Anda di halaman 1dari 27

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE

TERAPI KOMPLEMENTER MASAGE PUNGGUNG TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik dengan dosen
Pengampu Yuanita Ani Susilowati, M.Kep.,Ns.Sp. Kep. Mat dan Stepanus Prihasto,
S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:

Peni Marcelina

30120119010

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE


TERAPI KOMPLEMENTER MASAGE PUNGGUNG TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

ABSTRAK
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya
usia. Sekitar 90% usia dewasa dengan tekanan darah normal akan berkembang menjadi
hipertensi pada usia lanjut. Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko terserang
hipertensi. Relaksasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada setiap terapi
anti hipertensi. Relaksasi bisa membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti terapi musik klasik, yoga, dan terapi masase. Tujuan Evidence Based
Nursing Practice ini untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Terapi Komplementer Massage
Punggung Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi.Metode yang digunakan adalah
literature review dengan kata kunci bahasa Indonesia massage punggung; tekanan darah;
hipertensi; lansia. Hasil dari ekstraksi data dan kesimpulan yang didapatkan, menyebutkan
bahwa adanya pengaruh serta perubahan yang signifikan pada terapi komplementer massage
punggung terhadap tekanan systolic dan diastolik pada lansia dengan pemberian massage 3-
10 menit sebanyak 3 kali dalam satu minggu dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh,
massage punggung juga dapat merangsang pengeluaran hormone endhoprin yang
memberikan efek tenang pada pasien yang mengalami hipertensi.
Daftar Pustaka : 2 artikel

Kata Kunci : tekanan darah; hipertensi; lansia, massage punggung


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan pertolongan-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Evidence Based Nursing Practice “Terapi Komplementer
Masage Punggung terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”. Dalam penulisan
makalah ini tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen koordinator
Keperawatan Gerontik Yuanita Ani Susilowati, M.Kep.,Ns.Sp. Kep. Mat dan Stepanus
Prihasto, S.Kep.,Ners.,M.Kep yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya
mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Selanjutnya saya juga berharap dapat menambah wawasan teman-teman dengan adanya
materi ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Desember, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................................3
a. Definisi...................................................................................................................................3
b. Jenis-jenis hipertensi.............................................................................................................3
c. Tanda dan Gejala...................................................................................................................5
d. Penyebab...............................................................................................................................5
e. Klasifikasi...............................................................................................................................6
f. Dampak..................................................................................................................................6
g. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................................7
h. Pencegahan...........................................................................................................................7
i. Penatalaksanaan....................................................................................................................7
BAB III METODE..............................................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................15
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya umur maka penyakit kronis juga semakin
meningkat, sehingga usia lanjut lebih banyak membutuhkan terapi dengan obat untuk
penatalaksanaan berbagai penyakit yang diderita (Bestari dan Dwi, 2016) Hipertensi
merupakan suatu penyakit yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia.
Sekitar 90% usia dewasa dengan tekanan darah normal akan berkembang menjadi
hipertensi pada usia lanjut (Amanda dan Martini, 2018)
Hipertensi pada usia lanjut mempunyai beberapa kekhususan, umumnya disertai
dengan faktor resiko yang lebih berat, sering disertai penyakit – penyakit lain yang
mempengaruhi penanganan hipertensi seperti dosis obat, pemilihan obat, efek
samping atau komplikasi karena pengobatan lebih sering terjadi, terdapat komplikasi
organ target, kepatuhan berobat yang kurang , sering tidak mencapai target
pengobatan dan lain – lain (Wahyuningsih dan Astuti, 2012)
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi
(hipertensi). Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi.
Relaksasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada setiap terapi anti
hipertensi (Sulistyarini, 2013). Relaksasi bisa membuat tubuh menjadi rileks dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti terapi musik klasik, yoga, tehnik nafas dalam,
dan terapi masase (Yanti dkk, 2019).
Massage dapat mempercepat pengosongan dan pengisian cairan sehingga
memperlancar sirkulasi dan pembebasan sisa-sisa metabolisme, memperlancar
penyajian nutrisi sehingga mempercepat proses pemulihan. Terhadap otot yg
mengalami cedera, massage membantu penyebaran traumatic-effusion dan suplai
darah terhadap jaringan (Sa’roni dan Graha, 2019).
Back massage atau massage punggung adalah tindakan masage punggung
dengan usapan perlahan dengan kecepatan 60 kali usapan permenit. Kedua tangan
menutup suatu area yang lebarnya 5 cm pada kedua sisi tonjolan tulang belakang dari
ujung kepala sampai ke area sacrum. Gosokan punggung yang efektif memerlukan
waktu 3 sampai 5 menit (Istyawati dkk, 2020). Masase punggung atau back massage
merupakan stimulasi kulit tubuh dengan pemijatan dan memberikan sentuhan pada
punggung dan bahu yang dapat melemaskan otot di luar sumber nyeri dan dilakukan
sekitar 10 menit untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal ( Puspitasari dan
Astuti, 2017).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan Evidence Based Nursing Practice ini dengan judul “Terapi Komplementer
Masage Punggung terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
penulisan Evidence Based Nursing Practice ini adalah “Bagaimana Pengaruh Terapi
Komplementer Massage Punggung Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”

C. Tujuan Evidence Based Nursing Practice


1. Tujuan umum
Tujuan Evidence Based Nursing Practice ini untuk mengetahui Bagaimana
Pengaruh Terapi Komplementer Massage Punggung Terhadap Tekanan Darah
pada Lansia Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Evidence Based Nursing Practice ini untuk mengidentifikasi keefektifan terapi
komplemeter massage punggung pada tekanan darah lansia hipertensi.
b. Evidence Based Nursing Practice ini sebagai referensi bagi tenaga kesehatan
sebagai terapi non farmakologi bagi lansia.

D. Manfaat Evidence Based Nursing Practice


1. Manfaat Teoritis
Hasil Evidence Based Nursing Practice ini bisa menjadi salah satu unsur yang
mendukung peran petugas kesehatan terutama perawat dalam upaya meningkatkan
pelayanannya pada pasien lansia dengan tekanan darah tinggi untuk peningkatan
pelayanan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil Evidence Based Nursing Practice ini bisa meningkatkan peran dan
fungsi peneliti sebagai calon perawat dalam melakukan pelayanan kepada
pasien lansia dengan tekanan darah tinggi
b. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil Evidence Based Nursing Practice ini bisa digunakan sebagai salah satu
sumber bahan acuan pembentukan standar pelayanan keperawatan yang baru
pada pasien lansia dengan tekanan darah tinggi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Massage Punggung dan Hipertensi

a. Definisi

Back massage atau massage punggung adalah tindakan masage punggung


dengan usapan perlahan dengan kecepatan 60 kali usapan permenit. Kedua tangan
menutup suatu area yang lebarnya 5 cm pada kedua sisi tonjolan tulang belakang
dari ujung kepala sampai ke area sacrum (Istyawati dkk, 2020). Massage
mempercepat pengosongan dan pengisian cairan sehingga memperlancar sirkulasi
dan pembebasan sisa-sisa metabolisme, memperlancar penyajian nutrisi sehingga
mempercepat proses pemulihan. Terhadap otot yang mengalami cedera, massage
membantu penyebaran traumatic-effusion dan suplai darah terhadap jaringan
(Sa’roni dan Graha, 2019). Massase punggung bermanfaat melancarkan peredaran
darah. Kelebihan masase punggung dari pada terapi lain adalah dengan masase
punggung selama 3-5 menit dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh, selain itu
masase punggung juga dapat merangsang pengeluaran hormon endhorpin, hormon
ini dapat memberikan efek tenang pada pasien dan terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah sehingga pembuluh darah pun menjadi rileks dan akan terjadi
penurunan tekanan darah (Trismanjaya, 2020).
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang prevalensinya meningkat dengan
bertambahnya usia. Sekitar 90% usia dewasa dengan tekanan darah normal akan
berkembang menjadi hipertensi pada usia lanjut (Amanda dan Martini, 2018).
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki
tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Pilihan pola hidup yang dijalani
merupakan penyebab hipertensi yang paling sering terjadi. Sebagai contoh,
kebiasaan merokok, terlalu banyak konsumsi makanan asin, terlalu banyak
konsumsi makanan manis, serta kurangnya aktivitas fisik.

