Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

WET CUP THERAPY ATAU TERAPI BEKAM BASAH

OLEH :
NAMA : NI PUTU SRI ARYA TRISNAWATI
NIM : 203221131
KELAS : B13A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA
DENPASAR
2020
1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia Beliaulah saya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Wet Cup Therapy
atau Terapi Bekam Basah” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, saya mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu saya sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi saya bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini saya sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Maka
itu saya dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi
saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 19 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
Latar Belakang ......................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5
Manfaat Penulisan …………………………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
Pengertian dari wet cup therapy / terapi bekam basah ………………………………6
Konsep wet cup therapy / terapi bekam basah ………………………………………7
Biofisiologi wet cup therapy / terapi bekam basah …………………………….……9
Teknik wet cup therapy / terapi bekam basah ………………………………………14
Indikasi dan kontraindikasi wet cup therapy / terapi bekam basah ………………...16
Evaluasi dari wet cup therapy / terapi bekam basah………………………………...18
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………......20
Simpulan……………………………………………………………………………..20
Saran…………………………………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan. Klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa
alasan. Salah satu alsannya adalah filosofi holistic pada terapi komplementer, yaitu
adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan
lainnya karena klien terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2014). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2014). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 2011
menjadi 42% di tahun 2014 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2014).
Teknik-teknik pengobatan komplementer yang ada memiliki daya efektivitas yang
berbeda untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu
dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri –
sendiri.
Pengobatan komplementer sendiri terdiri dari berbagai macam. Salah satunya
adalah wet cup therapy atau terapi bekam basah. Bekam merupakan salah satu perawatan
kesehatan tertua di dunia, berusia ribuan tahun dan telah dipraktikkan oleh berbagai
macam peradaban besar kuno di dunia, termasuk Mesir, Persia, Babilonia, Cina, India,
Yunani dan Romawi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bekam diminati oleh
semua kalangan.
Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu. Pada zaman Nabi Muhammad, beliau
menggunakan tanduk kerbau atau sapi, tulang unta, gading gajah. Adapun masyarakat
pada zaman Cina kuno menyebut hijamah sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk
menggantikan kaca. Sementara itu, orang-orang di Eropa menggunakan lintah sebagai alat
untuk hijamah. Dalam artikelnya, Curtis mengemukakan bahwa bekam sudah ada di
4
dalam catatan kedokteran tertua (Papyrus Ebers), yang ditulis 1550 SM pada era Mesir
kuno (Risniati et al., 2019).
Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang dibuat
untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan pada
kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit (Risniati et al., 2019). Melihat khasiat dari
terapi komplementer ini maka makalah ini penting untuk saya susun.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian dari wet cup therapy / terapi bekam basah?
1.2.2 Bagaimana konsep wet cup therapy / terapi bekam basah?
1.2.3 Bagaimana biofisiologi wet cup therapy / terapi bekam basah?
1.2.4 Bagaiman teknik wet cup therapy / terapi bekam basah?
1.2.5 Apa saja indikasi dan kontraindikasi wet cup therapy / terapi bekam basah?
1.2.6 Bagaimana evaluasi dari wet cup therapy / terapi bekam basah?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari wet cup therapy / terapi bekam basah.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep wet cup therapy / terapi bekam basah.
1.3.3 Untuk mengetahui biofisiologi wet cup therapy / terapi bekam basah.
1.3.4 Untuk mengetahui teknik wet cup therapy / terapi bekam basah.
1.3.5 Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi wet cup therapy / terapi bekam
basah.
1.3.6 Untuk mengetahui evaluasi dari wet cup therapy / terapi bekam basah.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesahatan Wira Medika PPNI Bali mengenai wet cup therapy / terapi bekam basah.

1.4.2 Bagi Mahasiswa


Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa
tentang wet cup therapy / terapi bekam basah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH


Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang dibuat
untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan
pada kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit. Dengan membuat tekanan hingga
kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah kulit dan keluar dari kulit
yang dilukai. Bersamaan dengan keluarnya cairan tersebut, sel-sel darah yang sudah
rusak dan zat-zat yang dianggap beracun akan keluar bersama cairan. Proses ini
diperkirakan mirip dengan cara kerja pembuluh darah dalam capsula bowman ginjal
(Risniati et al., 2019).
Bekam basah bertujuan untuk mengeluarkan darah dalam tubuh melalui tusukan
jarum dan penyedotan menggunakan alat bekam (Ii & Pustaka, n.d.).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bekam basah adalah suatu
tindakan mengeluarkan darah dalam tubuh melalui tusukan jarum dan penyedotan
menggunakan alat bekam untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan
beracun melalui perlukaan pada kulit superfisial, dengan membuat tekanan hingga kulit
tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah kulit dan keluar dari kulit yang
dilukai.

Gambar 1: gambaran tindakan bekam basah

6
2.2 KONSEP WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH
2.2.1 Konsep Dasar Terapi Bekam Basah
Terapi bekam terbagi menjadi dua jenis, yakni bekam basah dan bekam
kering. Bekam kering mencakup bekam luncur, bekam api, dan bekam tarik. Yang
membedakan antara bekam basah dan bekam kering, adalah ada tidaknya darah
yang dikeluarkan. Teknik bekam luncur dilakukan dengan meng-kop bagian tubuh
tertentu, lalu meluncurkan kop tersebut ke bagian tubuh yang lain. Sedangkan
bekam tarik dilakukan dengan cara meng-kop beberapa detik kemudian kop ditarik
dan ditempelkan kembali pada kulit. Pada proses terapi pembekaman, terjadi
bendungan lokal, di mana stimulasi titik meridian, menyebabkan hipoksia dan
radang, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat.
Lima belas hari setelah terapi bekam, terjadi peningkatan elastisitas spektrin yang
dapat menstimulasi kerja sistem kekebalan tubuh: sel pembunuh alami (Natural
Killer cells), sehingga daya tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan
maupun perlawanan terhadap penyakit. Meridian atau potent points merupakan
suatu sistem saluran yang membujur dan melintang di seluruh tubuh yang secara
kedokteran tidak terlihat nyata tetapi dapat dibuktikan keberadaannya dengan
radioaktif teknesium perteknetat, yang menghubungkan permukaan tubuh dengan
organ dalam tubuh, organ satu dengan organ lainnya, organ dengan jaringan
penunjang-jaringan penunjang lainnya, sehingga membentuk suatu kesatuan yang
bereaksi bersama apabila ada rangsangan dari kulit.
Hasil penelitian Majid pada tahun 2009, menyatakan bahwa di bawah kulit,
otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa.
Antara poin satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan melintang
membentuk jaring-jaring (jala). Jala ini dapat disamakan dengan meridian. Dengan
adanya jala maka ada hubungan yang erat antar bagian tubuh, sehingga membentuk
satu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak. Kelainan
yang terjadi pada satu poin dapat menular dan memengaruhi poin lainnya.
Pengobatan pada satu titik juga bisa mengobati titik yang lain.
Adapun penelitian yang dilakukan Hana pada tahun 2008, menyatakan bahwa
prinsip bekam sama dengan prinsip akupunktur dan akupresur. Pada bekam basah
terjadi pengeluaran darah, sedangkan pada akupunktur dan akupresur menggunakan
penekanan dan stimulasi pada titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
7
Pengeluaran darah (blood letting) itu sebenarnya merupakan salah satu teknik
akupunktur tertua. Terapi bekam dilakukan pada area tertentu yang memiliki
kesamaan dengan titik meridian.

2.2.2 Penentuan Titik Bekam Basah


Penentuan titik bekam merupakan hal yang pokok dalam terapi bekam.
Menurut Asosiasi Bekam Indonesia (2012), menjelaskan bahwa dibawah kulit, otot
maupun fascia terdapat satu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Poin-
poin atau titik tersebut saling berhubungan membujur dan melintang serta
membentuk jarring-jaring atau jala. Jala ini disebut titik meridian (Wadda, 2012),
menjelaskan bahwa titik meridian adalah bagian tertentu dari tubuh yang sangat
sensitive. Titik ini mengandung kumpulan syaraf, motor neuron dan pembuluh
darah mikrovaskuler. Titik ini juga disebut Trigger Points atau Motor Point karena
terletak pada perlekatan otot syaraf (neuromuskuler attachements).
Otot-otot dengan titik ini mempunyai keistimewaan karena mengandung
banyak mitokondria, banyak pembuluh darah, warnanya lebih merah, mengandung
banyak mioglobin dan sebagian besar menggunakan metabolisme oksidatif
sehingga tahan dari kelelahan. Jaringan sekitar titik juga sangat istimewa karena
banyak mengandung mast cell dan kelenjar limfe, kapiler dan venula halus yang
merupakan sel untuk pertahanan tubuh. Dengan demikian titik-titik ini sangat
sensitive dengan rangsangan bekam (Ridho, 2012).

Gambar 2. Titik bekam basah


8
2.3 BIOFISIOLOGI WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH
Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme bekam, di antaranya teori Taibah
dan teori Traditional Chinese Medicine (TCM).
2.3.1 Teori Taibah
Menurut teori Taibah, terapi bekam merupakan sebuah tindakan bedah
minor, di mana tekanan negative (kekuatan isap) yang dilakukan di permukaan
kulit menggunakan cup mengakibatkan kulit terisap ke dalam cup. Karena
tekanan negatif ini membuat laju filtrasi kapiler menuju daerah cupping
meningkat dan menurunkan absorbsi di kapiler vena yang meninggalkan daerah
cupping. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 3.

Gambar 3: Proses bekam

Peningkatan filtrasi kapiler-kapiler kulit ini menyebabkan banyaknya cairan


dan zat-zat berbahaya yang terfiltrasi menumpuk di daerah cupping. Selain itu,
tekanan negatif ini juga akan mengumpulkan cairan limfe dan interstisial di
daerah cupping. Subtansi kimia, mediator inflamasi, dan mediator nyeri akan

9
merangsang ujung-ujung saraf sensoris di daerah cupping dan memutus adhesi
jaringan, sehingga rasa nyeri berkurang. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 4.

Gambar 4: Proses bekam

Tindakan dengan perlukaan pada daerah cupping akan membuka barrier


kulit untuk mengeluarkan cairan bersama zat-zat berbahaya dan mencegah
absorbsinya di ujung kapiler vena. Tindakan dengan perlukaan pada daerah
cupping ini mengakibatkan peningkatan pembersihan plasma darah dari material-
material penyebab penyakit, seperti radikal bebas, kolesterol, dan zat-zat
berbahaya lainnya. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 5.

Gambar 5: Proses bekam

10
Setelah dilakukan tindakan dengan perlukaan, tekanan negatif kembali
diulang menggunakan cupping pada daerah tersebut. Tekanan negatif yang kedua
kalinya ini mengakibatkan seluruh cairan yang terkumpul (bersama zat-zat
berbahaya) keluar, sehingga seluruh cairan yang terkumpul pada area cupping
habis. Pada tindakan cupping kedua, terjadi gradien tekanan yang sangat besar di
ujung kapiler arteriol dan venula yang menyebabkan filtrasi pada kedua ujung
kapiler tersebut. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 6.

Gambar 6: Proses bekam

Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan pembersihan plasma darah,


yang ditandai dengan timbulnya luka pada jaringan tersebut. Luka tersebut secara
fisiologis akan membaik karena proses hemostasis tubuh. Hemostasis fisiologi ini
ditandai dengan munculnya cairan interstisial melalui filtrasi pada arteriol kapiler
kulit setelah pembersihan cairan yang berisi zat-zat berbahaya sebelumnya.

11
Gambar 7: Pemulihan jaringan secara fisiologis: setelah zat-zat berbahaya dikeluarkan
bersamaan dengan cairan yang terkumpul, pemulihan jaringan akan terjadi
secara fisiologis. Cairan interstisial yang baru akan terbentuk dari filtrasi di
ujung kapiler arteriol. Cairan interstisial yang sebelumnya banyak
mengandung zat- zat berbahaya, kini lebih bersih setelah terjadi ekskresi
zat-zat tersebut melalui terapi bekam.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori taibah


merupakan teori bekam basah. Bekam basah mencakup 3 kegiatan, yaitu bekam
kering, tindakan dengan perlukaan pada tempat yang di cupping dan pengeluaran
darah dari tempat yang dilukai dengan melakukan cupping yang kedua dengan
gelas yang sama dengan yang digunakan ketika melakukan bekam kering. Jadi,
bekam basah sudah mencakup bekam kering dalam kegiatannya, sehingga
diharapkan kondisikondisi yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga terjadi
ketika melakukan bekam basah. Teori Taibah diajukan oleh Salah untuk
menjelaskan teori mekanisme bekam basah dari sudut pandang kedokteran
konvensional. Nama Taibah diambil dari Kota Taibah, Madinah Al Munawaroh.
Kota tempat tinggal Rasulullah Salallahuálaihiwassallam.

2.3.2 Teori Traditional Chinese Medicine (TCM)


Sementara menurut teori Traditional Chinese Medicine (TCM) hanya sekali
dilakukan cupping, yakni setelah dilakukan perlukaan, berbeda dengan teori
Taibah yang melakukan cupping dua kali, sebelum dan setelah tindakan dengan
perlukaan. Para praktisi TCM percaya bahwa penyakit disebabkan oleh
terhentinya atau hambatan pada sumber energi vital atau Qi. Salah satu cara

12
membuka hambatan Qi dan memulihkan keseimbangan agar aliran Qi kembali
lancar adalah dengan bekam.
Prinsip bekam adalah mengatur Qi dan darah dengan mengusir dingin dan
menghilangkan lembap, sehingga dengan bekam bisa mengusir angin, dingin,
lembap dan melancarkan darah yang tergenang, terutama bila dilakukan bersama-
sama dengan akupunktur. Apabila diandaikan dengan Yin dan Yang, Qi secara
aktif hadir pada pada semua lakilaki dan perempuan. Yin merupakan Qi
perempuan dan Yang merupakan Qi laki-laki. Dengan bekam, maka
keseimbangan Qi bisa tercapai (Gambar 8).

Gambar 8: Teori bekam menurut TCM

Prinsip TCM ini belum sesuai dengan prinsip kedokteran yang harus
berbasis bukti. Beberapa peneliti Cina sudah berusaha untuk menjelaskan prinsip
mekanisme bekam dikaitkan dengan prinsip kedokteran, antara lain pendapat
Hong dkk yang mengajukan prinsip bahwa bekam bekerja dengan menciptakan
perubahan pada struktur jaringan lokal sebagai hasil dari tekanan negatif dari
gelas yang digunakan. Perubahan ini meregangkan saraf - saraf dan otot yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah dan otohemolisis. Namun, hingga saat
ini belum ada keuntungan dari otohemolisis pada penyakit-penyakit yang menjadi
indikasi bekam.
Adapun Gao dkk mengajukan teori bahwa bekam pada titik akupunktur
menyebabkan hiperemia dan hemostasis yang mempunyai efek terapi. Ada juga
yang mengajukan teori bahwa bekam basah mempunyai efek analgesik. Bekam

13
menimbulkan deformasi atau jejas pada kulit yang akan merangsang serat-serat
Aß pada area yang sakit dan juga pada bagian distal kulit yang sakit tersebut. Hal
ini akan merangsang area inhibitor reseptif neuron-neuron di tanduk dorsal tulang
belakang. Bekam juga merangsang pemulihan dan kenyamanan pasien.
Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang
dibuat untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui
perlukaan pada kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit. Dengan membuat
tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah
kulit dan keluar dari kulit yang dilukai. Bersamaan dengan keluarnya cairan
tersebut, sel-sel darah yang sudah rusak dan zat-zat yang dianggap beracun akan
keluar bersama cairan. Proses ini diperkirakan mirip dengan cara kerja pembuluh
darah dalam capsula bowman ginjal.

2.4 TEKNIK WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH


2.4.1 Prosedur Terapi Bekam Basah
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan Pasien
a) Klien diberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b) Memeriksa tanda-tanda vital klien
2) Persiapan Lingkungan
a) Menjaga privasi klien
b) Mengatur posisi klien dalam posisi terlentang atau duduk
3) Persiapan Alat dan Bahan
a) Gelas bekam empat buah
b) Vacuum pump
c) Jarum
d) Kertas tissue secukupnya
e) Minyak zaitun
f) Tempat sampah
4) Persiapan Petugas
a) Masker
b) Handscone 1 pasang

14
b. Tahap Kerja
1) Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2) Petugas menentukan titik utama untuk bekam basah
3) Lakukan penusukan dengan jarum
4) Area yang akan dipilih kemudian ditutup dengan gelas bekam kemudian
dipompa 3 kali tarikan sampai darah keluar dari tempat penusukan
5) Tunggu hingga durasi pembekaman selesai kemudian lepas gelas bekam
6) Bersihkan kulit yang dibekam dengan tissue
7) Rapikan pasien dan alat
c. Tahap Terminasi
1) Kaji repon pasien terhadap pembekaman
2) Kaji skala nyeri lutut pasien

2.4.2 Durasi Terapi Bekam


Durasi terapi bekam secara keseluruhan dari tahapan bekam kering hingga
pembersihan darah dari bekam basah di antara 25-30 menit. Adapun durasi bekam
basah sekitar 5-10 menit, dan tidak disarankan lebih dari 10 menit (S. M. El Sayed
et al., 2014).
Menurut majid (2009), interval terbaik antara satu bekam dengan bekam
berikutnya berdasarkan tinjauan fisiologis tubuh dan aspek-aspek metabolisme baik
untuk tujuan preventif maupun kuratif yaitu interval 15 hari. Hal ini didasarkan
pada hasil penelitiannya dimana terapi bekam dilakukan dengan tiga perlakuan
interval yaitu interval 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Masing-masing kelompok
perlakuan diberikan terapi bekam sebanyak tiga kali. Sebelum terapi bekam diambil
sampel darah vena dari selurauh responden. Setelah menjalani tiga kali terapi
bekam, sampel darah kembali diambil dan dianalisa. Hasil terbaik menunjukan
bahwa bekam untuk tujuan preventif maupun kuratif yang paling baik yaitu interval
15 hari.

15
2.5 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM
BASAH
2.5.1 Indikasi Wet Cup Therapy / Terapi Bekam Basah
Bekam dapat digunakan untuk penyakit yang sifatnya lokal maupun
sistemik. Bekam dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penyakit-
penyakit seperti sakit kepala, carpal tunnel syndrome dan beberapa penyakit lokal
lainnya. Sementara untuk penyakit sistemik, bekam banyak digunakan pada
kasus-kasus hipertensi
a. Indikasi penyakit lokal:
1) Sakit pinggang, leher, bahu, kepala
2) Migrain
3) Mengurangi sakit pada paralisis fasial, brakialgia, carpal tunnel syndrome.
4) Kekakuan otot
5) Keram
b. Indikasi penyakit sistemik:
1) Sakit kepala karena tekanan darah tinggi
2) Hipertensi
3) Kolesterol
4) Asma

2.5.2 Kontraindikasi Wet Cup Therapy / Terapi Bekam Basah


Terapi bekam dilarang digunakan pada penderita tekanan darah sangat
rendah, penderita sakit kudis, wanita hamil, wanita yang sedang haid, klien yang
sedang mengkonsumsi obat pengencer darah, penderita leukimia,
trombositopenia, alergi kulit serius, orang yang sangat letih. Adapun anggota
tubuh yang tidak boleh dibekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, putting susu,
alat kelamin, dubur, area tubuh yang banyak simpul limfa, area tubuh yang dekat
pembuluh darah besar serta bagian tubuh yang terdapat varices, tumor, retak
tulang, dan jaringan luka (Widada, 2011).
Sharaf (2012) juga menyebutkan kontra indikasi bekam yaitu:
a. Pasien jangan mengkonsumsi alkohol dan merokok sebelum melakukan terapi
bekam

16
b. Jangan membekam langsung pada lutut bagi pasien yang mengalami kebocoran
cairan lutut
c. Bagi anak-anak dan usia lanjut bekam dilakukan dengan isapan yang ringan
d. Jangan melakukan pembekaman ketika suhu badan sedang tinggi
e. Jangan melakukan pembekaman pada pasien yang ketakutan kecuali pasien
sudah tenang

Bekam tidak bisa dilakukan langsung di atas pembuluh darah vena dan
arteri, nervus, pada kulit yang sedang mengalami inflamasi, lubang-lubang tubuh
(lubang telinga, hidung), mata, kelenjar limfe, luka yang terbuka, tulang yang
patah, luka bakar dan thrombosis vena dalam. Adapun penyakit-penyakit yang
menjadi kontraindikasi untuk dilakukannya bekam dapat dikelompokkan menjadi
kontraindikasi absolut dan relatif, antara lain:
a. Kontraindikasi absolut
1) Kanker
2) Gagal organ (ginjal, hati dan jantung)
3) Menggunakan pacemaker
4) Hemofilia

b. Kontraindikasi relatif
1) Infeksi akut
2) Menggunakan antikoagulan
3) Mengalami penyakit kronik yang berat
4) Hamil, nifas dan menstruasi
5) Anemia
6) Baru saja menjalani bekam basah
7) Baru mendonorkan darah
8) Mengalami kegawatdaruratan
9) Anak-anak

17
2.6 EVALUASI DARI WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH
2.6.1 Manfaat Terapi Bekam Basah
Terapi bekam basah berperan mengurangi tekanan darah (Akbar & Mahati,
2013; Kamaluddin et al., 2010), kadar lemak dan kolesterol berbahaya atau Low
Density Lipid (LDL) dalam darah maupun yang mengendap di dinding pembuluh
darah sehingga mengurangi penyumbatan pembuluh darah (S. El Sayed et al., 2013;
Kasmui, 2006). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terapi bekam dapat
menurunkan rerata nilai sistol hingga 9,71±10,8 mmHg dan pada diastol 0,57±5,3
mmHg (Zarei, Hejazi, Javadi, & Farahani, 2012).
Terapi bekam efektif menurunkan rerata 20 mmHg tekanan darah sistolik
dan diastolik dengan jumlah kop 18-24 dan lama terapi 25-30 menit. Terapi bekam
dapat menurunkan tekanan darah dengan menstimulasi zat nitrit oksida sehingga
terjadi vasodilatasi pembuluh darah perifer (Muflih & Judha, 2019).
Dalam buku Ad Dawa’ul-Ajib yang ditulis oleh ilmuwan Damaskus
Muhammad Amin Syaikhu, dari hasil penelitian tentang pengobatan dengan
metode bekam pada tahun 2001 Masehi, sebanyak 300 kasus dan didapatkan data
sebagai berikut: 1) Dalam kasus tekanan darah tinggi, tekanan darah turun hingga
mencapai batas normal, 2) Dalam kasus tekanan darah rendah, tekanan darah naik
hingga batas normal, 3) Jumlah sel-sel darah putih (leukosit) meningkat dalam 60%
kasus dan masih dalam batas normal, 4) Kadar gula darah turun pada pengidap
kencing manis dalam 92,5% kasus, 5) Jumlah asam urat di darah turun pada
83,68% kasus, 6) Pada darah bekam yang keluar, didapati bahwa eritrosit yang
didalamnya berbentuk aneh, tidak berfungsi normal, mengganggu kinerja sel lain.
Saat ini terapi bekam telah dimodifikasi sehingga teknis pelaksanaannya mengikuti
kaidahkaidah ilmiah menggunakan alat yang praktis dan efektif.

2.6.2 Efek Samping Terapi Bekam Basah


Efek samping yang ditimbulkan dari praktik bekam tidak berat, hanya
menimbulkan rasa tidak nyaman yang akibat adanya bekas pembekaman di kulit.
Akan tetapi, bekas tersebut akan hilang dalam waktu 2-3 hari sehingga terapi
bekam aman untuk dilakukan.

18
Beberapa efek samping dari bekam basah pada jaringan kulit adalah
munculnya eritema, bengkak dan bula jika dilakukan tidak dengan hati-hati (Al-
rubaye, 2012).
Sementara kejadian tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat bekam antara
lain timbulnya jaringan parut, luka bakar, sakit kepala, gatal, pusing, rasa lelah,
ketegangan otot, anemia, mual, pembentukan bula, hematoma, timbulnya sakit di
tempat dilakukannya bekam, abses, infeksi kulit, insomnia, hiperpigmentasi, reflex
vasovagal. Dalam sebuah systematic review dilaporkan belum didapatkan kejadian
tidak diinginkan yang serius (Risniati et al., 2019).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Bekam basah adalah suatu tindakan mengeluarkan darah dalam tubuh melalui
tusukan jarum dan penyedotan menggunakan alat bekam untuk mengeluarkan zat-zat yang
dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan pada kulit superfisial, dengan
membuat tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah
kulit dan keluar dari kulit yang dilukai.
Teori taibah merupakan teori bekam basah dimana bekam basah mencakup 3
kegiatan, yaitu bekam kering, tindakan dengan perlukaan pada tempat yang di cupping
dan pengeluaran darah dari tempat yang dilukai dengan melakukan cupping yang kedua
dengan gelas yang sama dengan yang digunakan ketika melakukan bekam kering. Jadi,
bekam basah sudah mencakup bekam kering dalam kegiatannya, sehingga diharapkan
kondisikondisi yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga terjadi ketika melakukan
bekam basah.
Durasi terapi bekam secara keseluruhan dari tahapan bekam kering hingga
pembersihan darah dari bekam basah di antara 25-30 menit. Adapun durasi bekam basah
sekitar 5-10 menit, dan tidak disarankan lebih dari 10 menit (S. M. El Sayed et al., 2014).
Bekam dapat digunakan untuk penyakit yang sifatnya lokal maupun sistemik.
Bekam dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penyakit-penyakit seperti sakit
kepala, carpal tunnel syndrome dan beberapa penyakit lokal lainnya. Sementara untuk
penyakit sistemik, bekam banyak digunakan pada kasus-kasus hipertensi.
Bekam tidak bisa dilakukan langsung di atas pembuluh darah vena dan arteri,
nervus, pada kulit yang sedang mengalami inflamasi, lubang-lubang tubuh (lubang
telinga, hidung), mata, kelenjar limfe, luka yang terbuka, tulang yang patah, luka bakar
dan thrombosis vena dalam.
Terapi bekam basah berperan mengurangi tekanan darah (Akbar & Mahati, 2013;
Kamaluddin et al., 2010), kadar lemak dan kolesterol berbahaya atau Low Density Lipid
(LDL) dalam darah maupun yang mengendap di dinding pembuluh darah sehingga
mengurangi penyumbatan pembuluh darah (S. El Sayed et al., 2013; Kasmui, 2006).
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terapi bekam dapat menurunkan rerata nilai

20
sistol hingga 9,71±10,8 mmHg dan pada diastol 0,57±5,3 mmHg (Zarei, Hejazi, Javadi,
& Farahani, 2012).

Beberapa efek samping dari bekam basah pada jaringan kulit adalah munculnya
eritema, bengkak dan bula jika dilakukan tidak dengan hati-hati (Al-rubaye, 2012).

3.2 SARAN
Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Diharapkan penyusunan makalah ini dapat
menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah
keperawatan komplementer.

21
DAFTAR PUSTAKA

Indah, Nurhayati & Setiyajati. (2013). Terapi komplementer pada osteoartritis di panti wreda
st. Theresia dharma bhakti kasi ,Surakarta. 34-36

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika

Riyadi, S. & Harmoko, H. (2014). Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik
Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (n.d.). Rambat Lupiyoadi dan A.Hamdani, Op. Cit, hlm. 05 Fandy
Tjiptono, Pemasaran Jasa , Yogyakarta: Andi and Pearson Education Asia, 2000, hlm.
08 10. 10–34.
Muflih, M., & Judha, M. (2019). Effectiveness of Blood Pressure Reduction Reviewed from
Amount of Kop, Duration And Location of Point of Bekam Therapy. NurseLine Journal,
4(1), 46. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.9042
Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W., & Siswoyo, H. (2019). Pelayanan Kesehatan
Tradisional Bekam : Kajian Mekanisme , Keamanan dan Manfaat Traditional Cupping
Therapy : A Review of Mechanism , Safety and Benefits. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 212–225.

22

Anda mungkin juga menyukai