Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan peradangan kronis pada rongga telinga
tengah dengan keluarnya cairan berulang (otorea) melalui perforasi timpani dalam jangka waktu
tiga bulan atau lebih.1 OMSK merupakan masalah pada anak-anak dan juga remaja karena
berdampak pada fisik, sosial, dan psikologis. Prevalensi OMSK di dunia mencapai 65 – 330 juta
orang dan 60% (39- 200 juta) diantaranya menderita gangguan pendengaran secara signifikan. 2
Di beberapa negara berkembang, otitis media menjadi penyebab kematian 50.000 balita per
tahun karena komplikasi OMSK, namun hal ini jarang terjadi di negara maju. 3 Sekitar 90%
penderita OMSK berada di negara miskin dan negara berkembang, yakni di Asia Tenggara,
Pasifik Barat, dan Afrika. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh ,dan status
kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar terjadinya peningkatan
prevalensi OMSK.4
Gejala yang paling sering muncul adalah otorea yang berbau dan gangguan pendengaran.
Tingkat keparahan gangguan pendengaran berkaitan dengaan ukuran dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem penghantaran suara di telinga tengah.
Perforasi pada membran timpani akan menyebabkan gangguan transmisi suara ke tulang-tulang
pendengaran sehingga proses konduksi gelombang suara akan berkurang.4 Otalgia yang menetap
khususnya yang sering berhubungan dengan sakit kepala biasanya terjadi setelah komplikasi
penyakit ke susunan saraf pusat.2
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi patogenesis dari OMSK. Beberapa
diantaranya adalah anatomi dan fungsi tuba eustachius, kolesteatom, faktor lingkungan, dan
genetic yang dapar menimbulkan peradangan pada telinga bagian tengah dan biasanya
menimbulkan komplikasi. Patogenesis primer terjadinya komplikasi adalah interaksi antara
mikroorganisme penyebab dengan host. Host akan berespon dengan membentuk edema jaringan
dan jaringan granulasi. Saat infeksi di telinga tengah dan mastoid tidak teratasi, edema mukosa
terus berlangsung, eksudat meningkat, serta terjadi proliferasi kelenjer mukus. Edema mukosa di
tempat yang sempit antara mesotimpanum dengan epitimpanum dan di dalam aditus antara
epitimpanum dengan antrum mastoid menghambat jalur aerasi normal dan mengurangi
oksigenasi dan vaskularisasi. Pada saat yang sama hambatan tersebut juga berlaku untuk
antibiotik dan anti inflamasi untuk mencapai sumber infeksi. Lingkungan seperti ini menjadi
lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan organisme anaerob dan proses destruksi tulang
yang dapat menyebabkan tuli konduktif.5
Pada penderita OMSK di dapatkan riwayat keluar sekret dari telinga yang terjadi terus
menerus maupun hilang timbul tak jarang juga diikuti dengan penurunan pendengaran. 6
Gangguan pendengaran pada OMSK dapat terjadi akibat infeksi yang terjadi ditelinga bagian
tengah. Infeksi ini menyebabkan peningkatan cairan serosa, yang dimana dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan akumulasi cairan mukus dan serosa sehingga hantaran
suara/udara yang diterima menurun. Selain itu pada OMSK sering sekali ditemukan jaringan
granulasi, dan putusnya rantai tulang pendengaran, hal ini tentunya berhubungan dengan
gangguan transmisi gelombang suara yang berhubungan dengan penurunan derajat pendengaran.4
Jenis dan derajat gangguan pendengaran yang terjadi pada OMSK dapat bervariasi antara
tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran, dengan derajat ringan, sedang, sedang berat,
berat, dan sangat berat. Tuli konduktif adalah bentuk yang paling umum ditemukan, namun tidak
menutup kemungkinan tuli sensorineural dan tuli campuran dapat terjadi. 4 Gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif, tuli sensorineural, maupun tuli campuran merupakan epsode
dari dari kasus otitis media. Biasanya tuli sensorineural bersifat menetap, sementara tuli
konduktif bisa bersifat sementara namun bisa juga bersifat menetap.3
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
lama sakit terhadap derajat kurang pendengaran pada pasien otitis media supuratif kronik di
RSUD Undata Palu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi teoritis
mengenai lama sakit pasien otitis media supuratif kronik serta hubungannya terhadap derajat
kurang pendengaran di RSUD Undata Palu
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian
dilakukan di RSUD Undata Palu pada bulan Juli-Agustus 2020 dengan populasi sampel yaitu
seluruh pasien OMSK yang terdaftar di RSUD Undata Palu Tahun 2019-2020.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana semua populasi
yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai responden. Kriteria inklusi yaitu seluruh pasien
OMSK yang menjalani pemeriksaan audiometri di RSUD Undata Palu Tahun 2019-2020 dan
kriteria eksklusi yaitu pasien OMSK yang memiliki data kurang lengkap dalam rekam medik.
HASIL
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUD Undata Palu pada bulan Juli
sampai bulan Agustus 2020. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional study) untuk menganalisis hubungan
lama sakit terhadap derajat gangguan pendengaran pasien OMSK. Pada penelitian ini didapat
subjek penelitian sebanyak 32 orang.

Tabel 1 Frekuensi umur dan jenis kelamin subjek


Karakteristik Keterangan Jumlah Presentase
Sampel (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 11 34,37
Perempuan 21 64,63
Total 32 100
Usia Anak 7 21,87
Dewasa 25 78,13
Total 32 100

Hasil yang terdapat pada tabel 1 memperlihatkan distribusi dari otitis media supuratif kronik
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Jumlah pasien perempuan yang menderita otitis media
supurati kronik lebih tinggi (65,63%) dibandingkan pasien laki-laki (34,37%) dan sebagian
besar penderita otitis media supuratif kronik terjadi pada orang dewasa (78,13%) dan sebagian
kecil pada anak (21,87%).

Tabel 2 Hubungan Lama sakit terhadap derajat kurang pendengaran

Derajat kurang
pendengaran CI (95%)
Variabel Total P PR
Ringan- Berat-
sedang sangat Min. Maks.
berat

<4 tahun 13 7 20
Lama
Sakit 0,198 2,600 0,598 11,310
≥4 tahun 5 7 12

Total 18 14 32
Distribusi dari hubungan antara lama sakit terhadap derajat gangguan pendengaran pada
pasien OMSK dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang didapatkan sebanyak 18 (56,25%) penderita
derajat kurang pendengaran ringan-sedang dan sebanyak 14 (43,75%) penderita derajat kurang
pendengaran berat-sangat berat. Untuk lama sakit, didapatkan sebanyak 20 (62,5%) pasien
OMSK dengan lama sakit kurang dari 4 tahun dan sebanyak 12 (37,5%) pasien OMSK dengan
lama sakit lebih dari sama dengan 4 tahun. Lama sakit tidak berhubungan signifikan terhadap
derajat kurang pendengaran dengan nilai p = 0,198 (>0,005).

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama sakit terhadap derajat kurang
pendengaran pada pasien penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) di RSUD Undata Palu
Tahun 2019-2020, yang dilihat dari hasil audiometri pada data rekam medik pasien.
Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi jenis kelamin penderita OMSK pada penelitian
ini didapatkan jumlah pasien perempuan yang menderita otitis media supuratif kronik lebih
tinggi (65,63%) dibandingkan pasien laki-laki (34,37%). Proporsi jenis kelamin yang didapatkan
dari penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2018) mendapatkan jumlah jenis kelamin laki-laki
sedikit lebih banyak yaitu 56,5% dan pasien dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 43,5%.
Hasil yang berbeda kemungkinan terjadi kerena perbedaan jumlah subyek penelitian.7
Hasil yang terdapat pada tabel 1 memperlihatkan distribusi dari otitis media supuratif kronik
berdasarkan usia. Hasil dari jumlah keseluruhan sampel didapatkan bahwa sebagian besar
penderita otitis media supuratif kronik terjadi pada orang dewasa dengan presentase 78,13% dan
sebagian kecil pada anak dengan presentase 21,87%. Laporan penelitian yang dilakukan oleh
Eriyani (2017) menunjukkan bahwa semakin tua usia seseorang, maka jumlah kejadian gangguan
pendengaran akan meningkat. Hal ini dikarenakan pada saat bertambahnya usia, terjadi proses
degenerasi koklea yang dapat menyebabkan peningkatan ambang batas pendengaran pada
seseorang sehingga dapat terjadi gangguan pendengaran.8 pasien dengan usia diantara dua puluh
satu sampai tiga puluh tahun paling berisiko terpengaruh oleh OMSK.7
Distribusi dari hubungan antara lama sakit terhadap derajat gangguan pendengaran pada
pasien OMSK dapat dilihat pada tabel 2. Dari data yang dikumpulkan didapatkan sebanyak 18
(56,25%) penderita derajat kurang pendengaran ringan-sedang dan sebanyak 14 (43,75%)
penderita derajat kurang pendengaran berat-sangat berat. Untuk lama sakit, didapatkan sebanyak
20 (62,5%) pasien OMSK dengan lama sakit kurang dari 4 tahun dan sebanyak 12 (37,5%)
pasien OMSK dengan lama sakit lebih dari sama dengan 4 tahun. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Toari (2018) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
lama sakit terhadap derajat kurang pendengaran pasien otitis media supuratif kronik dengan nilai
P= 0,198 (<0,005). menyatakan bahwa OMSK merupakan penyakit multifaktorial, yaitu dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang berkaitan satu dengan yang lain, seperti
lingkungan, mikroba dan genetik sehingga derajat dari manifestasi klinis yang terjadi akibat
OMSK salah satunya kurang pendegaran bisa berbeda tiap individu. 3 Menurut beberapa teori dan
hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
lama sakit terhadap derajat kurang pendengaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Padmanabhan (2017) menyatakan bahwa otitis media yang
berlangsung kronis dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel rambut yang ada pada dasar
koklea sehingga menyebabkan terjadinya tuli sensorineural yang berhubungan dengan penurunan
derajat pendengaran dan peningkatan otorea. Ini menyebabkan beberapa perubahan patologi
dalam membran timpani menghasilkan efusi dan kolesteatoma yang mengganggu mekanik
konduksi gelombang suara pada pasien dari segala usia.9 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Mehboob (2019), Data audiometri yang dilaporkan dari beberapa penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa gangguan pendengaran semakin meningkat.10 Perbedaan
hasil yang didapatkan kemungkinan disebabkan oleh perbedaan metode penelitian yang
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya menggunakan pendekatan secara
prospektif sehingga data yang dimiliki mulai dari awal pemaparan sampai pada saat paparan
terjadi. Perbedaan jumlah sampel yang digunakan juga dapat mempengaruhi perbedaan hasil
yang didapatkan. Lama sakit memiliki nilai PR = 2,600, dimana pasien yang menderita OMSK
lebih lama dari sama dengan empat tahun akan lebih berisiko menderita kurang pendengaran
yang lebih berat 2,6 kali lipat daripada orang yang menderita OMSK kurang dari 4 tahun, hal ini
sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa infeksi kronik pada telinga akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi pada telinga bagian dalam sehingga dapat menyebabkan derajat kurang
pendengaran.9

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
lama sakit terhadap derajat kurang pendengaran. Lama sakit merupakan salah satu faktor risiko
yang dapat menyebabkan derajat kurang pendengaran. Penyakit OMSK dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor yang berkaitan satu sama lain sehingga manifestasi klinis yang terjadi
akibat OMSK seperti derajat kurang pendengaran dapat berbeda tiap individu. Semakin
bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko mengalami OMSK.

SARAN

Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pengembangan terhadap metode penelitian


yang akan digunakan serta menambah lebih banyak sampel dan memperluas variabel penelitian
agar didapatkan hasil yang lebih baik serta hasil penelitian ini diharapkan dapat dianalisis lebih
lanjut dengan menambah atau memperluas variabel lainnya serta mengembangkan metode
penelitian yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai