Oleh :
Kelompok 4
2022/2023
ii
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan
Komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
i
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.....................................................................................................................3
B. Konsep..........................................................................................................................3
C. Penentuan titik bekam..................................................................................................6
D. Teknik wet cup dry/ terapi bekam basah......................................................................7
E. Indikasi terapi bekam ...................................................................................................8
F. Kontraindikasi terapi bekam.........................................................................................8
G. Evaluasi terapi bekam .................................................................................................9
BAB III PENUTUP
ii
Bab I
Pendahuluan
1
diharapkan pelayanan tradisional bekam tetap dapat dilakukan di Griya Sehat dengan
menjadikan faktor keamanan sebagai fokus utama dalam pelayanan. Hal ini tentunya
dapat didukung dengan adanya pembinaan secara menyeluruh mengenai keamanan
pelayanan kesehatan tradisional bekam terhadap para praktisi bekam. (Risniati et al.,
2020)
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang Wet Dry Cup secara detail seperti Definisi, Titik Bekam,
Indikasi, Kontraindikasi, dan lain-lain.
2
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian
Terapi bekam kering adalah suatu metode pengobatan dengan cup yaitu alat untuk
membekam yang menghisap kulit dan jaringan dibawah kulit sehingga menyebabkan
komponen darah mengumpul di bawah kulit tanpa pengeluaran darah. (Ramananda,
2014). Bekam kering menurut Nashr (2005, dalam Gede, A. 2014) merupakan upaya
menghisap permukaan kulit tanpa mengeluarkan darah dengan tujuan untuk
menimbulkan efek relaksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Pada teknik bekam ini
pembuluh darah perifer akan berdilatasi dan menimbulkan bekas seperti memar
sementara.
Bekam kering dapat dilakukan dengan teknik meluncur dan teknik tarik.
Penggunaan teknik meluncur merupakan pengganti kerokan. Tindakan ini dilakukan
untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran
darah. Sedangkan tekhnik tarik biasa digunakan untuk menghilangkan nyeri atau
penat di bagian dahi, kening dan bagian yang pegal. (Agustin et al., 2019).
Menurut El Sayed et al(2013), dengan membersihkan darah dan celah interstisial
dari subtansi berbahaya dan beracun bekam basah (wet cupping) terbukti secara medis
memiliki nilai yang menguntungkan dalam terapi berbagai penyakit yang memiliki
etiologi dan patogenesis yang berbeda-beda, diantaranya rheumatoid arthritis,
migrain, fibromialgia, selulitis, sindroma carpal turner , dan hipertensi.
Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang dibuat
untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan
pada kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit. Dengan membuat tekanan hingga
kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah kulit dan keluar dari
kulit yang dilukai. Bersamaan dengan keluarnya cairan tersebut, sel-sel darah yang
sudah rusak dan zat-zat yang dianggap beracun akan keluar bersama cairan. Proses ini
diperkirakan mirip dengan cara kerja pembuluh darah dalam capsula bowman ginjal
(Risniati et al., 2019).
B. Konsep
Terapi bekam terbagi menjadi dua jenis, yakni bekam basah dan bekam
kering. Bekam kering mencakup bekam luncur, bekam api, dan bekam tarik.
Yang membedakan antara bekam basah dan bekam kering, adalah ada tidaknya
darah yang dikeluarkan. Teknik bekam luncur dilakukan dengan meng-kop
3
bagian tubuh tertentu, lalu meluncurkan kop tersebut ke bagian tubuh yang lain.
Sedangkan bekam tarik dilakukan dengan cara meng-kop beberapa detik
kemudian kop ditarik dan ditempelkan kembali pada kulit. Pada proses terapi
pembekaman, terjadi bendungan lokal, di mana stimulasi titik meridian,
menyebabkan hipoksia dan radang, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi
dan fungsi sel dengan cepat. Lima belas hari setelah terapi bekam, terjadi
peningkatan elastisitas spektrin yang dapat menstimulasi kerja sistem
kekebalan tubuh: sel pembunuh alami (Natural Killer cells), sehingga daya
tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan maupun perlawanan terhadap
penyakit. Meridian atau potent points merupakan suatu sistem saluran yang
membujur dan melintang di seluruh tubuh yang secara kedokteran tidak terlihat
nyata tetapi dapat dibuktikan keberadaannya dengan radioaktif teknesium
perteknetat, yang menghubungkan permukaan tubuh dengan organ dalam
tubuh, organ satu dengan organ lainnya, organ dengan jaringan penunjang-
jaringan penunjang lainnya, sehingga membentuk suatu kesatuan yang bereaksi
bersama apabila ada rangsangan dari kulit. Adapun penelitian yang dilakukan
Hana pada tahun 2008, menyatakan bahwa prinsip bekam sama dengan prinsip
akupunktur dan akupresur. Pada bekam basah terjadi pengeluaran darah,
sedangkan pada akupunktur dan akupresur menggunakan penekanan dan
stimulasi pada titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ada
beberapa teori yang menjelaskan mekanisme bekam, di antaranya teori Taibah
dan teori Traditional Chinese Medicine (TCM). Menurut teori Taibah, terapi
bekam merupakan sebuah tindakan bedah minor, di mana tekanan negatif
(kekuatan isap) yang dilakukan di permukaan kulit menggunakan cup
mengakibatkan kulit terisap ke dalam cup. Karena tekanan negatif ini membuat
laju filtrasi kapiler menuju daerah cupping meningkat dan menurunkan absorbsi
di kapiler vena yang meninggalkan daerah cupping.
1. Langkah Pertama dari Bekam: Tekanan Negatif Membuat Peningkatan Filtrasi
Pada Ujung Kapiler Arteriol dan Menurunkan Absorbsi di Kapiler Vena Setelah
Area Cupping. Cairan dan Zat-zat Berbahaya Mulai Menumpuk di Daerah
Cupping.
2. Akhir Langkah Pertama dari Bekam Terkumpul oleh Peningkatan Filtrasi:
Semakin Banyak Cairan dan Zat-zat Berbahaya yang Penurunan Absorbsi yang
Menghasilkan Peningkatan Pembersihan Plasma Darah dan Cairan Interstisial
4
3. Langkah Kedua Bekam: Penusukan Pada Area Cupping Membuat Cairan yang
Terkumpul Mulai Keluar Bersama Plasma Darah, Cidera Penusukan Pada Kapiler
Menyebabkan Peningkatan Pembersihan Zat-zat Penyebab Penyakit dari Plasma
Darah
4. Langkah Ketiga Bekam (Cupping Kedua): Pada Cupping Kedua, Tekanan
Negatif Akan Mengakibatkan Cairan (Bersama Zat-zat Berbahaya) Keluar
Seluruhnya. Perbedaan Gradien Tekanan Karena Tekanan Negatif yang Kedua Ini
Mengakibatkan Peningkatan Filtrasi di Kedua Ujung Kapiler (Arteriol dan
Venula).
5. Pemulihan Jaringan Secara Fisiologis: Setelah Zat-zat Berbahaya Dikeluarkan
Bersamaan dengan Cairan yang Terkumpul, Pemulihan Jaringan Akan Terjadi
Secara Fisiologis. Cairan Interstisial yang Baru Akan Terbentuk dari Filtrasi di
Ujung Kapiler Arteriol. Cairan Interstisial yang Sebelumnya Banyak
Mengandung Zat- zat Berbahaya, Kini Lebih Bersih Setelah Terjadi Ekskresi Zat-
zat Tersebut Melalui Terapi Bekam
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori taibah merupakan
teori bekam basah. Bekam basah mencakup 3 kegiatan, yaitu bekam kering, tindakan
dengan perlukaan pada tempat yang di cupping dan pengeluaran darah dari tempat
yang dilukai dengan melakukan cupping yang kedua dengan gelas yang sama
dengan yang digunakan ketika melakukan bekam kering. Jadi, bekam basah sudah
mencakup bekam kering dalam kegiatannya, sehingga diharapkan kondisi- kondisi
yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga terjadi ketika melakukan bekam
basah. (Risniati et al., 2020).
5
(seperti persendian) ke bagian-bagian yang kurang penting (seperti permukaan
kulit).
6
D. Teknik Wet Cup Dry/Terapi Bekam Basah
Prosedur Terapi Bekam Basah
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan Pasien
a) Klien diberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b) Memeriksa tanda-tanda vital klien
2) Persiapan Lingkungan
a) Menjaga privasi klien
b) Mengatur posisi klien dalam posisi terlentang atau duduk
3) Persiapan Alat dan Bahan
a) Gelas bekam empat buah
b) Vacuum pump
c) Jarum
d) Kertas tissue secukupnya
e) Minyak zaitun
f) Tempat sampah
4) Persiapan Petugas
a) Masker
b) Handscone 1 pasang
b. Tahap Kerja
1) Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2) Petugas menentukan titik utama untuk bekam basah
3) Lakukan penusukan dengan jarum
7
4) Area yang akan dipilih kemudian ditutup dengan gelas bekam kemudian dipompa 3
kali tarikan sampai darah keluar dari tempat penusukan
5) Tunggu hingga durasi pembekaman selesai kemudian lepas gelas bekam
6) Bersihkan kulit yang dibekam dengan tissue
7) Rapikan pasien dan alat
8
a. Pasien jangan mengkonsumsi alkohol dan merokok sebelum melakukan terapi
bekam b. Jangan membekam langsung pada lutut bagi pasien yang mengalami
kebocoran cairan lutut
c. Bagi anak-anak dan usia lanjut bekam dilakukan dengan isapan yang ringan
d. Jangan melakukan pembekaman ketika suhu badan sedang tinggi
e. Jangan melakukan pembekaman pada pasien yang ketakutan kecuali pasien sudah
tenang.
9
beberapa sumber penelitian yang telah didapatkan umumnya dengan terapi bekam
mendapatkan hasil yang baik. Karena mekanisme bekam meyakini bahwa darah yang
dikeluarkan merupakan darah yang mengandung banyak toksin yang tidak diperlukan
atau mengganggu kesehatan.
Pola napas
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bekam basah adalah suatu tindakan mengeluarkan darah dalam tubuh melalui
tusukan jarum dan penyedotan menggunakan alat bekam untuk mengeluarkan zat-zat
yang dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan pada kulit superfisial,
dengan membuat tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul
di bawah kulit dan keluar dari kulit yang dilukai.
Bekam kering menurut Nashr (2005, dalam Gede, A. 2014) merupakan upaya
menghisap permukaan kulit tanpa mengeluarkan darah dengan tujuan untuk
menimbulkan efek relaksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Pada teknik bekam ini
pembuluh darah perifer akan berdilatasi dan menimbulkan bekas seperti memar
sementara.
Teori taibah merupakan teori bekam basah dimana bekam basah mencakup 3
kegiatan, yaitu bekam kering, tindakan dengan perlukaan pada tempat yang di
cupping dan pengeluaran darah dari tempat yang dilukai dengan melakukan cupping
yang kedua dengan gelas yang sama dengan yang digunakan ketika melakukan bekam
kering. Jadi, bekam basah sudah mencakup bekam kering dalam kegiatannya,
sehingga diharapkan kondisikondisi yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga
terjadi ketika melakukan bekam basah. Penentuan titik bekam merupakan hal yang
pokok dalam terapi bekam. Menurut Asosiasi Bekam Indonesia (2012), menjelaskan
bahwa dibawah kulit, otot maupun fascia terdapat satu poin atau titik yang
mempunyai sifat istimewa. Poinpoin atau titik tersebut saling berhubungan membujur
dan melintang serta membentuk jarring-jaring atau jala. Jala ini disebut titik meridian
(Wadda, 2012).
11
Daftar Pustaka
Agustin, S., Putra, F., & Atma, P. B. (2019). Pengaruh terapi bekam kering terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Wara Kecamatan Kusun
Hulu Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 11(1),
92–100.
Murwani, A., Hidayah, S. N., Kusumasari, V., & Hikmawati, A. N. (2022). Analisis Terapi
Bekam Sebagai Intervensi Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Keluarga Dengan
Tahap Perkembangan Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11, 147–152.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.721
Ramananda, G. (2014). Pengaruh Terapi Terapi Bekam Kering Terhadap Intensitas Nyeri
Pasien Dengan Low Back Pain. COPING NERS (Community of Publishing in …, 1.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/10772
Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W., Nurhayati, N., & Siswoyo, H. (2020). Pelayanan
Kesehatan Tradisional Bekam: Kajian Mekanisme, Keamanan dan Manfaat. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 212–225.
https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i3.2658
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Riyadi, S. & Harmoko, H. (2014). Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik
Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
12