Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA APLASTIK

A. Konsep Anemia Aplastik


1. Pengertian
Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum
tulang belakang yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat berhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum tulang (Wijaya & Putri,
2013).
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau
bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sum-
sum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi,
supresi atau pendesakan sum-sum tulang (Bakta, 2017).

2. Tanda dan Gejala


Menurut rukman kiswari (2014) keluhan yang paling umum adalah
kelelahan, kelemahan atau dispnea pada aktivitas fisik berat, konjungtiva
mata pucat, ekstremitas teraba hangat atau dingin. Gejala-gejala lain yang
berkaitan adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih. Defisiensi
trombosit dapat mengakibatkan :
a. Ekimosis dan petekie (perdarahan kulit)
b. Epistaksis (perdarahan hidung)
c. Perdarahan saluran cerna
d. Perdarahan saluran kemih

3. Penyebab
Menurut Rohayu dan Tri Astuti (2019) Penyebab anemia aplastik
sebagian besar (50-70) tidak diketahui atau bersifat idiopatik. Sebagian
besar penelusuran etiologi dilakukan melaluipenelitian epidemiologik.
Berikut ini adalah berbagai faktor penyebab anemia aplastik :
a. Primer
1) Kelainan kongenital yaitu Fanconi, Non Fanconi, Dyskeratosis
congenita.
2) Ideopatik : penyebabnya tidak dapat ditentukan
b. Sekunder
1) Akibat radiasi
Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X.
Peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan
terjadinya pansitopenia. Bila penyinaran dilakukan, sel-sel akan
berproliferasi kembali. Radiasi dapat menyebabkan anemia aplastik.
2) Bahan kimia
Bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia aplastik
adalah senyawa benzen.
3) Akibat obat-obatan
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis
obat berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik
adalah kloramfenikol.
Penyebab lain yaitu Infeksi virus dapat menyebabkan anemia aplastik
semakin atau permanen, penyebab sementara dan permanen sebagai berikut:
a. Sementara
Mononukleosis infeksiosa, Tuberkolosis, Influenza, dengue.
b. Permanen
Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non-A dan non-B. Virus
ini dapat menyebabkan anemia. Umumnya anemia aplastik pasca
hepatitis ini mempunyai prognosis yang buruk.

4. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Anemia aplastik biasanya disebabkan oleh kegagalan dari sel induk
hematopoieti atau terjadinya penurunan sel precursor pada sumsum
tulang dan terjadi penggantian sumsum tulang dengan lemak. Kegagalan
tersebut disebabkan oleh kelainan dari sel-sel induk hematopoietik
sendiri atau bisa dari beberapa faktor yang menekan atau
menghancurkannya. Penyabab lain pansitopenia dari penyakit anemia
aplastik seperti mielodisplasia, anemia megaloblastik, dan leukemia akut.
Penyakit anemia aplastik sel-sel yang bersifat normal atau hanya
memiliki kelainan morfologi ringan. Adanya eritrosit berinti atau
berbentuk tidak normal, neutrofil hipersegmen atau leukosit abnormal
lainnya, sel-sel prematur, atau fragmen megakariosit dapat terjadi karena
terjadi gangguan lain selain anemia aplastik (Kiswari, 2014). Hipoplasia
muncul maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik
dimana akan terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel. Pemeriksaan
darah lengkap sangat penting dan dilakukan sesering mungkin pada
penderita anemia aplastik karena pengobatan yang teratur terkena bahan
kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik (Muttaqin, 2014).
b. Pathway
Pendarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B12, Overaktif RES, produksi
uterus, hidung, luka As. Folat, depresi sumsum SDM abnormal
tulang, eritropein menurun

Kehilangan SDM (sel Penghancuran SDM


darah merah) Produksi SDM menurun meningkat

Resiko infeksi
Pertahanan sekunder tidak
adekuat
Hipertermia

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat

Glositis berat (lidah


Beban kerja dan curah Peningkatan frekuensi meradang), diare,
jantung meningkat napas kehilangan napsu makan

Intake nutrisi turun


Takikardia, angina (nyeri Dyspnea (kesulitan
(anoreksia)
dada), iskemia bernapas)
miokardium, beban erja
jantung meningkat Defisit nutrisi
Penurunan transport O2

Perfusi perifer tidak


efektif Hipoksia
Nyeri akut

Peningkatan kontraktilitas Lemah lesu, parestesia, Pola napas tidak efektif


mati rasa, ataksia,
gangguan koordinasi,
Palpitasi bingung

Penebalan dinding Defisit perawatan diri


ventrikel Intorelansi aktivitas

Kardiomegali
5. Komplikasi
Menurut (Wijaya & Putri, 2013)anemia aplastik apabila tidak
ditangani maka akan menyebabkan banyak komplikasi yaitu :
a. Perkembangan otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Leukimia mielogen akut berhubungan denagn anemia fanconi
g. Gagal jantung akibat anemia berat
h. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut
terkena.

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Penatalaksanaan Medis
Penanganan anemia aplastik yang biasa dilakukan ada dua yaitu
yang pertama transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan
persediaan jaringan hematopoesti yang masih dapat berfungsi, agar
transplantasi dapat berhasil diperlukan kemampuan menyesuaikan sel
donor dengan resipien serta mencegah terjadinya komplikasi selama
proses penyembuhan dengan penggunaan imunosupresan clyclosporine.
Kedua terapi imunnosupresif yaitu dengan ATG (globulin antitimosit)
diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang
aplasia sehingga sumsum tulang memungkinkan untuk mengalami
penyembuhan. ATG diberikan setiap hari melalui kateter vena sentral
selama 7 sampai 10 hari, pasien yang merespon terapi biasanya akan
sembuh dalam beberapa minggu sampai 3 bulan (Wijaya & Putri, 2013).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Transplantasi sumsum tulang jika
sumsum tulang berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat.
Perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan
tubuh dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan
berespon untuk mulai berfungsi lagi (Anggraeni dan Ida Ayu, 2019).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian menurut (Wijaya & Putri, 2013)sebagai berikut :
a. Identitas klien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau
bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan dan pusing.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) Prenatal : ibu selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan beberapa kali, kebiasaan pemakaian obat-
obatan dalam jangka waktu lama.
2) Intranatal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan beberapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neomatorum, ada trauma post
partum akibat tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat
imunisasi
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ispa
e. Keadaaan Saat Ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah,
tachikandia, dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis,
DM, asma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Keluhan utama pasien saat ini
1) Pola nutrisi
Makanan terinfeksi pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampai
jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.Kehilangan berat badan dapat
dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi.
2) Pola eliminasi
BAB (frekuensi,banyak,warna dan bau) atau lender, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman
penyebab dan cara penangan lebih lanjut BAK perlu dikaji untuk
output terhadap kehilangan cairan lewat urin
3) Pola istirhatat
Kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang
berlebihan
4) Pola akitivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran : apakah klien mengalami compos mentis kooperatif
sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran apatis, samnolen, sopor,
coma.
3) Tanda-tanda vital
TD: Tekanan darah menurun (N= 90-110/60-70 mmHg)
Nadi: Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (Nadi=60-
100x/menit)
Suhu : Bisa meningkat atau menurun (S= 36,5-37,2 0C)
Pernafasan : Meningkat
4) TB dan BB
Mengalami peningkatan dan mengalami penurunan berat badan.
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
terdapat perdarahan sub conjungtiva, keadaan pupil, palpebra,
reflak cahaya tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan/bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-
pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah
membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur.
Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara nafas bisa vesikular
atau ronchi, wheezing.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat.
14) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,
akral dingin.
15) Neurologis
Refleksi fasiologis (+) seperti reflek patela, refleks patologi (-)
seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinki I-II = (-).
16) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan di daerah tempat
tinggal, orang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pembuangan sampah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin (D.
0009)
b. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D. 0005)
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D. 0056)
d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
e. Hipertermia b.d proses penyakit (D. 0130)
f. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D. 0077)
g. Defisit Perawatan Diri b.d kelemahan (D. 0109)

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Perfusi perifer (L. 02011) I. 02079 Perawatan Sirkulasi
tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
penurunan keperawatan diharapkan a. Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi keadekuatan aliran darah (mis. nadi perifer,
hemoglobin (D. pembuluh darah distal untuk edema, pengisian
0009) mempertahankan jaringan kapiler, warna, suhu,
meningkat, dengan kriteria ankle brachial index)
hasil: b. Identifikasi faktor
a. Denyut nadi perifer risiko gangguan
meningkat sirkulasi (mis. diabetes,
b. Warna kulit pucat menurun perokok, orang tua,
c. Nyeri ekstermitas menurun hipertensi dan kadar
d. Pengisian kapiler membaik kolesterol tinggi)
e. Akral membaik c. Monitor panas,
f. Turgor kulit membaik kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada
ekstremitas
2. Terapeutik
a. Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran
tekanan darah pasa
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada area yang cedera
d. Lakukan pencegahan
infeksi
e. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
3. Edukasi
a. Anjurkan berhenti
merokok
b. Anjurkan berolahraga
rutin
c. Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
d. Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurunan kolesterol,
jika perlu
e. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
g. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
h. Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
i. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemak jenu, minyak
ikan omega 3)
j. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
rasa sakit yang tidak
hilang, saat istirahat,
luka tidak sembu,
hilangnya rasa)
2. Pola napas tidak (L. 01004) I. 01011
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
hambatan upaya keperawatan diharapkan a. Monitor pola napas
nafas (D. 0005) inspirasi dan/ atau ekspirasi (frekuensi, kedalaman,
yang memberikan ventilasi usaha napas)
adekuat membaik, dengan b. Monitor bunyi napas
kriteria hasil: tambahan (mis.
a. Dispnea menurun gurgling, mengi,
b. Penggunaan otot bantu wheezing, ronkhi
napas menurun kering)
c. Pemanjangan fase c. Monitor sputum
ekspirasi menurun (jumlah, warna, aroma)
d. Frekuensi napas membaik 2. Terapeutik
e. Kedalaman napas a. Pertahankan kepatenan
membaik jalan napas dengan
head-tilt dan vhin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
b. Posisikan semi-fowler
atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
f. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
h. Berikan oksige, jika
perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
3. Intoleransi (L. 05047) I. 05178 Manajemen Energi
aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
kelemahan (D. keperawatan diharapkan a. Identifikasi gangguan
0056) respon fisiologis terhadap fungsi tuuh yang
aktivitas yang memnutuhkan mengakibatkan
tenaga meningkat, dengan kelelahan
kriteria hasil: b. Monitor kelelahan fisik
a. Frekuensi nadi meningkat dan emosional
b. Kemudahan dalam c. Monitor pola dan jam
melakukan aktivitas tidur
sehari-hari meningkat d. Monitor lokasi dan
c. Keluhan lelah menurun ketidaknyamanan
d. Dispnea saat aktivitas selama melakukan
menurun aktvitas
e. Dispnea setelah aktivitas 2. Terapeutik
menurun a. Sediakan lingkungan
f. Perasaan lemah menurun nyaman dan rendah
g. Warna kulit membaik stimulasi (mis. cahaya,
kunjungan, suara)
b. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/ atau aktif
c. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
c. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Defisit nutrisi b.d (L. 03030) I. 03119
ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
mengabsorbsi keperawatan diharapkan a. Identifikasi status
nutrien (D.0019) keadekuatan asupan nutrisi nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan b. Identifikasi alergi dan
metabolisme membaik, intoleransi makanan
dengan kriteria hasil: c. Identifikasi makanan
a. Porsi makan yang yang disukai
dihabiskan meningkat d. Identifikasi kebutuhan
b. Berat badan membaik kalori dan jenis nutrien
c. Indeks Massa Tubuh e. Identifikasi perlunya
(IMT) membaik penggunaan selang
nasogastrik
f. Monitor asupan
makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
a. Lakokan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
c. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
f. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
5. Hipertermia b.d (L. 14134) I. 15506 Manajemen
proses penyakit Setelah dilakukan tindakan Hipertermia
(D. 0130) keperawatan diharapkan 1. Observasi
pengaturan suhu tubuh agar a. Identifikasi penyebab
tetap berada pada rentang hipertermia (mis.
normal membaik, dengan dehidrasi, terpapar
kriteria hasil: lingkungan panas,
a. Menggigil menurun penggunaan inkubator)
b. Kulit merah menurun b. Monitor suhu tubuh
c. Pucat menurun c. Monitor kadar
d. Takikardia menurun elektrolit
e. Takipnea menurun d. Monitor haluaran urine
f. Suhu tubuh membaik e. Monitor komplikasi
g. Tekanan darah membaik akibat hipertermia
2. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan
yang dingin
b. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi
permukaan kulit
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
f. Lakukan pedinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher dada,
abdomen, aksila)
g. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
h. Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
6. Nyeri akut b.d (L. 08066) (I.08238) Manajemen Nyeri
agen pencedera Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
fisiologis (D. keperawatan diharapkan a. Identifikasi lokasi,
0077) pengalaman sensorik atau karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan intensitas nyeri
aktual atau fungsional dengan b. Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau lambat c. Identifikasi respons
dan berintensitas ringan nyeri non verbal
hingga berat dan konstan d. Identifikasi faktor yang
menurun, dengan kriteria memperberat dan
hasil: memperingan nyeri
g. Keluhan nyeri menurun e. Identifikasi
h. Meringis menurun pengetahuan dan
i. Gelisah menurun keyakinan tentang
j. Kesulitan tidur menurun nyeri
k. Frekuensi nadi membaik f. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
g. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan
pusat pengendalian
keracunan untuk
pengobatan definitif
b. Kolaborasi pemberian
agen spesifik
c. Kolaborasi pemberian
agen atau prosedur
untuk meminimalkan
absorpsi obat dan
meningkatkan ekskresi
obat

(I.08243) Pemberian
Analgetik
1. Observasi
a. Identifikasi
karakteristik nyeri
b. Identifikasi riwayat
alergi obat
c. Identifikasi kesesuaian
jenis analgetik
d. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
e. Monitor efektifitas
analgetik
2. Terapeutik
a. Diskusikan jenis
analgetik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
b. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
c. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
d. Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan

3. Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
7. Defisit Perawatan (L. 11103) (I. 11348) Dukungan
Diri b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan Diri
kelemahan (D. keperawatan diharapkan 1. Observasi
0109) kemampuan melakukan atau a. Identifikasi kebiasaan
menyelesaikan aktivitas aktivitas perawatan diri
perawatan diri meningkat, sesuai usia
dengan kriteria hasil : b. Monitor tingkat
a. Kemampuan mandi kemandirian
meningkat c. Identifikasi kebutuhan
b. Kemampuan mengenakan alat bantu kebersihan
pakaian meningkat diri, berpakaian,
c. Kemampuan makan berhias, dan makan
meningkat 2. Terapeutik
d. Kemampuan ke toilet a. Sediakan lingkungan
(BAB/BAK) meningkat yang terapeutik (mis.
e. Minat melakukan suasana hangat, rileks,
perawatan diri meningkat privasi)
b. Siapkan keperluan
pribadi (mis. parfum,
sikat gigi, dan sabun
mandi)
c. Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
d. Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
e. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
f. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
3. Edukasi
a. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Dalam dokumentasi dikenal 2 cara yaitu secara sumatif dan
formatif. Biasanya evaluasi menggunakan acuan SOAP atau SOAPIER
sebagai tolak ukur pencapaian implementasi. Perawat mempunyai tiga
alternatif dalam menentukan sejauh mna tujuan tercapai.
a. Berhasil : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan pada tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Andra, Wijaya Saferi dan Yessie, Putri Mariza. 2013. KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Anggraeni dan Ayu, I. 2019. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Anemia
Aplastik dengan Resiko Perdarahan di Ruang Pudak RSUP Sanglah.
Dewan Pengurus Pusat. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
Dewan Pengurus Pusat. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Dewan Pengurus Pusat. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
Kiswari, R. 2014. Hematologi & Tranfusi. Jakarta : Erlangga.
Made, I Bakta. 2017. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
Mutaqqin, A. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Rohayu dan Astuti, Tri. 2019. Asuhan Keperawatan Kasus Gangguan Kebutuhan
Oksigenisasi Pada Kasus Anemia Aplastik Terhadap Ny. R di Fressia
Lanai IV RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.

Anda mungkin juga menyukai