Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2018

Oleh :
Shazni Nadia Reivana
NIM 16071030021

Pembimbing : dr Sitti Hajar, M.Kes, Sp. M


N.III bersama dengan N.IV dan N.VI merupakan
saraf otak yang mengatur pergerakan bola mata.
N.III mengontrol sebagian besar gerakan mata,
konstriksi pupil, dan mempertahankan
terbukanya kelopak mata.
• Insidensi penyebab parese N.III Menurut catatan Rucker

40% 34%
15% 19%
20% 19%
11%
0%
2%

Sales
• Hukum Haring

“Dalam pergerakan bola mata, salah satu otot mata berpasangan dengan
otot mata lain pada bola mata yang lain ”

• HUKUM SHERINGTON ”
“ 2-3 otot pada satu mata, bekerja bersama-sama untuk mengadakan
suatu gerakan ( sinergistik ) , dan Apabila 1 otot distimulus maka
secara simultan otot lain akan dihambat (antagonistik ) “
• Parese nervus okulomotorius adalah gangguan
fungsi motorik akibat adanya lesi jaringan saraf
pada nervus okulomotorius.
• Penyebab parese N.III pada orang dewasa
- Aneurisma
- Penyakit vaskuler (DM, Hipertensi)
- Trauma
- Sifilis
- Neoplasma

• Penyebab parese N.III pada anak-anak


- Kongenial
- Aneurisma
- Neoplasma
- Trauma jalan lahir
- Trauma
- Inflamasi
- Misellanus
Parese N. III Partial

•Eksternal Oftalmoplegia
•Internal Oftalmoplegia

Parese N.III Total


• Kelumpuhan otot
ekstraokular
– M.Obliqus inferior
– M. Rectus Medial
– M. Rectus Superior
– M. Rectus Inferior
• Kelumpuhan M.Levator
Palpebra Superior
• Kelumpuhan otot intraokular
– M. Siliaris
– M. Sfingter Pupil
Anamnesis
• Usia onset
• Perjalanan penyakit
• Diplopia
• Ketajaman penglihatan
• Riwayat penyakit; Diabetes melitus, hipertensi,
aneurisma, neoplasma, atau trauma (trauma saat
kelahiran ataupun trauma kepala akibat kecelakaan).
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
•  strabismus, ptosis
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
•  pupil; ukuran, isokor/anisokor, RCL dan RCTL
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
•  Hirschberg reflction test
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
•  Uji Pursuit
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
•  Cover Test
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
•  Ketajaman penglihatan
•  Hess Screen
•  Pemeriksaan sensorik
Laboratorium
• Gula darah
• Foto kranium
• Foto sinus paranasal dan orbita, bila
diperlukan CT scan sinus paranasal dan orbita
• Tensilon (edrophonium) test, untuk
menegakan diagnosa miastenia gravis
• CT brain / MRI / angiografi karotis pada
kasus-kasus neurologis
Non Farmakologi Farmakologi
• Terapi ambliopia • Antibiotik / antifungal
• Terapi steroid
• Prisma • Terapi suportif

Pembedahan
• Prosedur reseksi
dan resesi
Pembedahan
• Retraksi kelopak mata
Seorang perempuan 52 tahun datang
dengan penglihatan ganda dan kelopak
mata tidak bisa terbuka …
ANAMNESIS
ANAMNESIS
•Pasien datang dengan
RPS keluhan penglihatan mata
kanan melihat ganda dan
kelopak mata tidak bisa
terbuka sejak 8 hari yang
lalu.
Dari teori yang didapatkan hal ini
•Pasien juga mengeluhkan sesuai dengan gejala klinik dari
mata sebelah kanan parese pada N.III adalah penglihatan
merah, nyeri disangkal. ganda (diplopia).(3) Hal ini disebabkan
Keluhan dirasakan satu karena adanya kerusakan pada saraf
PS hari setelah kecelakaan. III tersebut yang berperan
•Saat kecelakaan kepala mengendalikan otot ekstraokular
dan mata sebelah kiri pada mata.(2) Otot mata yang
pasien terbentur trotoar. terhubung ke otak tidak bekerja
dengan tepat sehingga gerakan mata
berbeda padahal seharusnya bola
mata bergerak kearah yang sama.(1,2).
ANAMNESIS
ANAMNESIS
•Pasien datang dengan
RPS keluhan penglihatan mata
kanan melihat ganda dan
kelopak mata tidak bisa
terbuka sejak 8 hari yang
lalu. Fungsi M. levator palpebra adalah
untuk mengangakat kelopak mata.(1)
•Pasien juga mengeluhkan
Serabut motorik somatik nervus
mata sebelah kanan okulomotorius terbagi menjadi dua
merah, nyeri disangkal. cabang, cabangi superior
Keluhan dirasakan satu mempersarafi M. levator palpebra dan
PS hari setelah kecelakaan. M. rektus superior, dan cabang inferior
•Saat kecelakaan kepala mempersarafi M.rekti medialis dan
dan mata sebelah kiri inferior serta M. obliqus inferior
apabila terjadi gangguan pada nervus
pasien terbentur trotoar.
okulomotorius total maka ptosis akan
menjadi salah satu manifestasi
klinisnya. (2,3)
ANAMNESIS
ANAMNESIS
•Pasien datang dengan
RPS keluhan penglihatan mata
kanan melihat ganda dan
kelopak mata tidak bisa
terbuka sejak 8 hari yang perdarahan subkonjungtiva
lalu. dapat terjadi akibat trauma
•Pasien juga mengeluhkan langsung maupun tidak
mata kiri merah, nyeri langsung.(5) Konjungtiva
disangkal. Keluhan mengandung banyak pembuluh
darah kecil (pembuluh darah
dirasakan satu hari setelah
PS konjungtivalis atau episklera)
kecelakaan. dan rapuh yang mudah pecah
•Saat kecelakaan kepala atau rusak, ketika hal ini terjadi
dan mata sebelah kiri darah bocor kedalam ruang
pasien terbentur trotoar. antara konjungtiva dan sklera
dan darah tersebut akan
diabrobsi sendiri oleh tubuh
dalam 2 sampai 3 minggu.(5,7)
•Riwayat penggunaan kacamata (-)
RPD •Riwayat Diabetes Mellitus (-)
•Riwayat hipertesi (-)

RPK •Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat


penyakit mata

RKS
•Pasien merupakan seorang IRT
Temperatur
Tekanan Respiratory
Kesadaran: Heart Rate: :
Darah: Rate:
Compos 82x/i 36,5 C
120/80mm 20x/i
mentis
Hg
VOD : 3/60 VOS:5/50
Pemeriksaan fisik pada pasien ini sesuai
• Uji Pursuit dengan teori, pada kelumpuhan total nervus
okulomotorius, semua otot intraokular dan
semua otot ekstraokular yang dipersarafi oleh
nervus okulomotorius terkena, disertai
dengan hilangnya refleks akomodasi dan
refleks cahaya pupil.(2,4,6) Kerusakan dari
serabut parasimpatis pada N III menyebabkan
pupil midriasis, juga terdapat ptosis karena M.
levator palpebra ikut mengalami
kelumpuhan.(1) Akibat lumpuhnya otot-otot
ekstraokular yang dipersarafi oleh nervus
okulomotorius dan karena fungsi dari M.
rektus lateral dan M. obliqus superior masih
baik maka mata akan berdeviasi ke luar dan ke
bawah.(2,5) Deviasi mata yang disebabkan oleh
parese N III dapat digolongkan ke dalam
strabismus paralitik atau inkomitan.(5)

• Uji Refleks Pupil


OD Bagian Mata OS
Terjatuh Palpebra Superior Tenang
Tenang Palpebra Inferior Tenang
Tenang Conjungtiva Tarsal Tenang
Superior
Tenang Conjungtiva Tarsal Tenang
Inferior
Tenang Hiperemis,
Injeksi Siliar (+),
Conjungtiva Bulbi Injeksi
Konjungtiva(+)

Jernih Kornea Jernih

Cukup COA Cukup


Dilatasi, RCL (-), Iris/Pupil Bulat isokor, RCL(+),
RCTL (-) RCTL(+)
Jernih Lensa Jernih
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
15 November 2017

Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

Hemoglobin 8,4 gr/dl 12 – 15 gr/dl

Eritrosit 3,0 6/mm3 4,2-5,4. 106/mm3

Leukosit 7,3.103/mm3 4,5-10,5.103/ mm3

Trombosit 86.103 / mm3 150-450.103/ mm3

Hematokrit 25 % 37-47%

Na 140 135 – 145 mmol/dL

K 4,0 3,5-4,5 mmol/dL

Cl 109 90-110 mmo;/dL

Ureum 65 13-43 mg/dL

Kreatinin 0,64 0,51-0,95 mg/dL


Diagnosa Kerja
• Observasi Parese Nervus III OD + Ptosis OD + Sub
Conjungtiva Bleeding
Cendo xytrol diberikan pada pasien ini sebagai
antiinflamasi karena mengandung

Tatalaksana
dexamethason. Peradangan dapat ditekan
dengan cara menghambat kerja zat-zat
Medikamentosa sepertiprostaglandin yang merupakan
mediator inflamasi. Cendo xytrol juga sebagai
- Cendo xytrol ED 6x1 tetes ODS antiinfeksi karena mengandung neomycin
sulfat dan Polymixin B sulfat yang secara
bersamaan aktif terhadap organism patogen
Pembedahan pada mata seperti Staphilococcus aureus,
-Observasi 6 bulan Escheria colli, Haemophylus influenza,
Klebsiella sp., Neisseria sp., dan Pseudomonas
-Reseksi dan reversi aeruginosa.
Diagnosa Kerja
• Observasi Parese Nervus III OD + Ptosis OD + Sub
Conjungtiva Bleeding

Tatalaksana Berdasarkan teori tujuan terapi bedah


adalah untuk mengeliminasi diplopia
Medikamentosa dalam lapangan pandang yang normal,
- Cendo xytrol ED 6x1 tetes ODS baik pada penglihatan jauh ataupun
dekat. Terapi bedah dapat ditunda
selambat-lambatnya sampai satu tahun
Pembedahan dengan maksud memberi kesempatan
untuk pemulihan dengan sendirinya.
-Observasi 6 bulan Terapi bedah biasanya dilakukan bila
-Reseksi dan reversi penglihatan binokular tidak kunjung
membaik setelah otot-otot ekstraokular
pulih, selambat-lambatnya sampai 6
bulan.(6,7)
Diagnosa Kerja
• Observasi Parese Nervus III OD + Ptosis OD + Sub
Conjungtiva Bleeding
Prosedur yang digunakan yaitu reseksi
dan resesi. Secara konseptual, tindakan
ini merupakan tindakan paling
Tatalaksana sederhana. Sebuah otot diperkuat
dengan suatu tindakan yang disebut
Medikamentosa reseksi. Otot dilepaskan dari mata,
- Cendo xytrol ED 6x1 tetes ODS diregangkan lebih panjang secara
terukur, kemudian dijahit kembali ke
mata, biasanya di tempat insersi
Pembedahan semula. Resesi adalah tindakan
perlemahan standar. Otot dilepas dari
-Observasi 6 bulan mata, dibebaskan dari perlekatan fasia,
-Reseksi dan reversi dan dibiarkan mengalami retraksi. Otot
tersebut dijahit kembali ke mata pada
jarak tertentu di belakang insersinya
semula.(7
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
• Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai