Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN ANEMIA
DI RUANG AQSA 3 RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

OLEH:

RISKA MAISURAH, S. Kep


NIM. 2107901172
STASE : KMB

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ANEMIA


1. Pengertian
Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin hematrokit dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014).
Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi patologis,
Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia (Ani, 2016).
Menurut Ani (2016), Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah
merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh
manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia
yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan
daya tahan tubuh.
2. Klasifikasi
Menurut Ani (2016), anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam 4 kategori
diantarnya:
a. Ringan sekali : Hb 11 g/dL sd Batas Normal
b. Ringan : Hb 8 g/dL sd < 11 g/dL
c. Sedang : Hb 5 g/dL sd < 8 g/dL
d. Berat : Hb < 5 g/dL(13)
Menurut Jitowiyono (2018), Secara morfologis (menurut ukuran sel darah
merah dan hemoglobin yang dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan menjadi :
a. Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah
hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi menjadi
dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin B12, asam folat, dan
gangguan sintesis DNA, dan anemia non megaloblastik yang disebabkan oleh
eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
b. Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan heme serta
gangguan metabolisme besi lainnya.
c. Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi kehilangan
darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih, penyakit hemolitik
dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
1
Menurut Ni Ketut & Briggita (2019), Berdasarkan penyebabnya anemia
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi zat besi merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh
kurangnya zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
b. Anemia pada penyakit kronik ; jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua
setelah anemia defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
c. Anemia pernisius ; biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat
dari kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
d. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah
yang lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.
e. Anemia defisiensi asam folat; disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama
masa kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
f. Anemia aplastic adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah merah.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Ani (2016), berdasarkan gejala klinis anemia dapat dibagi menjadi anemia
ringan, sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah:
a. Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu dan sesak.
b. Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan tanda
malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, emesis atau diare.
c. Anemia berat: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah dengan tanda
seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, thermogenesis
yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali bisa membawa
seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat.
4. Etiologi
Menurut Jitowiyono (2018), pada dasarnya hanya tiga penyebab anemia yang ada
yaitu kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis) dan
penurunan produksi sel darah merah. Masing-masing penyebab ini mencakup sejumlah
kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik meliputi sebagai
berikut:

2
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongenital
f. Penyakit Rh null
5. Patofisiologi
- Agen neoplastik
- Radiasi
- Obat-obatan
- Infeksi
- Bahan kimia

Gangguan hemapoetik

Leukopenia Eritropetik trombositopenia

Depresi sistem imun ANEMIA Hb menurun

Pertahananan sekunder Aliran darah perifer Oksihemoglobin turun


terganggu menurun

Perfusi jaringan tidak efektif


Penurunan transport O2
Resiko Infeksi
ke jaringan
Kompesasi jantung

Hipoksia, pucat
Metabolisme aerob
turun , anaerob naik Respirasi meningkat,
nadi meningkat
Intoleransi Aktivitas
Kelemahan/keletihan
Cardiomegali

Defisit Perawatan Gagal jantung


Resiko jatuh/resiko Diri
cedera
Pola napas tidak efektif

Sumber: (Wijaya & Putri, 2013)


Gangguan pertukaran gas

3
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah sebagai
berikut:
a. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-
37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity
meningkat.
b. Indeks eritrosit
c. Jumlah leukosit dan trombosit
d. Kadar folat dan vitamin B12
e. Hitung retikulosit
f. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%);
g. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik);
h. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi;
i. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik).
7. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya (2013), Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat b.
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi

4
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
8. Komplikasi
Menurut Jitowiyono (2018), komplikasi anemia adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat lelah
sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehar-harinya.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin lelah
cenderung mengalami komplikasi seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler
(aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih banyak
darh untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam darah, hal ini menyebabkan
jantung membesar atau gagal jantung.
d. Kematian, beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat
mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien & keluarga
b. Keluhan utama : Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.

5
c. Riwayat kehamilan dan persalinan : Prenata: ibu selama hamil pernah menderita
penyakit berat, pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat-
obatan dalam jangka waktu lama. Intranatal: usia kehamilan cukup, proses
persalinan dan berapapanjang dan berat badan waktu lahir. Postnatal: keadaan
bayi setelah masa, neonatorum, ada traumapost partum akibat tindakan misalnya
forcep, vakum, danpemberian ASI
d. Riwayat kesehatan dahulu : adanya menderita penyakit anemia sebelumnya,
riwayat imunisasi, adanya riwayat trauma, perdarahan , adanya riwayat demam
tinggi dan adanya riwayat penyakit ISPA.
e. Keadaan saat ini : Klien pucat, kelemahan, sesak napas, sampai adanya gejala
gelisah, diaphoresis, tachikardi,dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga : Riwayat anemia dalam keluargadan riwayat penyakit-penyakit
seperti: kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma, penyakit-penyakit infeksi saluran
pernapasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Keadaan tampak lemah sampai sakit berat
Kesadaran:Compos mentis, kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran apatis, somnolen- spoor coma.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Tekanan darah menurun
Nadi : Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah
Suhu : Bisa meningkat atau turun
Pernapasan : Meningkat
3) Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
4) Kulit : Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit
5) Kepala : Biasanya bentuk dalam batas normal
6) Mata : Kelainan bentuk tidak ada,konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
terdapat perdarahan sub conjungtiva, keadaan pupil,palpebra, reflek cahaya
biasanya tidak ada kelainan.
7) Hidung : Keadaan/bentuk mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.

6
8) Telinga : Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan
9) Mulut : Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-
pecah atau perdarahan
10) Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar,
tidak ada distensi vena jugularis.
11) Thoraks; Pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak teratur.
Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara napas bisa vesikuler atau
ronchi, wheezing.
12) Abdomen : Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat
13) Genetalia : Laki-laki:testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada
perempuan: labia minora tertutup labia mayora
14) Ekstremitas :terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,
akral dingin
15) Anus ; Keadaan anus, anus (+)
16) Neurologis : Refleksi fisiologis (+) seperti reflek patella, reflek patologi (-)
seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinski I-II = (-)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada Anemia menurut (Wijaya dan
Putri, 2013)
a. Perfusi perifer tidak efektif
b. Intoleransi aktivitas
c. Resiko infeksi
d. Defisit perawatan diri
e. Resiko cedera/resiko jatuh
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dar kebutuhan tubuh
g. Ansietas

7
8
3. Intervensi Keperawatan
no Diangnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencanan tindakan keperawatan
1 Intoleransi aktivitas Tujuan: Toleransi aktivitas Observasi
Definisi; ketidakcukupan adekuat  Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya
energi fisiologis atau Kriteria Hasil:  Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
psikologis untuk melanjutkan  Menyadari keterbatasan  Monitor kelelahan fisik dan emosional
atau menyelesaikan aktivitas energi  Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari yang ingin atau  Aktivitas dan istirahat  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
harus dilakukan. seimbang  Monitor tanda-tanda vital sebelum san setelah aktivitas
Batasan karakteristik:  Nadi dan pernapasan  Pantai respons kardiorespiratori terhadap aktivitas ( misal,
Subjektif: saat aktivitas takikardi, disritmia lain, dyspnea, diaforesis, pucat, tekanan
 Ketidaknyamanan atau meningkat dalam batas hemodinamik dan frekuensi pernapasan)
dyspnea saat beraktivitas normal  Pantau respons oksigen pasien ( misal, denyut nadi, irama jantung,
 Melaporkan keletihan atau dan frekuensi pernapasan ) selama ambulasi.
lkelemahan secara verbal Terapeutik
Objektif:  Fasilitasi pasien melakukan ambulasi secara bertahap
 Frekuensi jjantung atau  Lakukan rentang gerak pasif dan aktif
trekanan darah tidak  Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
normal sebagai respons  Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis, ambulasi, mobilisasi dan
terhadap aktivitas perawatan diri) sesuai kebutuhan.
 Penrubahan EKG yang  Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
menunjukkan aritmia  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam menungkatkan
atau iskemia ambulasi
 Bantu pemenuhan ADL
Edukasi
 Jelaskan dan tujuan prosedur ambulasi
 Ajarkan dan anjurkan melakukan ambulasi bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang.
8
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
2 Perfusi perifer tidak efektif Tujuan: Perfusi jaringan Perawatan sirkulasi
Definisi : Penurunan efektif  Lakukan penilaian yang kemprehensif pada sirkulasi perifer (CRT)
sirkulasi darah pada level Kriteria Hasil:  Inspeksi kulit apakah terdapat luka tekan dan jaringan yang tidak
kapiler yang  Pengisian kapiler jari (5) utuh
dapat mengganggu  Suhu kulit ujung kaki (5)  Mengintruksikan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali
metabolisme tubuh.  Kekuatan denyut nadi (5)  Intruksikan klien mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Batasan karakteristik :  Nilai rata rata tekanan sirkulasi darah
 Pengisian kapiler >3 detik darah (5)  Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas darah
 Konjungtiva pucat  Muka pucat (5) Manajemen Cairan
 Turgor kulit menurun  Monitor status hidrasi (misalnya ,membrane mukosa lembab,
 Kulit tampak pucat ujung Status sirkulasi denyut nadi adekuat, tekanan darah.
jari  Tekanan darah sistol dan  Dukung peningkatan asupan kalori
 Warna kulit pucat diastol (5)  Lakukan perawatan mulut sebelum makan
 Kelelahan (5)  Sediakan suplemen makanan jika diperlukan
 Pingsan (5)  Persiapkan pemberian produk-produk darah (misalnya,cek darah
 Pitting edema (5) dan mempersiapkan pemasangan infus)
 Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma
yang baru)
 Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi,
 Persiapkan pemberian produk-produk darah (misalnya, cek darah
dan mempersiapkan pemasangan infus)Berikan produk-produk
darah (misalnya, trombosit dan plasma yang baru)

9
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Suarni
& Apriyani, 2017)
5. Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000), Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatanklien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.

10
DAFTAR PUSTAKA
Ani, L.S. (2016). Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC

Jitowiyono, Sugeng. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Kardiyudiani, Ni Ketut & Susanti, Brigita A.Y. (2019). Keperawatan Medikal


Bedah I. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
volume 1. Jakarta : EGC

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2,


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika

Arisman Dr,Mb, M. Kes. (2014). Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus dan
Displidemia. Jakarta: EGC

11

Anda mungkin juga menyukai