b. Jenis-jenis hipertensi
a) Hipertensi Esensial atau Primer
Jenis ini akan muncul dengan cara bertahap selama bertahun-tahun.
Penyebabnya sendiri adalah faktor genetik atau gaya hidup yang tidak sehat.
Kebanyakan orang yang memiliki hipertensi primer atau esensial ini tidak
menunjukkan gejalanya sama sekali, bahkan gejala akan terlihat mirip dengan
kondisi medis lainnya.
b) Prehipertensi
Prehipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah lebih tinggi dari biasanya
yang merupakan ertanda bahwa seseorang berisiko terkena hipertensi.
Prehipetensi terjadi ketika tekanan darah berada di antara 120/90 mmHg dan
140/9mmHg. Tekanan darah normal biasanya lebih rendah dari 120/90 mmHg.
Seseorang dinyatakan prehiperensi apabila tekanan darahnya mencapai
140/90mmHg atau lebih. Jenis hipertensi satu ini tidak menunjukkan tanda dan
gejala apapun.
c) Hipertensi Urgensi
Hipertensi Urgensi terjadi, jika tekanan darah sudah sangat tinggi, tetapi
diperkirakan belum terjadi kerusakan organ-organ pada dalam tubuh. Jenis
hipertensi ini termasuk dalam bagian dari krisis hipertensi. Gejala yang di
timbulkan antara lain sesak napas, sakit punggung, nyeri di dada, mati rasa,
kesulitan bicara dan perubahan penglihatan.
d) Krisis Hipertensi
Jenis hipertensi ini sudah mencapai tahapan parah, yang ditandai pada tekanan
darah yang mencapai 180/120 mmHg atau lebih tinggi. Tekanan darah yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, dan
menyebabkan peradangan, serta menimbulkan pendarahan dalam. Jika sudah
terjadi, kondisi ini bisa dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berbahaya,
seperti stroke.
Krisis hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti gagal ginjal
atau gagal jantung, serangan jantung, stroke. Jika sudah terjadi, penderita bisa
saja tidak merasakan gejala tertentu. Namun gejala yang muncul dapat berupa
sakit kepala, mimisan, atau rasa cemas berlebihan.
e) Hipertensi Emergensi
Hipertensi Emergensi merupkan kondisi saat tekanan darah sudah sangat tinggi
dan telah menyebabkan kerusakan kerusakan pada organ tubuh. Gejalanya akan
ditandai dengan sesak napas, sakit punggung, nyeri dada, mati rasa, kesulitan
bicara, atau kejang-kejang.

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Hipertensi Menurut (Salma, 2020), yaitu :

a) Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)


b) Bising (bunyi “nging”) di telinga
c) Jantung berdebar-debar
d) Pengelihatan kabur
e) Mimisan
f) Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

d. Penyebab

Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :


a) Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit tekanan
darah tinggi ini.
b) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 10
% orang yang menderita hipertensi jenis ini.
Beberapa penyebab hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021), antara lain :
a) Keturunan, jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap
hipertensi maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.
b) Usia, sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah pun akan meningkat.
c) Garam, dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.
d) Kolesterol, kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun akan meningkat.
e) Obesitas/kegemukan, orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal
memiliki risiko lebih tinggi mengidap hipertensi.
f) Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana
hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu)(Anggriani et al., 2014).
g) Rokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam
keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang
berkaitan dengan jantung dan darah.
h) Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
meningkatkan tekanan darah.
i) Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
j) Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika
menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

e. Klasifikasi

Klasifikasi Hipertensi menurut (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2019) :

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Optimal <120 <80
Normal 120 – 129 80 – 84
Normal – Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 -99
Hipertensi Derajat 2 160 – 179 100 -109
Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik ≥ 140 < 90
Terisolasi

f. Dampak

Dampak Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang


berbahaya menurut (Septi Fandinata, 2020):
a) Payah jantung, kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada otot
jantung atau sistem listrik jantung.
b) Stroke, tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh darah
yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah otak makan
akan terjadi pendarahan pada otak dan mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga
terjadi karena sumbatan dari gumpalan darah di pembuluh darah yang
menyempit.
c) Kerusakan ginjal, menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat
hipertensi dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan menjadi lebih
sedikit sehingga membuang kotoran kembali ke darah.
d) Kerusakan pengelihatan, pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata
karena hipertensi dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, selain itu
kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan pada
pandangan yang menjadi kabur. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian
menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui
akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau karena efek tidak
langsung. Dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita
menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian
penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Menurut (Unger et al., 2020) pemeriksaan fisik yang


menyeluruh dapat membantu memastikan diagnosis hipertensi dan harus mencakup :
a) Sirkulasi dan jantung: Denyut nadi / ritme / karakter, denyut / tekanan vena
jugularis, denyut apeks, bunyi jantung ekstra, ronchi basal, edema perifer, bising
(karotis, abdominal, femoralis), keterlambatan radio-femoralis.
b) Organ / sistem lain: Ginjal membesar, lingkar leher> 40 cm (obstructive sleep
apnea), pembesaran tiroid, peningkatan indeks massa tubuh (BMI) / lingkar
pinggang, timbunan lemak dan striae berwarna (penyakit / sindrom Cushing).

h. Pencegahan

Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut (Ernawati, 2020) yaitu :


a) Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)
b) Makan lebih banyak buah dan sayuran
c) Aktifitas fisik secara teratur
d) Menghindari penggunaan rokok
e) Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh
f) Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan.

i. Penatalaksanaan
Menurut (Righo, 2014) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu farmakologi dan
non farmakologi :
a) Farmakologi (Obat-obatan)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkin penggunaan jangka panjang. Golongan obat-obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium, serta golongan penghambat konversi
rennin angiotensin.
b) Non Farmakologi
1) Diet, pembatasan atau kurangi konsumsi garam. Penurunan berat badan dapat
membantu menurunkan tekanan darah bersama dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan penurunan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas, ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan yang sudah disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan, seperti berjalan,
jogging, bersepeda, atau berenang.
3) Istirahat yang cukup memberikan kebugaran bagi tubuh dan mengurangi
beban kerja tubuh.
4) Kurangi stress dapat menurunkan tegang otot saraf sehingga dapat mengurangi
peningkatan tekanan darah.
B. Standar Asuhan Keperawatan
Praktek dan penerapan proses keperawatan harus dilakukan secara tepat dan
benar yang didukung dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
mengacu pada pedoman standar asuhan keperawatan. Pengertian standar menurut
sendiri, adalah pernyataan deskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk
menilai kualitas struktur, proses, dan hasil. Sedangkan pengertian Standar Asuhan
Keperawatan merupakan penyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai
pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Standar Asuhan Keperawatan juga
merupakan uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas
struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan
kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien atau klien.
Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada
kinerja perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar ini
memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak sesuai atau tidak dapat diterima. Di
Indonesia secara legal telah ditetapkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan
diberlakukan dan diterapkan di seluruh rumah sakit di Indonesia melalui SK
Direktorat Pelayanan Medik No. YM 00.03 .2.6.7637 tahun 1993 tentang berlakunya
SAK di rumah sakit.
Diberlakukannya SAK yaitu sebagai salah satu kriteria asuhan profesional, tolak
ukur mutu asuhan keperawatan, salah satu dasar hukum asuhan profesional.
Kemudian tujuan dari diberlakukan SAK antara lain, secara umum untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, sedangkan secara khusus untuk mengetahui
mutu asuhan keperawatan, mengetahui kemampuan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan, meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, dan menurunkan biaya perawatan, serta melindungi kepentingan pasien
dan perawat.
Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan
tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan
dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis,
objektif dan berkelanjutan.
1) Standar I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentangstatus
kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan. Kriteria proses:
a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data diperoleh dari hasil
wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan klien
lainnya).
b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
c) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi
 Status kesehatan klien saat ini
 Status kesehatan klien masa lalu
 Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
 Respon terhadap alergi
 Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
 Resiko–resiko tinggi masalah
2) Standar II: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan
Kriteria proses:
a) Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
b) Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E),
dan tanda atau gejala (S)atau terdiri darimasalah dan penyebab (PE).
c) Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosis keperawatan.
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data
terbaru.
3) Standar III: Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien. Kriteria proses:
a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d) Mendokumentasikan rencana keperawatan.
4) Standar IV: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Kriteria proses:
a) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b) Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status
kesehatan klien
c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
d) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
e) Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai
tujuan kesehatan.
f) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
g) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakannya.
h) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien.
5) Standar V: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian
tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kriteria proses:
a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara kompeherensif,
tepat waktu dan terus menerus.
b) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus menerus.
c) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
d) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
e) Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
BAB III
METODE

A. Tahapan Penyusunan
Penyusunan dilakukan bentuk Evidence Based Nursing Practice (EBNP) dari
berbagai penelitian ilmiah yang telah dipublikasikan dan menunjukkan hasil yang
relevan tentang asuhan keperawatan pada massage punggung; tekanan darah; hipertensi;
lansia. Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) EvidenceBased Practice in Nursing
adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan
keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.

Maka dalam pengumpulan EBN dilakukan pengumpulan peneltian yang ilmiah.


Penelitian ilmiah suatu upaya yang dilakukan peneliti untuk mencari jawaban secara
ilmiah dari suatu masalah melalui metode, prosedur atau langkah yang sistematis
(Nugrahani et al, 2014). Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2014).

B. Langkah-langkah dalam Evidence Based Nursing Practice


Terdapat empat tahapan atau langkah-langkah dalam menentukan Evidence Based
Nursing Practice (EBNP) berdasarkan artikel yaitu:

a) Memilih topik yang akan direview (Choosing a review topic)


Topik yang dipilih adalah topik yang dibahas untuk memperjelas cakupan literatur
yang digunakan. Evidence Based Nursing Practice (EBNP) ini memiliki topik standar
asuhan keperawatan pasien Hipertensi pada lansia
b) Melacak dan memilih artikel yang relevan (Searching and Selecting)
c) Mencari dan menentukan artikel yang sesuai dengan topik harus mengemukakan
kelengkapan dan relevansinya. Sumber literatur penelitian tersebut merupakan
database elektronik dalam bentuk artikel yang diterbitkan dalam jurnal. Memilih
literatur yang relevan menggunakan Prefered Reporting Item for Systematic Reviews
and Meta-Analyses (PRISMA) membantu untuk berfokus pada topik yang dibahas.
Dalam menentukan artikel yang digunakan dilakukan screening judul, kemudian
dilakukan pemilihan artikel dengan cara membaca abstrak mengenai tujuan, metode,
dan hasil penelitian serta memilih artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
1) Melakukan analisis dan sintesis literatur (Analysis and Synthesizing)
Artikel yang terpilih selanjutnya di analisa dan di sintesa dengan mengumpulkan
informasi penting yang berkaitan. Informasi yang didapatkan dari artikel terkait
dikoleksi lalu dijadikan ringkasan.
2) Mengorganisasi penulisan review (Organization)
Mengorganisasi artikel yang ditelaah, merupakan artikel yang relevan atau
dengan topik pembahasan penelitian. Tahap dalam mengorganisasi literatur
mencari ide, tujuan umum, dan simpulan dari literatur dengan membaca abstrak,
beberapa paragraf pendahuluan dan kesimpulannya, serta mengelompokkan
literatur berdasarkan kategori-kategori tertentu.

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Peneliti menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi dalam pencarian Evidence Based
ursing Practice. Artikel yang digunakan dialam rentang tahun 2018-2021, merupakan
artikel yang full text dalam Bahasa Indonesia.

a) Kriteria Inklusi
1) Tipe studi
Artikel yang dipilih adalah hasil penelitian dengan pendekatan metode kuantitatif
dengan desain penelitian quasi experimental pre and post test with control group.
2) Tipe responden
Tipe responden pada artikel terkait adalah pasien lansia dengan hipertensi.
3) Tipe intervensi
Intervensi yang dilakukan adalah melakukan massage punggung pada pasien
dengan Hipertensi pada lansia.
4) Tipe outcome yang diukur
Tekanan darah pada lansia menurun.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dari literatur yang digunakan dalam Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) ini adalah artikel penelitian yang tidak berupa full text atau hanya
berupa abstrak.
D. Strategi Pencarian Evidence Based Nursing Practice
Artikel yang sesuai dengan topik diperoleh melalui pencarian dengan metode PICO
sebagai berikut:

P: Pasien Lansia
I: Masagge punggung
C: Tidak ada pembanding atau intervensi lainnya.
O: Penurunan tekanan darah
Kata kunci yang digunakan sesuai dengan PICO untuk artikel dalam Bahasa
Indonesia menggunakan massage punggung, lansia, dan hipertensi. Evidence Based
Nursing Practice (EBNP) ini ditelaah dengan melakukan penelusuran artikel dengan
rentang waktu tahun 2018-2021 melalui Google Scholar yang dapat diakses secara
full text. Artikel yang dipilih adalah artikel dalam Bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan dengan tahapan yang
sesuai dengan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-Analysis) 2009 Flow Diagram.

E. Sintesis Data
Sintesis merupakan proses hasil analisis terhadap artikel-artikel berdasarkan
kesamaan dan perbedaan masing-masing artikel dan membuat kesimpulan berdasarkan
kesamaan dan perbedaan setiap artikel tersebut dalam bentuk simpulan kolektif dari
beberapa artikel yang dianalisis.

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian bagian untuk melakukan justtification atau penilaian terhadap
suatu kriteria yang ditentukan sendiri. Proses ini bermanfaat untuk klasifikasi artikel yang
digunakan dan mengelompokan berdasarkan sumber (Ramdhani, A., Amin. A.S.,
Ramdhani. 2014)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Ekstraksi Data


Setelah dilakukan sintesis data menggunakan flow diagram PRISMA (Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis) 2009 dilanjutkan dengan
menggunakan matrik sintesis (Synthesis Matrix) yang berupa sebuah tabel atau diagram
yang memungkinkan peneliti untuk mengelompokkan dan mengklasifikasi argumen-
argumen yang berbeda untuk menuliskan sumber-sumber yang direview.

3.1 Flow Diagram Hasil Ekstraksi Data


Identification

Artikel yang terindentifikasi dari hasil


pencarian selama 2 hari dari pada tanggal
10-11 Desember 2022
Google Scholar (N=1.370 )

Hasil screening dengan judul yang tidak


sesuai topik
Google Scholar (N=1.260 )

Artikel yang masuk berdasarkan judul


Screening

Google Scholar (N=110)

Hasil screening yang tidak sesuai


dengan kriteria inklusi dan eksklusi
maka dikeluarkan
Google Scholar (N=31)

Artikel yang masuk sesuai dengan kriteria


Eligibility

inklusi dan eksklusi


Google Scholar (N=79)
Included

Sehingga artikel yang masuk dalam literature


review (N=2)
B. Hasil Scoping Review
Penulis Judul Tujuan Metode Sampel Hasil
No dan Jurnal
Tahun
1. Dwinta Efektifitas Penerapan ini Penelitian ini Sampel dibagi Analisis perbedaan tekanan darah
Nuke Terapi Slow bertujuan untuk menggunakan atas 2 kelompok sebelum dan sesudah dilakukan terapi
Kusumoni Stroke Back mengatahui desain quasi yaitu 15 orang slow stroke back massage pada
ngtyas, Massage pengaruh experimental untuk kelompok kelompok intervensi didapatkan hasil p
Diah Terhadap pemberian terapi pre and post test intervensi dan 15 value 0,000 (pre dan post sistol) dengan
Ratnawati Tekanan slow stroke back with control orang untuk α<0,05 dan p
Darah Pada massage dalam group dengan kelompok control. value 0,000 (pre dan post diastol)
2018 Lansia di menurunkan intervensi terapi dengan α<0,05 yang artinya ada
Jadi total
RW 001 tekanan darah slow stroke back pengaruh yang signifikan terhadap
responden
Kelurahan pada lansia di massage. tekanan darah antara sebelum dan
sebanyak 30
Jombang RW 001 sesudah pemberian terapi slow stroke
orang.
Kecamatan Kelurahan back massage. Hasil pada kelompok
Ciputat Kota Jombang kontrol p value 0,197 (pre dan post
Tangerang Kecamatan sistol) dengan α>0,05 dan p value
Selatan Ciputat Kota 0,334 (pre dan post diastol) dengan
Tangerang α>0,05 yang artinya tidak ada pengaruh
Selatan. yang signifikan terhadap tekanan darah
antara sebelum dan sesudah. Ada
perbedaan yang signifikan sesudah

20
dilakukan terapi slow stroke back
massage pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol didapatkan hasil p
value 0,002 (sistol) dengan α<0,05 dan p
value 0,034 (diastol) dengan α<0,0.
2. IGA Ari Pengaruh Penelitian ini Metode Dalam penelitian Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
Rasdini, Terapi bertujuan untuk eksperimen ini jumlah sampel kelompok perlakuan berusia 73 tahun dan
Ni Made Komplement mengetahui dalam penelitian pada masing kontrol berusia 75 tahun, jenis kelamin
Wedri, er Massage pengaruh terapi ini masing kelompok tiap kelompok 10 orang laki laki dan 10
VM Punggung massage menggunakan orang perempuan. Pada kelompok
berjumlah 20
Endang Terhadap punggung jenis desain perlakuan nilai systole pre-post (164-
orang, dengan
SP Tekanan terhadap tekanan penelitian 148.5 mmHg), diastole pre-post (85-80
tehnik random
Rahayu, Darah Pada darah pada lansia dengan metode mmHg). Kelompok control rata rata nilai
sampling. Kriteria
Dewa Lansia dengan hipertensi pretest- posttest systole pre-post (167,7 - 151.2 mmHg),
sampel adalah
Gde Dengan di Puskesmas control group diastole (87.5-77.5 mmHg). Uji Wilcoxon
Lansia berumur
Putrayasa Hipertensi Sukawati II design. test didapatkan ada perbedaan yang
≥60 tahun,
Gianyar. signifikan tekanan darah pada kelompok
hipertensi (TS :
perlakuan dengan p value systole adalah
>140 mm Hg),
2021 0.000, p value diastole 0.025. Tidak ada
tidak terkontrol,
perbedaan yang signifikan tekanan darah
mengkonsumsi
pada kelompok kontrol baik systole
obat anti
dengan p value 0.086 dan p value diastole
hipertensi >2
0.140. Ada pengaruh yang signifikan
tahun.
terapi komplementer massage punggung

21
terhadap tekanan darah systole dengan p
value 0.000 dan p value diastole adalah
0,028.

22
C. Pembahasan

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang prevalensinya meningkat dengan


bertambahnya usia. Sekitar 90% usia dewasa dengan tekanan darah normal akan
berkembang menjadi hipertensi pada usia lanjut (Amanda dan Martini, 2018). Beberapa
penelitian menyarankan untuk membahas bagaimana efektivitas pemberian masage
punggung sebagai terapi non farmakologi untuk menstabilkan tekanan darah guna
mencegah komplikasi kardiovaskular pada lansia dengan hipertensi.
Apabila tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah yang relaks akan terjadi
vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah turun dan
kembali normal (Udani, 2016). Untuk membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti terapi music klasik, yoga, tehnik nafas dalam, dan terapi
masase (Anggariawan dan Kushartanti, 2014). Pada hipertensi tidak terkontrol, walaupun
obat secara rutin dikonsumsi, tekanan darah tetap tinggi (Darussalam dan Warseno,
2017). Hal ini dibuktikan dengan pemberian terapi massage punggung pada kelompok
perlakuan, didapatkan ada perbedaan yang signifikan tekanan darah systole pada
kelompok perlakuan dengan p value 0.000. Ada perbedaan yang signifikan tekanan darah
diastole pada kelompok perlakuan dengan p value 0.025.
Perbedaan efek yang ditimbulkan setelah dilakukan terapi komplementer massage
punggung diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan terapi komplementer massage
punggung terhadap tekanan systole dengan p value 0.00, dan nilai p value diastole adalah
0.028. Massage mempunyai pengaruh tertentu terhadap jaringan tubuh. Selain itu
tekanan, arah gerakan, pengulangan, dan iramanya menentukan pengaruhnya (Harahap
dan Sagala, 2017). Keberhasilan massage juga ditentukan oleh ilmu dan pengalaman
massage. Dengan teknik menekan dan mendorong secara bergantian menyebabkan
terjadinya pengosongan dan pengisian pembuluh vena dan lymphe, sehingga membantu
ekskresi & pemberian nutrisi dan O2 kedalam jaringan ( Juliantara dkk, 2015).
Massage mempercepat pengosongan dan pengisian cairan sehingga memperlancar
sirkulasi dan pembebasan sisa-sisa metabolisme, memperlancar penyajian nutrisi
sehingga mempercepat proses pemulihan. Back massage atau massage punggung adalah
tindakan masage punggung dengan usapan perlahan dengan kecepatan 60 kali usapan
permenit. Kedua tangan menutup suatu area yang lebarnya 5 cm pada kedua sisi tonjolan
tulang belakang dari ujung kepala sampai ke area sacrum. Gosokan punggung yang
efektif memerlukan waktu 3 sampai 5 menit (Istyawati dkk, 2020). Masase punggung
atau back massage merupakan stimulasi kulit tubuh dengan pemijatan dan memberikan
sentuhan pada punggung dan bahu yang dapat melemaskan otot di luar sumber nyeri dan
dilakukan sekitar 10 menit untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal ( Puspitasari
dan Astuti, 2017).
Pemberian masase pada punggung akan merangsang saraf beta A yang berdiameter
besar yang memiliki kecepatan 30- 70 m/detik. Saraf beta A juga akan menyalurkan
impuls melewati traktus spinotalamus atau jalur asendens kemudian akan berakhir pada
bagian otak tengah. Kemudian impuls ini akan menstimulasi daerah tersebut untuk
mengirimkan kembali ke bawah yaitu pada kornu dorsalis medula spinalis atau sistem
kontrol desenden yang bekerja dengan melepaskan neuromodulator yang menghambat
transmisi nyeri yaitu enkefalin ( Supliyani, 2017). Enkefalin ini yang akan menghambat
pengeluaran subtansi P pada kornu dorsalis sehingga transmisi impuls nyeri dapat
dihambat (Purnama, 2018).
Menurut artikel yang berjudul “Pengaruh Terapi Komplementer Massage Punggung
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi” menunjukkan bahwa,
karakteristik responden : Usia pada kelompok perlakuan rata-rata 73,3 tahun dan pada
kelompok kontrol 75,3 tahun, lakilaki 10 orang, perempuan 10 orang baik pada kelompok
kontrol maupun kelompok perlakuan. Hasil pengukuran tekanan darah systole/diastole
pada kelompok perlakuan dengan mean 164/85 mmHg (pretest) danmean 148,5/80
mmHg (posttest), dengan p value 0,000 pada systole dan p value 0,025 pada diastole.
Sedangkan tekanan darah systole/diastole pada kelompok kontrol dengan mean
167,7/87,5 mmHg (pretest) dan mean 151,2/77,5 mmHg (posttest), dengan p value 0,086
pada systole dan p value 0,140 pada diastole. Ada pengaruh yang signifikan terapi
komplementer massage punggung terhadap tekanan systole dengan pvalue 0.000, dannilai
diastole dengan p value 0.028.
Sedangkan menurut artikel yang berjudul “Efektifitas Terapi Slow Stroke Back
Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di RW 001 Kelurahan Jombang
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan” menyatakan bahwa, analisis perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi slow stroke back massage pada
kelompok intervensi didapatkan hasil p value 0,000 (pre dan post sistol) dengan α0,05
dan p value 0,334 (pre dan post diastol) dengan α>0,05 yang artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan terhadap tekanan darah antara sebelum dan sesudah. Ada perbedaan yang
signifikan sesudah dilakukan terapi slow stroke back massage pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol didapatkan hasil p value 0,002 (sistol) dengan α<0,05.

24
Berdasarkan hasil selama proses penelitian yang dilakukan, yang perlu
direkomendasikan untuk lansia yang mengalami hipertensi perlu dilakukkannya terapi
slow stroke back massage selama 6 kali dalam waktu 2 minggu untuk menurunkan
tekanan darah agar mencegah komplikasi akibat hipertensi. Bagi keluarga dengan anggota
keluarga lansia perlu ditingkatkan dalam memotivasi lansia yang mengalami hipertensi,
agar lansia tersebut mendapat dukungan dari anggota keluarga dalam menurunkan
tekanan darah khususnya dengan terapi slow stroke back massage. Selain itu, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut misalnya terkait program intervensi terpadu untuk lansia
hipertensi dengan didalamnya terdapat beberapa intervensi terkait pengontrolan obat
antihipertensi, diet yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan, yang dapat mempengaruhi
perubahan sistem kardiovaskuler.

25
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan 2 artikel yang telah dianalisa, terlihat bahwa adanya pengaruh serta
perubahan yang signifikan pada terapi komplementer massage punggung terhadap
tekanan systolic dan diastolik pada lansia dengan pemberian massage 3-10 menit
sebanyak 3 kali dalam satu minggu dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh, massage
punggung juga dapat merangsang pengeluaran hormone endhoprin yang memberikan
efek tenang pada pasien yang mengalami hipertensi.

Oleh karena itu, terapi nonfarmakologi ini dapat direkomendasikan pada lansia
dengan hipertensi karena mudah untuk dilakukan dirumah.

B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan terutama perawat perlu untuk terus memperhatikan dan
melakukan pelayanan sesuai standar asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami hipertensi.
2. Bagi Penyusun SOP Perawatan
Standar asuhan keperawatan perlu untuk terus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pasien dan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumoningtyas, D. N., & Ratnawati, D. (2018). Efektifitas Terapi Slow Stroke Back
Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di RW 001 Kelurahan Jombang
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan
Orthopedi), 2(2), 39-57. DOI: https://doi.org/10.46749/jiko.v2i2.15

Rasdini, I. A., Wedri, N. M., Rahayu, V. E. S., & Putrayasa, I. (2021). Pengaruh terapi
komplementer massage punggung terhadap tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Jurnal Smart Keperawatan, 8(1), 40-46. DOI:
http://dx.doi.org/10.34310/jskp.v8i1.426

Standar Asuhan Keperawatan Indonesia


https://www.indonesianpublichealth.com/standarasuhan-keperawatan-indonesia/
(Diakses 02 Desember 2022, 19.00 WIB

Standar Asuhan Keperawatan https://ppniinna.org/index.php/public/information/announce-


detail/18 (Diakses 02 Desember 2022, 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai