Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun oleh

NAMA : A.DIAN MIRANDA YUSRAN.P


NIM : P27220021244

PROGRAM STUDI PROFESI NERS POLTEKKES SURAKARTA


TAHUN AKADEMIK
2021/2022
A. Anemia

1. Definisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel


darah merah yang mengakibatkan penurunan jumlah hemoglobin dan
hematokrit di bawah 12 g/dL. Asupan protein dalam tubuh sangat membantu
penyerapan zat besi, maka dari itu protein bekerja sama dengan rantai protein
mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme energi. Selain itu
vitamin C dalam tubuh harus tercukupi karena vitamin C merupakan
reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam
bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. (Festy Trisna Ndun, 2018).

Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang paling sering dijumpai
baik pada negara berkembang maupun negara maju. World Health
Organization (2011) menyatakan prevalensi anemia pada wanita usia subur
sebesar 29%. Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi, sesuai dengan data
Riset Kesehatan Dasar (2007) menyatakan bahwa prevalensi anemia pada
perempuan sebesar 11,3% dan pada remaja putri (usia 15-24 tahun) yaitu
sebesar 6,9%. Data Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi
anemia yaitu pada wanita meningkat menjadi 23,9% dan pada remaja putri
menjadi 18,9%, yang berarti terjadi peningkatan prevalensi anemia pada
remaja putri menjadi lebih dari 15%, sehingga dapat menjadi indikasi suatu
masalah kesehatan di Indonesia (Wahyuni, D., & Amareta, D. I., 2019).

2. Etiologi

Penyebab terjadinya anemia dapat dipengaruhi oleh kualitas makanan sumber


zat besi yang di konsumsi oleh seseorang. Sumber makanan besi non-heme
lebih sulit absorbsi dibandingkan besi heme. Besi heme akan diabsobsi ke
dalam sel mukosa sebagai kompleks porfi rin utuh. Kemudian, cincin forfi rin
akan dipecahkan dengan enzim khusus (hemoksigenase) di sel mukosa, dan
besi dapat dibebaskan. Besi non hame di dalam lambung diubah menjadi fero
dan dibutuhkan vitamin C agar lebih mudah diabsorbsi. Menurut Goodnough,
2014 Pada duodemun akan terjadi proses penyerapan zat besi, kemudian akan
dibawa melalui membran mukosa dan serosa ke dalam darah. Sebagian besar
transferin akan membawa besi ke sumsum tulang yang akan digunakan untuk
membuat hemoglobin. Apabila tubuh kekurangan zat besi maka proses
pembentukan sel darah merah akan terganggu yang akan menyebabkan
anemia. (Alamsyah, P. R., & Andrias, D. R., 2016)
3. Patofisiologi dan Pathway

Kekurangan Zat gizi (zat besi, vit 12, asam folat)

Kegagalan sum-sum Tulang

Konsentrasi Sel Darah Merah Menurun

HB Menurun

Defisiensi Zat Besi Anemia Defisiensi asam folat,


vit B 12

Vakositas Darah Menurun


Anemia Megalosblastik
Resitensi Aliran Darah Perifer
hiperpolemia Gangguan
Absorsi Glositis Kelemahan

Plasma kurang Aliran O2 Kejaringan menurun

Kehilangan Nafsu Intoleransi


Hipoksia, Pucat, lemah Makan Aktivitas
Pengenceran darah

Beban Kerja Jantung Meningkat Malnurtisi


Resiko perdarahan

Kerja Jantung Meningkat


Konsentrasi
menurun
Payah Jantung

Resiko kematian
Syok

Penurunan pembentukan otot Perubahan Perfusi


Jaringan

Kemampuan mengelola informasi


yang didengar menurun
4. Manifestasi klinik

Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Sebesar
dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain gaya
hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebaisaan sarapan pagi,
keadaan ekonomi dan demografi, pendidikan, umur, jenis kelamin, dan
wilayah. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan, pemeriksaan laboratorium
sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia. Gejala utama adalah
fatigue, nadi teras cepat, gejala dan tanda keadaanhiperdinamik (denyut nadi
kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat,
dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal
jantung, angina, aritmia dan/ atau infark miokard). (Amalia, A., &
Tjiptaningrum, A. 2016)

1. Gejala umum anemia

 Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi,


sesak nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata


berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta
perasaan dingin pada ekstremitas.

 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit


menurun, serta rambut tipis dan halus.

2. Gejala khas masing-masing anemia 4

 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis


angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas

 Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).

 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda


infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia


tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran
parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami. ( Azmi, F. N.,
2016)

5. Penatalaksanaan

Tatalaksana dari anemia adalah :

1. Pemberian zat besi oral

2. Pemberian zat besi intramuscular

3. Transfusi darah.

Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar hemoglobin (Hb) dan


atau Packed Cell Volume (PCV) merupakan hal pertama yang penting untuk
memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakkan diagnosis ADB.
Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH menurun, sedangkan MCHC
akan menurun pada keadaan berat. Gambaran morfologi darah tepi ditemukan
keadaan hipokrom, mikrositik, anisositosis dan poikilositosis. Zat besi
bersama dengan protein (globin) dan protoporpirin mempunyai peranan yang
penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu besi juga terdapat dalam
beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sitesis DNA,
neurotransmitter, dan proses katabolisme. Berdasarkan bentuk ikatan dan
fungsinya zat besi di dalam tubuh terbagi atas 2 macam, yaitu: 6,12

1. Zat besi yang membentuk ikatan heme dengan protein (heme-protein)


adalah sekitar 10% berasal dari makanan. Zat besi ini dapat langsung
diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung
ataupun zat yang dikonsumsi.

2. Cadangan dan transport zat besi (non heme iron) ada sekitar 90% berasal
dari makanan, yaitu dalam bentuk senyawa besi inoerganik feri (Fe3+),
agar diserap dalam usus besinya harus diubah dulu menjadi bentuk fero
(Fe2+), contoh non heme iron adalah hemosiderin dan ferritin.

Penyerapan besi oleh tubuh terutama dimukosa usus duodenum sampai


pertengahan jejunum. Penyerapan besi akan meningkat pada keadaan asam,
defisiensi besi dan kehamilan sedangkan penyerapan akan menurun pada
keadaan basa, infeksi, adanya bahan makanan yang mengandung phytat dan
kelebihan zatbesi. 6,13 Proses terjadinya anemia defisiensi besi melalui 3
tahap yaitu:

1. Stadium I: deplesi cadangan besi yang ditandai dengan penurunan serum


ferritin (<10-12µg/L) sedangkan pemeriksaan Hb dan zat besi masih
normal.

2. Stadium II: defisiensi besi tanpa anemia terjadi bila cadangan besi sudah
habis maka kadar besi didalam serum akan menurun dan kadar
hemoglobin masih normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan serum iron(SI) dan saturasi transferrin, sedangkan total iron
binding capacity (TIBC) meningkat.

3. Stadium III: anemia defisiensi besi ditandai dengan penurunan kadar Hb,
MCH, MCV, MCHC pada keadaan berat, Ht dan peningkatan kadar free
erythrocyte protoporphyrin (FEP). Gambaran darah tepi didapatkan
mikrositosis dan hipokromik. (Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016)

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes hitung darah lengkap

Pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan untuk diagnsosi


anemia adalah tes hitung darah lengkap. Tes hitung darah lengkap
atau complete blood count (CBC) dilakukan untuk mengetahui
jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin pada sel darah
merah. Untuk mendiagnosis anemia, dokter mungkin akan
memeriksa kadar sel darah merah dalam darah Anda (hematokrit)
dan hemoglobin. Dikutip dari Mayo Clinic, nilai hematokrit normal
pada orang dewasa bervariasi antara 40-52% untuk pria dan 35-
47% untuk wanita. Sementara itu, nilai hemoglobin pada orang
dewasa normalnya berjumlah 14-18 gram/dL untuk pria dan 12-16
gram/dL untuk wanita.

Diagnosis anemia biasanya ditandai dengan hasil tes hitung darah


lengkap berikut ini:

 Hemoglobin rendah

 Hematokrit rendah
 Indeks sel darah merah, termasuk rata-rata volume sel
hidup, rata-rata hemoglobin sel hidup, dan rata-rata
konsentrasi hemoglobin sel hidup. Data tersebut berguna
untuk mengetahui ukuran sel darah merah dan jumlah serta
konsentrasi hemoglobin sel darah merah dalam darah
seseorang pada saat itu.

2. Asupan darah dan diferensial

Jika hasil tes darah lengkap menunjukkan anemia, dokter akan


melakukan tes lanjutan dengan pemeriksaan apusan darah atau
diferensial, yang menghitung sel darah merah lebih rinci. Hasil tes
tersebut dapat memberikan informasi tambahan untuk diagnosis anemia,
seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang dapat
membantu mendiagnosis dan membedakan jenis anemia.

3. Hitung retikulosit

Tes ini berguna untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang masih
muda alias belum matang dalam darah Anda. Ini juga membantu
menentukan diagnosis anemia secara spesifik terkait jenis mana yang
Anda alami. (Fajarina Nurin, 2020)

7. Komplikasi

Anemia umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Akan tetapi,


kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya jika tidak
segera diobati, yaitu:

 Masalah jantung, seperti gangguan irama jantung, yang dapat


memicu kardiomegali atau gagal jantung

 Komplikasi kehamilan, kelahiran prematur, atau berat badan


lahir yang rendah pada bayi jika anemia terjadi pada ibu hamil

 Gangguan pertumbuhan dan rentan terkena infeksi pada bayi


atau anak-anak

 Depresi (Meva Nareza, 2021)


B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan kejang demam
meliputi:
1. Data subyektif
a. Biodata / identitas
mencakup nama,jenis kelamin.Biodata orang tua perlu ditanyakan
untuk mengetahui status sosial anak meliputi:nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,alamat.
b. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
ditanyakan:
a) Jenis,lama,dan frekuensi kejang
b) Demam yang menyertai,dengan mengetahui ada tidaknya
demam yang menyertai kejang,maka diketahui apakah
infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan
kejang.
c) Jarak antara timbulnya kejang dengan demam
d) Pola serangan, apakah bersifat umum,fokal,tonik,klonik
e) Keadaan sebelum,selama dan sesudah serangan.
f) Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau
rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang
misalnya,lapar,mual,muntah,sakit kepala dan lain-lain
2. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah,diare,trauma kepala,gagap bicara (khususnya
pada penderita epilepsi),gagal jantung, kelainan
jantung,DHF,ISPA,dan lain-lain.
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester,apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar,spontan atau dengan tindakan,perdarahan
antepartum,asfiksia dan lain lain.Keadaan selama neonatal apakah bayi
panas,diare muntah,tidak mau menetekdan kejang-kejang.
d. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.
e. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) :berhubungan
dengan kemampuan mandiri,bersosialisasi,dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Gerakan motorik halus:berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu,melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar,
memegang suatu benda.
3. Gerakan motorik kasar:berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap
suara,mengikuti perintah dan berbicara spontan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (± 25 %
penderita kejang demam mempunyai faktor turunan).
2) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
ISPA,diare atau penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.
g. Riwayat Sosial
Perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak.Bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
h. Pola kesehatan dan fungsi kesehatan, meliputi:
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
2. Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
3. Pola nutrisi : bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan
yang dikonsumsi oleh anak. Berapa kali minum,jenis dan
jumlahnya perhari?
4. Pola eliminasi BAK: frekuensinya,jumlahnyab) BAB:Ditanyakan
kapan waktu BAB,teratur atau tidak?bagaimana konsistensinya
lunak,keras,cair atauberlendir?
5. Pola aktivitas dan latihan: Apakah anak senang main sendiri atau
dengan teman sebayanya Aktivitas apa yang disukai anak
6. Pola tidur / istirahat Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam
berapa?Bangun tidur jam berapa? Kebiasaan sebelum tidur
Bagaimana dengan tidur siang?
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran
compos mentis
2. TTV : Suhu : biasanya > 38,0⁰C
3. Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49
kali/menit.Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40
kali/menit
4. Nadi : biasanya >100 x/i
5. BB : Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
6. Kepala : Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan
yang tampak
7. Mata : Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik,
konjungtiva anemis.
8. Mulut dan lidah : Biasanya mukosa bibir tampak kering,
tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
9. Telinga : Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya
pili sejajar dengan katup mata, keluar cairan, terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri tekan
mastoid.
10. Hidung : Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan
cuping hidung, bentuk simetris, mukosa hidung berwarna
merah muda.
11. Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB
12. Dada :
Paru-paru
 Inspeksi : biasanya gerakan dada simetris,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
 Palpasi : biasanya vremitus kiri kanan
sama
 Perkusi : sonor
 Auskultasi :biasanya ditemukan bunyi napas
tambahan seperti ronchi.
Jantung : Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan
denyut jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis di SIC V teraba
 Perkusi : batas kiri jantung : SIC II kiri di
linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC
V kiri agak ke mideal linea midclavicularis
kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang
intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis
kanan, batas atasnya di ruang intercosta II
kanan linea parasternalis kanan.
 Auskultasi : BJ II lebih lemah dari BJ I
13. Abdomen :biasanya lemas dan datar, kembung
14. Anus : biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
15. Ekstermitas :
 Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan,
CRT > 2 detik, akral dingin.
 Bawah : biasanya tonus otot mengalami
kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
b. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah
tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat
dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan berarti
o Indikasi lumbal pungsi
o Pemeriksaan EE

2. Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada Anemia menurut (Wijaya


dan Putri, 2013)

a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi


hemoglobin. Definisi menurut SDKI : penurunan sirkulasi darah pada
level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Batasan
karakteristik :

o Pengisian kapiler >3 detik

o Konjungtiva pucat 3) Turgor kulit menurun

o Kulit tampak pucat ujung jari 5) Warna kulit pucat

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

Definisi menurut SDKI : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme. Batasan karakteristik :

 Berat badan menurun 10% di bawah rentang ideal

 Bising usus hiperaktif

 Cepat kenyang setelah makan

 Nyeri abdomen

 Nafsu makan menurun

c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Definisi menurut SDKI : Ketidakcukupan energi untuk melakukan


aktivitas sehari-hari. Batasan karakteristik :

o Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat


o Merasa lemah

o Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

o Mengeluh lelah

d. Ansietas berhubungan dengankrisis situasional

Definisi menurut SDKI: kondisi emosi dan pengalaman subyektif


individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman. Batasan karakteristik:

 Tampak gelisah

 Merasa bingung

 Sulit tidur

 Mengeluh pusing

 Muka tampak pucat

 Tampak tegang

e. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh


sekunder.Definisi menurut SDKI : Berisiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik. Faktor risiko :

o Penyakit kronis

o Malnutrisi

o Efek prosedur invasif

o Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan


hemoglobin).
3. Rencana keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


o
1 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi jaringan : perifer Perawatan sirkulasi : (4066:391)
berhubungan dengan penurunan ( 407:447)
1. Lakukan penilaian yang
kosentrasi hemoglobin
1. Pengisian kapiler jari (5) kemprehensif pada sirkulasi
perifer (CRT)
2. Suhu kulit ujung kaki (5)
2. Inspeksi kulit apakah
3. Kekuatan denyut nadi (5)
terdapat luka tekan dan
4. Nilai rata rata tekanan jaringan yang tidak utuh
darah (5)
3. Mengintruksikan klien untuk
5. Muka pucat (5) merubah posisi setiap 2 jam
sekali
Status sirkulasi (401:561)
4. Intruksikan klien mengenai
1. Tekanan darah sistol dan faktor – faktor yang
diastol (5) mempengaruhi sirkulasi
2. Kelelahan (5) darah

3. Pingsan (5) 5. Pertahankan status hidrasi


untuk menurunkan viskositas
4. Pitting edema (5) darah
Manajemen Cairan (4120:157)
1. Monitor status hidrasi
(misalnya ,membrane
mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, tekanan darah
2. Dukung peningkatan asupan
kalori
3. Lakukan perawatan mulut
sebelum amakan
4. Sediakan suplemen makanan
jika diperlukan
5. Persiapkan pemberian
produk -produk darah
(misalnya,cek darah dan
mempersiapkan pemasangan
infus)
6. Berikan produk -produk
darah (misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)
7. Atur ketersediaan produk
darah untuk transfusi
8. Persiapkan pemberian
produk -produk darah
(misalnya, cek darah dan
mempersiapkan pemasangan
infus)Berikan produk -
produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang
baru)
2 Defisit nutrisi berhubungan Status Nutrisi : (1004:551) Manajemen Nutrisi : (1100:197)
dengan kurangnya asupan
1. Asupan gizi (5) 1. Identifikasi adanya alergi
makanan
atau intoleransi makanan
2. Asupan makanan (5)
yang dimiliki pasien
3. Asupan cairan (5)
2. Instruksikan kepada pasien
4. Energi (5) mengenai kebutuhan nutrisi
Status Nutrisi: Asupan Nutrisi 3. Ciptakan lingkungan yang
( 1009:553) optimal pada saat
mengkonsumsi makan
1. Asupan kalori (5)
4. Tawarkan makanan ringan
2. Asupan protein (5) yang padat gizi
3. Asupan lemak (5) Bantuan Peningkatan Berat Badan :
4. Asupan karbohidrat (5) (1240:78)

5. Asupan zat besi (5 1. Timbang pasien pada jam


yang sama
2. Dukung peningkatan asupan
kalori
3. Lakukan perawatan mulut
sebelum makan
4. Sediakan suplemen makanan
jika diperlukan
3 Intoleransiaktivitas berhubungan Daya tahan ( 1:80) Manajemen Energi (180:177)
dengan proses metabolisme yang
1. Melakukan aktifitas rutin 1. Kaji status fisiologis pasien
terganggu
(5) yang menyebabkan kelelahan
2. Aktifitas fisik (5) 2. Tentukan persepsi
pasien/orang terdekat
3. Pemulihan energi setelah
mengenai penyebab
istirahat (5)
kelelahan
4. Hemoglobin (5)
3. Pilih intervensi untuk
5. Hematokrit (5) mengurangi kelelahan baik
secara farmakologi maupun
Toleransi terhadap aktifitas nonfarmakologi
(5:582)
4. Tingkatkan tirah baring
1. Frekuensi nadi setelah
beraktifitas(5) 5. Susun kegiatan fisik untuk
mengurangi penggunaan
2. Kekuatan tubuh bagian cadangan O2 untuk fungsi
atas (5) organ vital
3. Kekuatan tubuh bagian 6. Bantu aktifitas harian pasien
bawah (5)
4. Kemudahan dalam 7. Anjurkan keluarga
melakukan aktifitas membantu pasien dalam
harian (5) aktivitas sehari-hari yang
teratur sesuai kebutuhan
8. Ajarkan pasien mengenai
pengelolaan kegiatan dan
manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
9. Memantau tanda – tanda
vital klien
10. Evaluasi secara bertahap
kenaikan level aktivitas klien
4 Ansietas berhubungan dengan Tingat kecemasan:(1211:572) Pengurangan Kecemasan :
krisis situasional (5820:319)
1. Tidak dapat beristirahat (5)
1. Kaji untuk tanda verbal dan
2. Perasaan gelisah (5)
non verbal kecemasan
3. Kesulitan berkosentrasi (5)
2. Jelaskan semua prosedur
4. Pusing (5) termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang mungkin
5. Gangguan tidur (5) akan dialami klien selama
prosedur dilakukan
3. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi klien
4. Ciptakan atmosfer rasa aman
untuk meningkatkan
kepercayaan
5. Anjurkan verbalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
Peningkatan Keselamatan :
(5380:327)
1. Sediakan lingkungan yang
tidak mengancam
2. Tunjukkan ketenangan
3. Jelaskan semua prosedur
pada pasien atau keluarga
Terapi Relaksasi : (6040:446)
1. Gunakan suara yang lembut
dengan irama yang lambat
untuk setiap kata
2. Tunjukkan dan praktikkan
teknik relaksasi pada klien
5 Resiko infeksi berhubungan Keparahan infeksi: (703:145) Kontrol Infeksi: (6540:134)
dengan ketidakadekuatan
1. Kemerahan (5) 1. Cuci tangan setiap sebelum
pertahanan tubuh sekunder
2. Nyeri (5) dan sesudah tindakan
keperawatan
3. Ketidakstabilan suhu (5)
2. Pertahankan lingkungan
4. Hilang nafsu makan (5)
aseptik selama pemasangan
alat
3. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
4. Tingkatkan intake nutrisi
5. Berikan terapi antibiotik
Perlindungan
Infeksi: (6550:398)
1. Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitor kerentanan terhadap
infeksi Monitor hitung
mutlak granulosit, WBC,
dan, hasil - hasil diferensial

3. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu tindakan intelektual guna melengkapi proses keperawatan yang
menandakan adanya keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana keperawatan serta
implementasinya. Walaupuan tahapan evaluasi diletakkan di akhir dari proses keperawatan,
tetapi tahapan ini merupakan bagian dari integral pada setiap tahapan proses keperawatan.
Evaluasi juga diperlukan pada tahapan intervensi guna menentukan apakah tujuan dari
intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif . Evaluasi yang dilakukan menggunakan
format SOAP yaitu, :
a. S : Data Subyektif
Data subyektif merupakan perkembangan akan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan serta dikemukakan oleh pasien
b. O : Data Obyektif
Data obyektif merupakan perkembangan yang bisa diamati serta dapat diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
c. A : Analisis
Analisis merupakan penelitian dari kedua jenis data (baik subyektif maupun obyektif)
apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
d. P : Perencanaan
Perencanaan merupakan rencana penanganan pasien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi. (Mutiaran. D & Firsta, 2020)
Daftar Pustaka

Alamsyah, P. R., & Andrias, D. R. (2016). Hubungan Kecukupan Zat Gizi dan
Konsumsi Makanan penghambat Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada
Lansia. Media Gizi Indonesia, 11(1), 48-54.

Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2016). Diagnosis dan tatalaksana anemia


defisiensi besi. Jurnal Majority, 5(5), 166-169.

Azmi, F. N. (2016). Laporan pendahuluan Anemia. Acedemia.edu.3(4).

Fajarina Nurin, (2020). Tes yang Dilakukan Dokter untuk Diagnosis Anemia.
https://hellosehat.com/kelainan-darah/anemia/diagnosis-anemia/.

Festy Trisna Ndun (2018)., Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An. A di
Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.

Meva Nareza, (2021). Komplikasi Anemia Defisiensi Besi.


https://www.alodokter.com/anemia-defisiensi-besi/komplikasi.

Muflikhah, S. (2019). Asuhan Keperawatan Anemia Pada Tn. S Dengan


Gangguan Sirkulasi di Ruang Penyakit Dalam RSD Mayjend. HM.
Ryacudu Kotabumi Lampung Utara 13 sd 17 Mei 2019 (Doctoral
dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Wahyuni, D., & Amareta, D. I. (2019). Pengembangan Media Pendidikan


Kesehatan Flashcard Anemia. Jurnal Kesehatan, 7(2), 69-74.

Anda mungkin juga menyukai