OLEH :
NAMA : NI PUTU SRI ARYA TRISNAWATI
NIM : 203221131
KELAS : B13A
Om Swastyastu
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia Beliaulah saya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Wet Cup Therapy
atau Terapi Bekam Basah” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, saya mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu saya sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi saya bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini saya sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Maka
itu saya dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi
saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 KONSEP WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH
2.2.1 Konsep Dasar Terapi Bekam Basah
Terapi bekam terbagi menjadi dua jenis, yakni bekam basah dan bekam
kering. Bekam kering mencakup bekam luncur, bekam api, dan bekam tarik. Yang
membedakan antara bekam basah dan bekam kering, adalah ada tidaknya darah
yang dikeluarkan. Teknik bekam luncur dilakukan dengan meng-kop bagian tubuh
tertentu, lalu meluncurkan kop tersebut ke bagian tubuh yang lain. Sedangkan
bekam tarik dilakukan dengan cara meng-kop beberapa detik kemudian kop ditarik
dan ditempelkan kembali pada kulit. Pada proses terapi pembekaman, terjadi
bendungan lokal, di mana stimulasi titik meridian, menyebabkan hipoksia dan
radang, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat.
Lima belas hari setelah terapi bekam, terjadi peningkatan elastisitas spektrin yang
dapat menstimulasi kerja sistem kekebalan tubuh: sel pembunuh alami (Natural
Killer cells), sehingga daya tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan
maupun perlawanan terhadap penyakit. Meridian atau potent points merupakan
suatu sistem saluran yang membujur dan melintang di seluruh tubuh yang secara
kedokteran tidak terlihat nyata tetapi dapat dibuktikan keberadaannya dengan
radioaktif teknesium perteknetat, yang menghubungkan permukaan tubuh dengan
organ dalam tubuh, organ satu dengan organ lainnya, organ dengan jaringan
penunjang-jaringan penunjang lainnya, sehingga membentuk suatu kesatuan yang
bereaksi bersama apabila ada rangsangan dari kulit.
Hasil penelitian Majid pada tahun 2009, menyatakan bahwa di bawah kulit,
otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa.
Antara poin satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan melintang
membentuk jaring-jaring (jala). Jala ini dapat disamakan dengan meridian. Dengan
adanya jala maka ada hubungan yang erat antar bagian tubuh, sehingga membentuk
satu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak. Kelainan
yang terjadi pada satu poin dapat menular dan memengaruhi poin lainnya.
Pengobatan pada satu titik juga bisa mengobati titik yang lain.
Adapun penelitian yang dilakukan Hana pada tahun 2008, menyatakan bahwa
prinsip bekam sama dengan prinsip akupunktur dan akupresur. Pada bekam basah
terjadi pengeluaran darah, sedangkan pada akupunktur dan akupresur menggunakan
penekanan dan stimulasi pada titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
7
Pengeluaran darah (blood letting) itu sebenarnya merupakan salah satu teknik
akupunktur tertua. Terapi bekam dilakukan pada area tertentu yang memiliki
kesamaan dengan titik meridian.
9
merangsang ujung-ujung saraf sensoris di daerah cupping dan memutus adhesi
jaringan, sehingga rasa nyeri berkurang. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 4.
10
Setelah dilakukan tindakan dengan perlukaan, tekanan negatif kembali
diulang menggunakan cupping pada daerah tersebut. Tekanan negatif yang kedua
kalinya ini mengakibatkan seluruh cairan yang terkumpul (bersama zat-zat
berbahaya) keluar, sehingga seluruh cairan yang terkumpul pada area cupping
habis. Pada tindakan cupping kedua, terjadi gradien tekanan yang sangat besar di
ujung kapiler arteriol dan venula yang menyebabkan filtrasi pada kedua ujung
kapiler tersebut. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 6.
11
Gambar 7: Pemulihan jaringan secara fisiologis: setelah zat-zat berbahaya dikeluarkan
bersamaan dengan cairan yang terkumpul, pemulihan jaringan akan terjadi
secara fisiologis. Cairan interstisial yang baru akan terbentuk dari filtrasi di
ujung kapiler arteriol. Cairan interstisial yang sebelumnya banyak
mengandung zat- zat berbahaya, kini lebih bersih setelah terjadi ekskresi
zat-zat tersebut melalui terapi bekam.
12
membuka hambatan Qi dan memulihkan keseimbangan agar aliran Qi kembali
lancar adalah dengan bekam.
Prinsip bekam adalah mengatur Qi dan darah dengan mengusir dingin dan
menghilangkan lembap, sehingga dengan bekam bisa mengusir angin, dingin,
lembap dan melancarkan darah yang tergenang, terutama bila dilakukan bersama-
sama dengan akupunktur. Apabila diandaikan dengan Yin dan Yang, Qi secara
aktif hadir pada pada semua lakilaki dan perempuan. Yin merupakan Qi
perempuan dan Yang merupakan Qi laki-laki. Dengan bekam, maka
keseimbangan Qi bisa tercapai (Gambar 8).
Prinsip TCM ini belum sesuai dengan prinsip kedokteran yang harus
berbasis bukti. Beberapa peneliti Cina sudah berusaha untuk menjelaskan prinsip
mekanisme bekam dikaitkan dengan prinsip kedokteran, antara lain pendapat
Hong dkk yang mengajukan prinsip bahwa bekam bekerja dengan menciptakan
perubahan pada struktur jaringan lokal sebagai hasil dari tekanan negatif dari
gelas yang digunakan. Perubahan ini meregangkan saraf - saraf dan otot yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah dan otohemolisis. Namun, hingga saat
ini belum ada keuntungan dari otohemolisis pada penyakit-penyakit yang menjadi
indikasi bekam.
Adapun Gao dkk mengajukan teori bahwa bekam pada titik akupunktur
menyebabkan hiperemia dan hemostasis yang mempunyai efek terapi. Ada juga
yang mengajukan teori bahwa bekam basah mempunyai efek analgesik. Bekam
13
menimbulkan deformasi atau jejas pada kulit yang akan merangsang serat-serat
Aß pada area yang sakit dan juga pada bagian distal kulit yang sakit tersebut. Hal
ini akan merangsang area inhibitor reseptif neuron-neuron di tanduk dorsal tulang
belakang. Bekam juga merangsang pemulihan dan kenyamanan pasien.
Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang
dibuat untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui
perlukaan pada kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit. Dengan membuat
tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah
kulit dan keluar dari kulit yang dilukai. Bersamaan dengan keluarnya cairan
tersebut, sel-sel darah yang sudah rusak dan zat-zat yang dianggap beracun akan
keluar bersama cairan. Proses ini diperkirakan mirip dengan cara kerja pembuluh
darah dalam capsula bowman ginjal.
14
b. Tahap Kerja
1) Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2) Petugas menentukan titik utama untuk bekam basah
3) Lakukan penusukan dengan jarum
4) Area yang akan dipilih kemudian ditutup dengan gelas bekam kemudian
dipompa 3 kali tarikan sampai darah keluar dari tempat penusukan
5) Tunggu hingga durasi pembekaman selesai kemudian lepas gelas bekam
6) Bersihkan kulit yang dibekam dengan tissue
7) Rapikan pasien dan alat
c. Tahap Terminasi
1) Kaji repon pasien terhadap pembekaman
2) Kaji skala nyeri lutut pasien
15
2.5 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM
BASAH
2.5.1 Indikasi Wet Cup Therapy / Terapi Bekam Basah
Bekam dapat digunakan untuk penyakit yang sifatnya lokal maupun
sistemik. Bekam dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penyakit-
penyakit seperti sakit kepala, carpal tunnel syndrome dan beberapa penyakit lokal
lainnya. Sementara untuk penyakit sistemik, bekam banyak digunakan pada
kasus-kasus hipertensi
a. Indikasi penyakit lokal:
1) Sakit pinggang, leher, bahu, kepala
2) Migrain
3) Mengurangi sakit pada paralisis fasial, brakialgia, carpal tunnel syndrome.
4) Kekakuan otot
5) Keram
b. Indikasi penyakit sistemik:
1) Sakit kepala karena tekanan darah tinggi
2) Hipertensi
3) Kolesterol
4) Asma
16
b. Jangan membekam langsung pada lutut bagi pasien yang mengalami kebocoran
cairan lutut
c. Bagi anak-anak dan usia lanjut bekam dilakukan dengan isapan yang ringan
d. Jangan melakukan pembekaman ketika suhu badan sedang tinggi
e. Jangan melakukan pembekaman pada pasien yang ketakutan kecuali pasien
sudah tenang
Bekam tidak bisa dilakukan langsung di atas pembuluh darah vena dan
arteri, nervus, pada kulit yang sedang mengalami inflamasi, lubang-lubang tubuh
(lubang telinga, hidung), mata, kelenjar limfe, luka yang terbuka, tulang yang
patah, luka bakar dan thrombosis vena dalam. Adapun penyakit-penyakit yang
menjadi kontraindikasi untuk dilakukannya bekam dapat dikelompokkan menjadi
kontraindikasi absolut dan relatif, antara lain:
a. Kontraindikasi absolut
1) Kanker
2) Gagal organ (ginjal, hati dan jantung)
3) Menggunakan pacemaker
4) Hemofilia
b. Kontraindikasi relatif
1) Infeksi akut
2) Menggunakan antikoagulan
3) Mengalami penyakit kronik yang berat
4) Hamil, nifas dan menstruasi
5) Anemia
6) Baru saja menjalani bekam basah
7) Baru mendonorkan darah
8) Mengalami kegawatdaruratan
9) Anak-anak
17
2.6 EVALUASI DARI WET CUP THERAPY / TERAPI BEKAM BASAH
2.6.1 Manfaat Terapi Bekam Basah
Terapi bekam basah berperan mengurangi tekanan darah (Akbar & Mahati,
2013; Kamaluddin et al., 2010), kadar lemak dan kolesterol berbahaya atau Low
Density Lipid (LDL) dalam darah maupun yang mengendap di dinding pembuluh
darah sehingga mengurangi penyumbatan pembuluh darah (S. El Sayed et al., 2013;
Kasmui, 2006). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terapi bekam dapat
menurunkan rerata nilai sistol hingga 9,71±10,8 mmHg dan pada diastol 0,57±5,3
mmHg (Zarei, Hejazi, Javadi, & Farahani, 2012).
Terapi bekam efektif menurunkan rerata 20 mmHg tekanan darah sistolik
dan diastolik dengan jumlah kop 18-24 dan lama terapi 25-30 menit. Terapi bekam
dapat menurunkan tekanan darah dengan menstimulasi zat nitrit oksida sehingga
terjadi vasodilatasi pembuluh darah perifer (Muflih & Judha, 2019).
Dalam buku Ad Dawa’ul-Ajib yang ditulis oleh ilmuwan Damaskus
Muhammad Amin Syaikhu, dari hasil penelitian tentang pengobatan dengan
metode bekam pada tahun 2001 Masehi, sebanyak 300 kasus dan didapatkan data
sebagai berikut: 1) Dalam kasus tekanan darah tinggi, tekanan darah turun hingga
mencapai batas normal, 2) Dalam kasus tekanan darah rendah, tekanan darah naik
hingga batas normal, 3) Jumlah sel-sel darah putih (leukosit) meningkat dalam 60%
kasus dan masih dalam batas normal, 4) Kadar gula darah turun pada pengidap
kencing manis dalam 92,5% kasus, 5) Jumlah asam urat di darah turun pada
83,68% kasus, 6) Pada darah bekam yang keluar, didapati bahwa eritrosit yang
didalamnya berbentuk aneh, tidak berfungsi normal, mengganggu kinerja sel lain.
Saat ini terapi bekam telah dimodifikasi sehingga teknis pelaksanaannya mengikuti
kaidahkaidah ilmiah menggunakan alat yang praktis dan efektif.
18
Beberapa efek samping dari bekam basah pada jaringan kulit adalah
munculnya eritema, bengkak dan bula jika dilakukan tidak dengan hati-hati (Al-
rubaye, 2012).
Sementara kejadian tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat bekam antara
lain timbulnya jaringan parut, luka bakar, sakit kepala, gatal, pusing, rasa lelah,
ketegangan otot, anemia, mual, pembentukan bula, hematoma, timbulnya sakit di
tempat dilakukannya bekam, abses, infeksi kulit, insomnia, hiperpigmentasi, reflex
vasovagal. Dalam sebuah systematic review dilaporkan belum didapatkan kejadian
tidak diinginkan yang serius (Risniati et al., 2019).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Bekam basah adalah suatu tindakan mengeluarkan darah dalam tubuh melalui
tusukan jarum dan penyedotan menggunakan alat bekam untuk mengeluarkan zat-zat yang
dianggap “sampah” dan beracun melalui perlukaan pada kulit superfisial, dengan
membuat tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah
kulit dan keluar dari kulit yang dilukai.
Teori taibah merupakan teori bekam basah dimana bekam basah mencakup 3
kegiatan, yaitu bekam kering, tindakan dengan perlukaan pada tempat yang di cupping
dan pengeluaran darah dari tempat yang dilukai dengan melakukan cupping yang kedua
dengan gelas yang sama dengan yang digunakan ketika melakukan bekam kering. Jadi,
bekam basah sudah mencakup bekam kering dalam kegiatannya, sehingga diharapkan
kondisikondisi yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga terjadi ketika melakukan
bekam basah.
Durasi terapi bekam secara keseluruhan dari tahapan bekam kering hingga
pembersihan darah dari bekam basah di antara 25-30 menit. Adapun durasi bekam basah
sekitar 5-10 menit, dan tidak disarankan lebih dari 10 menit (S. M. El Sayed et al., 2014).
Bekam dapat digunakan untuk penyakit yang sifatnya lokal maupun sistemik.
Bekam dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penyakit-penyakit seperti sakit
kepala, carpal tunnel syndrome dan beberapa penyakit lokal lainnya. Sementara untuk
penyakit sistemik, bekam banyak digunakan pada kasus-kasus hipertensi.
Bekam tidak bisa dilakukan langsung di atas pembuluh darah vena dan arteri,
nervus, pada kulit yang sedang mengalami inflamasi, lubang-lubang tubuh (lubang
telinga, hidung), mata, kelenjar limfe, luka yang terbuka, tulang yang patah, luka bakar
dan thrombosis vena dalam.
Terapi bekam basah berperan mengurangi tekanan darah (Akbar & Mahati, 2013;
Kamaluddin et al., 2010), kadar lemak dan kolesterol berbahaya atau Low Density Lipid
(LDL) dalam darah maupun yang mengendap di dinding pembuluh darah sehingga
mengurangi penyumbatan pembuluh darah (S. El Sayed et al., 2013; Kasmui, 2006).
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terapi bekam dapat menurunkan rerata nilai
20
sistol hingga 9,71±10,8 mmHg dan pada diastol 0,57±5,3 mmHg (Zarei, Hejazi, Javadi,
& Farahani, 2012).
Beberapa efek samping dari bekam basah pada jaringan kulit adalah munculnya
eritema, bengkak dan bula jika dilakukan tidak dengan hati-hati (Al-rubaye, 2012).
3.2 SARAN
Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Diharapkan penyusunan makalah ini dapat
menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah
keperawatan komplementer.
21
DAFTAR PUSTAKA
Indah, Nurhayati & Setiyajati. (2013). Terapi komplementer pada osteoartritis di panti wreda
st. Theresia dharma bhakti kasi ,Surakarta. 34-36
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Riyadi, S. & Harmoko, H. (2014). Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik
Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (n.d.). Rambat Lupiyoadi dan A.Hamdani, Op. Cit, hlm. 05 Fandy
Tjiptono, Pemasaran Jasa , Yogyakarta: Andi and Pearson Education Asia, 2000, hlm.
08 10. 10–34.
Muflih, M., & Judha, M. (2019). Effectiveness of Blood Pressure Reduction Reviewed from
Amount of Kop, Duration And Location of Point of Bekam Therapy. NurseLine Journal,
4(1), 46. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.9042
Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W., & Siswoyo, H. (2019). Pelayanan Kesehatan
Tradisional Bekam : Kajian Mekanisme , Keamanan dan Manfaat Traditional Cupping
Therapy : A Review of Mechanism , Safety and Benefits. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 212–225.
22