Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT

ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI


PUSKESMAS SEWON 1

Disusun oleh:

Intan Hazimi Permatasari


Lisdariyati
Mohammad Rizky Pratama
Putri Meidiana Ayu

PRODI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017

1
Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sewon 1
Disusun oleh:

Intan Hazimi Permatasari


Lisdariyati
Mohammad Rizky Pratama
Putri Meidiana Ayu

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 10 Noveber 2017

Disetujui oleh :

Kepala Puskesmas Dosen Pembimbing

dr. Jaka Hardalaksana Dr.dr. Kusbaryanto M.Kes

2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Intan Hazimi, Lisdariyati, Rizky Pratama, Putri Meidiana


Program Studi : Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karta Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut

Yogyakarta, November 2017

Yang membuat pernyataan,

Penulis

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 4


PENDAHULUAN ................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang......................................................................................................... 5
B. Perumusan Masalah................................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
a. Tujuan Umum ..................................................................................................... 7
b. Tujuan Khusus .................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................. 8
a. Bagi peneliti ........................................................................................................ 8
b. Bagi klinisi .......................................................................................................... 8
c. Bagi pasien .......................................................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian .................................................................................................. 8
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 11
METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 26
A. Desain Penelitian .................................................................................................. 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 26
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 26
D. Variabel dan Definisi Operasional ......................................................................... 27
E. Instrumen Penelitian............................................................................................. 28
F. Cara Pengumpulan Data ....................................................................................... 28
G. Alur penelitian....................................................................................................... 29
H. Analisis Data .......................................................................................................... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................. 31
A. Hasil ....................................................................................................................... 31
B. Karakteristik Pengobatan ...................................................................................... 32
C. Pembahasan .......................................................................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 40

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah faktor risiko utama dari penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap
negara. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, temasuk Indonesia.

Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang


setiap tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia
Tenggara. Diperkirakan 1 dari 3 orang dewasa di Asia Teggara menderita
hipertensi (WHO, 2011). Menurut data Departemen Kesehatan, hipertensi
dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke
(Riskesdas 2007). Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The 5 Scientific
Meeting on Hypertension 2011, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 31,7 persen dari total penduduk dewasa.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas rentang normal


yaitu apabila di atas 140/90 mmHg ( Potter & Perry, 2005). Menurut Smeltzer
dan Bare (2002), hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah dimana pada
dewasa hipertensi ada ketika tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari
140 mmHg dan atau ketika tekanan darah sama atau lebih tinggi dari 90
mmHg dalam jangka waktu yang lama. Menurut WHO (2011), hipertensi
adalah tekanan darah yang sama atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg,
dimana prehipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik berada pada
120-139 mmHg atau ketika tekanan darah diastolik berada pada 80-89
mmHg. Dari beberapa defenisi hipertensi di atas maka dapat disimpulkan

5
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah menetap dimana tekanan
darah berada pada atau lebih tinggi dari 140/90.

Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi


merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter yang
menanganinya. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi
tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat
antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan kesediaan pasien
untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal
yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan
(Burnier et.al,2001).
Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu
keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam
menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara
terhadap mencegah terjadi komplikasi (Depkes, 2006). Kepatuhan
terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan
perilaku dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan
nasihat serta dilanjutkan oleh tenaga kesehatan. Beberapa alasan pasien
tidak menggunakan obat antihipertensi dikarenakan sifat penyakit
yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang,
efek samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang
kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya
pengobatan yang relatif tinggi (Osterberg & Blaschke, 2005).

Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi


para tenaga kesehatan profesional. Hal ini disebabkan karena
hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak dialami oleh
masyarakat tanpa ada gejala yang signifikan dan juga merupakan
penyakit yang menimbulkan penyakit lain yang berbahaya bila tidak
diobati secepatnya (Niven, 2002). Berdasarkan hal di atas maka tingkat
kepatuhan pasien hipertensi dapat diteliti dan menjadi salah satu alasan
dilakukan penelitian tentang tingkat kepatuhan.

6
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, perumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon I
Bantul?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Sewon I Bantul.
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui obat antihipertensi yang diberikan
pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon I
Bantul
b) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
jenis kelamin pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
c) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
umur pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas
Sewon I Bantul
d) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
tingkat pendidikan pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
e) Untuk mengetahui stadium tekanan darah
berdasarkan tingkat kepatuhan meminum obat antihipertensi
pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas Sewon I
Bantul

7
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui
gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon I Bantul.

b. Bagi klinisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
tentang gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi
pada masyarakat sehingga di masa mendatang, dapat
menindaklanjuti permasalahan tentang kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada masyarakat.

c. Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi.
E. Keaslian Penelitian
Judul Pengarang / Hasil Penelitian Perbedaan
Sumber / Tahun
Faktor-faktor Lily Widianto Didapatkan 9 Pada penelitian
yang / Universitas partisipan tersebut, juga
mempengaruhi Mulawarman / dengan dibahas
pasien 2013 kepatuhan mengenai
hipertensi rawat sedang dan factor-faktor
jalan tidak patuh rendah yang yang
minum obat terdiri dari 6 berpengaruh
antihipertensi perempuan dan 3 terhadap
Puskesmas laki-laki. Faktor kepatuhan dari
Sempaja yang penggunaan
Samarinda : teridentifikasi obat
Sebuah adalah factor antihipertensi
penelitian pasien:merasa pada partisipan.
Kualitatif sehat, malas
minum obat,
takut
terdiagnosis,

8
merasa
pengobatan
tidak manjur,
tidak teliti, takut
efek samping
obat. Factor obat
: menggunakan
obat tradisional
bersamaan atau
menggantikan
obat
antihipertensi.

Tingkat Dwi Lutiati/ Hasil penelitian Pada penelitian


kepatuhan USU/2016 menunjukkan tersebut, juga
penggunaan bahwa tingkat dibahas
obat kepatuhan mengenai
antihipertensi pasien hipertensi factor-faktor
paa pasien rawat rawat jalan yang
jalan di Rumah adalah sebesar berpengaruh
Sakit Haji 28% (tinggi), terhadap
Medan 30% (sedang), kepatuhan dari
dan 42% penggunaan
(rendah). obat
Berdasarkan antihipertensi
hasil analisis pada partisipan.
didapatkan Selain itu,
bahwa tidak setiap variable
terdapat karakteristik
hubungan yang dianalisis
signifikan secara
karakteristik deskriptif
pasien (usia, dengan
jenis kelamin, menggunakan
pendidikan, uji statistic Chi-
riwayat Square untuk
hipertensi meihat
keluarga, dan hubungannya
regimen dengan tingkat
pengobatan) kepatuhan
dengan tingkat
kepatuhan dalam
penggunaan obat
antihipertensi.
Tingkat
kepatuhan
penggunaan obat
antihipertensi

9
memiliki
hubungan yang
signifikan
dengan tekanan
darah terkontrol
Profil kepatuhan Alfindra Hasil penelitian Pada penelitian
minum obat Sepalawandika/ menunjukkan tersebut, juga
antihipertensi di Universitas hanya 4,2% dibahas
lingkungan Tarumanegara/ responden yang mengenai
Universitas 2015 memiliki factor-faktor
Tarumanegara kepatuhan yang
periode Juli- meminum obat berpengaruh
Desember 2015 yang tinggi, terhadap
sedangkan kepatuhan dari
95,8% penggunaan
responden obat
memiliki antihipertensi
kepatuhan pada partisipan.
meminum obat
yang rendah.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi,
antara lain :
motivasi, sikap
negative,
hubungan dokter
pasien,
kompleksitas
pengobatan, rasa
obat, pelayanan
kesehatan,
efektifitas
waktu,
dukungan sosial,
masalah
finansial.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
a. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Potter dan Perry (2006),
hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara persisten, dimana diagnose hipertensi
pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana
lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg. WHO (2011), menetapkan
kategori tekanan darah sebagai berikut:
Tabel 1 Level Tekanan Darah
Level Tekanan Darah
Normal Sistolik : dibawah 120 mmHg
Diastolik: dibawah 80 mmHg
Risiko (prehipertensi) Sistolik : 120-139 mmHg
Diastolik: 80-89 mmHg
Sistolik : Lebih tinggi atau pada 140
Hipertensi mmHg
Diastolik: Lebih tinggi atau pada 90
mmHg

2. Klasifikasi Hipertensi
Berikut adalah tabel klasifikasi hipertensi pada individu
berumur 18 tahun ke atas menurut laporan Joint National Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Preasure 7

11
Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mm Hg) Diastolik


(mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II ≥160 ≥100
Klasifikasi hipertensi dibagi dalam 4 stadium yaitu, normal,
prehipertensi, hipertensi stage I dan hipertensi stage II. Stadium nomral
berada pada rentang <120/80 mmHg. Stadium prehipertensi berada pada
rentang 120/80-139/89 mmHg. Stadium hipertensi stage I berada pada
rentang 140/90-159/99 mmHg. Sedangkan stadium hipertensi stage II
berada diatas atau sama dengan 160/100 mmHg.

3. Faktor Penyebab Hipertensi

Dalam Potter dan Perry (2006), individu dengan riwayat keluarga


hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu, kegemukan, merokok,
pengguna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi dan terpapar stress secara
kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Smeltzer dan Bare (2002)
juga berpendapat bahwa hipertensi dipengaruhi oleh “ gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang
berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang, tetapi penyakit ini
sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan” (hal. 897). Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa hipertensi memiliki kecenderungan genetik kuat yang
dapat diperparah oleh faktor-faktor kontribusi misalnya sebagai berikut:

a. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko mengalami cardiovascular disease and
hypertension (CVDH) daripada wanita. Akan tetapi, setelah wanita
mengalami menopause maka insiden terjadi CVDH akan cenderung
sama pada wanita dan pria (Reckelhoff, 2001)

12
b. Usia
Umumnya lansia mengalami peningkatan tekanan darah.
Hal ini dapat disebabkan pembuluh darah yang tersumbat oleh
penimbunan lemak atau pembuluh darahnya menjadi kaku
karena proses penuaan (Stanley & Beare, 2002).

c. Obesitas
Dalam penelitian Narkiewicz (2005), berat badan yang
berlebih akan meyebabkan ketidakseimbangan metabolisme
dimana hal tersebut dapat menimbulkan chronic kidney
diseases (CKD) yang berakibat tmbulnya peningkatan darah
(hipertensi). Penelitian Rahmouni et al (2004) juga menemukan
bahwa obesitas dapat menyebabkan disfungsi pada endotel
sehingga menyebabkan hipertensi.

d. Pola makan
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), banyak makan
makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan
bumbu penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini
disebabkan karena makanan tersebut banyak mengandung
natrium yang bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah,
sehingga beban kerja jantung untuk memompa darah meningkat
dan mengakibatkan hipertensi. Konsumsi alkohol dan kopi
berlebihan juga mengakibatkan hipertensi. Efek alkohol dan
kopi terhadap tekanan darah masih belum begitu jelas, namun
diduga ada kaitannya dengan perangsangan saraf otonom
simpatis dan pengaruh hormon kortisol; yang keduanya dapat
menghasilkan efek peningkatan tekanan darah.

e. Rokok/Tembakau
Gas CO yang dihasilkan oleh rokok mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam
sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen
(Kozlowski, et al., 2001). Akibatnya, sel tubuh menjadi

13
kekurangan oksigen dan akan berusaha meningkatkan oksigen
melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut
(spasme). Bila proses spasme berlangsung lama dan terus
menerus, akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak dengan
terjadinya aterosklerosis.

Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah


tersebut mengakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh
menjadi tinggi. Selain itu nikotin yang terkandung dalam asap
rokok menyebabkan perangsangan terhadap hormon adrenalin
yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini,
2007).

