Disusun oleh:
2017
1
Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sewon 1
Disusun oleh:
Disetujui oleh :
2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karta Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah faktor risiko utama dari penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap
negara. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, temasuk Indonesia.
5
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah menetap dimana tekanan
darah berada pada atau lebih tinggi dari 140/90.
6
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, perumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon I
Bantul?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Sewon I Bantul.
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui obat antihipertensi yang diberikan
pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon I
Bantul
b) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
jenis kelamin pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
c) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
umur pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas
Sewon I Bantul
d) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
tingkat pendidikan pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
e) Untuk mengetahui stadium tekanan darah
berdasarkan tingkat kepatuhan meminum obat antihipertensi
pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas Sewon I
Bantul
7
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui
gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon I Bantul.
b. Bagi klinisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
tentang gambaran tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi
pada masyarakat sehingga di masa mendatang, dapat
menindaklanjuti permasalahan tentang kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada masyarakat.
c. Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi.
E. Keaslian Penelitian
Judul Pengarang / Hasil Penelitian Perbedaan
Sumber / Tahun
Faktor-faktor Lily Widianto Didapatkan 9 Pada penelitian
yang / Universitas partisipan tersebut, juga
mempengaruhi Mulawarman / dengan dibahas
pasien 2013 kepatuhan mengenai
hipertensi rawat sedang dan factor-faktor
jalan tidak patuh rendah yang yang
minum obat terdiri dari 6 berpengaruh
antihipertensi perempuan dan 3 terhadap
Puskesmas laki-laki. Faktor kepatuhan dari
Sempaja yang penggunaan
Samarinda : teridentifikasi obat
Sebuah adalah factor antihipertensi
penelitian pasien:merasa pada partisipan.
Kualitatif sehat, malas
minum obat,
takut
terdiagnosis,
8
merasa
pengobatan
tidak manjur,
tidak teliti, takut
efek samping
obat. Factor obat
: menggunakan
obat tradisional
bersamaan atau
menggantikan
obat
antihipertensi.
9
memiliki
hubungan yang
signifikan
dengan tekanan
darah terkontrol
Profil kepatuhan Alfindra Hasil penelitian Pada penelitian
minum obat Sepalawandika/ menunjukkan tersebut, juga
antihipertensi di Universitas hanya 4,2% dibahas
lingkungan Tarumanegara/ responden yang mengenai
Universitas 2015 memiliki factor-faktor
Tarumanegara kepatuhan yang
periode Juli- meminum obat berpengaruh
Desember 2015 yang tinggi, terhadap
sedangkan kepatuhan dari
95,8% penggunaan
responden obat
memiliki antihipertensi
kepatuhan pada partisipan.
meminum obat
yang rendah.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi,
antara lain :
motivasi, sikap
negative,
hubungan dokter
pasien,
kompleksitas
pengobatan, rasa
obat, pelayanan
kesehatan,
efektifitas
waktu,
dukungan sosial,
masalah
finansial.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Potter dan Perry (2006),
hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara persisten, dimana diagnose hipertensi
pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana
lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg. WHO (2011), menetapkan
kategori tekanan darah sebagai berikut:
Tabel 1 Level Tekanan Darah
Level Tekanan Darah
Normal Sistolik : dibawah 120 mmHg
Diastolik: dibawah 80 mmHg
Risiko (prehipertensi) Sistolik : 120-139 mmHg
Diastolik: 80-89 mmHg
Sistolik : Lebih tinggi atau pada 140
Hipertensi mmHg
Diastolik: Lebih tinggi atau pada 90
mmHg
2. Klasifikasi Hipertensi
Berikut adalah tabel klasifikasi hipertensi pada individu
berumur 18 tahun ke atas menurut laporan Joint National Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Preasure 7
11
Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi
a. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko mengalami cardiovascular disease and
hypertension (CVDH) daripada wanita. Akan tetapi, setelah wanita
mengalami menopause maka insiden terjadi CVDH akan cenderung
sama pada wanita dan pria (Reckelhoff, 2001)
12
b. Usia
Umumnya lansia mengalami peningkatan tekanan darah.
Hal ini dapat disebabkan pembuluh darah yang tersumbat oleh
penimbunan lemak atau pembuluh darahnya menjadi kaku
karena proses penuaan (Stanley & Beare, 2002).
c. Obesitas
Dalam penelitian Narkiewicz (2005), berat badan yang
berlebih akan meyebabkan ketidakseimbangan metabolisme
dimana hal tersebut dapat menimbulkan chronic kidney
diseases (CKD) yang berakibat tmbulnya peningkatan darah
(hipertensi). Penelitian Rahmouni et al (2004) juga menemukan
bahwa obesitas dapat menyebabkan disfungsi pada endotel
sehingga menyebabkan hipertensi.
d. Pola makan
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), banyak makan
makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan
bumbu penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini
disebabkan karena makanan tersebut banyak mengandung
natrium yang bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah,
sehingga beban kerja jantung untuk memompa darah meningkat
dan mengakibatkan hipertensi. Konsumsi alkohol dan kopi
berlebihan juga mengakibatkan hipertensi. Efek alkohol dan
kopi terhadap tekanan darah masih belum begitu jelas, namun
diduga ada kaitannya dengan perangsangan saraf otonom
simpatis dan pengaruh hormon kortisol; yang keduanya dapat
menghasilkan efek peningkatan tekanan darah.
e. Rokok/Tembakau
Gas CO yang dihasilkan oleh rokok mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam
sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen
(Kozlowski, et al., 2001). Akibatnya, sel tubuh menjadi
13
kekurangan oksigen dan akan berusaha meningkatkan oksigen
melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut
(spasme). Bila proses spasme berlangsung lama dan terus
menerus, akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak dengan
terjadinya aterosklerosis.
14
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), sebagian orang yang
menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan sakit kepala yang
terasa tumpul, perdarahan lewat hidung (mimisan) yang semakin
sering, atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun tidak sedikit
pula orang yang tidak mengalami gejala apapun, walaupun tekanan
darahnya telah mencapai tingkat yang membahayakan (tekanan
sistolik di atas 160 mmHg atau tekanan diastolik di atas 100 mmHg).
15
a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension); yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi sayur, dan
produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan garam sampai
dengan 6 gram NaCl (garam dapur) per hari. Jangan lupakan penurunan
berat badan. Pertahankan berat badan dalam kisaran ideal, yaitu dalam
kisaran indeks massa tubuh 18,5 sampai dengan 24,9. Dari upaya
penurunan berat badan, diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun
5-20 mmHg per penurunan sebanyak 10 kg. Sedangkan dari diet,
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2-14 mmHg.
b. Aktivitas fisik
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik, selama
minimal 30 menit per hari, dan harus dilakukan setidak-tidaknya 4-5
hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga yang baik adalah
jalan cepat (brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat
turun 4-9 mmHg.
16
c. Meyakinkan spigmanometer siap pakai, untuk tensimeter air
raksa yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
manset, menutup katup balon/ tabung tekanan, memka kunci
reservoir
d. Menyingsingkan lengan baju keatas
e. Palpasi arteri brachial, menempatkan manset kurang lebih 1
inci (2,5cm) diatas sisi denyut arteri brachial
f. Palpasi arteri brachial sambil memompa 20-30 mmHg diatas
skala yang menunjukan bahwa denyutan sudah tidak teraba
g. Memasang stetoskop di telinga pemeriksa dan pastikan
bahwa bunyi terdengar dengan jelas
h. Meletakkan diafragma stetoskop diatas nadi brachial tanpa
menekan
i. Membuka katup tabung tekanan / balon secara perlahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik
j. Mencatat bunyi detak yang pertama kali terdengan jelas
(korokoff 1) sebagai tekanan sistolik dan bunyi detak
terakhir (korokoff V) sebagai tekanan diastolic
k. Mengempiskan manset dengan melonggarkan pompa secara
cepat dan total
l. Bila ingin mengulang pengukuran, tunggu 30 detik dan
elngan ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah
m. Melepas manset
n. Mengembalikan posisi pasien yang nyaman
o. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada pasien
p. Merapikan alat dan lingkungan
q. Mencuci tangan setelah tindakan
r. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
b. Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
17
compliance, adherence, dan persistence. Compliance adalah secara
pasif mengikuti saran dan perintah dokter untuk melakukan terapi yang
sedang dilakukan (Osterberg & Blaschke dalam Nurina, 2012).
Adherence adalah sejauh mana pengambilan obat yang diresepkan oleh
penyedia layanan kesehatan.
18
pula (dalam Tritiadi, 2007) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan
(compliance atau adherence) sebagai: “tingkat pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh
orang lain”.
19
h. Kerumitan , efek samping yang diajukan
i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan
menjadi sulit dilakukan
j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan
dengan penyediaan layanan kesehatan
20
jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas
interaksi.
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt (dalam
Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran yang
dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan
kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka.
Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatu
usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Mereka
menggambarkan kegunaan model tersebut dalam suatu
penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk
pasien hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal
ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi program
pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan
cairan, pengobatan, dialisa. Pasien-pasien tersebut
diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka dengan
menggunakan suatu model. Hartman dan Becker
menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang
utama dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal
dari kepatuhan terhadap pengobatan.
21
3. Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan
Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2000)
mengusulkan rencana untuk mengatasi ketidakpatuhan
pasien antara lain:
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak
dari pasien yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk
mematuhi nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu
ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama
serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek
negatif pada penderita sehingga awal mula pasien
mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak patuh.
Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan,
sehingga perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan
hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga
mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi
diri dan penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan
dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku harus dilakukan
antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan agar
terciptanya perilaku sehat.
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan
sahabat dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan
faktor-faktor penting dalam kepatuhan pasien. Contoh yang
sederhana, tidak memiliki pengasuh, transportasi tidak ada,
anggota ke luarga sakit, dapat mengurangi intensitas
kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu,
mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidaktaatan dan
mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung
untuk mencapai kepatuhan.
22
4. Cara-cara Meningkatkan Kepatuhan
Smet (1994) menyebutkan beberapa strategi yang dapat
dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, antara lain:
a. Segi Penderita
Usaha yang dapat dilakukan penderita diabetes mellitus
untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
yaitu:
1. Meningkatkan kontrol diri. Penderita harus
meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan
ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena
dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita
akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam
menjalani pengobatan. Kontrol diri dapat dilakukan
meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan
emosi.
2. Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya
muncul sebagai prediktor yang penting dari
kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri
mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan
yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.
3. Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya
pengetahuan atau informasi berkaitan dengan
kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk
mencari informasi mengenai penyakitnya dan terapi
medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari
berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau
melalui program pendidikan di rumah sakit.
Penderita hendaknya benar-benar memahami tentang
penyakitnya dengan cara mencari informasi
penyembuhan penyakitnya tersebut.
4. Meningkatkan monitoring diri. Penderita harus
melakukan monitoring diri, karena dengan
23
monitoring diri penderita dapat lebih mengetahui
tentang keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam
darahnya, berat badan, dan apapun yang
dirasakannya.
b. Segi Tenaga Medis
Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar
penderita untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan
adalah memperbaiki komunikasi antara dokter
dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk
menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi
yang efektif dengan pasien.
2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien
tentang penyakitnya dan cara pengobatannya.
Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang
yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa
yang ia katakan secara umum diterima sebagai
sesuatu yang sah atau benar.
3. Memberikan dukungan sosial. Tenaga kesehatan
harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain
itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan
dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga
akan meningkatkan kepatuhan, Smet (1994)
menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa
diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan
nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.
