PROPOSAL TESIS
Pendekatan di atas kalau diringkas menjadi dua metode : atsar dan ra’yi.
َّاهمَّاَّفَّبَّاطَّل
َّ َّالتَّفَّسَّيَّرََّّإَّمَّاَّبَّنَّقَّلََّّثَّابَّتََّّأَّوََّّرَّأَّيََّّصَّائَّبََّّوََّّمَّاَّسَّو
“Tafsir itu dengan penukilan yang pasti atau dengan pemikiran yang
benar. Selain itu salah.”
“Orang yang pintar menamai jenis penyakit namun tidak bisa memberi solusi,
buat apa didengarkan definisi dan penjelasannya. Belajar dari orang yang memang
bisa selesaikan masalahnya. Walau pakai definisi penyakit yang sederhana. Padahal
itu bisa sederhanakan masalah yang rumit, bukan merumitkan masalah yang
sederhana”3
Ada problem akademis dan etis yang serius saat pengobatan yang berurusan
dengan nyawa dan keselamatan orang lain, dilaksanakan oleh orang yang tidak
memiliki kepakaran di bidangnya. Sayangnya praktek ini dalam dua skripsi
sebelumnya dimasukkan dalam kajian living quran. Sesuatu yang tidak ilmiah
dinisbatkan pada Al Quran.
(Allah berfirman): "Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi
dan untuk minum".
2
Syah, Juliana Maulizhar, Pengobatan Akhir Zaman Al-Kasaw (PAZ) pada Rumah Sehat Pango dalam
perspektif Al Quran, UIN Ar Raniry Daryssalam Banda Aceh 2023
3
Susanto, Anjrah Ari, Haris Moejahid Sang Medical Hacker, Klaten : PAZ Publisher, 2022
PAZ Al Kasaw memahami ayat ini sebagai jurus pengobatan terbaik adalah
dengan menghentakkan kaki. Alasannya penyakit berat yang diderita Nabi Ayyub as
bisa sembuh karena mempraktekkan perintah ini. Dan sayangnya jika meragukan
jurus ini sebagai jurus pengobatan dianggap dia tidak mempercayai solusi Al Quran di
bidang pengobatan. Mereka tidak mendudukkan peristiwa ini adalah mukjizat khusus
kepada Nabi Ayyub as, dan bukan perkara yang bisa diempiriskan untuk semua orang
dan semua kasus penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Secara Teoritis
a. Memunculkan awareness public tentang ilmu tafsir dan kaidah-kaidahnya
yang perlu dipatuhi, untuk membedakan dengan pseudotafsir yang cenderung
menerabas kaidah-kaidah tafsir dan menggunakan penafsiran tunduk
kepentingan penafsir
b. Memunculkan diskursus baru yaitu pseudotafsir dalam kajian ulumul quran
dan tafsir.
2. Secara Praktis
a. Memberi edukasi public tentang bahaya penggunaan pseudotafsir dalam
praktek-praktek pengobatan dan kesehatan berbasis pseudosains
b. Memberi masukan terkait public health kepada stakeholder, pemerintah, ormas
Islam maupun masyarakat pada umumnya dalam menempatkan teks-teks Al
Quran pada tempatnya dan tidak menafsirkan secara sembrono dan tidak
bertanggung jawab.
D. Telaah Pustaka
Pada telaah pustaka ini, penulis membaginya dalam dua tema besar. Tema
kajian yang pertama adalah literatur literatur yang membahas konsep pseudotafsir
sedangkan tema kajian yang kedua adalah mengenai pseudosains.
1. Syah, Juliana Maulizhar, Pengobatan Akhir Zaman Al-Kasaw (PAZ) pada Rumah
Sehat Pango dalam perspektif Al Quran, UIN Ar Raniry Darussalam Banda Aceh
2023
2. Hakim, Hamzah Imaduddin, Praktek Pengobatan dengan Ayat Al Quran (Studi
Living Quran di Klinik Pengobatan Akhir Zaman Al Kasaw Lowokwaru Malang),
IAIN Jember, 2021
Kedua skripsi di atas masih sebatas menjelaskan aspek living quran, dan
belum menganalisis lebih dalam, apakah penafsiran yang dilakukan bisa diakui
sebagai tafsir atau bukan. Dan praktek pengobatannya apakah termasuk sains atau
pseudosains.
Kedua konsep ini sering terkait karena banyak praktik pseudosains, seperti
pengobatan alternatif yang tidak berdasar bukti ilmiah, dapat menjadi pusat bagi
kultus pengobatan. Dalam kultus pengobatan, para pengikut cenderung mempercayai
dan menganut praktik-praktik ini sebagai kepercayaan agama atau spiritual, meskipun
kurangnya bukti ilmiah yang mendukung efektivitasnya.
Penting untuk memahami perbedaan antara sains yang sah dan pseudosains,
serta untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait kesehatan. Praktik
kesehatan yang didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat biasanya lebih andal dan
aman daripada praktik-praktik yang termasuk dalam kategori pseudosains atau kultus
pengobatan.
َ َاللَّوُ َعلَى َم ْن ت
اب
“Jika manusia memiliki dua lembah yang dipenuhi harta, maka ia akan
mencari lembah ketiga. Nafsu manusia hanya akan terhenti saat ia mati. Allah akan
menerima taubat bagi siapa saja yang mau bertaubat” (Al-Bukhari, 1987, V/2364;
Muslim, Tth, III/9).
Kemunculan komodifikasi agama bukan akibat adanya ajaran dalam agama
yang membolehkannya. Namun karena sebagian pemeluk agama ada yang melakukan
penyelewengan misi dari agama itu sendiri (abuse of faith). Komodifikasi agama
dalam konteks tulisan ini bukan kemunculan agama baru, atau praktik peribadatan
yang baru yang berlawanan dengan keyakinan dan praktik agama yang sudah ada
sebelumnya. Komodifikasi agama adalah mendudukkan agama sebagai barang yang
dengannya fungsi spiritualnya bisa menjadi komoditas yang layak dikonsumsi dalam
masyarakat. (M Muslihan, 2015, 12).
Tema komodifikasi agama sudah disinggung oleh Al-Quran dan secara lugas
ditegaskan dalam banyak hadis. Dalam surah al-Baqarah ayat 41ْ Al-Quran
menggunakan kata tasytaru yang secara leksikal bermakna membeli,
ِ وَال تَ ْشتَ روا۟ بَِاي ِٰت ََثَنًا قَلِ ًيل وإِ َّّٰي فَٱتَّ ُق
ون
َ َ َ ُ َ
Sementara dalam hadis, kata yang digunakan adalah bay’ yang secara leksikal
berarti menjual.
اع َة َّ إِ َذا ُوس َد ْاألَ ْم ُر إِ َل ََ ِْي أَ ْىلِ ِو فَانْتَ ِظ ِر
َ الس
“Barang siapa yang melakukan pengobatan dan dia tidak mengetahui ilmunya
sebelum itu maka dia yang bertanggung jawab.”5
4
Andi Rahman, Komodifikasi Agama : Sebuah Kajian Tafsir Fenomenologis,
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Hermeneutik/article/view/3904 diakses pada tanggal 04 Oktober 2023
5
HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah dan yang lain, hadits hasan no. 54 kitab Bahjah Qulub Al-Abrar
E. Metode Penelitian
1. Kajian literatur tentang penggunaan ayat-ayat suci dalam praktik pengobatan dan
kesehatan berbasis pseudosains di Indonesia.
2. Wawancara dengan praktisi pengobatan alternatif, pasien, dokter dan tokoh agama
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan ayat-
ayat suci dalam praktik tersebut.
3. Analisis konten terhadap teks-teks yang digunakan untuk melegitimasi praktik
pengobatan dan kesehatan berbasis pseudosains.
F. Sistematika Penelitian
Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pokok masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penulisan. Hal ini
dimaksudkan agar dalam menguraikan materi dapat dilaksanakan dengan sistematis
sesuai dengan rencana penelitian.
Bab II berisi landasan teori. Berisi langkah langkah penafsiran dengan teori
Dasar-Dasar Tafsir. Dari penjelasan teori tersebut nantinya akan diaplikasikan dan
dan dibahas lebih lanjut pada bab IV
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan dan selanjutnya berisi saran saran yang dimaksudkan untuk
menindaklanjuti penelitian ini dan penelitian yang akan datang.