Jantung akan bekerja keras, sedangkan tekanan darah


akan semakin meninggi, dan berakibat timbulnya hipertensi.
Efek lainnya adalah merangsang produksi fibrinogen (faktor
penggumpal darah) yang menyebabkan trombosit akan
menggumpal dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah
sehingga memicu terjadinya ateroskeloris.

4. Manifestasi Klinis Hipertensi


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala selama bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukkan
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai
sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Dalam Smeltzer dan Bare (2002), pada saat pemeriksaan fisik,
mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil. Gejala yang
mungkin antara lain: peningkatan tekanan darah, kepala terasa pusing,
sering marah, telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang,
sukar tidur dan lainnya.

14
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), sebagian orang yang
menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan sakit kepala yang
terasa tumpul, perdarahan lewat hidung (mimisan) yang semakin
sering, atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun tidak sedikit
pula orang yang tidak mengalami gejala apapun, walaupun tekanan
darahnya telah mencapai tingkat yang membahayakan (tekanan
sistolik di atas 160 mmHg atau tekanan diastolik di atas 100 mmHg).

5. Komplikasi dari Hipertensi


Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal. Tingginya tekanan darah yang lama akan merusak
pembuluh darah di seluruh tubuh, dimana yang paling jelas pada
mata, jantung, ginjal dan otak. Oleh karena itu, konsekuensi yang
biasa terjadi pada hipertensi yang lama dan tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, dan stroke
(Smeltzer & Bare, 2002).

Dalam Smeltzer & Bare (2002), Institut Nasional Jantung, Paru,


dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi
tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan
darah pasien harus terus dipantau dengan interval yang teratur karena
hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.

6. Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi


Penatalaksanaan pada hipertensi adalah mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Penangannya dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi. Penangan
hipertensi sebaiknya dimulai dengan memperbaiki gaya hidup yaitu
mengatur diet (makan rendah garam dan mempertahankan berat badan
dalam batas normal), latihan yang teratur sepanjang tidak bertentangan
dengan keadaan penyakit yang dialami, berhenti merokok, minum kopi,
dan alkohol (Mayo Clinic Staff, 2012):

15
a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension); yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi sayur, dan
produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan garam sampai
dengan 6 gram NaCl (garam dapur) per hari. Jangan lupakan penurunan
berat badan. Pertahankan berat badan dalam kisaran ideal, yaitu dalam
kisaran indeks massa tubuh 18,5 sampai dengan 24,9. Dari upaya
penurunan berat badan, diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun
5-20 mmHg per penurunan sebanyak 10 kg. Sedangkan dari diet,
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2-14 mmHg.

b. Aktivitas fisik
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik, selama
minimal 30 menit per hari, dan harus dilakukan setidak-tidaknya 4-5
hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga yang baik adalah
jalan cepat (brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat
turun 4-9 mmHg.

c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alkohol dan kopi


Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol dan kopi ,
maka dari upaya ini diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2-4
mmHg. Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan darah,
maka tidak diperlukan obat-obatan antihipertensi (Siburian, 2005).
Namun, Jika modifikasi gaya hidup dan pola makan tidak berhasil
menurunkan tekanan darah tinggi, barulah seseorang membutuhkan
intervensi obat. Untuk penggunaan obat-obatan antihipertensi,
sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai
pengobatan hipertensi yang tepat.

7. Melakukan pengukuran tekanan darah


Standar Operasional Prosedur menilai tekanan darah di
Puskesmas Sewon 1
a. Petugas cuci tangan
b. Mengatur posisi pasien duduk atau supinasi yang nyaman

16
c. Meyakinkan spigmanometer siap pakai, untuk tensimeter air
raksa yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
manset, menutup katup balon/ tabung tekanan, memka kunci
reservoir
d. Menyingsingkan lengan baju keatas
e. Palpasi arteri brachial, menempatkan manset kurang lebih 1
inci (2,5cm) diatas sisi denyut arteri brachial
f. Palpasi arteri brachial sambil memompa 20-30 mmHg diatas
skala yang menunjukan bahwa denyutan sudah tidak teraba
g. Memasang stetoskop di telinga pemeriksa dan pastikan
bahwa bunyi terdengar dengan jelas
h. Meletakkan diafragma stetoskop diatas nadi brachial tanpa
menekan
i. Membuka katup tabung tekanan / balon secara perlahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik
j. Mencatat bunyi detak yang pertama kali terdengan jelas
(korokoff 1) sebagai tekanan sistolik dan bunyi detak
terakhir (korokoff V) sebagai tekanan diastolic
k. Mengempiskan manset dengan melonggarkan pompa secara
cepat dan total
l. Bila ingin mengulang pengukuran, tunggu 30 detik dan
elngan ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah
m. Melepas manset
n. Mengembalikan posisi pasien yang nyaman
o. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada pasien
p. Merapikan alat dan lingkungan
q. Mencuci tangan setelah tindakan
r. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
b. Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan

Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam


literatur untuk mendeskripsikan kepatuhan pasien diantaranya

17
compliance, adherence, dan persistence. Compliance adalah secara
pasif mengikuti saran dan perintah dokter untuk melakukan terapi yang
sedang dilakukan (Osterberg & Blaschke dalam Nurina, 2012).
Adherence adalah sejauh mana pengambilan obat yang diresepkan oleh
penyedia layanan kesehatan.

Tingkat kepatuhan (adherence) untuk pasien biasanya dilaporkan


sebagai persentase dari dosis resep obat yang benar-benar diambil oleh
pasien selama periode yang ditentukan (Osterberg & Blaschke dalam
Nurina, 2012). Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan
mengacu kepada situasi ketika perilaku seorang individu sepadan
dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh
seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu
sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu
brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian &
Marcus, 2011).

Para Psikolog tertarik pada pembentukan jenis-jenis faktor-faktor


kognitif dan afektif apa yang penting untuk memprediksi kepatuhan
dan juga penting perilaku yang tidak patuh. Pada waktu-waktu
belakangan ini istilah kepatuhan telah digunakan sebagai pengganti
bagi pemenuhan karena ia mencerminkan suatu pengelolaan
pengaturan diri yang lebih aktif mengenai nasehat pengobatan (Ian &
Marcus, 2011).

Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu


(misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan
gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan
dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga
mematuhi rencana. Sedangkan Sarafino (dalam Yetti, dkk 2011)
mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya. Dikatakan
lebih lanjut, bahwa tingkat kepatuhan pada seluruh populasi medis
yang kronis adalah sekitar 20% hingga 60%. Dan pendapat Sarafino

18
pula (dalam Tritiadi, 2007) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan
(compliance atau adherence) sebagai: “tingkat pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh
orang lain”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sacket (Dalam Neil Niven, 2000)


mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai “sejauhmana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan”.
Pasien mungkin tidak mematuhi tujuan atau mungkin melupakan
begitu saja atau salah mengerti instruksi yang diberikan. Kemudian
Taylor (1991), mendefinisikan kepatuhan terhadap pengobatan adalah
perilaku yang menunjukkan sejauh mana individu mengikuti anjuran
yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit. Dan Delameter
(2006) mendefinisikan kepatuhan sebagai upaya keterlibatan aktif,
sadar dan kolaboratif dari pasien terhadap perilaku yang mendukung
kesembuhan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku kepatuhan terhadap pengobatan adalah sejauh mana upaya dan
perilaku seorang individu menunjukkan kesesuaian dengan peraturan
atau anjuran yang diberikan oleh professional kesehatan untuk
menunjang kesembuhannya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan


adalah sebagai berikut:

a. Motivasi klien untuk sembuh


b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
c. Persepsi keparahan masalah kesehatan
d. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit
e. Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus
f. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi
g. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan
membantu atau tidak membantu

19
h. Kerumitan , efek samping yang diajukan
i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan
menjadi sulit dilakukan
j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan
dengan penyediaan layanan kesehatan

Sedangkan menurut Neil (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi


ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian:

a. Pemahaman Tentang Instruksi


Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia
salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Lcy
dan Spelman (dalam Neil, 2000) menemukan bahwa lebih
dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter
salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada
mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan
professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap, penggunaan istilah-istilah media dan memberikan
banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan
derajat kepatuhan. Korsch & Negrete (Dalam Neil, 2000)
telah mengamati 800 kunjungan orang tua dan anakanaknya
ke rumah sakit anak di Los Angeles. Selama 14 hari mereka
mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk memastikan apakah
ibu-ibu tersebut melaksankan nasihat-nasihat yang diberikan
dokter, mereka menemukan bahwa ada kaitan yang erat
antara kepuasaan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa
jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan
antara lamanya konsultasi dengan kepuasaan ibu. Jadi
konsultasi yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif

20
jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas
interaksi.
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt (dalam
Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran yang
dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan
kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka.
Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatu
usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Mereka
menggambarkan kegunaan model tersebut dalam suatu
penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk
pasien hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal
ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi program
pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan
cairan, pengobatan, dialisa. Pasien-pasien tersebut
diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka dengan
menggunakan suatu model. Hartman dan Becker
menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang
utama dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal
dari kepatuhan terhadap pengobatan.

21
3. Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan
Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2000)
mengusulkan rencana untuk mengatasi ketidakpatuhan
pasien antara lain:
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak
dari pasien yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk
mematuhi nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu
ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama
serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek
negatif pada penderita sehingga awal mula pasien
mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak patuh.
Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan,
sehingga perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan
hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga
mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi
diri dan penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan
dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku harus dilakukan
antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan agar
terciptanya perilaku sehat.
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan
sahabat dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan
faktor-faktor penting dalam kepatuhan pasien. Contoh yang
sederhana, tidak memiliki pengasuh, transportasi tidak ada,
anggota ke luarga sakit, dapat mengurangi intensitas
kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu,
mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidaktaatan dan
mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung
untuk mencapai kepatuhan.

22
4. Cara-cara Meningkatkan Kepatuhan
Smet (1994) menyebutkan beberapa strategi yang dapat
dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, antara lain:
a. Segi Penderita
Usaha yang dapat dilakukan penderita diabetes mellitus
untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
yaitu:
1. Meningkatkan kontrol diri. Penderita harus
meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan
ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena
dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita
akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam
menjalani pengobatan. Kontrol diri dapat dilakukan
meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan
emosi.
2. Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya
muncul sebagai prediktor yang penting dari
kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri
mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan
yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.
3. Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya
pengetahuan atau informasi berkaitan dengan
kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk
mencari informasi mengenai penyakitnya dan terapi
medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari
berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau
melalui program pendidikan di rumah sakit.
Penderita hendaknya benar-benar memahami tentang
penyakitnya dengan cara mencari informasi
penyembuhan penyakitnya tersebut.
4. Meningkatkan monitoring diri. Penderita harus
melakukan monitoring diri, karena dengan

23
monitoring diri penderita dapat lebih mengetahui
tentang keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam
darahnya, berat badan, dan apapun yang
dirasakannya.
b. Segi Tenaga Medis
Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar
penderita untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan
adalah memperbaiki komunikasi antara dokter
dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk
menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi
yang efektif dengan pasien.
2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien
tentang penyakitnya dan cara pengobatannya.
Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang
yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa
yang ia katakan secara umum diterima sebagai
sesuatu yang sah atau benar.
3. Memberikan dukungan sosial. Tenaga kesehatan
harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain
itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan
dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga
akan meningkatkan kepatuhan, Smet (1994)
menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa
diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan
nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.
4. Pendekatan perilaku. Pengelolaan diri yaitu
bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola
dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku
kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan

24
keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam
menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan.

B. Kerangka Konsep

Rutin mengkonsumsi Tingkat kepatuhan


yang baik Tekanan darah terkontrol
obat antihipertensi

C. Hipotesis

Ho = Tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sewon I Bantul baik

H1 = Tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien


hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sewon I Bantul tidak baik

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan desain
penelitian survei. Penelitian survei digunakan untuk mengukur gejala yang ada
tanpa menyelediki alasan gejala tersebut ada. Penelitian jenis ini ditujukan
untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sewon 1
Bantul. Waktu penelitian dimulai sejak 31 Oktober 2017 hingga 2 November
2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk diteliti
(Sugiyono, 2005). Populasi pada penelitian ini yaitu masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Sewon 1 Bantul.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi dan dapat mewakili
seluruh populasi. Penelitian ini menggunan purposive sampling sebagai
teknik pemilihan sampel (sampling). Teknik ini termasuk ke dalam
kelompok nonprobability sampling. Jadi, pengambilan sampel pada
penelitian ini tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota
populasi untuk menjadi anggota sampel. Pemilihan sekelompok subjek
dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu. Sampel
penelitian yang digunakan yaitu semua pasien rawat jalan yang melakukan
kontrol tekanan darah di poliklinik umum Puskesmas Sewon 1 Bantul.
Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya, waktu dan tenaga yang dibutuhkan dan ruang

26
lingkup penelitian. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka dalam
penelitian ini juga disusun kriteria inklusi dan ekslusi:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang datang ke poliklinik umum pada tanggal 31 Oktober
2017 hingga 2 November 2017.
2) Pasien yang telah mendapatkan obat antihipertensi minimal 1
bulan
b. Kriteria eksklusi:
1) Peserta yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini
2) Peserta yang tidak mengisi semua poin kuesioner penelitian ini
3. Hitung Besar Sampel

Untuk menghitung berapa jumlah sampel yang akan diteliti,

peneliti menggunakan rumus

Z2 α/2 P (1−P)
n=
d2
Keterangan:

n = ukuran sampel

Z α/2 = nilai kepercayan = 95% : 1,1

P = Harga proporsi di populasi = 0,5 (Sofia Theodoropoulou, 2010)

d = Kesalahan (absolut) yang masih bisa ditolerir = 10% = 0,1

(1,1)2 . 0,5 (1−0,5)


n =
(0,1)2

= 25 orang (minimal)
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
Menurut Notoadmojo (2012), variabel adalah suatu ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki. Berikut variabel-variabel pada penelitian ini:

27
a. Variabel bebas (independent): kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi
b. Variabel tergantung (dependent): pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Sewon 1 Bantul
2. Definisi operasional
Definisi operasional yaitu suatu pengertian untuk membatasi ruang
lingkup atau variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional bertujuan
memudahkan pengukuran hubungan antar variabel yang masih bersifat
konseptual.
Tabel 3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan
asimptomatik yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara
persisten, dimana diagnose hipertensi
pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih
tinggi atau pada 140/90 mmHg
Kepatuhan Sejauh mana upaya dan perilaku seorang
individu menunjukkan kesesuaian
dengan peraturan atau anjuran yang
diberikan oleh professional kesehatan
untuk menunjang kesembuhannya

E. Instrumen Penelitian
1. Alat tulis
2. Kuesioner Morisky Modification Scale (MMS)
3. Sphygmomanometer
F. Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian berupa data primer, yaitu data
yang dikumpulkan dan diolah oleh peneliti. Pada penelitian ini metode
pengumpulan data dilakukan melalui survei. Berikut adalah gambaran singkat
tahap pengumpulan data yang akan dilakukan:
1. Penentuan instrumen penelitian
a. Peneliti mencari kuesioner yang telah tersedia dan tervalidasi
b. Peneliti mengadopsi kuesioner tersebut sesuai sampel yang
digunakan

28
2. Pengisian kuesioner
a. Peneliti membagikan kuesioner kepada sampel penelitian
b. Peneliti memberikan penjelasan kepada sampel penelitian
mengenai tata cara pengisian
c. Sampel penelitian mengisi kuesioner
d. Sampel penelitian mengumpulkan kuesioner kepada peneliti
3. Pengolahan dan analisis data
a. Peneliti mengelompokkan kuesioner berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi sampel
b. Peneliti melakukan pendataan kuesioner
c. Peneliti mengolah data kuesioner yang telah terkumpul
G. Alur penelitian
Alur pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah:

Peneliti mencari Peneliti


Peneliti mendata
tahu jumlah membagikan
peserta yang hadir
peserta Prolanis di kuesioner dan alat
dalam Prolanis
area penelitian tulis

Peserta mengisi
Peneliti
Kuesioner kuesioner dengan
menjelaskan cara
dikumpulkan pendampingan
mengisi kuesioner
peneliti

Kuesioner dipilih
berdasarkan
Pengolahan data Analisis data
kriteria eksklusi
sampel

Gambar 1. Skema alur penelitian

29
H. Analisis Data
Data yang akan didapatkan dari penelitian ini yaitu berupa data
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berhubungan dengan
angka. Analisa data penelitian yang digunakan yaitu analisis univariate.
Menurut Notoadmodjo (2012), analisis ini bertujuan mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Penilaian skor kepatuhan dari
kuesioner skor nilai kepatuhan didapat dari jumlah seluruh skor
pasien dari pertanyaan nomer 1-8. Dengan range skor 0-8
Tabel 4. Skoring kuesioner tingkat kepatuan penggunaan obat
antihipertensi

Tabel 5. Klasifikasi tingkat kepatuan penggunaan obat antihipertensi

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Data Responden
Berdasarkan pengambilan responden penelitian ini terdapat 25
kuisioner yang terisi lengkap dan kemudian dapat kita analisis hasilnya.
Responden berasal dari pasien instalasi rawat jalan/poli umum di
wilayah kerja Puskesmas Sewon I yang datang berobat pada tanggal 31
Oktober 2017 hinggan 2 November 2017 di Puskesmas Sewon I.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan data responden, yaitu :
Tabel 6. Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Jenis Kelamin Jumlah Presentase(%)
Laki-laki 9 36
Perempuan 16 64

Dari tabel 6 dapat dilihat dari 25 pasien hipertensi rawat jalan di


Puskesmas Sewon 1 periode 31 Oktober hingga 2 November 2017,
ditemukan pasien perempuan 16 lebih banyak dibandingkan pasien laki-
laki. Hal diatas terjadi karena perempuan mengalami menopause terjadi
perubahan hormonal yaitu terjadi penurunan perbandingan estrogen dan
androgen yang menyebabkan peningkatan pelepasan renin, sehingga
dapat memicu peningkatan tekanan darah (Coylewright et al., 2008).
Tabel 7. Karakteristik Pasien Berdasarkan Katagori Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Kategori Umur Jumlah Presentase (%)
>70 tahun 4 16
60-69 tahun 12 48
50-59 tahun 4 16
40-49 tahun 5 20
Dari tabel 7 dapat dilihat karakteristik pasien menurut usia pasien dapat
dibagi menjadi 4 kategori yaitu 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, dan >70
tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi tertinggi

31
terjadi pada kategori usia 60-69 tahun dengan persentase sebesar 48 %
sedangkan prevalensi hipertensi pada kategori usia 40-49 tahun, 50-59 tahun,
dan >70 tahun masing-masing adalah 20%, 16%, dan 16%. Dari data penelitian
ini diketahui pasien pada kategori usia 60-69 tahun sebesar 48% banyak yang
menderita hipertensi, hal ini dikarenakan perempuan mengalami menopause
sehingga terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Kondisi tubuh yang makin tua dapat memicu serangan
hipertensi, semakin tua usia maka pembuluh darah akan berkurang
elastisitasnya sehingga pembuluh darah cenderung menyempit akibatnya
tekanan darah akan meningkat (Khomsan A, 2005).

Tabel 9. Karakteristik Pasien Berdasarkan Katagori Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Tingkat Jumlah Presentase (%)
Pendidikan
Tidak bersekolah 2 8
Lulus SD 10 40
Lulus SMP 3 12
Lulus SMA 10 40
Lulus PT 0 0

Dari tabel 9 dapat diketahui karakteristik pasien hipertensi yang


berkunjung ke poliklinik umum Puskesmas Sewon 1 berdasarkan tingkat
pendidikan pasien. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa 4 tingkat
pendidikan, yakni tidak bersekolah dengan 8%, lulus SD 40%, lulus SMP 12%,
dan lulus SMA 40%

B. Karakteristik Pengobatan

Tabel 10. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan dan digunakan
pada pasien hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31 Oktober-2 November 2017
Nama Obat Jumlah Presentase (%)
Captopril 10 34,7
Amlodipin 15 51,7
Candesartan 2 6,7

32
Herbesser 1 3,4
Irbesartan 1 3,4

Dari tabel 10 dapat diketahui karakteristik peresepan penggunaan obat yang


diberikan berdasarkan kondisi pasien. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa 3
golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pasien di wilayah kerja
Puskesmas Sewon 1 tahun 2017 adalah persepan obat golongan CCB yaitu Amlodipin
(51,7%), golongan ACEI yaitu captopril (34,7%) dan golongan ARB dengan
Candesartan (6,7%), golongan CCB lainnya yakni herbesser (3,4%) serta irbesarta
golongan ARB (3,4%). Banyak pasien hipertensi yang menerima kombinasi dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tujuan tekanan darah yang diinginkan sesuai
kondisi pasien.

C. Penilaian Kepatuhan
Tingkat kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
factor sosial-ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor terapi
dan factor penyakit. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah tentang kepatuhan
pasien tidak sepenuhnya terdapat pada pasien, namun juga dilakukan pembenahan pada
system kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan (WHO, 2003). Ketidakpatuhan
terhadap terapi merupakan kontributor utama gagalnya control tekanan darah pada
pasien hipertensi. Semakin tinggi tingkat ketidakpatuhan pasien akan sejalan dengan
semakin tinggi risiko komplikasi.
Tabel 11. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan dan digunakan
pada pasien hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31 Oktober-2 November 2017
Keterangan Frekuensi Presentase
(Ya) (%)
Apakah bapak/ibu terkadang lupa minum obat? 14 56
Selama dua minggu terakhir, adakah bapak/ibu pada 13 52
suatu hari tidak meminum obat?
Apakah bapak/ibu pernah mengurangi atau 13 52
menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu
ke dokter karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak
nyaman saat menggunakan obat?

33
Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan 9 36
rumah, apakah bapak/ibu terkadang lupa untuk
membawa serta obat?
Apakah bapak/ibu kemarin meminum semua obat? 15 60
Saat merasa keadaan membaik, apakah bapak/ibu 15 60
terkadang memilih untuk berhenti meminum obat?
Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus 10 40
meminum obat setiap hari, apakah bapak/ibu pernah
merasa terganggu karena keadaan seperti itu?

Tabel 11 menunjukkan penggunaan obat pasien hipertensi rawat jalan RSUD


Dr. Moewardi Surakarta. Penggunaan obat ini dapat memberikan gambaran tentang
kepatuhan pasien. Ketidakpatuhan pasien yang disebabkan oleh ketidaksengajaan lupa
minum obat mencatatkan persentase sebesar 56% sedang ketidakpatuhan dikarenakan
pasien tidak meminum obat pada suatu hari dalam 2 minggu terakhir adalah 52%.
Untuk pasien yang sengaja mengurangi atau menghentikan penggunaan obat tanpa
memberi tahu dokter karena merasa kondisi tubuh menjadi lebih buruk atau tidak
nyaman mencatatkan 13 persentase sebesar 52% sedangkan untuk pasien yang lupa
minum obat saat perjalanan atau meninggalkan di rumah adalah 36%. Ketidakpatuhan
lain seperti tidak meminum semua obat, berhenti meminum obat karena merasa
keadaan membaik dan merasa tidak nyaman meminum obat setiap hari pula masing-
masing mencatatkan persentase sebesar 60%, 60%, dan 40%

Tabel 12. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale
Seberapa sering anda lupa Frekuensi Presentase (%)
meminum obat?
Tidak pernah 6 24
Sekali-sekali 0 0
Terkadang 19 76
Biasanya 0 0
Setiap saat 0 0

34
Berdasarkan penilaian Morisky Scale, pasien yang tidak pernah atau jarang
sekali lupa minum semua obat mencatatkan persentase sebesar 24%. Pasien yang
terkadang lupa minum semua obat pula mencatatkan persentase 76 %. Untuk perbedaan
antara sekali-sekali dan terkadang adalah dalam intensitasnya sekali-kali lebih jarang
dari terkadang (Tabel 12).

Tabel 13. Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale. Skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)

Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)


2 Rendah 17 68
1 atau 2 Sedang 2 8
0 Tinggi 6 24

Hasil dari pengukuran dalam penelitian ini, tingkat kepatuhan pasien


ditunjukkan dari skor kepatuhan yang diperoleh dari jawaban kuesioner pada
25 pasien hipertensi rawat jalan Puskesmas Sewon 1 pada periode 31 Oktober-
2 November tahun 2017 Pasien yang mempunyai skor kepatuhan rendah adalah
sebanyak 17 pasien (68%), skor kepatuhan sedang sebanyak 2 pasien (8%) dan
tinggi sebanyak 6 pasien (24%), dimana skor kepatuhan adalah 0 sampai lebih
dari 2. Penelitian ini kepatuhan diukur menggunakan kuesioner MMS-8.
Metode ini dipilih karena mudah, praktis dan efektif, dan sangat sesuai jika
digunakan pada pasien rawat jalan di pelayanan kesehatan. Skala MMS-8
menunjukkan kepatuhan pasien terhadap terapi. Skala kecil (0) mengindikasi
bahwa pasien patuh terhadap terapinya, skala 1 dan 2 menunjukkan tingkat
kepatuhan sedang, kemudian skala >2 mengidentifikasikan pasien tidak patuh
terhadap terapi.

35
Tabel 14. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale

Kepatuhan Stage hipertensi Jumlah Presentase (%)


Tinggi Normal 1 4
Prehipertensi 0 0
Hipertensi Stage I 3 12
Hipertensi Stage 2 8
II
Sedang Normal 0 0
Prehipertensi 1 4
Hipertensi Stage I 1 4
Hipertensi Stage 0 0
II
Rendah Normal 1 4
Prehipertensi 4 16
Hipertensi Stage I 8 32
Hipertensi Stage 4 16
II

Berdasarkan table diatas, diketahui bahwa pada tingkat kepatuhan tinggi,


didapatkan 4 % dengan tekanan darah yang normal, 12% hipertensi stage I dan 8
% hipertensi stage II. Pada tingkat kepatuhan sedang, didapatkan 4 % prehipertensi
dan 4% hipertensi stage I. Kemudian pada tingkat kepatuhan rendah, didapatkan 4
% dengan tekanan darah yang normal, 16% prehipertensi, 32% hipertensi stage I,
dan 16 % hipertensi stage II.
Dari penelitian ini diketahui mayoritas pasien hipertensi di rawat jalan
Puskesmas Sewon 1 memiliki tingkat kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi yang rendah yaitu 17 pasien (68%). Kepatuhan dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti lupa minum obat, perasaan (rasa takut efek samping obat)
dan kondisi frekuensi (semakin tinggi frekuensi semakin tinggi kepatuhan).
Kelemahan dari penelitian ini adalah pengukuran juga tidak dapat memastikan
apakah pasien menjawab dengan jujur atau berbohong, lupa atau tidak. Pasien
bisa saja menjawab dengan jawaban yang menggambarkan bahwa mareka

36
merupakan pasien yang patuh terhadap terapinya. Pengamatan yang singkat
dan tidak terus menerus ini tidak bisa menggambarkan hubungan antara tingkat
kepatuhan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah.
C. Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat
digolongkan menjadi empat bagian:

a. Pemahaman Tentang Instruksi


Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia
salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Lcy
dan Spelman (dalam Neil, 2000) menemukan bahwa lebih
dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter
salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada
mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan
professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap, penggunaan istilah-istilah media dan memberikan
banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan
derajat kepatuhan. Korsch & Negrete (Dalam Neil, 2000)
telah mengamati 800 kunjungan orang tua dan anakanaknya
ke rumah sakit anak di Los Angeles. Selama 14 hari mereka
mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk memastikan apakah
ibu-ibu tersebut melaksankan nasihat-nasihat yang diberikan
dokter, mereka menemukan bahwa ada kaitan yang erat
antara kepuasaan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa
jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan
antara lamanya konsultasi dengan kepuasaan ibu. Jadi
konsultasi yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif
jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas
interaksi.

37
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt (dalam
Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran yang
dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan
kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka.
Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatu
usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Mereka
menggambarkan kegunaan model tersebut dalam suatu
penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk
pasien hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal
ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi program
pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan
cairan, pengobatan, dialisa. Pasien-pasien tersebut
diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka dengan
menggunakan suatu model. Hartman dan Becker
menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang
utama dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal
dari kepatuhan terhadap pengobatan.

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
 Tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon 1 rendah yakni
sebanyak 68%
 Jenis kelamin perempuan memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih dominan dibanding laki-laki dengan 64%
 Kategori umur 60-69 tahun memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih dominan dibanding kategori umur lainnya dengan 48%
 Prevalensi hipertensi tertinggi pada tingkat pendidikan lulus
Sekolah Dasar dengan 40% dibanding tingkat pendidikan lainnya
 Penggunaan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah

B. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kelompok yang lebih
besar dengan metode penelitian observasi langsung, Perlu adanya
penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan
terapi pada hipertensi

39
DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, A. & Amzat, J. (2011). Knowledge of hypertension among the staff of


university of ibadan, nigeria.Diambil pada 12 maret 2012 dari
http://www.academicjournals.org/jphe/PDF/pdf2011/May/Abdullahi%20a
nd%20Amzat.pdf

Aisyah, S. & Novianti, I. (2004). Gambaran tingkat pengetahuan klien hipertensi


tentang pengontrolan diet yang dianjurkan di rumah sakit UKI, Jakarta
Timur. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Depok.

Arum, T. (2001). Hubungan antara pengetahuant tentang hipertensi dengan


tingkat konsumsi gizi dan kaitannya dengan tekanan darah pada penduduk
wanita dewasa di desa sawojajar kecamatan wanasari kabupaten brebes.
Diambil pada 12 maret 2012 dari
http://eprints.undip.ac.id/13606/1/1133.pdf
Astuti, E. (2009). Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan tentang hipertensi masyarakat di RT 12, RW 05, Kelurahan
Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tidak
dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Ambarita, et al. (2010). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja
terhadap bahaya merokok di SMK Jaya Kelapa Gading Timur Jakarta
Utara. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Uni versitas
Indonesia. Depok.
Csanyi, et al. (2002). Influence of hypertension and smoking as the single vascular
risk factors onthe intima-media thickness. European Journal of
Epidemiology.
Delamater. A.M,2006, Improving Patient Adherence, Clinical Diabetes 24 (2): 71-
72,75-77
Dhuha, S. (2011). Prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Diambil pada
1 oktober 2011 http://www.today.co.id/read/2011/02/26/13140/astaga_
prevalensi_hiperten si_di_indonesia_sangat_tinggi
Elshatarat, R. (2010). Knowledge, attitudes, and beliefs about smoking in jordian
men who are smokers and hospitalized with a cardiovaskular diagnosis.
Diambil pada 20 desember 2011 dari
http://search.proquest.com/docview/737520948/13
3ED29572729B3E15A/1?accountid=17242
Faisal, & Evi, S. (2009). Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya rokok
pada usia remaja di RW 09 Pondok Cina depok. Tidak dipublikasikan.
Fakultas Ilmu Keperawatan Uni versitas Indonesia. Depok.
Ginting, M. (2008). Determinan tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit
hipertensi di kecamatan belawan. Diambil pada 12 maret 2012 dari
http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=5925
& task=view
Herawati, M., & Suamrtono, W. (2007). Smoking and socio-demographic risk
factors of Hipertensi and Stroke among middle-aged and elderly Indonesian

40
men. Diambil pada1oktober 2011 dari http://www.litbang.depkes.go.id
/simnas6/materi/PEMBIAYAAN_KES/abstrak_smoking_and_socio_demo
graphic.pdf
Husaini, A. (2007). Tobat Merokok, rahasia dan cara empatik berhenti merokok.
Depok: Pustaka Iman.
Ian, PA., dan Marcus, M. (2011). Psikologi Kesehatan Yogyakarta : Pallmall
Kozier, Erb. (2010). Fundamental of Nursing. Jakarta:EGC
Kozlowski, et al. (2001). Cigarettes, nicotine, and health. California: Sage
Publications.
Lemeshow, S., David, H. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan
(terjemahan). Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Mayo Clinic Staff. (2012). High blood pressure (hypertension). Diambil pada 26
maret 2012 dari http://www.mayoclinic.com/health/high-blood
pressure/DS00100 /METHOD=print&DSECTION=all
Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan rokok. Diambil pada 2 Januari 2012 dari
http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm
Narkiewicz, K. (2005). Obesity and hypertension—the issue is more complex than
we thought. Diambil pada 26 maret 2012 dari
http://ndt.oxfordjournals.org/content/21/2/264.full
Niven, Neil.2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan pengantar untuk perawat dan
profesi kesehatan lain. Edisi 2. Jakarta:EGC
Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Osterberg, L., dan Blaschke, T., 2005, Adherence to Medication, The New England
Journal of Medication. 353, 487-97.
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik.(4th Ed). Jakarta : EGC.
Prawira, B. (2011). Jumlah Perokok di Indonesia Meroket. Diambil pada 1 oktober
2011 dari http://nad.bkkbn.go.id/berita/423/.

Rahmouni, et al. (2004). Obesity-associated hypertension. Diambil pada 26 maret


2012 dari http://hyper.ahajournals.org/content/45/1/9.abstract

Reckelhoff, J. (2001). Gender differences in the regulation of blood pressure.


Diambil pada 25 maret 2012 dari http://hyper.ahajournals.org
/content/37/5/1199.abstract?ijkey=7197ae0e8c20c51dd105b2142a74d4
e96ed839d&keytype2=tf_ipsecsha

41
Rosmala, et al (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
remaja di SMPAs-Syafuyah 06 Bekasi. Tidak dipublikasikan. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.

Sa’adah, M. (2009). Determinan perilaku merokok pada mahasiswi Universitas


Indonesia tahun 2009. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Depok.

Sherwood, L. (2001). Human physiolog: from cells to system (2nd edition). (Pendit,
Penerjemah). Jakarta:EGC. (Sumber asli diterbitkan 1996)

Siburian. (2005). Perlu perhatian khusus bagi lansia penderita hipertensi. Diambil
pada 24 oktober 2011 dari http://www.waspada.co.id
/cetak/index.php?article.

Smeltzer, S., Bare, B. (2002). Brunner and Sudarth’s textbook of medical surgical
nursing (8th edition). (Ester, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott.

Smet Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo

Stanley, M., Beare, P. (2002). Gerontological nursing: a health


promotion/protection approach (2nd edition. (Juniarti & Kurniangsih ,
Penerjemah). Philadelphia: F.A Davis Company. (Sumber asli
diterbitkan 1999).

WHO. (2011). Hypertension fact sheet. Department of Sustainable Development and


Healthy Environments. Diambil pada 12 maret dari
http://www.searo.who.int/linkfiles/non_communicable_diseases_hypert
en sion-fs.pdf

42

Anda mungkin juga menyukai