4. Pendekatan perilaku. Pengelolaan diri yaitu
bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola
dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku
kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan
24
keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam
menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan.
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan desain
penelitian survei. Penelitian survei digunakan untuk mengukur gejala yang ada
tanpa menyelediki alasan gejala tersebut ada. Penelitian jenis ini ditujukan
untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi.
26
lingkup penelitian. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka dalam
penelitian ini juga disusun kriteria inklusi dan ekslusi:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang datang ke poliklinik umum pada tanggal 31 Oktober
2017 hingga 2 November 2017.
2) Pasien yang telah mendapatkan obat antihipertensi minimal 1
bulan
b. Kriteria eksklusi:
1) Peserta yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini
2) Peserta yang tidak mengisi semua poin kuesioner penelitian ini
3. Hitung Besar Sampel
Z2 α/2 P (1−P)
n=
d2
Keterangan:
n = ukuran sampel
= 25 orang (minimal)
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
Menurut Notoadmojo (2012), variabel adalah suatu ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki. Berikut variabel-variabel pada penelitian ini:
27
a. Variabel bebas (independent): kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi
b. Variabel tergantung (dependent): pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Sewon 1 Bantul
2. Definisi operasional
Definisi operasional yaitu suatu pengertian untuk membatasi ruang
lingkup atau variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional bertujuan
memudahkan pengukuran hubungan antar variabel yang masih bersifat
konseptual.
Tabel 3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan
asimptomatik yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara
persisten, dimana diagnose hipertensi
pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih
tinggi atau pada 140/90 mmHg
Kepatuhan Sejauh mana upaya dan perilaku seorang
individu menunjukkan kesesuaian
dengan peraturan atau anjuran yang
diberikan oleh professional kesehatan
untuk menunjang kesembuhannya
E. Instrumen Penelitian
1. Alat tulis
2. Kuesioner Morisky Modification Scale (MMS)
3. Sphygmomanometer
F. Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian berupa data primer, yaitu data
yang dikumpulkan dan diolah oleh peneliti. Pada penelitian ini metode
pengumpulan data dilakukan melalui survei. Berikut adalah gambaran singkat
tahap pengumpulan data yang akan dilakukan:
1. Penentuan instrumen penelitian
a. Peneliti mencari kuesioner yang telah tersedia dan tervalidasi
b. Peneliti mengadopsi kuesioner tersebut sesuai sampel yang
digunakan
28
2. Pengisian kuesioner
a. Peneliti membagikan kuesioner kepada sampel penelitian
b. Peneliti memberikan penjelasan kepada sampel penelitian
mengenai tata cara pengisian
c. Sampel penelitian mengisi kuesioner
d. Sampel penelitian mengumpulkan kuesioner kepada peneliti
3. Pengolahan dan analisis data
a. Peneliti mengelompokkan kuesioner berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi sampel
b. Peneliti melakukan pendataan kuesioner
c. Peneliti mengolah data kuesioner yang telah terkumpul
G. Alur penelitian
Alur pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah:
Peserta mengisi
Peneliti
Kuesioner kuesioner dengan
menjelaskan cara
dikumpulkan pendampingan
mengisi kuesioner
peneliti
Kuesioner dipilih
berdasarkan
Pengolahan data Analisis data
kriteria eksklusi
sampel
29
H. Analisis Data
Data yang akan didapatkan dari penelitian ini yaitu berupa data
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berhubungan dengan
angka. Analisa data penelitian yang digunakan yaitu analisis univariate.
Menurut Notoadmodjo (2012), analisis ini bertujuan mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Penilaian skor kepatuhan dari
kuesioner skor nilai kepatuhan didapat dari jumlah seluruh skor
pasien dari pertanyaan nomer 1-8. Dengan range skor 0-8
Tabel 4. Skoring kuesioner tingkat kepatuan penggunaan obat
antihipertensi
30
BAB IV
A. Hasil
1. Data Responden
Berdasarkan pengambilan responden penelitian ini terdapat 25
kuisioner yang terisi lengkap dan kemudian dapat kita analisis hasilnya.
Responden berasal dari pasien instalasi rawat jalan/poli umum di
wilayah kerja Puskesmas Sewon I yang datang berobat pada tanggal 31
Oktober 2017 hinggan 2 November 2017 di Puskesmas Sewon I.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan data responden, yaitu :
Tabel 6. Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Jenis Kelamin Jumlah Presentase(%)
Laki-laki 9 36
Perempuan 16 64
31
terjadi pada kategori usia 60-69 tahun dengan persentase sebesar 48 %
sedangkan prevalensi hipertensi pada kategori usia 40-49 tahun, 50-59 tahun,
dan >70 tahun masing-masing adalah 20%, 16%, dan 16%. Dari data penelitian
ini diketahui pasien pada kategori usia 60-69 tahun sebesar 48% banyak yang
menderita hipertensi, hal ini dikarenakan perempuan mengalami menopause
sehingga terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Kondisi tubuh yang makin tua dapat memicu serangan
hipertensi, semakin tua usia maka pembuluh darah akan berkurang
elastisitasnya sehingga pembuluh darah cenderung menyempit akibatnya
tekanan darah akan meningkat (Khomsan A, 2005).
Tabel 9. Karakteristik Pasien Berdasarkan Katagori Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Tingkat Jumlah Presentase (%)
Pendidikan
Tidak bersekolah 2 8
Lulus SD 10 40
Lulus SMP 3 12
Lulus SMA 10 40
Lulus PT 0 0
B. Karakteristik Pengobatan
Tabel 10. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan dan digunakan
pada pasien hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31 Oktober-2 November 2017
Nama Obat Jumlah Presentase (%)
Captopril 10 34,7
Amlodipin 15 51,7
Candesartan 2 6,7
32
Herbesser 1 3,4
Irbesartan 1 3,4
C. Penilaian Kepatuhan
Tingkat kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
factor sosial-ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor terapi
dan factor penyakit. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah tentang kepatuhan
pasien tidak sepenuhnya terdapat pada pasien, namun juga dilakukan pembenahan pada
system kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan (WHO, 2003). Ketidakpatuhan
terhadap terapi merupakan kontributor utama gagalnya control tekanan darah pada
pasien hipertensi. Semakin tinggi tingkat ketidakpatuhan pasien akan sejalan dengan
semakin tinggi risiko komplikasi.
Tabel 11. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan dan digunakan
pada pasien hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31 Oktober-2 November 2017
Keterangan Frekuensi Presentase
(Ya) (%)
Apakah bapak/ibu terkadang lupa minum obat? 14 56
Selama dua minggu terakhir, adakah bapak/ibu pada 13 52
suatu hari tidak meminum obat?
Apakah bapak/ibu pernah mengurangi atau 13 52
menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu
ke dokter karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak
nyaman saat menggunakan obat?
33
Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan 9 36
rumah, apakah bapak/ibu terkadang lupa untuk
membawa serta obat?
Apakah bapak/ibu kemarin meminum semua obat? 15 60
Saat merasa keadaan membaik, apakah bapak/ibu 15 60
terkadang memilih untuk berhenti meminum obat?
Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus 10 40
meminum obat setiap hari, apakah bapak/ibu pernah
merasa terganggu karena keadaan seperti itu?
Tabel 12. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale
Seberapa sering anda lupa Frekuensi Presentase (%)
meminum obat?
Tidak pernah 6 24
Sekali-sekali 0 0
Terkadang 19 76
Biasanya 0 0
Setiap saat 0 0
34
Berdasarkan penilaian Morisky Scale, pasien yang tidak pernah atau jarang
sekali lupa minum semua obat mencatatkan persentase sebesar 24%. Pasien yang
terkadang lupa minum semua obat pula mencatatkan persentase 76 %. Untuk perbedaan
antara sekali-sekali dan terkadang adalah dalam intensitasnya sekali-kali lebih jarang
dari terkadang (Tabel 12).
