BANYUWANGI
Di Susun Oleh:
LASIONO
(202104192)
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan pada pasien dengan Carsinoma Prostat di Ruang Operasi Rumah
Nama : Lasiono
NIM : 202104192
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen KMB,
yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2022 – 28 Mei 2022, yang telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari : Selasa
Mengetahui,
Kepala Ruangan OK
BANYUWANGI
Di Susun Oleh:
LASIONO
(202104192)
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Carsinoma Prostat di Ruang Operasi Rumah
Nama : Lasiono
NIM : 202104192
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen KMB,
yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2022 – 28 Mei 2022, yang telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari : Selasa
Mengetahui,
Kepala Ruangan OK
KONSEP TEORI
1.3 Etiologi
Penyebab kanker prostate tidak diketahui, walaupun faktor genetik dan
lingkungan keduanya diperkirakan berperan. Para peneliti telah mengidentifikasi
beberapa faktor yang tampaknya meningkatkan resiko terkena karsinoma prostat,
termasuk (Kemenkes RI, 2015):
1. Usia: jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi meningkat
dengan cepat pada usia di atasnya
2. Ras: Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika
Amerika di Amerika dan laki-laki Karibia. Di Amerika Serikat, ras Afrika
memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia
maupun Hispanik.
3. Diet dan gaya hidup: Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan
sedikit sayuran, rendah tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai
meningkatkan resiko terkena kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga
berhubungan dengan peningkatan resiko kanker prostat. Hubungan kanker
prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas berhubungan
dengan tingginya grading kanker prostat.
4. Riwayat keluarga: Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat
meningkatkan risiko penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau
saudara laki laki yang terdiagnosa kanker pada usia 50 tahun memiliki resiko
2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma prostat. Resiko meningkat menjadi
tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi pada laki laki yang memiliki dua
atau lebih keluarga yang menderita kanker prostat.
5. Mutasi Genetik: Berhubungan dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 dan
sindrom Lynch.
1.4 Klasifikasi
Derajat diferensiasi sel yang sering digunakan adalah sistem Gleason.
Sistem ini didasarkan atas pola perubahan arsitektur dari kelenjar prostat yang
dilihat secara makroskopik dengan pembesaran rendah (60-100 kali). Dari
pengamatan dibedakan dua jenis pola tumor, yaitu pola ekstensif (primary
pattern) dan pola tidak ekstensif (secondary pattern). Kedua tingkat itu
dijumlahkan sehingga menjadi grading dari Gleason (Purnomo, 2011).
1.5 Patofisiologi
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya
perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut,
hal ini akan mengganggu proses diferensiasi dan proliferasi sel. Diferensiasi sel
yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor
pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel
prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel
stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca
Prostat
Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan
akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menyebabkan penekanan
intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus dapat berkontraksi
kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan
perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor
dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
Lower Urinary Track Symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk
ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal.
Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan
langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat
dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang –tulang pelvis vertebra
lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru. Proses
patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot
polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel
syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan
penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot
vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas (Purnomo,2000).
1.9 Penatalaksanaan
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu
grading tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup
saat diagnosis. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat
diagnosis belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu
parameter untuk menentukan pilihan terapi.
Agen Karsinogen
(Zat Kimia, Radiasi, Virus)
Nyeri Kronis
Gangguan Pola Eliminasi
Urin
Pertumbuhan Sel Abnormal
Ca Prostat
Pre Operasi
Intra Operasi Post Operasi
3.2 Diagnosa
1. Pre Operasi
a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan peningkatan aktivitas otot
destrusor
b. Nyeri kronis berhubungan dengan hipertrofi kandung kemih
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Intra Operasi
a. Resiko Perdarahan berhubungan dengan pembedahan
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan
c. Resiko infeksi pembedahan berhubungan pertahan tubuh primer tidak
adekuat
3. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
d. Risiko aspirasi berhubungan dengan penumpukan sekret selama operasi
3.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan
No SLKI SIKI
Pre Operasi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x30 Obervasi :
dengan agen pencedera menit nyeri akut menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis (inflamasi) ditandai Kriteria Hasil : kualitas, intensitas nyeri.
dengan pasien mengeluh nyeri, a. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
tampak meringis, bersikap b. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
protektif pada daerah nyeri, c. Sikap protektif menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
frekuensi nadi meningkat d. Frekuensi nadi membaik (5) memperingan nyeri
e. Tanda –tanda vital membaik (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan kayakinan tentang
nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengutangi
rasa nyeri (tarik nafas dalam jika terasa nyeri )
2. Kontrol rungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
rungan, pencahayaan, kebisingan )
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Pemberian analgesik jika diperlukan saat nyeri tidak
reda
Intra Operasi
Terapeutik :
1. Pertahankan bedrest selama perdarahan
2. Batasi tindakan infasif jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
5. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja jika perlu
Post Operasi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x30 Obervasi :
dengan agen pencedera fisik menit nyeri akut menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(prosedur operasi ) ditandai Kriteria Hasil : kualitas, intensitas nyeri.
dengan pasien mengeluh nyeri, 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
tampak meringis kesakitan, 2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
bersikap protektif pada daerah 3. Sikap protektif menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
nyeri, tanda- tanda vital 4. Frekuensi nadi membaik (5) memperingan nyeri
meningkat 5. Tanda –tanda vital membaik (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan kayakinan tentang
nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengutangi
rasa nyeri (tarik nafas dalam jika terasa nyeri )
2. Kontrol rungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
rungan, pencahayaan, kebisingan )
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Pemberian analgesik jika diperlukan saat nyeri tidak
reda
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran, EGC.
Lap/ UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Airlangga.