Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Disusun Oleh :

ANDINI SETYANINGRUM
(2021.04.164)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

BANYUWANGI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) di bawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan
jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidakadekuatan pembentukan sel-sel
darah merah(eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang
berlebihan (hemolisi); kehilangan darah (penyebab yang paling umum); faktor-
faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor-faktor hereditas,
dan penyakit kronis.(Taqiyyah Bararah, 2013, hal. 201).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti
dehidrasi,perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karna itu dalam diagnosis anemia
tidak cukup hanya sampai kepada lebel anemia tetapi harus dapat ditetapkan
penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.(Kusuma, 2015, hal. 35)
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13 g /dl
Wanita dewasa tidak <12 g /dl
hamil
Wanita hamil <11 g /dl

(Kusuma, 2015, hal. 35)


2. Etiologi
Penyebab anemia adalah :
a. Genetik: Hemoglobinopati, Thalasemia, Abnormal enzim glikolitik,
Fanconi anemia
b. Nutrisi : Defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi cobal/ vitamin
B12, Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi
c. Perdarahan
d. Imunologi
e. Infeksi : Hepatitis, Cytomegalovirus, parvovirus, clostridia, sepsis gram
negatif, malaria, toksoplasmosis.
f. Obat-obatan dan zat kimia : agen chemoterapi, anticonvulsan, anti
metabolis, kontrasepsi, zat kimia toksik (Tarwoto, 2008, hal. 36)
3. Tanda dan gejala
Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemia tergantung pada
beberapa faktor pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkintidak
cukup waktu umtuk berlangsungnya penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan
mengalami gejala yang lebih jelas dari pada jika anemia dengan derajat kesakitan
yang sama, yang timbul secara tersamar. Lebih lanjut, keluhan pasientergantung
pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya, angina pektoris, klaudikasio
ntermiten, atau leukimia serebral sepintas yang tersamar oleh perjalanan anemia.
(Taqiyyah Bararah, 2013, hal. 202)
Tanda dan gejala anemia hampir sama pada anemia pada umumnya:
a. Cepat lelah/kelelahan hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam
jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu.
b. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak
kekurangan oksigen, karena daya angkut hemoglobin berkurang.
c. Kesulitan bernapas, terkadang sesak napas merupakan gejala , dimana
tubuh memerlukan lebh banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi
pernapasan lebih dipercepat.
d. Palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan
peningkatan denyut nadi.
e. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut, dan
konjungtiva.(Tarwoto, 2008, hal. 44)
4. Patofisiologi
Menurut Wiwik dan Hariwibowo, patofisiologi pada klien anemia adalah
timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduannya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi.
Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapata hilang melalui pendarahan atau hemolisis. Lisis sel darah
merah terjadi dalam sel fagostik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama
dalam hati dan limpa.sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, billirubin yang
terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobinakan muncul plasma.
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma,
hemoglobin akan berdifusi dalam glumerulus ginjal ke dalam urine. Pada
dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal, anoksia organ target karena
berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan.
Mekanisme kompensasi terhadap anemia.(Taqiyyah Bararah, 2013, hal. 201)
Pathway

Perdarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B12, Overaktif RES, produksi
uterus, hidung, luka asam folat.Depresi sumsum SDM abnormal
tulang eritropoetin

Kehilangan SDM (sel


darah merah) Penghancuran SDM
Produksi SDM

Pertahanan tidak adekuat Resiko infeksi

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat

Glositis berat(lidah
Beban kerja dan curah Peningkatan frekuensi napas meradang), diare,
jantung meningkat
kehilangan napsu makan

Takikardia, angina (nyeri Dyspnea (kesulitan


bernapas) Intake nutrisi turun
dada), iskemia miokardium,
(anoreksia)
beban kerja jantung

Penurunan transport O2
Ketidak seimbangan
Ketidakefektifan perfusi nutrisi kurang dari
jaringan perifer Hipoksia kebutuhan tubuh

Nyeri akut

Ketidakefektifan pola
Lemah lesu, parestesia, mati napas
Peningkatan kontraktilitas
rasa, ataksia, gangguan
koordinasi, bingung
Palpitasi

Penebalan dinding ventrikel Defisit perawatan diri


Intolerasi aktivitas
kardiomegali
(Kusuma, 2015, hal. 40)

5. Klasifikasi
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
a. Anemia makroskopik/ normositik Makrositik
Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik
karena konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleut
(DNA) seperti yang ditemukan pada defesiensi B12, atau asam folat dan bisa
juga terhadi pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker karena agen-
agen menggangu sintesis DNA (Wijaya, 2013, pp. 128-129)
1) Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin
B12 dan asam folic (atau kedua-keduanya) tidak cukup atau penyerapan
yang tidak cukup. Kekurangan folate secara normal todak menghasilkan
gejala, selagi B12 cukup. Anemia yang Megaloblastic adalah paling
umum penyebab anemia yang macrocytic
2) Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang melawan sel
pariental dari perut. Sel pariental menghasilkan faktor intrinsik, yang
diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan. Oleh karena itu
penghancuran dari sel pariental menyebabkan suatu ketidaan faktor
intrinsik, mendorong penyerapan yang buruk dari vitamin B12 (Wijaya,
2013, pp. 128-129)
3) Yang sakit karena banyak minum
4) Methotrexate, zidovudine, dan lain obat yang menghalangi repliksi DNA.
Ini adalah etiologi yang paling umum pada pasien yang tanpa alkohol
(Wijaya, 2013, pp. 128-129)
b. Anemia Mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik: sel kecil, hipokkronik: pewarnaan
yang berkurang, karena darah nerasal dari Hb, sel-sel ini mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal. Kedaan ini
umunya mencerminkan isufisiensi sintesis heme/ kekurangan zat besi, seperti
anemia pada defesiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah
kronis dan gangguan sintesis globin (Wijaya, 2013, pp. 128-129)
1) Anemia kekurangan zat besia dalah jenis anemia paling umum dari
keseluruhan dan yang paling sering adalah microcytic hypochromic.
Anemia kekurangan besi disebabkan karena ketika penyerapan atau
masukan dari besi tidak cukup. Besi adalah suatu bahan penting dari
hemoglobin, dan kekurangan besi mengakibatkan berkurangnya
hemoglobin kedalam sel darah merah. Di Amerika Serika, 20% dari
semua wanita-wanita dari umur yang mampu melahirkan mempunyai
anemia kekurangan zat besi, bandingkan dengan hanya 2% dari orang tua.
Penyebab dari anemia kekurangan zat besi pada wanita-wanita
premenopausal adalah darah hilang selama haid. Stusi sudah menjukkan
bahwa kekurangan zat besi menyebabkan prestasi sekolah lemah dan
menurunnya IQ pada gadis remaja. Pada pasien yang lebih tua, anemia
kekurangan zat besi disebabkan karena pendarahan saluran pencernaan:
tes darah pada BAB, endoskopi atas dan endoskopi bawah sering
dilakukan untuk mengidentifikasi lesi dan pendarahan yang bisa malignan
(Wijaya, 2013, pp. 128-129)
2) Hemoglobinnopathies lebih jarang (terlepas dari masyarakat dimana
kondisi-kondisi ini adalah lazim) anemia sel sabit, thalasemia
c. Anemia Normositik
SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah
hemoglobin normal. Kekurangan darah merah yang Normacytic adalah
ketika cadangan Hb dikurangi, tetapi ukuran sel darah yang merah (MCV)
sisa yang normal. Penyebab meliputi: pendarahan yang akut, anemia dari
penyakit kronis, anemia yang aplastic kegagalan sumsum tulang (Wijaya,
2013, pp. 128-129)
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi sebagai dampak pemeriksaan diagnostik tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Gagal jantung akibat anemia yang berat.
2. Kematiaan akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut terkena.
(haribowo, 2008, hal. 47)
Hemoglobin memiliki peran penting dalam mengantar oksigen keseluruh tubuh
untuk konsumsi dan membawa kembali karbondioksida kembali ke paru
menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah,
proses ini dapat terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah
(hipoksia) (Proverawati A. , 2011, hal. 36)
Anemia umunya memiliki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat
disembuh kandalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung pada penyebab
anemia, tingkat keparahan, dan kesehatan seluruh pasien. Anemia yang parah
akan menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital seperti
jantung, dan dapat menyebabkan serangan jantung(Proverawati, 2011, p. 36)

7. Penatalaksanaan
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander
atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.
Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan
infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

8. Pemeriksaan penunjang
 pertama yang dilakukan untuk diagnosis anemia adalah tes hitung darah lengkap.
Tes hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC) dilakukan untuk
mengetahui jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin pada sel darah
merah.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pengkajian pada klien dengan anemia difokuskan pada penggalian data dasar
tentang informasi status terkini dari klien mengenai berkurangnya sel darah
merah (Muttaqin, 2012, hal. 399)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Pada klien anemia biasanya mengeluhkan cepat lelah (Muttaqin, 2012,
hal. 400)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan masuk rumah sakit klien anemia yaitu: sering pusing, lemas, dan
sesak napas, serta cepat lelah dan pucat.(Tarwoto, 2008, hal. 44)
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi tanda dan
gejala penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah, yaitu
dengan adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit kepala, gelisah diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak napas serta kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat jumlah sel darah
merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%)
memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri
dan biasanya klien asimtomatik.(Muttaqin, 2012, hal. 400)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Apakah pasien pernah menderita anemia sebelumnya atau riwayat
imunisasi, apakan ada riwayat trauma dan perdarahan, apakah pernah
mengalami demam tinggi, dan apakah paiesn mempunyai riwayat penyakit
ISPA (Ns. Andra Saferi Wijaya, 2013, hal. 137)
2) Riwayat penyakit keluarga
Riwayata keluarga
Riwayat anemia dalam keluaraga
Riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker,jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan. (Bararah, 2013)
3) Riwayat pengobatan
(1) Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein
terutama protein hewani
(2) Vitamin C : diberikan 3 kali 100mg perhari untuk meningkatkan
absorbsi
(3) Tranfusi darah : indikasi pemberian tranfusi darah pada anemia
kerurangan besi adalah :
(a) Adanya penyakit jantung anemik
(b) Anemia yang simtomatik
(c) Penderita memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat
(haribowo, 2008, hal. 53)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran
apatis, samnoles-sopor-coma.(Wijaya, 2013, hal. 37-40)
b) Tanda-tanda vital
TD: tekanan darah menurun ( N= 90-110/60-70 Mmhg)
Nadi: frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah ( N=60/ 100
kali/menit.
Suhu: bisa meningkat atau menurun (N = 36.5-37.2C)(Wijaya, 2013,
hal. 37-40)
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan cepat lelah dalam
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen(Muttaqin, 2012, hal. 400)
b) Sistem kardiovaskuler
Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan jurah
jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan, serta
membran mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila
melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada), khususnya pada klien
usia lanjut dengan stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
(Muttaqin, 2012, hal. 401)
c) Sistem persarafan
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinitus
(telinga berdengung).(Muttaqin, 2012, hal. 401)
d) Sistem perkemihan
Gangguan ginjal, penurunan produksi urine.(Muttaqin, 2012, hal. 401)
e) Sistem pencernaan
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare, serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
(Muttaqin, 2012, hal. 401)
f) Sistem integument
Kuku lambat, kering, rapuh(Bararah, 2013)
g) Sistem muskuloskeletal
Kelemahan dalam melakukan aktivitas.(Muttaqin, 2012, hal. 401)
h) Sistem endokrin
Haus atau dehidrasi atau lapar berlebihan(Bararah, 2013, hal. 205-206)
i) Sistem reproduksi
Perubahan aliran menstruasi. Tanda serviks dan dinding vagina pucat
(Bararah, 2013)
j) Sistem penginderaan
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat pendarahan subkonjungtiva keadaan pupil, palpebra, reflek
cahaya biasanya tidak ada kelainan.(Wijaya, 2013, hal. 138)
k) Sistem imun
Penurunan pembuluh darah dan penurunan eritrosit pada pasien
kecelakaan(Wijaya, 2013, hal. 138)
e. Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap JDL : HB dan HT menurun
a) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik), MCV dan
MCH menurun, dan mikrositik dengan eritrosit hiprokromik (DB),
peningkatan (AP), pansiitopenia (aplastik)
b) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis)
c) Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus aneia)
d) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi
e) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnsa anemia
2. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal/tinggi
(hemolitik)
3. Hb elektroforesis: mengidetifikasi tipe struktur Hb
4. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
5. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia
6. Besi serum : tak ada (BD) , tinggi (hemolitik)
7. TIBC serum : menurun (DB)
8. Massa perdarahan : memanjang (aplastik)
9. LDH serum :mungkin meningkat (AP)
10. Tes schilling : penurunan ekskresi vit. B12 urin (AP)
11. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis (DB) (Ns. Andra Saferi Wijaya,
2013, hal. 134-135)
f. Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut
ini:
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan:
c. Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
maka harus segera diberikan terapi darurat dengan tranfusi sel darah
merah yang dmampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
d. Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini tergatung pada jenis
anemia yang dijumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defisiens
besi.
e. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit
dasar yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing tambang..(Taqiyyah Bararah,
2013, hal. 203)
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa yang lazim timbul pada pasien anemia menurut SDKI sebagai
berikut:
1. Nyeri akut
2. Resiko perfusi serebral tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)

Tujuan : Observasi

Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi karakerisik nyeri


2x24jam diharapkan tingkat - Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri verbal
- Faktor yang memperberat dan
- Keluhan nyeri menurun
memperingan nyeri
- Meringis menurun Terapeutik

- Berikan terapi non-farmakologis


untuk memperingan nyeri
- Kontrol fasilitas untuk
memperingan nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan pemilihan strategi
penguranan nyeri
Edukasi

- Jelaskan penyebab, pemicu, dan


periode nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu
3 Resiko perfusi serebral tidak Setelah diberikan asuhan Manajemen peningkatan tekanan
efektif D.0017 keperawatan selama 1 x 45 menit intrakranial
diharapkan perfusi jaringan Observasi
serebral membaik dengan kriteria
hasil :
- dentifikasi peningkantan tekanan
intracranial.
-tingkat kesadaran meningkat. - monitor peningkatan TD.
-gelisah menurun. -tekanan - monitor penurunan frekuensi
darah membaik jantung
- monitor ireguleritas irama nafas
- monitor penurunan tingkat
kesadaran.
- monitor perlambatan atau ketidak
simetrisan respon pupil
- monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang yang
diindikasikan
- monitor tekanan perfusi serebral
- monitor jumlah kecepatan,dan
karakteristik,drainase cairan
serebrospinal
- monitor efek stimulus

Terapeutik

- ambil sampel drainase cairan


serebrospinal.
- kalibrasi transduser
- pertahankan sterilitas system
pemantauan
- pertahankan posisi kepala dan leher
netral.
- dokumentasikan hasil
pemantauan,jika perlu.
- atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien.
- doumentasi hasil pemantauan.

Edukasi

- jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

5 Intoleransi Aktifitas Toleransi Aktifitas (L.05047) Manajemen Energi (I. 05178)


(D.0056) Tujuan:
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
- Identifkasi gangguan fungsi tubuh
2x24 jam diharapkan respon yang mengakibatkan kelelahan
fisiologis terhadap aktifitas Monitor kelelahan fisik dan
-
emosional
yang membutuhkan tenaga - Monitor pola dan jam tidur
meningkat - Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
- Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas

- Perasaan lemah menurun Terapeutik


- Tekanan darah membaik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan
makanan

Anda mungkin juga menyukai