NIM : P17240211027
TINGKAT : 2A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2023
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
A. SKEMA
Kehilangan SDM
(sel darah merah) Produksi SDM Penghancuran
SDM
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik auto imun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat
(mengancam jiwa). Terdapat keluhan fatigue dapat terlihat
bersama gagal jantung kongestif danangina. Biasanya
ditemukan ikterus dan splenomegali. Apabila klien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia
Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat
terlihat. Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB
yang bervariasi dari ringan sampai berat (HT<10%)
Retikulositosis biasanya dapat terlihat pada apusan darah
tepi. Pada kasus Hemolisis berat, penekanan pada sumsum
tulang dapat mengakibatkan SDM yang terpecah-pecah
(Mansjoer, 2003 dalamWijaya & Putri, 2013).
2) Anemia hemolitik karena kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik
neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang
terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada
dewasa. Polikromatofilia dan mikrositosis ringan
menggambarkan angka kenaikan retikulosit. Manifestasi
klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan
enzim, defesiensi enzim glutation redukta sekadang-kadang
disertai trombopenia dan leukopenia dan sering disertai
kelainan neorologis.
3) Sferositosis herediter
Sferositosis herediter mungkin menyebabkan penyakit
hemokitik pada bayi baru lahir dan tampak dengan anemia
dan hiperbilirubinemia yang cukup berat keparahan
penyakit pada bayi dan anak bervariasi. Beberapa penderita
tetap tidak bergejala sampai dewasa, sedangkan lainya
mungkin mengalami anemia berat yang pucat, ikterus, lesu
dan intoleransi aktivitas. Bukti hemolisis meliputi
retikulositosis meningkat sampai 6-10g/dl. Angka
retikulositosis sering meningkat samai 6-20% dengan nilai
rata10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran macam-
macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan
sferosis.
4) Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang
membesar. Pada anak yang besar biasanya disertai dengan
keadaan gizi yang jelek dan mukanya memperlihatkan
fasies mongoloid. Jumlah retikulosid dalam darah
meningkat. Temuan laboratorium pada thalasemia HbF >
90% tidak ada Hb A. Pada talasemia anemianya biasanya
tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah terjadi
hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar HB 7-
10g/dl, sediaan hapus darah tepi memperlihatkan tanda-
tanda hipokromia yang nyata dengan anisosotosis dan
poikilositosis.
d. Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai
oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan. Temuan
laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah merah
normositik dan normo kromik artinya ukuran dan warnanya
normal, perdarahan abnormal akibat trombositopenia.
(Suzanne, 2005 dalam Wijaya & Putri, 2013).
V. PENGKAJIAN FOKUS
a. Biodata pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan terakhir, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga. Pada riwayat
kesehatan dahulu yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat
imunisasi
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat TB abses paru
5) Adanya riwayat pielonefritis, gagal ginjal ACD
c. Pemeriksaan fisik head to toe
d. Pemeriksaan penunjang
e. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia,
diet yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang
digunakan jika ada. Pola tidur bisa terganggu. Mandi dan aktifitas :
dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi :
biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi bisa, diare atau
konstipasi. (Wijaya & Putri, 2013)
- Objektif :
1. Pengisian kapiler >3 detik.
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba.
3. Akral teraba dingin.
4. Warga kulit pucat.
5. Turgor kulit menurun.
- Objektif:
1. Edema.
2. Penyembuhan luka lambat.
3. Indeks ankle-brachial < 0,90.
4. Bruit femoral.
3. Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
- Objektif :
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
- Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
4. Intoleransi aktifitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
- Objektif
1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat
- Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis
b. Penyebab
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
- Objektif
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang
X. INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Pola nafas tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
nafas membaik.
Kriteria Hasil :
1) Ventilasi semenit meningkat
2) Kapasitas vital meningkat
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Tekanan ekspirasi meningkat
5) Tekanan inspirasi menigkat
6) Dispnea menurun
7) Penggunaan otot bantu nafas menurun
8) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
9) Ortopnea menurun
10) Pernapasan pursed-lip menurun
11) Pernafasan cuping hidung menurun
12) Frekuensi nafas membaik
13) Kedalaman nafas membaik
14) Ekskursi dada meningkat
- Observasi
- Terapeutik
12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
- Kolaborasi
- Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang
cidera
7. Lakukan pencegahan infeksi
8. Lakukan perawatan kaki dan kuku
9. Lakukan hidrasi
- Edukasi
10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga ruti
12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbaka
13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol, jika perlu
14. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratu
15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat bet
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis:
melembabkan kulit kering pada kaki
17. Anjurkan program rehabilitasi vaskula
18. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
3. Defisit Nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan istatus
nutrisi membaik
Kriteria Hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot penguyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Serum albumin meningkat
5) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
6) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
7) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
8) Pengetahuan tentang asupan nutrisi yang sehat meningkat
9) Penyiapan dari penyimpanan makanan yang sehat meningkat
10) Penyiapan dari penyimpanan minuman yang sehat meningkat
11) Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan Kesehatan
meningkat
12) Perasaan cepat kenyang menurun
13) Nyeri abdomen menurun
14) Sariawan menurun
15) Rambut rontok menurun
16) Diare menurun
- Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Edukasi
16. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Intoleransi aktifitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Kecepatan berjalan meningkat
4) Jarak berjalan meningkat
5) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
6) Kekkuatan tubuh bagian bwah meningkat
7) Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
8) Keluhan Lelah menurun
9) Dispnea saat aktivitas menurun
10) Dispnea setelah aktifitas menurun
11) Perasaan lemah menurun
12) Aritmia saat aktivitas menurun
13) Aritmia setelah aktivitas menurun
14) Sianosis menurun
15) Warna kulit membaik
16) Tekanan darah membaik
17) Frekuensi napas membaik
18) EKG lskemia membaik
- Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
- Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
- Terapeutik
4. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat, rileks,
privasi
5. Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat gigi, dan sabun mandi
6. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandir
7. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan dir
9. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
- Edukasi
10. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Mengetahui,