ANEMIA
DI RUANGAN HEMODIALISA
RSUD AM PARIKESIT TENGGGARONG
Pembimbing :
Ns. ASPIANNUR. SST
Ns. ANDRIANI S.Kep
Di Susun Oleh :
6. Patofisiologi
Anemia merupakan suatu penyakit yang ditandai penurunan kadar
hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah ( eritrosit ) dibawah normal. Pria
dikatakan anemia apabila kadar Hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit
kurang dari 41%. Begitupun dengan wanita kadar hemoglobin kurang dari 12
g/dl dan eritrosit kurang dari 37%. Anemia bukan merupakan suatu penyakit,
melainkan dari suatu bentuk pencerminan keadaan penyakit akibat adanya
gangguan fungsi tubuh yang mana hemoglobin yang berfungsi mengangkut
oksigen mengalami penurunan. Banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. sehingga mengalami penurunan pada kapasitas sel darah merah
dalam mengangkut oksigen.
Anemia menurut ( putri, 2013 ) mencerminkan adanya kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
kegagalan sum sum dapat terjadi akibat penyebab yang tidak diketahui. sel
darah merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemolysis ( dekstruksi ),
hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah ( disolusi ) terjadi terutama dalam sel fagostik
atau dalam sistem retikoendotelial, terutama dalam hati dan limpa. sebagai
efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah
(hemolysis) segera direfleksikan dengan peningkataan bilirubin plasma.
konsentrasi normalnya 1mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 11,5 mg/Dl akan
mengakibartkan ikterik pada sklera.
7. WOC
Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh.
Hemoglobin yaitu metaloproten didalam sel darah merah yang mengandung zat
besi yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru paru keseluruh tubuh.
(Malikussaleh,2019).
Penurunan SDM
Hb berkurang
Anemia
Resiko Perfusi
perifer tidak
Gastrointestinal Hipoksia SSP efektif
( D. 0015 )
Anoreksia Intoleransi
Aktivitas Resiko infeksi (
( D.0056 ) D.0142 )
DEFISIT NUTRISI
( D.0019 )
8. Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakologis
Farmakologis :
1) Pemberian besi dan asam folat
2) Menggunakan preparat besi oral
3) Defisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang dapat diberikan
dengan injeksi B12.
4) Terapi vitamin B12 diberikan pada pasien selama hidup untuk mencegah
kekambuhan anemia.
5) Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitiomosit ( ATG )
6) Terapi ESA ( Erithropoisis Stimulating Agent )
Non Farmakologis
2. Pengkajian Fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )
TTV : TD : Biasanya menurun
N : Biasanya meningkat
RR : Biasanya cepat
S : Biasanya meningkat
1) Kepala
Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut kering,
mudah pupus, menitip, sakit kepala, pusing.
2) Mata
Skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
3) Telinga
Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran kebersihan pada telinga
4) Hidung
Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada hidung
atau tidak.
5) Mulut
Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis
6) Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/ tidak, adanya pembesaran
kelenjar getah bening.
7) Thorax
a) paru paru
Inpeksi : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dyspnea (kesulitan
bernafas), nafas pendek, cepat lelah ketika beraktivitas yang merupakan
manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
Palpasi : Taktil premitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
b) Jantung
Inpeksi : Jantung berdebat – debar, takhikardi dan bising jantung yang
menggambarkan suatu beban pada jantung dan curah jantung mengalami
peningkatan.
Palpasi : Tidak teraba adanya massa
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung murmur sistolik.
8) Abdomen
Inspeksi : Kesimetrisan, diare, hematemesis, muntah.
Auskultasi : Suara bising usus
Palpasi : Terdapat bunyi timpani
Perkusi : terabanya pembesaran hepar/ tidak, terdapat nyeri tekan tidak
9) Genetalia
Normal / abnormal
10) Integumen
Mukosa pucat, kering dan kulit keriput
11) Ekstremitas
Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada membrane mukosa dan
dasar kuku, kuku mudah patah.
3. Laboratorium
1) Tes darah lengkap ( Complete Blood Count )
2) Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengukur kadar sel darah di dalam
sampel darah. yang dilihat dari jumlah hematokrit ( sel darah merah dalam
tubuh )
3) Pemeriksaan sel darah merah
4) Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan ukuran dan bentuk sel darah
merah.
5) Pemeriksaan kadar zat besi, ferritin, vitamin B12, tes diagnostic tambahan.
6) Pemeriksaan yang dibutuhkan berfungsi untuk menentukan penyebab anemia.
7) Melakukan pengujian pada sampel tulang sumsum untuk mendeteksi anemia
4. Pemeriksaan penunjang
1) Antibiotik pada pasien ini dengan jumlah sel neutrophil yang rendah
(neutropenia) maka akan sering mengalami infeksi. untuk itu diperlukan
antibiotic dibutuhkan untuk melawan infeksi tersebut .
2) Tranfusi darah
Dilakukan pada penderita anemia yang mengalami pendarahan dan infeksi.
3) Imunoterapi
Anemia dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, maka diberikan obat
untuk menekan sistem imun.
4) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi ini dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang telah rusak.
Transplantasi juga metode pengobatan yang dapat bersifat menyembuhkan.
( Neli Agustin & Maani, 2019 )
5. Diagnosa Keperawatan ( berdasarkan prioritas ) SDKI
1) Resiko Perfusi perifer tidak efektif
2) Defisit Nutrisi
3) Intoleransi Aktivitas
4) Resiko Cedera
5) Resiko infeksi
6. Penetapan tujuan dan kriteria evaluasi
Yamada, A., Arakaki, R., Saito, M., Kudo, Y., & Ishimaru, N. (2017). Dual role of
Fas/FsL,-mediated signal in peripheral immune tolerance. In Frontiers in
immunology ( Vol. 8, Issue APR ). Frontiers Research Foundation.
http://www.scribd.com/document/248448707/pathway-Anemia
PPNI ( 2018 ). Standar luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.