Anda di halaman 1dari 3

1.

Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) penyakit yang di tandai oleh serangan
merupakan penyakit yang sering terjadi pada intermitten bronkus yang di sebabkan oleh
anak. WHO memperkirakan insiden ISPA di rangsang allergi atau iritatif (Manurung, 2016).
negara berkembang dengan angka kematian Respons inflamasi menyebabkan
balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah bronkokonstreksi, edema saluran pernapasan,
15-20% pertahun pada golongan usia balita. hipersekresi lendir, dan meningkatkan
Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita kerentanan terhadap peradangan dan gejala lebih
di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian lanjut.Pemicu khas untuk asma intemitten dan
besar kematian tersebut terdapat di negara pasisten meliputi infeksi pernapasan karena
berkembang, dimana ISPA merupakan salah virus, infeksi pernapasan karena bakteri, polusi
satu penyebab utama kematian dengan udara dan iritan lingkungan lainnya, paparan
membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun alergen, asap rokok, udara dingin, refluks
(Rudianto, 2013). gastroesofagus, dan olahraga. Selama
Penyakit saluran pernafasan merupakan eksaserbasi, kaliber saluran pernapasan
sekelompok penyakit kompleks dan heterogen berkurang karena bronkokonstriksi, lendir, dan
yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan edema. Pasien akan batuk karena iritasi saluran
dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang pernapasan, dan dahak dapat berisi gumpalan
saluran nafas. Penyakit saluran pernafasan dan eosinovil. Karena obstruksi saluran
merupakan salah satu penyebab utama pernapasan selama ekspirasi lebih besar dari
kunjungan pasien ke sarana kesehatan (Novy inspirasi, terjadi jebakan udara, dan paru-paru
Akti Handayani, 2010). Penyakit Paru dan menjadi hiperinflasi (Ringel, 2012).
saluran napas merupakan penyakit yang tingkat Ketidakefektifan bersihan jalan napas
kejadiannya cukup luas dan dapat menyerang adalah ketidakmampuan dalam membersihkan
siapa saja tanpa memandang usia dan suku sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan
bangsa. Dalam kehidupan sehari-hari kita untuk menjaga bersihan jalan napas. Batasan
banyak menjumpai penyakit seperti asma dan karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan
ispa. Ada beberapa hal yang dapat menjadi napas adalah batuk yang tidak efektif, penurunan
penyebab penyakit pada saluran pernapasan dan bunyi napas, suara napas tambahan ronkhi,
paru, misalnya zat yang berasal dari lingkungan rales, crakleswheezing), sputum dalam jumlah
sekitar, seperti polusi udara, bakteri, virus, dan berlebih, perubahan irama napas, sianosis
lain sebagainya (Yossi Octvina 2014). gelisah (Nanda, 2015).
Asma merupakan obstruksi jalan napas Nebulizer merupakan alat yang digunakan
yang bersifat reversibel. Asma merupakan untuk memberikan terapi pengobatan bagi
pasien yang terserang gangguan saluran Walaupun peawatan di rumah sakit berhasil, tapi
pernapasan dengan memanfaatkan cairan uap jika perawatan di rumah tidak diteruskan maka
yang sudah tercampur dengan obat. keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia
Perkembangan pesat pada teknologi terapi sehingga akan mengakibatkan pasien akan
inhalasi telah memberikan manfaat yang besar mengalami kekambuhan. Peran serta keluarga
bagi pasien yang menderita penyakit saluran mulai dari awal perawatan akan meningkatkan
pernapasan. Keuntungan utama pada terapi kemampuan keluarga merawat pasien sehingga
inhalasi bahwa obat di hantarkan langsung ke memungkinkan pasien tidak kambuh atau dapat
dalam saluran pernapasan langsung masuk ke dicegah (Padila, 2013).
paru-paru, kemudian menghasilkan konsentrasi Keluarga merupakan bagian dari tim
lokal yang lebih tinggi dengan resiko yang jauh pengobatan dan perawatan. Para anggota
lebih rendah terhadap efek samping sistemik keluarga menunggui secara bergantian, bahkan
yang timbul. Frekuensi pernapasan merupakan sering menjaga bersama-sama. Sementara
intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara perawat di rumah sakit yang seharusnya
per menit. Frekuensi pernapasan normal pada merawat orang sakit juga harus melakukan
orang dewasa adalah 16-20 kali per menit tugas-tugas yang lain di bangsal perawatan.
(Somantri, 2007). Rata-rata frekuensi Maka, peran keluarga penting untuk memantau
pernapasan pada orang dewasa meningkat kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika
seiring dengan bertambahnya usia dan eskpansi perlu malakukan komunikasi langsung. Peranan
dada cenderung menurun karena kekakuan tersebut lebih dominan dari seorang ibu.
dinding dada. Frekuensi pernapasan dihitung Beberapa peranan ibu dalam melakukan upaya
dengan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi perawatan ISPA pada anakanya yaitu ibu harus
penuh. Frekuensi pernapasan bervariasi sesuai mengetahui tentang ISPA mulai dari pengertian,
usia. penyebab, tanda dan gejala, proses perjalanan
Upaya yang tidak kalah penting adalah penyakit, komplikasi dan cara mengobati dan
peran dari keluarga. Karena keluarga merupakan merawat anak semasa sakitnya tersebut agar bisa
unit paling dekat dengan pasien, dan merupakan melakukan perawatan sedini mungkin dan sudah
perawat utama bagi pasien. Keluarga memiliki tahu bagaimana cara pencegahan ISPA tersebut
peran dalam menentukan bagaimana perawatan (Choirunisa, 2015).
yang diperlukan pasien saat berada di rumah.
2. metode

daftar pustaka
Rudianto. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013.
Skripsi. FKIK Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Simoes EAF, Cherian T, Chow J, et al. Acute Respiratory Infections in Children. In: Jamison DT,
Breman JG, Measham AR, et al., editors. Disease Control Priorities in Developing Countries. 2nd
edition. Washington (DC): World Bank; 2006. Chapter 25
Hikmawati, R & Martiana, T. 2013. Hubungan Karakteristikdan Perilaku Pekerja dengan GejalaISPA
diPabrik Asam Fosfat Dept. Produksi III PT. Petrokimia Gresik. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 2 (2): 130-136
Yossi Octavina, Abdul Fadli. (2014). “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Pada Saluran
Pernafasan Dan Paru Menggunakan Metode Certainty Factor. “ Jurnal Sarjana Teknik
Informatika 2:1123-32.
Ringel, E. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: PT. Indeks.
Choirunisa, C. (2015). Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Moncer
Pubhlisher
Padila, P. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika Padila, P.
(2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: CV. Trans Info
Media

Anda mungkin juga menyukai