Oleh:
Firda Adenia Maula
151610483002
D4-BATTRA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 10 Oktober 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1. LATAR BELAKANG.................................................................................4
2. TUJUAN......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................7
1. KESIMPULAN............................................................................................7
2. SARAN........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
4
Walaupun Mezger besar jasanya bagi perkmbangan pijat tapi ia tidak malakukan
penyelidikan sendiri. Hal ini dilakukan Monsengeil. Pada tahun 1910 Rosenthal menerbitkan
buku sebagai hasil penelitian dari teori Mezger dan ahli yang lain. Zabludowski dari Rusia
mempelajari pijat rakyat Rusia dan Finlandia serta pengaruhnya terhadap tubuh. Usahanya
dilanjutkan Kirchberg yang mengarang buku ” Henbuch der Massage en Heilgymnastiek ” .
Ia menulis pengaruh pijat terhadap peredaran darah secara mekanis dan reflektoris yang
menyebabkan pembesaran volume kapiler.
Pada tahun 1915 terbit buku dari Dr. Muller yaitu ”Lehbuch der Massage” di
Munchengladbach. Karangan ini sudah berdasar ilmiah. Banyak pendapat dahulu dikritik dan
ditinggalkan. Pendapatnya diikuti oleh Froliep. Norstorm, Kleen, Hilledey,Edinger,
Auerbach, dan Cornelis. Buku-buku lain dikarang oleh Prof. A. Hoffa, Gocht, stork, dan
Dubinus. Dalam buku-buku tersebut manipulasi lama masih digunakan sesuai dengan tempat
pijat
II. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pengobatan tradisional atau dikenal dalam bahasa asing complementary and
alternative medicine (CAM) adalah gabungan dari pengetahuan, keterampilan, dan praktek
berdasarkan teori, keyakinan, dan pengalaman turun temurun yang digunakan untuk
pemeliharaan kesehatan sebagai preventif, diagnosis, tatalaksana penyakit fisik dan mental.
Pengobatan tradisional diantaranya akupuntur dan teknik-teknik sejenis, yoga, terapi pijat,
dan terapi-terapi fisik, mental, spiritual, dan mind-body (WHO, 2000).
Di Indonesia teknik Pijat Tradisional beragam, mulai dari Pijat Dasar, Pijat
Tradisional (Jawa, Bali, Sumatera, Madura, dan sebagainya) serta Pijat Bayi. Keberagaman
Pijat di Indonesia membuat Indonesia terkenal dan menarik minat para peggemar pijat.
Sebenarnya semua pijat memiliki teknik yang sama, seperti Effleurage, Petrissage, Friction,
Vibrations, Shacking, dan Tapotement. Hal ini yang membedakan dari ketiga Pijat tersebut
adalah langkah-langkah pemijatan atau cara pemijatan yang berbeda.
Pijat Dasar adalah pemijatan yang dilakukan dengan gerakan mendasar, seperti
bagaimana melakukan teknik Effleurage, Petrissage, Friction, Vibrations, Shacking, dan
Tapotement pada bagian Kaki, Perut, Tangan, Punggung, Dada, serta Wajah. Biasanya pijat
dasar ini didasari dengan bagaimana persiapan terapis untuk memijat pasien dengan baik dan
benar. Langkah awal yang harus dilakukan adalah persiapan mental terapis, jika terapis tidak
siap untuk melakukan pemijatan, maka pada saat proses pemijatan pasien tidak nyaman untuk
dipijat. Langkah kedua adalah mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan untuk pijat
(misal: minyak, air hangat, antiseptik, waslap, handuk, dan lain-lain). Hal ini agar pada saat
dilangsungkan pemijatan pada pasien, terapis bisa fokus terhadap pasien.
Pijat Tradisional merupakan pemijatan lanjutan yang dibubuhi dengan gerakan
tambahan atau gerakan variasi. Pijat Tradisional ini merupakan pijat yang paling sering
digunakan di Indonesia dan beragam jenisnya. Mulai dari Pijat Jawa, yang dilakukan dengan
cara yang lembut dan nyaman, Pijat Bali, yang dilakukan dengan ciri khas orang-orang Bali
dan lain sebagainya. Teknik yang digunakanpun sama seperti pada umumnya, menggunakan
teknik Effleurage, Petrissage, Friction, Vibrations, Shacking, dan Tapotement. Yang
membedakan ialah cara memijat dengan basahan atau keringan. Yang dimaksud dengan
pemijatan keringan adalah pemijatan yang dilakukan tanpa minyak atau pelumas. Caranya
hanya dengan meremas, mengepal dan menekan. Sedangkan yang dimaksud dengan
pemijatan basahan adalah pemijatan yang dilakukan menggunakan minyak atau pelumas agar
tidak terjadi luka, karena pada proses pemijatan basahan banyak sekali unsur mengusap.
Pijat Bayi merupakan suatu jenis rangsangan sensori yang paling penting untuk
perkembangan bayi yang optimal. Sensasi sentuhan adalah sensasi yang paling berkembang
pada saat lahir karena sensasi ini telah berfungsi sejak dalam kandungan sebelum sensasi
yang lain berkembang. Contoh rangsang taktil yang dapat dilakukan dan penting antara lain
memegang, menimang, mengurut, menepuk, menggoncang dan gerakan termasuk memijat
dan memandikan bayi. Cara lain yang dapat digunakan untuk merangsang taktil yaitu melalui
mainan dengan permukaan yang lembut, licin, fleksibel dan kaku (Pratiwi, 2013).
Pijat bayi berbeda dengan pijat orang dewasa. Perbedaan ini terletak pada besarnya tekanan
yang diberikan. Pada pijat bayi biasanya lebih cenderung berupa sentuhan-sentuhan lembut
atau stimulus touch. Pada usia 0-1 bulan disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-
usapan halus. Pada usia 1-3 bulan disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan
dalam waktu singkat. Pada usia 3 bulan sampai 3 tahun disarankan seluruh gerakan dilakukan
dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat (Syaukani, 2015).
BAB III
PENUTUP
6
A. KESIMPULAN
1. Pijat merupakan pengobatan yang banyak sekali diminati di Indonesia.
2. Pijat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu Pijat Dasar, Pijat Tradisional,
dan Pijat Bayi. Yang menjadi pembeda antara macam pijat adalah pemijatan
yang dilakukan untuk orang dewasa dan bayi. Namun teknik yang digunakan
sama.
3. Pijat sangat berpengaruh pada kondisi pasien yang memiliki masalah pada
organ tubuh. Hal ini dibuktikan dengan memijat dengan kondisi pasien yang
lemah menjadi lebih bugar.
B. SARAN
1. Diharapkan pembaca dapat memahami antara perbedaan pijat yang dilakukan
dengan cara yang berbeda, namun dengan teknik yang sama.
2. Diharapkan pembaca tidak salah mengartikan proses pemijatan yang
dilakukan untuk pasien dewasa atau bayi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Juniman , Puput Tripeni. 2017. Indonesia, Negara Kaya akan Pijat. CNN Indonesia
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170224193603-277-196056/indonesia-negara-
kaya-akan-pijat/ diakses pada tanggal 13 Oktober 2017
8
LAMPIRAN
Artikel:
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia bukan hanya memiliki kekayaan alam dan keragaman suku, namun juga budaya
pijat. Siapa sangka, selain memiliki sejarah ratusan tahun, Indonesia juga kaya akan pijat.
"Tradisi pijat ini dari dahulu sudah ada, dari era Jayabaya sudah tertulis tentang ini, berarti nyaris seribu tahun," kata
praktisi pijat Rita Handayani, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Menurut Rita, ada banyak bukti lainnya yang menggambarkan Indonesia sudah memiliki tradisi pijat dari generasi ke
generasi, seperti relief Candi Borobudur, hingga dalam tembang kesusastraan Serat Chentini.
Dalam Serat Chentini, terdapat gambaran ritual pijat mulai dari mandi bunga hingga luluran. Tradisi pijat pun biasa
dilakukan oleh kalangan ningrat atau kerajaan hingga rakyat biasa.
Tradisi pijat juga terus berkembang dan mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia, bukan hanya dalam suku atau
etnis tertentu.
Berdasarkan riset yang pernah dilakukan Rita, ada beragam keunikan dan cara pijat di Indonesia yang masih bertahan
hingga kini. Indonesia punya semua teknik pijat untuk bayi hingga orang tua.
Rita mengisahkan pengalamannya melihat beragam model pijat khas daerah di Indonesia. Di Kalimantan, Rita pernah
melihat tradisi pijat dengan menggunakan rotan. Orang yang dipijat akan dipukul dengan rotan, seperti layakknya kasur
yang dipukul rotan.
Pijat tradisional juga disebut Rita dilakukan dengan beragam gerakan, seperti di Bali ada gerakan bernama cakar
harimau, memisahkan air dan angin, hingga tapak sakti.
"Gerakan di Jawa banyak dilakukan dengan kepalan tangan. Sedangkan di Bali lebih menggunakan jari," kata Rita.
"Sedangkan di Sumatera, lebih menonjolkan gerakan mencubit untuk mengangkat jaringan dan menghilangkan
pelengketan pada kulit."
Bukan cuma pijat, Indonesia juga kaya akan spa. Beberapa jenis spa telah diupayakan untuk dikenal lebih luas kepada
masyarakat Indonesia.
Beberapa spa tersebut adalah Oukup (Batak, Sumatera), Lulur (Jawa), Boreh (Bali), So'oso (Madura), Batimung
(Banjar, Kalimantang), Batangeh (Minang, Sumatera Barat), Bedda Lottong (Bugis, Sulawesi Selatan) dan Bakera
(Minahasa, Sulawesi Utara).
Kekayaan pijat dan spa yang ada di Indonesia tersebut didukung dengan melimpahnya bahan-bahan pendukung tradisi
pijat dan spa seperti rempah juga herbal yang tersebar di Nusantara.