“ANEMIA”
Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
Step 1 (Kata-kata sulit)
Step 2
Step 3
Etiologi
Anemia
Patofisiologi
Askep
Step 5
Learning objective
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan
7. Komplikasi
B. Etioogi
2. Perdarahan
Kehilangan komponen
pembentuk eritrosit
Gangguan produksi hormon depresi sumsum Dergenerasi eritrosit perdarahan berlebihan
eritroprotein tulang
Eritrosit tidak sempurna
ANEMIA
ANEMIA
Metabolisme anaerob
Perfusi jaringan terganggu Peningkatan isi lambung
Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan
komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/
atau infark miokard). Anemia yang disebabkan perdarahan akut
berhubungan dengan komplikasi berkurangnya volume intraseluler dan
ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude
(tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural
dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi
persisten, syok, dan kematian (Oehadian, 2012).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Diagnostik
• USG Abdominal
G. Penatalaksanaan
1. Anemia aplastik
Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalua tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
5. Anemia megaloblastik
7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolysis
H. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-
pilek,gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia
berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang
anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang
meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya
pengurangan oksigen. (Price &Wilson, 2006).
Daftar Pustaka
Fauzi, M.R. (2013). Diagnosis dan Indikasi Transfusi Darah pada Anemia
Aplastik. E-Jurnal Medika Udayana, 2(6).
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed. 6. EGC : Jakarta.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Step 7
Gambaran Kasus
Ny. H usia 49 tahun dibawa oleh keluarganya dengan keluhan lemah ± 2 hari
disertai mual, pusing mengambang, sub febris dan BAB berwarna hitam. Klien
mengeluh badannya semakin lemah, sering merasa keletihan, keringat berlebih.
Klien tidak terpasang oksigen. Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Klien baru memeriksakan penyakitnya saat ini. Klien tidak dapat dilakukan
transfusi darah dikarenakan golongan darah klien tidak dapat terdeteksi secara
pasti, PMI tidak mau mengambil risiko syok akibat pemberian darah yang tidak
tepat.
Normal range
II. Pengkajian
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Saat MRS : Klien datang dengan keluhan lemah ± 2 hari disertai mual,
pusing mengambang, demam dan BAB berwarna hitam
Saat Pengkajian : Klien mengeluhkan badannya terasa lemah, sering
merasa keletihan, pusing saat beraktivitas, BAB
berwarna hitam, berkeringat banyak.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan keluhan lemah ± 2 hari disertai mual, pusing
mengambang, demam dan BAB berwarna hitam SMRS. Badannya
semakin lemah dan sering merasa keletihan dan masih BAB berwarna
hitam
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat maag.
4) Riwayat penyakit keluarga
Klien mempunyai riwayat penyakit keluarga yakni hipertensi.
5) Riwayat yang lain
Kecelakaan : tidak
Operasi : tidak
Alergi obat : tidak
Alergi makanan : tidak
Alergi lain-lain : tidak
Merokok : tidak
Alcohol : tidak
Kopi : tidak
Lain-lain : tidak
Obat-obatan yang pernah digunakan : -
6) Genogram
4
9
Ket.
: Laki-laki
: Perempuan
: Ada hubungan
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Klien
1. Pola aktivitas dan latihan
NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)
1 Makan/Minum 0 0
2 Mandi 0 0
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 2
5 Berpindah 0 2
6 Berjalan 0 2
7 Naik tangga 0 2
Keterangan:
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = tidak mampu
Alat bantu: tongkat / splint / brace / kursi roda / pispot / walker /
kacamata / dan lain-lain.
2. Pola nutrisi dan metabolic
NO SMRS MRS
4 Komposisi Menu Nasi, sayuran, daging, buah Nasi, sayuran, daging, buah
luka
3. Pola eliminasi
NO SMRS MRS
1 Tidur siang Jam 12.00 – 13.00 WIB Jam 11.00 – 13.30 WIB
Normal
pH 6.0 5.0-8.0
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d penurunan konsentrasi Hb
dan darah, suplai oksigen berkurang
2. Intoleransi Aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
nutrisi
3. Risiko Infeksi b.d penurunan hemoglobin
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital kaji pengisian 1. Untuk mengetahui derajat /
Perfusi Jaringan keperawatan selama 3x24 jam kapiler, warna kulit / membran adekuatnya perfusi jaringan dan
Perifer b.d diharapkan ketidakefektifan mukosa, dasar kuku. menentukan intevensi
penurunan perfusi jaringan teratasi dengan 2. Beri lingkungan yang nyaman. selanjutnya
konsentrasi Hb dan kriteria hasil: 3. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Vasekonstriksi menurunkan
darah, suplai sesuai toleransi. sirkulasi perifer dan
Peningkatan perfusi
oksigen berkurang 4. Berikan oksigen tambahan sesuai menghindari panas berlebihan
jaringan
indikasi. penyebab vasodilatasi
5. Kolaborasi pengawasan hasil 3. Meningkatkan ekspansi paru dan
pemeriksaan laboraturium. memaksimalkan oksigenasi
Berikan sel darah merah lengkap / untuk kebutuhan seluler
packed produk darah sesuai 4. Memaksimalkan oksigenisasi
indikasi 5. Mengatasi kekurangan sel darah
merah
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mempengaruhi pilihan
Aktivitas b/d keperawatan selama 3x24 jam melakukan aktifitas sehari-hari intervensi/bantuan
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi aktivitas 2. Kaji kehilangan atau gangguan 2. Menunjukkan perubahan
suplai oksigen dan teratasi dengan kriteria hasil: keseimbangan, gaya jalan dan neurologi karena defisiensi
kebutuhan nutrisi Berparstisipasi dalam kelemahan otot vitamin B12
aktivitas fisik tanpa 3. Observasi tanda-tanda vital 3. Manifestasi kardiopulmonal dari
disertai peningkatan sebelum dan sesudah aktivitas upaya jantung dan paru untuk
tekanan darah, nadi dan 4. Berikan lingkungan tenang, batasi membawa jumlah oksigen
RR pengunjung, dan kurangi suara adekuat ke jaringan
Mampu melakukan bising, pertahankan tirah baring 4. Meningkatkan istirahat klien
aktivitas sehari-hari bila di indikasikan 5. Menurunkan kebutuhan oksigen
(ADLs) secara mandiri 5. Anjurkan pasien istirahat bila tubuh.
Tanda tanda vital normal terjadi kelelahan dan kelemahan
3. Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah kontaminasi
penurunan keperawatan selama 3x24 jam dipakai pasien lain silang/kolonisasi bacterial
hemoglobin diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Instruksikan pada pengunjung 2. Membatasi pemajanan pada
dengan kriteria hasil: untuk mencuci tangan saat bakteri/infeksi
Klien bebas dari tanda berkunjung dan setelah 3. Mencegah kontaminasi
dan gejala infeksi berkunjung silang/kolonisasi bacterial
Mendeskripsikan proses 3. Cuci tangan sebelum dan setelah 4. Nutrisi adekuat membantu
penularan penyakit, faktor tindakan keperawatan mempertahankan tubuh
yang mempengaruhi 4. Tingkatkan intake nutrisi 5. Mencegah stasis cairan tubuh
penularan serta 5. Dorong masukan cairan misalnya pernapasan dan ginjal
penatalaksanaannya
Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, peningkatan
elatisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab,
tidak ada rasqa haus yang
berlebihan
IMPLEMENTASI
Tanggal Waktu Implementasi Hasil
04 Februari 2019 20.45 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. TTV: TD: 110/60 mmHg, N: 104 x/menit,
2. Mengkaji pengisian kapiler, warna kulit / RR: 20 x/menit, S: 37,2
membran mukosa, dasar kuku. 2. CRT >3 detik, warna kulit pucat, membrane
3. Memberi lingkungan yang nyaman. mukosa kering, dasar kuku pucat,
4. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai konjungtiva anemis
toleransi. 3. Klien berada di ruang VIP dengan air
5. Berkolaborasi pemberian venofer 100mg conditioner 25°C
drip via NaCl 20tpm 4. Klien diberikan posisi semi fowler
5. IVFD NaCl 20 tpm, drip venofer 100mg
