Anda di halaman 1dari 35

1.

ARI ANGGORO (1701109)


2. CICI LIDYA PUTRI (1701116)
3. HERMANSYAH (1701117)
4. VIVI ARFIANI (1701090)
5. LUTFIA RAMA YUDELLA (1701137)
6. FARIDA DWI SAPUTRI (1701080)
7. IQRIMA DWI ARISTI (1701127)
8. INDAH OKTAVIANTI (1701136)
9. YUMIKO ZAHRA VANESA (1701113)
10. WIDYA RAMADHANI (1701121)
11. M. TAUFIK HIDAYAT (1701062)
DEFINISI ANEMIA

Anemia menurut hanbook adalah


sekelompok penyakit yang ditandai dengan
penurunan hemoglobin (hb) atau sel darah
merah (rbc) yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pembawa oksigen Menurut Departemen KesehatanAnemia
dalam darah. Organisasi kesehatan dunia merupakan penurunan kadar
mendefinisikan anemia sebagai hb kurang hemoglobin, hitung eritrosit, dan
dari 13g /dL (<130 g/L; ,8,07 mmol / L) pada hematokrit sehingga jumlah eritrosit
pria atau kurang dari 12g/L (<120 g/L ; <7,45 dan/atau kadar hemoglobin yang beredar
mmol/L) pada perempuan tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Biasanya anemia ditandai dengan
penurunan kadar hemoglobin kurang dari
13,5 g/dL pada pria dewasa dan kurang
dari 11,5 g/dL pada wanita dewasa.
1. Ari, seorang laki–laki, 15 tahun,datang ke
rumah sakit dengan keluhan mudah lelah sejak 1
bulan yang lalu. Tiga bulan terakhir, Ari sering
mengeluh pusing dan konsentrasi belajar
menurun. Ari tinggal di daerah Persawahan dan
memiliki kebiasaan bermain sepak bola serta
memancing tanpa menggunakan alas kaki.
2. Walter (71 tahun) datang ke rumah sakit mengeluhkan fatigue
(kelelahan yang amat sangat),khususnya seminggu terakhir. Lima
tahun yang lalu, Walter mengalami defekasi dengan feces berwarna
hitam dan gelap. Kelainan ini berlangsung cukup lama. Menurut
dokter di klinik dekat rumahnya, ia mengalami anemia yang parah
dan direkomendasikan untuk menjalani transfusi darah di rumah
sakit.Walter biasa mengonsumsi ibuprofen, 600mg 3-4 kali per hari
untuk mengobati arthritis pada lututnyakarena sudah tua. Dia
mengalami nausea dan pusing. Tujuh tahun yang lalu ia pernah
mengalami pendarahan di saluran cerna tetapi tidak dilakukan
diagnosis
Anemia masih merupakan masalah kesehatan utama
masyarakat dunia, khususnya di negara sedang berkembang
(WHO, 2008; Milman, 2011). Sekitar 50-80% anemia di dunia
disebabkan kekurangan zat besi (Milman, 2011). Prevalensi
anemia pada remaja wanita (usia 15-19 tahun) sebesar 26,5%
dan pada wanita subur sebesar 26,9% (Depkes RI, 2005).
berdasarkan hasil Riskesdas 2013, proporsi anemia di
Indonesia pada kelompok umur 5-14 2014)
Remaja putri merupakan kelompok risiko tinggi
mengalami anemia dibandingkan remaja putra dimana
kebutuhan absorpsi zat besi memuncak pada umur 14-15
tahun pada remaja putri, sedangkan pada remaja putra satu
atau dua tahun berikutnya (WHO, 2011)
Kekurangan zat gizi (zat besi,
vit.12, asam folat) perdarahan

Kegagalan sum-sum
tulang

Konsentrasi sel darah


merah menurun

Kadar Hb menurun
Defisiensi zat Defisiensi asamf olat, vit B
ANEMIA
besi 12

Viskositas darah Anemia


Kekurangan zat besi megaloblastik
pada epitel dan
jaringan lapisan kuku
Resistensi aliran darah
perifer Intoleransi
Aktifitas
Mengganggu
poliferasi dan Glositis
pertumbuhan sel Aliran O2 kejaringan

Kehilangan
Pertumbuhan lambat Hipoksia, pucat,lemah, nafsu makan
pada lapisan kuku pandangan berkunang-
kunang

Gg. Nutrisi
Koilonikia (kuku Bebab kerja jantung kurang dari
berbentuk sendok) kebutuhan tubuh

Syok
Kompensasi pada tubuh Zat besi dalam
Gangguan absorbsi Perubahan
ibu hamil makanan <<
sirkulasi
•Plasma : 30 %
•Produksi SDM : 18 % Motilitas usus
•Produksi Hb : 19 % Asupan nutrisi <<
Daya tahan
tubuh menurun

Proses Fisiologis Konstipasi


BBLR

Resiko Infeksi
Viskositas
Nyeri abdomen
menurun

Pengenceran darah

Karna factor pembekuan


darah (trombosit) tidak
seimbang

Resiko
cidera Perdarahan
Anemia merupakan suatu keadaan kronis yang dikarakterisasi
dengan penurunan hemoglobin atau sel darah merah yang berakibat
pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Selain
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, anemia juga
dikarakterisasi dengan penurunan hematokrit atau hitung eritrosit
(red cell count). Anemia bisa terjadi karena:
1. Defisiensi Fe: diakibatkan oleh kegagalan untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan zat besi fisiologis.
2. Defisiensi vitamin B12 :akibat asupan makanan yang tidak
mencukupi, gejala malabsorpsi atau absorpsi yang menurun
dan pemanfaatan yang tidak mencukupi juga dapat menimbulkan
anemia.
3. Defisiensi asam folat : ketika produksi asam folat terbatas
(Hyperutilization ).
4. Anemia cronic disease (ACD) : merupakan respon terhadap
rangsangan dari sistem kekebalan tubuh selular oleh
berbagai proses penyakit yang mendasarinya. Hal ini busa terjadi
akibat gangguan fungsi sumsum tulang.
5. Anemia pada geriatri: faktor resiko penyebab anemia adalah ras dan
etnik
6. Anemia akibat gangguan periferal (hemolitik): akibat berkurangnya
masa hidup dari RBC (Dipiro et al., 2008).
 Lemas dan cepat lelah.
 Sakit kepala dan pusing.
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
 Detak jantung tidak teratur.
 Napas pendek.
 Nyeri dada.
 Dingin di tangan dan kaki.
1.AnemiaAplastik : penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sumsum tulang memproduksi sel darah
baru dalam jumlah yang cukup.
Penyebab :
• Agen neoplastik/ sitoplastik.
• Terapi radiasi.
• Antibiotik tertentu.
• Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas fenilbutason.
• Benzene.
• Infeksi virus (khususnya hepatitis).
2. Anemia Defensiensi Besi : satu jenis anemia yang disebabkan
kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah
merah yang sehat. Penyebab nya :
• Asupan besi tidak adekuat, kebuthan meningkat selama hamil dan
menstruasi.
• Gangguan absorbs (post gastrektomi)
• Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises,
oesophagus, hemoroid dll.

3. Anemia Megaloblastik : jenis anemia yang ditandai dengan bentuk


keping darah yang abnormal serta ukuran yang lebih besar daripada
normalnya. Penyebab nya:
• Defisiensi vitamin B12 dan asam folat
• Malnutrisi, malabsrobsi, penurunan instrinsik faktor.
• Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.
4.Anemia hemolisis: jenis anemia yang terjadi ketika sel darah merah
hancur atau mati lebih cepat dari waktu yang seharusnya.
Penyebab nya:
• Pengaruh obat-obatan tertentu
• Penyakit hookin,limfosarkoma,mieloma multiple,leukimia limfositik
kronik.
• Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenese.
• Proses autoimun.
• Reaksi transfusi.
• Malaria.
1. Anamnesis/ mencari riwayat penyakit, meliputi evaluasi gejala yang dirasakan
oleh penderita dan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari penyebab anemia,
seperti apakah penderita mengalami perdarahan saat ini atau sebelumnya.
Apakah didapatkan adanya bukti peningkatan destruksi/pemecahan sel darah
merah. Apakah terdapat riwayat keluarga yang menderita anemia atau kelainan
darah, riwayat penggunaaan obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia,
apakah terdapat tanda tanda gangguan pada sumsum tulang, apakah ada
riwayat diet yang tidak seimbang (status nutrisi), riwayat transfusi, suku bangsa,
umur pada saat timbulnya gejala anemia, riwayat penyakit/kelainan yang dapat
menyebabkan anemia seperti riwayat kelainan hati, ginjal, kelenjar gondok,
infeksi atau radang kronis dan lain-lain.
2. Pemeriksaan fisik.
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau
multisistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pada pemeriksaan
fisik/tubuh pasien dicari tanda-tanda adanya anemia dan kemungkinan
penyebab anemia.
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh dari kepala sampai ke kaki. Pada
beberapa anemia terdapat kelainan khas anemia seperti konjuctiva mata,
kulit/mukosa terlihat pucat, denyut nadi meningkat, sesak, kelainan lidah,
kelainan pada kuku, kelainan pada hati, kelainan ginjal, kelainan limpa,
kelainan pada kelenjar getah bening, kelainan kuku dan kelainan pada tulang.
3. Pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium pada orang dengan gejala dan tanda
anemia. Pemeriksaan laboratorium ini berguna untuk menentukan ada atau
tidaknya anemia (menegakkan diagnosis anemia), mencari penyebab anemia dan
untuk memantau keberhasilan pengobatan (respon terapui) pada penderita
anemia.
Pemeriksaan anemia :
a). Tibc (total iron binding capacity) : adalah tes laboratorium medis yang
mengukur kapasitas darah untuk mengikat zat besi dengan transferrin.
b). Ferritin : Menunjukkan Kadar Zat Besi dalam Tubuh.
c). Crp (c-creative protein ) : Tes C-Reaktif Protein (CRP) adalah tes darah yang
mengukur jumlah protein (yang disebut protein C-reaktif) dalam darah.
Faktor-faktor resiko :
1. Merokok
2. Minuman beralkohol
3. Kebiasaan tidak sarapan pagi
4. Hasil pengukuran antropometri dan kadar hemoglobin.
* Terapi non farmakologi
Pasien Anemia hendaknya melakukan terapi non
farmakologi untuk membantu penyembuhan, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti
sayuran, daging, ikan dan unggas.
2. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung
vitamin B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun
memperbaiki defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.
3. Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel
darah merah.
1). Anemia Defisiensi Besi (Zat besi )
Mekanisme : zat besi membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin
yang bersama-sama dengan rantai globin membentuk hemoglobin.
A . Terapi zat besi secara oral
Indikasi : Pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi besi.
Dosis : 200 - 400 mg per hari.

Pada seorang individu yang mengalami difisiensi zat besi,


sekitar 50-100 mg zat besi dapat digabungkan dalam Hb
setiap harinya, dan sekitar 25% zat besi oral seperti garam
ferrous dapat diabsorbsi . Oleh karena itu 200-400 mg zat
besi diberikan setiap hari → memperbaiki kekurangan zat
besi dengan sangat cepat.

Pengobatan zat besi oral sebaiknya dilanjutkan selama 3-6


bulan. Hal ini tidak hanya memperbaiki anemia tetapi juga
menambah simpanan zat besi.
(Katzung, 2002)
Interaksi obat :

❑ Antasid : menurunkan absorpsi besi


❑ Asam askorbat : meningkatkan absorpsi besi
❑ Garam kalsium : menurunkan absorpsi besi
❑ Kloramfenikol : meningkatkan konsentrasi plasma besi
❑ Antagonis histamin H2 : menurunkan absorpsi besi
❑ PPI : menurunkan absorpsi besi
❑ Kaptopril : besi dapat menginaktivasi kaptopril
❑ Fluoroquinolon : membentuk kompleks dengan besi
menurunkan absorpsi fluoroquinolon
B. Terapi zat besi secara parenteral
2. Anemia Defisiensi Sianokobalamin (Vitamin B12)
Indikasi :
 Mengobati atau mencegah defisiensi vitamin B12
 Anemia megaloblastik
 Anemia pernisiosa
Dosis terapi :
 Vit.B12 (oral) → 1-2 mg setiap hari selama 1-2 minggu.
 Vit.B12 (parenteral) → jika ada gejala neurologis → 1.000
mcg setiap hari selama 1 minggu, kemudian setiap 1 minggu
selama 1 bulan, dan kemudian setiap bulan.
Interaksi Obat :
Asam aminosalisilat : menurunkan efek sianokobalamin.
Kloramfenikol : menurunkan efek hematologi
sianokobalamin pada pasien anemia pernisiosa.
Kolkisin : menyebabkan malabsorpsi sianokobalamin.
Alkohol : menyebabkan malabsorpsi sianokobalamin.
3. Anemia Defisiensi Asam Folat (Asam Folat)
Indikasi :
• Anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam
folat.
• Peningkatan kebutuhan asam folat pada kondisi kehamilan.
• Profilaksis defisiensi asam folat pada pemakaian antagonis
asam folat.
Dosis:
1 mg setiap hari selama 4 bulan → untuk pengobatan
anemia defisiensi folat.
Jika malabsorbsi → dosis ditingkatkan menjadi 5 mg.
Interaksi Obat :
✓ Asam aminosalisilat : menurunkan konsentrasi plasma folat
✓ Inhibitor dihidrofolat reduktase : menyebabkan defisiensi
folat
✓ Sulfalazin : menyebabkan defisiensi folat
✓ Fenitoin : menurunkan konsentrasi plasma folat
4. Anemia Penyakit Kronis (Epoetin Alfa )
Indikasi :

➢ Anemia yang berkaitan dengan gagal ginjal kronis.


➢ Anemia pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.

Dosis : Epoetin intravena 50 – 100 unit/kg 3 kali seminggu.


Dosis dapat dinaikkan menjadi 150 unit/kg 3 kali seminggu
apabila Hb tidak meningkat setelah 6 – 8 minggu.

Interaksi Obat : inhibitor ACE meningkatkan resiko


hiperkalemia.
Terminologi Pengertian
hematokrit persentase volume sel darah merah dalam darah

epitel sel yang berasal dari permukaan tubuh, seperti dari


kulit, pembuluh darah
poliferasi fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa
hambatan
Anemia kurangnya sel darah merah dalam tubuh akibat
megaloblastik sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang
belum matang dengan struktur abnormal dan
berukuran terlalu besar
Glositis keadaan dimana permukaan lidah terlihat lebih halus
atau licin karena bintil-bintil lidah (papillae) nampak
menghilang akibat peradangan
Intoleransi Aktifitas ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
Konstipasi sembelit
malabsorpsi Kondisi yang mencegah penyerapan
nutrisi melalui usus kecil
anemia hipokromik mikrositer anemia yang ditandai dengan
mengecilnya sel darah merah
cincin heme Fe-porfirin gugus prostetik yang terdiri dari
atom besi
BBLR Berat badan lahir rendah

terapi profilaksis pengobatan yang dimaksudkan


untuk mencegah munculnya kondisi
medis
Anemia pernisiosa keadaan ketika tubuh kekurangan
vitamin B12 yang diperlukan untuk
menghasilkan sel darah merah yang
dapat berfungsi normal
Defisiensi zat besi Suatu kondisi terlalu sedikitnya zat
besi dalam tubuh.
Anemia cronic disease (ACD) Penyakit anemia kronik
antropometri pengukuran individu manusia untuk
mengetahui variasi fisik manusia.
penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sumsum tulang
memproduksi sel darah baru dalam
jumlah yang cukup.
 Dipiro,J.T. (2009). Pharmacoterapy Handbook 7th edition.
New York. Mc Graw Hill.
 Katzung, Bertram G. (2002). Farmakologi dasar dan
klinik. Edisi 1. Salemba medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai