Disusun oleh:
Kelompok 5
UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2017
Daftar Isi
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................6
1.4 Manfaat........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.3.1 Rukyah...............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................................16
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Rasulullah Saw dalam hadisnya tidak hanya berbicara sebatas aqidah, syariah
dan akhlak. Namun, beliau juga berbicara tentang berbagai persoalan yang lebih
komprehensif dalam berbagai disiplin ilmu yang biasa dibicarakan oleh seorang
ilmuan. Salah satunya masalah pengobatan dan kesehatan yang beliau sampaikan
dalam berbagai hadis. Hadis-hadis tersebut banyak yang sesuai dengan fakta ilmiah
melalui berbagai riset yang telah dilakukan selama ini. Dalam kitab Sahihain dari
Nafi’ dari Ibnu Umar berkata Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sesungguhnya
demam atau demam yang parah adalah sebagian dari aroma neraka jahanam, maka
dinginkanlah ia dengan air.” Seruan Nabi Muhammad tersebur bertujuan kepada
penduduk hijaz yang kebanyakan menderita demam akibat sinar matahari. Hal ini
menunjukkan bahwa pada zaman Nabi, umat islam telah mengetahui solusi mengatasi
penyakit.
Mengikuti jejak Rasulullah Muhammad SAW, merupakan suatu keharusan
bagi umat Islam. Termasuk mewarisi metode pengobatan yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW. Pengobatan yang dilakukan Rasulullah menggunakan tiga cara,
yaitu melalui do’a atau pengobatan dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang
lebih dikenal dengan istilah do’a-do’a ma’tsur yang datang dari Al Qur’an dan
Sunnah Nabi SAW yang shahih. Kedua menggunakan obat-obat tradisional baik dari
tanaman maupun hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi dari kedua
metode tersebut. Pengobatan pada zaman Nabi terkenal dengan istilah Thibbun
Nabawi dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad ke-13 M untuk
memudahkan klasifikasi ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan pada
Allah, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurofat. Thibbun nabawi
sebenarnya merupakan perpaduan berbagai disiplin ilmu kedokteran. Ilmu ini pula
yang dikembangkan umat Islam ke seluruh dunia, dari Arab ke Eropa dan ke seluruh
negara-negara barat hingga abad ke-17.
Dalam sirah Rasul, banyak sekali Rasulullah memberikan anjuran obat bagi
sahabat yang sakit. Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah pun mengandung
tuntutan hidup sehat yang patut menjadi uswah. Beberapa jenis obat-obatan yang
pernah dianjurkan Rasul di antaranya habatussauda atau jintan hitam, madu, minyak
zaitun, kurma, air zam-zam, bawang putih, ismid, dan kam'ah. Rasul juga
mengajarkan pengobatan seberti bekam (hijamah), khitan, wudhu, dan gurah. Selain
itu, ayat-ayat Alquran juga sering kali digunakan untuk pengobatan, yang dikenal
pengobatan dengan rukiah.
Dalam sejarah, beberapa pengobatan yang dipraktikkan Nabi sebenarnya
merupakan peninggalan masyarakat tradisional pada masa silam. Ketika Rasulullah
diutus, metode pengobatan tersebut berkembang dengan petunjuk dari wahyu Allah.
Maka, dihapuslah beberapa pengobatan jahiliah yang mengandung kesyirikan.
Adapun pengobatan yang tak melanggar syariat dan dibenarkan wahyu, dipraktikkan
oleh Rasulullah.
Sejak 4000 sebelum masehi, bangsa Sumeria di Babilonia (Irak) telah
mengenal bekam untuk mengobati para raja. Pada 3000 sebelum Masehi, bangsa
Persia pun mengembangkan pengobatan bekam. Kemudian pada 2500 sebelum
Masehi, bangsa Cina pun mempraktikkan bekam dengan mengandalkan titik
akupuntur. Mesir era Fir'aun sekitar 1200 sebelum masehi pun telah mengenal bekam
sebagai pengobatan. Bahkan, pada era Nabi Yusuf, umatnya terkenal sangat mahir
melakukan bekam.
Metode pengobatan al-thibb-annabawy (Pengobatan cara Nabi Muhammad
Saw) diteladani oleh tabib-tabib muslim. Tabib-tabib muslim meneladani Rasulullah
serta berpedoman pada Al-Quran dan hadis, seperti mengatur pola makan dan minum
air putih. Untuk pengobatan dan menjaga kesehatan Rasulullah mengkosumsi madu,
susu murni, kurma, biji jintan hitam dan bahan-bahan lainnya. Begitu juga dengan
tuntunan pengobatan sering dituturkan Rasulullah saw dalam berbagai hadis. Berikut
ini sebuah hadis tentang terapi bekam, minum madu yang telah diakui secara medis:
“Telah disampaikan oleh Muhammad bin Abdirrahman, diberitakan kepada kami
oleh Suraij bin Yunus Anu al-Harits disampaikan kepada kami oleh Marwan bin S
dari Syuja’ dari Salim al-Aqthas dari Said bin Jabir dari Ibnu Abbas dari Nabi Saw
bersabda:”Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal; sayatan pisau bekam, meminum
madu dan sengatan api, akan tetapi aku melarang mumatku melakukan sengatan
api.” (HR, Bukhari, Muslim, Imam Ahmad, Abu Syaibah, Al-Baihaqi, Tabrani, al-
Nasa’i dan nal-Thabari)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Pengobatan dalam Islam?
1.2.2 Bagaimana Pengobatan secara Islam dilakukan?
1.2.3 Bagaimana Pengobatan secara modern dilakukan?
1.2.4 Bagaimana perbandingan antara pengobatan secara Islam dengan pengobatan secara
modern dilakukan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Pengobatan dalam Islam.
1.3.2 Untuk mengetahui Pengobatan secara Islam dilakukan.
1.3.3 Untuk mengetahui Pengobatan secara modern dilakukan.
1.3.4`Untuk mengetahui perbandingan antara pengobatan secara Islam dengan
pengobatan secara modern dilakukan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pandangan islam tentang
pengobatan.
1.4.2 Mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pengobatan secara islam
dan modern.
1.4.3 Mampu membandingkan pengobatan secara islam dengan modern.
BAB II
PEMBAHASAN
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR.
Muslim).
Pengobatan terhadap penyakit fisik dan non - fisik telah dipraktekkan pada
zaman Rasulullah saw, yakni ketika Rasulullah saw. menganjurkan kepada para
sahabatnya untuk mengurangi porsi makan yang berlebih - lebihan. Dalam penelitian
modern telah didapatkan bahwa makan dengan porsi sedikit dapat mengurangi resiko
terkena penyakit jantung, dapat memaksimalkan sistem metabolisme tubuh,
memaksimalkan sistem pencernaan, dan membuat harapan hidup lebih lama.
dengan demikian, cara atau metode pengobatan secara tersirat telah
dideskripsikan dalam Al -Qur’an, seperti Allah swt. sangat melarang untuk
melakukan perbuatan atau tindakan yang berlebih-lebihan, termasuk dalam
mengkonsumsi makanan.Begitu pula, berkaitan dengan pelaksanaan puasa. Orang
yang senang dan seringmelakukan puasa, akan terjadi peremajaan sel dalam tubuhnya.
Selain itu, nabi muhammad saw sendiri telah melakukan pengobatan dengn
cara ayat al-quran atau doa, kemudian ditiupkan pada kedua telapak tangan, kemudian
diusapkan ke seluruh tubuh pasien yang sakit. Hal ini dapat ditemukan dalam satu
riwayat bahwasanya nabi muhammad SAW, apabila sakit maka membaca al-
muawwiztin, yaitu dua surah al-quran yang diawali dengan kata a’uzu yaitu QS. Al-
Nas dan Al-alaq, kemudian di tiupkan pada kedua telapak tanganya lalu diusapkan ke
seluruh tubuh.
Saat ini, obat modern sebagai alternatif untuk mendeteksi dan mengobati
beberapa kondisi medis, terutama yang di picu oleh bakteri, virus dan jenis lain dari
penyebab infeksi atau penyakit. Banyak penyakit yang dulunya tidak dapat
disembuhkan dan berakhir pada kematian tetapi sekarang mudah untuk disembuhkan
antara lain batuk rejan, difteri, cacar, dan penyakit lainnya.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, angka kesakitan penduduk
secara nasional sebesar 33,24% dari jumlah tersebut sebesar 65,59% memilih berobat
sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern dan tradisional (termasuk berobat
di klinik tradisional), sisanya sebesar 33,4% memilih berobat jalan ke puskesmas. hal
ini menunjukkan minat masyarakat terhadap pengobatan tradisional cukup tinggi
(Depkes RI 2009). Menurut WHO, penduduk di dunia yang menggunakan pengobatan
tradisional sebanyak 60% dan sisanya sebanyak 40% menggunakan pengobatan
modern. berdasarkan data statistik di atas dapat diketahui bahwa minat masyarakat
dunia terhadap pengobatan tradisional pun tinggi.
2.3.1 Rukyah
Rukyah berasal dari bahasa arab ruqo yang artinya jampi/ doa dalam tunggal
dan rukyah dalam jamak. Pada awalnya kebiasaan menjampi-jampi orang sakit
adalah dilarang oleh Rasulallah yang disebut An- Nusroh, yang berubah hukumnya
jika bacaan yang dibaca adalah ayat suci al- Quran, Ruqyah sendiri adalah doa
memohon perlindungan, yang dibacakan untuk orang yang sedang sakit, seperti
demam, kerasukan, atau penyakit lainnya.. Tahapan rukyah :
a. Berwudhu terlebih dahulu, karena ketika membaca kalimat thayibah, dianjurkan
dalam keadaan suci.
b. Baca ayat al-Quran yang sering digunakan untuk ruqyah, dengan niat ruqyah.
Seperti ayat kursi, dua ayat terakhir surat al-Baqarah, atau surat al-Ikhlas, al-Falaq,
dan an-Nas, atau ayat lainnya.
c. Bacaan ayat juga dapat diganti dengan perkataan Rasulallah saat merukyah orang
lain seperti yang di riwayatkan. Bacaan tersebut difokuskan kepada media
d. Media bisa dimaksud tanggan maupun air bersih
e. Kemudian usap ke bagian yang sakit atau langsung keseluruh tubuh
f. Minum air bersih jika media yang digunakan berupa air.
g. Selanjutnya tawakal kepada Allah dan berupa terhadap sembuh.
b. Susu Murni
"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagimu. Kami memberi mu minum dari apa yang berada dalam
perutnya berupa susu yang bersih antara kotoran dan darah yang mudah
ditelan bagi orang-orang yang meminumnya "(QS. An-Nahl : 66).
Susu merupakan sumber gizi yang lengkap, tidak heran bila susu dapat
menyembukan beberapa penyakit, susu disini yang dimaksud adalah susu murni
dari hewan ternak yang halal memang untuk di konsumsi, bukan susu hewan
yang haram dikonsumsi karena susu juga bagian dari tubuh hewan atau
seseorang, pula bukan susu formula, karena kandungan sudah berbeda dan lebih
kompleks yang mempersulit tubuh untuk mencernanya.
c. Korma Ajwa ( Korma Nabi ).
Korma adalah salah satu buah yang sering nabi anjurkan untuk
mengkonsumsinya terutama bagi orang yang berbuka puasa, karena korma
mengandung zat gula yang baik untuk pertumbuhan badan, ada korma khusus
untuk pengobatan yaitu Korma Ajwa.
Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit,
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau
meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku
merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani
Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-
Harits bin Kalidah] mengambil tujuh buah korma ajwah, kemudian ditumbuk
beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” (HR. Abu Dawud
no.2072).
Korma memiliki banyak khasiat serta gizi, mampu menjaga suhu tubuh tetap
stabil dan lebih cepat memulihkan tenaga daripada asupan yang lain.
d. Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. bahwa ia
pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya: “Sungguh dalam habbatus sauda’ itu terdapat penyembuh segala
penyakit, kecuali as-sam.” Saya bertanya, “Apakah as-sam itu?” Beliau
menjawab, “Kematian”. Habbatus sauda’ berkhasiat mengobati segala jenis
penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas
karena faktor temporal. Biji habbatus sauda’ mengandung 40% minyak takasiri
dan 1,4% minyak atsiri, 15 jenis asam amino, protein, Ca, Fe, Na dan K.
kandungan aktifnya thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ),
thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY). Telah terbukti dari berbagai
hasil penelitian ilmiah bahwa habbatus sauda’ mengaktifkan kekebalan
spesifik/kekebalan didapat, karena ia meningkatkan kadar sel-sel T pembantu,
sel-sel T penekan, dan sel-sel pembunuh alami. Beberapa resep penggunaan dan
manfaat habbatus sauda’:
1. Ditumbuk, dibuat adonan dangan campuran madu, kemudian diminum setelah
dicampur air panas, diminum rutin berhari-hari: menghancurkan batu ginjal
dan batu kandung kencing, memperlancar air seni, haid dan ASI.
2. Diadon dengan air tepung basah atau tepung yang sudah dimasak, mampu
mengeluarkan cacing dengan lebih kuat.
3. Minum minyaknya kira-kira sesendok dicampur air untuk menghilangkan
sesak napas dan sejenisnya.
4. Dimasak dengan cuka dan dipakai berkumur-kumur untuk mengobati sakit
gigi karena kedinginan.
5. Digunakan sebagai pembalut dicampur cuka untuk mengatasi jerawat dan
kudis bernanah.
6. Ditumbuk halus, setiap hari dibalurkan ke luka gigitan anjing gila sebagian
dua atau tiga kali oles, lalu dibersihkan dengan air.
2.4 Perbedaan Pengobatan secara modern dan Pengobatan secara Islam
3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan Pengobatan sudah disampaikan sejak jaman Rasulullah dalam
hadits – haditsnya. Hadis-hadis tersebut banyak yang sesuai dengan fakta ilmiah
melalui berbagai riset yang telah dilakukan selama ini. Dalam kitab Sahihain dari
Nafi’ dari Ibnu Umar berkata Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sesungguhnya
demam atau demam yang parah adalah sebagian dari aroma neraka jahanam, maka
dinginkanlah ia dengan air.” Seruan Nabi Muhammad tersebur bertujuan kepada
penduduk hijaz yang kebanyakan menderita demam akibat sinar matahari. Hal ini
menunjukkan bahwa pada zaman Nabi, umat islam telah mengetahui solusi mengatasi
penyakit. Tidak hanya dipaparkan dalam hadits, di dalam Al- Qur’an juga
memaparkan tentang jenis-jenis penyakit, juga memaparkan tentang obatnya. Menurut
Al-Qur’an, obat tidak hanya zat yang bisa menyembuhkan penyakit jasmani saja.
Akan tetapi zat yang bisa mengobati penyakit hati atau keduanya (penyakit jasmani
dan hati) juga disebut sebagai obat. Obat yang disebutkan Al-Qur’an ada dua yaitu
Al-Qur’an itu sendiri dan madu. Dalam firman-Nya Allah swt menegaskan bahwa
salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai obat. Cara melakukan pengobatan dalam
islam bisa dilakukan dengan Rukyah atau bisa dilakukan dengan pengobatan Islam
dengan menggunakan bahan – bahan yang tidak mengandung bahan kimia atau yang
disebut juga herbal.
Daftar Pustaka
Dalil, Fitri Yeni M., Hadis-Hadis Tentang Farmasi; Sebuah Kajian Integratif dalam
Memahami Hadis Rasulullah, IAIN Batusangkar : Batusangkar International
Conference, Oktober 2016
Sarasi, Vita. 2012. Ath Thibbun Nabawi (Ilmu Kedokteran Islam). Diperoleh dari
https://www.academia.edu/5469864/Ath_Thibbun_Nabawi_Ilmu_Kedokteran_Islam_
, diakses pada 21 Agustus 2017.