Anda di halaman 1dari 12

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/syifa-al-qulub
ISSN-2540-8453 (online) dan ISSN-2540-8445 (cetak)

EPISTEMOLOGI DOA KH ASEP MUKARRAM


Solehudin
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
__________________________

ABSTRAK

Terapi adalah upaya penyembuhan atau normalisasi atas “penyakit” yang diderita oleh pasien. Terdapat
banyak ragam cara penyembuhan yang dilakukan terapis terhadap penyakit pasien. Jenis penyakit dan
tingkat keakutannya juga bervariasi. Penyakit-penyakit kategori medis dengan level ke-akut-an dan
penyakit-penyakit yang ditengarai non-medis membuka cukup ruang munculnya lembaga-lembaga
terapi alternatif di berbagai wilayah khususnya di Indonesia. Untuk wilayah Jawabarat, terdapat banyak
lembaga-lembaga terapi baik yang memiliki legal-formal terdaftar di departemen kehakiman maupun
yang tidak mengantongi surat izin. Lembaga terapi pada scope satuan-satuan wilayah yang lebih kecil
misalnya terdapat di Kampung Ciawitali Sukanagara, Cianjur Selatan Kabupaten Cianjur. Lembaga
terapi ini merupakan bagian dari Lembaga pesantren Salafi Ciawitali yang dipimpin KH. Asep
Mukarram. Tujuan pnelitian ini fokus pada basis terapinya yakni do’a. Ada beberapa ilustrasi yang
dinarasikan penulis di depan nanti tentang epistemologi do’a yang ada di lembaga terapi tersebut dengan
penjelasan-penjelasan langsung atau tidak langsung yang bersumber dari terapis (KH. Asep Mukarram).
Karenanya, penelitian ini hanya berkisar pada prosesi perolehan do’a (ijazah, mahar), riyadlah, puasa
(shaum), wirid dan lain-lain. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik dengan jenis
data kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah field research dengan teknik
wawancara mendalam (deep interview) dengan puposive sampling.Penelitian ini berbasis pada
kerangka epistemologi atau teori pengetahuan (nadzariyyat al-ma’rifah). kata do’a (‫)الدعاء‬. Jika merujuk
kepada Alquran, banyak kata-kata do’a dengan berbagai derivasinya baik dalam bentuk kata kerja
maupun kata benda, sebanyak 90 kali disebut; 48 dalam bentuk kata benda [isim] dan 44 dalam bentuk
kata kerja [fi’il]. Kata ini memiliki variasi makna; ibadah, meminta, memanggil, memuji dan seterusnya.
doa secara definitif dimaknai dengan; permintaan kepada Allah untuk didatangkan kemanfaatan dan
dicegah berbagai keburukan. Hasil penelitian ini dapat disebutkan secara singkat sebagai berikut;
epistemologi do’a di lembaga terapi KH Asep Mukarram meliputi prosesi pembersihan fisik dengan
di”rebus”, melakukan riyadlah (latihan penyucian jiwa), shaum, Idan wirid. Perolehan ilmu para santri
atau pasien melalui proses ijazah dan mahar. Do’a-do’a yang di-ijazahkan bersumber dari Alquran,
literatur kitab-kitab hikmah, dan “racikan” KH Asep Mukarram sendiri. Relasi do’a dengan terapi dapat
terlihat dari prosesi terapi dengan media wafaq, transfer energi do’a pada pemindahan penyakit ke tubuh
hewan, dan pengisian benda dengan energi doa. Ide utama dari berdoa menurut KH Asep Mukarram
adalah keyakinan bahwa do’a kita akan di-qabul (diterima).

KATA KUNCI

Terapi; Epistemologi Do’a; Riyadlah, Ijazah; Transfer Energi


_______________________________________

DOI: https://doi.org/10.15575/saq.v2i1.2386

A. PENDAHULUAN
penyakit pasien. Jenis penyakit dan tingkat
Terapi adalah upaya penyembuhan atau keakutannya juga bervariasi. Penyakit medis
Normalisasi atas “penyakit” yang diderita oleh dan non-medis juga menjadi terma yang
pasien. Terdapat banyak ragam cara seringkali disebutkan untuk membuat kategori-
penyembuhan yang dilakukan terapis terhadap kategori bahwa ada penyakit yang dapat
Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

disembuhkan secara medis dan ada yang tidak B. KERANGKA TEORI


dapat disebuhkan dengan dengan pola-pola EPISTEMOLOGI DO’A
medis. Penyakit-penyakit kategori medis
dengan level ke-akut-an dan penyakit-penyakit Penelitian tentang epistemologi do’a sangat
yang ditengarai non-medis membuka cukup terkait dengan pendefinisian Epistemologi itu
ruang munculnya lembaga-lembaga terapi sendiri. Istilah epistemologi jika ditelusuri
alternatif1 di berbagai wilayah khususnya di diambil dari bahasa Yunani dari dua kata yang
Indonesia. Untuk wilayah Jawa barat, terdapat digabungkan yaitu; kata “episteme” dan kata
banyak lembaga-lembaga terapi baik yang logy dari logos. kata “episteme” dapat
memiliki legal-formal terdaftar di departemen diartikan dengan pengetahuan (knowledge)”.
kehakiman maupun yang tidak mengantongi Sementara kata logy (logos) dapat diartikan
surat izin. dengan ilmu atau theori. Jika disatukan, satuan
Lembaga terapi pada scope satuan-satuan kata dari bahasa Yunani tersebut maka
wilayah yang lebih kecil misalnya terdapat di epistemologi dapat diartikan sebagai teori
Kampung Ciawitali Sukanagara, Cianjur pengetahuan atau dapat juga disebut dengan
Selatan Kabupaten Cianjur. Lembaga terapi ini filsafat ilmu (nadzariyyat al-ma’rifah).2
merupakan bagian dari Lembaga pesantren
Salafi Ciawitali yang dipimpin oleh Hadrat al- Kajian epistemologi jika diurai
Syaikh KH. Asep Mukarram. Aktivitas terapi pembidangannya terbagi kepada tiga hal yang
dimulai sejak 1996 hingga sekarang (2017). pokok yaitu; (1) definisi pengetahuan,
Penelitian tentang lembaga terapi memiliki sumber-sumber pengetahuan, asal-usul
kemungkinan beberapa fokus penelitian. (genealogi) pengetahuan, (2) bagaimana cara
Tulisan ini tidak membidik prosesi terapi, memperoleh pengetahuan, dan apakah
tetapi fokus pada basis terapinya yakni do’a. pengetahuan yang diperoleh itu benar (validitas
Ada beberapa ilustrasi yang dinarasikan penulis pengetahuan).
di depan nanti tentang epistemologi do’a yang Teks Alqur’an menyebut banyak kata ilmu
ada di lembaga terapi tersebut dengan (pengetahuan) yakni disebut sebanyak 105 kali,
penjelasan-penjelasan langsung atau tidak Jika disebutkan dengan berbagai derivasi
langsung yang bersumber dari terapis (KH. (turunnannya) kata yang merujuk pada pada
Asep Mukarram). Karenanya, penelitian ini ilmu/pengetahuan disebut tidak kurang dari
hanya berkisar pada prosesi perolehan do’a 744 kali3. Pengertian dari sejumlah kata-kata
(ijazah, mahar), riyadlah, puasa (shaum), wirid tersebut bervariasi sesuai dengan pola (tashrif)-
dan lain-lain. nya,: mengetahui (‘alima), pengetahuan (al-
‘ilm), orang yang berpengetahuan (al-‘alim),
dan seterusnya. Ada beberapa kata yang
mememiliki kedekatan makna dengan kata
‘alima-ya’lamu yaitu kata; ‘arafa-
ya’rifu, dzahara-yadzharu, khabara-yakhbaru

1
Terapi adalah suatu upaya pengembalian kesehatan Filsafat Ilmu, 1995. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, hal:
dan fungsionalitas tubuh ke dalam kondisi yang normal. 33, Endang Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Terapi Alternatif didefinisikan dengan: “semua jenis Penelitian, 2011. Bandung, PT Refika Aditama, hal: 15.
pengobatan yang tidak dianggap sebagai praktek Amsal, Bahtiar., Filsafat Ilmu, 2011. Bandung, PT Raja
standar/terukur atau konvensional dalam suatu budaya Grafindo, hal: 20. Tafsir, Ahmad., Filsafat Ilmu, 1998.
tertentu”. Terapi alternatif banyak dilakukan di negara- Bandung,PT Remaja Rosda Karya, hal: 34-35
negara Barat, seperti pengobatan tradisional Cina
(akupungtur dan lain-lain, homeopati, naturopati, dan 3
Fu’ad abul Baqi, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Quran
chiropractic. Harf ‘Ain
2
Ja’far Abbas, Nadzariyyat fi al-Islam, 1986. Maktabah
Alfain, Kuwait, hal: 31-32. S Suryasumantri, Jujun.,

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25 15


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

dan seterusnya. Kata kunci ‘arafa dan tendensi makna “permintaan”. Hal ini
derivasinya (turunannya) dalam Alqur’an sebagaimana disebutkan dalam surat Ghafir
disebut sebanyak 34 kali. Kata ‘alima ayat 60:
(mengetahui) dan kata ‘arafa
(mengenali).memiliki kedekatan makna dan "mintalah kepada-Ku, pasti akan
terkadang disininomimkan. Kukabulkan permintaanmu.
Banyak ayat-ayat Alqur’an yang Sesungguhnya orang-orang yang
menunjukkan isyarat tentang sumber menyombongkan diri dari menyembah-
pengetahuan; a) pengetahuan empiris, seperti Ku akan dimasukan ke neraka
narasi pada ayat Alqur’an ketika Allah Jahannam dalam keadaan terhina5".
mengajarkan nama-nama segala sesuatu Selanjutnya, do’a dalam Alquran memiliki
kepada nabi Adam as., ayat-ayat tentang tendensi makna “permohonan” sebagaimana
perintah Allah untuk memperhatikan
disebutkan dalam firman Allah di surat al-A’raf
penomena alam misalnya penyelidikan ayat 55 yang artinya sebagai berikut:
terhadap benda-benda angkasa, dan penomena- Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan
penomena yang ada di planet bumi, ayat-ayat rendah hati dan suara yang lembut.
tentang perintah penyelidikan mengenai awan, Sesungguh Allah tidak menyukai orang-
gunung, laut dan makhluk hidup di bumi, dan orang yang melampaui batas6
seterusnya b) pengetahuan bersumber dari
rasio, seperti potongan ayat-ayat yang Tendensi makna yang sama (permohonan)
mengharuskan manusia untuk berfikir (afala juga terdapat dalam firman Allah di surat al-
tatafakarun,) meng-akal (afala ta’qilun), atau Baqarah ayat 186 yang artinya sebagai berikut:
redaksi uli al-albab, uli al-abshar, uli al-nuha Apabila hamba-hamba-Ku bertanya
dan seterusnya dan c) pengetahuan bersumber kepadamu tentang Aku, maka (jawablah
dari intuisi dan wahyu. Dalam konteks ini, Muhammad), bahwasanya Aku adalah
Alquran sendiri adalah sebagai sumber dekat. Aku mengabulkan permohonan
pengetahuan. Sementara intuisi adalah media orang yang berdo`a apabila ia
yang dimiliki seseorang dalam menerima memohon kepada-Ku, maka hendaklah
pengetahui, bersifat abstrak dan personal. mereka itu memenuhi (segala perintah)
Penangkapan terhadap makna-makna esoterik Ku dan hendaklah mereka beriman
dalam Alquran merupakan wilayah yang dapat kepada-Ku, agar mereka semua selalu
diambil oleh media atau alat pengetahuan berada dalam petunjuk7..
intuitif. Berikutnya, do’a dalam Alquran memiliki
Selanjutnya adalah kata do’a (‫)الدعاء‬. Jika tendensi makna “panggilan” sebagaimana yang
merujuk kepada Alquran, banyak kata-kata disebutkan dalam firman Allah di surat al-Isra
do’a dengan berbagai derivasinya baik dalam ayat 52 yang artinya:
bentuk kata kerja maupun kata benda, sebanyak Yaitu pada hari Dia (Allah) memanggil
90 kali disebut; 48 dalam bentuk kata benda kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil
[isim] dan 44 dalam bentuk kata kerja [fi’il]4. memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa
Kata do’a dalam Alquran memiliki beberapa kamu tidak berdiam (di dalam kubur)
makna, diantaranya adalah sebagai memiliki kecuali hanya sebentar saja.8

4
“mendorong untuk melakukan sesuatu” (Yusuf: 33) dan
http://articles.islamweb.net/media/index.phppage=articl seterusnya.
5
e&lang=A&id=141408. Masih ada beberapa tendensi Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir, cet II,
makna dari kata al-du’a dalam Alquran seperti 2017. Bandung, CV Khazanah Intelektual, h: 474
bertendensi makna “ibadah (al-An’am: 71), “menyebut 6
Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir, , h: 158
nama” {al-Nur: 63), “menanyakan” {al-Baqarah: 68), 7
Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir, , h: 28
8
Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir, , h: 287

16 Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 12-25


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

Tendensi makna berikutnya, do’a dalam dan seterusnya.


Alquran dari makna kata do’a adalah “pujian”
sebagaimana yang disebutkan dalam firman C. EPISTEMOLOGI DO’A KH ASEP
Allah di surat al-Isra ayat 11 yang artinya: MUKARRAM DALAM PROSESI
Manusia berdo`a untuk kejahatan TERAPI
sebagaimana ia berdo`a untuk
kebaikan. Dan adalah manusia meiliki Penelitian tentang epistemologi do’a KH
bersifat tergesa-gesa9. Asep Mukarram yang dikorelasikan dengan
terapi para pasien dan para santri memiliki
Secara umum, para ulama mendefinisikan
banyak instrumen. Di bawah ini akan
do’a dengan:“Minta kepada Allah untuk diberi
dikemukakan beberapa instrumen terkait
kemanfaatan dan tertolaknya segala
dengan epistemologi tersebut.
kemadaratan, secara esensi do’a termasuk
bagian dari ibadah10” 1. Cara-cara yang Harus ditempuh seorang
Secara epistemologis, untuk mencapai santri atau pasien
sesuatu yang bermanfaat dan menghindari
sesuatu yang madharat sebagai hasil dari a. Pembersihan fisik dengan cara mandi
permohonan kepada Allah realitasnya adalah di air yang mendidih
(1) aktivitas fisik yang berjalan dalam hukum
kausalitas immaterial, (2)aktivitas hati dan (3) Pembersihan fisik adalah tahap awal yang
aktivitas lisan. Aktivitas hati, lisan dan fisik itu harus dilakukan oleh santri atau orang yang
tergambar dalam firman Allah dalam Quran mau diterapi (pasien). Di lembaga terapi ini ada
surat al-Baqarah ayat 186 yang artinya sebagai sebuah tempat yang disiapkan untuk
berikut: melakukan proses pembersihan. Ada ruangan
pemandian khusus yang tertutup (tidak di ruang
Apabila hamba-hamba-Ku bertanya
terbuka), yang disiapkan untuk para pasien dan
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
para santri. Ada sebuah drum besar di atas
bahwasanya Aku adalah sangat dekat. Aku
tungku dengan api yang setiap saat menyala.
mengabulkan permohonan orang yang
Api yang menyala terus menerus ini untuk
berdo`a jika ia memohon kepada-Ku, maka
menjaga suhu panas tetap stabil (100 derajat
hendaklah mereka itu memenuhi (segala
celcius). Si pasien diminta untuk mengenakan
perintah) Ku dan hendaklah mereka
sarung khusus yang disiapkan oleh musa’id
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
(asisten) yang khusus menangani urusan
mendapat petunjuk11.
pemandian. Asisten ini lazimnya dipanggil
“Abah”, usianya kisaran 60 tahun12.
Kerangka epistemologis di atas akan Setelah mengenakan sarung, si pasien
digunakan pada penelitian tentang diminta masuk ke dalam drum dengan air yang
epistemologi do’a KH Asep mukaram di mendidih. Batas air yang biasanya mengenai
Lembaga Terapi-nya; baik menyangkut makna tubuh biasanya hingga dada. Prosesi ini tidak
do’a, kategori do’a, syarat dan cara-cara lama, diperkirakan hanya 5-10 menit13.
berdo’a, do’a yang kemas dalam bentuk wirid

9
Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir, , h:283
10
Muhammad Shalih, al-Farq baina du’a al-masalah wa 11
Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir, , h: 28
du’a al-ibadah, 2008 dalam situs 12
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
https://islamqa.info/ar/113177.. Definisi dalam konteks Maret 2017
13
permohonan untuk didatangkan kemanfaatan dan Pengamatan peneliti, jumlah pasien yang datang untuk
tercegahnya segala kemudlaratan adalah definisi dari terapi ke KH Asep Mukarram per-hari rata-rata sekitar
do’a minta solusi kepada Allah (du’a al-masalah,). Do’a 60 orang dengan usia yang bervariasi dan kepentingan
yang paling mendasar pengertiannya adalah do’a sebagai yang berbeda-beda pula. Praktek terapi di lembaga terapi
ibadah. al-Mukarram setiap hari dari pukul 9.00-16.00

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25 17


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

Syarat-syarat yang tidak boleh dilanggar santri adalah membaca istighfar (‫)أستغفر هللا العظيم‬
pada prosesi pembersihan fisik dengan air yang terus menerus. Dari wawancara dengan
mendidih ini adalah sebagai berikut: beberapa pasien air yang dirasakan panas
Pertama, yakinkan bahwa air panas tersebut ketika dia menyebut “panas” lambat laun
pasti dingin dengan kekuasaan Allah. Pasrah menjadi dingin.
(tawakkal) sepenuhnya kepada Allah bahwa ketiga, pasien atau santri tidak boleh
yang memberi panas dan memberi dingin mengatakan “aduh!” menyebut “aduh” juga
kepada air yang mendidih adalah Allah, Allah termasuk pantangan dalam prosesi mandi di air
berkuasa mutlak mendinginkan benda yang mendidih tersebut. Jika ini diucapkan maka
panas termasuk panas api menjadi dingin, air akan sama kasusnya dengan penyebutan kata
yang mendidih jadi terasa dingin14. “panas”, air akan benar-benar panas. “kelah”
Kedua, pasien atau santri tidak boleh (cara mengatasinya) adalah dengan menyebut
mengatakan “panas!”. Dalam bahasa psikologi istighfar.
masuk pada kategori sugesti. Suatu keyakinan Kata “panas” dan “aduh” merupakan dua
yang kuat bahwa air yang mendidih itu dingin. kata yang mengindikasikan bentuk keraguan
Ini bersinggungan dengan tradisi lokal (local dalam hati pasien, demikian menurut kang
wisdom) suku sunda; “pantangan, pamali”. Asep Mukarram. Sementara keyakinan total
Dalam tradisi sunda, pantangan adalah sesuatu kepada kekuasaan Allah merupakan syarat
yang tidak boleh dilanggar, dan jika dilanggar multak. Menyebut “aduh” biasanya dilakukan
maka akan terjadi “matak” (akibat, pasien ketika baru memasuki air mendidih
konsekuensi). Misalnya pada kasus mandi di air dengan rasa percaya-tidak percaya. Air yang
mendidih tersebut, jika seorang pasien ada dalam drum biasanya berubah secara
menyebut kata “panas” maka air yang mendidih perlahan dari dingin ke panas. Kondisi air
tersebut benar-benar panas. Ada beberapa berubah perlahan menjadi panas inilah yang
kasus dari hasil pengamatan penulis, dimana si secara spontan menyebut “aduh”, dan ini
pasien mengucapkan “panas” (tentu saja pantangan yang tidak boleh diucapkan.
dengan redaksi lengkap yang berbeda-beda): Menurut kang Asep, jika air menjadi panas,
“bah gak mau ah, panas!”, “panas karasa na tidak usah panik maka cukup si pasien
bah!”. Dua redaksi ini mewakili redaksi- membaca istighfar, maka air akan menjadi
redaksi senada yang pernah dilontarkan oleh dingin lagi secara perlahan.
pasien ketika memasuki bejana (drum). Kasus keempat, tidak boleh sombong. Pada kasus
seperti ini mengharuskan si Abah untuk ini ada beberapa pasien yang merasa bahwa
meyakinkan dan dibacakan do’a untuknya prosesi seperti ini dianggap lazim (biasa)
supaya tidak terjadi terjadi apa-apa dalam karena sebelumnya pernah belajar dan
prosesi mandi15. menguasai do’a atau mantra bagaimana cara
Menyebut “panas!” pada pra-mandi tidak menundukan benda panas termasuk api dan air
membahayakan karena belum masuk ke dalam yang mendidih.
drum/ belum mandi. Tetapi ada beberapa Beberapa kasus tidak diinginkan terjadi
kejadian penyebutan tersebut ketika sudah pada prosesi “direbus” karena si pasien
berada dalam bejana, biasanya spontan. Situasi memiliki sifat sombong dalam dirinya. Abah,
seperti ini yang harus dilakukan oleh pasien/ penanggungjawab dan pemandu prosesi

(maghrib), kecuali hari sabtu yang digunakan untuk yang pertama mendaftar (sekitar pukul 6-;-). Pasien
istirahat full dengan keluarga. Sistem administrasi terbanyak dalam rentang satu minggu tersebut biasanya
pasiennya dengan cara mendaftar terlebih dahulu dengan pada hari selasa dan kamis.
14
mengambil kartu (nomor antrian). Biasanya pukul 6.00 Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
pagi pasien sudah mulai berdatangan dari wilayah- Maret 2017
15
wilayah tertentu baik yang dekat maupun yang jauh. Jika Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
pukul 9.00 dimulai terapi maka yang dipanggil adlah Maret 2017

18 Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 12-25


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

“rebusan” menuturkan bahwa ada beberapa Banyak pasien yang datang kepada beliau
orang yang melepuh kulitnya dan jatuh untuk berobat. Kasus ini terjadi di tahun dua
pingsan. Berikut ini peneliti sebutkan satu dari ribuan kalau tidak salah. Suatu ketika,
beberapa kasus yang hampir sama terjadi ajengan itu datang kepada Akang ke sini
kepada pasien karena dilatarbelakangi oleh membawa pasien minta didorong do’a sama
sikap sombong. ketika diwawancara, Abah akang. Ketika sampai di sini, dia melihat
menuturkan dengan narasinya sebagai berikut; prosesi “rebusan” yang mungkin
[Pangersa, ieu mah ngobrol wae nya, dianggapnya biasa saja. Dia minta ke
pulunganeun urang, jadi eunteung keur akang, mau mandi sekitar 2 jam. Akang
urang yen sombong teh teu kenging sanaos tersenyum; “yah silahkan saja”. Kaki
urang luhung ku elmu. Kieu carita na] Aya ajengan itu masuk ke dalam air hingga
hiji ajengan nami na “D” hiji ajengan anu ujung atas betis (dengkul) tiba-tiba dia
nga hikmah di sabuderen Cisolok berteriak histeris terpental ke belakang dan
Palabuhanratu Sukabumi. Seueur oge pasen pingsan. Sama abah dibaringkan di karpet.
anu daratang. Hiji mangsa eta ajengan Akang tersenyum sambil berkata: “biarkan
sumping ka Akang ka dieu, mun teu lepat saja dulu dua jam, maunya dua jam kan”.
mah di tahun dua rebuan ka beh dieu na Setelah dua jam, baru akang menyentuh
keun. Nyandak pasen hoyong dibantos doa ajengan tersebut dan tiba-tiba bangun dari
ku akang di dieu. Pas kadieu panginten pingsan na, akang sentuh kaki yang
ningal cara-cara akang ngalandongan melepuhnya dan sembuh tidak berbekas.
diantawis na cai rebusan ieu tah. Eta Ajengan tersebut meminta maaf atas
ajengan nyanggem ka akang, hoyong ibak 2 kesalahannya kepada Akang”.
jam mah bangun raos, seger bangun na.
Akang gumujeng we, saur na nya manga ari
kersa mah. Padahal ilahar na, direbus teh b. Riyadlah (latihan penyucian jiwa dan
paling lami oge 10 menit, ieu nyuhunkeun 2 pengendalian diri)
jam, aya sifat ujub tah eta ajengan. Pas Di lembaga terapi KH Asep Mukarram
ngalebetkeun sampean na sa palih semet terdapat beberapa bangunan yang diperuntukan
bitis na kana cai ieu anjeun na nga jengkang (fasilitas) terapi. Ada satu bangunan (2 lantai);
ka pengker langsung teu sadar, sampean na lantai 1 terdiri dari beberapa ruang khusus
bolecek akibat panas na cai. Ku abah untuk riyadlah. Semua ruangan di beri nama
digolerkeun dina karpet. Akang mah wali-wali Allah ; misalnya ruang syekh Syarif
gumujeng bae. “keun wae antep heula dua Hidayatullah, ruang Sunan Kalijaga dan
jam, sabab maneh na hayang na dua jam” seterusnya dan di lantai dua nya untuk wirid,
tos dua jam ku akang diparancahan, ijazah Kubra, buka jati diri (buka aura),
langsung eta ajengan emut deui, gugah bari tawassul dan lain-lain. Dari hasil pengamatan
hahampuraan ka akang. Ku akang dan wawancara dengan para pasien dan santri,
diparancahan eta nu tutng bolecek na, didapatkan beberapa informasi tentang prosesi
ngadadak sampean na biasa deui16”. riyadlah17.
[kita ngobrol saja untuk kita ambil Prosesi riyadlah biasanya dibarengi dengan
hikmahnya dan jadi cermin bagi kita bahwa puasa (shaum) dan wirid. Jumlah shaum-nya
sombong itu tidak baik meskipun kita ditentukan oleh KH Asep Mukarram (Akang),
berilmu tinggi] ada seorang ajengan demikian juga jumlah wirid dan kalimah yang
namanya “D” seorang yang terbilang kiayi harus dibaca. Hitungan shaum, dari informasi
“hikmah” di wilayah Cisolok yang didapatkan jumlahnya ganjil; 1, 3, 7, 11,
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

16 17
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017 Maret 2017

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25 19


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

21, 41. Ketika ditanya langsung ke Akang, tangga, hutang-piutang, bisnis, kesaktian dan
jawaban teks keagamaannya adalah; “bahwa bekal ilmu terapi.
Allah itu Ganjil (Maha Tunggal) dan Allah
c. Berpuasa (shaum)
menyukai hitungan ganjil18”.
Beberapa pelaku riyadlah, ada dua orang Shaum yang dimaksud di sini adalah prosesi
yang dapat diwawancara secara mendalam yang dilakukan di rumah / tempat tinggal
(deep interview) tentang prosesi riyadlah. pasien setelah pulang dari tempat terapi yang
saudara (U) dari bandar lampung Propinsi tidak melekat dengan prosesi riyadlah. Si
Lampung dan mbak (S) dari Semarang Jawa pasien diminta untuk shaum dengan hitungan
tengah. Keduanya memiliki orientasi yang ganjil sambil membaca (wirid) kalimah yang
berbeda atau tujuan yang tidak sama pada telah di-ijazah-kan. Ritual ini merupakan
prosesi mendapatkan “ilmu” di pesantren pilihan-pilihan yang ditawarkan oleh Akang;
Sukanagara mau ritual di pesantren atau dilakukan di rumah
Saudara (U) ini awalnya riyadlah di daerah masing-masing. Mayoritas pasien memilih
Kampung Sawah Cilacap kemudian untuk ritual shaum dan wirid di rumah masing-
direkomendasi untuk melanjutkan riyadlah-nya masing dengan pertimbangan kerja rutin yang
di pesantren KH Asep Mukarram Ciawitali tidak dapat ditinggalkan19.
Sukanagara Cianjur Selatan Kabupaten Ritual wirid dan shaum di rumah masing-
Cianjur. Saudara (U) diberi beberapa masing biasanya setelah selesai prosesinya,
“amalan” (redaksi do’a), disediakan satu diminta untuk kembali ke pesantren untuk
ruangan (kamar) untuk riyadlah. Setiap amalan dilakukan pengecekan energi do’a; berhasil
didapat dengan proses ijazah (transfer energi atau tidaknya, ada atau tidaknya energi do’a
doa secara langsung dan izin mengamalkan). dalam diri si pasien. Evaluasi ini dilakukan
amalan yang telah di-ijazah-kan harus di-wirid untuk agenda lanjutan terutama pada pasien
dengan jumlah tertentu dan ada beberapa yang
amalan yang disertai dengan shaum. Hasil d. Ijazah (izin dan transfer energi)
dialog dengan informan tersebut didapat
informasi bahwa saudara (U) berharap Ijazah yang ada di lembaga terapi/pesantren
sepulangnya dari Sukanagara ke Lampung, KH Asep Mukarram terbagi kepada dua
dapat mengamalkan ilmunya untuk menolong bagian; ijazah munfaridah dan ijazah kubra.
orang khususnya dalam bidang terapi. Ijazah munfaridah (izin dan transfer energi
Mbak (S) dari Semarang usia sekitar 30 orang-perorang). Dilakukan secara personal
tahun diberi beberapa amalan dengan proses pada ruang tertutup. Prosesi ini dilakukan
ijazah dan harus di-wirid dengan jumlah untuk merahasiakan maksud atau keperluan
tertentu. Dari informan ini didapatkan seseorang untuk tidak diketahui oleh
informasi bahwa ketika Akang sudah pasien/santri lainnya. Sementara ijazah kubra
mengizinkan pulang ke Semarang, dia akan (izin dan transfer energi masal) dilakukan di
membuka usaha (dagang). ruang terbuka untuk banyak orang. ijazah
Dua informan tersebut di atas merupakan kubra berupa ijazah kitab hikmah tertentu atau
representasi dari variasinya tujuan riyadlah kalimah tertentu dengan shighat (redaksi);
yang dilakukan santri dan atau pasien. ajaztukum! (Aku ijazah-kan kepada kalian!),
Informasi yang diperoleh, secara global kemudian orang-orang yang diberi ijazah
riyadlah yang dilakukan berkisar pada tujuan menjawab: qabiltu! (Aku terima jazah-nya!)20
menyelesaikan persoalan; perjodohan, rumah-

18 20
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017 September 2017
19
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017

20 Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 12-25


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

e. Wirid (membaca kalimah dengan pada kapasitas dan energi yang ada pada do’a
jumlah tertentu dan diulang-ulang) tersebut. Kata Kang Asep, ada do’a (wirid)
yang tunggal, ada yang digabung dengan
Menurut Akang Asep Mukarram;
kalimah lain. Misalnya ustadz --panggilan
kalimah, do’a, jampe (mantra) walnya ibarat
terhadap peneliti ketika wawancara—
pisau yang baru dibuat oleh tukang pandai besi.
membaca ayat kursi digabung dengan hizib
Setelah selesai pembuatannya maka yang harus
burhan, surat waqi’ah dengan surat al-mulk,
dilakukan adalah mengasahnya secara
menggabungkan kalimah yang ustadz miliki
berulang-ulang. Semakin lama dan sering maka
dengan surat al-nur (Allahu nur al-samawati
semakin tajam. Demikian juga dengan do’a.
wa al-Ardl), dengan nawwir qalbi, untuk
Semakin sering di-wirid maka akan semakin
mempertajam mata batin. Ini tidak tunggal,
tajam (terkabul) do’a yang dibacakan.
katanya. Akang mengatakan:
Karenanya menurut Akang, do’a (amalan)
“Ustadz saur akang mah kieu, do’a teh
yang tidak diwiridkan pasti tumpul.
sapertos obat; aya barang na, aya alat
Kata wirid adalah bentuk tunggal
ngadamel racikan na, aya takeran na.tah
(mufrad) dan bentuk plural (jama’)-nya adalah
do’a oge sami; aya materi do’a na
aurad (wirid-wirid; amalan-amalan do’a).
(kalimah), aya media na, aya takeran-
Wirid adalah tradisi yang lazim di dunia
takeran na, tah jumlah teh kawas dosis
hikmah. Kasus terapi pasien di pesanten KH
pami dina obat mah, tiasa janten masing-
Asep Mukarram juga ada beberapa yang
masing guru ngadamel dosis anu benten
dianjurkan untuk wirid setelah pulang dari
atanapi materi obat nu benten tapi khasiat
terapi. Salah satu fungsi dari wirid pada pasca
na sami.”21
terapi adalah fungsi penjagaan. Biasanya untuk
Pernyataan di atas mengisyaratkan
kasus penyakit-penyakit non-medis seperti
adanya epistemologi do’a yang berbeda atau
yang terkena tenung, santet, sihir, pelet,
mungkin berbeda antara produsen do’a (guru-
gendam dan seterusnya. wirid tersebut harus
guru hikmah). Secara epistemologis dapat
dibacakan secara rutin pada waktu tertentu
difahami perbedaan-perbedaan tersebut dengan
dengan jumlah tertentu. Kasus lain adalah
logika obat sebagaimana yang telah dipaparkan
permintaan wirid dari pasien kepada terapis
KH Asep Mukarram, dengan materi/ benda dan
(Akang) untuk diberi kalimah tertentu.
dosis yang berbeda-beda.
Secara epistemologis, redaksi wirid,
waktu dan jumlah tertentu memiliki landasan f. Mahar
filosofis tertentu. Bahasa Akang, wirid adalah Mahar adalah psosesi memiliki
do’a yang diulang-ulang supaya tajam. Ibarat (ngagem) kalimah tertentu seperti halnya
lain yang disebutkan Akang Haji Asep memberi mahar kepada wanita yang hendak
Mukarram, do’a mirip dengan Handphone dinikahi. Pemberian mahar kepada wanita
(HP) dan wirid adalah proses charge (pengisian yang hendak dinikahi berarti prosesi memiliki
battre, nge-cas), jika pengisiannya maksimal wanita tersebut dari tadinya haram menjadi
maka energinya akan berfungsi maksimal juga. halal, dari bukan miliknya menjadi miliknya.
Redaksi do’a mirip dengan Handphone (HP) Demikian juga halnya dengan kalimah tertentu.
juga, bisa saja menurut Akang, do’a yang di- Demikian tutur Akang haji Asep Mukarram.
ijazah-kan dari guru yang berbeda redaksinya Mahar adalah alternatif lain dari wirid.
berbeda atau syakal-nya berbeda, pastinya ada Dalam bahasa Akang, wirid adalah ibarat kita
alasan tertentu, seperti perbedaan merek HP. membeli pisau yang baru dibuat oleh tukang
Tetapi secara fungsional akan sama, yakni pandai yang belum ditajamkan. Sementara
sebagai alat komunikasi. Perbedaannya hanya mahar adalah membeli pisau di toko yang

21
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25 21


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

menjual pisau yang sudah tajam dan dikemas ayat atau surat surat tertentu tidak ada muatan
dengan sarung yang bagus dan pas (sarangka do’a-nya tetapi bagi kalangan tertentu (ahli
dalam bahasa sunda). Dalam bahasa lain, hikmah) ditemukan ada kandungan do’a-nya.
kalimah yang harus di-wirid adalah kalimah Kasus seperti ini menurut Kang Haji Asep lebih
yang masih mentah (mentahan) dan mahar banyak dalam Alquran daripada redaksi do’a
adalah makanan yang sudah matang dan siap yang tersurat. Dia mencontohkan sambil
saji. berseloroh;
Prosesi mahar adalah “membeli” kalimah di surat Yusuf aya ayat [fa lamma rainahu
atau benda yang sudah diisi energi do’a. Jumlah wa qatha’na aidiyahunna wa qulna hasya lillahi
uang mahar disesuaikan dengan weton (hari ma hadza basyaran in huwwa illa malakun
lahir) pe-mahar. Lahir hari selasa misalnya karim...] ayat ieu nerangkeun sajarah nabi
akan berbeda uang mahar-nya dengan yang yusuf sareng wanoja-wanoja gareulis nagara
lahir hari jum’at dan seterusnya. alternatif ini mesir dina waktu eta teu aya hubungan na
adalah pilihan orang-orang tertentu yang tidak sareng pelet, tapi aya energi do’a nu dirasakeun
memiliki waktu cukup untuk ritual wirid. ku sabagian ulama, jadi weh kalimah supaya
Biasanya, dari hasil pengamatan peneliti, dipika haibah, dipikresep ku batur sapertos
mahar adalah pilihan para pejabat, slebriti, dipikserabna kanjeng nabi Yusuf ”22
tokoh masyarakat yang ingin instan memiliki (di surat Yusuf ada ayat yang berbunyi: fa
kalimah tertentu atau benda tertentu yang sudah lamma rainahu wa qatha’na aidiyahunna wa
terisi energi do’a seperti energi yang diisikan ke qulna hasya lillahi ma hadza basyaran in
dalam cincin, emas, perak, kalung dan huwwa illa malakun karim...] ayat ini
seterusnya. menceritakan sejarah nabi Yusuf dengan para
wanita cantik di negara Mesir, tidak ada
hubungannya dengan ilmu pelet (pengasihan).
2. Redaksi Do’a Tetapi ada sebagian ulama yang merasakan
getaran energi ketika membaca ayat tersebut,
a. Do’a dari Ayat-ayat Alquran kemudian jadilah kalimah untuk mahabbah
Tidak dapat di sangkal, Alquran bagi (pengasihan).
seorang muslim sebagai kitab suci yang Kang Haji Asep Mukarram menyebutkan
lengkap; sebagai petunjuk dalam berkeyakinan, contoh lain dalam Alquran pada kasus nabi
berutur dan bertindak, sekaligus sebagai Ibrahim dibakar; [ya naru kunni bardan wa
sumber do’a. Redaksi Alquran memiliki makna salaman ‘ala Ibrahim] ayat ini menurutnya
lahir sekaligus muatan do’a. Menurut KH Asep sama sekali tidak ada hubungannya dengan
Mukarram, do’a dalam Alquran terbagi kepada debus anak-anak santri bahwa memegang api
dua bagian; do’a tersurat dan tersirat. tidak panas atau tidak terbakar kulitnya. Ketika
Pertama, do’a tersurat menurutnya menuturkan ini beliau menyalakan rokok
adalah redaksi yang lafadz-nya jelas berpola merek tertentu dengan bara yang langsung
do’a misalnya menggunakan awalan Allahuma, digenggamnya. “Tidak ada hubungannya
Rabbi, Rabbana dengan redaksi setelah awalan secara langsung dengan ini!”, ucapnya sambil
itu menggunakan shighah amr dan nahy tersenyum. Hanya saja meurutnya, ada
(bentuk permintaan dan penolakan). Pada kasus sebagian ulama “nu ngambah elmu hikmah”
ini menurutnya, para ulama sepakat ayat-ayat (yang menempuh jalur ilmu hikmah)
dianggap sebagai do’a. merasakan getaran energi do’a pada ayat ini
Kedua, do’a yang tersirat (implicite). kemudian ditambahkan di ujung ayat itu
Menurutnya, bagi sebagian orang sepintas ayat- dengan “Allahumma barid ni kama baradta ‘ala
Ibrahim” (ya Allah dinginkan api ini seperti

22
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017

22 Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 12-25


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

Engkau mendinginkan api kepada nabi waqi’ah sering dibaca orang dan di-ijazah-kan
Ibrahim). oleh para guru hikmah untuk dipermudah dan
Berikutnya adalah contoh yang diperbanyak rizqi oleh Allah. Ini adalah
dikemukakan oleh KH Asep Mukarram tentang rasionalisasi dari ayat atau surat yang secara
do’a tersirat dalam Alquran yakni beberapa dzahir tidak ada korelasinya dengan tujuan
surat yang populer; surat al-Fatihah, Waqi’ah, pembacaan sebagaimana yang diisyaratkan
al-Mulk, al-Dluha, al-Isyirah, al-Nashr, al- sebagian ulama hikmah sebagai surat rizqi.
Ikhlash. Secara kasat mata menurutnya, surat- Demikian juga Akang menjelaskan surat al-
surat tersebut bersifat informatif. Surat waqi’ah Fatihah, al-Mulk, al-Dluha, al-Isyirah, al-
misalnya menurut Akang menginformasikan Nashr, al-Ikhlash yang secara langsung tidak
tiga kelompok manusia yang dua selamat dan ada keterkaitannya dengan isyarat-isyarat dari
yang satu celaka. Isinya berbicara tentang tiga para guru hikmah ketika menyebut faidah atau
kelompok tersebut dengan pahala terhadap dua fungsi surat-surat tersebut dengan perspektif
kelompok (al-sabiquna –sabiqun [kelompok hikmah.
garis depan, terdahulu] dan ashhab al-yamin a. Do’a yang diambil dari Literatur-literatur
[kelompok kanan]) dan sangsi terhadap ashhab Ilmu Hikmah
al-masyamah (kelompok kiri). Menurut Akang,
dulu pernah berguru ke beberapa ahli hikmah Seperti lazimnya para ulama hikmah,
dan diantaranya mereka meng-ijazah-kan surat do’a-do’a yang diberikan kepada para santri
waqi’ah untuk kemudahan dan banyak rizqi. atau pasien berdasarkan
Hanya saja menurutnya, ketika mereka ditanya kepentingannyabanyak mengambil dari kitab-
hubungan antara surat waqi’ah dengan rizqi, kitab hikmah. Ada beberapa kitab hikmah yang
mereka hanya mengatakan: “amalkeun wae disebutkan oleh akang diantaranya yang dapat
engke ge bakal karasa!23 [amalkan saja, nanti dicatat oleh peneliti kitab; al-aufaq karya Imam
juga akan terasa]” kemudian peneliti Ghazali, Syams al-Ma’arif, Manba’ al-
menanyakan pendapat beliau tentang korelasi Hikmah, kitab Abu Ma’syar al-Falaki dan ada
waqi’ah dengan rizqi, dia menjawab; khusus beberapa kitab yang disiapkan akang H
“saur akang mah konci na pasrah Asep Mukarram untuk ijazah Kubra
sapinuhna ka Allah yen sagala rupi oge nu (pemberian izin secara masal) biasanya
Allah, urang didamel ku Allah, pepelakan dilakukan pada bulan Muharram.
dijadikeun ku Allah, cai diturunkeun ku b. Membuat Formulasi Do’a Sendiri
Allah, seuneu diayakeun ku Allah, tong
menta ka sasaha, ka Allah wae da sadaya Sebagai “produsen” (al-muahal fi ‘ilm al-
nu Allah”[menurut Akang, kuncinya ada hikmah), dari beberapa wawancara dengan para
pada kepasrahan total, penyerahan diri santri, ditemukan adanya formula do’a yang
sepenuhnya kepada Allah. Bahwa segala tidak ditemukan dalam beberapa literatur
sesuatu milik Allah, kita diciptakan Allah, (kitab) hikmah. menurut penuturan beberapa
tumbuh-tumbuhan dijadikan Allah, air informan, do’a itu langsung diberikan kepada
diturunkan Allah, api diadakan Allah, “konsumen” (santri dan atau pasien) secara
jangan minta kepada selain Allah, karena tiba-tiba dengan redaksi yang nampaknya di-
semua kepunyaan Allah, mita kepada Allah “racik” sendiri24. Tidak banyak informasi yang
saja]. peneliti dapatkan tentang formulasi ini, hanya
Dia menjelaskan intisari surat Waqiah diperoleh dari beberapa santri dengan data
ayat 58-72 untuk mengkorelasikan kenapa surat yang tidak memadai25.

23 25
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017 Maret 2017
24
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25 23


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

Membuat formula seperti ini banyak Mengalirkan langsung energi do’a ke tubuh
dilakukan di beberapa paguron (perguruan) pasien. Kasus ini banyak terjadi pada penyakit
ilmu hikmah seperti yang telah di-riset fisik yang non-medis seperti terkena serangan
sebagiannya oleh peneliti. Untuk wilayah santet, teluh, tenung, werejit, pelet dan lain-
jawabarat-Banten misalnya terdapat beberapa lain. (4). Energi dimasukkan ke dalam sebuah
paguron yang ditengarai mem-“produksi” do’a benda [emas, berlian, perak] kemudian
dengan formula masing-masing26; paguron dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Kasus ini
Abah Dadang Ahmad Fajar Syarif Hidayatullah secara terbuka dan besar-besaran terjadi satu
Panembong Cianjur, paguron Aa Sirajuddin tahun sekali yaitu pada bulan maulid (Rabi’ul
Manba’ al-‘Ulum Bunder Jasinga Bogor, awwal). (5). Direbus di air mwndidih. Kasus ini
paguron Akang Atang Cipacing Ciawi Tasik, biasanya untuk penyakit-penyakit ringan. Air
paguron Mama Ajengan Sepuh Nagreg rebusan, disamping dipakai untuk prosesi pra
Bandung, paguron Teh Inceu Buah Dua riyadlah, shaum dan wirid, juga dipakai untuk
Sumedang, paguron Ki Abdullah Gunung Batu prosesi terapi penyakit-penyakit ringan. (6).
Cibareno Banten, paguron Ki Aman Bolang- Tawassul sebagai alat terapi. Untuk terapi
Kamurang Malingping, dan sejumlah paguron- masal biasanya dilakukan pada malam selasa
paguron lain yang tersebar di Jawabarat dan kliwon dengan prosesi tawassul. Thariqat yang
Banten, juga di beberapa propinsi yang ada di dianut oleh KH Asep Mukarram adalah thariqat
Indonesia. Qadiriyyah. Asumsi peneliti ini diperoleh dari
pengamatan terhadap bacaan-bacaan
D. RELASI DO’A DENGAN TERAPI tawassul.27
MEDIS-NON MEDIS
E. PENUTUP
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
bahwa terapi yang dilakukan KH Asep Tulisan ini tidak bermaksud
Mukarram berbasis do’a mix dengan ramuan- menampilkan hal-hal klenik, irasional, bid’ah
ramuan tertentu dan dalam beberapa kasus, di dunia akademis, tetapi lebih pada
memiliki muatan tradisi lokal (local wisdom). mendeskripsikan realitas apa adanya. Penilaian
Do’a dalam konteks ini lebih pada penggunaan terhadap realitas di pesantren KH. Asep
energi-energi do’a dalam upaya terapi. Mukarram misalnya adalah hal lain. Peneliti
Beberapa bentuk terapi yang terobservasi dan hanya menggambarkan secara deskriptif yang
data dari informan; (1). Menggunakan media diambil dari beberapa informan (santri dan
air yang telah di-isi wafaq [ada yang membaca: pasien) dan informan kunci (terapis; KH Asep
wifiq]. Pada kasus ini, energi do’a berada pada Mukarram). Upaya-upaya penyembuhan baik
wafaq dengan media air (2). Transfer energi penyakit medis maupun non-medis selalu
do’a dalam memindahkan penyakit pasien ke berbasis do’a dengan cara-cara tertentu.
binatang [ayam]. Kasus ini misalnya orang Bahwa di masyarakat ada ritus-ritus ber-
yang terkena penyakit kencing batu, kista, basis do’a kemudian dikaitkan dengan
benda-benda “tidak wajar” yang masuk ke ontologi, epistemologi dan aksiologi
dalam tubuh pasien [penyakit non-medis], sebagaimana dideskripsikan di atas, tetap saja
dipindahkan ke ayam dan selang beberapa tidak menjelaskan totalitas praktek-praktek
menit setelah proses pemindahan penyakit, do’a, karena ada dimensi mistis yang
ayamnya disembelih dan benda yang melingkupi prosesi do’a. Misalnya, bagaimana
dipndahkan dikeluarkan dari ayam. (3). menjelaskan secara rasional ketika seorang

26
Paguron-paguron tersebut hanya yang peneliti dan Banten yang tidak dapat disebutkan peneliti karena
kunjungi dan observasi. Ditengarai masih ada puluhan keterbatasan data.
27
mungkin ratusan paguron yang ada di wilayah Jawabarat Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan April
2017

24 Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 12-25


Solehudin Epistemologi Doa KH Asep Mukarram

pasien atau santri dimasukan ke dalam sebuah Sulaiman Dunya, Al-Haqiqah Fi Nadzri Al-
drum berisi air yang mendidih tetapi tidak Ghazali, Mesir: Dar Al-Ma’arif, 1971.
terjadi apa-apa kepada kulit pasien atau santri. Tafsir, Ahmad., Filsafat Ilmu, 1998.
Bagimana menjelaskan seorang yang terkena Bandung,PT Remaja Rosda Karya
kencing batu kemudian dilafalkan do’a tertentu
dan disiapkan media [binatang: ayam]
kemudian batu yang ada dalam tubuh orang
tersebut pindah ke dalam ampela ayam. Secara
medis, pra-transfer penyakit dilakukan photo
[rontgen] dan peneliti melihat hasil photo
adanya batu dalam tubuh orang yang diterapi,
dan setelahnya juga demikian peneliti
mendokumentasikan photo hilangnya benda
[batu] yang ada dalam tubuh orang tersebut dari
photo rontgen pasca terapi28.

F. DAFTAR PUSTAKA

Aam Amiruddin, dkk., Alquran al-Mu’ashir,


cet II, 2017. Bandung, CV Khazanah
Intelektual,
Abul Baqi, Fu’ad, Mu’jam Mufahras li Alfadz
al-Quran Harf ‘Ain
Amsal, Bahtiar., Filsafat Ilmu, 2011. Bandung,
PT Raja Grafindo
Endang Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian, 2011. Bandung, PT Refika
Aditama.
http://articles.islamweb.net/media/index.phppa
ge=article&lang=A&id=141408. Masih ada
beberapa tendensi makna dari kata al-du’a
dalam Alquran seperti bertendensi makna
“ibadah (al-An’am: 71), “menyebut nama”
{al-Nur: 63), “menanyakan” {al-Baqarah:
68), “mendorong untuk melakukan sesuatu”
(Yusuf: 33) dan seterusnya.
Ja’far Abbas, Nadzariyyat fi al-Islam, 1986.
Maktabah Alfain, Kuwait.
Muhammad Shalih, al-Farq baina du’a al-
masalah wa du’a al-ibadah, 2008
S Suryasumantri, Jujun., Filsafat Ilmu, 1995.
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Seyyed Hossein Nasr, (Ed.), et. al, Ensiklopedi
Tematis Spiritualitas Islam, Jilid 1,
Bandung: Mizan, 2002.

28
Observasi dan wawancara dilakukan pada bulan
Maret 2017

Syifa Al-Qulub 2, 1 (Juni 2017): 14-25 25

Anda mungkin juga menyukai