Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

DRY CUP AND WET CUP THERAPY

Oleh :

Kelompok 4

- Ni Kadek Devi Ariyanti (203213218)


- Luh De Novitariani (203213205)
- Ni Made Ariska (203213209)
- Ni Made Ratniawati (203213207)
- Komang Ira Yunita Apsari (203213224)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan
Komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om                                                 

i
i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.....................................................................................................................3
B. Konsep..........................................................................................................................3
C. Penentuan titik bekam..................................................................................................6
D. Teknik wet cup dry/ terapi bekam basah......................................................................7
E. Indikasi terapi bekam ...................................................................................................8
F. Kontraindikasi terapi bekam.........................................................................................8
G. Evaluasi terapi bekam .................................................................................................9
BAB III PENUTUP

BAB III PENUTUP


Kesimpulan............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Bekam merupakan salah satu pelayanan kesehatan tradisional yang sedang
berkembang di masyarakat Indonesia. Pelayanan kesehatan tradisional ini merupakan
salah satu perawatan kesehatan tertua di dunia: berusia ribuan tahun dan telah
dipraktikkan oleh berbagai macam peradaban besar kuno di dunia, termasuk Mesir,
Persia, Babilonia, Cina, India, Yunani dan Romawi. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika bekam diminati oleh semua kalanganMenurut Umar (2010 dalam
Gede, A 2014) terapi bekam merupakan pengobatan alternatif yang berasal dari timur
tengah dan telah dipraktikan ribuan tahun ke daratan Cina. Terapi bekam ini
sebenarnya bukan hal baru lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Terapi bekam
kering seperti yang disebutkan diatas adalah suatu metode pengobatan dengan cup
yaitu alat untuk membekam yang menghisap kulit dan jaringan dibawah kulit
sehingga menyebabkan komponen darah mengumpul di bawah kulit tanpa
pengeluaran darah. Terapi bekam mengakibatkan terjadinya dilatasi kapiler dan
arteriol pada daerah yang di bekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang
jauh dari tempat pembekaman . Akibatnya, terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh
darah sehingga timbul efek relaksasi otot–otot yang kaki/spasme. Terapi bekam
merupakan salah satu terapi kesehatan tertua di dunia. Hal ini dibuktikan, bekam
sudah ada di dalam catatan kedokteran tertua Papyrus Ebers, yang ditulis 1550 SM
pada era Mesir kuno. Terapi bekam sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni bekam
basah dan bekam kering. Yang membedakan antara bekam basah dan bekam kering
adalah keberadaan darah yang dikeluarkan. Kajian (review) ini bertujuan untuk
mengetahui mekanisme, keamanan, dan juga manfaat bekam. Dari beberapa artikel
penelitian yang telah didapatkan, umumnya dengan pemanfaatan bekam mendapatkan
hasil yang baik. Sementara jumlah penelitian pemanfaatan bekam masih sedikit,
sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan bukti yang lebih
baik dan meyakinkan. Di Indonesia, pelayanan kesehatan tradisional bekam diatur
dalam PMK 61 tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris. Secara
regulasi pelayanan tradisional bekam tidak direkomendasikan karena termasuk ke
dalam tindakan dengan perlukaan. Padahal, kenyataannya pelayanan tradisional
bekam ini ada dan diminati oleh masyarakat. Melihat khasiat dan antusias masyarakat,

1
diharapkan pelayanan tradisional bekam tetap dapat dilakukan di Griya Sehat dengan
menjadikan faktor keamanan sebagai fokus utama dalam pelayanan. Hal ini tentunya
dapat didukung dengan adanya pembinaan secara menyeluruh mengenai keamanan
pelayanan kesehatan tradisional bekam terhadap para praktisi bekam. (Risniati et al.,
2020)
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Terapi Bekam?

b. Bagaimana Konsep Terapi Bekam?

c. Dimana Penentuan Titik Bekam?

d. Bagaimana Teknik Wet Cup Dry?

e. Apa saja Indikasi Terapi Bekam?

f. Apa saja Kontraindikasi Terapi Bekam?

g. Bagaimana Evaluasi Terapi Bekam?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang Wet Dry Cup secara detail seperti Definisi, Titik Bekam,
Indikasi, Kontraindikasi, dan lain-lain.

2
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian
Terapi bekam kering adalah suatu metode pengobatan dengan cup yaitu alat untuk
membekam yang menghisap kulit dan jaringan dibawah kulit sehingga menyebabkan
komponen darah mengumpul di bawah kulit tanpa pengeluaran darah. (Ramananda,
2014). Bekam kering menurut Nashr (2005, dalam Gede, A. 2014) merupakan upaya
menghisap permukaan kulit tanpa mengeluarkan darah dengan tujuan untuk
menimbulkan efek relaksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Pada teknik bekam ini
pembuluh darah perifer akan berdilatasi dan menimbulkan bekas seperti memar
sementara.
Bekam kering dapat dilakukan dengan teknik meluncur dan teknik tarik.
Penggunaan teknik meluncur merupakan pengganti kerokan. Tindakan ini dilakukan
untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran
darah. Sedangkan tekhnik tarik biasa digunakan untuk menghilangkan nyeri atau
penat di bagian dahi, kening dan bagian yang pegal. (Agustin et al., 2019).
Menurut El Sayed et al(2013), dengan membersihkan darah dan celah interstisial
dari subtansi berbahaya dan beracun bekam basah (wet cupping) terbukti secara medis
memiliki nilai yang menguntungkan dalam terapi berbagai penyakit yang memiliki
etiologi dan patogenesis yang berbeda-beda, diantaranya rheumatoid arthritis,
migrain, fibromialgia, selulitis, sindroma carpal turner , dan hipertensi.
Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang dibuat
untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan
pada kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit. Dengan membuat tekanan hingga
kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah kulit dan keluar dari
kulit yang dilukai. Bersamaan dengan keluarnya cairan tersebut, sel-sel darah yang
sudah rusak dan zat-zat yang dianggap beracun akan keluar bersama cairan. Proses ini
diperkirakan mirip dengan cara kerja pembuluh darah dalam capsula bowman ginjal
(Risniati et al., 2019).
B. Konsep
Terapi bekam terbagi menjadi dua jenis, yakni bekam basah dan bekam
kering. Bekam kering mencakup bekam luncur, bekam api, dan bekam tarik.
Yang membedakan antara bekam basah dan bekam kering, adalah ada tidaknya
darah yang dikeluarkan. Teknik bekam luncur dilakukan dengan meng-kop
3
bagian tubuh tertentu, lalu meluncurkan kop tersebut ke bagian tubuh yang lain.
Sedangkan bekam tarik dilakukan dengan cara meng-kop beberapa detik
kemudian kop ditarik dan ditempelkan kembali pada kulit. Pada proses terapi
pembekaman, terjadi bendungan lokal, di mana stimulasi titik meridian,
menyebabkan hipoksia dan radang, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi
dan fungsi sel dengan cepat. Lima belas hari setelah terapi bekam, terjadi
peningkatan elastisitas spektrin yang dapat menstimulasi kerja sistem
kekebalan tubuh: sel pembunuh alami (Natural Killer cells), sehingga daya
tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan maupun perlawanan terhadap
penyakit. Meridian atau potent points merupakan suatu sistem saluran yang
membujur dan melintang di seluruh tubuh yang secara kedokteran tidak terlihat
nyata tetapi dapat dibuktikan keberadaannya dengan radioaktif teknesium
perteknetat, yang menghubungkan permukaan tubuh dengan organ dalam
tubuh, organ satu dengan organ lainnya, organ dengan jaringan penunjang-
jaringan penunjang lainnya, sehingga membentuk suatu kesatuan yang bereaksi
bersama apabila ada rangsangan dari kulit. Adapun penelitian yang dilakukan
Hana pada tahun 2008, menyatakan bahwa prinsip bekam sama dengan prinsip
akupunktur dan akupresur. Pada bekam basah terjadi pengeluaran darah,
sedangkan pada akupunktur dan akupresur menggunakan penekanan dan
stimulasi pada titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ada
beberapa teori yang menjelaskan mekanisme bekam, di antaranya teori Taibah
dan teori Traditional Chinese Medicine (TCM). Menurut teori Taibah, terapi
bekam merupakan sebuah tindakan bedah minor, di mana tekanan negatif
(kekuatan isap) yang dilakukan di permukaan kulit menggunakan cup
mengakibatkan kulit terisap ke dalam cup. Karena tekanan negatif ini membuat
laju filtrasi kapiler menuju daerah cupping meningkat dan menurunkan absorbsi
di kapiler vena yang meninggalkan daerah cupping.
1. Langkah Pertama dari Bekam: Tekanan Negatif Membuat Peningkatan Filtrasi
Pada Ujung Kapiler Arteriol dan Menurunkan Absorbsi di Kapiler Vena Setelah
Area Cupping. Cairan dan Zat-zat Berbahaya Mulai Menumpuk di Daerah
Cupping.
2. Akhir Langkah Pertama dari Bekam Terkumpul oleh Peningkatan Filtrasi:
Semakin Banyak Cairan dan Zat-zat Berbahaya yang Penurunan Absorbsi yang
Menghasilkan Peningkatan Pembersihan Plasma Darah dan Cairan Interstisial

4
3. Langkah Kedua Bekam: Penusukan Pada Area Cupping Membuat Cairan yang
Terkumpul Mulai Keluar Bersama Plasma Darah, Cidera Penusukan Pada Kapiler
Menyebabkan Peningkatan Pembersihan Zat-zat Penyebab Penyakit dari Plasma
Darah
4. Langkah Ketiga Bekam (Cupping Kedua): Pada Cupping Kedua, Tekanan
Negatif Akan Mengakibatkan Cairan (Bersama Zat-zat Berbahaya) Keluar
Seluruhnya. Perbedaan Gradien Tekanan Karena Tekanan Negatif yang Kedua Ini
Mengakibatkan Peningkatan Filtrasi di Kedua Ujung Kapiler (Arteriol dan
Venula).
5. Pemulihan Jaringan Secara Fisiologis: Setelah Zat-zat Berbahaya Dikeluarkan
Bersamaan dengan Cairan yang Terkumpul, Pemulihan Jaringan Akan Terjadi
Secara Fisiologis. Cairan Interstisial yang Baru Akan Terbentuk dari Filtrasi di
Ujung Kapiler Arteriol. Cairan Interstisial yang Sebelumnya Banyak
Mengandung Zat- zat Berbahaya, Kini Lebih Bersih Setelah Terjadi Ekskresi Zat-
zat Tersebut Melalui Terapi Bekam
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori taibah merupakan
teori bekam basah. Bekam basah mencakup 3 kegiatan, yaitu bekam kering, tindakan
dengan perlukaan pada tempat yang di cupping dan pengeluaran darah dari tempat
yang dilukai dengan melakukan cupping yang kedua dengan gelas yang sama
dengan yang digunakan ketika melakukan bekam kering. Jadi, bekam basah sudah
mencakup bekam kering dalam kegiatannya, sehingga diharapkan kondisi- kondisi
yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga terjadi ketika melakukan bekam
basah. (Risniati et al., 2020).

Sedangkan melakukan bekam kering yaitu gelas dibiarkan menempel berada


pada tubuh selama 3-5 menit, setelah itu dicabut. Manfaat dari tahap ini yaitu untuk
memindahkan sebagai unsure kotor pada bagian-bagian penting didalam tubuh

5
(seperti persendian) ke bagian-bagian yang kurang penting (seperti permukaan
kulit).

C. Penentuan Titik Bekam


Penentuan titik bekam merupakan hal yang pokok dalam terapi bekam.
Menurut Asosiasi Bekam Indonesia (2012), menjelaskan bahwa dibawah kulit,
otot maupun fascia terdapat satu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa.
Poinpoin atau titik tersebut saling berhubungan membujur dan melintang serta
membentuk jarring-jaring atau jala. Jala ini disebut titik meridian (Wadda,
2012), menjelaskan bahwa titik meridian adalah bagian tertentu dari tubuh yang
sangat sensitive. Titik ini mengandung kumpulan syaraf, motor neuron dan
pembuluh darah mikrovaskuler. Titik ini juga disebut Trigger Points atau Motor
Point karena terletak pada perlekatan otot syaraf (neuromuskuler attachements).
Otot-otot dengan titik ini mempunyai keistimewaan karena mengandung
banyak mitokondria, banyak pembuluh darah, warnanya lebih merah,
mengandung banyak mioglobin dan sebagian besar menggunakan metabolisme
oksidatif sehingga tahan dari kelelahan. Jaringan sekitar titik juga sangat
istimewa karena banyak mengandung mast cell dan kelenjar limfe, kapiler dan
venula halus yang merupakan sel untuk pertahanan tubuh. Dengan demikian
titik-titik ini sangat sensitive dengan rangsangan bekam.

6
D. Teknik Wet Cup Dry/Terapi Bekam Basah
Prosedur Terapi Bekam Basah
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan Pasien
a) Klien diberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b) Memeriksa tanda-tanda vital klien
2) Persiapan Lingkungan
a) Menjaga privasi klien
b) Mengatur posisi klien dalam posisi terlentang atau duduk
3) Persiapan Alat dan Bahan
a) Gelas bekam empat buah
b) Vacuum pump
c) Jarum
d) Kertas tissue secukupnya
e) Minyak zaitun
f) Tempat sampah
4) Persiapan Petugas
a) Masker
b) Handscone 1 pasang
b. Tahap Kerja
1) Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2) Petugas menentukan titik utama untuk bekam basah
3) Lakukan penusukan dengan jarum

7
4) Area yang akan dipilih kemudian ditutup dengan gelas bekam kemudian dipompa 3
kali tarikan sampai darah keluar dari tempat penusukan
5) Tunggu hingga durasi pembekaman selesai kemudian lepas gelas bekam
6) Bersihkan kulit yang dibekam dengan tissue
7) Rapikan pasien dan alat

E. Indikasi Terapi Bekam


Bekam dapat digunakan untuk penyakit yang sifatnya lokal maupun
sistemik. Bekam dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada
penyakitpenyakit seperti sakit kepala, carpal tunnel syndrome dan beberapa
penyakit lokal lainnya. Sementara untuk penyakit sistemik, bekam banyak
digunakan pada kasus-kasus hipertensi.
a. Indikasi penyakit lokal:
1) Sakit pinggang, leher, bahu, kepala
2) Migrain
3) Mengurangi sakit pada paralisis fasial, brakialgia, carpal tunnel syndrome.
4) Kekakuan otot
5) Keram
b. Indikasi penyakit sistemik:
1) Sakit kepala karena tekanan darah tinggi
2) Hipertensi
3) Kolesterol
4) Asma

F. Kontraindikasi Terapi Bekam


Terapi bekam dilarang digunakan pada penderita tekanan darah sangat rendah,
penderita sakit kudis, wanita hamil, wanita yang sedang haid, klien yang sedang
mengkonsumsi obat pengencer darah, penderita leukimia, trombositopenia, alergi
kulit serius, orang yang sangat letih. Adapun anggota tubuh yang tidak boleh dibekam
yaitu mata, telinga, hidung, mulut, putting susu, alat kelamin, dubur, area tubuh yang
banyak simpul limfa, area tubuh yang dekat pembuluh darah besar serta bagian tubuh
yang terdapat varices, tumor, retak tulang, dan jaringan luka (Widada, 2011).
Sharaf (2012) juga menyebutkan kontra indikasi bekam yaitu:

8
a. Pasien jangan mengkonsumsi alkohol dan merokok sebelum melakukan terapi
bekam b. Jangan membekam langsung pada lutut bagi pasien yang mengalami
kebocoran cairan lutut
c. Bagi anak-anak dan usia lanjut bekam dilakukan dengan isapan yang ringan
d. Jangan melakukan pembekaman ketika suhu badan sedang tinggi
e. Jangan melakukan pembekaman pada pasien yang ketakutan kecuali pasien sudah
tenang.

G. Evaluasi Terapi Bekam


Menurut (Sharaf, 2012) bekam berperan mengeluarkan zat protaglandin. Zat
prostaglandin ini berfungsi mengirim sinyal rasa nyeri ke otak. Melalui proses bekam,
zat ini dikeluarkan sehingga rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien berkurang.
Penelitian lain yang menggunakan terapi bekam adalah (Nurhikmah, 2017) hasil
penelitiannya menunjukkan tingkat kestabilan nyeri kepala sebelum dilakukan terapi
bekam dengan menggunakan skala ukur Analog Visual (VAS) masuk kedalam
kategori nyeri sedang dan setelah diberikan terapi bekam menjadi nyeri ringan.
(Murwani et al., 2022). Terapi bekam basah berperan mengurangi tekanan darah
(Akbar & Mahati, 2013; Kamaluddin et al., 2010), kadar lemak dan kolesterol
berbahaya atau Low Density Lipid (LDL) dalam darah maupun yang mengendap di
dinding pembuluh darah sehingga mengurangi penyumbatan pembuluh darah. Pada
tahun 2019, Subhi melakukanpenelitian terapi bekam dengan menilai perbedaan kadar
gula darah pasien diabetes melitus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya
perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah dilakukan bekam. Hal ini
menunjukkan bahwa terapi bekam memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar gula
darah penderita diabetes melitus. Penelitian lain juga dilakukan oleh Jansen pada
tahun 2013 yang menilai efektivitas terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah
setelah dilakukan terapi bekam, mendapatkan hasil bahwa bekam sangat berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Menurut
penelitian terapi bekam kering(Ramananda, 2014) bahwa terdapat penurunan
intensitas skala nyeri setelah dan diberikan terapi bekam kering. Skala nyeri
responden sebelum diberikan terapi bekam kering didapatkan rata-rata skor nyeri
sebesar 6,13. Berdasarkan kategori nyeri maka skala nyeri responden sebelum
diberikan terapi bekam kering mengalami nyeri sedang (4-6) sedangkan setelah
dberikan terapi bekam kering didapatkan rata-rata skor nyeri sebesar 3,57. Dari

9
beberapa sumber penelitian yang telah didapatkan umumnya dengan terapi bekam
mendapatkan hasil yang baik. Karena mekanisme bekam meyakini bahwa darah yang
dikeluarkan merupakan darah yang mengandung banyak toksin yang tidak diperlukan
atau mengganggu kesehatan.

Pola napas

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bekam basah adalah suatu tindakan mengeluarkan darah dalam tubuh melalui
tusukan jarum dan penyedotan menggunakan alat bekam untuk mengeluarkan zat-zat
yang dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan pada kulit superfisial,
dengan membuat tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul
di bawah kulit dan keluar dari kulit yang dilukai.
Bekam kering menurut Nashr (2005, dalam Gede, A. 2014) merupakan upaya
menghisap permukaan kulit tanpa mengeluarkan darah dengan tujuan untuk
menimbulkan efek relaksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Pada teknik bekam ini
pembuluh darah perifer akan berdilatasi dan menimbulkan bekas seperti memar
sementara.
Teori taibah merupakan teori bekam basah dimana bekam basah mencakup 3
kegiatan, yaitu bekam kering, tindakan dengan perlukaan pada tempat yang di
cupping dan pengeluaran darah dari tempat yang dilukai dengan melakukan cupping
yang kedua dengan gelas yang sama dengan yang digunakan ketika melakukan bekam
kering. Jadi, bekam basah sudah mencakup bekam kering dalam kegiatannya,
sehingga diharapkan kondisikondisi yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga
terjadi ketika melakukan bekam basah. Penentuan titik bekam merupakan hal yang
pokok dalam terapi bekam. Menurut Asosiasi Bekam Indonesia (2012), menjelaskan
bahwa dibawah kulit, otot maupun fascia terdapat satu poin atau titik yang
mempunyai sifat istimewa. Poinpoin atau titik tersebut saling berhubungan membujur
dan melintang serta membentuk jarring-jaring atau jala. Jala ini disebut titik meridian
(Wadda, 2012).

11
Daftar Pustaka

Agustin, S., Putra, F., & Atma, P. B. (2019). Pengaruh terapi bekam kering terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Wara Kecamatan Kusun
Hulu Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 11(1),
92–100.

Murwani, A., Hidayah, S. N., Kusumasari, V., & Hikmawati, A. N. (2022). Analisis Terapi
Bekam Sebagai Intervensi Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Keluarga Dengan
Tahap Perkembangan Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11, 147–152.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.721

Ramananda, G. (2014). Pengaruh Terapi Terapi Bekam Kering Terhadap Intensitas Nyeri
Pasien Dengan Low Back Pain. COPING NERS (Community of Publishing in …, 1.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/10772

Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W., Nurhayati, N., & Siswoyo, H. (2020). Pelayanan
Kesehatan Tradisional Bekam: Kajian Mekanisme, Keamanan dan Manfaat. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 212–225.
https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i3.2658

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika

Riyadi, S. & Harmoko, H. (2014). Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik
Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai