
~ Kifosis dorsal [Dowageris Hump], spasme otot paravertcbra
- Nyeri tulang atau deformitas yang disebabkan oleh fraktur
- Kulit yang tipis [tanda McConkey]
Pemeriksaan Penunjang
- Radiologis
O Foto polos [untuk kecurigaan fraktur osteoporosis misalnya pada fraktur
(BMD}.'*"‘
- indikasi: wanita premenopause dengan risiko tinggi, laki-laki dengan satu
atau lebih faktor risiko (hipogonadisme, pengguna alkohol, osteoporosis
pada radiografi, fraktur karena trauma ringan], imobilisasi lama [lebih
dari 1 bulan], masukan kalsium yang rendah lebih dari 10 tahun, artritis
reumatoid atau spondilitis ankilosa selama lebih dari S tahun terus
menerus, awal pengobatan kortikosteroid atau methotrexat dan setiap 1-2
tahun pengobatan, menggunakan terapi antikonvulsan dengan dilantin atau
fenobarbital selama lebih dari 5 tahun, kreatinin klirens < 50 mililiter]
menit atau penyakit tubular ginjal, osteomalasia, hiperparatiroidisme,
penggunaan terapi pengganti tiroid lebih dari 10 tahun, evaluasi terapi
osteoporosis, wanita postmenopause dengan 2 atau lebih faktor risiko.
- Pada wanita postmenoptiuse dan laki-laki 2 50 tahun tanpa adanya fraktur
patologis menggunakan T-score:
- Nilai T-score 2 -1 dikatakan normal
- Nilai T-score -1 sampai dengan -2,5 dikatakan osteopenia
- Nilai Fscore s -2,5 dikatakan osteoporosis
O Pada wanita premenopause dan laki-laki < 50 tahun, dan anak-anak
menggunakan Z-score:
_. -.': _ er,-_ r_-:=;‘,'-;;=',,-
-.,, _:§_;'_'_ _l,q,
-.:‘=1;-.4. ;'.-._:¢._.-...‘-1;..
.5. I3...-_._,-; 1-.. _-:;." ._'_';-_Q;-'i*-¢
..e‘_-‘-<.-
..- -.‘;___-__;_;.‘-,__,_.,
._'f_-,_ .._;;—- '
"i....=|i! =:... =!.-'=»'
Q"?
""-<4-_..c9;
I . .‘_.. I. _ '_ -.
.'J.';??~ -":1". vi?--.-='='-I‘ '- .
;'“':"I-;1" r'.\;'-‘.\h";;:;'_:~':-
-
-
.._;_.? -§:<..'='.=;=:.-3»_"§.‘-_-g-g7;_=".§=-,_-_- E¢;:_;,
‘»<
1
._ ._ -. i_|__ .51‘-
.=;-"- -"-“l§L€'?¢
-- ' I-1' -‘r'¢'-3;";-J?
.=._-.,-n-.-,-—-__ _‘_!{:\\:' .-1;:---.
Pemefiksoan Serum
Bone-specific alkaline phosphatase Aminofermincrl lelopepiide of type l collagen
Osleocalcin Ccrrboxyierrninal telopeplide of type I collagen
Procollogen l carboxylerminol propepiide
Procollogen l aminolermincrl propeplide
Pemeriksaan Urine
Amino-terminal lelopeptide of lype l collagen (ND!)
Corboxy-terminal lelopepfide of type I collage {CTXJ
Pyridinoline and deoxypyriclinoline cross-links
DIAGNOSIS BANDING
Osteomalasia, tumor, osteonekrosis, metastasis, osteogenesis imperfekta, renal
osteodystrophy, sickle cell anemia, fraktur patologis sekunder yang disebabkan metastasis. "3
Non farmakologis
- Edukasi clan pencegahan
0 Latihan dan program rehabilitasi
Osleoarlrilis
Farmakologis
Bifosfonat:
Alendronat, dosis 10 mg/hari atau '70 mg/minggu peroral
Risendronat, dosis 5 mg/hari atau 35 mg/minggu atau 150 mg/bulan peroral
Ibandronat, dosis 150 mg/bulan peroral atau 3 mg/3bulan intravena
Asam Zoledronat, dosis 5 mg/tahun intravena
Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM]: Raloxifene, dosis 60-120 mg/hari
Terapi lainnya
- Kalsitriol
- Hormon Paratiroid
- Strontium Ranelat
- Kalsitonin injeksi [untuk pencegahan acute bone loss pada pasien dengan
in1obilisasi,diberikan paling lama empat minggu)?
- Denosumab [belum tersedia di Indonesia]
Bedah
Tindakan pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur, terutama fraktur panggul.
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
Penderita osteoporosis usia lanjut dengan fraktur, bila diperlukan tindakan
bedah, sebaiknya segera dilakukan untuk menghindari imobilisasi yang lama dan
komplikasi fraktur.
Tujuan pembedahan adalah untuk mendapatkan fiksasi yang stabil, sehingga
mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin.
Asupan kalsium harus tetap diperhatikan, sehingga rnineralisasi kalus menjadi
sempurna.
Walaupun dilakukan pembedahan, terapi medikamentosa tetap diberikan.
KOMPLIKASI
Kifosis, penurunan tinggi badan, nyeri punggung, nerve entrapment syndrome,
peningkatan risiko jatuh, dan fraktur.‘*‘
.t !.! .! E£.'.".c'.1!E! .!l. '.!.'.§.l!t'= Revmatolool
PROGNOSIS
Untuk menentukan risiko terjadinya fraktur panggul dan fraktur osteoporosis
lainnya, dapat menggunakan WHO Fracture Risk Assessment Tool [FRAX].l Hanya
dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan yang dapat diakses di
http://www.shef.ac.uk/FRAX/tool.jsp?country=46 [khusus Indonesia], maka akan
keluar prediksi berupa persentase terjadinya fraktur panggul osteoporosis mayor
dalam 10 tahun yang akan datang. Berikut merupakan faktor risiko yang digunakan
pada kalkulasi FRAX ini (tabel 2].
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Bagian bedah — ortopedi, Rehabilitasi Medik
RS Non Pendidikan : Bagian bedah — ortopedi, Rehabilitasi Medik
REFERENSI
Lindsay R. Cosman F. Osteoporosis. ln: Longo Fauci Kasper. Ham'son's Principles ot Internal Medicine
I8th Edition. United States of America. McGraw Hill. 2012
Setiyohadi B. Osteoporosis. Dalam: Alwi l. Setiati S. Setiyohadi B. Simadibrata M. Sudoyo AW. Buku
Ajar llmu Penyakit Dalam Jilid Ill Edisi \r'. Jakarta: lnterna Publishing; 2010:2650-76
Saag G. Sambrook P, Waits N. Osteoporosis. In: Kiippel J. Stone J. Croiford L, White P. Primer on
the Rheumatic Disease. l3th Edition. Springer. 2008
Curtis JR. Deizell E, Kilgore M. Patkar NM. Saag K. Warriner AH. Which Fractures Are Most Attributable
to Osteoporosis? J Clin Epidemiol 201 i Jan;64{l }:46
Qaseem A. Snow V. Shekelle P. Hopkins R Jr, Forciea MA. Owens DK. Clinical Efficacy Assessment
Subcommittee of the American College of Physicians. Pharmacologic treatment ot low bone
density or osteoporosis to prevent fractures: a clinical practice guideline from the American
College of Physicians. Ann Intern Med. 2008 Sep l6:l 49l6]|:404-I5
Bates D, Black DM. Cummings SR. Clinical Use oi Bone Densitometry: Scientific Review. JAMA
2002 Oct i6:288[ l 5}:i889
FRAX. WHO Fracture Assessment Tool. Diakses melalui httpzi/www.shei.ac.uk/FRAX,ttool.
jsp?country=46 pada tanggal 5 Mei 20l 2
OSTEOARTRITIS
PENGERTIAN
Osteoartritis [OA] adalah penyakit sendi degeneratif dan inflamasi yang ditandai
dengan perubahan patologik pada seluruh struktur sendi. Keadaan patologis yang
terjadi adalah hilangnya rawan sendi hialin, diikuti penebalan dan sklerosis tulang
subkondral, pertumbuhan osteofit pada tepi sendi, teregangnya kapsul sendi, sinovitis
ringan, dan kelemahan otot yang menyokong sendi.‘-2
Secara etiopatogenesis, osteoartritis adalah kegagalan perbaikan kerusakan sendi
yang disebabkan oleh stres mekanik yang berlebih. Faktor mekanik yang mendasari
OA adalah peningkatan stres intra-artikular patologis, yang terjadi akibat peningkatan
kuantitatifdari pembebanan sendi [misalnya pembebanan impulsifberulang]. Beban
impulsif menyebabkan jejas mikro pada tulang subkondral dan rawan sendi yang
melebihi kemampuan sendi untuk memperbaiki kerusakan. inflamasi pada osteoartritis
timbul sekunder akibat produk degradasi rawan sendi dan tulang.“
Faktor risiko osteoartritis adalah faktor genetik, faktor konstitusional [usia, jenis
kelamin perempuan, obesitas], dan faktor biomekanik [jejas sendi, penggunaan pada
pekerjaan, berkurangnya kekuatan otot, malalignment sendi)?
PENDEKATAN DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding perlu dipikirkan terutama pada osteoarthritis dengan efusi
sendi atau inflamasi minimal. Diagnosis banding pada kasus tersebut adalah: Reumatik
ekstraartikuler (bursitis, tendinitis], artritis gout, artritis reumatoid, artritis septik,
spondilitis ankilosa, dan bemokromatosis. 1“
TATALAKSANA
Nonfarmakologis
Edukasi, menghindari aktivitas yang menyebabkan pembebanan berlebih pada
sendi, olahraga untuk penguatan otot lokal dan olahraga aerobik, penurunan berat
badan jika berat badan berlebih atau obes, aplikasi lokal panas atau dingin, peregangan
sendi, transcataneous electrical nerve stimulation [TENS], penggunaan penyokong sendi,
penggunaan alat bantu pada yang mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.*-1°
.'.'.i.'. 't.'! .!E.'.!.i! ‘.¥. ."E!‘. '.i .n'* Reumatologi
Farmakologis“
1. Antinyeri: Parasetamol, obat anti inflamasi non steroid [OAINS] topikal atau sistemik
[baik yang nonspesifik maupun spesifik COX ll], opioid, tergantung derajat nyeri dan
inflamasi
2. Pertimbangkan injeksi kortikosteroid intraartikular terutama untuk OA Iutut
dengan efusi.
3. injeksi hialuronat atau viscosupplement intra-artikular untuk OA lutut
Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika terapi farmakologis sudah diberikan dan tidak
memberikan hasil misalnya pasien masih merasa nyeri, disabilitas, dan mengurangi
kualitas hidup mereka. Tindakan bedah yang diindikasikan untuk osteoartritis lutut
dan sendi panggul adalah totaljointarthropiastyz
KOMPLIKASI
Deformitas sendi
PROGNOSIS
Osteoartritis tangan memiliki prognosis yang baik. Keterlibatan dasar ibu
jari memiliki prognosis yang lebih buruk. Osteoartritis Iutut memiliki prognosis
yang bervariasi. Osteoartritis sendi pinggul memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan osteoartritis pada tempat lain. Faktor risiko untuk total hip replacement
adalah usia 260 tahun, kaku pagi, nyeri pada kemaluan atau paha sisi medial,
berkurangnya ekstensi/ adduksi, rotasi internal yang nyeri, IMT 530 kg/mg.“
UNIT TERKAIT
- RS pendidikan : Departemen Bedah — Orthopedi, Rehabilitasi Medik
v RS non pendidikan : Departemen Bedah
Osteoartritis
REFERENSI
Soeroso J. lsbagio H. Kalim H. Broto R. Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo AW. Setiyohadi
B. Alwi I. Simadibrata M. Setiati S. penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta:
lnternaPublishing; 2009. Hal. 2538-49
Felson DT. Osteoarthritis. Dalam: Longo DL. Kasper DL. Jameson JL. Fauci AS. HauserSL. Loscalzo
J. penyunting. Harrison's principle of internal medicine. Edisi Xvlll. McGraw-Hill Companies; 201 2.
Hal. 2828-36
Brandi KD. Dieppe P. Radin EL. Etiopathogenesis oi osteoarthritis. Rheum Dis Clin N Am 2008134153! -59
National Collaborating Centre for Chronic Conditions. Osteoarthritis: national clinical guideline
tor care and management in adults. London: Royal College of Physicians. 2008
Abramson SB. Attur M. Developments in the scientific understanding of osteoarhtritis. Arthritis
research and therapy 2009. H1227
Klippel JH. Stone JH. Crofford LJ. White PH. penyunting. Primer on the rheumatic diseases. Edisi
Xtll. New York: Springer Science:2008. Hal 669-82
Altman R. Asch E. Block G. et al. Development of criteria for the classification and reporting of
osteoarthritis: classification oi osteoarthritis oi the bone. Arthritis Rheum 1986: 29. I039-49.
Altman R. Alarcon G. Appelrouth D. Bloch D. Borenstein D. Brandt K. The american college of
rheumatology criteria tor the classification and reporting of osteoarthritis of the hip. Arthritis and
Rheumatism l99l:34:5:505-l4
Altman R. Alarcon G. Appelrouth D. et al. The American College of rheumatology tor the
classification and reporting of osteoarthritis of the bone. Arthritis Rheum I990: 33: I601-IO.
Conaghan PG. Dickson J. Grant RL. Care and management oi osteoarthritis in adults: summary
of nice guidance. BMJ 2008;336:502-3
Lievense AM. Koes BW. Verhaar JAN. Bohnen AM. Bierma-Zeinstra SMA. Prognosis of hip pain in
general practice: a prospective followup study. Arthritis and rheumatism 2007157 [S]: l368~l374
2? “
REUMATIK EKSTRAARTIKULAR
PENGERTIAN
Reumatik ekstraartikular adalah sekelompok penyakit dengan manifestasi klinik
umumnya berupa nyeri dan kekakuan jaringan lunak, otot atau tulang tanpa hubungan
yang jelas dengan sendi bersangkutan ataupun penyakit sistemik serta tidak semuanya
dapat dibuktikan penyebabnya. Terdapat tiga faktor yang diduga menjadi penyebab
REA antara lain mekanikal, inflamasi dan deposisi kristal. Beberapa penyakit reumatik
ekstraartikular yang penting dan sering ditemui adalah periartritis kaisifik, entesopati,
tenosinovitis, bursitis. Pada bab ini, reumatik ekstraartikuiar yang akan dibahas adalah
berdasarkan Iokasi bagian tubuh yang terkena.‘-2
r T ‘ - - . I
’ |'1IIlllllilll|'l'iIl|II|lIIl$
Perlirnmlnan Delmar Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Reumatik Ekstraartikular
2. Tenosinovitis De Quervain
Anamnesis: nyeri lokal pada bagian punggung pergelangan tangan menjalar ke ibu
jari dan lengan atas sisi radial, benda yang dipegang terlepas sendiri dari genggaman.
Pemeriksaan fisik: nyeri dan pembengkakan tendon di daerah prosesus stiloideus
radii, tes Finkelstein positif (nyeri bertambah dengan adduksi ibu jari dan deviasi
ulnar].
3. Carpal Tunnel Syndrome
Anamnesis: parastesia atau mati rasa pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah, dapat
menjalar hingga telapak tangan, keluhan semakin bertambah pada saat mengetuk,
memeras, menggerakkan pergelangan tangan, nyeri bertambah hebat pada malam
hari, pergelangan tangan terasa diikat ketat dan kaku gerak.
Pemeriksaan fisik: kekuatan tangan menurun, atrofi tenar, tes provokasi [phalen
test}, Tinnel's sign.
Diagnosis banding: sindrom nyeri servikobrakiai, mononeuritis multipleks.
Bursitis trokcmterik
Anamnesis: nyeri di daerah trokanter mayor, pembengkakan lokal, rasa nyeri
terutama malam hari, nyeri dirasakan intensifbila berjalan. gerakan yang bervariasi
dan berbaring pada sisi yang terkena.
Pemeriksaan fisik: nyeri tekan di atas daerah panggul lateral dan dapat menjalar
ke bawah, ke kaki atau ke Iutut, nyeri bertambah pada rotasi eksternai dan abduksi
melawan tahanan, tenderness point pada daerah trokanterik.
Diagnosis banding: radikulopati, osteoartritis panggul.
inferior dan distal garis sendi Iutut, nyeri bertambah berat apabila naik tangga.
Pemeriksaan fisik: nyeri tekan dan pembengkakan pada daerah bursa anserine
[anteromedial dari tibia proksimal], nyeri memberat dengan kontraksi otot
sartorius, grasilis dan semitendinosus.
3. Bursitis prepatelar (Housemaid's l<nee]"2
Anamnesis: nyeri saat berlutut, terasa kaku.
Pemeriksaan fisik: bengkak superfisial dan merah pada bagian anterior Iutut.
Diagnosis banding: infeksi, gout, pseudogout, fraktur, dislokasi patella, robekan
ligamen, bursitis infrapatella.
4. Tendinitispatellar”-“
Anamnesis: nyeri di daerah tendon patella, nyeri saat melompat, naik tangga atau
jongkolc
Pemeriksaan fisik: nyeri tekan pada tendon patcliar.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain ultrasonografi
muskuloskeletal, MRI, foto polos untuk menyingkirkan diagnosis banding, artrografi,
aspirasi bursa untuk mencari etiologi [pada bursitis], elektromiografi.” Pemilihan
pemeriksaan penunjang untuk penyakit Reumatik ekstraartikular harus disesuaikan
dengan kecurigaan klinis. Misalnya pada kasus dengan nyeri bahu yang diduga
Ptlllllllilll Plflllll IIIIIIS R
Perltilnptlnan Dokter Speslais Penyakit Dalam Indonesia eU
mqtoio i g
TATAI.A|(SANA"5>“
Nonfarmakologis: edukasi, menghindari faktor pencetus, istirahat, Iatihan,
rehabilitasi, fisioterapi (kompres air dingin, pemanasan, ultrasound, diaternti],
pemasangan bidai.
Farmakologis: OAINS, Analgesik, injeksi intralesi (kortikosteroid, lidokain lokal]
Bedah: apabila dengan terapi konservatif tidak menunjukkan perbaikan
KOMPLIKASI
Kontraktur, jepitan saraf
PROGNOSIS
Pada umumnya penyakit Reumatik ekstraartikular bersifat self-limiting.
UNIT TERKAIT
- RS pendidikan :Semua Divisidilingkungan DepartemenIlmuPenyakitDalam
~ RS non pendidikan :-
REFERENSI
l. Marpaung B. Reumatik ekstra artikular. In: Sudoyo A. Setiyohadi B. Alwi I, Simadibrata M. Setiati
S. editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5" ed. Jakarta; Pusat lntormasi clan Penerbitan Bagian
llmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2698 - 2704
2. Langford C. Gilliland B. Periarticular disorders of the extremities. in: Fauci A. Kasper D. Longo D.
Braunwald E. Hauser S. Jameson J. Loscalzo J. editors. Harrison's principles of internal medicine.
l8" ed. United States of America: The McGraw_Hill Companies. 2012: 2860 — 3
3. Woodward T, Best T. The painful shoulder. Am Fam Physician. 2000;6i ilOii3079 — 3088
4. Makkouk AH. Oetgen M. Swigart C. Dodds S. Trigger finger: etiology, evaluation and treatment.
Curr Rev Musculoskelet Med. 2008; l I2}: 92 — 96
5. Hellmann D. imboden J. Musculosceletal and immunologic disorders. In: McPhee S. Papadakis
M, Rabow M. editors. Current medical diagnosis and treatment 20l l. 50"‘ ed. California: The
McGraw —Hill Education. 20l 0:779 - 840
6. Visentini PJ. Khan KM. Cook JL. Kiss ZS. Harcourt PR. Wark JD. The VISA score: an index of severity
oi symptoms in patients with jumpers knee [patellar tendinosisl. Victorian institute of Sport Tendon
Study Group. J Sci Med Sport.I 998:1 { I ,'-:22 — 8
7. Handy JR. Anserine bursitis: o brief review. South Med J. I997:90l4]:376 — 7
8. Starr M, Kang H. Recognition and management oi common iorms of tendinitis and bursitis.
Canadian J CME. 200i:i55— 63
SKLERODERMA
PENGERTIAN
Sklerosis sistemik [skleroderma] adalah penyakit jaringan ikat yang tidak
diketahui penyebabnya yang ditandai oleh fibrosis kulit dan organ viseral serta
kelainan mikrovaskuler. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun, yang dimecliasi
oleh limfosit."
DIAGNOSIS
Pada tahun 1980, American Rheumatism Association (ARA) mengajukan kriteria
pendahuluan untuk klasifikasi sklerosis sistemik progresif. Kriteria ini terdiri atas:3
1. Kriteria Mayor:
Skleroderma proksimal: penebalan, penegangan dan pengerasan kulit yang
simetrik pada kulit jari dan kulit proksimal terhadap sendi metakarpofalangeal
atau metatarsofalangeal. Perubahan ini dapat mengenai seluruh ekstremitas, muka,
leher dan batang tubuh [toraks dan abdomen].
2. Kriteria Minor:
~ Sklerodaktilz perubahan kulit seperti disebut diatas, tetapi hanya terbatas
pada jari.
~ Pencekungan jari atau hilangnya substansi jari terjadi akibat iskemia. Daerah
yang mencekung pada ujung jari atau hilangnya substansi jari terjadi akibat
iskemia.
~ Fibrosis basal dikedua paru.Gambaran1inier atau lineonodular yang retikuler
terutama dibagian basal kedua paru tampak pada gambaran foto dada standar.
Gambaran paru mungkin menimbulkan bercak difus atau seperti sarang lebah.
Kelainan ini bukan merupakan kelainan primer paru.
Diagnosis sklerosis sistemik ditegakkan bila didapatkan 1 kriteria mayor atau
2 2 kriteria minor. Namun kriteria ARA ini sudah mulai ditinggalkan dan tidak lagi
ditujukan untuk diagnosis karena banyak pasien dengan sklerosis sistemik terbatas
(limited systemic sclerosis) tidak memenuhi kriteria ini.‘
Skleroderma 9 r
Pemeriksaan Penunjang‘-2
Laboratorium
Autoantibodi ditemukan hampir pada semua pasien dengan skleroderma
[sensitivitas >95%]. ANA merupakan antibodi yang paling sering ditemukan, tetapi
tidak cukup spesifik untuk skleroderma.‘
Pemeriksaan Patolog
biopsi kulit
Skleroderma ., ,
DIAGNOSIS BANDING":
Nephrogenic sistemik fibrosis, eosinofilic fasciitis, sclerodema diaheticorurn dan
scleremyxedema
TATALAKSANA5
Penyuluhan dan dukungan sosial
Penanganan Fenomena raynaud dan kelainan kulit
- Menghindari merokok dan udara dingin.
- Pada keadaan berat, bila disertai ulkus pada ujung jari atau mengganggu
aktivitas sehari-hari dapat dicoba vasodilator,misainya nifedipin,prazosin,atau
nitrogliserin topikal.
- Obat lain adalah iloprost suatu analog protasiklin, diberikan secara intravena
dengan dosis 3ng/kgBB/mat, 5-8 jam/hari selama 3 hari berturut-turut. Selain
itu obat ini juga digunakan untuk mengobati ulkus pada jari.
- Perawatan kulit dapat dipertimbangkan bila ada infeksi sekunder, bila luka
cukup dalam dibutuhkan perawatan secara bedah,nekrotomi dan pemberian
antibiotik parenteral.
Pemberian obat remitif
- D-penisilamin,kolkisin, metotreksat, siklofosfamid dan obat-obat imunosupresif
lainnya.
Penanganan kelainan muskuloskeletal
- Obat anti inflamasi non-steroid [OAINS] dapat diberikan. Bila nyeri menetap
dipertimbangkan injeksi steroid lokal atau steroid sistemik dosis kecil dalam
waktu singkat. Fisioterapi untuk mencegah dan mengatasi kontraktur.
' .t.i:!."'! .!.!.!.'.'. .'.!t£".!‘. 'l. '.l .i!.!.i* Reumatologi
Penanganan kelainan gastrointestinal
- Pasien dengan dismotilitas esofagus disarankan meninggikan kepalanya pada
waktu berbaring, makan pada posisi tegak dengan porsi kecil dan sering.
- Antasida ,antagonis I-I2 dan obat sitoprotektifpada kasus ringan sedang, pada
kasus berat dianjurkan PPI.
- Obat prokinetik pada keadaan disfagia dan hipomotilitas usus.
- Bila terdapat striktur esofagus dilakukan dilatasi secara berkala.
- Bila konstipasi diberikan pelunak tinja dan diet serat tinggi.
Penanganan kelainan paru
Pneumonitis interstitial diterapi menggunakan kortikosteroid atau siklofosfamid.
Bila terjadi hipertensi arteri puimonal,pengobatan dimulai dengan oral endothelin-I
receptor antagonist atau phosphodiesterase inhibitor seperti sildenafil, selain itu
pasien mungkin membutuhkan diuretil<,antikoagulan dan digoksin.
Penanganan kelainan ginjal
Krisis renal dengan hipertensi berat merupakan komplikasi yang serius dan angka
kematian yang cukup tinggi, yang dapat diturunkan dengan menggunakan obat
penghambat enzim pengkonversi angiotensin. ]ika diperlukan dapat dilakukan
dialisis.
KOMPLIKASI
Hipertensi pulmonal, krisis renal sistemik, Barret’s esofhagitis. ulkus dan gangren
u]ung]ari.'—2-5
PROGNOSIS
Angka harapan hidup 5 tahun pasien sklerosis sistemik adalah sekitar 68%.
Penelitian Altman dkk, mendapatkan beberapa prediktor yang memperburuk
prognosis sklerosis sistemik adalah?
Usialanjut[>64tahun] penurunan fungsiginjal [BUN<16mg/di] anemia [Hb<11g/dl]
Penurunan kapasitas difusi CO2 pada paru (<50% prediksi]
Penurunan kapasitas difusi CO2 pada paru (<50% prediksi]
Penurunan kadar protein serum total (6mg/dl]
Penurunan cadangan paru [kapasitas vital paksa <80% pada Hb >14g/dl atau
kapasitas vital paksa <65% pada Hb <14g/dl].
_ ' ' - — _ .. . '1 _;--__-....=.;_=-_-T-—--.-
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Semua Divisidi Iingkungan Departemenllmu PenyakitDalam,
Departemen Bedah Vaskuler
RS non pendidikan : Departemen Bedah
REFERENSI
Varga J. Systemic Sclerosis {Scleroderma] and Related Disorders. in: Longo Fauci Kasper. Ham'son‘s
Principles of Internal Medicine 18'" Edition. United States of America. McGraw Hill. 20I2
Setiyohadi B. Sklerosis Sistemik. Data m: Sudoyo. Setiyohadi. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Edisi
V. Jakarta. Intemo Publishing. 20l I
Subcommittee for Scieroderma Criteria of the American Rheumatism Association Diagnostic
and Therapeutic Criteria Committee. Preliminary criteria for the classification of systemic sclerosis
lscleroderma]. Arthritis Rheum I980:23:58l -90.
Haustein U. Systemic Sclerosis — scieroderma. Dermatology Online Joumal 8{l,l:3. 2002. Diakses
melalui http:,~'/dermatology.cdIib.org;‘DOJvo|8num I Ireviewslscieroderma/haustein.htmI pada
tanggal 4 Mei 2012.
Hummers L. Wigiey F. Sclerodermo. In: imboden J. Hellmann D. Stone J. Current Rheumatology
Diagnosis 8. Treatment. 2'“ Edition. United States of America. McGraw Hill. 2004
Falanga V. Kilioran C. Chapter 62: Morphea. In: Wolff K. Goldsmith L. Katz S. et al. Fitzpotricks's
Dermatology in General Medicine. 7"‘ Edition. United States of America. McGraw Hill. 2008 p543-6
-:-,
SPONDILOARTROPATI
PENGERTIAN
Spondiloartropati adalah sekelompok penyakit radang sendi yang mempunyai
faktor predisposisi dan tampilan klinis yang mirip. Yang termasuk spondiioartropati
adalah spondilitis ankilosa, artritis reaktif (termasuk Reiter's syndrome], artritis
psoriatik, inflammatory bowel disease-associated spondyloarthropathy,dan
undifferentiated spondyloarthropathy. Penyakit-penyakit ini mempunyai kesamaan
yaitu berhubungan dengan gen HLA-B27 dan adanya entesitis sebagai lesi patologi
dasar. Tampilan klinis lain diantaranya adalah inflammatory back pain, daktilitis,
manifestasi ekstraartikular seperti uveitis dan ruam kulit.“
.
Spondiloartropati
1 I
Sakroilllris pada HLA-B2? PLUS Artritis atau entesitis atau daktilitis
pencitraaan PLUS =2 gambaran SpA PLUS
=1 gambaran SpA V305 Iain
Kelera ngan:
I . Nyeri pinggang =n!lamasi: adanya gejala soot ini aloe riwayat nyeri spinal [pinggang dorsal atau semkal]. dengan 4 dari S gejala.
yaitu onset <45 tahun. onset insdious. perbaikan dengan Iatihan. kaku pagi hari clan durasi > 3 bulan.
Sinovitis: adanya geiaa saat ini atau riwayat arlritis asimctris alau artritis yang predominan di ekstrimitas bawah.
Riwayat keiuarga paaa tingkat satu atau dua. berupa spondilitis ankilosa. psoriasis, uveitis akut, arlntis reaktit. IBD
Psoriasis: adanya gejala saat ini atau riwayat psoriasis yang didiagnosis oleh dokter
i-".~*~P"!\> t8D: adanya geiala saai inicliauriwaystpenyclkEtCrai'1n otou colitis ulseratit yang didiagnosis oleh dokter dan dil-confirmasi dengan
pemeriksaan radiologi dan endoskopi
<5. Nyeri gluleus yang bergantianz adanya gejala saat ini atau riwayat nyeri bokong yang bergantian antara regio gluteus kanan dan kiri.
?. Entesopaii: adanya gejala saat in‘ atau r-wayat nyeri spontan atau nyeri tekan pada insersi tendon achilles dan lasia planlaris
saat pemeriksaan fisix
S. Diare akut: diare yang toryadl dalam Slllu bulan sebelum in-buinyc artritis.
9. Urethritislservisltis: uretrilis atau servisilis non-gonokokal yang teriadi dalam satu bulan sebelum timbulnya artritis
10. Sal<'oililis: sa-<roili|is dengan grade 2--1 [bilateral] alau grade 3-4 {unilateral} berdasarkan pemeriksaan radiografi.
[01 '1orma' l=susoe'-c. 2=minimal. 3=se-dang. 4=ant<ilosis]
SPONDILITIS ANKILOSA
Nyeri pinggang pada spondilitis ankilosa timbul secara bertahap dan sifat nyerinya
tumpul, dengan penjalaran ke arah gluteal. Nyeri pinggang memberat pada pada pagi
hari dan membaik dengan aktivitas dan serta mempunyai komponen nyeri nokturnal. Hal
tersebut sesuai dengan kriteria nyeri pinggang inflamasi, seperti yang telah dijelaskan
di subtopik Spondiloartropati. Seiring dengan berjalannya waktu, artritis aksial dapat
berkembang dari sendi sakroiliak, menuju ke vertebra lumbalis/servikalis. Mobilitas
Reumatologi
tulang belakang menjadi terbatas karena adanya deformitas spinal seperti lordosis
lumbar yang mendatar, kifosis dada yang berlebih, hiperekstensi vertebra servikalis, dan
adanya sindesmofit di antara ruas-ruas tulang belakang. Pemeriksaan tulang belakang
seperti tes Schober dan tes jarak occiput ke dinding memberikan hasil positifterutama
yang sudah lanjut.”
Pemeriksaan Penunjang“
DPL, LED, dan CRP
HLA-B27 [dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis tetapi tidak
direkomendasikan dilakukan secara rutin]
Pemeriksaan radiologis: foto polos sendi sakroiliaka dan vertebra serta sendi lain
yang terlibat, bila diperlukan dapat dilakukan MRI pada sendi sakroiliaka, terutama
pada awal perjalanan penyakit
DIAGNOSIS
Diagnosis AS dapat ditegakkan dengan menggunakan kriteria modifikasi New
York 1984 seperti pada tabel 2.“
TATALAKSANA“-“
Non farmakologis
Edukasi, terapi fisik, program Iatihan di rumah, sikap tubuh yang tepat dan sesuai.
Rehabilitasi pasien rawat mungkin dibutuhkan pada pasien-pasien tertentu.
Farmakologis
OAINS adalah pilihan utama untuk mengatasi nyeri dan kaku. Analgesik lain seperti
asetaminofen dan tramadol bisa dipertimbangkan untuk kombinasi.
Spondiioartropati (W
I injeksi steroid lokal dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi lokal. sedangkan
pemberian sistemik tidak dianjurkan.
~ DMARD konvensional seperti metotreksat dan sulfasalazine tidak terbukti
bermanfaat, kecuali sulfasalazin yang bisa digunakan pada kasus yang disertai
artritis perifer.
- Agen biologikyang saat ini direkomendasikan untuk terapi AS adalah golongan anti-
TN Fa. Agen biologik sebaiknya diberikan pada kasus dengan aktifitas penyakit yang
tinggi dan menetap serta kurang respon dengan terapi konvensional.
Tindakan Bedah
- Artroplasti panggul dilakukan pada nyeri panggul yang refrakter disertai dengan
kerusakan struktural secara radiologis.
- Spinal corrective osteotomy dipertimbangkan pada pasien dengan deformitas
tulang belakang berat.
ARTRITIS REAKTIF‘-'2-'3
Anamnesis
Artritis reaktifterjadi satu sampai empat minggu setelah infeksi saluran pencernaan
atau genitourinarius. Organisme penyebab diantaranya adalah Chlamydia, Ureaplasma,
Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Campylobactersp. Diare akut seringkali merupakan
manifestasi yang terlihat jika artritis reaktif terjadi setelah infeksi Shigella, Yersinia
dan Salmonella. Beberapa studi menunjukkan adanya bukti bahwa Chlamydophila
(Chlamydia) pneumoniae yang menimbulkan infeksi saluran nafas dapat menimbulkan
artritis reaktif, meskipun angka kejadiannya lebih jarang. Pada 20% pasien laki-laki
dengan artritis reaktifdidapatkan balanitis sirsinata.
Pemeriksaan Fisik
Oligoartritis akut terjadi dalam beberapa hari, dengan distribusi asimetris, terutama di
ekstrimitas bawah. Entesitis sering terjadi, terutama pada tumit. Manifestasi ekstraartikuler
dapat berupa konjungtivitis [50%]. atau uveitis [akut, unilateral, dan berulang].
Pemeriksaan Penunjang -
0 Laboratorium: darah perifer lengkap, LED, CRP, dan analisa cairan sendi [gambaran
inflamasi]. Pemeriksaan mendapatkan sumber infeksi pemicu seperti dengan
C
~':-,3,
\ 'r-
Tatalaksana
~ Non farmakologis: edukasi, terapi fisik/rehabilitasi medik
- Farmakologis
- Obat anti inflamasi non-steroid [OAINS]
- Injeksi kortikosteroid intraartikuler dapat digunakan pada artritis yang
mengenai 1-2 sendi atau monoartritis yang berat
- Pada arthritis reaktifyang kronik dan berat dapat diberikan DMARD, seperti
sulfasalazin dan metotreksat, atau steroid sistemik
- Terapi terhadap infeksi pemicu hanya diindikasikan pada infeksi Chlamydia
trachomatis, antara lain dengan kombinasi terapi sinovektomi dan azitromisin
selama 3 bulan.
Prognosis
Pada umumnya prognosis baik, dan sebagian besar sembuh total setelah beberapa
bulan, dan hanya didapatkan 14-20% pasien yang menetap dan menjadi artritis kronik.
ARTRITIS PSORIATIKL"-'5-“
Anamnesis
Pada kebanyakan kasus, manifestasi kulit mendahului keterlibatan sendi.
Walaupun dapat terjadi sebaliknya pada 15-20% kasus. Ada beberapa tipe, yaitu tipe
oligoartikular [empat atau kurang sendi terlibat], tipe poliartikular [lima atau lebih
sendi terlibat), pola dengan predominan keterlibatan sendi interfalangeal distal,
artritis mutilan, dan spondilitis psoriatik. Lebih dari 70% kasus merupakan tipe
oligoartikular.
.\.=.2_-;-
_ . ... ._. ,
.- ~.=..a.-r=...- -.
Spondiioartropati
Tabel 2. Kriteria CASPAR"
Untuk memenuhi kriteria CASPAR. pasien harus mempunyai penyakit radang sendi (joint. spine.
atau entheseall dengan 3 3 poln dari 5 kategori berikut?’
l.Bukti adanya psoriasis."-F riwayat psoriasis pribadi. atau riwayat keluarga psoriasis“
2. Distrofi kukue yang khas psoriatik. didapatkan pada pemeriksaan sekarang
3.Fol<tor rematoid {-]
4. Dactylitis saat ini atau riwayat dactylitis‘ yang dinilai oleh seorang ahli Reumatologi
5. Bukti radiologi adanya pembentukan tulang baruiuxtaarticularg pada telapak tangan dan kaki
Ketera"gan_
Spesifilos 99% dan sensitivitas 91%
F’5OP»0§'5 500' "Ii l'0E0Gi<lll30i DOIH 2. sedangkan yang earn bernilai I poln
Penyakit kulil atau kulit kepala psoriatik yang ada oada soot pemeriksaan. ditentukan oleh ahli Reumatologi alau ahli kU|r1
‘Riwayat psoriasis pada keturunan pertama dan kedua
Onil-colisis. pitting. atau hiperkeratosis
'Pernbengl<o-can pada seluruh jari
-Osritkasi didekot batas ser1d'.r1an'1ur1ildOk rermasuk pembentukan osleafit
Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis dapat ringan hingga berat (destruktif]. Selain di tempatnya yang
khas, permukaan ekstensor Iutut, psoriasis dapat pula terdapat pada bagian kecil
pada kulit kepala, telinga, celah anus, perineum, atau umbilikus. Lesi kuku, termasuk
pitting dan onikolisis, terdapat pada lebih dari 80% pasien dengan artritis psoriatik.
Pada artritis psoriatik. uveitis cenderung kronik dan terjadi bilateral.
Tempat Predileksi
Asimetris, pada sendi distal. Iika akan dibuat diagnosis artritis psoriatik. maka
kulit diperiksa secara hati-hati untuk mencari lesi psoriatik.
Radiologi
Gambaran radiografi pasien dengan artritis psoriatik memperlihatkan adanya artritis
erosif, dengan tersering terjadi pada sendi DIP dan terjadi perubahan pencil-in-cup akibat
resorpsi tulang. Temuan lain diantaranya adalah enthesitis dengan reaksi periosteai,
sakroiliitis, dan spondilitis, sama seperti yang ditemukan pada artritis reaktif
Tatalaksana
~ Non farmakologis
- Farmakologis:
- Manifestasi Ruiit
- Terapi topikal l<ortikosteroid, retinoid
- Terapi UV
i ,_. _ ".".?
Parrrluarmalrlllrltlinis ReU|"nQ‘|'O|O i
Perhimpunan DOIl1l9r Spesialis Pflflffikrt Dalam lfldtilflesia g
- Manifestasi Sendi
- Obat anti inflamasi non-steroid [OAINS]
- Kortikosteroid oral
- Injeksi kortikosteroid intraartikular
- Metotreksat, sulfasalazin, dan inhibitor TNF-a
Prognosis
Riwayat keluarga adanya artritis psoriatik. onset penyakit dibawah 20 tahun,
adanya HLA DR3 atau DR4, kelainan sendi poliartikuler atau erosifdan kelainan kulit
yang luas diduga berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Anamnesis
Penyakit ini berhubungan dengan penyakit Crohn atau kolitis ulseratif. Pada
beberapa pasien, manifestasi artritis terjadi sebelum manifestasi penyakit usus.
Pemeriksaan Fisik
Penyakit ini biasanya terjadi tiba-tiba dan pola nyeri berpindah-pindah. Artritis
secara umum berkurang dalam waktu enam hingga delapan minggu. Walaupun
rekurensi sering terjadi, 10% pasien terjadi artritis kronik. Pada 20% pasien,
manifestasi spondiioartropati yang berhubungan dengan inflammatory bowel disease
tidak berbeda dengan spondilitis ankilosa idiopatik.
Tempat predileksi
Artritis terjadi pada ekstremitas bawah secara asimetris
Tatalaksana
~ Non farmakologis: edukasi, terapi fisik/rehabilitasi medik.
v Farmakologis
- Obat anti inflamasi non-steroid harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
mengeksaserbasi penyakit usus
- Sulfasalazin, metotreksat, dan azatioprin
- TNF-a inhibitor.
Spondiioartropati
UNDIFFERENTIATED SPONDYLOARTHRITISI-2
Kriteria Diagnosis
Kebanyakan pasien mempunyai gejala yang tidak spesifik termasuk nyeri
punggung, nyeri pada bokong unilateral atau bergantian, entesitis, daktilitis, dan
kadang-kadang terdapat manifestasi ekstraartikular. Undrfferentiatedspondyloarthritis
merupakan diagnosis ekslusi, dimana terdapat manifestasi spondiloartritis tanpa
adanya spondilitis ankilosa, infeksi yang mendahului, psoriasis, kolitis ulseratif,
ataupun penyakit Crohn.
Suifasalazin, Metotreksat
- Injeksi intraartikular kortikosteroid
~ TNF-tr inhibitor.
Ringkasan
Tabel 3. Karakterlstlk Spondiioartropati Seronegatit“
Atrltis reaktit , IBD-associated
Spondllltis {termasuk Rotter s Artritis psorialik spondyloammpamy
Ankilosa syndrome)
Prevalens 0. i %-0.2% 0. i % 0.2%-0.4% Jarang
Onset Akhir remaia Akhir remajo 35-45 tahun Umur berapapun
sampai awal sampai awal
dewasa muda dewasa
Laki-laki: wanita 3:l 5:1 l:i i:I
HLA-B27 90-95% 80% 40% 30%
Socroiliitis
Frekuensi i00% 40-60% 40% 30%
Distribusi Simetrik Asimetrik Asimetrik Simetrik
Sinctesmofrt Delicate. Bulky, Bulky. Delicate. marginal
marginal nonmarginal nonmarginal
Artritis perifer
Frekuensi Jarang Sering Sering Sering
Distribusi Asimetrik. Asimetrik. Asimetrik. setiap Asimetrik.
ekstremitas ekstremitas sendi ekstremitas bawah
bawah bawah
Entesitis Sering Sangat sering Sangat sering Jarang
PIIIIIIIIIIII Pltlllil IIIIIIS
Perhimpunan Dokter §gg§IiII5 Penyakit Dalam Indonesia
Reumatologi
Atrltis reaktit
Spondilttis {termasuk ReIter‘s Artritis psoriotik IBD-associated
Ankilosa
syndrome) spondyloorthropatiry
KOMPLIKASI
Deformitas
UNIT TERKAIT
~ RS Pendidikan :Departemen Rehab Medik
- RS Non Pendidikan :Bagian Rehab Medik
REFERENSI
I. Tourog JD. The Spondyloarthritides. ln: Longo DL. Kasper DL. Jameson JL. Fauci AS. Hauser SL
Loscalzo J. Harrisons Principles of Internal Medicine. Singapore: The McGraw Hill companies
20i 2.p.2774—B5
R §Spon;d|loa
0 0 Q )
.:
1-
"'-'l-- >tr::.~ ’