20.30 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 1. Klien mengatakan merasa lemah saat
melakukan aktifitas sehari-hari beraktifitas
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan 2. Klien mengalami kelelahan dan kelemahan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan saat aktifitas
otot 3. TTV: TD: 110/60 mmHg, N: 104 x/menit,
3. Mengobservasi tanda-tanda vital RR: 20 x/menit, S: 37,2
4. Memberikan lingkungan yang tenang 4. Klien berada di ruang VIP ditemani anak
5. Menganjurkan pasien istirahat bila terjadi suami dan keluarga yang sedang berkunjung
kelelahan dan kelemahan dan 5. Klien tirah baring mengikuti anjuran
mepertahankan tirah baring perawat
21.00 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah 1. Perawat melakukan cuci tangan mencegah
tindakan keperawatan penyebaran bakteri
2. Menginstruksikan pada pengunjung untuk 2. Pengunjung mengikuti anjuran perawat dan
mencuci tangan saat berkunjung dan mencuci tangannya
setelah berkunjung 3. Klien bertanya nutrisi apa yang baik bagi
3. Menganjurkan klien meningkatkan intake klien.
nutrisi Perawat memberikan pendidikan kesehatan
4. Menganjurkan klien dorong masukan mengenai nutrisi bagi penderita anemia
cairan 4. Klien mengikuti anjuran perawat untuk
banyak mengonsumsi air putih
05 Februari 2019 14.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. TTV: TD: 120/60 mmHg, N: 100 x/menit,
2. Mengkaji pengisian kapiler, warna kulit / RR: 20 x/menit, S: 36,7
membran mukosa, dasar kuku. 2. CRT >3 detik, warna kulit pucat, membran
3. Memberi lingkungan yang nyaman. mukosa kering, dasar kuku pucat
4. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai 3. Klien berada di ruang VIP dengan air
toleransi. conditioner 16°C
4. Klien diberikan posisi semi fowler
13.30 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 1. Klien mengatakan masih merasa lemah
melakukan aktifitas sehari-hari namun sudah lebih baik dari tadi malam
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan 2. Klien kelelahan dan kelemahan sedikit
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan berkurang saat aktifitas
otot 3. TTV: TD: 120/60 mmHg, N: 100 x/menit,
3. Mengobservasi tanda-tanda vital RR: 20 x/menit, S: 36,7
4. Memberikan lingkungan yang tenang 4. Klien berada di ruang VIP ditemani anak
5. Menganjurkan pasien istirahat bila terjadi dan suami
kelelahan dan kelemahan dan 5. Klien tirah baring mengikuti anjuran
mepertahankan tirah baring perawat
16.00 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah 1. Perawat melakukan cuci tangan mencegah
tindakan keperawatan penyebaran bakteri
2. Menginstruksikan keluarga untuk mencuci 2. Keluarga mengikuti anjuran perawat dan
tangan saat masuk dan meninggalkan mencuci tangannya
ruangan 3. Klien mengikuti anjuran perawat dan
3. Menganjurkan klien meningkatkan intake menghabiskan 1 porsi makan siang dan
nutrisi mengonsumsi buah-buahan yang
4. Menganjurkan klien dorong masukan mengandung vitamin c
cairan 4. Klien banyak mengonsumsi air putih ±2L
06 Februari 2019 08.20 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 100 x/menit,
2. Mengkaji pengisian kapiler, warna kulit / RR: 20 x/menit, S: 36,5
membran mukosa, dasar kuku. 2. CRT 3 detik, warna kulit pucat, membran
3. Memberi lingkungan yang nyaman. mukosa kering, dasar kuku pucat,
4. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai konjungtiva anemis
toleransi. 3. Klien berada di ruang VIP dengan air
conditioner 18°C
4. Klien diberikan posisi semi fowler
08.00 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 1. Klien mengatakan merasa sudah mampu
melakukan aktifitas sehari-hari beraktivitas
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan 2. Keadaan klien tampak masih lemah
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan 3. TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 100 x/menit,
otot RR: 20 x/menit, S: 36,5
3. Mengobservasi tanda-tanda vital 4. Klien berada di ruang VIP ditemani anak
4. Memberikan lingkungan yang tenang dan suami
5. Menganjurkan pasien istirahat bila terjadi 5. Klien tirah baring mengikuti anjuran
kelelahan dan kelemahan perawat
09.00 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah 1. Perawat melakukan cuci tangan mencegah
tindakan keperawatan penyebaran bakteri
2. Menginstruksikan keluarga untuk mencuci 2. Keluarga mengikuti anjuran perawat dan
tangan saat masuk dan meninggalkan mencuci tangannya
ruangan 3. Klien mengikuti anjuran perawat dan
3. Menganjurkan klien meningkatkan intake menghabiskan 1 porsi sarapan dan
nutrisi mengonsumsi buah-buahan yang
4. Menganjurkan klien dorong masukan mengandung vitamin c
cairan 4. Klien banyak mengonsumsi air putih ±2L
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl No.Dx SOAP Paraf
04 1 S:
- Klien mengeluh kulitnya pucat
Februari
- Keluarga klien mengatakan BAB klien masih
2019
hitam
O:
- Kulit pucat
- TD: 110/60 mmHg
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.0°c
- Akral dingin
- Diaforesis (keringat berlebih)
- Konjugtiva anemis
- Membran mukosa kering
- Bibir pecah-pecah
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
P:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit /
membran mukosa, dasar kuku.
3. Beri lingkungan yang nyaman.
4. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
5. Kolaborasi pemberian venofer 100mg drip
via NaCl 20tpm
2 S:
- Klien mengeluh adanya kelemahan dan
keletihan namun sudah berkurang dari tadi
malam
- Keluarga mengatakan aktifitas (ADLs) klien
masih dibantu
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- Takikardi
TD: 110/60 mmHg\
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.0°c
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Intoleransi aktivitas
P:
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
2. Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas
4. Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan
5. Anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan
3 S:
- Klien mengatakan demam sudah turun
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- Takikardi
- TD: 110/60 mmHg
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.0°c
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
- Leukosit : 11.1 103/µL
A: Risiko infeksi
P:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
keperawatan
2. Batasi pengunjung dan instruksikan keluarga
/ pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan
3. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi
4. Anjurkan klien dorong masukan cairan
2 S:
- Klien merasa sudah mampu beraktivitas
- Keluarga mengatakan klien masih dibantu
sedikit dalam pemenuhan kebutuhannya.
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- TD: 120/70 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,5
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Intoleransi aktivitas
P:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
- Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot
- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas
- Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan
- Anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan
3 S:
- Klien mengatakan tidak demam lagi
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- TD: 120/70 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,5
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
- Leukosit : 11.1 103/µL
A: Risiko infeksi
P:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
keperawatan
2. Batasi pengunjung dan instruksikan keluarga
/ pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan
3. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi
4. Anjurkan klien dorong masukan cairan
EVIDENCE BASED PRACTICE
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi topik
pembicaraan yang tak henti-henti.Kesehatan menjadi hal yang paling penting dalam
mendukung kehidupan manusia (Grafindo, 2007).
Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja
menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut salah satunya
adalah anemia. Anemia masih dianggap masalah kesehatan sampai saat ini. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) anemia muncul karena kekurangan zat besi. Penyakit
ini menempati urutan teratas penyebab kematian. Diperkirakan 4-5 milyar penduduk
dunia (sekitar 66%-80% penduduk dunia) menderita anemia karena kekurangan zat
besi (Arisman, 2010).
Anemia merupakan suatu gejala kekurangan kadar hemoglobin (Hb) darah pada
seseorang biasanya ditandai dengan kadar hemoglobin dalam darah rendah, kadar Hb
darah untuk wanita dewasa normal 12,00 gr%-14,00 gr% (Arisman, 2010).
Penanganan yang biasa dilakukan pada orang dewasa yang mengalami anemia adalah
dengan pemberian tablet zat besi (Fe), mulanya program pemberian suplementasi besi
direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) kepada ibu hamil, namun
seiring berjalannya waktu sasaran program ditambah menjadibalita, anak sekolah
dan wanita usia subur (Depkes RI, 2013).
Terapi zat besi ini dapat dikombinasikan dengan terapi komplementer yang
berasal dari herbal.Terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang digunakan
Bersama atau sebagai tambahan terhadap pengobatan konvensional.Terapi herbal
biasanya sangat diminati oleh masyarakat selain merasa aman karena terbuat dari
bahan yang berasal dari alam, pembuatan dan bahannya juga mudah didapat untuk
dikonsumsi seharihari (Vitahealth, 2009).
Semakin berkembangan ilmu pengetahuan, dengan berbagai hasil penemuannya
seperti buah-buahan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh. Hasil penemuan yang telah dipublikasikan membuat banyak orang tahu
mengenai manfaat dari bahan-bahan makanan yang dihasilkan oleh alam salah satu
yaitu telur. Telur yang telah lamadikenal oleh masyarakat dan dikonsumsi ternyata
memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk kesehatan. Terapi diet yang diberikan
kepada para pendonor darah setelah darahnya diambil biasanya diberikan susu dan
sebutir telur guna memulihkan stamina dan mencegah terjadinya anemia (IDI, 2009).
Telur merupakan sumber protein yang murah dan mudah diperoleh demikian
pula kandungan asam amino esensialnya, hampir setara dengan yang berasal dari air
susu ibu. Beragam vitamin juga terdapat dalam telur,: vitamin A, D, serta vitamin B
kompleks termasuk B 12. Telur juga menyimpan zat-zat mineral lainnya seperti zat
besi, kalsium, fosfor, sodium dan magnesium. Telur sama sekali tidak mengandung
karbohidrat meskipun memiliki kalori 59 kalori (248 kj) (Boga, 2010).
Pada penelitian akan dilakukan pengumpulan data konsumsi telur pada remaja
putri yang mengalami anemia dengan kelompok eksperimental diberi perlakuan
berupa aplikasi konsumsi telur, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.
Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan kadar
Hb pada kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakukan. Hal ini dikarenakan
Terjadinya kenaikan kadar Hb dibandingkan sebelum di berikan perlakuan pada
responden ini dikarenakan tubuh mendapatkan asupan gizinya berupa protein telur
dimana protein ini mampu memberikan zat besi kepada tubuh sehingga kadar Hb pada
tubuh mengalami kenaikan. Apalagi saat observasi responden patuh dan rutin
mengkonsumsi telur selama yang disarankan peneliti yaitu 3 hari sehingga responden
terpenuhi akan kebutuhan zat besinya melalui protein hewani yaitu telur.
Hasil penemuan yang telah lama dikenal oleh masyarakat telur yang dikonsumsi
ternyata memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk kesehatan. Salah satunya telur
dan susu diberikan kepada para pendonor darah setelah darahnya diambil, hal ini
berguna untuk memulihkan stamina dan mencegah terjadinya anemia pada pendonor
darah (IDI, 2009).
Daftar Pustaka
Karyati Sri., Aini Zahro & Noor Hidayah.(2016). Pengaruh konsumsi telur terhadap
peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang mengalami
anemia di SMK Grafika Raden Umar Said Kudus. MUSWIL IPEMI Jateng, 17
September 2016.
Bambang Tri S. (2007). Data anemia pada balita remaja dan dewasa, Dinkes prov.
Jawa Timur 2008.
Depkes RI. (2014). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta