Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

AYAT-AYAT AL-QUR’AN SEBAGAI MEDIA PENYEMBUHAN

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen pengampu : Yunia Kusminarsih M.Pd.

Oleh :
Ribi Nanda Sholihah
221410044

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ............................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 4
A. Landasan teori.................................................................................................... 4
1. Bersifat umum............................................................................................. 4
2. Bersifat khusus.............................................................................................5
B. Teori resepsi....................................................................................................... 6
C. Kerangka konseptual .........................................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 9

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” dan suci


yang kesucian Al-Qur’an tidak tercemari tangan manusia. Karena tidak ada
suatu bacaanpun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu
yang dapat menandingi Al-Qur’an al-Karim, dan merupakan suatu nama
pilihan Allah yang sungguh tepat, bacaan sempurna lagi mulia (Aminah, 2013:
15). Al-Qur’an berperan bersar dalam menjadikan manusia dalam belajar,
menimba ilmu, segala sesuatu yang membawa ke arah yang positif baik secara
individu maupun sosial.
Al-Qur’an juga merupakan wahyu yang diterima Nabi Muhammad
SAW dari Allah SWT. Al-Qur’an juga memberi petunjuk jawaban atas segala
problematika sekaligus menjadi pelengkap dari kitb-kitab terdahulu, Al-
Qur’an juga mendapat perlakuan khusus, seperti ditempatkan di tempat yang
tinggi, dan menyentuhnya dalam keadaan suci, membacanya dianggap sebagai
ibadah. Hal ini menjadi pendorong kaum musilimin untuk membaca Al-qur’an
sebanyak mungkin.
Dalam kehidupan individu maupun sosial manusia, praktik pemaknaan
terhadap Al-Qur’an beraneka ragam dan berbeda-beda. Hal tersebut karena
adanya sudut pandang yang berbeda terhadap nash Al-Qur’an. Misalnya: Al-
Qur‟an memberi kemantapan batin, ketenangan, rasa terlindung,rasa bahagia,
rasa sukses dan rasa puas. Hal ini dapat menjadi motivasi dan dorongan
seseorang agar melakukan tindakan-tindakan yang bernilai positif.
Dalam realitanya, fenomena “pembacaan Al-Qur’an” sebagai sebuah
apresiasi dan respons umat Islam ternyata sangat beragam. Ada berbagai
model pembacaan Al-Qur’an, mulai dari pemahaman dan pendalaman
maknanya, ataupun memaknainya sebagai ibadah, ritual. Bahkan ada pula
model pembacaan yang bertujuan untuk mendatangkan kekuatan magis
(supranatural) atau terapi pengobatan dan sebagainya (Syamsuddin, 2007: 65).

1
Sejenis pengobatan penyakit menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an
sebagai media obat mujarab, seperti suwuk. Ada lagi terapi ruqyah yang
menngunakan ayat Al-Qur’an untuk mengobati gangguan jin atau makhluk
halus, penyakit fisik juga dapat disembuhkan dengan terapi ini.

Fenomena-fenomena di atas disebut juga dengan Living Qur’an, di


mana Al-Qur’an menjadi unsur utama dalam praktik-praktik kegiatan
masyarakat, kelompok mamupun individu. Mereka menjadikan ayat Al-
Qur’an tertentu sebagai media pengobatan.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana cara mempraktikkan


pengobatan penyakit jasmani dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki tujuan yaitu


untuk mengetahui cara mempraktikkan ayat ayat alquran sebagai media penyembuhan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kegunaan ayat ayat
Alqur’an sebagai media penyembuhan.
2. Manfaat praktis
Secara praktis proposal penelitian ini guna untuk memenuhi tugas ulangan
akhir semester 2.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

Dalam proposal penelitian ini penelitian kualitatif, terhadap


penggunaan ayat-ayat Qur’an sebagai metode penyembuhan atau pengobatan:

Al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam yang sangat


bermakna. Di dalamnya dijelaskan dasar-dasar, pokok-pokok syariat
agama, petunjuk dan ajaran-ajaran untuk kehidupan manusia Al-Qur’an
yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw dengan segala
keistimewaannya dan sebagai mukjizat, bukan hanya sebagai kitab agama
atau fiqih, melainkan sebagai kitab yang komprehensif, yang di dalamnya
menghimpun semua bidang ilmu pengetahuan. Al-Qur’an yang benar-
benar mengandung berbagai manfaat, terutama dalam ilmu pengetahuan.
Di antara ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur’an
adalah ilmu kedokteran atau ilmu pengobatan. Dengan adanya dalil yang
menunjukkan kebolehan mengobati penyakit. Menurut suatu riwayat, Dari
Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda.

Artinya: Menceritakan kepada kami Abu Bakar Bin Abu Syaibah


dan Ibrahim bin Sa’id Al-Jauhariy, mereka berkata: menceritakan kepada
kami Abu Ahmad, dari Umar bin Sa’id bin Husain, menceritakan
kepada kami ‘Atha-, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah saw.
Bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan
menurunkan pula obatnya.”

Al-Qur’an dapat menjadi penyembuh (syifa) bagi siapa saja yang


meyakininya. Dalam al-Qur’an penyembuhan dibagi 2 bagian :
a. Bersifat Umum
Syifa dimaknai sebagai petunjuk umum, berupa kandungan al-
Qur’an secara maknawi dari ayat-ayat, dan surat-surat yang berfungsi
sebagai penyembuh yakni seluruh ayat adalam al-Qur’an dapat dijadikan

4
sebagai obat.

b. Bersifat khusus

Kata Syifa‟ yang dalam makna khusus atau penyakit- penyakit


tertentu atau bagi orang-orang yang beriman dan meyakini kekuasaan dan
kebesaran-Nya (Latif, 2014: 82). Seperti dalam QS. al-Isra’ ayat 82:

‫اًا‬
‫َ ر‬ ‫اِ سِا ُ سدَ ََِسا ا ةٌ سو سًْؤ سٌِة َّٰ ؤِ دِْؤ ََِِيَس سو سّ يس َِيُد ظ ل‬
‫ٱَٰ َِ َِيَس اَ لّ سَ س‬ َ ٌ‫سوُدِ َ ّسِ دُ ََِس ؤٱُٰد ؤْ س‬

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(QS.al-Isra’ ayat 82).

Berdasarkan catatan sejarah, praktik penggunaan ayat al-


Qur‟an untuk pengobatan telah terjadi sejak zaman Nabi saw.
Sebagaimana telah dijelaskan Ibrahim Salim bahwa Nabi Muhammad
saw. pernah melakukan praktik semacam ini, dengan memakai surat
mu‟awwizatain sebagai penyembuhan penyakit dengan cara ruqyah
(Ibrahim, 2008: 110) dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa surat
al-Fatihah digunakan untuk mengobati salah satu pimpinan suatu
perkampungan Arab yang terkena sengatan kalajengking.

Dengan demikian jelas bahwa pada zaman Rasulullah Al-


Qur’an tidak hanya dijadikan sebagai pedoman kehidupan melainkan
juga digunakan untuk pengobatan, dengan kata lain al-Qur’an
difungsikan di luar kapasitasnya sebagai teks. Surat mu’aw wizatain
secara semantis didalam ayat tersebut mengandung perintah untuk
“berlindung”. Begitupula dengan surat al-fatihah yang bermakna
pembukaan tidak memiliki relasi dengan persoalan kalajengking. Di
era modern ini banyak ditemukan praktik-praktik pengobatan dengan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an.

5
B. Teori Resepsi

Nyoman Rathna (2009: 12) menyebutkan, teori resepsi atau respon;

secara etimologis respsi berasal dari bahasa latin, “recipere” yang berarti

penerimaan, atau penyambutan pembaca. Sedangkan definisi respsi secara

terminologis yaitu sebagai ilmu keindahan yang didasarkan pada respon


pembaca terhadap karya sastra.
Pada awalnya, respsi merupakan disiplin ilmu yang mengkaji
tentang peran pembaca terhadap suatu karya. Hal ini dikarenakan karya
sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai penikmat dan
konsumen karya sastra. Dalam aktivitas mengkonsumsi tersebut, pembaca
menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra
mempunyai nilai karena adanya pembaca yang memberikan nilai. Dengan
demikian teori resepsi memberikan peranan pembaca dalam menyambut
suatu karya sastra. Dalam memandang suatu karya, faktor pembaca sangat
menentukan karena makna teks, antara lain, ditentukan oleh peran
pembaca. Makna teks bergantung pada situasi historis pembaca, dan
sebuah teks hanya dapat mempunyai makna setelah teks itu dibaca (Djoko,
2007: 7).
Jika teori resepsi merupakan teori yang mengkaji perandan respon
pembaca terhadap suatu karya sastra, pertanyaannya adalah apakah Al-
Qur‟an merupakan karya sastra?
Menurut ahli sastra, suatu karya dapat digolongkan sebagai karya
sastra yaitu apabila mempunyai tiga elemen literariness (aspek sastra)
sebagai berikut:
a. Estetika rima dan irama.

b. Defamiliarisasi, yaitu kondisi psikologi pembaca yang mengalami


ketakjuban, setelah mengkonsumsi karya tersebut.
c. Reinterpretasi, yaitu kuriositas pembaca karya sastra untuk melakukan
reinterpretasi terhadap karya sastra yang telah dinikmatinya.
Dengan adanya pemaknaan-pemaknaan terhadap Al-Qur’an,

menurut Heddy Shri(2012: 253) dalam mempelajari Al-Qur’an melahirkan

beberapa paradigma baru sebagai berikut:

6
a. Paradigma akulturasi

b. Paradigma fungsional

c. Paradigma struktural

d. Paradigma fenomenologi
e. Paradigma hermeneutik (interpretative)

Baik resepsi ataupun paradigma merupakan interpretasi ataupun


cara pandang seseorang terhadap diri atau lingkungan sekitar. Dengan
menempatkan pemaknaan Al-Qur’an dan perwujudannya dalam kehidupan
sehari-hari yang mana manusia menjadi titk pusat kajian. Resepsi
fungsional termasuk dalam resepsi performatif yakni kajian tentang
kegunaan dan penggunaan kitab suci atau ranah kajian kitab suci sebagai
sesuatu yang “diperlakukan‟. Misalnya sebagai wirid untuk nderes atau
bacaan-bacaan suwuk (ruqyah). Selain performatif, terdapat juga ranah
kajian informatife yaitu kitab suci sebagai sesuatu yang dibaca, dipahami,
dan diamalkan.

C. Kerangka Konseptual

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif


dan cenderung menggunakan analisis. Yang proses dan makna lebih di
tonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Adapun
objek material dalam penelitian ini adalah praktik pengobatan
menggunakan ayatayat Al-Qur’an dan objek formalnya adalah pemaknaan
dalam penggunaan ayat-ayat Al-qur’an sebagai pengobtan.

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian


ini dikatakan penelitian kualitatif karna data tak berupa angka.

Mengenai subjek penelitian sekaligus sumber data, peneliti membagi


dua, yaitu data yang diambil dari informan kunci dan non kunci. Informan
kunci disini yakni Mbah Baderi dan beberapa terapis sebagai pelaku utama
dalam praktik pengobatan penyakit jasmani menggunakan ayat-ayat Al-
Qur’an dan informan non kunci ialah pasien-pasien yang penah melakukan
pengobatan dan sempat meluangkan waktunya untuk dimintai informasinya.

Adapun objek material dalam penelitian ini adalah praktik


pengobatan menggunakan ayatayat Al-Qur’an dan objek formalnya adalah
pemaknaan dalam penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pengobtan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aminah Nina. 2013. Pendidikan Kesehatan dalam Al-Qur‟an. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Andriawan Didik, 2013. “Penggunaan Ayat AL-Qur‟an Sebagai Pengobatan: Studi


Living Qur‟an Pada Praktik Pengobatan Dr. KH. Komari Saifulloh, Pesantren Sunan
Kalijaga, Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo,Kabupaten Nganjuk, “Skripsi
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Lihat Muhammad bin Yazid Abu Abd. Allah, Sunan Ibn Majah (Juz 2: Beirut: 1995.
Dar al-Fikr

Lihat Abu Abdullah Muhammad, Shahih Al-Bukhari. (Juz 1. Beirut: 2002. Dar al-Fikr

Shihab, Quraisyh M, 1996. Wawasan al-Qur‟an : Tafsir Maudhu‟I Atas Pelbagai


Persoalan Umat(Cet. III. Bandung : Mizan.

Syamsuddin Sahiron (ed), 2007. Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis.
Yogyakarta: TH-Press

Shihab, Quraisyh, 2002. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur‟an. Jakarta : Lentera Hati

Anda mungkin juga menyukai