DI SUSUN OLEH :
Veronica Herliani (11194561920174)
Menyetujui,
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen caring capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan
oleh penurunan kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Sudoyo, et al.,
2010).
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal (Soebroto, 2010).
Anemia defisiensi besi adalah yang paling sering menyebabkan
anemia pada kehamilan di seluruh dunia, bisa ringan, sedang, ataupun
berat (Reveiz, et al., 2011).
B. Etiologi
Penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau
penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12,
dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12)
yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa
juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing
tambang.
C. Patofisiologi
Penurunan SDM
Hb berkurang
Anemia
Gangguan
Gastro Intestinal Hipoksia SPP
perfusi
jaringan
ATP berkurang
Anoreksia
Konstipasi
kelelahan Energi untuk
Perubahan membentuk
nutrisi kurang antibody berkurang
dari kebuthan
Intoleransi
Resiko infeksi
aktivitas
E. Manifestasi Klinik
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah
gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah
menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat
diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:
Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta
perasaan dingin pada ekstremitas.
Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
F. Komplikasi
a. Kardiomegali
b. Gagal Jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gagal Jantung Paralisis
e. Kejang
f. perkembangan otot buruk (jangka panjang)
g. Daya konsentrasi menurun
h. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia
berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.
H. Penatalaksanaan
A. Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan
asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus
dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.Anemia
defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
B. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
Primer Assesment
1) Data subjektif
Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau
penurunan kesadaran, kelemahan, keletihan berat
disertai nyeri kepala, demam, penglihatan kabur, dan
vertigo.
Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau
perdarahan massif.
2) Data objektif
Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan
orthopnea
Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjunctiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan),
kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (clubbing
finger), rambut kering, mudah putus, menipis,
perasaan dingin pada ekstremitas.
Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi, insomnia, penglihatan
kabur, kelemahan, keletihan berat, sensitif terhadap
dingin.
b) Sekunder Assessment
1) Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan
abdomen.
2) Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam,
hemoglobin dan hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap
jenis anemia dapat berbeda. Biasanya hasil lab menunjukkan
jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit bervariasi, misal :
menurun pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada
respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.
3) Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan
secara tiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang timbul.
4) Head to toe
Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.
Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung
murmur, bunyi napas wheezing.
Daerah abdomen : splenomegali
Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena
kelemahan, clubbing finger (kuku sendok), perasaan dingin
pada ekstremitas.
5) Inspect the posterior surface
Tidak ada jejas pada daerah punggung.
c) Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan tidak efektif
2) Resiko infeksi
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
4) Konstipasi
5) Intoleransi aktivitas
d) Rencana Keperawatan
Proteksi terhadap
infeksi
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal.
2. Monitor hitung
granulosit dan
WBC.
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi.
4. Pertahankan teknik
aseptik untuk
setiap tindakan.
5. Inspeksi kulit dan
mebran mukosa
terhadap
kemerahan, panas.
6. Monitor perubahan
tingkat energi.
7. Dorong klien
untuk
meningkatkan
mobilitas dan
latihan.
8. Instruksikan klien
untuk minum
antibiotik sesuai
program.
9. Ajarkan
keluarga/klien
tentang tanda dan
gejala infeksi.dan
melaporkan
kecurigaan infeksi.
Monitor Nutrisi
1. Monitor BB jika
memungkinkan
2. Monitor respon
klien terhadap
situasi yang
mengharuskan klien
makan.
3. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
bersamaan dengan
waktu klien makan.
4. Monitor adanya
mual muntah.
5. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
sesuai order
6. Monitor adanya
gangguan dalam
input makanan
misalnya
perdarahan,
bengkak dsb.
7. Monitor intake
nutrisi dan kalori.
8. Monitor kadar
energi, kelemahan
dan kelelahan.
Manajemen nutrisi
1. Monitor intake
nutrisi untuk
memastikan
kecukupan sumber-
sumber energi
Emosional support
1. Berikan
reinfortcemen
positip bila ps
mengalami
kemajuan
konstipasi
DAFTAR PUSTAKA
Endang, W. (2013). IDAI - ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK.
Retrieved February 28, 2016, from http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatananak/
anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak (diakses pada tanggal 15 Agustus
2019)
Gatot, D., Idjradinata, P., Abdulsalam, M., Lubis, B., Soedjatmiko, & Hendarto, A.
(2011). Suplementasi Besi Untuk Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Oehadian, A. (2012). Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. Continuing
Medical
Education, 39(6), 407–412.
Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi
terhadap kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis Ilmiah).
Malang: Universitas Diponegoro