ETNOMEDIKA KEBIDANAN
Dosen :
Disusun Oleh :
Ria Nurevita
195401516005
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Etnomedika
Kebidanan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Ria Nurevita
ii
Etnomedika Kebidanan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengobatan Alternatif Terapi Bekam Untuk Hipertensi...........................3
2.2 Manfaat Daun Sirih Sebagai Obat Tradisional Penyakit Dalam...............5
2.3 Pemberian Jahe Hangat Untuk Mengurangi Mual Muntah.......................7
2.4 Kepercayaan Dan Tradisi Paraji Pada Persalinan Masyarakat Tasik........9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
Etnomedika Kebidanan
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
Etnomedika Kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bekam
Bekam adalah suatu pengobatan dengan menggunakan alat bekam yang berfungsi
menghisap lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, kemudian darah dikeluarkan
dengan penyayatan dan atau penghisapan.
2
Etnomedika Kebidanan
Cara kerja terapi ini yaitu dengan memanaskan cangkir dengan api menggunakan,
dan racikan herbal. Setelah itu cangkir langsung diletakan di atas kulit, nantinya
permukaan kulit akan menjadi merah karena pembuluh darah merespon perubahan
tekanan.
Secara umum, terapi bekam ini banyak manfaatnya bagi kesehatan yaitu untuk
mengeluarkan darah kotor atau darah yang telah terkontaminasi oleh racun. Setelah
melakukan bekam maka peredaran darah dapat berjalan kembali. Sesuai dengan
manfaat lain bekam yaitu dapat memperbaiki fungsi organ tubuh, yaitu dengan
memperbaik jaringan atau sel tubuh yang rusak hingga kembali normal. Manfaat
lain dari bekam bagi kesehatan yaitu menambah antibodi tubuh yaitu membunuh
kuman penyebab penyakit.
3
Etnomedika Kebidanan
A. Tinjauan Teori
Sirih (Piper betle L.) merupakan tumbuhan merambat dengan bentuk daun
menyerupai jantung dan berwarna hijau. Minyak atsiri yang terkandung dalam sirih
menyebabkan tumbuhan ini mempunyai aroma yang khas. Sirih yang telah dikenal
masyarakat sebagai tanaman obat mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan.
Salah satu suku yang ada di Indonesia yang dikenal dalam pemanfaatan obat
khususnya sirih (P. Betle) adalah masyarakat suku Sunda. Berdasarkan penelitian,
masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya memanfaatkan sirih untuk pengobatan
penyakit dalam yaitu asam urat, ambeien, batuk rejan, disentri, jantung, keputihan,
masuk angin, memperlancar darah, mimisan, nyeri otot dan persendian, panas, panas
dalam, serta stroke.
Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1-4,2%,
air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium, gula dan
pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol alam
(senyawa alami) yang mempunyai daya fungisid yang sangat kuat tetapi tidak
sporosid. Sirih merupakan salah satu spesies dari famili Piperaceae. Sirih (P. Betle)
termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Bentuk
daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Daun berbentuk
jantung dengan permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang
4
Etnomedika Kebidanan
pohonnya berwarna hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar, berkerut-
kerut serta beruas.
5
Etnomedika Kebidanan
Manfaat sirih bagi masyarakat suku sunda kabupaten tasikmalaya digunakan untuk
pengobatan penyakit jantung. Cara penggunaannya dengan mencampur 3 lembar
daun sirih bersama 3 siung bawang merah, 14 biji kemukus, dan 1 sendok kecil jinten
putih. Semua ramuan tersebut dicampur dan ditumbuk halus bersama 4 sendok air
dan disaring. Ramuan ini diminum sebanyak 2 kali sehari secara rutin.
Daun sirih juga bermanfaat bagi penyembuhan ambeien dengan cara mencampur 11
lembar daun sirih dengan ¼ ruas kunyit dan 1 ons buah asam. Ramuan tersebut
direbus sampai mendidih dan diminum secukupnya. Daun sirih untuk pengobatan
batuk rejan dapat dilakukan dengan cara 7 lembar daun sirih dan gula batu. Ramuan
tersebut direbus dengan 1 gelas air hingga tersisa ½ gelas air. Ramuan tersebut
diminum 3 kali sehari 1 sendok makan.
6
Etnomedika Kebidanan
4.3 Pemberian Jahe Hangat Untuk Mengurangi Mual Muntah Pada Ibu Hamil
Trimester 1
A. Manfaat Jahe Untuk Mengatasi Mual Muntah
Jahe adalah tanaman dengan sejuta khasiat yang telah dikenal sejak lama.
Rimpangnya sangat banyak manfaatnya, antara lain sebagai bumbu masak, minuman,
serta permen dan juga digunakan dalam ramuan obat tradisional. Keungulan pertama
jahe adalah kandungan minyak atsiri yang mempunyai efek menyegarkan dan
memblokir reflek muntah, sedang gingerol dapat melancarkan darah dan saraf-saraf
bekerja dengan baik. Hasilnya ketegangan bias dicairkan, kepala jadi segar, mual
muntah pun ditekan. Aroma harum jahe dihasilkan oleh minyak arsiri, sedang
oleoresisnya menyebabkan rasa pedas yang menghangatkan tubuh dan mengeluarkan
keringat.
Jahe dapat mencegah mual dan muntah karena jahe mampu menjadi penghalang
serotinin, sebuah senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi,
sehingga timbul rasa mual. Penelitian lain menunjukkan hasil bahwa jahe efektif
dalam mengurangi mual dan muntah selama kehamilan trimester I.
Selain itu penelitian lain memaparkan bahwa Rasa mual pada awal kehamilan dapat
di kurangi dengan menggunakan terapi komplementer antara lain dengan tanaman
herbal atau tradisional yang bias dilakukan dan mudah di dapatkan seperti jahe, daun
7
Etnomedika Kebidanan
peppermint, lemon, dll. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain yang
menyatakan bahwa jahe bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah
yang timbul selama masa kehamilan bahkan hyperemesis gravidarum, karena jahe
berkhasiat mengendurkan dan melemahkan otot-otot pada saluran pencernaan
sehingga mengurangi mual muntah pada ibu hamil.
8
Etnomedika Kebidanan
2.4 Kepercayaan Dan Tradisi Paraji Pada Persalinan Masyarakat Tasik Selatan
A. Tradisi Paraji/Bidan Tradisional
Tradisi ritual persalinan secara tradisional merupakan salah satu bagian penting
dalam siklus kehidupan masyarakat. Fase kelahiran adalah salah satu siklus penting
dalam kehidupan manusia. Istilah dukun bersalin dikenal masyarakat Sunda dengan
sebutan paraji. Paraji adalah bidan tradisional atau dalam bahasa Sunda disebut
indung beurang.
Seorang paraji tidak hanya membantu seorang ibu dalam proses persalinan tetapi
lebih pada menjaga agar ibu dan bayinya selamat dari gangguang makhluk-makhluk
halus yang jahat. Oleh sebab itu seorang paraji tidak hanya harus menguasai
pengetahuan persalinan tetapi juga memiliki mantra penghalau gangguan mahkluk-
makhluk yang jahat. Daerah Cipatujah merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Tasik Selatan. Masyarakat Cipatujah bermata pencaharian sebagai
petani, nelayan, pedagang dan pegawai. Terdapat delapan desa di Kecamatan
Cipatujah diantaranya Desa Sindangkerta, Desa Bantarkalong, Desa
Cikawungading, Desa Datar, Desa Pantilaksana, Desa Sirnagalih, Desa Bojong dan
Desa Tagog. Keberadaan 28 paraji yang tersebar di beberapa desa tersebut
meskipun sudah berusia lanjut. Berkaitan dengan data tersebut dapat diasumsikan
masih bertahannya tradisi persalinan menggunakan jasa paraji di Cipatujah, Tasik
Selatan. Tradisi ini perlu diteliti secara ilmiah sehingga keberadaannya dihormati,
9
Etnomedika Kebidanan
10
Etnomedika Kebidanan
bayi sedangkan pada hari keempat dan kelima, bayi tidak lagi dimandikan karena
alasan kesehatan yakni takut kedinginan sekaligus untuk mempercepat keringnya
puput tali pusar. Puput tali pusar biasanya ditandai dengan kondisi pusar bayi yang
layu dan untuk mempercepat proses ini, paraji mengikat tali pusar dengan benda
mirip bola yang direbus sebelumnya dan diikatkan didekat alat kelamin bayi
menggunakan benang. Menjelang puput pusar, paraji akan mengurut sang bayi dan
luka bekas puput pusar akan dibersihkan menggunakan alkohol dan betadin. Namun
dahulu, paraji biasanya menggunakan abu kayu bakar atau jahe untuk mengobati
luka puput pusar, setelah pembinaan puskesmas barulah paraji menggunakan
alkohol, betadin dan sarung tangan karet dalam proses pengobatan. Pada masa
pasca persalinan, seorang paraji juga melakukan ritual gebrak dengan meletakkan
bayi di lantai lalu menggebraknya tiga kali seiring membaca shalawat nabi yakni
allohumma soli’ala sayidina muhammad. Tujuan ritual gebrak adalah
mempersiapkan anak agar tidak mudah terkejut. Selain itu, paraji juga merawat ibu
bayi pasca melahirkan dengan mengurut dan membersihkan sang ibu setelah proses
bersalin. Seorang paraji juga menggunakan sejenis tanaman mirip jahe bernama
panglay yang berfungsi menangkal gangguan ghaib pada ibu hamil dan bayi dengan
cara mencampurkan panglai dan bawang putih pada air mandi bayi dan ibu hamil
atau diusapkan ke jempol bayi. Seorang paraji tidak menentukan besaran biaya atau
tarif dalam membantu persalinan pasiennya. Ia menerima berapapun dan apapun
yang diberikan keluarga pasien sebagai wujud rasa terima kasih meskipun hanya
berupa pangan seiklasnmya ataupun uang pengganti transport perjalanan paraji ke
rumah pasiennya. Paraji akan mengunjungi pasiennya pada masa kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan. Dapat disimpulkan bahwa paraji adalah sosok
bidan tradisional yang ikhlas dan sederhana dalam kehidupan sehari-harinya.
Bahkan kerap kali ia harus bekerja sambilan sebagai buruh tani untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya karena pendapatannya sebagai paraji yang sangat minim.
Meskipun demikian ia tidak pernah menyesal menjadi paraji bahkan bahagia karena
memiliki kemampuan membantu orang lain sekaligus melestarikan peninggalan
leluhurnya.
11
Etnomedika Kebidanan
praktik ritual paraji tersebut. Masyarakat percaya bahwa paraji mampu memberikan
pertolongan pada masalah kesehatan ibu hamil hingga masa persalinan serta dalam
perawatan bayi. Merunut pada tradisi persalinan masyarakat Pameungpeuk, paraji
merupakan sosok yang memiliki kamampuan komunikasi dengan pasien, bagi ibu
muda yang baru mengalami fase kehamilan, paraji mampu memberikan efek
ketenangan pada ibu hamil sampai melalui fase persalinan. Paraji mampu
melibatkan suami dan anggota keluarga yang lain dalam proses kehamilan sampai
persalinan. Suami dan keluarga biasanya memiliki tugas membantu sang ibu hamil
untuk mematuhi pantangan-pantangan yang diberikan paraji demi kelancaran proses
kehamilan sampai persalinan. Tanpa disadari, konteks tersebut memberikan rasa
tanggung jawab bagi sang suami untuk senantiasa siaga menjaga ibu dan calon bayi.
Pada masa pasca persalinan, paraji merupakan sosok yang setia dalam melakukan
perawatan bagi ibu dan bayi selama masa 40 hari masa nifas tanpa adanya
ketentuan tarif yang memberatkan pasiennya. Paraji dikenal memiliki kemampuan
supranatural yang mampu memberikan kesembuhan dan kemujaraban tanpa
penggunaan alat-alat medis yang menakutkan bagi mereka. Praktik ritual paraji
sangat erat hubungannya dengan penggunaan jangjawokan. Paraji menggunakan
jangjawokan mulai dari pemeriksaan kehamilan, proses persalinan hingga
perawatan ibu dan bayi pasca persalinan. Setiap fase pertolongan yang dilakukan
paraji pada pasiennya disertai jangjawokan sebagai permohonan keselamatan pada
setiap usaha penyembuhan yang dilakukan. Kepercayaan ini dilandasi oleh tradisi
yang kuat yang telah diwariskan secara turun temurun. Praktik paraji dapat
dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan berumur di atas 40 tahun yang
dianggap terampil dan dipercaya secara turun temurun dalam memberikan layanan
pada masa kehamilan, proses persalinan dan perawatan ibu dan bayi sesudah
persalinan.
Jadi, tradisi paraji persalinan pada masyarakat Tasik Selatan, Jawa Barat merupakan
tradisi turun temurun yang diwariskan hingga saat ini. Eksistensi paraji di desa-desa
di Kecamatan Cipatujah menandakan adanya pemertahanan praktik paraji
persalinan di daerah ini meskipun ada perubahan pada peran paraji yang kini
menjadi pendamping bidan desa. Meskipun demikian masyarakat Pameungpeuk
masih percaya bahwa paraji adalah sosok yang mampu membantu proses persalinan
dengan kekuatan supranatural dan jangjawokan.
12
Etnomedika Kebidanan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
berharap agar pembaca dapat memahami dan terus mencari informasi penting
mengenai pengobatan tradisional yang ada.
13
Etnomedika Kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=terapi+bekam+untuk+hipertensi&oq=terapi+bekam#d=
gs_qabs&u=%23p%3D0BPyZ4eKLQQJ
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73109/Apri%20Fitri.pdf?
sequence=1
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/download/19998/8749/
14
Etnomedika Kebidanan
15