Tabel 13. Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale. Skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)
35
Tabel 14. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale
36
merupakan pasien yang patuh terhadap terapinya. Pengamatan yang singkat
dan tidak terus menerus ini tidak bisa menggambarkan hubungan antara tingkat
kepatuhan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah.
C. Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat
digolongkan menjadi empat bagian:
37
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt (dalam
Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran yang
dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan
kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka.
Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatu
usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Mereka
menggambarkan kegunaan model tersebut dalam suatu
penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk
pasien hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal
ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi program
pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan
cairan, pengobatan, dialisa. Pasien-pasien tersebut
diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka dengan
menggunakan suatu model. Hartman dan Becker
menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang
utama dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal
dari kepatuhan terhadap pengobatan.
38
BAB V
A. Kesimpulan
Tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon 1 rendah yakni
sebanyak 68%
Jenis kelamin perempuan memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih dominan dibanding laki-laki dengan 64%
Kategori umur 60-69 tahun memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih dominan dibanding kategori umur lainnya dengan 48%
Prevalensi hipertensi tertinggi pada tingkat pendidikan lulus
Sekolah Dasar dengan 40% dibanding tingkat pendidikan lainnya
Penggunaan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah
B. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kelompok yang lebih
besar dengan metode penelitian observasi langsung, Perlu adanya
penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan
terapi pada hipertensi
39
DAFTAR PUSTAKA
40
men. Diambil pada1oktober 2011 dari http://www.litbang.depkes.go.id
/simnas6/materi/PEMBIAYAAN_KES/abstrak_smoking_and_socio_demo
graphic.pdf
Husaini, A. (2007). Tobat Merokok, rahasia dan cara empatik berhenti merokok.
Depok: Pustaka Iman.
Ian, PA., dan Marcus, M. (2011). Psikologi Kesehatan Yogyakarta : Pallmall
Kozier, Erb. (2010). Fundamental of Nursing. Jakarta:EGC
Kozlowski, et al. (2001). Cigarettes, nicotine, and health. California: Sage
Publications.
Lemeshow, S., David, H. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan
(terjemahan). Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Mayo Clinic Staff. (2012). High blood pressure (hypertension). Diambil pada 26
maret 2012 dari http://www.mayoclinic.com/health/high-blood
pressure/DS00100 /METHOD=print&DSECTION=all
Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan rokok. Diambil pada 2 Januari 2012 dari
http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm
Narkiewicz, K. (2005). Obesity and hypertension—the issue is more complex than
we thought. Diambil pada 26 maret 2012 dari
http://ndt.oxfordjournals.org/content/21/2/264.full
Niven, Neil.2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan pengantar untuk perawat dan
profesi kesehatan lain. Edisi 2. Jakarta:EGC
Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Osterberg, L., dan Blaschke, T., 2005, Adherence to Medication, The New England
Journal of Medication. 353, 487-97.
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik.(4th Ed). Jakarta : EGC.
Prawira, B. (2011). Jumlah Perokok di Indonesia Meroket. Diambil pada 1 oktober
2011 dari http://nad.bkkbn.go.id/berita/423/.
41
Rosmala, et al (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
remaja di SMPAs-Syafuyah 06 Bekasi. Tidak dipublikasikan. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Sherwood, L. (2001). Human physiolog: from cells to system (2nd edition). (Pendit,
Penerjemah). Jakarta:EGC. (Sumber asli diterbitkan 1996)
Siburian. (2005). Perlu perhatian khusus bagi lansia penderita hipertensi. Diambil
pada 24 oktober 2011 dari http://www.waspada.co.id
/cetak/index.php?article.
Smeltzer, S., Bare, B. (2002). Brunner and Sudarth’s textbook of medical surgical
nursing (8th edition). (Ester, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott.
42