0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
998 tayangan20 halaman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan ini membahas tentang pendekatan keperawatan pada pasien miopia di poliklinik mata rumah sakit dengan menjelaskan pengertian, klasifikasi, patogenesis, dan gejala miopia.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan ini membahas tentang pendekatan keperawatan pada pasien miopia di poliklinik mata rumah sakit dengan menjelaskan pengertian, klasifikasi, patogenesis, dan gejala miopia.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan ini membahas tentang pendekatan keperawatan pada pasien miopia di poliklinik mata rumah sakit dengan menjelaskan pengertian, klasifikasi, patogenesis, dan gejala miopia.
RSD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO Disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah Oleh: Irwina Angelia Silana!ari" S.Ke# NIM $%&'((($($)& PROGRAM PENDIDIKAN NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNI*ERSITAS +EMBER &$(' LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN MIOPIA Oleh: Irwina Angelia Silana!ari" S.Ke# (. TEORI TENTANG PEN,AKIT (.( Penger-ian Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini uga dapat dielaskan pada kondisi refraktif dimana !ahaya yang seaar dari suatu obek yang masuk pada mata akan atuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa "unani #muopia$ yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat auh, istilah populernya adalah #nearsightedness$. Miopia adalah keadaan pada mata dimana !ahaya atau benda yang auh letaknya atuh atau difokuskan didepan retina. Supaya obek atau benda auh tersebut dapat terlihat elas atau atuh tepat di retina diperlukan ka!a mata minus. Miopia atau sering disebut sebagai rabun auh merupakan enis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panang atau kelengkungan kornea yang terlalu !ekung. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar seaar yang datang dibiaskan di depan retina %bintik kuning&. Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. 'al ini dapat disebabkan sistem optik %pembiasan& terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata terlalu panang. Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar(sinar seaar yang datang dari arak tidak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. (.& Kla!i.i/a!i Se!ara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang teradi pada mata, miopia dapat dibagi kepada dua yaitu ) a& Miopia Simpleks ) *eradinya kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan berkembang sangat lambat. Biasanya tidak teradi kelainan organik dan dengan koreksi yang sesuai bisa men!apai taam penglihatan yang normal. Berat kelainan refraksi yang teradi biasanya kurang dari (+D. Keadaan ini disebut uga dengan miopia fisiologi. b& Miopia Patologis ) Disebut uga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan teradi seak lahir. *anda(tanda miopia maligna adalah adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak(anak diagnosis ini sudah dapat dibuat ika terdapat peningkatan tingkat keparahan miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi (+ D. Miopia se!ara klinis dapat terbagi lima yaitu) a& Miopia Simpleks ) Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panang atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi. b& Miopia Nokturnal ) Miopia yang hanya teradi pada saat kondisi di sekeliling kurang !ahaya. Sebenarnya, fokus titik auh mata seseorang ber,ariasi terhadap tahap pen!ahayaan yang ada. Miopia ini diper!aya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak !ahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia. !& Pseudomiopia ) Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga teradi kekeangan pada otot - otot siliar yang memegang lensa kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekeangan akomodasinya dapat direlaksasikan. .ntuk kasus ini, tidak boleh buru - buru memberikan lensa koreksi. d& Miopia Degeneratif ) Disebut uga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna tau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia deraat tinggi dan taam penglihatannya uga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia enis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu. e& Miopia Induksi ) Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat - obatan, naik turunnya kadar gula darah, teradinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya. Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksikannya, yaitu) /. 0ingan ) lensa koreksinya 1,23 s4d 5,11 Dioptri 2. Sedang ) lensa koreksinya 5,23 s4d +,11 Dioptri. 5. Berat )lensa koreksinya 6 +,11 Dioptri. Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah /. Kongenital ) seak lahir dan menetap pada masa anak(anak. 2. Miopia onset anak(anak ) di bawah umur 21 tahun. 5. Miopia onset awal dewasa ) di antara umur 21 sampai 71 tahun. 7. Miopia onset dewasa ) di atas umur 71 tahun %6 71 tahun&. (.' Pa-0.i!i0l0gi Miopia dapat teradi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panang dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat uga karena indeks bias media refraktif yang tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai miopia refraktif. Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih dari (+ dioptri%D& disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. 8trofi retina teradi kemudian setelah teradinya atrofi sklera dan kadang(kadang teradi ruptur membran Bru!h yang dapat menimbulkan rangsangan untuk teradinya neo,askularisasi subretina. Pada miopia dapat teradi ber!ak 9u!h berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar dan dewasa akan teradi degenerasi papil saraf optik. *eradinya perpanangan sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasia dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi !horioretina, ablasio retina dan glaukoma. :olumbre melakukan penelitian tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. ;ika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan okular postnatal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesis terhadap elongasi berlebihan pada miopia. 8bnormalitas mesodermal sklera se!ara kualitas maupun kuantitas dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Per!obaan :olumbre dapat membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebagian masenkim sklera dari perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan aringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari kumpulan serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, teralin bebas, ukuran ber,ariasi tergantung pada lokasinya. Kumpulan serat terke!il terlihat menuu sklera bagian dalam dan pada <ona ora ekuatorial. Bidang sklera anterior merupakan area potong lintang yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan sampai =,3 g4mm2. *ekanan intraokular e>ui,alen /11 mm'g, pada batas terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan empat kali daripada bidang anterior dan e>uator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kira(kira dua kali lebih diperluas.Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan dengan hilangnya luasnya serat sudut ala yang terlihat pada sklera posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan ?hlers(Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan miopia. @ogt awalnya memperluas konsep bahwa miopia adalah hasil ketidakharmonian pertumbuhan aringan mata dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif aringan. Meski alasan @ogt pada umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. 'al ini yang mungkin menimbulkan defek ektodermal-mesodermal umum pada segmen posterior terutama <ona oraekuatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari posterior mata, dimana dapat dilihat pada miopia patologis %tipe stafiloma posterior&. Meningkatnya suatu kekuatan yang luas terhadap tekanan intraokular basal. :ontoh klasik miopia skunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada glaukoma u,enil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada peningkatan pemanangan sumbu bola mata. Se!ara anatomi dan fisiologi, sklera memberikan berbagai respons terhadap induksi deformasi. Se!ara konstan sklera mengalami perubahan pada stres. Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular /1 mm'g, sama uga seperti kon,ergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada ,alsa,a manu,er dapat meningkatkan tekanan intraokular +1 mm'g. ;uga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai =1(//1 mm'g. Aosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan elek yang sangat sering diantara mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular. .ntuk melihat sesuatu obek dengan elas, mata perlu berakomodasi. 8komodasi berlaku apabila kita melihat obek dalam arak auh atau terlalu dekat. Menurut Dr. 'emlholt<, otot siliari mata melakukan akomodasi mata. *eori 'elmholt< mengatakan akomodasi adalah akibat daripada ekspansi dan kontraksi lensa, hasil daripada kontraksi otot siliari. *eori 'elmholt< merupakan teori yang sekarang sering digunakan oleh dokter. Menurut Dr. Bates, dua otot oblik mata yang melakukan akomodasi mata dengan mengkompresi bola mata di tengah hingga memanangkan mata se!ara melintang. Dr. Bates telah melakukan eksperimen pada kelin!i, Dr. Bates memotong dua otot oblik dan mendapati mata kelin!i tersebut tidak bisa berakomodasi. Dr. Bates uga mengineksi obat paralisis pada otot oblik kelin!i, mata tidak dapat berakomodasi. 8pabila obat disingkirkan daripada otot oblik, mata kelin!i dapat berakomodasi kembali. 8kibat daripada kelelahan mata menyebabkan kelelahan pada otot mata.Btot mata berhubungan dengan bola mata hingga menyebabkan bentuk mata menadi tidak normal.Keadian ini adalah akibat akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil. Pada mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi memanang menyulitkan untuk melihat obek auh. (.1 Tanda dan Ge2ala Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata men!oba melihat suatu obek dengan arak auh %anak(anak sering tidak dapat memba!a tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah memba!a tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk auh kabur, sedangkan untuk dekat elas. ;ika deraat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi ko,ergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan %asteno,ergen&. Mungkin uga posisi kon,ergensi itu menetap, sehingga teradi strabismus kon,ergen %estropia&. 8pabila terdapat miopia pada satu mata auh lebih tinggi dari mata yang lain dapat teradi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus di,ergen %eksotropia&. Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan uling dan !elah kelopak yang sempit. Seseorang penderita miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk men!egah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole %lubang ke!il&. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum %titik terauh yang masih dilihat elas& yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan kon,ergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia kon,ergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat uling kedalam atau esoptropia. Gejala-gejala miopia juga terdiri dari: /& Aeala subektif ) a. Kabur bila melihat auh b. Memba!a atau melihat benda ke!il harus dari arak dekat !. Cekas lelah bila memba!a % karena kon,ergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi & d. 8steno,ergens 2& Aeala obektif ) a& Miopia simpleks Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relati,e lebar. Kadang(kadang ditemukan bola mata yang agak menonol. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik. b& Miopia patologik /& Aambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks. 2& Aambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan(kelainan pada) Badan ka!a ) dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda(benda yang mengapung dalam badan ka!a. Kadang(kadang ditemukan ablasi badan ka!a yang dianggap belum elas hubungannya dengan keadaan miopia. Papil saraf opti! ) terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pu!at yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur Makula) Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang(kadang ditemukan pendarahan subretina pada daerah ma!ula. 0etina bagian perifer) Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. 8kibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih elas dan disebut sebagai fundus tigroid. (.) Ke34ng/inan /03#li/a!i 5ang 34n64l Komplikasi miopia, yaitu) a& 8blasio retina 0esiko untuk teradinya ablasio retina pada 1 sampai %( 7,=3& D sekitar/4+++2.Sedangkan pada %( 3& sampai %(D,=3& D risiko meningkat menadi /4/553.Cebih dari %(/1& D risiko ini enadi /4/7E. Dengan kata lain penambahan faktor risiko pada miopia lebih rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menadi 511 kali %Sidarta, 2115&. b) Vitreal Liquefaction dan Detachment Badan ,itreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung DEF air dan 2F serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan men!air se!ara perlahan(lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. 'alini berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan( bayangan ke!il %floaters&. Pada keadaan lanut, dapat teradi kolaps badan ,iterus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. @itreus deta!hment pada miopia tinggi teradi karena luasnya ,olume yang harus diisi akibat memanangnya bola mata. !& Miopik makulopati Dapat teradi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel(sel retina sehingga lapangan pandang berkurang. Dapat uga teradi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan berkurangnya lapangan pandang. Miopi ,askular koroid atau degenerasi makular miopia uga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina. d& Alaukoma 0isiko teradinya glaukoma pada mata normal adalah /,2F, pada miopia sedang 7,2F, dan pada miopia tinggi 7,7F. Alaukoma pada miopia teradi dikarenakan stres akomodasi dan kon,ergensi serta kelainan struktur aringan ikat penyambung pada trabekula, e& Katarak Censa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia, onset katarak mun!ul lebih !epat. (.7 Tera#i 5ang dila/4/an Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat bahwa !ahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada miopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata miopia ditentukan dengan !ara trial and error, yaitu dengan mula(mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan taam penglihatan yang terbaik. Pasien miopia yang dikoreksi dengan ka!amata sferis negatif terke!il yang memberikan ketaaman penglihatan maksimal. Sebagai !ontoh bila pasien dikoreksi dengan (5.11 dioptri memberikan taam penglihatan +4+, demikian uga bila diberi sferis (5.23 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi (5.11 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi. Pena-ala/!anaan N0n.ar3a/0l0gi a& Ka!amata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati geala(geala ,isual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia. b& Catihan pergerakan mata dan teknik relaksasi. Para pelaksana dan penganur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti !ara menahan %pen!egahan&. 8kan tetapi, kemanuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2113, dilakukan peninauan ilmiah pada beberapa subek. Dari peninauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti(bukti %fakta& ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif. !& *erapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis %C8SIK& atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan uga terapi lain yaitu Photorefra!ti,e Keratotomy %P0K& untuk angka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada uga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan aringan kornea mata. Brang(orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini. Brthokeratologi menggunakan kontak lensa se!ara berangsur(angsur dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan aringan kornea mata menggunakan bahan(bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak. Pena-ala/!anaan 8ar3a/0l0gi Bbat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. (.9 Pen6egahan Seauh ini, hal yang dilakukan adalah men!egah dari kelainan mata seak dari anak dan menaga angan sampai kelainan mata menadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan ka!amata. *indakan pen!egahan yang lain adalah dengan !ara %0ini, 2117&, yaitu) a& ;arak ba!a 71 - 73 !m. b& 8ktifitas pemakaian mata arak dekat dan auh bergantian. Misalnya setelah memba!a atau melihat gambar atau menggunakan komputer 73 menit, berhenti dahulu untuk /3 - 21 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas lain. !& Ai<i yang berimbang bila diperlukan sesuai aktifitas. d& Melihat atau merasakan adanya posisi kepala miring atautorti!ollis terutama pada aktifitas lihat tele,isi atau komputer tepat waktu pemberian ka!a mata. e& Mengatur program harian anak %sekolah,ekstra kurikuler&. Seharusnya diharuskan aktifitas luar misalnya kegiatan olah raga, musik dan lain( lain. 2. CLINICAL PATHWAY '. PROSES KEPERAWATAN '.( Peng/a2ian Ke#erawa-an a. Peng/a2ian 8i!i/ /& Pengkaian Ketaaman Penglihatan Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen. Pasien duduk dengan dengan arak + meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup. Pasien diminta memba!a huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat diba!a seluruhnya dengan benar. Bila pasien tidak dapat memba!a baris paling atas %terbesar& maka dilakuan ui hitung ari dari arak + meter. ;ika pasien tidak dapat menghitung ari dari arak + meter, maka arak dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal arak pengui dengan pasien / meter. ;ika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan ui lambaian tangan,dilakukan ui dengan arah sinar. ;ika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan pengelihatanya adalah 1 %nol& atau buta total. Penilaian : *aam pengelihatan normal adalah +4+. Berarti pasien dapat memba!a seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat diba!a selurunya bertanda 51 maka dikatakan taam pengelihatan +451. Berarti ia hanya dapat melihat pada arak + meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada arak 51 meter. Bila dalam ui hitung ari pasien hanya dapat melihat atau menentukan umlah ari yang diperlihatkan pad arak 5 meter, maka dinyatakan taam pengelihatan 54+1. ;ari terpisah dapat dilihat orang normal pada arak +1 meter. Brang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada arak 511 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada arak / meter, berarti taam pengelihatan adalah /4511. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saa,tidak dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai satu per minus. Brang normal dapat melihat adanya sinar pada arak tidak terhingga. 2& Pengkaian Aerakan Mata a& .i Menutup Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup karton4tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba( tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena sebaliknya akan teradi. Ke!enderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di namakan eksoforiaG ke!enderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia. b& Cirikan *erkoordinasi Benda di gerakkan ke lateral ke kedua sisi sepanang sumbu hori<ontal dan kemudian sepanang sumbu oblik. Masing( masing membentuk sumbu +1 deraat dengan sumbu hori<ontal. *iap posisi !ardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila teradi diplopia %pandangan ganda&, selama transisi dari salah satu posisi !ardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini bias uga teradi bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain. 5& Pengkaian Capang Pandang Pemeriksa dan pasien duduk dengan arak / sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa uga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung umlah ari yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. ;ari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terauh ke tengah dalam bidang ,erti!al, hori<ontal dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kai dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manu,er, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya ke depan. 7& Pemeriksaan 9isik Mata /& Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata 2& Buku Mata, posisi dan distribusinya 5& Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata. 7& Pemeriksaan Mata 8nterior, s!lera dan konungti,a bulbaris diinspeksi se!ara bersama. 3& Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan !ahaya seperti !ermin, terang, simetris dan tunggal. '.& Diagn0!a Ke#erawa-an a& Aangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori4gangguan status organ indera. b& 8nsietas4ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan %nyeri pada kepala, kelelahan pada mata&. !& Kurang pengetahuan4informasi berhubungan dengan kondisi, prognosis dan pengobatan. '.' In-eren!i Ke#erawa-an a& Aangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori4gangguan status organ indera. Inter,ensi) /& Kai deraat dan durasi gangguan ,isual 0asional) Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien 2& Brientasikan klien pada lingkungan yang baru 0asional) Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta keper!ayaan klien(perawat 5& Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan 0asional) meningkatkan keper!ayaan klien(perawat dan penerimaan diri 7& Cakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya 0asional) Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan teadi sehubungan dengan gangguan penglihatan b& 8nsietas4ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan %nyeri pada kepala, kelelahan pada mata& Inter,ensi) 1) Brientasikan klien pada lingkungan yang baru 0asional) Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan 2) Beritahu klien tentang peralanan penyakitnya 0asional) Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas 3) Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan. 0asional) Mengurangi ansietas klien !& Kurang pengetahuan4informasi berhubungan dengan kondisi, prognosis dan pengobatan. Inter,ensi) /& Kai informasi tentang kondisi indi,idu, prognosis dan pengobatan 0asional) Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien. 2& Beritahu klien tentang peralanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan 0asional) Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya. 5& 8nurkan klien menghindari memba!a terlalu lama dan memba!a dengan posisi tidur, menonton *@ dengan arak terlalu dekat. 0asional) Memba!a terlalu lama dan memba!a dengan posisi tidur, menonton *@ dengan arak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata. DA8TAR PUSTAKA Brunner H Suddarth. Buku Ajar Keperawatan edical Bedah !disi " Vol #. ;akarta) ?A: :arpenito, Cynda ;uall. 211/$ Buku %aku Dia&nosa KeperawatanG ?disi E. ?A:. ;akarta. Doengoes. 21/1. 'ursin& (are )lans !dition ". Philadhelpia) 98 Da,is :ompany. Mansoer, 8rif. /DDD. Kapita %elekta KedokteranG ?disi 5, ;ilid /. Media 8es!ulapius, 9K.I. ;akarta. Nanda International. 21/1. Dia&nosis Keperawatan* definisi dan klasifikasi +,,-. +,//$ ;akarta) ?A:. Pri!e, Syl,ia 8. /DD3. Buku Ajar )atofisiolo&i. ;akarta) ?A:.