Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI (ANEMIA)

OLEH :
LUH DE NOVITARIANI
203213205

PROGRAM STUDI PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah
suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencerminkan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah
oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya
jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan
merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari (Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002).
2. Etiologi
Penelitian Mairita, Arifin, & Fadilah (2018) menjelaskan bahwa penyebab anemia
dapat dibagi menjadi dua jenis. Penyebab yang pertama menjelaskan bahwa penyebab
utama anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah atau terjadinya
gangguan dalam pembentukan sel darah merah dalam tubuh. Berkurangnya sel darah
merah secara signifikan dapat disebabkan oleh terjadinya perdarahan atau hancurnya sel
darah merah yang berlebihan. Dua kondisi yang dapat memengaruhi pembentukan
hemoglobin dalam darah, yaitu efek keganasan yang tersebar seperti kanker, radiasi,
obat-obatan dan zat toksik, serta penyakit menahun yang melibatkan gangguan pada
ginjal dan hati, infeksi, dan defisiensi hormon endokrin.
Penelitian Simamora, Kartasurya, & Pradigdo (2018) menyatakan bahwa terdapat
tiga faktor yang melatarbelakangi kejadian anemia, yang pertama adalah penyebab
langsung. Penyebab langsung dari anemia adalah kurangnya kadar zat besi dalam darah
dan kondisi tubuh yang terinfeksi penyakit. Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan
karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi. Kecacingan dan malaria
merupakan penyakit infeksi yang dapat meningkatkan risiko anemia pada seseorang.
Penyebab kedua adalah penyebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga,
tingginya aktivitas, dan kurang tepatnya pola distribusi makanan dalam keluarga.
Penyebab ketiga yaitu penyebab mendasar. Penyebab mendasar terdiri dari rendahnya
pendidikan, pendapatan yang rendah, rendahnya status sosial dan sulitnya lokasi
geografis tempat tinggal.
Penelitian Simamora, Kartasurya, & Pradigdo (2018) menambahkan bahwa
tingkat pendidikan merupakan salah satu sebab mendasar yang dapat mengakibatkan
kejadian anemia. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan memengaruhi tingkat
pengetahuan terhadap asupan gizi yang harus dipenuhi dalam setiap harinya. Pemahaman
yang baik terhadap asupan gizi yang cukup akan berdampak pada pola makan yang baik
sehingga dapat mencegah kejadian anemia di masyarakat, khususnya pada remaja putri
sebagai kelompok rawan anemia.
3. Patofisiologi
Pada anemia akibat produksi yang berkurang atau gagal , tubuh memproduksi sel
darah yang terlalu sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan
baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal.
Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan
sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta
gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk
proses eritropoesis.
Anemia akibat penghancuran sel darah merah. Bila sel darah merah yang beredar
terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah
akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia
hemolitik yang diketahui atara lain Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia,
Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapajenis makanan,
Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis, Autoimun, Pemasangan graft, pemasangan
katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan
thrombosis.
Anemia akibat kehilangan darah dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat
ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis,
atau kanker saluran pencernaan ), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus
atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

1. Patway Anemia

Pendarahan masif Eritrosit prematur Defisiensi besi, Depresi sumsum


B12, asam folat tulang kongenital
atau akibat obat-
Kehilangan banyak obatan
Umur erirosit
darah Kekurangan bahan
pendek akibat
baku pembuat sel
penghancuran sel
darah merah Pembentukan sel
Tranfusi darah darah merah
hemopoetik terhenti
atau berkurang

Hb menurun (<10 g/dL),


Ansietas
trombosit/trombositopenia, pansitopenia Resiko Infeksi

Gastrointestinal Kardiovaskuler

Gangguan absorbsi Pengurangan aliran darah dan


nutrient yang komponennya ke organ tubuh yang
diperlukan untuk kurang vital (anggota gerak), penambahan
pembentukan sel aliran darah ke otak dan jantung
darah merah

Pengiriman oksigen Lelah, Frekuensi Pengiriman oksigen dan nutrient


dan nutrient ke sel jantung meningkat sel berkurang
berkurang >20% dari kondisi
istirahat
Takikardi, TD menurun, pengisian
kapiler lambat, ekstremitas dingin,
Penurunan BB,
palpitasi
kelemahan
Intoleransi
Aktivitas
Defisit Nutrisi
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
4. Klasifikasi
Klasifikasi anemia juga dapat terbagi lagi berdasarkan karakteristik bentuk sel
darah merah yang diproduksi, yang meliputi Makrositik (sel darah merah besar),
contohnya anemia megaloblastik, anemia defisiensi B12 dan folat, anemia karena
penyakit hati, dan anemia karena hipotiroidisme. Mikrositik (sel darah merah terlalu
kecil), contohnya anemia sideroblastik, anemia defisiensi besi, dan thalasemia.
Normositik (sel darah merah berukuran normal), contohnya anemia karena perdarahan
(anemia hemoragik), anemia karena penyakit kronis atau infeksi, anemia
hemolitik autoimun, anemia aplastik. Ada pula yang membagi jenis anemia mengikuti
penyebab mendasarnya, yaitu anemia karena ganguan pembentukan eritrosit di sumsum
tulang, anemia karena perdarahan (kehilangan banyak darah dari dalam tubuh), dan
anemia yang disebabkan oleh proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya.

5. Gejala klinis
Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu: 1. Gejala
umum pada anemia Gejala umum anemia disebut sindrom anemia. Gejala umum anemia
merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ
yang terkena: a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas,
saat beraktivitas, gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang, kelemahan
otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada akstermitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tipis
dan halus
2. Gejala khas masing-masing anemia Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis
anemia adalah:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
c. Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
d. Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.
6. Komplikasi
Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat
lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin
lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau
ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa
lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam
darah. Hal ini menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.
d. Kematian¸ beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah
dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat
dilakukan pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu,
agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat –
obatan dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang
dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post
partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi, dan
penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai
terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai
lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi
sklera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra,
dan refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang
keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi,
lidah kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening,
tiroid membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau
irama nafas tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus,
dan bias dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam
skrotum dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia
mayora.
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang.
h. Pemeriksaan penunjang
1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar

Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia, diet


yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan
jika ada.
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif,


dan bahasa.
1) Data psikologis
a) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
b) Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
c) Prosedur medis yang akan dilakukan
d) Adanya sistem dukungan
e) Kemampuan koping
f) Agama, kepercayaan, adat
g) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa yang dapat muncul pada anemia

a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan


konsentrasi hemoglobin ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik,
nadi perifer menurun, akral teraba dingin, warna kulit pucat dan tugor
kulit menurun.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan berat badan menurun miniml 10 % di bawah rentang ideal.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder (penurunan hemoglobin)
e. Ansietas berhubungan dengan kelemahan kurang terpapar informasi
ditandai dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat kondisi
yang dihadapi, tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi Setelah diberikan SIKI: Perawatan Sirkulasi SIKI: Perawatan Sirkulasi
perifer tindakan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Mengetahui keadaan
tidak
keperawatan selama … (mis. nadi perifer, edema, umum pasien.
efektif
x 24 jam diharapkan pengisian kapiler, warna, 2. Gangguan perfusi
perfusi perifer efektif suhu) perifer dapat
dengan kriteria hasil: 2. Monitor panas, menyebabkan panas,
SLKI: Perfusi Perifer kemerahan, nyeri atau kemerahan, nyeri
1. Denyut nadi bengkak pada ekstremitas atau bengkak pada
prifer dalam 3. Lakukan hidrasi ekstremitas.
rentang normal 4. Ajarkan program diet 3. Perubahan status
2. Warna kulit tidak untuk memperbaiki hidrasi
pucat sirkulasi (mis. Rendah menggambarkan
3. Pengisian kapiler lemak jenuh, minyak ikan berat dan ringannya
normal < 2 detik omega 3 kekurangan cairan
4. Akral teraba 5. Informasikan tanda dan 4. Diet yang seimbang
hangat gejala darurat yang harus dapat memperbaiki
dilaporkan (mis. Rasa
5. Tugor kulit sirkulasi
sakit yang tidak hilang
normal <3 detik saat istirahat, hilangnya 5. Memberikan
rasa) pengetahuan tentang
pasien dan keluarga

2 Defisit Setelah diberikan SIKI: Manajemen Nutrisi SIKI: Manajemen Nutrisi


nutrisi tindakan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
keperawatan selama … 2. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien
x 24 jam diharapkan kalori dan nutrient 2. Mengetahi penyebab
pasien tidak mengalami 3. Fasilitasi menentukan pemasukan yang
defisit nutrsi dengan pedoman diet kurang sehingga
kriteria hasil: (mis.piramida makanan) dapat menentukan
SLKI: Status Nutrisi 4. Berikan makanan tinggi intervensi yang
1. Pasien mampu serat untuk mencegah sesuai dan efektif
menghabiska 1 konstifasi 3. Mempasilitasi pasien
porsi makanan 5. Ajarkan diet yang untuk pedoman diet
yang disediakan diprogramkan dapat membantu
2. Tidak 6. Kolaborasi dengan ahli pasien lebih mudah
mengalami gizi untuk menentukan memilh makanan
penurunan berat jumlah kalori dan jenis yang di pedomkan
badan makanan nutrient yang 4. Makanan yang
3. Indek masa dibutuhkan. mengandung tinggi
tubuh (IMT) serat dapat
dalam rentang melancarkan BAB
normal 5. Memberikan arahan
tentang diet dapat
membantu pasien
lebih tepat dalam
memilih makanan
yang di konsumsi
6. Membantu dalam
proses penyembuhan
3 Intoleransi Setelah diberikan SIKI: Manajemen Energi SIKI: Manajemen Energi
aktivitas tindakan asuhan 1. Monitor kelelahan fisik 1. Mengidentifikasi
keperawatan selama … dan emosional kekuatan/kelemahan
x 24 jam diharapkan 2. Lakukan latihan gerak dapat memberikan
pasien tidak mengalami pasif dan aktif informasi mengenai
intoleransi aktivitas 3. Fasilitasi duduk di sisi pemulihan
dengan kriteria hasil: tempat tidur jika tidak 2. Mencegah kekakuan
SLKI: Intoleransi dapat berpindah atau sendi, kntraktur,
Aktivitas berjalan kelelahan otot,
1. Frekuensi nadi 4. Anjurkan tirah baring meningkatkan
dalam rentang 5. Anjurkan melakukan kembalinya aktivitas
normal (60- aktivitas secara bertahap secara dini
100x/mnt) 6. Kolaborasi dengan ahli 3. Mengoftimalkan
2. Tidak mengeluh gizi tentang cara energy yang belum
lelah meningkatkan asupan diginakan
3. Tidak makanan 4. Meningkatkan
mengalami kenyamanan istirahat
dipsnea saat serta dukungan
aktivitas fisiologis dan
4. Tidak fisikologis
mengalami 5. Meminimalkan atrofi
dipsnea setelah otot meningkatkan
aktivitas sirkulasi dan
mencegah terjadinya
kontraktur.
6. Mempercepat proses
penyembuhan
4 Resiko Setelah diberikan SIKI: Pencegahan Infeksi SIKI: Pencegahan Infeksi
infeksi tindakan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui
keperawatan selama … infeksi lokal dan sistemik tindakan yang di
x 24 jam diharapkan 2. Cuci tangan sebelum dan berikan
pasien tidak mengalami sesudah kontak dengan 2. Meminimalkan
resiko infeksi dengan pasien dan lingkungan resioko infeksi
kriteria hasil: pasien 3. Dapat menambah
SLKI: Tingkat Infeksi 3. Jelaskan tanda dan gejala pengetahuan pasien
1. Pasien tidak infeksi mengenai infeksi
mengalami 4. Anjurkan meningkatkan 4. Asupan nutrisi yang
demam dan asupan nutrisi baik dapat
kemerahan 5. Anjurkan meningkatkan meningkatkan
2. Kadar sel darah asupan cairan sistem imun
putih dalam sehingga
rentang normal meminimalkan
terjadinya infeksi
5. Asupan cairan dapat
menetralisisr infeksi

5 Ansietas Setelah diberikan SIKI: Reduksi Ansietas SIKI: Reduksi Ansietas


tindakan asuhan 1. Monitor tanda-tanda 1. Mengetahui tanda-
keperawatan selama … ansietas (verbal dan tanda ansietas pada
x 24 jam diharapkan nonverbal) pasien
pasien tidak mengalami 2. Ciptakan suasana 2. Dapat
ansietas dengan kriteria terapeutik untuk menumbuhkan
hasil: menumbuhkan kepercayaan pasien
SLKI: Tingkat kepercayaan dengan perawat
Ansietas 3. Dengarkan dengan penuh 3. Dapat mengetahui
1. Pasien tidak perhatian keluhan dari pasien
kebingungan 4. Informasikan secara 4. Memberikan
2. Pasien tidak factual mengenai informasi secara
khawatir akibat diagnosis, pengobatan dan factual mengenai
kondisi yang prognosis penyakit pasien
dihadapi 5. Kolaborasi pemberian obat dapat memberikan
3. Tidak ansietas jika perlu gambaran kepada
menunjukan pasien mengenai
perilaku tegang penyakitnya
4. Pola tidur sehingga pasien
normal tidak merasa cemas
5. Meringankan gejala
yang dirasakan
pasien
4. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan yang telah
ditentukan). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya
fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap
pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)

5. Evaluasi
Evaluasi dapat di bedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dievaluasi selesai melakukan tindakan, dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan
terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan lanjutan
terhadap masalah nyeri yang di alami oleh pasien.
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespon rangsangan nyeri. Diantaranya:
a. Hilang perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri
c. Adanya respon fisiologis yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai