Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK ASMA

OLEH KELOMPOK 2 :

1. RIRIN PUTRI DAMAIYANTI


2. SELVI ROSANTI
3. SUSILAWATI
4. NOREN ESTY PURSANTI
5. RIA SAFITRI
6. WARDIYUDI WAHYONO
7. SUSRI WARNI
8. TEGUH SANTOSO
9. EDI PURWANTO
10. HASAN
11. SUPRIYANTI
12. EFEDRINA RIZKI NOVIANTI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA SATU (S1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar

belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan

berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila

di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi

kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang

dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan

kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok

khusus anak sekolah.

Prevalensi asma di dunia akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. World
Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 penyakit tidak menular
menyebabkan 73% kematian dan 60% kesakitan di dunia. Data dari Organization (2011)
menunjukkan 300 juta orang di dunia terdiagnosa asma dan diperkirakan akan meningkat
menjadi 400 juta orang di tahun 2025. Serta kematian asma mencapai 250.000 orang
pertahun. Untuk sepuluh tahun ke depan angka kematian yang disebabkan karena penyakit
asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20%, jika tidak dikontrol dengan baik.
Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa,
dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50% (Indonesia, 2004).

Angka kejadian asma 80% terjadi di negara berkembang yang diakibatkan karena
kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas
pengobatan.mUmumnya prevalensi asma pada orang dewasa lebih tinggi dari anak. Angka
ini juga berbeda-beda antara satu kota dengan kota lain di negara yang sama. Asma yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan gejala bertambah berat, sehingga pasien harus di bawa
ke unit gawat darurat di rumah sakit. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar di Indonesia
tahun 2018 didapatkan prevalensi asma di Indonesia sebesar 2,4% dengan kejadian terbanyak
pada perempuan sebesar 2,6%. Prevalensi pada usia anak tertinggi 5-14 tahun sebesar 1,9%.
Proporsi kekambuhan dalam 12 bulan terakhir sebesar 57,5% (RI, 2018).

Asma merupakan penyakit heterogen yang biasanya ditandai dengan peradangan pada
saluran napas yang bersifat kronik dengan ditemukannya riwayat gejala pernapasan seperti
mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk. Asma juga merupakan masalah kesehatan dunia
yang serius yang memengaruhi semua kelompok usia, mulai dari anak-anak sampai dengan
dewasa yang memiliki banyak dampak buruk baik terhadap pasien sendiri, keluarga, maupun
masyarakat (Runtuwene et al., 2016). Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi
gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi
(wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari
(Sundaru, 2009). Menurut Canadian Lung Association, Asma dapat muncul karena reaksi
terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan penyebab yang
mengakibatkan inflamasi saluran pernapasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor
tersebut membuat kekambuhan asma, sehingga mengakibatkan kesulitan bernapas.

Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, namun penyakit ini dapat dikontrol
sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma dilakukan dengan
menghindari faktor pencetus. Terdapat 5 faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya
asma diantaranya asap rokok, tungau debu rumah, polusi udara, perubahan cuaca, dan jenis
makanan (Laksana et al., 2015). Sedangkan faktor risiko asma yang sangat berhubungan
siginifikan pada anak-anak adalah riwayat asma pada orang tua, anak yang merokok atau
pernah merokok, dan orang tua yang merokok atau pernah merokok (Dharmayanti, Hapsari,
& Azhar, 2013). Penelitian Dharmayanti et al. (2013) menemukan bahwa faktor pencetus
asma pada anak-anak terbanyak adalah udara dingin, flu dan infeksi, kelelahan, debu dan
asap rokok.

Serangan asma dapat terjadi sewaktu-waktu jika penderita tidak mengenali faktor
alergen. Serangan umunya datang pada malam hari, tetapi dalam keadaan berat serangan
dapat terjadi setiap saat tidak tergantung waktu. Kekambuhan pada penderita asma adalah
munculnya kembali atau serangan kembali keluhan peningkatan responsivitas saluran napas
yang luas sehingga menyebabkan gangguan aliran udara pernapasan yang menimbulkan
gejala seperti sesak nafas, wheezing dan kesulitan bernafas terutama pada saat ekspirasi.
Apabila anak menderita serangan asma terus menerus, maka mereka akan mengalami
gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, untuk
mengurangi frekuensi kekambuhan perlu dilakukan upaya latihan dan edukasi apa saja
kegiatan yang dapat mengurangi kekambuhan asma.

Bila ditangani dengan baik maka pasien asma dapat memperoleh kualitas hidup yang
sangat mendekati anak normal, dengan fungsi paru normal pada usia dewasa kelak walaupun
tetap menunjukkan saluran napas yang hiperresponsif. Beberapa evidence based sebelumnya
telah banyak yang membuktikan bagaiman mengurangi kekambuhan atau eksaserbasi pada
anak dengan asma. Penerapan teknik pernapasan Pursed Lip Breathing (PLB) merupakan
salah satu upaya untuk membantu mengurangi sesak napas, mengurangi kekambuhan, dan
meningkatkan fungsi kapasaitas paru (Kartikasari, Jenie, & Primanda, 2019; Royani, 2017).

Latihan pursed lip ini dapat membantu memperbaiki frekuensi pernafasan yang abnormal
pada penderita asma, yaitu pernapasan cepat dan dangkal di induksikan menjadi pernafasan
lambat dan dalam. Hal ini sering kita jumpai pada penderita asma. Penderita asma
mengalami kesulitan bernafas karena terjadi gangguan pada saluran pernapasan. Secara
fisiologis teknik pursed lip breathing dapat memperbaiki kelenturan rongga dada serta
diagfragma dan melatih otot-otot ekspirasi serta meningkatkan tekanan jalan napas selama
ekspirasi dan juga latihan ini dapat menginduksikan pola nafas terutama frekuensi nafas
menjadi pernafasan lambat dan dangkal dan dilakukan 2-5 menit pada pagi dan sore hari
(Brunner, Smeltzer, & Suddarth, 2010). Apabila Latihan pursed lip dilakukan secara rutin
maka bermanfaat bagi pasien untuk mencegah kekambuhannya, selain itu juga pasien dapat
mengurangi penggunaan obat-obatan atau farmakologi. Latihan pursed lip memiliki fungsi
untuk memperkuat otot pernapasan, menurunkan kadar IgE. IgE merupakan faktor utama
yang menyebabkan adanya inflamasi dalam patofisiologi penyakit asma (Widjanegara et al.,
2015).
Pursed Lips Breathing (PLB) dapat meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap lobus
paru sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat mendorong sekret pada jalan nafas saat
ekspirasi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara meniup balon. Kombinasi dengan teknik
bermain saat menerapkan intervensi PLB merupakan pilihan yang tepat karena anak-anak
pada dasarnya masih sangat senang dengan permainan. Hal ini membuat anak akan semakin
relaks dan melakukan teknik ini dengan perasaan riang gembira. Hal ini terbukti berdasarkan
penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa pengaruh bermain meniup balon (balloon therapy)
terbukti dapat meningkatkan terhadap status oksigenasi anak (frekuensi pernapasan, nadi, dan
saturasi oksigen) pada anak dengan gangguan saluran pernapasan seperti pneumonia
(Nugroho, Dewi, & Alam, 2018)

Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu alat yang
efektif untuk mengurangi stres. Saat sakit merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan
sering menyebabkan stres yang terbesar, dengan bermain ketakutan dan kecemasan dapat
dihalangi dan dikurangi (Potts, 2007). Bermain meniup balon dapat dianalogkan dengan
latihan napas dalam (pursed lips breathing). Bermain meniup balon merupakan suatu
permainan atau aktivitas yang memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi memanjang dengan
mulut dimonyongkan. Pada penyakit asma resistensi aliran udara menjadi besar terutama
selama ekspirasi, hal ini menyebabkan terjadi penurunan volume ekspirasi paksa atau Forced
Expiration Volume (FEV1) dan Arus puncak ekspirasi (APE) (Neffen, Gonzalez, Fritscher,
Dovali, & Williams, 2010).

Pursed lips breathing adalah strategi yang digunakan dalam rehabilitasi pulmonal untuk
menurunkan sesak napas. Pasien dengan gangguan pernapasan akan mendapatkan
keuntungan bila menggunakan teknik ini. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk membantu
pasien mengontrol pola napas, meningkatkan ventilasi pola napas, meningkatkan mekanisme
batuk efektif, mencegah atelektasis, meningkatkan kekuatan otot pernapasan, meningkatkan
relaksasi dan mencegah terjadinya kekambuhan dan sesak napas (Dechman & Scherer,
2008). Bila seseorang melakukannya dengan teratur, maka akan terjadi peningkatan efisiensi
sistem pernafasan, baik ventilasi, difusi maupun perfusi. Kapasitas difusi orang terlatih lebih
besar daripada orang yang tidak terlatih, hal ini antara lain disebabkan efektifnya “capillary
bed” diparenkim paru sehingga area untuk berdifusi menjadi lebih luas (Ruhiyati, 2013). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Royani, 2017) bahwa terapi aktivitas
bermain meniup balon dapat meningkatkan perubahan fungsi paru pada anak dengan asma.

Serangan asma yang sering kambuh membatasi aktivitas fisik penderita, mempengaruhi
kehadiran di sekolah, pilihan pekerjaan, dan banyak aspek kehidupan lainnya, dan berakibat
fatal (Smeltzer & Paré, 2010). Serangan asma akut merupakan kegawatdaruratan medis yang
lazim dijumpai di ruang gawat darurat. Meskipun demikian perlu ditekankan bahwa serangan
asma berat dapat dicegah atau setidaknya dapat dikurangi, dengan melakukan identifikasi
dini dan terapi intensif. Terapi bermain meniup balon merupakan permainan yang
memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi yang memanjang. Tujuan terapi ini adalah melatih
pernapasan yaitu ekspirasi menjadi lebih panjang dari pada inspirasi untuk memfasilitasi
pengeluaran karbondioksida dari tubuh yang tertahan karena obstruksi jalan napas. Terapi
bermain meniup balon ditujukan untuk anak-anak yang mengalami gangguan pada sistem
pernapasan khususnya asma dengan tujuan agar fungsi paru pada anak akan meningkat dan
menjadi normal (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian TERCABUT (Terapi
Pencegah Eksaserbasi Akut) Penerapan Teknik Bermain Pursed Lip Breathing Pada Anak
Dengan Asma.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Penerapan Teknik Bermain Pursed Lip Breathing dapat mencegah
kekambuhan pada Anak dengan Asma?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan teknik pursed lip
breathing untuk mencegah eksaserbasi akut pada anak dengan asma
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Karakteristik anak (jenis kelamin, usia, tinggi badan, dan berat badan)
b. Mengetahui Status Oksigenasi (RR, HR, SaO2) sebelum dan setelah dilakukan
intrevensi pursed lip breathing
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asma

1. Definisi

Asma merupakan gangguan peradangan kronis saluran nafas yang dicirikan oleh

batuk, mengi, dada terasa berat dan kesulitan bernafas. Asma adalah gangguan pada

saluran bronkhial yang mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme

pada saluran pernafasan) terutama pada percabangan trakeobronkhial yang dapat

diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi,

otonomik dan psikologi (Somantri, 2012).

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas dimana banyak sel berperan

terutama sel mast,eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel (National

Heart, Lung and Blood Institute).

Pada individu rentan proses inflamasi tersebut menyebabkan wheezing berulang,

sesak nafas, dada rasa penuh (chesttightness) dan batuk terutama malam atau

menjelang pagi (Maranatha, 2010). Gejala asma sangat bervariasi antara seorang

penderita dengan penderita lainnya.

Penyakit asma adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, pengobatan asma

hanya dapat dikendalikan dan dikurangi frekuensi terjadinya serangan

(Mumpuni,2013). Penyakit asma bila tidak dilakukan pencegahan maka akan

mengakibatkan kekambuhan pada pasien asma atau serangan asma berulang yang

dapat diartikan sebagai suatu bangkitan dari penyakit asma yang berlangsung selama
berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun dengan kata lain penyakit asma yang

bersifat kronis (Aryandani,2010).

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan

yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan

sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami

gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua

golongan usia, baik muda atau tua.

Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi

saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas

berupa wheezing, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang intensitasnya

bervariasi dari waktu ke waktu, serta adanya keterbatasan aliran udara ekspirasi yang

bervariasi (GINA, 2016).

Asma suatu inflamasi kronis yang menganggu saluran napas yang menyebabkan

reaksi yang berlebihan dengan keterbatasan aliran udara.Gejala-gejala respirasi yang

berulang seperti wheezing, sesak napas, dada sesak dan batuk, khususnya pada malam

hari dan dini hari, dan sifatnya kronis (Bararah, 2018).

2. Etiologi

a) Faktor ekstrinsik : reaksi antigen antibody karena inhalasi allergen (debu,serbuk-

serbuk,bulu-bulu binatang)

b) Faktor intrinsik : infeksi para influenza virus,pneumonia,dan aspek genetic

penderita asma

c) Faktor fisik : cuaca dingin,perubahan temperature

d) Faktor kimia : polusi udara (Asap rokok,parfum)


e) Faktor emosional : takut,cemas,tegang

f) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

(Suriadi,2017)

3. Patofisiologi

Asma terjadi karena adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon

terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-

otot bronkus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobin E atau IgE )

dengan adanya alergi. IgE dimunculkan pada reseptor sel mast yang menyebabkan

pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan

gejala asma.

Respon asma terjadi dalam tiga tahap: Pertama tahap immediate yang ditandai dengan

bronkokonstriksi(1-2jam),tahap delayed dimana bronkokonstriksi dapat berulang dalam

4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama,tahap late yang ditandai dengan

peradangan dan hiperresponsif jalan nafas dalam beberapa minggu atau bulan .

Asma juga dapat terjadi factor pencetusnya karena latihan yang

berlebihan,kecemasan,dan udara dingin selama serangan asma bronkiolus menjadi

meradang dan peningkatan sekresi mokus,hal ini menyebabkan lumen jalan nafas

menjadi bengkak,kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan menimbulkan

distress pernafasan.

Seseorang yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena

edema pada jalan nafas dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan

pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan

saturasi O2,sehingga menjadi penurunan PO2(hypoxia).


Selama serangan asma CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama

ekspirasi dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea, kemudian sistem

pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea)

kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2

dalam darah (hypocapnea)


4. Web Of Cautation (WOC)

Infeksi Merokok Polusi Alergen Genetik

Masuk Saluran Pernafasaan

Iritasi mukosa saluran pernafasan

Reaksi Inflamasi

Hipertropi dan Hiperplasia mukosa bronkus

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektf Metaplasia sel globet

Kurang Paparan
Informasi Penyempitan saluran pernafasan

Pola Nafas Tidak


Defisit Pengetahuan Penurunan Ventilasi
Efektif

Supplay O2 menurun

Kelemahan

Intoleransi Aktivitas

Bagan 2.1 Web Of Cautation Asma (Sumber : Padila,2016)


5. Manifestasi Klinik

a) Wheezing

b) Dyspnea dengan lama ekspirasi,penggunaan otot-otot bantu pernafasan,cuping

hidung,retraksi dada

c) Kesulitan bernafas dan sering terengah-engah bila melakukan aktivitas yang

sedikit berat

d) Sering batuk disertai dahak maupun tidak

e) Dada terasa sesak karena adanya penyempitan saluran pernafasan akibat

ransangan tertentu. Akibatnya untuk memompa oksigen ke seluruh tubuh harus

ekstra keras sehingga dada menjadi sesak

f) Perasaan selalu merasa lesu dan lelah ini akibat kurangnya pasokan oksigen ke

seluruh tubuh

g) Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak

h) Tidak mampu menjalankan aktivitas fisik yang lama tanpa mengalami masalah

pernafasan

i) Paru-paru tidak berfungsi secara normal

j) Lebih sensitif terhadap alergi

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suriadi dan Rita, (2006) yaitu :

a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

Mengkaji adanya riwayat penyakit asma sebelumnya dan pemeriksaan fisik

b. Foto rontgen

Untuk mengkaji adanya gangguan pada paru-paru


c. Tes Faal paru,ukur Arus Puncak Ekspirasi

Untuk mengukur secara objektif arus udara pada saluran nafas

d. Tes darah eusinofil

e. Pemeriksaan sputum

7. Penatalaksaanaan Medis

1. Penatalaksanaan Non farmakologi :

a. Mengetahui Pemicu Asma

Sangat penting bagi penderita asma untuk mengetahui secara pasti apa

pemicu spesifik yang menyebabkan terjadinya serangan asma pada

dirinya. Apabila sudah diketahui pasti,maka penderita dapat menghindari

semua pemicu tersebut dan hidup seperti manusia normal lainnya yang

tidak menderita asma

b. Menghindari dan mengelola stress

Stress dapat menjadi faktor yang membuat kondisi penderita asma untuk

kambuh,pastikan jangan stress dan jangan memasang standar atau beban

kerja yang berlebihan. Hindari segala macam yang memicu terjadinya

konflik dan menyebabkan stress

c. Hidup sehat dan seimbang

Sesorang dengan pola makan sehat umumnya memiliki kesehatan yang

lebih terjaga dan mudah mencegah diri dari berbagai penyakit,termasuk

mencegah dari asma.

d. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

Bersihkan rumah setiap hari dengan membebaskan rumah dari debu supaya
tidak terjadinya kekambuhan asma

e. Hindari asap rokok

Bila masih merokok,berhentilah merokok. Hindari asap rokok,jangan

dekat-dekat dengan orang yang sedang merokok karena asap rokok dapat

memicu serangan asma dan memperburuk kondisi kesehatan.

f. Konsumsi vitamin A,B6,B12,C,E,dan Omega-3

Kekebalan tubuh umunya diperoleh dari vitamin A,B6,B12,C,E,dan Omega-

3. Oleh karena itu, bagi penderita asma sangatlah penting untuk

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat tersebut agar kekebalan

tubuhnya meningkat. Tubuh dengan kekebalan yang lebih baik jarang

terkena serangan asma dibandingkan dengan mereka yang kekebalan

tubuhnya buruk atau lemah.

2. Pengobatan Farmakologi

a. Oksigen nasal kanul atau masker

b. Salbutamol

c. Albuterol

d. Terbutalin

e. Fenoterol

f. Metaproterol

g. Formoterol

h. Aminophylline

(Musliha,2010)
8. Komplikasi

Menurut Andra dan Yessie (2013), adapun komplikasi dari Asma sebagai berikut :

a. Pneumothrok

b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis

c. Atelectasis

d. Aspirasi

e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung

f. Sumbatan salur nafas yang meluas/gagal nafas

g. Asidosis
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

A. Data inti komunitas, terdiri dari:

a. Demografi : Jumlah anak keseluruhan, jumlah anak menurut jenis kelamin,


golongan umur.

b. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.

c. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak
berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya
organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak.

B. Data subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

a. Lingkungan Fisik

 Inspeksi : Lingkungan anak , kebersihan lingkungan, aktifitas anak di


lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
 Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak dari guru kelas, kader
UKS, dan kepala sekolah,orang tua, melalui wawancara.
 Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak yang kurang baik bagi
perkembangan anak.
b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak, bentuk pelayanan kesehatan bila


ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak melalui wawancara.

c. Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua anak, jenis pekerjaan orang tua anak, jumlah uang
jajan para anak melalui wawancara.
d. Keamanan dan transportasi.

 Keamanan : adanya satpam sekitar perumahan, petugas penyebarang jalan.


 Transportasi :Jenis transportasi yang dapat digunakan anak , adanya bis sekolah
untuk layanan antar jemput siswa

e. Politik dan pemerintahan

Kebijakan pemerintah tentang anak, dan tata tertib sekolah yang harus dipatuhi
seluruh siswa.

f. Komunikasi
 Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari
pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak dengan guru dan orang tua, peran
guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah, keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam
menyelesaikan masalah anak.

g. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah,
dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.

h. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak
usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
2. Skoring Masalah

KRITERIA SKOR BOBOT


1. Sifat Masalah
a. Tidak / kurang 3
sehat 1
b. Ancaman 2
kesehatan
c. Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah 2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 2
3. Potensial
masalah
untuk
dicegah 1
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c.Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah
a. Masalah berat 2
harus segera 1
ditangani
b. Ada masalah, 1
tetapi tidak
perlu ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Proses skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan lebih
dari satu.
Proses skoring dilakukan untuk tiap diagnosis keperawatan :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
Selanjutnya skor dibagi dengan angka skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai
bobot.
3. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5).

skor yang diperoleh


X Bobot
skor yang tinggi
ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah keperawatan


1 DS : DO : Resiko Penurunan derajat Kesehatan
 Orang Tua di Desa Maur Baru 1. Lingkungan sekitar rumah terlihat : Asma berhubungan
mengatakan bahwa anak mereka sering kotor dengan
sesak napas di pagi hari dan disaat cuaca 2. Terdapat 25 anak yang mempunyai kurangnya
dingin riwayat keturunan asma pengetahuan
orang tua
mengenai
penyakit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Penurunan derajat Kesehatan : Asma berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
POA ( PLAN OF ACTION ) KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA MAUR BARU

No Diagnosa Tujuan Sasaran Strategi Rencana Hari/ Tempat Evaluasi


Keperawatan Kegiatan Tgl
Komunitas KRITERIA STANDAR

1. Resiko Setelah dilakukan Orang tua Penyul 1.berikan Sabtu,2 Polindes Dilaksanak 1. pengertian
Penurunan asuhan keperawatan anak yang uhan penyuluhan 6 Desa an sesuai asma
derajat komunitas selama mempunyai dan kepada orang oktober Maur dengan 2. penyebab
Kesehatan 2x pertemuan riwayat penerap tua tentang 2022 Baru kriteria asma
: Asma masyarakat di desa asma di an penyakit asma 3.tanda dan
berhubungan maur baru desa maur 2. bagikan gejala asma
dengan diharapkan mampu : baru leaflet tentang 4. pencegahan
kurangnya 1. Orang tua dapat asma pada asma
pengetahuan mengetahui tentang orang tua 5. manfaat
orang tua penyakit asma orang 3.ajarkan teknik pursed
mengenai tua dapat teknik pursed lip breathing
penyakit menyebutkan lip breathing
tentang untuk
gejala,penyebab mengurangi
penyakit asma yang sesak yang
diderita anaknya dialami
2. orang tua dapat 4. anjurkan
mengetahui manfaat orang tua
dari teknik pursed untuk
lip breathing untuk membawa
mengurangi sesak anak untuk
napas yang dialami melakukan
anaknya pemeriksaan
kesehatan ke
pelayanan
kesehatan
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu
agregat di komunitas adalah kelompok anak yang tergolong kelompok berisiko (at risk) terhadap
timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat. Yang menjadi sasaran pengkajian
adalah anak dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 25 orang.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak menggunakan pendekatan


Community as partner model. Klien (anak) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah,
demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling
mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan
dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi

B. Saran

 Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah


kesehatan pada komunitas anak
 Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penatalaksanaan dan pencegahan ASMA

Sasaran : Anak-anak Dan Orang Tua

Tempat : Polindes Desa Maur Baru

Hari /tanggal : Sabtu, 26 Maret 2022

Waktu : 35 menit

I. Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan, Lansia mampu memahami tentang penyakit asma, baik
penatalaksanaan maupun pencegahannya.

II. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan sasaran dapat :

1. Menyebutkan pengertian dari asma


2. Menyebutkan penyebab terjadinya asma
3. Menyebutkan tanda dan gejala asma
4. Menyebutkan komplikasi asma
5. Menjelaskan cara penatalaksanaan atau penanganan asma
6. Menyebutkan cara pencegahan dari asma

III. Materi Penyuluhan (terlampir)


1. Pengertian dari asma
2. Penyebab terjadinya penyakit asma
3. Perjalanan penyakit (patofisiologi) asma
4. Tanda dan gejala asma
5. Komplikasi dari asma
6. Penatalaksanaan atau penanganan dari asma
7. Pencegahan dari asma
IV. Metode

- Ceramah

- Tanya jawab

V. Media
- Leaflet

VI. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


1. Pembukaan5 e10 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapkan
salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan dan
mendengarkan.
3. Menjelaskan latar 3. Memperhatikan dan
belakang dan tujuan mendengarkan.
dari penyuluhan.

4. Menanyakan kepada
4. Menjawab
audiens mengenai
pertanyaan.
pemahaman mereka
seputar asma
5. Menerima
5. Memberikan
reinforcement positif
reinforcement positif
yang diberikan.
dari jawaban peserta
penyuluhan.
6. Membagikan leflet 6. Menerima
2. Tatahap 15 15 menit 1. Menyebutkan 1. Memperhatikan dan
pelaksanaan pengertian asma mendengarkan.
2. Menyebutkan faktor 2. Peserta aktif untuk
penyebab dari asma bertanya
3. Menyebutkan tanda 3. Menerima
dan gejala asma reinforcement positif
4. Menyebutkan yang diberikan.
komplikasi penyakit
asma
5. Menjelaskan
perjalanan penyakit
asma
6. Menjelaskan
penanganan asma
7. Menjelaskan cara
pencegahan penyakit
asma.
8. Peserta kesempatan
untuk bertanya.
9. Memberikan
reinforcement positif
atas pertanyaan yang
diajukan dan
menjawab pertanyaan
peserta.
3. Tahap 10 10menit 1. Menanyakan kembali 1. Menjawab
evaluasi pada peserta tentang pertanyaan.
materi yang telah 2. Menerima
diberikan, reinforcement
2. Berikan positif yang
reinforcement kepada diberikan.
peserta penyuluhan 3. Memberikan
yang dapat menjawab simpulan.
pertanyaan. 4. Menjawab salam.
3. Meminta salah satu
peserta untuk
menyimpulkan hasil
penyuluhan yang
telah disampaikan.
4. Mengucapkan terima
kasih dan memberi
salam.

VII. Evaluasi

1 Evaluasi Struktur.
- 90% lansia hadir di tempat penyuluhan.
- Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan dirumah kader dusun
pengodongan

2 Evaluasi Proses.
- Lansia antusias terhadap materi penyuluhan.
- lansia mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.

3 Evaluasi Hasil.
- Lansia memahami tentang materi yang telah diberikan dan mengetahui
tentang penyakit asma
- Lansia mampu menyebutkan kembali pengertian asma dengan benar.
Lansia mampu menyebutkan trias gejala dari asma dengan benar
- Bp.A dan keluarga mampu menyebutkan 2 faktor utama dan 5 dari 6
penyebab utama dari asma dengan benar
- Bp.A dan keluarga mampu menyebutkan komplikasi penyakit asma
dengan benar.
- Lansia mampu menjelaskan penatalaksanaan atau penanganan asma
dengan benar
- lansia mampu menyebutkan 8 dari 12 cara pencegahan dari asma dengan
benar.

VIII. Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif m. 20011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius


Smeltzer, Suzanne C dan Bare , Brenda. G.2010. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Vol.2. Jakarta :EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
1. Pengertian
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan sel
eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai dengan
wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan dapat pulih
kembali dengan atau tanpa pengobatan. (Cris Sinclair, 1990 : 94)
Asma Bronchial adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan
penyakit kompleks yang diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi,
otonomik dan psikologi. (Irman Somantri, 2008 : 43)
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma Bronchial adalah
gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus yang merupakan inflamasi kronis
saluran nafas dengan ciri bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali),
adanya wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.

2. Penyebab (Etiologi)
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi. Karena sifat inilah maka serangan asma mudah terjadi akibat berbagai
rangsangan baik fisis, metabolik, kimia, alergen, infeksi.
Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan
sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan. Karena
tubuh sangat responsive terhadap allergen ini sehingga terjadi pembengkakkan
pada membran yang melapisi bronkus yang menyebabkan sesak nafas. Sama
halnya dengan iritan seperti asap, bau-bauan, polutan yang mengiritasi
membran bronkus sehingga terjadi produksi sekret yang berlebih oleh reaksi
imunitas yang memfagosit bakteri-bakteri atau virus yang masuk kedalam
saluran pernafasan (Cris Sinclair, 1990 : 94)
b. Perubahan cuaca yang ekstrim seperti udara yang dingin, emosi dan olahraga
yang berlebihan memicu terlepasnya histamine dan leukotrien sehingga terjadi
kontraksi otot polos yang menyebabkan penyempitan saluran udara.
c. Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas karena bulu binatang, serat kain, serbuk dan debu jalanan merupakan
faktor pencetus serangan asma
3. Manifestasi Klinik
 TRIAS gejala asma terdiri atas :
a. Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien yang
menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran nafas menjadi sempit.
b. Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi atau benda
asing yang masuk ke saluran nafas.
c. Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat penyempitan bronkus.
 Gambaran klinis pasien yang menderita asma :
Gambaran objektif.

a. Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.


b. Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
c. Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
d. Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
e. Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan hilus)
Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan kurang
pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya.

4. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot
polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi
pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai
macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi
(hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa
yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit
atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik,
dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

5. Penatalaksanaan
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
 Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada
pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi
dada.
 Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 4 x 125-200 mg sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
( beclometason dipropinate ) dengan dosis 4 x 800 mg semprot tiap hari.
Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 4 x 1-2 kapsul sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntungannya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
6. Pencegahan
a. Menghindari faktor pencetus atau allergen.
b. Tidak beraktivitas terlalu berat
c. Minum air hangat untuk melancarkan dahak atau mucus
d. Latihan napsa dalam
e. Kurangi konsumsi makanan berminyak yang dapat merangsang dahak
f. Hindari stress berlebihan
g. Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat
individual).
h. Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.
i. Berhenti merokok dan penggunaan narkoba atau napza.
j. Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker, udara dingin dan
lembab).
k. Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apabila disertai dengan batuk dan
pilek.
l. Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus atau
dahak.
7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,
atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

8. Pemeriksaan Penunjang

a) Spirometri
b) Uji provokasi bronkus
c) Pemeriksaan sputum
d) Pemeriksaan cosinofit total
e) Uji kulit
f) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g) Foto dada
h) Analisis gas darah
PENDIDIKAN KESEHATAN batuk, mengi, dada terasa berat dan
kesulitan bernafas
ASMA PADA ANAK-ANAK

Disusun Penyebab Asma


a) Faktor ekstrinsik : reaksi antigen
KELOMPOK 2 Apa Gejala Dari Penyakit Asma ? antibody karena inhalasi allergen
(debu,serbuk-serbuk,bulu-bulu
1. Sesak Napas binatang)
2. Batuk disertai dahak maupun b) Faktor intrinsik : infeksi para
tidak
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 3. Kesulitan bernapas influenza virus,pneumonia,dan aspek
STRATA SATU (S1) 4. Terdengar bunyi napas tambahan
SEKOLAH TINGGI ILMU wheezing,ronkhi, dan mengi genetik penderita asma
KESEHATAN BHAKTI HUSADA 5. sulit tidur karena sesak
BENGKULU 6. Gelisah c) Faktor fisik : cuaca dingin,perubahan
TAHUN AKADEMIK 2021/2022 7. Mudah lelah
8. sensitive terhadap alergi debu dan temperature
DEFINISI polusi serta cuaca
d) Faktor kimia : polusi udara (Asap
Asma merupakan gangguan peradangan
kronis saluran nafas yang dicirikan oleh rokok,parfum)
e) Faktor emosional : c.Minum air hangat untuk melancarkan
dahak atau mucus
takut,cemas,tegang
d. Hindari stress berlebihan
f) Aktivitas yang berlebihan juga dapat
e. Latihan teknik Pursed Lip Breathing
menjadi faktor pencetus dengan meniup balon

(Suriadi,2017)

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN


ASMA
a.Menghindari faktor pencetus atau
allergen.
b. Tidak beraktivitas terlalu berat

Anda mungkin juga menyukai