Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI (ANEMIA)

OLEH :
LUH DE NOVITARIANI
203213205
A14-A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu
kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencerminkan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah
oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya
jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan
merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari (Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
2. Etiologi
Penelitian Mairita, Arifin, & Fadilah (2018) menjelaskan bahwa penyebab anemia
dapat dibagi menjadi dua jenis. Penyebab yang pertama menjelaskan bahwa penyebab
utama anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah atau terjadinya
gangguan dalam pembentukan sel darah merah dalam tubuh. Berkurangnya sel darah
merah secara signifikan dapat disebabkan oleh terjadinya perdarahan atau hancurnya sel
darah merah yang berlebihan. Dua kondisi yang dapat memengaruhi pembentukan
hemoglobin dalam darah, yaitu efek keganasan yang tersebar seperti kanker, radiasi, obat-
obatan dan zat toksik, serta penyakit menahun yang melibatkan gangguan pada ginjal dan
hati, infeksi, dan defisiensi hormon endokrin.
Penelitian Simamora, Kartasurya, & Pradigdo (2018) menyatakan bahwa terdapat
tiga faktor yang melatarbelakangi kejadian anemia, yang pertama adalah penyebab
langsung. Penyebab langsung dari anemia adalah kurangnya kadar zat besi dalam darah
dan kondisi tubuh yang terinfeksi penyakit. Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan
karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi. Kecacingan dan malaria
merupakan penyakit infeksi yang dapat meningkatkan risiko anemia pada seseorang.
Penyebab kedua adalah penyebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga,
tingginya aktivitas, dan kurang tepatnya pola distribusi makanan dalam keluarga. Penyebab
ketiga yaitu penyebab mendasar. Penyebab mendasar terdiri dari rendahnya pendidikan,
pendapatan yang rendah, rendahnya status sosial dan sulitnya lokasi geografis tempat
tinggal.
Penelitian Simamora, Kartasurya, & Pradigdo (2018) menambahkan bahwa tingkat
pendidikan merupakan salah satu sebab mendasar yang dapat mengakibatkan kejadian
anemia. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan memengaruhi tingkat pengetahuan
terhadap asupan gizi yang harus dipenuhi dalam setiap harinya. Pemahaman yang baik
terhadap asupan gizi yang cukup akan berdampak pada pola makan yang baik sehingga
dapat mencegah kejadian anemia di masyarakat, khususnya pada remaja putri sebagai
kelompok rawan anemia.
3. Epidemiologi
Anemia adalah masalah yang dihadapi secara global. World Health
Organization (WHO) mencatat, secara global pada tahun 2011, terdapat lebih dari 273 juta
anak usia 6-59 bulan menderita anemia dengan 9.6 juta diantaranya merupakan anemia
berat, lebih dari 496 juta wanita tidak hamil usia 15-49 tahun menderita anemia dengan
19.4 juta diantaranya merupakan anemia berat, dan 32.4 juta wanita hamil usia 15-49 tahun
menderita anemia dengan 800 ribu diantaranya merupakan anemia berat. Kurang lebih 50%
dari angka ini berkaitan dengan defisiensi besi (anak: 42%, wanita tidak hamil 49%, dan
wanita hamil 50%. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013, di Indonesia terdapat
21,7% anak ≥1 tahun, 28.1% balita 12-59 bulan, dan 37.1% ibu hamil mengalami anemia.
Kematian pada anemia sering kali terjadi karena komplikasi dan anemia berat. Anemia
dalam kehamilan meningkatkan resiko kematian ibu dan neonatus. Pada tahun 2013, secara
global, tercatat sekitar 3 juta kematian kematian ibu dan bayi karena anemia. Prevalensi
kematian karena anemia berat pada anak dan wanita adalah 0.9%-1.5%. Salah satu studi
meta-analisis menunjukkan kenaikan Hb 1 g/dL dapat menurunkan kematian bayi
sebanyak 1.8 juta. Anemia defisiensi besi sendiri menyebabkan sekitar 90.000 kematian di
negara berkembang dan menyebabkan sekitar 1,6 kematian per 100.000 penduduk di
Amerika Serikat
4. Patofisiologi
Pada anemia akibat produksi yang berkurang atau gagal , tubuh memproduksi sel
darah yang terlalu sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan
baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi
kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan sumsum
tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
Anemia akibat penghancuran sel darah merah. Bila sel darah merah yang beredar
terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah
akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia
hemolitik yang diketahui atara lain Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia,
Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapajenis mak anan,
Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis, Autoimun, Pemasangan graft, pemasangan
katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan
thrombosis.
Anemia akibat kehilangan darah dapat terjadi pada perdarahan akut yan g hebat
ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau
kanker saluran pencernaan ), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau
gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.
1. Patway Anemia

Pendarahan masif Eritrosit prematur Defisiensi besi, Depresi sumsum


B12, asam folat tulang kongenital
atau akibat obat-
Kehilangan banyak obatan
Umur erirosit
darah Kekurangan bahan
pendek akibat
baku pembuat sel
penghancuran sel
darah merah Pembentukan sel
Tranfusi darah darah merah
hemopoetik terhenti
atau berkurang
Hb menurun (<10 g/dL),
Ansietas
trombosit/trombositopenia, pansitopenia Resiko Infeksi

Gastrointestinal Kardiovaskuler

Gangguan absorbsi Pengurangan aliran darah dan


nutrient yang komponennya ke organ tubuh yang
diperlukan untuk kurang vital (anggota gerak), penambahan
pembentukan sel aliran darah ke otak dan jantung
darah merah

Lelah, Frekuensi Pengiriman oksigen dan nutrient


Pengiriman oksigen
jantung meningkat sel berkurang
dan nutrient ke sel
berkurang >20% dari kondisi
istirahat
Takikardi, TD menurun, pengisian
kapiler lambat, ekstremitas dingin,
Penurunan BB, palpitasi
kelemahan
Intoleransi
Aktivitas Perfusi Perifer
Tidak Efektif
Defisit Nutrisi
5. Klasifikasi
Klasifikasi anemia juga dapat terbagi lagi berdasarkan karakteristik bentuk sel
darah merah yang diproduksi, yang meliputi Makrositik (sel darah merah besar),
contohnya anemia megaloblastik, anemia defisiensi B12 dan folat, anemia karena penyakit
hati, dan anemia karena hipotiroidisme. Mikrositik (sel darah merah terlalu kecil),
contohnya anemia sideroblastik, anemia defisiensi besi, dan thalasemia. Normositik (sel
darah merah berukuran normal), contohnya anemia karena perdarahan (anemia
hemoragik), anemia karena penyakit kronis atau infeksi, anemia
hemolitik autoimun, anemia aplastik. Ada pula yang membagi jenis anemia mengikuti
penyebab mendasarnya, yaitu anemia karena ganguan pembentukan eritrosit di sumsum
tulang, anemia karena perdarahan (kehilangan banyak darah dari dalam tubuh), dan anemia
yang disebabkan oleh proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya.

6. Gejala klinis
Tanda dan gejala anemia yaitu: 1. Gejala umum pada anemia Gejala umum anemia
disebut sindrom anemia. Gejala umum anemia merupakan gejala yang timbul pada semua
anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala
tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena: a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat
lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, saat beraktivitas, gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang, kelemahan otot,
iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada akstermitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tipis
dan halus
2. Gejala khas masing-masing anemia Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis
anemia adalah:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
c. Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
d. Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.
7. Komplikasi
Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat
lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin
lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler
(aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih
banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam darah. Hal
ini menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.
d. Kematian¸ beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat
mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemia yang dapat dilakukan pada pasien Anemia adalah
sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau
g. Transfuse komponen darah sesuai indikasi
h. Terapi besi oral
i. Terapi besi parenteral
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia
a. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita
dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria. .
b. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
c. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
e. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
f. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal
: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
g. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). .
h. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi .
i. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
j. TBC serum : meningkat (DB)
k. Feritin serum : meningkat (DB)
l. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama,
pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,


kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan
dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang
dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post
partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu

1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.

2) Adanya riwayat trauma, perdarahan

3) Adanya riwayat demam tinggi

4) Adanya riwayat ISPA

e. Keadaan kesehatan saat ini

Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi, dan
penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga

1) Riwayat anemia dalam keluarga

2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM,


asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.


2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai
terjadi penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai
lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4) TB dan BB

5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapat perdarahan dibawah kulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi
sklera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra, dan
refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang
keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran

9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah
kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid
membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama
nafas tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan
bias dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum
dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang.
h. Pemeriksaan penunjang

1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar

Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhu bungan dengan anoreksia, diet


yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika
ada.
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
1) Data psikologis

a) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya


b) Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
c) Prosedur medis yang akan dilakukan
d) Adanya sistem dukungan
e) Kemampuan koping
f) Agama, kepercayaan, adat
g) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa yang dapat muncul pada anemia

a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer
menurun, akral teraba dingin, warna kulit pucat dan tugor kulit menurun.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan berat badan menurun miniml 10 % di bawah rentang ideal.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (penurunan hemoglobin)
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan merasa
bingung, merasa khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi, tampak
gelisah, tampak tegang dan sulit tidur.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi Setelah diberikan SIKI: Perawatan Sirkulasi 1. Mengetahui keadaan
perifer tindakan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer umum pasien.
tidak
keperawatan selama (mis. nadi perifer, edema, 2. Gangguan perfusi
efektif
…x 24 jam diharapkan pengisian kapiler, warna, perifer dapat
perfusi perifer efektif suhu) menyebabkan panas,
dengan kriteria hasil: 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri
SLKI: Perfusi Perifer kemerahan, nyeri atau atau bengkak pada
1. Denyut nadi bengkak pada ekstremitas ekstremitas.
prifer dalam 3. Lakukan hidrasi 3. Perubahan status
rentang normal 4. Ajarkan program diet hidrasi
2. Warna kulit tidak untuk memperbaiki menggambarkan
pucat sirkulasi (mis. Rendah berat dan ringannya
3. Pengisian kapiler lemak jenuh, minyak ikan kekurangan cairan
normal < 2 detik omega 3 4. Diet yang seimbang
4. Akral teraba 5. Informasikan tanda dan dapat memperbaiki
hangat gejala darurat yang harus sirkulasi
dilaporkan (mis. Rasa
5. Tugor kulit sakit yang tidak hilang 5. Memberikan

normal <3 detik pengetahuan tentang


saat istirahat, hilangnya
pasien dan keluarga
rasa)
2 Defisit Setelah diberikan SIKI: Manajemen Nutrisi 1. Mengetahui status
nutrisi tindakan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi nutrisi pasien
keperawatan selama 2. Identifikasi kebutuhan 2. Mengetahi penyebab
…x 24 jam diharapkan kalori dan nutrient pemasukan yang
pasien tidak mengalami 3. Fasilitasi menentukan kurang sehingga
defisit nutrsi dengan pedoman diet dapat menentukan
kriteria hasil: (mis.piramida makanan) intervensi yang
SLKI: Status Nutrisi 4. Berikan makanan tinggi sesuai dan efektif
1. Pasien mampu serat untuk mencegah 3. Mempasilitasi pasien
menghabiska 1 konstifasi untuk pedoman diet
porsi makanan 5. Ajarkan diet yang dapat membantu
yang disediakan diprogramkan pasien lebih mudah
2. Tidak 6. Kolaborasi dengan ahli memilh makanan
mengalami gizi untuk menentukan yang di pedomkan
penurunan berat jumlah kalori dan jenis 4. Makanan yang
badan makanan nutrient yang mengandung tinggi
3. Indek masa dibutuhkan. serat dapat
tubuh (IMT) melancarkan BAB
dalam rentang 5. Memberikan arahan
normal tentang diet dapat
membantu pasien
lebih tepat dalam
memilih makanan
yang di konsumsi
6. Membantu dalam
proses penyembuhan
3 Intoleransi Setelah diberikan SIKI: Manajemen Energi 1. Mengidentifikasi
aktivitas tindakan asuhan 1. Monitor kelelahan fisik kekuatan/kelemahan
keperawatan selama dan emosional dapat memberikan
…x 24 jam diharapkan 2. Lakukan latihan gerak informasi mengenai
pasien tidak mengalami pasif dan aktif pemulihan
intoleransi aktivitas 3. Fasilitasi duduk di sisi 2. Mencegah kekakuan
dengan kriteria hasil: tempat tidur jika tidak sendi, kntraktur,
SLKI: Intoleransi dapat berpindah atau kelelahan otot,
Aktivitas berjalan meningkatkan
1. Frekuensi nadi 4. Anjurkan tirah baring kembalinya aktivitas
dalam rentang 5. Anjurkan melakukan secara dini
normal (60- aktivitas secara bertahap 3. Mengoftimalkan
100x/mnt) 6. Kolaborasi dengan ahli energy yang belum
2. Tidak mengeluh gizi tentang cara diginakan
lelah meningkatkan asupan 4. Meningkatkan
3. Tidak makanan kenyamanan istirahat
mengalami serta dukungan
dipsnea saat fisiologis dan
aktivitas fisikologis
4. Tidak 5. Meminimalkan atrofi
mengalami otot meningkatkan
dipsnea setelah sirkulasi dan
aktivitas mencegah terjadinya
5. Pasien tidak kontraktur.
merasa lemah 6. Mempercepat proses
penyembuhan
4 Resiko Setelah diberikan SIKI: Pencegahan Infeksi 1. Mengetahui
infeksi tindakan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala tindakan yang di
keperawatan selama infeksi lokal dan sistemik berikan
…x 24 jam diharapkan 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Meminimalkan
pasien tidak mengalami sesudah kontak dengan resioko infeksi
resiko infeksi dengan pasien dan lingkungan 3. Dapat menambah
kriteria hasil: pasien pengetahuan pasien
SLKI: Tingkat Infeksi 3. Jelaskan tanda dan gejala mengenai infeksi
1. Pasien tidak infeksi 4. Asupan nutrisi yang
mengalami 4. Anjurkan meningkatkan baik dapat
demam dan asupan nutrisi meningkatkan
kemerahan 5. Anjurkan meningkatkan sistem imun
2. Kadar sel darah asupan cairan sehingga
putih dalam meminimalkan
rentang normal terjadinya infeksi
5. Asupan cairan dapat
menetralisisr infeksi

5 Ansietas Setelah diberikan SIKI: Reduksi Ansietas 1. Mengetahui tanda-


tindakan asuhan 1. Monitor tanda-tanda tanda ansietas pada
keperawatan selama …x ansietas (verbal dan pasien
24 jam diharapkan nonverbal) 2. Dapat
pasien tidak mengalami 2. Ciptakan suasana menumbuhkan
ansietas dengan kriteria terapeutik untuk kepercayaan pasien
hasil: menumbuhkan dengan perawat
kepercayaan
SLKI: Tingkat 3. Dengarkan dengan penuh 3. Dapat mengetahui
Ansietas perhatian keluhan dari pasien
1. Pasien tidak 4. Anjurkan keluarga untuk 4. Membantu
kebingungan tetap bersama pasien, jika menenagkan pasien
perlu jika perilaku gelisah
2. Pasien tidak
5. Kolaborasi pemberian obat pasien meningkat
khawatir akibat ansietas jika perlu 5. Meringankan gejala
kondisi yang yang dirasakan
pasien
dihadapi
3. Tidak
menunjukan
perilaku tegang
4. Pola tidur
normal
4. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan yang telah
ditentukan). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya
fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap
pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana k eperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)

5. Evaluasi
Evaluasi dapat di bedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dievaluasi selesai melakukan tindakan, dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan
terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan lanjutan
terhadap masalah nyeri yang di alami oleh pasien.
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespon rangsangan nyeri. Diantaranya:
a. Hilang perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri
c. Adanya respon fisiologis yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Bunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Kardiyudiani, N. I., & Susant, D.A. 2019. Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta:
Pustaka Baru
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Smelzer C Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sugeng Jitowiyono. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Lukman Dwi Priyanto.2018. hubungan umur, tingkat pendidikan, dan aktivitas fisik sa ntriwati
husada dengan anemia.volume 6 nomor 2
TIM Pogja SDKI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
TIM Pogja SDKI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai