Tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi, hasil refraksi dengan sikloplegic
juga harus dicatat.
Kelainan strabismus / mata juling.
Produksi air mata (Schirmer test).
Diameter pupil dan perbedaan warna iris pada kedua mata harus diperiksa
pada kasus Horner Syndrome.
Tinggi kelopak mata atau fissure palpebra diobservasi dan diukur. Pengukuran
dilakukan dalam millimeter (mm), di ukur berapa besar mata terbuka pada
saat melihat lurus / kedepan, melihat ke atas dan kebawah.
Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi untuk
melihat perubahan pada mata.
7. Penatalaksanaan Medik
Observasi hanya dibutuhkan pada kasus congenital ptosis sedang (mild
congenital ptosis), jika tidak terdapat tanda amblyopia, strabismus dan jika terdapat
ketidaknormalan posisi kepala.
Pasien harus dievaluasi setiap 3 atau 4 bulan untuk menangani amblyopia pada
congenital katarak. Foto luar mata dapat membantu memonitor pasien.
Guliran kepala harus diperhatikan , jika pasien sering mengangkat dagunya (chin
up posture), menandakan bertambah buruknya ptosis, disarankan untuk
melakukan operasi.
Pasien harus diperiksa akan adanya astigmatisme disebabkan tekanan dari
kelopak mata.
Ptosis biasanya tidak terperbaiki dengan waktu, dan membutuhkan operasi
sebagai penyembuhan, khususnya operasi plastic dan reconstructive. Operasi ini
ditujukan untuk memperkuat otot levator palpebra.
Koreksi ptosis dengan operasi pada kasus congenital ptosis dapat dilakukan pada
berbagai usia, tergantung dari keparahan penyakitnya. Intervensi awal
dibutuhkan jika terdapat tanda – tanda amblyopia dan ocular torticollis.
Beberapa kasus ocular torticollis menghambat pergerakan (mobility) pada bayi
dan anak – anak disebabkan masalah keseimbangan pada posture kepala dan
dagu yang terangkat. Jika tidak terlalu mendesak /urgent, operasi dapat ditunda
hingga usia 3 atau 4 tahun.
8. Prognosis
Kongenital euquired
Ansietas
Iritasi pd kornea
Nyeri
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer
pasien, seperti kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata,
mata basah , pandangan ganda, bercak di belakang mata, atau hilangnya daerah
penglihatan soliter ( skotoma, myopia, hiperopia ). Juga harus menentukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini.
2) Juga penting untuk mengeksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien
Apakah ia mengenakan kaca mata atau lensa kontak ?
Kapan pemeriksaan mata terakhir ?
Apaka tekanan mata dicukur ?
Apakah pasien mengalami kesulitan melihat pada jarak atau jauh ?
Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi ?
Bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer ?
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata? Bila ya
kapan ?
Masalah mata apa yang terdapat dalam kelurga pasien ?
3) Riwayat mata yang jelas sangat penting. Penyakit apa yang terakhir diderita
pasien ?
Masa kanak-kanak; strabismus, ambylopia, cedera ?
Dewasa ; glaucoma, katarak atau trauma mata, kesalahan refraksi, dan
bagaimana bentuk koreksinya ?adakah pembedahan mata sebelumnya ?
adakah diabetes, hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual,
alergi, penyakit kardiovaskuler dan kolagen, kondisi neurologic ?
Penyakit keluarga ; adakah riwayat kelainan mata pada family derajat
pertama atau kakek nenek ?
4) Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali
untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat
dikoreksi sejak awal
2. Diagnose Keperawatan
1) Ganguan rasa nyaman b/d iritasi
2) Gangguan konsep diri ( citra tubuh ) b/d perubahan bentuk kelopak mata yang
mempengaruhi penampilan klien
3) Ansietas b/d perjalanan penyakit
3. Intervensi
Dx 1 :
Tujuan dapat tercapai dengan criteria hasil : klien akan mengalami perbaikan
keluhan
1) Kompres tepi kelopak mata 3x sehari atau sesuai kebutuhan, sambil menekan-
nekan kelenjar untuk mengeluarkan isinya
R/ Kompres membersihkan tepi kelopak mata dari krusta/ skuama
2) Olesi kelopak mata yang sudah dibersihkan dengan obat salep mata,
menggunakan aplikator kapas ( antibiotika, antistafilokok sulfonamide AgNO3 1
%-2%)
Dx 2 :
Tujuan dapat tercapai dengan criteria hasil : harga diri klien kembali lagi
Tujuan dapat tercapai dengan criteria hasil : klien tidak cemas lagi dan dapat
beradaptasi dengan penykitnya
1) Kaji tingkat ansietas, pengalaman dan pengetahuan klien tentang kondisi saat ini
2) Berika informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beritahu bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah ganngguan penglihatan
tambahan
3) Dorong klien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaannya
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC :
Jakarta