ANEMIA
Disusun Oleh :
ANDINI SETYANINGRUM
(2021.04.164)
BANYUWANGI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) di bawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan
jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidakadekuatan pembentukan sel-sel
darah merah(eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang
berlebihan (hemolisi); kehilangan darah (penyebab yang paling umum); faktor-
faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor-faktor hereditas,
dan penyakit kronis.(Taqiyyah Bararah, 2013, hal. 201).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti
dehidrasi,perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karna itu dalam diagnosis anemia
tidak cukup hanya sampai kepada lebel anemia tetapi harus dapat ditetapkan
penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.(Kusuma, 2015, hal. 35)
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13 g /dl
Wanita dewasa tidak <12 g /dl
hamil
Wanita hamil <11 g /dl
Perdarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B12, Overaktif RES, produksi
uterus, hidung, luka asam folat.Depresi sumsum SDM abnormal
tulang eritropoetin
Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat
Glositis berat(lidah
Beban kerja dan curah Peningkatan frekuensi napas meradang), diare,
jantung meningkat
kehilangan napsu makan
Penurunan transport O2
Ketidak seimbangan
Ketidakefektifan perfusi nutrisi kurang dari
jaringan perifer Hipoksia kebutuhan tubuh
Nyeri akut
Ketidakefektifan pola
Lemah lesu, parestesia, mati napas
Peningkatan kontraktilitas
rasa, ataksia, gangguan
koordinasi, bingung
Palpitasi
5. Klasifikasi
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
a. Anemia makroskopik/ normositik Makrositik
Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik
karena konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleut
(DNA) seperti yang ditemukan pada defesiensi B12, atau asam folat dan bisa
juga terhadi pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker karena agen-
agen menggangu sintesis DNA (Wijaya, 2013, pp. 128-129)
1) Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin
B12 dan asam folic (atau kedua-keduanya) tidak cukup atau penyerapan
yang tidak cukup. Kekurangan folate secara normal todak menghasilkan
gejala, selagi B12 cukup. Anemia yang Megaloblastic adalah paling
umum penyebab anemia yang macrocytic
2) Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang melawan sel
pariental dari perut. Sel pariental menghasilkan faktor intrinsik, yang
diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan. Oleh karena itu
penghancuran dari sel pariental menyebabkan suatu ketidaan faktor
intrinsik, mendorong penyerapan yang buruk dari vitamin B12 (Wijaya,
2013, pp. 128-129)
3) Yang sakit karena banyak minum
4) Methotrexate, zidovudine, dan lain obat yang menghalangi repliksi DNA.
Ini adalah etiologi yang paling umum pada pasien yang tanpa alkohol
(Wijaya, 2013, pp. 128-129)
b. Anemia Mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik: sel kecil, hipokkronik: pewarnaan
yang berkurang, karena darah nerasal dari Hb, sel-sel ini mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal. Kedaan ini
umunya mencerminkan isufisiensi sintesis heme/ kekurangan zat besi, seperti
anemia pada defesiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah
kronis dan gangguan sintesis globin (Wijaya, 2013, pp. 128-129)
1) Anemia kekurangan zat besia dalah jenis anemia paling umum dari
keseluruhan dan yang paling sering adalah microcytic hypochromic.
Anemia kekurangan besi disebabkan karena ketika penyerapan atau
masukan dari besi tidak cukup. Besi adalah suatu bahan penting dari
hemoglobin, dan kekurangan besi mengakibatkan berkurangnya
hemoglobin kedalam sel darah merah. Di Amerika Serika, 20% dari
semua wanita-wanita dari umur yang mampu melahirkan mempunyai
anemia kekurangan zat besi, bandingkan dengan hanya 2% dari orang tua.
Penyebab dari anemia kekurangan zat besi pada wanita-wanita
premenopausal adalah darah hilang selama haid. Stusi sudah menjukkan
bahwa kekurangan zat besi menyebabkan prestasi sekolah lemah dan
menurunnya IQ pada gadis remaja. Pada pasien yang lebih tua, anemia
kekurangan zat besi disebabkan karena pendarahan saluran pencernaan:
tes darah pada BAB, endoskopi atas dan endoskopi bawah sering
dilakukan untuk mengidentifikasi lesi dan pendarahan yang bisa malignan
(Wijaya, 2013, pp. 128-129)
2) Hemoglobinnopathies lebih jarang (terlepas dari masyarakat dimana
kondisi-kondisi ini adalah lazim) anemia sel sabit, thalasemia
c. Anemia Normositik
SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah
hemoglobin normal. Kekurangan darah merah yang Normacytic adalah
ketika cadangan Hb dikurangi, tetapi ukuran sel darah yang merah (MCV)
sisa yang normal. Penyebab meliputi: pendarahan yang akut, anemia dari
penyakit kronis, anemia yang aplastic kegagalan sumsum tulang (Wijaya,
2013, pp. 128-129)
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi sebagai dampak pemeriksaan diagnostik tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Gagal jantung akibat anemia yang berat.
2. Kematiaan akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut terkena.
(haribowo, 2008, hal. 47)
Hemoglobin memiliki peran penting dalam mengantar oksigen keseluruh tubuh
untuk konsumsi dan membawa kembali karbondioksida kembali ke paru
menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah,
proses ini dapat terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah
(hipoksia) (Proverawati A. , 2011, hal. 36)
Anemia umunya memiliki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat
disembuh kandalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung pada penyebab
anemia, tingkat keparahan, dan kesehatan seluruh pasien. Anemia yang parah
akan menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital seperti
jantung, dan dapat menyebabkan serangan jantung(Proverawati, 2011, p. 36)
7. Penatalaksanaan
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander
atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.
Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan
infeksi sekunder, makanan dan istirahat.
8. Pemeriksaan penunjang
pertama yang dilakukan untuk diagnosis anemia adalah tes hitung darah lengkap.
Tes hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC) dilakukan untuk
mengetahui jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin pada sel darah
merah.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pengkajian pada klien dengan anemia difokuskan pada penggalian data dasar
tentang informasi status terkini dari klien mengenai berkurangnya sel darah
merah (Muttaqin, 2012, hal. 399)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Pada klien anemia biasanya mengeluhkan cepat lelah (Muttaqin, 2012,
hal. 400)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan masuk rumah sakit klien anemia yaitu: sering pusing, lemas, dan
sesak napas, serta cepat lelah dan pucat.(Tarwoto, 2008, hal. 44)
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi tanda dan
gejala penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah, yaitu
dengan adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit kepala, gelisah diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak napas serta kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat jumlah sel darah
merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%)
memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri
dan biasanya klien asimtomatik.(Muttaqin, 2012, hal. 400)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Apakah pasien pernah menderita anemia sebelumnya atau riwayat
imunisasi, apakan ada riwayat trauma dan perdarahan, apakah pernah
mengalami demam tinggi, dan apakah paiesn mempunyai riwayat penyakit
ISPA (Ns. Andra Saferi Wijaya, 2013, hal. 137)
2) Riwayat penyakit keluarga
Riwayata keluarga
Riwayat anemia dalam keluaraga
Riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker,jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan. (Bararah, 2013)
3) Riwayat pengobatan
(1) Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein
terutama protein hewani
(2) Vitamin C : diberikan 3 kali 100mg perhari untuk meningkatkan
absorbsi
(3) Tranfusi darah : indikasi pemberian tranfusi darah pada anemia
kerurangan besi adalah :
(a) Adanya penyakit jantung anemik
(b) Anemia yang simtomatik
(c) Penderita memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat
(haribowo, 2008, hal. 53)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran
apatis, samnoles-sopor-coma.(Wijaya, 2013, hal. 37-40)
b) Tanda-tanda vital
TD: tekanan darah menurun ( N= 90-110/60-70 Mmhg)
Nadi: frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah ( N=60/ 100
kali/menit.
Suhu: bisa meningkat atau menurun (N = 36.5-37.2C)(Wijaya, 2013,
hal. 37-40)
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan cepat lelah dalam
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen(Muttaqin, 2012, hal. 400)
b) Sistem kardiovaskuler
Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan jurah
jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan, serta
membran mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila
melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada), khususnya pada klien
usia lanjut dengan stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
(Muttaqin, 2012, hal. 401)
c) Sistem persarafan
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinitus
(telinga berdengung).(Muttaqin, 2012, hal. 401)
d) Sistem perkemihan
Gangguan ginjal, penurunan produksi urine.(Muttaqin, 2012, hal. 401)
e) Sistem pencernaan
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare, serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
(Muttaqin, 2012, hal. 401)
f) Sistem integument
Kuku lambat, kering, rapuh(Bararah, 2013)
g) Sistem muskuloskeletal
Kelemahan dalam melakukan aktivitas.(Muttaqin, 2012, hal. 401)
h) Sistem endokrin
Haus atau dehidrasi atau lapar berlebihan(Bararah, 2013, hal. 205-206)
i) Sistem reproduksi
Perubahan aliran menstruasi. Tanda serviks dan dinding vagina pucat
(Bararah, 2013)
j) Sistem penginderaan
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat pendarahan subkonjungtiva keadaan pupil, palpebra, reflek
cahaya biasanya tidak ada kelainan.(Wijaya, 2013, hal. 138)
k) Sistem imun
Penurunan pembuluh darah dan penurunan eritrosit pada pasien
kecelakaan(Wijaya, 2013, hal. 138)
e. Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap JDL : HB dan HT menurun
a) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik), MCV dan
MCH menurun, dan mikrositik dengan eritrosit hiprokromik (DB),
peningkatan (AP), pansiitopenia (aplastik)
b) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis)
c) Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus aneia)
d) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi
e) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnsa anemia
2. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal/tinggi
(hemolitik)
3. Hb elektroforesis: mengidetifikasi tipe struktur Hb
4. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
5. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia
6. Besi serum : tak ada (BD) , tinggi (hemolitik)
7. TIBC serum : menurun (DB)
8. Massa perdarahan : memanjang (aplastik)
9. LDH serum :mungkin meningkat (AP)
10. Tes schilling : penurunan ekskresi vit. B12 urin (AP)
11. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis (DB) (Ns. Andra Saferi Wijaya,
2013, hal. 134-135)
f. Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut
ini:
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan:
c. Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
maka harus segera diberikan terapi darurat dengan tranfusi sel darah
merah yang dmampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
d. Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini tergatung pada jenis
anemia yang dijumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defisiens
besi.
e. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit
dasar yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing tambang..(Taqiyyah Bararah,
2013, hal. 203)
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa yang lazim timbul pada pasien anemia menurut SDKI sebagai
berikut:
1. Nyeri akut
2. Resiko perfusi serebral tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
Tujuan : Observasi
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi