Anda di halaman 1dari 20

CUPPING THERAPY

OLEH :

KELOMPOK 6 /A12-A

Fitri Yani 18.321.2829

I Komang Widi Mestapa Yoga 18.321.2833

I Nyoman Bagus Yudisthira Kusuma Putra 18.321.2836

I Wayan Roki Darma Hendra 18.321.2838

Ni Luh Putu Mas Ari Puspa Dewi 18.321.2841

Ni Wayan Eka Subpremagni 18.321.2859

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca supaya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepanya dapat lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan. Makalah ini kami sadari masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Denpasar, Senin 07 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang………………………………………………………………………
2. Tujuan ……………………………………………………………………………….

BAB II

A. Sejarah……………………………………………………………………………….
B. Pengertian Cupping Therapy........................................................................................
C. Konsep Cupping Therapy.............................................................................................
D. Biofisiologi Cupping Therapy……………………………………………………….
E. Teknik Cupping Therapy..............................................................................................
F. Indikasi Dan Kontraindikasi…………………………………………………………
G. Evaluasi Cupping Therapy…………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer saat ini berkembang sangat pesat dan banyak diminati oleh
masyarakat. Di Amerika Serikat pengguna terapi alternatif berjumlah 627 juta orang dan
terapi konvensional 386 juta orang. Data lain didapatkan bahwa terjadi peningkatan
pengguna terapi komplementer dari 33% pada tahun 1991 dan 42% ditahun 1997
(Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014). Peningkatan penggunaan terapi komplementer ini
didasarkan pada efek samping yang minim yang dirasakan oleh klien dan klien ingin
terlibat langsung dalam peningkatan kesehatannya.
Di Indonesia, minat masyarakat dalam penggunaan terapi alternatif atau terapi
komplementer juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang
mengunjungi tempat-tempat pengobatan alternatif (Widyatuti, 2008).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap
terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan
masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih
alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini
perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.
Terapi komplementer ini terdiri dari berbagai jenis terapi diantaranya yaitu
manipulative and body-based therapy seperti cupping therapy. Cupping therapy adalah
metode pengobatan yang banyak digunakan dan diklasifikasikan mendapatkan
popularitas di seluruh dunia. Beberapa negara yang sudah mempraktikkan cupping
therapy diantaranya Mesir, India, China, Arab Saudi, Jerman, Norwegia, dan Denmark.
Orang-orang Jerman, dan Denmark dan Norwegia sudah akrab dengan cupping therapy.
Hal ini terjadi karena adanya perubahan pandangan terhadap sistem perawatan kesehatan
konvensional dan pengobatan kontemporer. Terapi ini diklaim berhasil mengobati
berbagai gangguan, penyakit pada sistem musculoskeletal seperti fibromyalgia dan
fibrositis, nyeri pada tulang belakang, nyeri pada leher dan bahu, penyakit kardiovaskuler
seperti hipertensi, atherosclerosis, hipotensi, penyakit gastrointestinal seperti diare,
irritable bowel syndrome, intoksikasi obat dan makanan, penyakit auto imun seperti
theumatoid artritis, dan vilitigo (Lowe, 2017).
Cupping therapy atau lebih dikenal di Indonesia dengan terapi bekam, menempati
kedudukan populer di jajaran berbagai metode terapi lain yang ada di berbagai negara,
karena banyak ahli pengobatan yang mengetahui khasiat cupping therapy dalam
mengobati berbagai macam penyakit, selain itu cupping therapy merupakan terapi yang
disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, berdasarkan dari latar belakang
tersebut maka penulis akan menjelaskan tentang cupping therapy.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah cupping therapy.
2. Untuk mengetahui definisi cupping therapy.
3. Untuk mengetahui manfaat dari cupping therapy.
4. Untuk mengetahui dasar ilmiah cupping therapy.
5. Untuk mengetahui penelitian-penelitian terkait cupping therapy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah
Cupping therapy sudah dikenal bangsa-bangsa purba sejak kerajaan Sumeria berdiri,
sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Lalu cupping therapy berkembang di Babilonia,
Mesir, Saba’, dan Persia. Sumeria adalah daerah yang masuk wilayah Irak, yaitu negeri
yang dialiri Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Pada saat itu para tabib menggunakan
cupping therapy untuk pengobatan para raja. Tabib-tabib termasyhur hanya menurunkan
ilmu pengobatannya kepada murid-murid terpilih. Cupping therapy di Cina berkembang
sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi, sebelum berkuasanya Kaisar Yao dan berkembang
dengan berdasarkan titik-titik akupunktur (Qureshi et al., 2017).
Terdapat banyak relief yang mengilustrasikan cupping therapy di bangunan-
bangunan ibadah Dinasti Pharaoh (Fir’aun). Setiap bangsa memiliki metode cupping
therapy yang berbeda-beda. Sejak dahulu hingga sekarang, beberapa suku menggunakan
tanduk hewan sebagai alat menghisap darah, dengan cara melubangi ujung tanduk,
menghisap udara dari dalam dan menyumbatnya dengan pasta. Mereka menyebutnya horn
therapy (terapi tanduk) (Qureshi et al., 2017).
Bangsa Romawi dan Yunani menggunakan gelas kaca untuk praktik cupping
therapy. Mereka menyalakan api di dalam gelas yang telah diisi dengan secarik kain guna
melakukan penghisapan. Banyak masyarakat awam yang masih menggunakan metode ini
sampai sekarang. Sebagian orang menggunakan peralatan tertentu yang terhubung dengan
tabung berisi air dan pipa kaca. Mereka memanasi air tersebut sehingga mengeluarkan uap
air dan udara dari dalam gelas (Ziyin, S. & Zelin, 2014).
Sejak tahun 1550 sebelum Masehi, bekam sudah dikenal sebagai pengobatan
tradisional yang sangat populer dan vital oleh masyarakat Mesir. Hal ini dibuktikan oleh
adanya dokumentasi teknik bekam pada lembar papyrus yang ditemukan di dekat Sungai
Nil. Terapi bekam berkembang dan menyebar secara tradisi sampai ke Yunani dan Roma.
Bahkan pengelompok bekam menjadi bekam basah dan kering telah dilakukan oleh
Hippocrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern (Ziyin, S. & Zelin, 2014).
Di wilayah Asia, metode pengobatan Bekam juga dikenal dalam tradisi kesehatan.
Bekam sudah digunakan sejak tahun 2 sebelum Masehi di China. Di dalam sebuah buku
tua tulisan Bo Shu yang hidup pada zaman Dinasti Han pada 1973 tercantum juga tulisan
mengenai metode pengobatan Bekam. Sekitar abad 18-19 Masehi, bekam kemudian
berkembang sampai ke Barat dan benua Amerika. Bekam digunakan oleh dokter untuk
mengobati berbagai kondisi pasien sampai dengan tahun 1860. Popularitas bekam mulai
menurun setelah tahun 1860 tetapi tidak menghilang sama sekali. Bekam menyebar
sampai ke daerah Timur Tengah dan kemudian disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Risalah bekam kemudian menyebar ke seluruh dunia seiring dengan menyebarnya ajaran
Islam. Beberapa hadits yang berkaitan dengan bekam antara lain: “Rasulullah SAW
bersabda: "Sesungguhnya pada bekam itu terkandung kesembuhan." (HR. Muslim). “Dari
Jabir bin Abdillah ra bahwa dia berkata kepada orang sakit yang dijenguknya,”Tidak akan
sembuh kecuali dengan berbekam. Sungguh aku mendengar Rasulullah SAW berkata
bahwa pada berbekam itu ada kesembuhan. (HR Bukhari dan Muslim). “Kesembuhan bisa
diperoleh dengan 3 cara yaitu: sayatan pisau bekam, tegukan madu, sundutan api. Namun
aku tidak menyukai berobat dengan sundutan api” (HR. Muslim).
Asal mula cupping therapy masih menjadi kontroversi. Ilmuwan China melaporkan
dalam literatur mereka bahwa cupping therapy adalah bagian dari pengobatan tradisional
Cina sejak 2000 tahun yang lalu. Di Timur Tengah, penulis Arab melaporkan bahwa
cupping therapy sudah ada sejak 3500 SM, dimana orang-orang Asyur adalah populasi
Arab pertama yang menggunakan alat dari tanduk binatang atau batang bambu untuk
cupping therapy di mana dokter China, Jee Hong (381-281 SM) merupakan tokoh dalam
seni pengobatan tersebut.
Peradaban Arab menyebut cupping therapy dengan al-hijâmah (dalam bahasa Arab
berarti mengembalikan ke ukuran semula), yang digunakan dalam mengobati hipertensi,
polisitemia, sakit kepala, migrein dan keracunan obat. Masyarakat Mesir kuno dilaporkan
mempraktikkan cupping therapy lebih dulu dari peradaban tua mana pun, di mana cupping
therapy merupakan salah satu terapi kedokteran yang diketahui paling tua di Mesir kuno.
Laporan pertama penggunaaan cupping therapy di Mesir kuno pada tahun 1550 SM,
ditemukan pada gambar-gambar di lembaran papyrus Mesir dan candi Mesir kuno. Hal ini
menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah maju dalam pengobatan menggunakan cupping
therapy. Cupping therapy juga digunakan dalam pengobatan kuno bangsa Yunani.
Pada tahun 400 SM, Herodotus menemukan bahwa dokter-dokter Mesir kuno yang
merekomendasikan penggunaan dari mangkok hisap di tubuh sudah menggunakan baik
cupping therapy basah maupun kering. Penyakit-penyakit yang diobati adalah nyeri
kepala, kurang nafsu makan, gangguan penyerapan makanan, pingsan, evakuasi abses, dan
narcolepsy (keinginan tidur yang berulang). Pada tahun 3300 SM, di Macedonia, cupping
therapy telah digunakan sejak masa prasejarah untuk mengobati penyakit-penyakit dan
gangguan kesehatan.

Gambar. Jenis-jenis cupping

B. Pengertian Cupping Therapy


Cupping therapy mempunyai beberapa sebutan, seperti canduk, canthuk, kop, atau
mambakar; di Eropa disebut fire bottle; dalam bahasa Mandarin disebut pa hou kuan;
dalam bahasa Arab disebut hijâmah. Kata ini berasal dari kata al-hijm yang berarti
pekerjaan menghisap atau menyedot, yaitu membekam. Al-Hajjâm berarti ahli bekam. Al-
mihjâm atau almihjamah merupakan alat untuk membekam, yang berupa gelas untuk
menampung darah yang dikeluarkan dari kulit, atau gelas untuk mengumpulkan darah
hîjamâh. Menurut bahasa, cupping therapy berarti menghisap. Menurut istilah, cupping
therapy berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan, dan mengeluarkan darah dari
permukaan kulit yang kemudian ditampung dalam gelas (Qureshi et al., 2017).
Definisi cupping therapy/bekam telah didefinisikan berbeda dipraktek pengobatan
tradisional dan komplementer dari berbagai peradaban, namun elemen umum diantara
kegunaannya adalah mengeluarkan zat beracun (detoksifikasi) dari tubuh dengan
menciptakan tekanan negatif dalam cangkir (El Sayed SM et al., 2014)
C. Konsep Cupping Therapy
1. Jenis Bekam Adapun jenis bekam yang disertai pengeluaran darah, sehingga darah
keluar dari kulit disebut dengan bekam damiyah, bekam rutbah atau bekam basah. Ada
yang tanpa pengeluaran darah, yakni darah cukup mengumpul di bawah kulit saja
(disebut dengan jaffah atau bekam kering). Bekam kering dipakai di China, Jepang,
dan sebagian negara Eropa dan Amerika. Sedangkan di Arab dipakai bekam basah.
Pemilihan jenis bekam ini tergantung dari tujuan pengobatan itu sendiri.(Umar, 2008)
2. Berikut jenis-jenis bekam menurut Umar (2008) :
a. Bekam kering (Hijamah Jaffah)
Bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah inilah yang disebut bekam
kering. Bekam kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat, atau
digunakan untuk meringankan nyeri pada urat-urat punggung, paha, perut, dan
lain-lain. Bekam kering ini cocok untuk orang yang tidak tahan suntikan jarum,
sayatan pisau dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah
kehitam-hitaman selama 3 hari. Lebam ini dapat dihilangkan dengan minyak
zaitun, 11 minyak habbatus sauda’, atau qusthul hindi. Bekam kering sangat cocok
untuk penyakit yang disebabkan karena pathogen panas dan kering.
b. Bekam basah (Hijamah Rothbah/Hijamah Damamiyah)
Sedangkan bekam basah dilakukan dengan bekam kering dahulu, kemudian
permukaan kulit disayat dengan pisau bedah, lalu disekitarnya dihisap dengan alat
cupping set, hand pump, atau tabung lain untuk mengelurkan darah dari dalam
tubuh. Bekam basah ini dipakai untuk pengobatan karena penyakit pembendungan
chi.
3. Sedangkan, menurut Majid (2009), secara garis besar bekam dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
a. Bekam kering Terapi bekam kering dilakukan dengan penghisapan pada
permukaan kulit dibagian tubuh tertentu (khususnya daerah punggung) dengan
menggunakan piranti kop vakum selama 3-4 menit Terapi bekam kering dilakukan
pada mereka yang menderita kesulitan bergerak, mengalami mimisan, gangguan
buang air, haid tidak lancar, dan rasa mual (Majid, 2009). Bekam kering baik bagi
orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Terdapat dua
teknik bekam kering yaitu (Kasmui, 2008): 1) Bekam luncur Cara penggunaan
bekam luncur yaitu dengan mengkop permukaan kulit pada bagian tubuh tertentu
dan meluncurkan ke arah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini berfungsi
untuk 12 melancarkan peredaran darah, pelemasan otot, dan menyehatkan kulit. 2)
Bekam tarik Cara penggunaan bekam tarik yaitu dengan mengkop permukaan
kulit pada bagian tubuh tertentu kemudian dilakukan penarikan dan setelah
penarikan ditempelkan kembali hingga kulit yang dibekam menjadi merah.
b. Bekam basah (Hijamah Rothbah) Terapi bekam basah merupakan prosedur
ekskresi bedah minor dengan melakukan perlukaan pada permukaan kulit untuk
mengeluarkan cairan yang mengadung toksik (Sayed, et al., 2013). Cairan yang
keluar berupa darah merah pekat dan berbuih. Bekam basah bermanfaat untuk
berbagai penyakit, terutama penyakit yang terkait dengan terganggunya sistem
peredaran darah di dalam tubuh. Bekam basah dapat menyembuhkan penyakit
seperti darah tinggi, kanker, asam urat, DM (kencing manis), kolesterol, dan
osteoporosis.(Kasmui,2008)
4. Manfaat Bekam
1) Berikut manfaat medis pengobatan bekam menurut Yasin (2005) :
a) Bisa membersihkan darah dan meningkatkan aktivitas syaraf tulang belakang
b) Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah.
c) Menghilangkan kejang-kejang dan memar-memar pada otot.
d) Bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina pectoris.
e) Bermanfaat ketika mengalami pusing, memar- memar di bagian kepala dan
wajah, migrain, dan sakit gigi.
f) Ketika mengalami berbagai macam penyakit mata dan rabun.
g) Ketika mengalami gangguan rahim dan berhentinya menstruasi bagi wanita.
h) Ketika terkena rematik, sciacica (pegal di pinggang), dan encok.
i) Untuk mengatasi gangguan tekanan darah dan arteriosclerosis ( pengapuran
pembuluh darah ).
j) Ketika mengalami sakit bahu, dada, dan punggung.
k) Bermanfaat mengatasi kemalasan, kelesuan, dan banyak tidur.
l) Bermanfaat mengatasi luka-luka, bisul, jerawat, dan gatal-gatal di kulit.
m) Bermanfaat mengatasi pericarditis (radang selaput jantung) dan nephritis
(radang ginjal) yang parah.
n) Bermanfaat mengatasi keracunan.
o) Bermanfaat mengatasi luka-luka bernanah.
2) Berikut manfaat pengobatan bekam kering menurut Yasin (2005) :
a) Meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah.
b) Bermanfaat untuk penyakit-penyakit paru-paru yang kronis.
c) Mengobati nephritis.
d) Mengatasi radang selaput jantung, radang urat saraf pada bagian qothniyyah
(daerah punggung bawah, mulai yang sejajar dengan pusar ke bawah), dan
radang pada bagian di sela-sela tulang-tulang dada.
e) Untuk menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan.
f) Untuk mengatasi masuk angin.
g) Bekam kering juga berfungsi seperti istid’a’ dzati yaitu pemindahan darah
dari pembuluh darah pasien dan meginjeksikan ke otot paha, khususnya bagi
anak-anak atau siapa saja yang urat nadi mereka sulit di temukan disebabkan
terlalu tua.
3) Berikut manfaat pengobatan bekam seraca umum
a) Ekskresi Tekanan negatif pada terapi bekam basah yang diberikan saat
penghisapan setelah melakukan perlukaan pada kulit dapat berfungsi sebagai
ekskresi. Ekskresi pada terapi bekam basah dapat berupa bahan hidrofilik dan
hidrofobik (trigliserida, LDL, dan kolesterol).(Alshowafi, 2010)
b) Detoksifikasi Terapi bekam basah terbukti dapat membersihkan darah dan
cairan interstitial dari racun endogen dan eksogen.(Alshowafi, 2010).
c) Metabolik Terapi bekam basah dapat meningkatkan perfusi sel sekunder
untuk meningkatkan sirkulasi kapiler dan menghilangkan plaque pada
vaskular. Terapi bekam basah dapat membersihkan darah dari akumulasi
metabolit seluler misalnya ferritin, urea dan asam urat.(Alshowafi, 2010).
d) Analgesik Terapi bekam basah dapat mengeluarkan zat penyebab nyeri
prostaglandin, mediator inflamasi dan sitokinin, sehingga dapat mengurangi
nyeri. Ujung saraf dalam terapi bekam basah terpenuhi oleh cairan yang
berkumpul dalam kulit yang uplifting sehingga terjadi istirahat jaringan
adhesi dan dapat menyebabkan penurunan nyeri.(Sayed, et al., 2013)
e) Anti hipertensi Terapi bekam basah dapat mengeluarkan kelebihan cairan
intravaskular, sehingga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik.(Sayed, et al., 2013)
D. Biofiologi Cupping Therapy
Selain titik bekam sunnah atau titik-titik nabawy, penentuan titik bekam juga
berkembang mengikuti perkembangan ilmu kedokteran modern. Sehingga penentuan
titik bekam juga terkadang mengikuti titik berdasarkan keluhan pada organ tertentu.
Kajian mengenai penentuan titik berdasarkan keluhan organ mengacu pada
keterampilan dan pengetahuan yang lebih terkait ilmu anatomi fisiologi tubuh
manusia.
E. Tekhnik Cupping Therapy
Beragam catatan sejarah yang berbeda menunjukkan prosedur dan metode bekam
yang bervariasi. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah asal dan budayanya. Menurut El
Sayed SM et al., (2014), secara umum bekam terbagi menjadi dua jenis bekam yaitu
bekam kering (Dry Cupping) dan bekam basah (Wet Cupping). Kedua jenis bekam ini
diyakini dapat mngeluarkan cairan dan toksin, membantu peredaran darah pada otot dan
kulit serta mampu menstimulasi sistem saraf tepi. Dalam penelitian terkait metode bekam,
bekam kering dan basah dijabarkan dalam beberapa perbedaan mendasar. Salah satu poin
yang dijabarkan adalah perbedaan langkah-langkah yang digunakan dalam praktek
perlakuan bekam kering dan basah. Pada perlakuan bekam kering langkah yang dilakukan
hanya terdiri dari penghisapan atau penyedotan pada titik yang telah ditentukan,
sedangkan pada bekam basah terdiri dari penghisapan atau penyedotan disertai oleh
perlukaan area tersebut.
Beberapa jenis bekam yang berkembang antara lain:
a. Retained Cupping (dry cupping) therapy
Dry cupping atau bekam kering adalah perlakuan bekam yang paling umum
digunakan pada pengobatan Cina. Pada jenis bekam ini tidak ada darah yang keluar
atau tidak dilakukan perlukaan pada kulit. Bekam kering dilakukan dengan menghisap
permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor.
Bekam kering baik bagi orang yang tidak tahan suntikkan jarum dan takut
melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitaman selama 3 hari.
Untuk menghilangkan tanda lebam pada kulit yang selesai dibekam dapat digunakan
minyak jinten hitam (habbatusyasyauda).
Manfaat bekam kering menurut (Wong, 2010):
1) Menghilangkan pegal-pegal dan linu-linu pada sendi dan otot karena masuk angin.
2) Mengurangi rasa sakit kepala, migrain, kaku leher, nyeri punggung, dan kaku
pundak karena angin.
3) Meningkatkan kekebalan tubuh
4) Pelepasan neurotransmiter (rasa nyeri)
5) Melenturkan otot-otot yang tegang
6) Mengurangi penumpukkan darah
Cara melakukan bekam kering menurut (Wong, 2010):
1) Pilih titik bekam berdasarkan kondisi pasien.
2) Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh.
Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar
namun efeknya akan semakin baik.
3) Pijat bagian yang akan dibekam dengan dilumuri minyak zaitun atau minyak
jinten hitam selama lebih kurang 5 menit.
4) Pompa gelas bekam dengan piston pada pasien yang dikehendaki sebanyak 2-
3 kali tarikan, atau sampai piston tidak dapat ditarik lagi.
5) Biarkan selama 10 menit (bagi pria), 7 menit (bagi wanita), atau 3 menit (bagi
anak-anak).
6) Lepas gelas bekam dan pijat kembali dengan minyak zaitun atau minyak jinten
hitam selama 2-3 menit untuk menghilangkan bercak-bercak hitam

b. Bleeding Cupping (wet cupping) therapy


Prosedur yang dilakukan pada wet cupping atau bekam basah terdiri dari 2
langkah yaitu melakukan bekam kering dahulu/penghisapan pada permukaan kulit
kemudian dilanjutkan dengan perlukaan yang menjadi jalan keluarnya cairan darah.
Melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet) atau sayatan pisau steril
(surgical blade), lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3-5 menit,
lalu darah kotornya dibuang. Bekam jenis ini banyak dilakukan oleh mayoritas
muslim di dunia dan dikenal dengan istilah hijamah.
Cara bekam basah/wet cupping menurut (Wong, 2010):
1) Mempersiapkan peralatan yang sudah disterilkan dengan alat sterilisator standar.
2) Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan, misalnya
alkohol.
3) Dilanjutkan dengan penghisapan kulit meggunakan kop/ gelas bekam. Kekuatan
penghisapan pada setiap pasien berbeda-beda. Lama penghisapan 5 meint, tindakan
ini sekaligus berfungsi sebagai anastesi (pembiusan) lokal.
4) Dengan menggunakan pisau bedah standar atau jarum bekam steril, kemudian
dilakukan penyayatan atau penusukan (jumlah sayatan 5-15 untuk satu titik
tergantung diameter kop yang dipakai, panjang sayatan 0,3-0,5 cm, tipis dan tidak
boleh terlalu dalam, serta dilakukan sejajar dengan garis tubuh). Salah satu tanda
bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak mengeluarkan
darah, tetapi setelah disedot dengan alat darahnya baru keluar.
5) Kemudian penghisapan dilakukan kembali dan membiarkan darah kotor mengalir
didalam kop selama 5 menit.
6) Darah yang tertampung dalam kop dibersihkan menggunakan tissue lalu dibuang,
dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang. Tetapi tidak dianjurkanmelakukan
pengulangan sayatan.
7) Membersihkan bekas luka sayatan atau tusukan dengan bola kapas.
Manfaat bekam basah/ wet cupping menurut (Wong, 2010):
1) Membuang dan membersihkan darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit.
2) Mengurangi darah kental pada bagian meridian tubuh agar Qi tubuh menjadi
lancer.
3) Mengatasi tekanan darah yang tidak normal (aterosklerosis), mengurangi pusing,
migrain, menghilangkan kejang pada otot, memperbaikki permeabilitas pembuluh
darah, melancarkan peredaran darah, mengurangi sakit bahu dan punggung,
melancarkan haid pada wanita, mengeluarkan angin/ toksik, mengurangi nyeri
pinggang, sinusitis/ gangguan pendengaran.
4) Dengan melakukan penghisapan, terbentuklah tekanan negatif didalam kop
sehingga terjadi drainase cairan tubuh berlebih (darah kotor) dan toksin,
menghilangkan perlengketan jaringan ikat, mengalirkan darah bersih ke permukaan
kulit jaringan otot yang mengalami kemacetan Qi, serta merangsag sistem syaraf
perifer.
c. Moving Cupping adalah metode bekam yang menggerakan cawan secara lembut pada
satu arah.
d. Empty Cupping Therapy adalah bekam yang dilakukan dengan cara melepaskan
cawan bekam dengan segera setelah dilakukan penghisapan.
e. Needle Cupping adalah perpaduan antara penggunaan metode bekam dengan jarum
akupuntur.
f. Medicinal (Herbal) Cupping adalah metode bekam yang menggunakan gelas/cawan
bambu dengan rebusan obat herbal selama 30 menit yang diikuti dengan penghisapan
pada titik tertentu dan penggunaan batang yang berapi (Moxibusi).
g. Water Cupping Therapy adalah metode bekam dengan menggunakan cawan bambu
dan air hangat.
h. Magnetic cupping atau bekam magnetik, disebut demikian karena adanya magnet di
dalam gelas bekam yang membantu pergerakan kekuatan elektro magnetik di dalam
tubuh
F. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi terapi bekam basah menurut Sayed, et al. (2014) sebagai berikut :
a. Kondisi nyeri muskuloskeletal
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan zat penyebab nyeri, prostaglandin,
mediator inflamasi dan sitokinin sehingga terapi bekam basah dapat diindikasikan
pada kondisi nyeri muskuloskeletal, misalnya nyeri punggung, nyeri pinggang,
nyeri leher, nyeri bahu, fibromyalgia dan fibrositis.
b. Penyakit kardiovaskular
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan kelebihan cairan intravaskular, kelebihan
lemak, dan zat vasokonstriktor patologi terkait, sehingga terapi bekam basah dapat
diindikasikan pada kondisi edema, hipertensi, iskemia miokard, aritmia, demam
rematik, dan vascular trombosis.
c. Kondisi hematologi
Terapi bekam basah dapat membersihkan darah dari fragmen hemolisis sel,
kelebihan zat besi dan sel darah merah yang sudah tua, sehingga terapi bekam
basah dapat diindikasikan pada kondisi seperti thalassemia, diabetes bronze, dan
hemolitik krisis.
d. Kondisi dermatologis
Terapi bekam basah dapat membersihkan darah dari fragmen IgE yang abnormal
dan toksik penyakit lainnya, sehingga terapi bekam basah dapat diindikasikan
pada kondisi seperti vulgaris jerawat, dermatitis atopik, dan urtikaria idiopatik
kronis.
e. Penyakit neuropsikiatrik
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan zat penyebab rasa nyeri, prostaglandin,
zat patologi terkait dan meningkatkan kekebalan alami sehingga diindikasikan
pada kondisi seperti, brachialgia paraesthetica nocturna, carpal tunnel syndrome,
dan sakit kepala migrain.
f. Keganasan
Terapi bekam dapat membersihkan darah dari antigen kanker, faktor
pertumbuhan, faktor angiogenesis dan produk sel tumor, sehingga diindikasikan
pada kondisi keganasan seperti tumor dan limfoma.
g. Kondisi metabolik
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan metabolit, produk limbah, zat penyebab
nyeri, prostaglandin dan zat patologi terkait, sehingga diindikasikan pada kondisi
seperti asam urat, disfungsi tiroid, kondisi ketidakseimbangan hormon,
hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia
h. Infeksi
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan penyebab patogen, toksik, zat-patologi
dan meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, sehingga diindikasikan pada
kondisi seperti kaki diabetik. terapi bekam basah pada kaki diabeteik dapat
meningkatkan sirkulasi lokal di kaki, meningkatkan imunitas, mengeluarkan
cairan interstitial yang mengandung toksik dan memanfaatkan nitrit oksidase
sebagai vasodilatasi.
i. Penyakit autoimun
Terapi bekam dapat mengeluarkan kelebihan autoantibodi, kompleks imun,
sitokinin, prostaglandin, dan meningkatkan kekebalan alami, sehingga
diindikasikan pada kondisi seperti, rheumatoid arthritis, myasthenia gravis, dan
diabetes melitus
j. Intoksikasi dengan bahan kimia, karsinogen, pestisida dan senyawa organofosfat,
kondisi over dosis obat .
2. Kontraindikasi
Menurut Hasan, et al. (2014), terapi bekam tidak boleh digunakan untuk
mengobati sakit pinggang atau perut pada 24 orang hamil, karena akan mempengaruhi
sistem saraf otonom dan merangsang kontraksi rahim sehingga dapat menimbulkan
resiko tinggi pada kehamilan. Sayed, et al (2014), mengatakan “tidak ada
kontraindikasi absolut untuk terapi bekam basah. Kontraindikasi yang relatif umum
meliputi, anemia berat, kondisi perdarahan aktif seperti hemofili, kegagalan sirkulasi
(shock), luka bakar, dan kehamilan”.

Kontraindikasi terapi bekam lainnya adalah bayi hingga anak usia 3 tahun,
orang tua renta yang sakit tanpa daya dan upaya, penderita tekanan darah sangat
rendah, penderita sakit kudis, perut wanita yang sedang hamil, wanita yang sedang
haid, orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, alergi kulit
serius, orang yang sangat letih / kelaparan / kenyang / kehausan / gugup. Sedangkan
anggota bagian tubuh yang tidak boleh dibekam adalah titik-titik mata, telinga,
hidung, mulut, putting susu, alat kelamin, dubur, area tubuh yang banyak simpul
limpa, area tubuh yang dekat pembuluh besar dan bagian tubuh yang ada varises,
tumor, retak tulang, dan jaringan luka (Kamaluddin, 2010)

Beberapa larangan bekam menurut Yasin (2005) :


a. Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderita diabetes (kencing
manis) kronis atau pendarahan.
b. Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap pasien yang fisiknya sangat
lemah.
c. Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderitaan infeksi kulit yang
merata.
d. Tidak dianjurkan melakukan bekam yang mengeluarkan darah terhadap anak-
anak penderita dehidrasi (kekurangan cairan), dan apabila membekam anak-
anak atau atau orang tua hanya dilakukan dengan penyedotan ringan.
e. Tidak dianjurkan melakukan bekam penderita yang sering mengalami
keguguran kandungan, dan pada seorang wanita yang sedang hamil pada tiga
bulan pertama.
f. Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderita penyakit gila dan tidak
stabil keadaan emosinya.
g. Seyogyanya dihindari pembekaman langsung sesudah mandi, tetapi dianjurkan
mandi air hangat setelah berbekam.
h. Seyogianya dihindari pembekaman setelah pasien mengalami muntah.
i. Tidak dianjurkan melakukan pembekam terhadap pasien yang melakukan cuci
darah.
j. Tidak dianjurkan melakukan pembekaman terhadap pasien yang mengalami
kelainan klep jantung, kecuali di bawah pengawasan dokter dan orang yang
benar-benar ahli bekam.
k. Diajurkan bekam jangan dilakukan langsung sesudah makan, melainkan
minimal dua jam sesudah makan serta tidak langsung makan sesudah
berbekam, tetapi boleh minum madu atau minuman yang memulihkan
kebugaran,
l. Pada penderita dengan kelainan cairan lutut, dalam pembekaman jangan
sampai gelas bekam dipasang pada daerah yang sakit, melainkan disekitarnya.
m. Penderita tekanan darah rendah atau anemia hendaklah daerah punggung
bagian bawah tidak dibekam. Pembekaman hendaknya juga dilakukan satu
demi satu, jangan dilakukan pembekaman di dua tempat atau secara
bersamaan.
n. Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap orang yang kesurupan, terkena
sihir, guna-guna dan sebagainya, kecuali juru bekam yang telah mampu
menghadapi kasus-kasus semacam ini.
o. Jangan melakukan bekam terhadap siapa yang baru memberikan donor darah
kecuali setelah berlalu dua atau tiga hari, tergantung pada kondisi
kesehatannya. Demikian pula terhadap penderita vertigo, sampai keadaan
dirinya rileks.
p. Pengguna obat-obatan perangsang tidak dianjurkan untuk di bekam, kecuali
setelah meninggalkannya. Penderita ketakutan juga sebaiknya menunggu
sampai kondisi kejiwaannya tenang.
q. Bekam untuk penyakit jantung tidak boleh dilakukan terhadap pasien yang
menggunakan peralatan bantu untuk mengatur detak jantung.
r. Tidak boleh dilakukan bekam di atas simpul otot, tapi bisa dilakukan
penyedotan dalam gelas, tanpa penyayatan (bekam kering).
s. Jangan melakukan bekam terhadap pasien yang masih mengonsumsi obat
pelancar darah, kecuali dengan sangat hati-hati.
G. Evaluasi Cupping Therapy
Cupping therapy memiliki efek yang baik terhadap kesembuhan suatu penyakit.
Penyakit penyakit tersebut yaitu nyeri tengkuk/bahu, hipertensi, hiperkolesterol dll. Ada
banyak penyakit lain yang dapat disembuhkan melalui bekam, tetapi yang selanjutnya
akan dibahas hanya penyakit-penyakit tersebut.
1. Efek bekam terhadap pencegahan penyakit
Melalui pembersihan darah secara periodik dapat mencegah akumulasi zat-zat toksik
dalam tubuh
2. Efek bekam terhadap nyeri tengkuk/nyeri bahu
Hasil penelitian Chi et al., (2016), menunjukkan bahwa cupping therapy dapat
menurunkan nyeri kronis pada leher dan bahu. Cupping terapy dapat menyebabkan
vasodilatasi dan menstimulasi sirkulasi darah untuk meningkatkan metabolisme dan
mempercepat pengeluaran zat toksik dari tubuh. Hal ini diamati dari daerah
pembekaman yang teraba hangat sebagai akibat vasodilatasi Seiring dengan
peningkatan efek vasodilatasi maka aliran darah kebagian tubuh yang mengalami
cedera juga mengalami peningkatan. Proses difusi akan berjalan lancar, metabolisme
jaringan meningkat, pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa meningkat, dengan
demikian mempercepat proses penyembuhan.

3. Efek bekam terhadap penyakit hipertensi


Hasil penelitian Lestari, Hartono, & Susanti, (2017), menunjukkan Terjadi
perbedaan rerata tekanan darah sebelum diberikan terapi bekam dan setelah diberikan
terapi bekam. Pembekaman yang dilakukan pada permukaan kulit (kutis), jaringan
bawah kulit (sub kutis) jaringan ini akan “rusak”. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan
beberapa zat seperti serotin, histamine, bradiknin, slow reaction substance daerah yang
dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat
pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.
Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat
vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil.
4. Efek bekam terhadap hiperkolesterol
Hasil penelitian (Lestari et al., 2017), menunjukkan Mayoritas responden
mengalami penurunan kadar kolesterol akibat efek terapi bekam. Terapi bekam
mengeluarkan zat toksik termasuk kolesterol yang tidak terekskresikan oleh tubuh
melalui permukaan kulit dengan melukai kulit dan penghisapan. Terapi bekam juga
memberikan efek relaksasi dan vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga bisa
melancarkan peredaran darah. Pemberian terapi bekam dilakukan pada titik-titik
meridian untuk menurunkan hiperkolesterol yaitu titik KHL1, UN2, UN3, AK1 dan
AK2. Pemberian terapi bekam pada titik-titik meridian yang tepat maka akan terjadi
proses pada kapiler dan arteriola, peningkatan jumlah leukosit, limfosit dan sistem
retikulo-endothelial, pelepasan ACTH, kortison, endorphin, enkefalin dan faktor
humoral lain yang juga menimbulkan efek anti peradangan, penurunan serum lemak
trigliserida, fosfolipida, kolesterol total khususnya kolesterol LDL, merangsang lipolisis
jaringan lemak dan menormalkan kadar glukosa dalam darah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Cupping therapy adalah proses penghisapan kulit, penyayatan, dan mengeluarkan
darah dari permukaan kulit yang kemudian ditampung dalam gelas yang berguna
mengeluarkan zat beracun (detoksifikasi) dari tubuh dengan menciptakan tekanan
negatif dalam cangkir
2. Cupping Therapy sangat bermanfaat untuk digunakan dalam berbagai penyakit
diantaranya hiperkolesterol, hipertensi, nyeri tengkuk dan nyeri pada bahu.

B. Saran
Melakukan penelitian lanjut terkait cupping therapy dan dapat menerapkan cupping
therapy pada berbagai kasus mengingat manfaat yang dapat ditimbulkan oleh cupping
therapy
DAFTAR PUSTAKA

Chi, L.-M., Lin, L.-M., Chen, C.-L., Wang, S.-F., Lai, H.-L., & Peng, T.-C. (2016). The
Effectiveness of Cupping Therapy on Relieving Chronic Neck and Shoulder Pain: A
Randomized Controlled Trial. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine : eCAM, 2016(1), 7358918. https://doi.org/10.1155/2016/7358918
El Sayed SM, Al-quliti, A.-S., Salah Mahmoud, H., Baghdadi, H., A. Maria, R., Mohamed
Helmy Nabo, M., & Hefny, A. (2014). Therapeutic Benefits of Al-hijamah: in Light of
Modern Medicine and Prophetic Medicine. American Journal of Medical and Biological
Research, 2(2), 46–71. https://doi.org/10.12691/ajmbr-2-2-3
Lestari, Y. A., Hartono, A., & Susanti, U. (2017). Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan
tekanan darah pada penderita hipertensi di dusun tambak rejo desa gayaman mojokerto,
6(2), 14–20.
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). Complementary And Alternative Therapies
In Nursing (7th ed.). New York: Spiringer Publishing Company.
Lowe, D. T. (2017). Cupping therapy: An analysis of the effects of suction on skin and the
possible influence on human health. Complementary Therapies in Clinical Practice, 29,
162–168. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2017.09.008
Qureshi, N. A., Ali, G. I., Abushanab, T. S., El-Olemy, A. T., Alqaed, M. S., El-Subai, I. S.,
& Al-Bedah, A. M. N. (2017). History of cupping (Hijama): a narrative review of
literature. Journal of Integrative Medicine, 15(3), 172–181.
https://doi.org/10.1016/S2095-4964(17)60339-X
Wong, M. (2010). 9 Terapi Pengobatan Terdahsyat. Jakarta: Penebar Plus.
Yasin, A. B. (2011). Bekam Sunnah Nabi & Mukjizat Medis. Jakarta: Al.Qowam.
Ziyin, S. & Zelin, C. (2014). Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy (3rd ed.).
Elsevier Ltd.

Anda mungkin juga menyukai