Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK UTS
ANEMIA PADA IBU HAMIL

Disusun oleh :
Annisa Marini (1811002)

Program Studi S1 Pendidikan Ners


STIKes Patria Husada Blitar
2019
A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak
sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan.
Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia
tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut
(Nurarif & Hardhi, 2015).
Kriteria anemia menurut WHO
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl
Wanita hamil <11 g/dl

Anemia pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan benar dapat meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi yang berbahaya, seperti persalinan prematur. Selain
itu, anemia juga dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah pada bayi. Pada sisi
ibu, anemia dapat meningkatkan risiko depresi pasca persalinan dan kematian ibu pasca
persalinan (Allert Noya, 2018).

B. Etiologi dan Klasifikasi


Anemia dapat disebabkan karena hilangnya sel darah merah yang meningkat,
misalnya akibat perdarahan karena trauma atau operasi, infeksi parasit, penyakit
inflamasi. Penurunan produksi normal sel darah merah akibat defesiensi besi, vitamin
B12, folat, malnutrisi, malabsorpsi, infeksi HIV, serta penyakit kronis juga dapat
menyebabkan (Nur Soraya, 2013).
Anemia terbagi dalam bermacam-macam jenis, diantaranya :
1. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang diakibatkan kekurangan besi. Hal ini
dapat disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang mengandung unsur besi,
adanya gangguan reabsorpsi, gangguan penggunaan,maupun karena perdarahan
sehingga besi banyak yang keluar dari tubuh. Jika selama kehamilan asupan besi
tidak ditambah maka akan mudah terjadi anemia defesiensi besi, sebab keperluan
besi akan bertambah terutama dalam trimester terakhir. Ciri khas anemia defisiensi
besi yang berat yaitu mikrositosis dan hiprokomasia. Sedangkan ciri lainnya yaitu
kadar besi serum yang rendah, daya ikat besi serum yang tinggi, protoporfirin
eritrosit yang tinggi, serta tidak ditemukan homosiderin dalam sumsum tulang.
2. Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi vitamin B12. Kebanyakan
disebabkan oleh defesiensi asam folik. Anemia megaloblastik berhubungan erat
dengan defisiensi makanan.
3. Anemia hipoplastik disebabkan karena kurang mampunya sumsum tulang dalam
membuat sel-sel darah baru. Penyebab pasti dari kondisi anemia hipoplastik ini
sampai sekarang belum diketahui, namun diperkirakan karena sepsis, sinar roentgen
racun atau obat-obatan.
4. Anemia hemolitik adalah proses penghancuran sel darah merah yang berlangsung
lebih cepat daripada pembuatannya. Tanda-tanda yang biasanya ditemukan yaitu
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan
sterkobilin lebih banyak dalam feses.

C. Patofisiologi
Anemia dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain malnutrisi; kurang zat besi
dalam diet; malabsorpsi; kehilangan darah yang berlebihan; kehamilan; proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
akibat infeksi kronis atau infeksi akut yang berulang; kondisi kronis, seperti infeksi
TBC, malaria, atau cacing usus.
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh hipervolemia yang terjadi pada saat
kehamilan. Selama kehamilan, terjadi peningkatan volume darah (hiperemia). Ibu hamil
yang sehat akan mengalami peningkatan volume darah sebanyak 1,5 liter. Peningkatan
volume darah tersebut, terutama terjadi akibat peningkatan volume plasma dan bukan
eritrosit.
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 mL. Volume plasma
meningkat 45-65%, yaitu sekitar 1.000 mL. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma
darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan
cukup bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Presentase peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, antara lain
plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume
plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan
melambat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada
trimester III.
Secara fisiologis, pengeceran darah yang terjadi selama kehamilan berfungsi untuk:
1. Membantu meringankan kerja jantung karena penurunan kekentalan darah akan
mengurangi resistansi terhadap aliran darah sehingga kerja jantung untuk mendorong
darah menjadi lebih ringan.
2. Mengisi ruang vaskular uterus, payudara, otot, ginjal, dan kulit.
3. Mengurangi dampak pengeluaran hemoglobin pada saat persalinan.
Anemia defisiensi zat besi juga dapat disebabkan oleh peningkatan kebutuhan zat
besi pada ibu hamil. Ibu hamil memerlukan asupan zat besi sebesar 900 mg. Hemodilusi
yang terjadi sejak trimester II dan memuncak pada usia gestasi 32-34 minggu
menyebabkan kadar hemoglobin menurun sehingga timbul anemia kehamilan fisiologis
(Pratami, 2016).
D. Pathway
 Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015).

Pendarahan saluran cerna, Defiensi besi, vit B 12, As. Overaktif RES, produksi
uterus, hidung, luka Folat, SDM abnormal
Depresiasi sumsum tulang
eritropoetin

Kehilangan SDM (sel darah Penghancuran SDM


merah)
Produksi SDM

Pertahan sekunder tidak Resiko infeksi


adekuat

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defesiensi folat

Glositis berat (lidah


Beban kerja dan curah Peningkatan frekuensi meradang), diare,
jantung meningkat napas kehilangan napsu makan

Takikardia, angina (nyeri Dyspnea (kesulitan Intake nutrisi turun


dada), iskemia miokardium, bernapas) (anoreksia)
beban kerja jantung

Penurunan transport O2 Ketidak seimbangan nutrisi


Ketidakefektifan perfusi kurang dari kebutuhan
jaringan perifer tubuh
Nyeri akut Hipoksia

Peningkatan kontraktilitas Lemah lesu, parestesia, Ketidakefektifan pola


mati rasa, ataksia, napas
gangguan koordinasi,
Palpitasi bingung

Penebalan dinding ventrikel Defisit perawatan diri


Intoleransi aktivitas

Kardiomegali
E. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
 Secara Preventif, menurut (Kusumawardhani, 2015).
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin (antenatal care)
Dilakukan dengan cara memeriksakan diri dari mulai sebelum hamil, selama
hamil sampai menjelang persalinan. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
secara berkala, maka gangguan kehamilan seperti anemia pada ibu hamil ataupun
gangguan-gangguan lain yang dapat membahayakan ibu dan janin dapat dideteksi
sejak dini.
2. Konsumsi makanan tinggi zat besi yang cukup
Zat besi bisa didapatkan dari makanan yang mengandung zat besi tinggi seperti
daging, kacang-kacangan, sayuran dan buah.
3. Konsumsi asam folat
Asam folat dapat mudah ditemukan pada makanan seperti Jeruk, pisang dan
sayur-sayuran. Selain itu, asam folat juga bisa didapatkan dari suplemen asam folat
yang diberikan oleh dokter dalam bentuk tablet dan dapat dikonsumsi sebelum
kehamilan.
4. Konsumsi Vitamin B12 dan Vitamin C
Vitamin B12 dan Vitamin C memiliki peran penting dalam meningkatkan kadar
zat besi dan sel darah merah dalam tubuh. Vitamin-vitamin tersebut dapat ditemukan
pada susu dan makanan lain seperti jeruk dan lainnya. Selain itu, vitamin tersebut
juga dapat ditemukan pada suplemen vitamin tambahan.
5. Menilai kondisi dan gejala
Jika anda memiliki gejala yang berhubungan dengan anemia seperti mudah lelah,
pucat pada kelopak mata, ujung jari dan wajah, Anda dianjurkan untuk segera
memeriksakan diri kedokter. Dengan melakukan pemeriksaan sejak dini maka akan
diketahui apakah kondisi tersebut berkaitan dengan anemia atau penyakit lainnya.
 Secara Kuratif, menurut (Allert Noya, 2018).
1. Mengonsumsi suplemen zat besi : Suplemen zat besi yang umum diberikan
adalah ferrous sulphate, yang dikonsumsi 2-3 kali per hari. Sebagian orang
mengalami efek samping dari konsumsi suplemen zat besi ini, seperti sakit perut,
diare atau konstipasi, nyeri ulu hati, mual, atau tinja yang berwarna gelap.
Konsultasi ke dokter jika merasakan efek samping ini setelah mengonsumsi
suplemen zat besi.
2. Menambah asupan makanan kaya zat besi : Konsumsi makanan dengan gizi
seimbang, kemudian tambahkan minimal tiga porsi makanan kaya zat besi.
Contoh makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain: kan, daging
merah, ayam, sayur berwarna hijau gelap, kacang-kacangan, biji-bijian, sereal
yang sudah difortifikasi zat besi, telur dan tahu.
3. Memenuhi kebutuhan vitamin C : jeruk, stroberi, kiwi, dan tomat.

 Secara Rehabilitatif, menurut (Nur Soraya, 2013).


 Hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan
dalam mengonsumsi tablet besi (Fe).

2. Medis
 Farmakologi
1. Tablet fe merupakan salah satu suplemen yang dapat mencegah terjadinya anemia.
suplemen Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang
berhasil hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya.
 Invasif
Penatalaksanaan medis menurut (Handayani & Sulistyo, 2008) untuk tindakan
terjadinya anemia adalah :
 Terapi gawat darurat
 Terapi khas untuk masing masing anemia
 Terapi kausal
 Terapi ex-juvantivus (empiris)
F. Asuhan Keperawatan
A. Menurut (W & S. A, 2015) pengkajian meliputi sistem hematologi :
1. Tanda – tanda vital
a) Nadi
b) Pernafasan
2. Tampilan umum
a) Tanda – tanda gagal jantung kongestif
b) Gelisah
3. Kulit
a) Warna pucat, icterus
b) Ptekia
c) Memar
d) Perdarahan dari membran mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena
4. Abdomen
a) Pembesaran hati
b) Pembesaran limpa

B. DIAGNOSA
Menurut (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018) Intervensi Keperawatan :
NO DIAGNOSA INTERVENSI TINDAKAN
1. Pola napas Manajemen jalan 1. monitor pola napas
tidak efektif napas 2. monitor bunyi napas
3. posisikan semi fowler atau fowler
4. berikan oksigen jika perlu
5. ajarkan teknik nafas dalam
2. Intoleransi Manajemen energi 1. monitor kelelahan fisik
aktivitas 2. monitor pola dan jam tidur
3. lakukan rentang gerak aktif dan pasif
4. anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
5. ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
3. Neusea Manajemen mual 1. monitor asupan nutrisi dan kalori
2. berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
3. anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
4. anjurkan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
5. ajarkan penggunaan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Allert Noya. (2018). Gejala Anemia pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya -
Alodokter. Retrieved March 26, 2019, from https://www.alodokter.com/gejala-
anemia-pada-ibu-hamil-dan-cara-mengatasinya
Handayani, W., & Sulistyo, A. H. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem.
Kusumawardhani, D. (2015). Tips Mencegah Anemia pada Ibu Hamil - Spesialis
Klikdokter.com. Retrieved March 29, 2019, from
https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2700352/tips-mencegah-anemia-pada-ibu-
hamil
Nur Soraya, M. (2013). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA
PADA IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET
BESI (Fe) DI PUSKESMAS KELING II KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedo. Jepara. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26380/1/Maulida Nur
Soraya-fkik.pdf
Nurarif, H. A., & Hardhi, K. (2015). APLIKSI ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Pratami, E. (2016). EVIDENCE-BASED DALAM KEBIDANAN. (P. E. Karyuni & S.
Isneini, Eds.). PENERBIT BUKU KEDOKTERAN (EGC).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, S. (2018). Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: PPNI.
W, H., & S. A, H. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN
DIAGNOSA MEDIS DAN NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai