Disusun Oleh:
Peni Marcelina
30120119010
ABSTRAK
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya
usia. Sekitar 90% usia dewasa dengan tekanan darah normal akan berkembang menjadi
hipertensi pada usia lanjut. Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko terserang
hipertensi. Relaksasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada setiap terapi
anti hipertensi. Relaksasi bisa membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti terapi musik klasik, yoga, dan terapi masase. Tujuan Evidence Based
Nursing Practice ini untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Terapi Komplementer Massage
Punggung Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi.Metode yang digunakan adalah
literature review dengan kata kunci bahasa Indonesia massage punggung; tekanan darah;
hipertensi; lansia. Hasil dari ekstraksi data dan kesimpulan yang didapatkan, menyebutkan
bahwa adanya pengaruh serta perubahan yang signifikan pada terapi komplementer massage
punggung terhadap tekanan systolic dan diastolik pada lansia dengan pemberian massage 3-
10 menit sebanyak 3 kali dalam satu minggu dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh,
massage punggung juga dapat merangsang pengeluaran hormone endhoprin yang
memberikan efek tenang pada pasien yang mengalami hipertensi.
Daftar Pustaka : 2 artikel
Desember, 2022
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................................3
a. Definisi...................................................................................................................................3
b. Jenis-jenis hipertensi.............................................................................................................3
c. Tanda dan Gejala...................................................................................................................5
d. Penyebab...............................................................................................................................5
e. Klasifikasi...............................................................................................................................6
f. Dampak..................................................................................................................................6
g. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................................7
h. Pencegahan...........................................................................................................................7
i. Penatalaksanaan....................................................................................................................7
BAB III METODE..............................................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................15
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya umur maka penyakit kronis juga semakin
meningkat, sehingga usia lanjut lebih banyak membutuhkan terapi dengan obat untuk
penatalaksanaan berbagai penyakit yang diderita (Bestari dan Dwi, 2016) Hipertensi
merupakan suatu penyakit yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia.
Sekitar 90% usia dewasa dengan tekanan darah normal akan berkembang menjadi
hipertensi pada usia lanjut (Amanda dan Martini, 2018)
Hipertensi pada usia lanjut mempunyai beberapa kekhususan, umumnya disertai
dengan faktor resiko yang lebih berat, sering disertai penyakit – penyakit lain yang
mempengaruhi penanganan hipertensi seperti dosis obat, pemilihan obat, efek
samping atau komplikasi karena pengobatan lebih sering terjadi, terdapat komplikasi
organ target, kepatuhan berobat yang kurang , sering tidak mencapai target
pengobatan dan lain – lain (Wahyuningsih dan Astuti, 2012)
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi
(hipertensi). Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi.
Relaksasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada setiap terapi anti
hipertensi (Sulistyarini, 2013). Relaksasi bisa membuat tubuh menjadi rileks dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti terapi musik klasik, yoga, tehnik nafas dalam,
dan terapi masase (Yanti dkk, 2019).
Massage dapat mempercepat pengosongan dan pengisian cairan sehingga
memperlancar sirkulasi dan pembebasan sisa-sisa metabolisme, memperlancar
penyajian nutrisi sehingga mempercepat proses pemulihan. Terhadap otot yg
mengalami cedera, massage membantu penyebaran traumatic-effusion dan suplai
darah terhadap jaringan (Sa’roni dan Graha, 2019).
Back massage atau massage punggung adalah tindakan masage punggung
dengan usapan perlahan dengan kecepatan 60 kali usapan permenit. Kedua tangan
menutup suatu area yang lebarnya 5 cm pada kedua sisi tonjolan tulang belakang dari
ujung kepala sampai ke area sacrum. Gosokan punggung yang efektif memerlukan
waktu 3 sampai 5 menit (Istyawati dkk, 2020). Masase punggung atau back massage
merupakan stimulasi kulit tubuh dengan pemijatan dan memberikan sentuhan pada
punggung dan bahu yang dapat melemaskan otot di luar sumber nyeri dan dilakukan
sekitar 10 menit untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal ( Puspitasari dan
Astuti, 2017).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan Evidence Based Nursing Practice ini dengan judul “Terapi Komplementer
Masage Punggung terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
penulisan Evidence Based Nursing Practice ini adalah “Bagaimana Pengaruh Terapi
Komplementer Massage Punggung Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”
a. Definisi
b. Jenis-jenis hipertensi
a) Hipertensi Esensial atau Primer
Jenis ini akan muncul dengan cara bertahap selama bertahun-tahun.
Penyebabnya sendiri adalah faktor genetik atau gaya hidup yang tidak sehat.
Kebanyakan orang yang memiliki hipertensi primer atau esensial ini tidak
menunjukkan gejalanya sama sekali, bahkan gejala akan terlihat mirip dengan
kondisi medis lainnya.
b) Prehipertensi
Prehipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah lebih tinggi dari biasanya
yang merupakan ertanda bahwa seseorang berisiko terkena hipertensi.
Prehipetensi terjadi ketika tekanan darah berada di antara 120/90 mmHg dan
140/9mmHg. Tekanan darah normal biasanya lebih rendah dari 120/90 mmHg.
Seseorang dinyatakan prehiperensi apabila tekanan darahnya mencapai
140/90mmHg atau lebih. Jenis hipertensi satu ini tidak menunjukkan tanda dan
gejala apapun.
c) Hipertensi Urgensi
Hipertensi Urgensi terjadi, jika tekanan darah sudah sangat tinggi, tetapi
diperkirakan belum terjadi kerusakan organ-organ pada dalam tubuh. Jenis
hipertensi ini termasuk dalam bagian dari krisis hipertensi. Gejala yang di
timbulkan antara lain sesak napas, sakit punggung, nyeri di dada, mati rasa,
kesulitan bicara dan perubahan penglihatan.
d) Krisis Hipertensi
Jenis hipertensi ini sudah mencapai tahapan parah, yang ditandai pada tekanan
darah yang mencapai 180/120 mmHg atau lebih tinggi. Tekanan darah yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, dan
menyebabkan peradangan, serta menimbulkan pendarahan dalam. Jika sudah
terjadi, kondisi ini bisa dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berbahaya,
seperti stroke.
Krisis hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti gagal ginjal
atau gagal jantung, serangan jantung, stroke. Jika sudah terjadi, penderita bisa
saja tidak merasakan gejala tertentu. Namun gejala yang muncul dapat berupa
sakit kepala, mimisan, atau rasa cemas berlebihan.
e) Hipertensi Emergensi
Hipertensi Emergensi merupkan kondisi saat tekanan darah sudah sangat tinggi
dan telah menyebabkan kerusakan kerusakan pada organ tubuh. Gejalanya akan
ditandai dengan sesak napas, sakit punggung, nyeri dada, mati rasa, kesulitan
bicara, atau kejang-kejang.
d. Penyebab
e. Klasifikasi
f. Dampak
g. Pemeriksaan Fisik
h. Pencegahan
i. Penatalaksanaan
Menurut (Righo, 2014) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu farmakologi dan
non farmakologi :
a) Farmakologi (Obat-obatan)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkin penggunaan jangka panjang. Golongan obat-obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium, serta golongan penghambat konversi
rennin angiotensin.
b) Non Farmakologi
1) Diet, pembatasan atau kurangi konsumsi garam. Penurunan berat badan dapat
membantu menurunkan tekanan darah bersama dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan penurunan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas, ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan yang sudah disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan, seperti berjalan,
jogging, bersepeda, atau berenang.
3) Istirahat yang cukup memberikan kebugaran bagi tubuh dan mengurangi
beban kerja tubuh.
4) Kurangi stress dapat menurunkan tegang otot saraf sehingga dapat mengurangi
peningkatan tekanan darah.
B. Standar Asuhan Keperawatan
Praktek dan penerapan proses keperawatan harus dilakukan secara tepat dan
benar yang didukung dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
mengacu pada pedoman standar asuhan keperawatan. Pengertian standar menurut
sendiri, adalah pernyataan deskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk
menilai kualitas struktur, proses, dan hasil. Sedangkan pengertian Standar Asuhan
Keperawatan merupakan penyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai
pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Standar Asuhan Keperawatan juga
merupakan uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas
struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan
kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien atau klien.
Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada
kinerja perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar ini
memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak sesuai atau tidak dapat diterima. Di
Indonesia secara legal telah ditetapkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan
diberlakukan dan diterapkan di seluruh rumah sakit di Indonesia melalui SK
Direktorat Pelayanan Medik No. YM 00.03 .2.6.7637 tahun 1993 tentang berlakunya
SAK di rumah sakit.
Diberlakukannya SAK yaitu sebagai salah satu kriteria asuhan profesional, tolak
ukur mutu asuhan keperawatan, salah satu dasar hukum asuhan profesional.
Kemudian tujuan dari diberlakukan SAK antara lain, secara umum untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, sedangkan secara khusus untuk mengetahui
mutu asuhan keperawatan, mengetahui kemampuan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan, meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, dan menurunkan biaya perawatan, serta melindungi kepentingan pasien
dan perawat.
Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan
tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan
dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis,
objektif dan berkelanjutan.
1) Standar I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentangstatus
kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan. Kriteria proses:
a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data diperoleh dari hasil
wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan klien
lainnya).
b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
c) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi
Status kesehatan klien saat ini
Status kesehatan klien masa lalu
Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
Respon terhadap alergi
Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
Resiko–resiko tinggi masalah
2) Standar II: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan
Kriteria proses:
a) Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
b) Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E),
dan tanda atau gejala (S)atau terdiri darimasalah dan penyebab (PE).
c) Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosis keperawatan.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data
terbaru.
3) Standar III: Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien. Kriteria proses:
a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d) Mendokumentasikan rencana keperawatan.
4) Standar IV: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Kriteria proses:
a) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b) Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status
kesehatan klien
c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
d) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
e) Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai
tujuan kesehatan.
f) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
g) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakannya.
h) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien.
5) Standar V: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian
tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kriteria proses:
a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara kompeherensif,
tepat waktu dan terus menerus.
b) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus menerus.
c) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
d) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
e) Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
BAB III
METODE
A. Tahapan Penyusunan
Penyusunan dilakukan bentuk Evidence Based Nursing Practice (EBNP) dari
berbagai penelitian ilmiah yang telah dipublikasikan dan menunjukkan hasil yang
relevan tentang asuhan keperawatan pada massage punggung; tekanan darah; hipertensi;
lansia. Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) EvidenceBased Practice in Nursing
adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan
keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
a) Kriteria Inklusi
1) Tipe studi
Artikel yang dipilih adalah hasil penelitian dengan pendekatan metode kuantitatif
dengan desain penelitian quasi experimental pre and post test with control group.
2) Tipe responden
Tipe responden pada artikel terkait adalah pasien lansia dengan hipertensi.
3) Tipe intervensi
Intervensi yang dilakukan adalah melakukan massage punggung pada pasien
dengan Hipertensi pada lansia.
4) Tipe outcome yang diukur
Tekanan darah pada lansia menurun.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dari literatur yang digunakan dalam Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) ini adalah artikel penelitian yang tidak berupa full text atau hanya
berupa abstrak.
D. Strategi Pencarian Evidence Based Nursing Practice
Artikel yang sesuai dengan topik diperoleh melalui pencarian dengan metode PICO
sebagai berikut:
P: Pasien Lansia
I: Masagge punggung
C: Tidak ada pembanding atau intervensi lainnya.
O: Penurunan tekanan darah
Kata kunci yang digunakan sesuai dengan PICO untuk artikel dalam Bahasa
Indonesia menggunakan massage punggung, lansia, dan hipertensi. Evidence Based
Nursing Practice (EBNP) ini ditelaah dengan melakukan penelusuran artikel dengan
rentang waktu tahun 2018-2021 melalui Google Scholar yang dapat diakses secara
full text. Artikel yang dipilih adalah artikel dalam Bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan dengan tahapan yang
sesuai dengan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-Analysis) 2009 Flow Diagram.
E. Sintesis Data
Sintesis merupakan proses hasil analisis terhadap artikel-artikel berdasarkan
kesamaan dan perbedaan masing-masing artikel dan membuat kesimpulan berdasarkan
kesamaan dan perbedaan setiap artikel tersebut dalam bentuk simpulan kolektif dari
beberapa artikel yang dianalisis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
dilakukan terapi slow stroke back
massage pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol didapatkan hasil p
value 0,002 (sistol) dengan α<0,05 dan p
value 0,034 (diastol) dengan α<0,0.
2. IGA Ari Pengaruh Penelitian ini Metode Dalam penelitian Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
Rasdini, Terapi bertujuan untuk eksperimen ini jumlah sampel kelompok perlakuan berusia 73 tahun dan
Ni Made Komplement mengetahui dalam penelitian pada masing kontrol berusia 75 tahun, jenis kelamin
Wedri, er Massage pengaruh terapi ini masing kelompok tiap kelompok 10 orang laki laki dan 10
VM Punggung massage menggunakan orang perempuan. Pada kelompok
berjumlah 20
Endang Terhadap punggung jenis desain perlakuan nilai systole pre-post (164-
orang, dengan
SP Tekanan terhadap tekanan penelitian 148.5 mmHg), diastole pre-post (85-80
tehnik random
Rahayu, Darah Pada darah pada lansia dengan metode mmHg). Kelompok control rata rata nilai
sampling. Kriteria
Dewa Lansia dengan hipertensi pretest- posttest systole pre-post (167,7 - 151.2 mmHg),
sampel adalah
Gde Dengan di Puskesmas control group diastole (87.5-77.5 mmHg). Uji Wilcoxon
Lansia berumur
Putrayasa Hipertensi Sukawati II design. test didapatkan ada perbedaan yang
≥60 tahun,
Gianyar. signifikan tekanan darah pada kelompok
hipertensi (TS :
perlakuan dengan p value systole adalah
>140 mm Hg),
2021 0.000, p value diastole 0.025. Tidak ada
tidak terkontrol,
perbedaan yang signifikan tekanan darah
mengkonsumsi
pada kelompok kontrol baik systole
obat anti
dengan p value 0.086 dan p value diastole
hipertensi >2
0.140. Ada pengaruh yang signifikan
tahun.
terapi komplementer massage punggung
21
terhadap tekanan darah systole dengan p
value 0.000 dan p value diastole adalah
0,028.
22
C. Pembahasan
24
Berdasarkan hasil selama proses penelitian yang dilakukan, yang perlu
direkomendasikan untuk lansia yang mengalami hipertensi perlu dilakukkannya terapi
slow stroke back massage selama 6 kali dalam waktu 2 minggu untuk menurunkan
tekanan darah agar mencegah komplikasi akibat hipertensi. Bagi keluarga dengan anggota
keluarga lansia perlu ditingkatkan dalam memotivasi lansia yang mengalami hipertensi,
agar lansia tersebut mendapat dukungan dari anggota keluarga dalam menurunkan
tekanan darah khususnya dengan terapi slow stroke back massage. Selain itu, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut misalnya terkait program intervensi terpadu untuk lansia
hipertensi dengan didalamnya terdapat beberapa intervensi terkait pengontrolan obat
antihipertensi, diet yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan, yang dapat mempengaruhi
perubahan sistem kardiovaskuler.
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan 2 artikel yang telah dianalisa, terlihat bahwa adanya pengaruh serta
perubahan yang signifikan pada terapi komplementer massage punggung terhadap
tekanan systolic dan diastolik pada lansia dengan pemberian massage 3-10 menit
sebanyak 3 kali dalam satu minggu dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh, massage
punggung juga dapat merangsang pengeluaran hormone endhoprin yang memberikan
efek tenang pada pasien yang mengalami hipertensi.
Oleh karena itu, terapi nonfarmakologi ini dapat direkomendasikan pada lansia
dengan hipertensi karena mudah untuk dilakukan dirumah.
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan terutama perawat perlu untuk terus memperhatikan dan
melakukan pelayanan sesuai standar asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami hipertensi.
2. Bagi Penyusun SOP Perawatan
Standar asuhan keperawatan perlu untuk terus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pasien dan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumoningtyas, D. N., & Ratnawati, D. (2018). Efektifitas Terapi Slow Stroke Back
Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di RW 001 Kelurahan Jombang
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan
Orthopedi), 2(2), 39-57. DOI: https://doi.org/10.46749/jiko.v2i2.15
Rasdini, I. A., Wedri, N. M., Rahayu, V. E. S., & Putrayasa, I. (2021). Pengaruh terapi
komplementer massage punggung terhadap tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Jurnal Smart Keperawatan, 8(1), 40-46. DOI:
http://dx.doi.org/10.34310/jskp.v8i1.426