Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

NAMA : YULIANA WAHYU PRATIWI

NIM : P17240211027

TINGKAT : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2023
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : YULIANA WAHYU PRATIWI


NIM : P1724021107
RUANG : MAWAR

MASALAH KESEHATAN : AREA KEPERAWATAN


…………………………………… (….) Masalah system Pernafasan
…………………………………… (….)Masalah system Kardiovaskuler
…………………………………… (….) Masalah system Pencernakan
…………………………………… (…) Masalah system Perkemihan
…………………………………… (…) Masalah system Persyarafan
…………………………………… (….) Masalah system Endokrin
…………………………………… (….) Masalah system Integumen
…………………………………… (….) Masalah system Muskuloskeletal
…………………………………… (….) Masalah system Imunitas
…………………………………… (….) Masalah Kegawatan
…………………………………… (….) Masalah Maternitas
…………………………………… (….) Masalah system Indera
I. DEFINISI KASUS
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakanpencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh Secara fsiologis anemia tejadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yang mendasari. (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar
Keperawatan medial: bedah Brunner dan Suddarth: 935).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan
kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani &
Andi, 2008):
 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
 Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
 Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani &
Andi, 2008):
 Hb < 10 gr/dl
 Hematokrit < 30%
 Eritrosit < 2,8 juta/mm
II. PATOFISIOLOGI :

A. SKEMA

Pendarahan saluran Defisiensi besi, vit Overeaktif RES,


cerna, uterus, B12, Asam Folat, produksi SDM
hidung, luka depresi sumsum abnormal
tulang eritropoetin

Kehilangan SDM
(sel darah merah) Produksi SDM Penghancuran
SDM

Pertahanan skunder tidak Resiko infeksi


adekuat

Penurunan jumlah Penurunan kadar HB Efek GI


eritrosit

Kompensasi jantung Kompensasi paru Gangguan


penyerapan nutrisi &
defisi folat
Peningkatan frekuensi
Takikardi, anginan nafas
(nyeri dada) iskemia
Glositis berat (lidah
miokardium, beban
meradang), diare
kerja jantung Dyspnea (kesulitan
kehilangan nafsu makan
bernafas)

Ketidakefektifan Penurunan transport O2 Ketidakseimbangan


perfusi perifer
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipoksia

Lemah, lesu, parastesia, mati


rasa, ataksia, gangguan Pola nafas
koordinasi bingung tidak efektif

(Nurarif & Kusuma, 2015) Defisit perawatan diri


Intoleransi aktivitas
B. URAIAN
Pendarahan saluran cerna, uterus, hidung, luka
menyebabkan defisiensi besi, vit B12, asam folat, depresi sumsum
tulang eritropoetin, sehingga tidak dapat memproduksi Sel Darah
Merah. Yang kemudian dapat menyebabkan overaktif RES dan
produksi SDM abnormal atau tidak dapat memproduksi sel darah
merah. Terjadinya pendarahan kemudian menyebabkan kehilangan
sel darah merah, yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah
eritrosit dan penurunan kadar Hemoglobin. Penurunan Hemoglobin
ini menyebabkan pertahanan sekunder tidak adekuat yang
kemudian memunculkan diagnosa Resiko Infeksi. Penurunan HB
kemudian menyebab kompensasi jantung yang menyebabkan
Takikardi, anginan (nyeri dada) iskemia miokardium, beban kerja
jantung yang kemudian memunculkan diagnosa perfusi perifer
tidak efektif. Turunnya kadar Hemoglobin ini juga menimbulkan
efek GI atau Pendarahan Gastrointestinal yang menyebabkan
gangguan penyerapan nutrisi dan definisi folat yang diatndai
dengan lidah meradang, diare, kehilangan nafsu makan yeng
kemudian memunculkan diagnose Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Turunnya hemoglobin juga
menyebabkan kompensasi paru, dimana kondisi ini meningkatkan
frekuensi nafas yang menyebabkan dispnea (kesulitan bernafas)
kemudian transport oksigen menurun sehingga oksigen dalam
jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi tubuh tidak cukup
yang kemudian memumculkan diagnosa pola nafas tidak efektif.
Dari ketidakcukupan oksigen tersebut kemudian penderita akan
merasa lemah, lesu, parestasia, matirasa, ataksia, gangguan
koordinasi bingung. Dari ketidakberdayaan tersebut memunculkan
diagnosa defisit perawatan diri dan Intoleransi Aktivitaas. (Nurarif
& Kusuma, 2015)
III. ETIOLOGI

Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat


dikelompokan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi
difisiensi Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang
terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat
terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit, misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal
atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin
B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat,
B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit
malaria, infeksi cacing tambang.
IV. MANIFESTASI KLINIS

Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat


menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara
umum gejala anemia adalah;
a. HB menurun ( <10g/dl ), trombositosis / trombositopenia,
Pansitopenia.
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardia, TD menurun, pengisisan kapiler lambat,
exstermitas dingin, palpitasi, kulit pucat
d. Mudah lelah: sering istirahat, nafas pendek, proses penghisap
yang buruk (bayi)
e. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, pekarangsang.

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia:


a. Anemia karna perdarahan
Perdarahan akut; akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi
reflex kardiovskuler yang fisiologis berupa kontraksi arteriola,
pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ tubuh
yang kurang vital (anggota gerak, ginjal). Gejala yang timbul
tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan
apakah tubuh masih dapat mengadakan kompensasi.
Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan
gejala pucat, transpirasi, takikardia, TD rendah ataunoemal.
Kehilangan darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan TD
menurun dan dapat terjadi renjatan (shock) yang masih
reversible.
b. Anemia defisiensi
1) Anemia defisiensi besi(DB)
Pucat merupakan tanda yang paling asering, pagofagia
(keinginanuntuk makan bahan yang tidak biasa seperti es
atau tanah), bila HB menurun sampai 5g / dliritabilitas dan
anorexia. Takikardi dan bising sistolik. Pada kasus berat
akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang
progresif seperti lidah yang halus, keilosis,terdapat tanda-
tanda mal nutrisi. Monoamine oksidase suatu enzim
tergantung besi memainkan peran penting dalam reaksi
neurologist dan itelektual. Temuan laboratorium Hb 6-10
g/dl, trombositosis (600.000- 1.000.000).

2) Anemia defisiensi asamfolat


Gejala dan tanda pada anemia defesiensi asam folat sama
dengan anemia defesiensi vitamin B12, yaitu
anemimegalobalitik dan perubahan megalobalistik pada
mukosa, hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti
anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin dapat memastikan
diagnosis adalah kadar folat serum rendah, biasanya kurang
dari 3ng/ml. Yang dapat memastikan adalah kadar folat sel
darah merah kurang dari 150 ng/ml (Mansjoer 2003 dalam
Wijaya & Putri, 2013).

c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik auto imun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat
(mengancam jiwa). Terdapat keluhan fatigue dapat terlihat
bersama gagal jantung kongestif danangina. Biasanya
ditemukan ikterus dan splenomegali. Apabila klien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia
Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat
terlihat. Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB
yang bervariasi dari ringan sampai berat (HT<10%)
Retikulositosis biasanya dapat terlihat pada apusan darah
tepi. Pada kasus Hemolisis berat, penekanan pada sumsum
tulang dapat mengakibatkan SDM yang terpecah-pecah
(Mansjoer, 2003 dalamWijaya & Putri, 2013).
2) Anemia hemolitik karena kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik
neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang
terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada
dewasa. Polikromatofilia dan mikrositosis ringan
menggambarkan angka kenaikan retikulosit. Manifestasi
klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan
enzim, defesiensi enzim glutation redukta sekadang-kadang
disertai trombopenia dan leukopenia dan sering disertai
kelainan neorologis.

3) Sferositosis herediter
Sferositosis herediter mungkin menyebabkan penyakit
hemokitik pada bayi baru lahir dan tampak dengan anemia
dan hiperbilirubinemia yang cukup berat keparahan
penyakit pada bayi dan anak bervariasi. Beberapa penderita
tetap tidak bergejala sampai dewasa, sedangkan lainya
mungkin mengalami anemia berat yang pucat, ikterus, lesu
dan intoleransi aktivitas. Bukti hemolisis meliputi
retikulositosis meningkat sampai 6-10g/dl. Angka
retikulositosis sering meningkat samai 6-20% dengan nilai
rata10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran macam-
macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan
sferosis.

4) Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang
membesar. Pada anak yang besar biasanya disertai dengan
keadaan gizi yang jelek dan mukanya memperlihatkan
fasies mongoloid. Jumlah retikulosid dalam darah
meningkat. Temuan laboratorium pada thalasemia HbF >
90% tidak ada Hb A. Pada talasemia anemianya biasanya
tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah terjadi
hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar HB 7-
10g/dl, sediaan hapus darah tepi memperlihatkan tanda-
tanda hipokromia yang nyata dengan anisosotosis dan
poikilositosis.

d. Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai
oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan. Temuan
laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah merah
normositik dan normo kromik artinya ukuran dan warnanya
normal, perdarahan abnormal akibat trombositopenia.
(Suzanne, 2005 dalam Wijaya & Putri, 2013).

V. PENGKAJIAN FOKUS
a. Biodata pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan terakhir, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga. Pada riwayat
kesehatan dahulu yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat
imunisasi
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat TB abses paru
5) Adanya riwayat pielonefritis, gagal ginjal ACD
c. Pemeriksaan fisik head to toe
d. Pemeriksaan penunjang
e. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia,
diet yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang
digunakan jika ada. Pola tidur bisa terganggu. Mandi dan aktifitas :
dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi :
biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi bisa, diare atau
konstipasi. (Wijaya & Putri, 2013)

VI. MASALAH KEPERAWATAN


1. Pola nafas tidak efektif
2. Perfusi perifer tidak efektif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intoleransi aktifitas
5. Defisit perawatan diri

VII. MASALAH KOLABORATIF


1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :


Menurut Nurarif (2015), pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada klien penyakit anemia adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi :kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia :hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan gambaran
informasi mengenai keadaan system hematopoesis.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal
endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : thorak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler (Nurarif & Kusuma, 2015)

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Pola nafas tidak efektif
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
(SDKI, 2017)
b. Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
3. Deformitas dinding dada.
4. Deformitas tulang dada.
5. Gangguan neuromuskular.
6. Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif,
cedera kepala ganguan kejang).
7. Maturitas neurologis.
8. Penurunan energi.
9. Obesitas.
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.

c. Gejala dan Tanda Mayor :


- Subjektif :
1. Dispnea
- Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi
kussmaul cheyne-stokes)

d. Gejala dan Tanda Minor :


- Subjektif :
1. Ortopnea
- Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

2. Perfusi perifer tidak efektif


a. Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
b. Penyebab
1. Hiperglikemia
2. Penurunan konsentrasi gemoglobin
3. Peningkatan tekanan darah
4. Kekurangan volume cairan
5. Penurunan aliran arteri dan / atau vena
6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok,
gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam , imobilits)
7. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes
melittus, hiperlipidemia)
8. Kurang aktivitas fisik.

c. Gejala dan tanda mayor


- Subjektif : -

- Objektif :
1. Pengisian kapiler >3 detik.
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba.
3. Akral teraba dingin.
4. Warga kulit pucat.
5. Turgor kulit menurun.

d. Gejala dan tanda minor


- Subjektif :
1. Parastesia.
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten).

- Objektif:
1. Edema.
2. Penyembuhan luka lambat.
3. Indeks ankle-brachial < 0,90.
4. Bruit femoral.

3. Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

b. Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

c. Gejala dan Tanda Mayor


- Subjektif : (tidak tersedia)

- Objektif :
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

d. Gejala dan Tanda Minor


- Subjektif : tidak tersedia
1.Cepat kenyang setelah makan
2.Kram/nyeri abdomen
3.Nafsu makan menurun .

- Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

4. Intoleransi aktifitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton

c. Gejala dan Tanda Mayor


- Subjektif
1. Mengeluh Lelah

- Objektif
1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

d. Gejala dan Tanda Minor


- Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

- Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

5. Defisit perawatan diri


a. Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri

b. Penyebab
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat

c. Gejala dan Tanda Mayor


- Subjektif
1. Menolak melakukan perawatan diri

- Objektif
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang

d. Gejala dan Tanda Minor


- Subjektif : (tidak tersedia)
- Objektif : (tidak tersedia)

X. INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Pola nafas tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
nafas membaik.
Kriteria Hasil :
1) Ventilasi semenit meningkat
2) Kapasitas vital meningkat
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Tekanan ekspirasi meningkat
5) Tekanan inspirasi menigkat
6) Dispnea menurun
7) Penggunaan otot bantu nafas menurun
8) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
9) Ortopnea menurun
10) Pernapasan pursed-lip menurun
11) Pernafasan cuping hidung menurun
12) Frekuensi nafas membaik
13) Kedalaman nafas membaik
14) Ekskursi dada meningkat

Intervensi Keperawatan : Manajemen Jalan Nafas (D. 01011)

- Observasi

1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,


wheezing, ronchi kering)

3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

- Terapeutik

4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift


(jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)

5. Posisikan semi-fowler atau fowler

6. Berikan minum hangat

7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

11. Berikan oksigen, jika perlu


- Edukasi

12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi

13. Ajarkan Teknik batuk efektif

- Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2. Perfusi perifer tidak efektif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
perifer meningkat
Kriteria Hasil :
1) Denyut nadi perifer meningkat
2) Penyembuhan luka meningkat
3) Sensasi meningkat
4) Warna kulit pucat menurun
5) Edema perifer menurun
6) Nyeri ekstremitas menurun
7) Parastesia menurun
8) Kelemahan otot menurun
9) Kram otot menurun
10) Bruit fernoralis menurun
11) Nekrosis menurun
12) Pengisian kapiler membaik
13) Akral membaik
14) Turgor kulit membaik
15) Tekanan darah sistolik membaik
16) Tekanan darah diastolik membaik
17) Tekanan arteri rata rata membaik
18) Indeks ankle-brachial membaik
Intervensi Keperawatan : Perawatan Sirkulasi (I. 02079)
- Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

- Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang
cidera
7. Lakukan pencegahan infeksi
8. Lakukan perawatan kaki dan kuku
9. Lakukan hidrasi

- Edukasi
10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga ruti
12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbaka
13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol, jika perlu
14. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratu
15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat bet
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis:
melembabkan kulit kering pada kaki
17. Anjurkan program rehabilitasi vaskula
18. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).

3. Defisit Nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan istatus
nutrisi membaik
Kriteria Hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot penguyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Serum albumin meningkat
5) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
6) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
7) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
8) Pengetahuan tentang asupan nutrisi yang sehat meningkat
9) Penyiapan dari penyimpanan makanan yang sehat meningkat
10) Penyiapan dari penyimpanan minuman yang sehat meningkat
11) Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan Kesehatan
meningkat
12) Perasaan cepat kenyang menurun
13) Nyeri abdomen menurun
14) Sariawan menurun
15) Rambut rontok menurun
16) Diare menurun

17) Berat badan membaik


18) Indeks masa tubuh (IMT) membaik
19) Frekuensi makan membaik
20) Nafsu makan membaik
21) Bising usus membaik
22) Tebal lipatan kulit trisep membaik
23) Membran mukosa membaik
Intervensi Keperawatan : Manajemen nutrisi (I,. 03119)
- Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

- Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi

- Edukasi
16. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan

- Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Intoleransi aktifitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Kecepatan berjalan meningkat
4) Jarak berjalan meningkat
5) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
6) Kekkuatan tubuh bagian bwah meningkat
7) Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
8) Keluhan Lelah menurun
9) Dispnea saat aktivitas menurun
10) Dispnea setelah aktifitas menurun
11) Perasaan lemah menurun
12) Aritmia saat aktivitas menurun
13) Aritmia setelah aktivitas menurun
14) Sianosis menurun
15) Warna kulit membaik
16) Tekanan darah membaik
17) Frekuensi napas membaik
18) EKG lskemia membaik

Intervensi Keperawatan : Manajemen Aktivitas (I. 05178)


- Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tiduR
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
- Terapeutik
5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

- Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

- Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

5. Defisit perawatan diri


Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan perawatan
diri meningkat
Kriteria Hasil :
1) Kemampuan mandi meningkat
2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3) Kemampuan makan meningkat
4) Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
5) Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
6) Minat melakukan perawatan diri meningkat
7) Mempertahankan kebersihan diri meningkat
8) Mempertahankan kebersihan mulut meningkat
Intervensi Keperawatan : Dukungan Keperawatan diri (I. 11348)
- Observasi
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
2. Monitor tingkat kemandiria
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias, dan makan

- Terapeutik
4. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat, rileks,
privasi
5. Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat gigi, dan sabun mandi
6. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandir
7. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan dir
9. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

- Edukasi
10. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &


Suddart. Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan oleh Yuliana Wahyu

Pratiwi (P17240211027) dengan judul Anemia telah diperiksa dan disetujui

dalam praktik klinik mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Di Ruang

Mawar pada tanggal April 2023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Praktik Klinik Pembimbing Praktik Klinik


Keperawatan Medikal Bedah Ruang Keperawatan Medikal Bedah Ruang
Mawar Mawar

Ns. Edi Yuswantoro, S.Kep., M.Kep Imam Ma’arif, S.Kep.Ners


NIP : 19770604 200501 1 013 NIP : 19720919 199403 1 006

Anda mungkin juga menyukai