Disusun oleh
1. Definisi
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang paling sering dijumpai
baik pada negara berkembang maupun negara maju. World Health
Organization (2011) menyatakan prevalensi anemia pada wanita usia subur
sebesar 29%. Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi, sesuai dengan data
Riset Kesehatan Dasar (2007) menyatakan bahwa prevalensi anemia pada
perempuan sebesar 11,3% dan pada remaja putri (usia 15-24 tahun) yaitu
sebesar 6,9%. Data Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi
anemia yaitu pada wanita meningkat menjadi 23,9% dan pada remaja putri
menjadi 18,9%, yang berarti terjadi peningkatan prevalensi anemia pada
remaja putri menjadi lebih dari 15%, sehingga dapat menjadi indikasi suatu
masalah kesehatan di Indonesia (Wahyuni, D., & Amareta, D. I., 2019).
2. Etiologi
HB Menurun
Resiko kematian
Syok
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Sebesar
dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain gaya
hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebaisaan sarapan pagi,
keadaan ekonomi dan demografi, pendidikan, umur, jenis kelamin, dan
wilayah. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan, pemeriksaan laboratorium
sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia. Gejala utama adalah
fatigue, nadi teras cepat, gejala dan tanda keadaanhiperdinamik (denyut nadi
kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat,
dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal
jantung, angina, aritmia dan/ atau infark miokard). (Amalia, A., &
Tjiptaningrum, A. 2016)
5. Penatalaksanaan
3. Transfusi darah.
2. Cadangan dan transport zat besi (non heme iron) ada sekitar 90% berasal
dari makanan, yaitu dalam bentuk senyawa besi inoerganik feri (Fe3+),
agar diserap dalam usus besinya harus diubah dulu menjadi bentuk fero
(Fe2+), contoh non heme iron adalah hemosiderin dan ferritin.
2. Stadium II: defisiensi besi tanpa anemia terjadi bila cadangan besi sudah
habis maka kadar besi didalam serum akan menurun dan kadar
hemoglobin masih normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan serum iron(SI) dan saturasi transferrin, sedangkan total iron
binding capacity (TIBC) meningkat.
3. Stadium III: anemia defisiensi besi ditandai dengan penurunan kadar Hb,
MCH, MCV, MCHC pada keadaan berat, Ht dan peningkatan kadar free
erythrocyte protoporphyrin (FEP). Gambaran darah tepi didapatkan
mikrositosis dan hipokromik. (Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016)
6. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin rendah
Hematokrit rendah
Indeks sel darah merah, termasuk rata-rata volume sel
hidup, rata-rata hemoglobin sel hidup, dan rata-rata
konsentrasi hemoglobin sel hidup. Data tersebut berguna
untuk mengetahui ukuran sel darah merah dan jumlah serta
konsentrasi hemoglobin sel darah merah dalam darah
seseorang pada saat itu.
3. Hitung retikulosit
Tes ini berguna untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang masih
muda alias belum matang dalam darah Anda. Ini juga membantu
menentukan diagnosis anemia secara spesifik terkait jenis mana yang
Anda alami. (Fajarina Nurin, 2020)
7. Komplikasi
1. Pengkajian
Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan kejang demam
meliputi:
1. Data subyektif
a. Biodata / identitas
mencakup nama,jenis kelamin.Biodata orang tua perlu ditanyakan
untuk mengetahui status sosial anak meliputi:nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,alamat.
b. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
ditanyakan:
a) Jenis,lama,dan frekuensi kejang
b) Demam yang menyertai,dengan mengetahui ada tidaknya
demam yang menyertai kejang,maka diketahui apakah
infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan
kejang.
c) Jarak antara timbulnya kejang dengan demam
d) Pola serangan, apakah bersifat umum,fokal,tonik,klonik
e) Keadaan sebelum,selama dan sesudah serangan.
f) Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau
rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang
misalnya,lapar,mual,muntah,sakit kepala dan lain-lain
2. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah,diare,trauma kepala,gagap bicara (khususnya
pada penderita epilepsi),gagal jantung, kelainan
jantung,DHF,ISPA,dan lain-lain.
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester,apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar,spontan atau dengan tindakan,perdarahan
antepartum,asfiksia dan lain lain.Keadaan selama neonatal apakah bayi
panas,diare muntah,tidak mau menetekdan kejang-kejang.
d. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.
e. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) :berhubungan
dengan kemampuan mandiri,bersosialisasi,dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Gerakan motorik halus:berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu,melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar,
memegang suatu benda.
3. Gerakan motorik kasar:berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap
suara,mengikuti perintah dan berbicara spontan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (± 25 %
penderita kejang demam mempunyai faktor turunan).
2) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
ISPA,diare atau penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.
g. Riwayat Sosial
Perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak.Bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
h. Pola kesehatan dan fungsi kesehatan, meliputi:
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
2. Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
3. Pola nutrisi : bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan
yang dikonsumsi oleh anak. Berapa kali minum,jenis dan
jumlahnya perhari?
4. Pola eliminasi BAK: frekuensinya,jumlahnyab) BAB:Ditanyakan
kapan waktu BAB,teratur atau tidak?bagaimana konsistensinya
lunak,keras,cair atauberlendir?
5. Pola aktivitas dan latihan: Apakah anak senang main sendiri atau
dengan teman sebayanya Aktivitas apa yang disukai anak
6. Pola tidur / istirahat Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam
berapa?Bangun tidur jam berapa? Kebiasaan sebelum tidur
Bagaimana dengan tidur siang?
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran
compos mentis
2. TTV : Suhu : biasanya > 38,0⁰C
3. Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49
kali/menit.Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40
kali/menit
4. Nadi : biasanya >100 x/i
5. BB : Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
6. Kepala : Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan
yang tampak
7. Mata : Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik,
konjungtiva anemis.
8. Mulut dan lidah : Biasanya mukosa bibir tampak kering,
tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
9. Telinga : Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya
pili sejajar dengan katup mata, keluar cairan, terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri tekan
mastoid.
10. Hidung : Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan
cuping hidung, bentuk simetris, mukosa hidung berwarna
merah muda.
11. Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB
12. Dada :
Paru-paru
Inspeksi : biasanya gerakan dada simetris,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi : biasanya vremitus kiri kanan
sama
Perkusi : sonor
Auskultasi :biasanya ditemukan bunyi napas
tambahan seperti ronchi.
Jantung : Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan
denyut jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis di SIC V teraba
Perkusi : batas kiri jantung : SIC II kiri di
linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC
V kiri agak ke mideal linea midclavicularis
kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang
intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis
kanan, batas atasnya di ruang intercosta II
kanan linea parasternalis kanan.
Auskultasi : BJ II lebih lemah dari BJ I
13. Abdomen :biasanya lemas dan datar, kembung
14. Anus : biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
15. Ekstermitas :
Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan,
CRT > 2 detik, akral dingin.
Bawah : biasanya tonus otot mengalami
kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
b. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah
tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat
dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan berarti
o Indikasi lumbal pungsi
o Pemeriksaan EE
Nyeri abdomen
o Mengeluh lelah
Tampak gelisah
Merasa bingung
Sulit tidur
Mengeluh pusing
Tampak tegang
o Penyakit kronis
o Malnutrisi
3. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tindakan intelektual guna melengkapi proses keperawatan yang
menandakan adanya keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana keperawatan serta
implementasinya. Walaupuan tahapan evaluasi diletakkan di akhir dari proses keperawatan,
tetapi tahapan ini merupakan bagian dari integral pada setiap tahapan proses keperawatan.
Evaluasi juga diperlukan pada tahapan intervensi guna menentukan apakah tujuan dari
intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif . Evaluasi yang dilakukan menggunakan
format SOAP yaitu, :
a. S : Data Subyektif
Data subyektif merupakan perkembangan akan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan serta dikemukakan oleh pasien
b. O : Data Obyektif
Data obyektif merupakan perkembangan yang bisa diamati serta dapat diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
c. A : Analisis
Analisis merupakan penelitian dari kedua jenis data (baik subyektif maupun obyektif)
apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
d. P : Perencanaan
Perencanaan merupakan rencana penanganan pasien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi. (Mutiaran. D & Firsta, 2020)
Daftar Pustaka
Alamsyah, P. R., & Andrias, D. R. (2016). Hubungan Kecukupan Zat Gizi dan
Konsumsi Makanan penghambat Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada
Lansia. Media Gizi Indonesia, 11(1), 48-54.
Fajarina Nurin, (2020). Tes yang Dilakukan Dokter untuk Diagnosis Anemia.
https://hellosehat.com/kelainan-darah/anemia/diagnosis-anemia/.
Festy Trisna Ndun (2018)., Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An. A di
Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.