Anda di halaman 1dari 10

PTOSIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Ptosis adalah kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal
seperti mata normal ketika memandang lurus ke depan (Drooping eye lid).
Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil dibanding mata
normal. Normalnya kelopak mata terbuka adalah = 10 mm.
2. Etiologi

Ptosis secara garis besar dibagi menjadi 2 type:


 Congenital Ptosis (dibawa sejak lahir).
 Acquired Ptosis (didapat)
Biasanya juga diakibatkan oleh kerusakan saraf cranial yang menginervasi
kelopak mata atau karena terauma, pembedahan, kelainan neurologis, penyakit
tertentu.
3. Anatomi Fisiologi
Sturuktur mata eksternal adalah kelopak mata dan bulu mata. Di depan mata
ada kelopak mata, dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan dapat
bibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola
mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit
tanpa lemak subkutis. Pada orang yamng sangat putih, mikrovaskularitas ekstensif
dapat terlihat sebagai warna kebiruan. Kelopak mata sangat elastic dan mudah
direngangkan, seperti terlihat pada trauma tumpul dan edema orbita. Batas kelopak
mata berakhir pada plat tarsal, terletak pada batas kelopak. Batas ini mengandung
banyak kelenjar kecil, duktus, batang rambut dan bulu mata.
Hubungan antara kelopak mata atas dan bawah dinamakan kantus. Pada bagian
luar, kantus terletak terletak di aspek temporal lateral mata. Bagian dalam, kantus
medial mengandung puncta, suatu muara yang memungkinkan air mata mengalir ke
bagian atas system lakrimal . rongga ellips antara kelopak mata terbuka dinamakan
fisura palpebra. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva palpebra, suatu
membrane mukosa transparan, vaskuler, tipis yang melanjutkan diri dengan skelera
anterior sampai ke batas luar kornea.
Posisi kelopak mata sebagian dikontrol oleh dua saraf otak. SO III yang
bertanggungjawab pad a pembukaan kelopak mata, SO VII ; untuk menutup kelopak
mata ketika ditutup, kedua kelopak mata harus bertemu secara penuh. Ketika
terbuka, kelopak mata atas harus terletak secara alami pada bagian atas iris, tepat
diatas pupil. Tidak boleh ada bentuk bulan sabit putih skelera yang tampak diatas
atau dibawah rim korneaskleral ( limbus atau batas ).
Pengedipan kelopak mata akan menyebarkan selapis air mata pelumas dan
pelembab ke seluruh permukaan bola mata. Reflex berkedip akan melindungi mata
dari debris atau partikel asing. Bulu mata membantu fungsi kelopak dengan
mendorong keluar debu dan debris, untuk melingdyngi mata eksternal dari cedera.
Aksi mekanis berkedip menghasilkan gaya isap dalam nasolakrimal atas,
memudahkan pengaliran air mata.
4. Patofisiologi

Ptosis biasanya mengindikasikan lemahnya fungsi dari otot levator palpebra


superior ( otot kelopak mata atas ). Rata – rata lebar fisura palpebra / celah kelopak
mata pada posisi tengah adalah berkisar 11 mm, panjang fisura palpebra berkisar 28
mm. Rata – rata diameter kornea secara horizontal adalah 12 mm, tetapi vertikal
adalah = 11 mm. Bila tidak ada deviasi vertikal maka refleks cahaya pada kornea
berada 5,5 mm dari batas limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas biasanya
menutupi 1.5 mm kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di posisi
tengah seharusnya 4 mm diatas reflek cahaya pada kornea. Jika batas kelopak mata
atas menutupi kornea 1 atau 2 mm kebawah masih dapat dikatakan normal,
termasuk ptosis ringan, jika menutupi kornea 3 mm termasuk ptosis sedang, dan
jika menutupi kornea 4 mm termasuk ptosis berat.
Ptosis kongenital ada sejak lahir dan biasanya mengenai satu mata dan hanya
25% mengenai ke 2 mata. Ptosis terjadi karena kesalahan pembentukan
(maldevelopment) otot kelopak mata atas dan tidak adanya lipatan kelopak mata,
tetapi kerusakan mendasarnya kemungkinan timbul pada persarafan dibandingkan
otot itu sendiri, karena sering ditemukan lemahnya otot rektus superior yang
dipersarafi oleh Saraf / Nervus III. . Ptosis yang terjadi pada masa perkembangan
bayi dapat menyebabkan amblyopia, yang terjadi pada satu atau kedua mata
dimana kelopak mata menutupi visual axis, terutama jika berhubungan dengan
ptosis kongenital (ptosis yang didapat dari lahir). Amblyopia dari ptosis
berhubungan dengan astigmatisme tinggi. Ptosis menimbulkan tekanan pada
kelopak mata dan dengan waktu dapat merubah bentuk kornea yang menimbulkan
cylinder tinggi. Anak – anak dengan congenital ptosis dan amblyopia harus
dipertimbangkan untuk melakukan operasi ptosis, dan kelainan refraksi yang
mereka miliki harus diterapi dengan kontak lens, dan untuk amblyopianya harus
dilakukan terapi oklusi (tutup mata).
Acquired ptosis sering terlihat pada pasien berusia lanjut. Umumnya
disebabkan bertambah panjangnya (stretching) otot levator palpebra (otot yang
berfungsi mengangkat kelopak mata), trauma/pasca kecelakaan, pertambahan usia,
pengguna contak lens dan luka karena penyakit tertentu seperti stroke, diabetes,
tomor otak, kanker yang mempengaruhi saraf atau respon otot, horner sindrom dan
myasthenia gravis.
5. Manifestasi Klinis

 Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.


 Kesulitan membuka mata secara normal.
 Peningkatan produksi air mata.
 Adanya gangguan penglihatan.
 Iritasi pada mata karena kornea terus tertekan kelopak mata.
 Pada anak akan terlihat guliran kepala ke arah belakang untuk mengangkat
kelopak mata agar dapat melihat jelas.
6. Diagnostic tes
Ketika melakukan pemeriksaan, yang pertama kali diperhatikan adalah penyebab
dari ptosis itu sendiri. Dibawa sejak lahir atau disebabkan oleh penyakit tertentu
atau disebabkan oleh trauma. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan:

 Tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi, hasil refraksi dengan sikloplegic
juga harus dicatat.
 Kelainan strabismus / mata juling.
 Produksi air mata (Schirmer test).
 Diameter pupil dan perbedaan warna iris pada kedua mata harus diperiksa
pada kasus Horner Syndrome.
 Tinggi kelopak mata atau fissure palpebra diobservasi dan diukur. Pengukuran
dilakukan dalam millimeter (mm), di ukur berapa besar mata terbuka pada
saat melihat lurus / kedepan, melihat ke atas dan kebawah.
 Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi untuk
melihat perubahan pada mata.
7. Penatalaksanaan Medik
Observasi hanya dibutuhkan pada kasus congenital ptosis sedang (mild
congenital ptosis), jika tidak terdapat tanda amblyopia, strabismus dan jika terdapat
ketidaknormalan posisi kepala.

 Pasien harus dievaluasi setiap 3 atau 4 bulan untuk menangani amblyopia pada
congenital katarak. Foto luar mata dapat membantu memonitor pasien.
 Guliran kepala harus diperhatikan , jika pasien sering mengangkat dagunya (chin
up posture), menandakan bertambah buruknya ptosis, disarankan untuk
melakukan operasi.
 Pasien harus diperiksa akan adanya astigmatisme disebabkan tekanan dari
kelopak mata.
 Ptosis biasanya tidak terperbaiki dengan waktu, dan membutuhkan operasi
sebagai penyembuhan, khususnya operasi plastic dan reconstructive. Operasi ini
ditujukan untuk memperkuat otot levator palpebra.
 Koreksi ptosis dengan operasi pada kasus congenital ptosis dapat dilakukan pada
berbagai usia, tergantung dari keparahan penyakitnya. Intervensi awal
dibutuhkan jika terdapat tanda – tanda amblyopia dan ocular torticollis.
Beberapa kasus ocular torticollis menghambat pergerakan (mobility) pada bayi
dan anak – anak disebabkan masalah keseimbangan pada posture kepala dan
dagu yang terangkat. Jika tidak terlalu mendesak /urgent, operasi dapat ditunda
hingga usia 3 atau 4 tahun.
8. Prognosis

Perbaikan congenital ptosis dengan operasi mengembalikan fungsi otot levator


palpebra yang baik dan juga dari segi kosmetik.Dengan observasi dan pengobatan
yang benar, amblyopia dapat diperbaiki dengan sukses.
9. Patoflowdiagram

Kelainan neurologi, trauma pada mata, pembedahan, penyakit tertentu

Kongenital euquired

Kesalahan pembentukan otot bertambahnya usia


Kelopak mata atas
Bertambah panjangya
Lemahnya otot rektus superior otot levator palpebra
( dipersarafi N.III )
Mempengaruhi saraf
Tidak adanya lipatan kelopak mata
Lemahnya otot palpebra superior
Kelopak mata menutupi visual axis
Menutupi kornea
Amblyopia
Kesulitan membuka mata scr normal
Kesulitan mebuka mata
Scr normal ptosis

Ggn citra tubuh gangguan penglihatan

Ansietas

Iritasi pd kornea

Nyeri
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer
pasien, seperti kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata,
mata basah , pandangan ganda, bercak di belakang mata, atau hilangnya daerah
penglihatan soliter ( skotoma, myopia, hiperopia ). Juga harus menentukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini.
2) Juga penting untuk mengeksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien
 Apakah ia mengenakan kaca mata atau lensa kontak ?
 Kapan pemeriksaan mata terakhir ?
 Apaka tekanan mata dicukur ?
 Apakah pasien mengalami kesulitan melihat pada jarak atau jauh ?
 Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi ?
 Bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer ?
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata? Bila ya
kapan ?
 Masalah mata apa yang terdapat dalam kelurga pasien ?
3) Riwayat mata yang jelas sangat penting. Penyakit apa yang terakhir diderita
pasien ?
 Masa kanak-kanak; strabismus, ambylopia, cedera ?
 Dewasa ; glaucoma, katarak atau trauma mata, kesalahan refraksi, dan
bagaimana bentuk koreksinya ?adakah pembedahan mata sebelumnya ?
adakah diabetes, hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual,
alergi, penyakit kardiovaskuler dan kolagen, kondisi neurologic ?
 Penyakit keluarga ; adakah riwayat kelainan mata pada family derajat
pertama atau kakek nenek ?
4) Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali
untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat
dikoreksi sejak awal
2. Diagnose Keperawatan
1) Ganguan rasa nyaman b/d iritasi
2) Gangguan konsep diri ( citra tubuh ) b/d perubahan bentuk kelopak mata yang
mempengaruhi penampilan klien
3) Ansietas b/d perjalanan penyakit
3. Intervensi
Dx 1 :
Tujuan dapat tercapai dengan criteria hasil : klien akan mengalami perbaikan
keluhan
1) Kompres tepi kelopak mata 3x sehari atau sesuai kebutuhan, sambil menekan-
nekan kelenjar untuk mengeluarkan isinya
R/ Kompres membersihkan tepi kelopak mata dari krusta/ skuama
2) Olesi kelopak mata yang sudah dibersihkan dengan obat salep mata,
menggunakan aplikator kapas ( antibiotika, antistafilokok sulfonamide AgNO3 1
%-2%)

Dx 2 :

Tujuan dapat tercapai dengan criteria hasil : harga diri klien kembali lagi

1) Beritahu klien bahwa penyakitnya bias disembuhkan


2) Anjurkan klien untuk melaksanakan anjuran yang telah diberikan ( kompres
hangat dan penggunaan antibiotika ) secara teratur
3) Bertahu klien bahwa salep mata dapat membuat pandangan kabur
4) Beritahu klien jangan pernah menekan pembengkakan karena dapat
menyebabkan infeksi
5) Beritahu klien untuk meningkatkan status kesehatan
Dx 3 :

Tujuan dapat tercapai dengan criteria hasil : klien tidak cemas lagi dan dapat
beradaptasi dengan penykitnya

1) Kaji tingkat ansietas, pengalaman dan pengetahuan klien tentang kondisi saat ini
2) Berika informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beritahu bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah ganngguan penglihatan
tambahan
3) Dorong klien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaannya
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai