Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HOLISTIC CARE PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG (BACK PAIN)


DI KLINIK HOLISTIC CARE KALIBBARU BANYUWANGI
TAHUN 2023

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Tahun 2022/2023

DISUSUN OLEH:
ANDITA PURNAMASARI
(2022.02.028)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN PADA


PASIEN DENGAN NYERI PUNGGUNG DI KLINIK HOLISTIC CARE
KALIBARU BANYUWANGI TAHUN 2022/2023” telah disusun oleh:

Nama : Andita Purnamasari


NIM : 202204028
Prodi : Profesi Ners
Berdasarkan hasil bimbingan dari pembimbing institusi laporan
pendahuluan ini telah disetujui pada tanggal

Mengetahui,
Preceptor Klinik Preceptor Institusi

(.....................................................) (..........................................................)

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN PADA
PASIEN DENGAN NYERI PUNGGUNG DI KLINIK HOLISTIC CARE
KALIBARU BANYUWANGI TAHUN 2022/2023” telah disusun oleh:

Nama : Andita Purnamasari


NIM : 202204028
Prodi : Profesi Ners
Berdasarkan hasil bimbingan dari pembimbing institusi laporan
pendahuluan ini telah disetujui pada tanggal

Mengetahui,
Preceptor Klinik Preceptor Institusi

Ns. Ilham Panut Pranata, S.Kep Ns. Hirdes Harlan Yuanto, M.Tr.Kep

A. Konsep Bekam
1. Definisi Bekam
Bekam merupakan pengobatan yang sudah ada sejak 2000 tahun sebelum
masehi, jauh sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai pembawa syariat Islam.
Sebagai pengobatan yang paling lama, bekam sudah dikenal luas di masyarakat
dengan segala versinya, seperti cupping therapy, kop, blood letting therapy,al-
hijamah, candhuk, canthuk, dan lain-lain. Tidak hanya di Indonesia,
pengobatan bekam juga menyebar rata di semua benua. Bekam merupakan
pengobatan yang terdiri dari empat proses, yaitu penghisapan kulit dan jaringan
bawah kulit, pembiaran gelas dalam posisi tekanan negatif, pengeluaran darah,
dan titik tepat (Umar, 2012).
2. Jenis Bekam
Menurut Kasmui (2014) secara umum bekam dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu bekam kering, bekam basah dan bekam seluncur atau seluncur.
1. Bekam kering yaitu bekam tanpa sayatan atau tusukan yang mengeluarkan
darah. Bekam jenis ini hanya memindahkan darah kotor yang menyebabkan
penyakit dari tempat yang berpengaruh ketempat yang kurang berpengaruh
atau menurut pendapat lain dapat diartikan menghisap permukaan kulit dan
memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering
digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh bagian belakang.
Dalam proses pembekaman, bekam kering dilakukan sebelum permukaan
kulit disayat atau ditusuk.
2. Bekam basah yaitu bekam dengan sayatan atau tusukan dengan
mengeluarkan darah statis atau darah kotor.
3. Bekam seluncur atau meluncur merupakan bekam sebagai pengganti
kerokan yang bermanfaat untuk membuang angin, melemaskan otot dan
melencarkan peredaran darah.
3. Manfaat Bekam
Berikut manfaat pengobatan bekam secara umum :
 Ekskresi
Tekanan negatif pada terapi bekam basah yang diberikan saat
penghisapan setelah melakukan perlukaan pada kulit dapat berfungsi
sebagai ekskresi. Ekskresi pada terapi bekam basah Idapat berupa bahan
hidrofilik dan hidrofobik (trigliserida, LDL, dan kolesterol) (Alshowafi,
2010).
 Detoksifikasi
Terapi bekam basah terbukti dapat membersihkan darah dan cairan
interstitial dari racun endogen dan eksogen (Alshowafi, 2010).
 Metabolik
Terapi bekam basah dapat meningkatkan perfusi sel sekunder untuk
meningkatkan sirkulasi kapiler dan menghilangkan plaque pada vaskular.
Terapi bekam basah dapat membersihkan darah dari akumulasi metabolit
seluler misalnya ferritin, urea dan asam urat (Alshowafi, 2010).
 Analgesik
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan zat penyebab nyeri
prostaglandin, mediator inflamasi dan sitokinin, sehingga dapat mengurangi
nyeri. Ujung saraf dalam terapi bekam basah terpenuhi oleh cairan yang
berkumpul dalam kulit yang uplifting sehingga terjadi istirahat jaringan
adhesi dan dapat menyebabkan penurunan nyeri (Sayed, et al., 2013).
 Anti hipertensi
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan kelebihan cairan intravaskular,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Sayed, et
al., 2013).
4. Indikasi Terapi Bekam
Menurut Sayed, et al. (2014) sebagai berikut :
a. Kondisi Nyeri Muskuloskeletal
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan zat penyebab nyeri,
prostaglandin, mediator inflamasi dan sitokinin sehingga terapi bekam basah
dapat diindikasikan pada kondisi nyeri muskuloskeletal, misalnya nyeri
punggung, nyeri pinggang, nyeri leher, nyeri bahu, fibromyalgia dan
fibrositis.
b. Penyakit Kardiovaskuler
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan kelebihan cairan intravaskular,
kelebihan lemak, dan zat vasokonstriktor patologi terkait, sehingga terapi
bekam basah dapat diindikasikan pada kondisi edema, hipertensi, iskemia
miokard, aritmia, demam rematik, dan vascular trombosis.
c. Kondisi Hematologi
Terapi bekam basah dapat membersihkan darah dari fragmen hemolisis
sel, kelebihan zat besi dan sel darah merah yang sudah tua, sehingga terapi
bekam basah dapat diindikasikan pada kondisi seperti thalassemia, diabetes
bronze, dan hemolitik krisis.
d. Kondisi Dermatologis
Terapi bekam basah dapat membersihkan darah dari fragmen IgE yang
abnormal dan toksik penyakit lainnya, sehingga terapi bekam basah dapat
diindikasikan pada kondisi seperti vulgaris jerawat, dermatitis atopik, dan
urtikaria idiopatik kronis.
e. Penyakit Neuropsikiatrik
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan zat penyebab rasa nyeri,
prostaglandin, zat patologi terkait dan meningkatkan kekebalan alami
sehingga diindikasikan pada kondisi seperti, brachialgia paraesthetica
nocturna, carpal tunnel syndrome, dan sakit kepala migrain.
f. Keganasan
Terapi bekam dapat membersihkan darah dari antigen kanker, faktor
pertumbuhan, faktor angiogenesis dan produk sel tumor, sehingga
diindikasikan pada kondisi keganasan seperti tumor dan limfoma.
g. Kondisi metabolik
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan metabolit, produk limbah, zat
penyebab nyeri, prostaglandin dan zat patologi terkait, sehingga
diindikasikan pada kondisi seperti asam urat, disfungsi tiroid, kondisi
ketidakseimbangan hormon, hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia
h. Infeksi
Terapi bekam basah dapat mengeluarkan penyebab patogen, toksik, zat-
patologi dan meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, sehingga
diindikasikan pada kondisi seperti kaki diabetik. terapi bekam basah pada
kaki diabeteik dapat meningkatkan sirkulasi lokal di kaki, meningkatkan
imunitas, mengeluarkan cairan interstitial yang mengandung toksik dan
memanfaatkan nitrit oksidase sebagai vasodilatasi.
i. Penyakit autoimun
Terapi bekam dapat mengeluarkan kelebihan autoantibodi, kompleks
imun, sitokinin, prostaglandin, dan meningkatkan kekebalan alami,
sehingga diindikasikan pada kondisi seperti, rheumatoid arthritis,
myasthenia gravis, dan diabetes melitus
j. Intoksikasi dengan bahan kimia, karsinogen, pestisida dan senyawa
organofosfat, kondisi over dosis obat.
5. Kontraindikasi Terapi Bekam
Menurut Hasan, et al. (2014), terapi bekam tidak boleh digunakan
untuk mengobati sakit pinggang atau perut pada orang hamil, karena akan
mempengaruhi sistem saraf otonom dan merangsang kontraksi rahim
sehingga dapat menimbulkan resiko tinggi pada kehamilan. Sayed, et al
(2014), mengatakan “tidak ada kontraindikasi absolut untuk terapi bekam
basah. Kontraindikasi yang relatif umum meliputi, anemia berat, kondisi
perdarahan aktif seperti hemofili, kegagalan sirkulasi (shock), luka bakar,
dan kehamilan”.
Kontraindikasi terapi bekam lainnya adalah bayi hingga anak usia 3
tahun, orang tua renta yang sakit tanpa daya dan upaya, penderita tekanan
darah sangat rendah, penderita sakit kudis, perut wanita yang sedang hamil,
wanita yang sedang haid, orang yang sedang minum obat pengencer darah,
penderita leukemia, alergi kulit serius, orang yang sangat letih / kelaparan /
kenyang / kehausan / gugup. Sedangkan anggota bagian tubuh yang tidak
boleh dibekam adalah titik-titik mata, telinga, hidung, mulut, putting susu,
alat kelamin, dubur, area tubuh yang banyak simpul limpa, area tubuh yang
dekat pembuluh besar dan bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak
tulang, dan jaringan luka (Kamaluddin, 2010).
6. Titik – Titik Bekam
Menurut PBI (2018), titik bekam Nabawi adalah titik bekam yang
didasarkan kepada hadist-hadist Rasulullah, baik secara amaliyah, qauliyah,
taqriyah maupun shifah. Titik bekam tersebut yaitu :
a. Ummu Mughist atau Mughitsah atau Munqidzah atau Nafi’ah.
Posisinya yaitu dibagian tengah atas dari kepala, yakni pertemuan dua
garis tengah kepala dari depan ke belakang dan garis lurus antara kedua
telinga, yaitu pada sagittal suture di depan posterior fontanelle mengenai
parietal foramen.
Manfaatnya adalah meningkatkan konsentrasi, menguatkan ingatan dan
hafalan, gangguan intelejensi, anak-anak berkebutuhan khusus, demensia,
gangguan degenerative, stroke, pusing, migraine, nyeri kepala, infertilitas,
depresi, gangguan sihir.
b. Al-Hammah
Ada beberapa pengertian tentang makna hammah. Secara umum ketika
disebut hammah maka artinya kepala. Bagian kepala manapun. Tetapi
makna yang lebih khusus adalah bagian tengah kepala atau bagian paling
atas dari kepala. Maka dari itu titik ini terletak di posisi yang sama dengan
Ummu Mughits sekaligus memiliki manfaat yang sama.
c. Al- Yaafukh
Posisi dari titik ini adalah pertemuan tulang kepala bagian depan dan
belakang, pada posisi ubun-ubun saat kecil yang bergerak-gerak. Ada pula
yang berpendapat, posisi antara al-hammah (ummu mughits) dan kening.
Manfaat dari titik ini adalah sebagai penguat dari titik Ummu Mughits.
d. Ar-Ra’s
Pengertian dari “ar-ra’s” adalah kepala, yang dimaksud kepala disini
adalah bagian kepala yang ditumbuhi rambut yaitu pada titik selain Ummu
Mughits atau Al-Hammah dan Al-Yaafukh.
Pembekaman pada area kepala dibatasi maksimal 3 titil termasuk titik
bekam utama yaitu Ummu Mughits atau Al-Hammah dan Al-Yaafukh.
Pelaksanaannya sebaiknya tidak sekaligus tetapi bergantian atau mengikuti
kepada kekuatan klien (sesuai kebutuhan).
e. Al-Akhda’ain
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Syarhul-Mashabih, posisinya
terletak di sepanjang dua sisi leher, diantara kedua pundak, dibawah rambut.
Sementara dalam kitab Al-Nafatih Syarhil Mashabih disebutkan bahwa
posisinya pada pembuluh darah dibagian belakang leher saat dilakukan
bekam. Dalam penentuan posisi titik ini ada dua pendapat yakni, di leher
samping dan di bagian belakang leher. Namun, di bagian samping leher
terdapat pusat kelenjar getah bening, maka sebaiknya posisi ini dihindari
sehingga pilihannya adalah di leher bagian belakang.
Manfaat dari titi ini adalah seluruh keluhan pada kepala, nyeri pada
wajah, sakit telinga, tenggorokan nyeri dan serak, sakit gigi, pusing,
punggung kaku, leher kaku, TBC Kelenjar Limfe, Wajah Bengka, Tuli
Mendadak, rahang kaku, sakit gigi, gondongan, radang tenggorokan,
tengkuk kaku dan pegal, serta melancarkan sirkulasi darah ke daerah kepala.
f. Al-Kaahil
Posisi dari titik ini adalah di bagian atas dari tulang punggung yang
bersambung ke leher. Titik ini terletak pada sepertiga teratas dari tulang
punggung yang terdiri dari 6 ruas. Dalam penjelasan lain, kahil merupakan
pertemuan antara pundak.
Manfaat dari titik ini adalah semua penyakitdan keluhan, melancarkan
sirkulasi darah, ketegangan pada leher dan pundak, pusing, migraine, nyeri
kepala, semua gangguan di kepala, gangguan jantung dan paru-paru.
Pembekamam pada titik ini jika tepat pada tulang cervicalis 7 (C7) dapat
mengakibatkan kesemutan di lidah, bengkak di pipi, dan bahkan kesulitan
bicara yang bersifat temporal.
g. Azh-Zhahr
Definisi punggung menurut KBBI adalah bagian belakang tengkuk
sampai pantat (bokong) atau bagian belakang tubuh manusia dari leher
sampai tulang ekor. Mengacu pada definisi tersebut maka dapat dijabarkan
punggung adalah bagian belakang tubuh manusia yang dimulai dari daerah
setelah leher (tengkuk) terus ke bawah hingga daerah pantat bahkan hingga
bagian tulang ekor.
Posisi dari titik Azh-Zhahr yaitu :
- Azh-Zahrul A’la, posisi pada tulang belikat kanan dan kiri.
- Azh-Zahrul Washati, posisi ini ada pada sekitar organ liver dan
lambung.
- Azh-Qathanul Alawi, posisi di samping ruas tulang lumbar 1 dan
lumbar 2.
- Al-Qatanul Sufla, posisi samping tulang ekor bagian atas kiri dan
kanan.

Manfaat dari titik ini adalah gangguan jantung, sesak nafas, nyeri punggung
atas, gangguan liver, gangguan lambung, saraf kejepit, encok.

h. Al-Warik
Posisi dari titik ini ada pada bagian pinggul kiri dan kanan. Al-Warik
adalah organ tubuh yag berada di atas paha, Jalasa ‘ala warikihi, artinya
duduk di atas panggul pada lateral illium kanan dan kiri, pertemuan otot
gluteus maximus dengan gluteus medius bawah kiri dan kanan.
Manfaatnya adalah untuk stroke, pegal dank aku pada panggul, saraf
kejepit, spondylosis, spondylitis.
i. Zharul-Qadam
Secara harfiah artinya adalah punggung telapak kali kiri dan kanan.
Zhahrul Qadam berarti punggung telapak kaki, karena makna Zhahr adalah
punggung dan Al-Qadam adalah telapak kaki.
Posisi dari titik ini adalah 1 jari diatas titik pertemuan antara tulang ibu
jari kaki dan jari telunjuk kaki. Manfaat dari titik ini adalah untuk nyeri
haid, pendarahan, bisul, gatal pada daerah genital dan anus, serta lelah kaki.
Hati-hati pada daerah pembuluh darah yang ada denyutnya dan lebih baik
atau lebih aman mendekat ke arah jempol kaki serta hindari terkenan arteri
dorsalis pedis.
7. Hal-Hal yang Perlu diperhatikan Saat Terapi Bekam
Menurut Ridho (2015) banyak hal-hal yang harus diperhatikan ketika ingin
dilakukan pengobatan bekam. Berikut ini adalah hal-hal tersebut :
a) Daerah anggota tubuh yang dilarang untuk dibekam :
 Lubang alamiah (mata, telinga, hidung, mulut, putting susu, alat
kelamin, dubur).
 Area tubuh yang banyak simpul limpa (kelenjar limfe). Area tubuh
yang dekat pembuluh besar.
 Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka.
b) Kondisi pasien yang tidak boleh dibekam :
 Terkena infeksi terbuka dan cacar air.
 Penderita diabetes mellitus.
 Penderita kelainan darah (hemophilia).
 Penderita penyakit anememia dan penderita hipotensi.
 Penderita kanker darah.
 Anak-anak penderita dehidrasi
 Pada wanita hamil dan wanita sering keguguran.
c) Waktu yang dianjurkan untuk bekam:
Ibnu Sina di dalam kitabnya : “Al-Qanun fii Thibb”membahas
mengenai waktu yang paling baik untuk bekam yaitu pada waktu tengah
hari (jam 2-3 sore) karena pada saat itu saluran darah sedang
mengembang dan darah-darah yang mengandung toxin yang sangat
sesuai untuk dikeluarkan (Salamah, 2009).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda : “Barang siapa
berbekam pada tanggal tujuh belas, sembilan belas, dan dua puluh satu,
maka ia akan menyembuhkan semua penyakit.
KONSEP TEORI NYERI PUNGGUNG
A. Pengertian
Back pain (BP) atau nyeri punggung merupakan keluhan yang sering
dijumpai dan umum dalam masyarakat. Hampir setiap orang pernah
merasakan BP dalam hidupnya. BP termasuk salah satu gangguan
musculoskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan
produktivitas kerja dan disabilitas (Sari, 2015). Keluhan BP dapat
menyerang siapa saja, baik usia muda maupun lansia (Hendri, 2014).
Nyeri punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang
berasal dari otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang
belakang. Tulang belakang adalah suatu kompleks yang menghubungkan
jaringan saraf, sendi, otot, tendon, dan ligamen, dan semua struktur tersebut
dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri punggung diakibatkan oleh regangan
otot atau tekanan pada akar saraf. Nyeri punggung adalah masalah yang
sering dirasakan kebanyakan orang dalam hidup mereka. Nyeri punggung
biasanya dirasakan sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian
punggung. Nyeri ini dapat bertambah buruk dengan postur tubuh yang tidak
sesuai pada saat duduk atau berdiri, cara menunduk yang salah, atau
mengangkat barang yang terlalu berat.
B. Anatomi dan Fisiologis Tulang Belakang
Tulang belakang adalah struktur yang kompleks, yang terbagi menjadi
bagian anterior dan posterior. Tulang belakanh terdiri dati korpus vertebra
yang silindris, dihubungkan oleh diskus intervertebralis, dan dilekatkan oleh
ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Bagian posterior lebih lunak
dan terdiri dari pedikulus dan lamina yang membentuk kanalis spinalis.
Bagian posterior dihubungkan satu sama lain oleh sendi facet (disebut juga
sendi apofisial atau zygoapofisial) superior dan inferior. Sendi facet dan
sendi sacroiliaka, yang dilapisi oleh sinovia, diskus intervertebralis yang
kompresibel, dan ligamen yang elastic, yang berperan dalam gerak fleksi,
ekstensi, rotasi, dan gerak lateral dari tulang belakang.
Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae,
diskus intervertebralis dan struktur penunjang yakni otot dan ligament.
Meskipun ligamen yang menopang tulang belakang sangat kuat, stabilitas
tulang belakang tetap dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunteer dari
otot sacrospinalis, abdomen, gluteus maximus, dan otot hamstring.
Struktur tulang belakang yang peka terhadap nyeri adalah periosteum
vertebrae, dura, sendi facet, annulus fibrosus dari diskus intervertebralis,
vena epidural, dan ligamentum longitudinal posterior. Gangguan pada
berbagai struktur ini dapat menjelaskan penyebab nyeri punggung tanpa
kompresi radix saraf. Nucleus pulposus dari diskus intervertebral tidak peka
terhadap nyeri dalam situasi yang normal. Tulang belakang regio lumbal
dan servikal merupakan struktur yang paling peka terhadap gerkana dan
mudah mengalami trauma.

Gambar 2.1. Penampang Tulang Belakang Potongan Transversal


Gambar 2.2. Penampang Tulang Belakang Potongan Sagital

Gambar 2.3. Kolumna Spinalis


Gambar 2.4. Kompresi Radix Saraf L5 dan S1 oleh Diskus yang Mengalami
Herniasi
C. Klasifikasi
Nyeri punggung dapat bersifat akut atau kronik, nyerinya berlangsung
terus menerus atau hilang timbul, nyerinya menetap di suatu tempat atau
dapat menyebar ke area lain. Nyeri punggung dapat bersifat tumpul, atau
tajam atau tertusuk atau sensasi terbakar. Nyerinya dapat menyebar sampai
lengan dan tangan atau betis dan kaki, dan dapat menimbulkan gejala lain
selain nyeri. Gejalanya dapat berupa perasaan geli atau tersetrum,
kelemahan, dan mati rasa .
Nyeri punggung dapat dibagi secara anatomi, yaitu: nyeri leher, nyeri
punggung bagian tengah, nyeri punggung bagian bawah, dan nyeri pada
tulang ekor. Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan durasi terjadinya,
yaitu: akut (±12 minggu), kronik (>12 minggu), dan subakut (6-12 minggu).
Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Nyeri lokal, yang disebabkan oleh regangan struktur yang sensitive
terhadap nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris.
Lokasi nyeri dekat dengan bagian punggung yang sakit.
2. Nyeri alih ke bagian punggung, dapat ditimbulkan oleh bagian visceral
abdomen atau pelvis. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai nyeri
abdomen atau pelvis tetapi dibarengi dengan nyeri punggung dan
biasanya tidak terpengaruh dengan posisi tubuh tertentu. Pasien dapat
juga mempermasalahkan nyeri punggungnya saja.
3. Nyeri yang berasal dari tulang belakang, dapat timbul dari punggung
atau dialihkan ke bagian bokong atau tungkai. Penyakit yang melibatkan
tulang belakang lumbal bagian atas dapat menimbulkan nyeri alih ke
regio lumbal, pangkal paha, atau paha bagian atas. Penyakit yang
melibatkan tulang belakang lumbal bagian bawah dapat menimbulkan
nyeri alih ke bagian bokong, paha bagian belakang, atau betis dan
tungkai (jarang). Injeksi provokatif pada struktur tulang belakang bagian
lumbal yang sensitif terhadap nyeri dapat menimbulkan nyeri tungkai
yang tidak mengikuti distribusi dermatomal. Nyeri sclerotomal ini dapat
menjelaskan kasus nyeri di bagian punggung dan tungkai tanpa adanya
bukti penekanan radix saraf.
4. Nyeri punggung radikular biasanya bersifat tajam dan menyebar dari
tulang punggung region lumbal sampai tungkai sesuai daerah perjalanan
radix saraf. Batuk, bersin, atau kontraksi volunteer dari otot abdomen
(mengangkat barang berat atau pada saat mengejan) dapat menimbulkan
nyeri yang menyebar. Rasa nyeri dapat bertambah buruk dalam posisi
yang dapat meregangkan saraf dan radix saraf. Saraf femoral (radix L2,
L3, dan L4) melewati paha bagian depan dan tidak akan teregang
dengan posisi duduk. Gambaran tentang nyeri saja biasanya tidak bisa
digunakan untuk membedakan nyeri sklerotomal dan radikulopati.
5. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, walaupun tak jelas,
biasanya dikaitkan dengan banyak gangguan tulang belakang. Spasme
otot biasanya dikaitkan dengan postur abnormal, otot paraspinal yang
teregang, dan rasa nyeri yang tumpul.

Gambar 2.5. Pola Dermatomal Nyeri Radikuler

D. Etiologi
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada
tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, amupun struktur lain
yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain:
1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan
spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis.
2. Trauma minor: regangan, cedera whiplash.
3. Fraktur: traumatik - jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik –
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.
4. Herniasi diskus intervertebral.
5. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal, stenosis
spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebral, gangguan
sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid).
6. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya
ankylosing spondilitis, sindrom reiter).
7. Neoplasma – metastasis, hematologic, tumor tulang primer.

8. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis diskus,


meningitis, arachnoiditis lumbalis.

9. Metabolik: osteoporosis – hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis


(misalnya penyakit paget).

10. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral.

11. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,
pura-pura sakit, sindrom nyeri kronik.

E. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya nyeri punggung adalah usia, kondisi kesehatan yang
buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,
skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal
yang berhubungan dengan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam
waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik),
getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk,
memutar, dan kehamilan.
Postur tubuh yang tegak tergantung pada lekukan tulang belakang yang
normal, dan lekukan tersebut bukan penyebab nyeri punggung. Obesitas yang
menyebabkan bobot abdomen menjadi berat, dan proses kehamilan pada
tahap lanjut, dapat mengubah kelengkungan tulang belakang dan
menyebabkan nyeri punggung. Dalam kasus kehamilan, rasa nyeri biasanya
menghilang setelah proses kelahiran. Beberapa kegiatan, seperti jogging dan
berlari di permukaan yang rata, angkat berat, dan duduk lama (terutama di
mobil, truk, dan kursi yang tidak nyaman), dapat menyebabkan nyeri
punggung. Namun demikian, faktor psikologis memegang peranan yang cukup
kuat dalam menyebabkan nyeri punggung kronik.
Faktor risiko nyeri pinggang belum sepenuhnya jelas. Faktor risiko yang paling
sering dilaporkan untuk nyeri pinggang adalah beban kerja fisik yang berat
seperti mengangkat, posisi tubuh membungkuk, dan getaran seluruh tubuh.
Gaya hidup juga dianggap sebagai faktor risiko dari nyeri pinggang. Merokok,
kurangnya latihan fisik, dan jam tidur yang pendek meningkatkan risiko nyeri
pinggang. Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang jelas antara konsumsi alkohol dan nyeri pinggang. Hubungan
antara nyeri pinggang dan faktor psikososial juga telah dilaporkan. Pekerja
pengolah pangan diketahui sebagai populasi yang berisiko tinggi mengalami
nyeri pinggang karena mereka bekerja dalam posisi membungkuk,
mengangkat bahan yang berat, di lantai yang basah, dan suhu yang panas.
Faktor yang berperan menyebabkan nyeri punggung bawah pada remaja
antara lain: perkembangan yang sangat pesat, kurangnya fleksibilitas dari otot
kuadriceps dan hamstring, bekerja sambil sekolah, dan merokok.
F. Patofisiologis
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan
direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal
dan termal.
Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, termik atau suhu, kimiawi dan
campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas yang
mempunyai spesifikasi. Di sini terjadi potensial aksi dan impuls ini diteruskan ke
pusat nyeri. Serabut saraf yang berasal dari reseptor ke ganglion masuk ke kornu
posterior dan berganti neuron. Di sini ada dua kelompok neuron, yaitu: (a) yang
berganti neuron di lamina I yang kemudian menyilang linea mediana membentuk
jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini disebut system
neospinotalamik yang menghantarkan rangsangan nyeri secara cepat. Kelompok (b)
bersinaps di lamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras
anterolateral dan bersinaps di substantia retikularis batang otak dan di talamus. Sistem
ini disebut system paleospinotalamik yang mengantarkan perasaan nyeri yang kronik
dan yang kurang terlokalisasi.
Percobaan-percobaan decade terakhir menunjukkan adanya sistem nyeri yang
desenden, yang menghambat nyeri. Daerah periakuaduktus dan nucleus rafe magnus
merupakan bagian penting sistem ini. Rangsangan di tempat ini akan menghambat
nyeri.
G. Pathway Perubahan postur tubuh biasanya karena
trauma primer dan sekunder
Obesitas
Usia Lanjut

Trauma primer seperti trauma Trauma sekunder seperti adanya Fibrokartolago padat dan
Fibrokartolago padat dan secara spontan, conttohnya penyakit HNP, osteoporosis, tak teratur
tak teratur kecelakaan spondylitis, stenosis spinal,
osteiarthritis
Kelebihan beban
Stress mekanis diskus lumbalsakral
lumbal bawah Kontraksi punggung
Pembentukan kurva
Perubahan degenerasi lumbalabnormal
Terdesaknya otot para vertebra
berat

Rusaknya pembukus saraf


Herniasi nucleus purposus Tulang belakang menyerap
goncangan ventrikel
Hiperalgesia sekunder
Penekanan akar saraf pada neuron disekitar lesi
ketika keluar dari kanalis Terjadi perubahan struktur dengan diskus pada resio lumbalsakral
spinalis susun atas fibris fertilago dan matrik
gelatinus

Nyeri punggung (Back


Pain)

Gangguan pola tidur Kelemahan fisik umum Kelemahan otot


Nyeri akut

Defisit perawatan diri Mobilitas terganggu

Gangguan mobilitas
fisik
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju
endap darah (LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk
mengidentifikasi infeksi atau myeloma), kalsium, fosfor, asam urat,
alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ada
kecurigaan metastasis karsinoma prostat), elektroforesis protein serum
(protein myeloma), dalam kasus khusus, dapat diperisa tes tuberculin
atau tes Brucella, tes faktor rheumatoid, dan penggolongan HLA (jika
curiga adanya ankylosing spondylitis).
2. Pemeriksaan Radiologis :
 Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada
posisi anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk
pemeriksaan rutin nyeri pinggang dan sciatica. Gambaran radiologis
sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan
ruang diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet dan penumpukan
kalsium pada vertebrae, pergeseran korpus vertebrae
(spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi
yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.
 CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang (10).
 MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena (10). MRI sangat berguna bila: vertebra dan
level neurologis belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula
spinal atau jaringan lunak, untuk menentukan kemungkinan herniasi
diskus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
 Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah
saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor.
I. Penatalaksanaan
a) Terapi Non Farmakologis
1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja
seperti biasanya.
2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus
dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
3. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke
aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
4. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan obat
penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2
minggu.
5. Modalitas lain: (a) intervensi fisik: orthosis, pemijatan, mobilisasi,
manipulasi, traksi, (b) modalitas termal: ultrasound terapeutik, diatermi,
bantalan pemanas (kering atau lembab), pemanas inframerah, hidroterapi,
kantong es (dengan atau tanpa pemijatan) (c) terapi elektrik: stimulasi
galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulasi saraf transkutaneus
elektrik, stimulasi neuromuscular, (d) terapi olahraga: terapi rentang
gerakan, program penguatan (isometric, kinetik), program latihan
aerobic, program latihan aqua, control neuromuscular, koreksi postural,
(e) magnet, (f) terapi meridian: akupunktur, elektroakupunktur, (g) terapj
laser, (h) terapi lingkungan:; biofeedback dan relaksasi, (i) intervensi
edukasi, (j) terapi kombinasi atau multimodalitas.
b) Terapi Farmakologis

1. Asetaminofen

Penggunaan asetaminofen dosis penuh (2 sampai 4 g per hari) sebagai


terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa
pedoman terapi (rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada pasien
dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver,
mengonsumsi obat tertentu (terutama antikonvulsan), atau orang tua yang
lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan.
Selanjutnya, toksisitas asetaminofen meningkat secara substansial jika
dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor siklooksigenase-2
spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).

2. NSAID

Ada bukti kuat keberhasilan penggunaan NSAID pada nyeri akut dan
bukti moderat pada nyeri kronis (rekomendasi A). NSAID
direkomendasikan oleh sebagian besar pedoman pengobatan. Semua
NSAID tampaknya memiliki khasiat yang sama. Mempertimbangkan
manfaat dibandingkan efek samping, American Geriatrics Society
merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama
dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin magnesium
trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek
samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya
lebih rendah daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang
dipilih, sitoproteksi lambung harus dipertimbangkan berdasarkan profil
risiko pasien. NSAID harus dipertimbangkan ketika peradangan diyakini
memainkan peran penting dalam proses produksi nyeri.

3. Relaksan Otot
Bukti yang mendukung penggunaan relaksan otot masih kurang jelas
(rekomendasi B). Sebuah tinjauan dari 14 percobaan acak terkontrol
moderat berkualitas menunjukkan bahwa cyclobenzaprine lebih efektif
daripada plasebo dalam pengelolaan nyeri leher dan punggung. Namun
efeknya minimal dengan efek samping yang lebih besar. Efek tertinggi
terjadi dalam 4 hari pertama terapi. Kesimpulan serupa juga sama untuk
obat lain yang sejenis. Baclofen dan Tizanidine memiliki lebih sedikit
potensi kecanduan daripada relaksan otot lainnya. Relaksan otot tidak
dianjurkan untuk WAD fase akut karena bukti tentang manfaatnya masih
belum jelas.
4. Opioid

Sebuah badan literatur ekstensif melaporkan efektivitas jangka pendek opioid


dalam berbagai sindrom nyeri (rekomendasi A). Namun, tidak ada penelitian
acak berkualitas tinggi untuk menunjukkan manfaat dan keamanan opioid
jangka panjang untuk setiap indikasi pemberiannya. Kegunaan opioid pada
nyeri leher harus seimbang dengan efek samping yang ditimbulkan seperti
sembelit, sedasi, dan ketergantungan. Beberapa pihak mendukung
penggunaan opioid dalam berbagai sindrom nyeri ketika strategi lain tidak
melngurangi rasa sakit secara adekuat, dan ada bukti jelas bahwa obat ini
tidak merugikan pasien dan memberikan peningkatan yang signifikan dan
berkelanjutan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan BP meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial (Muttaqin, 2011).
1) Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa
medis.
2) Riwayat keperawatan
a) Keluhan ktama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan biasanya berhubungan dengan dan adanya gangguan fokal seperti nyeri
punggung/pinggang hebat, kelemahan anggota gerak, kesemuatan.
b) Riwayat penyakit sekarang

Kaji bagaimana terjadi nyeri , adanya kelemahan anggota gerak, gangguan dalam
BAK dan BAB

c) Riwayat penyakit dahulu


Kaji adanya riwayat trauma sebelumnya, riwayar sakit keganasan. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan Tindakan selanjutnya. Tidak
lupa untuk dikaji mengenai Riwayat sakit DM, Jantung, dan Hipertensi.
d) Riwayat penyakit keluarga

Kaji adanya tumor, BP pada generasi terdahulu. Kaji keluarga mengenai penyakit
keganasan.

3) Pengakajian pola kesehatan fungsional


Menurut Gordon (2002) pengkajian pola kesehatan fungsional sebagia berikut:
a) Pola persepsi-managemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan, persepsi


terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b) Pola nutrisi–metabolik

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit nafsu makan, pola
makan, diet, fluktuasi berat badan (BB) dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,
mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan kulit, makanan
kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, dan kulit, kebiasaan defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri, dll), penggunaan kateter,
frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi
saluran kemih, masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll.
d) Pola latihan-aktivitas

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi. Pentingnya


latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan
satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan : 0:
mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat, 4 :
tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan range of motion, riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas, riwayat
penyakit paru.

e) Pola kognitif perseptual


Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori meliputi pengkajian
fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap
tubuh, sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien
terhadap persitiwa yang telah lama terjadi atau baru terjadi dan kemampuan
orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk
mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat,
kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah
gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dll.

f) Pola istirahat-tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepasi tentang energi. Jumlah jam tidur
pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat, dan mengeluh letih.
g) Pola konsep diri-persepsi diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.


Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas, dan ide
diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia
akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manusia
juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural-spriritual dan dalam pandangan secara
holistic. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri, dampak sakit
terhadap diri, kontak mata, aktif atau pasif, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa
tak berdaya, gugup atau relaks.
h) Pola peran dan hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat, tempat tinggal klien, tidak punya rumah, pekerjaan, tingkah
laku yang pasif atau agresif terhadap orang lain, masalah keuangan, dll.
i) Pola reproduksi/seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan


seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae
sendiri, riwayat penyakit berhubungan dengan sex, pemeriksaan genital.

j) Pola pertahanan diri (koping-toleransi stres )


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan system
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit
terhadap tingkat stress.

k) Pola keyakinan dan nilai


Pengkajian psikologis klien tumor meningioma meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan perilaku klien. Mekanisme koping yang digunakan oleh klien
juga penting untuk dikaji guna memulai respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya oleh perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah. Adanya
perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada pengkajian pola persepsi dan konsep diri
didapatakan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif. Pada pengkajian pola penaggulangan stress, klien biasanya mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi. Sedangkan pada pengkajian pola tata nilai dan kepercayaan, klien
bisanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Karena klien harus menjalani
rawat inap maka keadaan ini memberi dampak pola status ekonomi klien karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Tumor BP memang
salah satu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilisasi emosi dan fikiran klien dan keluarga. Perspektif
keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang
diakibatkan oleh defisit neuroligis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di
dalam sistem dukungan individu.
4) Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien, pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang muncul pada pasien back pain adalah :
1. Nyeri akut b.d spasme otot,masalah muskuloskeletal,tekanan saraf
2. Defisit perawatan diri b. d. kelemahan.
3. Resiko jatuh b.d. kelemahan otot.
4. Resiko konstipasi b.b d efek agen farmakologis (anti nyeri).

3. Rencana Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan
masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah. Perencanaan
keperawatan terdiri atas luaran dan intervensi (PPNI, 2018). Luaran (outcome)
keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi
kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon
terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis
keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan (PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan adalah segala terapi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran yang
diharapkan. Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan intervensi
pendukung. Intevrensi utama dari nyeri akut adalah manajemen nyeri dan pemberian
analgetic (PPNI,2018).
Tabel 1. Perencanaan Keperawatan

Rencana Keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Pencedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi Utama:
Fisiologis (D. 0077) selama 5x5 jam, diharapkan tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I. 108238)
pasien menurun dengan kriteria hasil: Hal 201
Tingkat Nyeri (L.08066) hal 145 Observasi
1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Meringis menurun kualitas, dan intensitas nyeri
3. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi skala nyeri
4. Frekuensi nafas membaik 3. Identifikasi respons nyeri non
verbal
4. Monitor efek samping pemberian
analgetik

Terapeutik
1. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangii nyeri dengan
kompres hangat

Kolaborasi
1. Kelola pemberian obat MST
15mg, Ketorolac 30mg, dan
dexamethasone 5mg.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Intervensi Utama:
gangguan neurumuskuler (D. 0109) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Promosi Kebersihan (L.11358 hal
diharapkan perawatan diri pasien 367)
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
Perawatan Diri (L. 11103 hal 81) 1. Identifikasi kondisi umum pasien
1. Kemampuan mengenakan pakaian (mis. Kemampuan fisik dan mental)
meningkat.
2. Kemampuan ke toilet meningkat. 2. Identifikasi kemandirian
3. Mempertahankan kebersihan diri melakukan upaya kebersihan diri
meningkat dan lingkungan

Terapeutik
1. Fasilitasi dalam melakukan upaya
kebersihan diri sesuai kebutuhan.
2. Motivasi partisipasi keluarga
dalam upaya promosi kebersihan

Edukasi
1. Jelaskan manfaat kebersihan bagi
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. 68-70.


Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. In:
Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed, Vol 2.
Philadelphia: Lippincott W, Wilkins, 2011:1883-1902.
Price, S. A. & Wilson, L. M., 2010. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol, EGC, Jakarta.
Sherwood, L., 2012. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2017. Buku ajar keperawatan medical-bedah., vol:3,
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai