Anda di halaman 1dari 50

TUTIORIAL IN CLINIC

RS ANTON SOEJARWO KOTA PONTIANAK

“ANEMIA”

Kelompok 1

Ermy Haryanti I4051181001


Resti Jayanti I4051181002
Novita Angreini I4051181003
Agung Tri Putra I4052181033
Destura I4052181034
Tesar Pradyka I4051181019
Ulfa Nadiati I4051181020
Bob Kristian Luis I4052181008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
Step 1 (Kata-kata sulit)

1. Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin


(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan
kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen

Step 2

1. Apa penatalaksanaaan yang tepat untuk pasien di atas?

2. Apa penatalaksanaaan yang tepat untuk pasien di atas?

Step 3

1. Apa penatalaksanaaan yang tepat untuk pasien di atas?

2. Apa diagnosa untuk kasus diatas?

- Perfusi Jaringan Perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai


oksigen berkurang
- Intoleransi Aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
nutrisi
- Risiko Infeksi b.d penurunan hemoglobin
Step 4 (Skema)

Etiologi

Anemia

Patofisiologi

Pemeriksaan Penunjang Manifestasi Klinis Penatalaksanaan

Askep

Step 5

Learning objective

1. Definisi

2. Etiologi

3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis

5. Pemeriksaan Penunjang

6. Penatalaksanaan
7. Komplikasi

8. Asuhan keperawatan pada kasus

Step 6 : Discovery Learning


A. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar


hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan
POM, 2011).

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar


Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau


konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

B. Etioogi

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2. Perdarahan

3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)


4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin


B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.

2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi


rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin


menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-


menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu
dapat menyebabkan anemia.

5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan


perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid,
pil KB, antiarthritis, dll).

6. Oprasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini


dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,


masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit
lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Lisis sel
darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah
merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria) (Price & Wilson, 2012).

Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direpleksikan


dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg / dl
atau kurang,kadar 1,5 mg / dl mengakibatkan ikterik pada sklera. Anemia
merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat
menghambat kerja organ – organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah
rusaktidak bisa diperbaiki (Price & Wilson, 2012).
D. Pathway (Sumber: Price & Wilson, 2012; Nurarif & Kusuma, 2016)
Absorbsi Fe, B12 dan
gangguan fungsi ginjal keganasan asam folat berkurang Trauma

Kehilangan komponen
pembentuk eritrosit
Gangguan produksi hormon depresi sumsum Dergenerasi eritrosit perdarahan berlebihan
eritroprotein tulang
Eritrosit tidak sempurna

stimulus pembentukan eritrosit gangguan eritrosit rapuh tidak terkontrol


di sumsum tulang menurun pembentukan Eritrosit mudah pecah
erotrosit

produksi eritrosit menurun hemolisis kehilangan komponen


darah

ANEMIA
ANEMIA

Penurunan eritrosit dan


Hemoglobin

Transport oksigen menurun Pertahanan sekunder tidak Merangsang sistem saraf


adekuat simpatis

Aliran darah ke organ vital Risiko infeksi Aliran darah


dan jaringan menurun Gastrointestinal menurun

Peristatltik usus menurun

O2 dan nutrisi tidak di hipoksia sel dan jaringan


transport secara adekuat Regurgitasi

Metabolisme anaerob
Perfusi jaringan terganggu Peningkatan isi lambung

penumpukan asam laktat pada Mual/ muntah


Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer jaringan
Intake nutrisi turun
(Anoreksia)
lelah, lemah, pusing, sesak
nafas, penurunan kesadaran
Ketidakseimbangan Nutrisi
Intoleransi Aktivitas Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
E. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan


terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih
ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan
bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen. Gejala anemia disebabkan oleh 2
faktor:

• Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan

• Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan


masif)

Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan


mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung
dan curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul
bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama
aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme kompensasi jantung
karena penyakit jantung yang mendasarinya. Gejala utama adalah sesak
napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala dan tanda
keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in
the ears) (Oehadian, 2012).

Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan
komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/
atau infark miokard). Anemia yang disebabkan perdarahan akut
berhubungan dengan komplikasi berkurangnya volume intraseluler dan
ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude
(tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural
dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi
persisten, syok, dan kematian (Oehadian, 2012).

Menurut Sudoyo (2009) manifestasi klinis dari anemia terbagi


menjadi tiga yaitu:

a. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia di sebut juga sebagai syndrome anemia,


timbul karna iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi
tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada
setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar
tertentu (Hb <7g/dl). Syndrom anemia terdiri darii rasa lemah, lesu,
cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang,
kaki terasa dingin, sesak nafas, dan dispepsia. Pada pemeriksaan, pasien
tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut,
telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku. Syndrome anemia bersifat
tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit diluar anemia dan
tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat
(Hb < 7g/dl).

b. Gejala khas masing-masing anemia

Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia. Sebagai contoh :

- Anemia defisiensi besi : Disfagia, atropi papil lidah, stomatitis


angularis, kuku sendok (koilonychia).

- Anemia megaloblastik : Glositis, gangguan neurologi pada defisiensi


vitamin B12

- Anemia hemolitik : Ikterus, splenomegali, dan hepatomegali

- Anemia Aplastik : Perdarahan dan tanda-tanda infeksi

c. Gejala penyakit dasar

Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan


anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut.
Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang : sakit perut,
pembangkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan. Pada
kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti
misalnya anemia akibat penyakit kronok oleh karena Artritis
Reumatoid. Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada kasus anemia. Tetapi pada umumnya diagnosis anemia
memerlukan pemeriksaan laboraturium.

d. Gejala klinis anemia aplastik.

Gejala yang dirasakan berupa gejala sebagai berikut (Handayani


W, 2008):

1. Sindrom anemia gejala anemia bervariasi, mulai dari ringan sampai


berat

2. Gejala perdarahan paling sering timbul dalam bentuk perdarahan


kulit seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan mukosa dapat berupa
epistaksis, perdarahan sub-konjungtiva, perdarahan gusi,
hematemeis melena, dan pada wanita dapat berupa menorhagia.
Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, tetapi jika terjadi
perdarahan otak sering bersifat fatal.

3. Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau tenggorokan,


febris, dan sepsis
4. Organomegali dapat berupa hepatomegali dan splenomegalis

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan sumsum tulang

Pemeriksaan sumsum tulang dilakukan pemeriksaan biopsi dan


aspirasi dan dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya
tidak memberikaan data yang akurat (Price & Wilson, 2006). Bagian
yang akan dilakukan biopsi dan aspirasi adalah tulang pelvis, sekitar
2 inchi disebelah tulang belakang. Sebelumnya pasien akan
diberikan anestesi lokal untuk menghilangkan nyerinya (Fauzi,
2013). Kemudian dilakukan sayatan kecil sekitar 2-3 mm untuk
memudahkan penetrasi jarum. Pada aspirasi akan diambil sedikit
cairan sumsum tulang sekitar 25 μl (Price & Wilson, 2006).

Pada biopsy akan diambil potongan kecil menggunakan jarum


jamshidi dengan panjang 11 cm dan berdiameter 3 mm yang
meruncing menjadi 2 mm diujungnya (Price & Wilson, 2006).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menyingkirkan faktor lain yang
dapat menyebabkan pansitopenia seperti leukemia atau
myelodisplastic syndrome (MDS). Pemeriksan sumsum tulang akan
menunjukkan secara tepat jenis dan jumlah sel dari sumsum tulang,
sel darah putih yang imatur,kerusakan kromosom (DNA).
Normalnya terdapat 40-60% dari sumsum tulang berisi sel-sel
hematopoetik. Pada pasien anemia anaplastik secara khas akan
terlihat sedikit sel hematopoetik dan lebih banyak diisi oleh sel
stroma dan lemak (Fauzi, 2013).

• Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk mengetahui jumlah


dari sel eritrosit, leukosit, dan trombosit dan untuk mengetahui
apakah terjadi pansitopenia. Anemia dihubungkan dengan indeks
retikulosit yang rendah <1% dan kemungkinan 0, meskipun
eritropoetinnya tinggi. Jumlah retikulosit absolut <40.000/μl, jumlah
netrofil absolut <500/μl serta jumlh trombosit <30.000/μl
mengindikasikan derajat anemia yang berat. Jumlah netrofil <200/μl
menunjukkan derajat yang sangat berat (Fauzi, 2013).

• Pemeriksaan Flow Cytometry dan FISH (Fluorescence In Situ


Hybridization)

Pada pemeriksaan flow cytometry, pengambilan sel-sel darah


melalui sumsum tulang dan bertujuan untuk mengetahui jumlah dan
jenis sel-sel yang terdapat di dalam sumsum tulang. Pada
pemeriksaan FISH, bagian yang spesifik dari kromosom atau gen
secara langsung akan disinari oleh cahaya. Tujuannya untuk
mengetahui apakah apakah terdapat kelainan genetik (Fauzi, 2013).

• Level vitamin B-12 dan Folat

Level vitamin B-12 dan Folat diukur untuk menyingkirkan


dugaan anemia megaloblastik yang mana ketika dalam kondisi berat
dapat menyebabkan pansitopenia (Marsh, et al., dalam Fauzi, 2013).

• Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi

Apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik. Beberapa


kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan automated bood counter
(Oehadian, 2012).

• Sel darah merah berinti (normoblas)

Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam


sirkulasi. Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan
kelainan hematologis (penyakit sickle cell, talasemia, anemia
hemolitik lain) atau merupakan bagian dari gambaran
lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow replacement.
Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya
normoblas dapat menunjukkan adanya penyakit yang mengancam
jiwa, seperti sepsis atau gagal jantung berat (Oehadian, 2012).

Pemeriksaan Diagnostik

• USG Abdominal

USG Abdominal dilakukan untuk melihat pembesaran dari


limpa atau pembesaran kelenjar limfa yang memungkinkan adanya
penyakit keganasan hematologi sebagai penyebab dari pansitopenia.
Letak ginjal yang abnormal merupakan satu diantara dari
manifestasi dari anemia fanconi (Marsh, et al., dalam Fauzi, 2013).
• Radionucleide Bone Marrow Imaging (Bone marrow Scanning)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya kelainan pada
sumsum tulang. Kelainan sumsum tulang dapat ditentukan oleh
scanning tubuh setelah disuntikkan dengan koloid radioaktif
technetium sulfur yang akan terikat pada makrofag sumsum tulang
atau iodine chloride yang akan terikat pada transferin. Dengan
bantuan scan sumsum tulang dapat ditentukan daerah hemopoesis
aktif untuk memperoleh sel-sel guna pemeriksaan sitogenik atau
kultur sel-sek induk (Departemen Ilmu Penyakit Dalam, dalam
Fauzi, 2013).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan


mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya, yaitu:

1. Anemia aplastik

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan


antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral
selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang
tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah
leukosit dan platelet.

2. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalua tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan


penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi


diberikan sulfas ferosus 3x10mg/hari. Transfusi darah diberikan bila
kadar Hb kurang dari 5gr%.

5. Anemia megaloblastik

a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,


bila difisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

b) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus


diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

c) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5mg/hari.

d) Anemia defesiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,


penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1mg/hari
secara IM.

6. Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaaan


darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang
tersedia.

7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolysis

H. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-
pilek,gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia
berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang
anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang
meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya
pengurangan oksigen. (Price &Wilson, 2006).

Daftar Pustaka

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis: Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Edisi
Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Fauzi, M.R. (2013). Diagnosis dan Indikasi Transfusi Darah pada Anemia
Aplastik. E-Jurnal Medika Udayana, 2(6).

Oehadian, Amaylia. (2012). Pendekatan klinis dan diagnosis anemia. CDK-194/


vol. 39 no. 6. Subbagian Hematologi Onkologi Medik, Bagian Penyakit
Dalam RS Hasan Sadikin, Bandung.

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed. 6. EGC : Jakarta.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Step 7
Gambaran Kasus
Ny. H usia 49 tahun dibawa oleh keluarganya dengan keluhan lemah ± 2 hari
disertai mual, pusing mengambang, sub febris dan BAB berwarna hitam. Klien
mengeluh badannya semakin lemah, sering merasa keletihan, keringat berlebih.
Klien tidak terpasang oksigen. Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Klien baru memeriksakan penyakitnya saat ini. Klien tidak dapat dilakukan
transfusi darah dikarenakan golongan darah klien tidak dapat terdeteksi secara
pasti, PMI tidak mau mengambil risiko syok akibat pemberian darah yang tidak
tepat.

Tanda-tanda vital: TD: 110/60 mmHg,


N: 104 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 37,2°C
Laboratorium

Normal range

WBC 11.1 103/µL 4.0-11.00

RBC 1.63 106/µL 3.50-5.00

HGB 5.9 g/dl 11.0-15.0

HCT 19.4 % 37.0-47.0

MCV 119.1 fL 80.0-100.0

MCH 36.2 pg 27.0-34.0

MCHC 30.4 g/dl 32.0-36.0

PLT 380 103/µL 150-300

PCT 0.315 % 0.108-0.282


I. Indentitas Klien
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 1298xx
Usia : 49 tahun
Tanggal MRS : 03/02/2019
Tanggal Pengkajian : 04/02/2019
Alamat : Jl. Tanjung Raya 1, Gg. Kelontan No. 52
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Sumber informasi : Klien, suami dan anak
Kontak keluarga dekat: 08135657xxxx

II. Pengkajian
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Saat MRS : Klien datang dengan keluhan lemah ± 2 hari disertai mual,
pusing mengambang, demam dan BAB berwarna hitam
Saat Pengkajian : Klien mengeluhkan badannya terasa lemah, sering
merasa keletihan, pusing saat beraktivitas, BAB
berwarna hitam, berkeringat banyak.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan keluhan lemah ± 2 hari disertai mual, pusing
mengambang, demam dan BAB berwarna hitam SMRS. Badannya
semakin lemah dan sering merasa keletihan dan masih BAB berwarna
hitam
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat maag.
4) Riwayat penyakit keluarga
Klien mempunyai riwayat penyakit keluarga yakni hipertensi.
5) Riwayat yang lain
 Kecelakaan : tidak
 Operasi : tidak
 Alergi obat : tidak
 Alergi makanan : tidak
 Alergi lain-lain : tidak
 Merokok : tidak
 Alcohol : tidak
 Kopi : tidak
 Lain-lain : tidak
 Obat-obatan yang pernah digunakan : -
6) Genogram

4
9

Ket.
: Laki-laki
: Perempuan
: Ada hubungan
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Klien
1. Pola aktivitas dan latihan
NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)

1 Makan/Minum 0 0

2 Mandi 0 0

3 Berpakaian/berdandan 0 2

4 Toileting 0 2

5 Berpindah 0 2

6 Berjalan 0 2

7 Naik tangga 0 2

Keterangan:
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = tidak mampu
Alat bantu: tongkat / splint / brace / kursi roda / pispot / walker /
kacamata / dan lain-lain.
2. Pola nutrisi dan metabolic
NO SMRS MRS

1 Jenis makanan/diet Normal Diet TKTP

2 Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari

Tidak teratur Teratur

3 Porsi yang 1 porsi ½ porsi


dihabiskan

4 Komposisi Menu Nasi, sayuran, daging, buah Nasi, sayuran, daging, buah

5 Pantangan tidak ada tidak ada

6 Nafsu makan Normal Menurun

7 Fluktuasi BB 6 bln Tidak ada penurunan BB Tidak ada penurunan BB


terakhir

8 Sukar menelan Tidak Tidak


9 Riw.penyembuhan Cepat sembuh Cepat sembuh

luka

3. Pola eliminasi
NO SMRS MRS

Buang Air Besar (BAB) :

1 Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari

2 Konsistensi feces Lunak Lunak

3 Warna Hitam Hitam

4 Bau Khas Khas

5 Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada

6 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

Buang Air Kecil (BAK):

1 Frekuensi 6-7x/hari 8-10x/hari

2 Jumlah ±2000cc ±2500cc

3 Warna Kuning muda Kuning muda

4 Bau Khas Khas

5 Kesulitan BAK Tidak Tidak

6 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

4. Pola tidur dan istirahat


NO SMRS MRS

1 Tidur siang Jam 12.00 – 13.00 WIB Jam 11.00 – 13.30 WIB

Klien mengatakan nyaman setelah Klien mengatakan nyaman


tidur setelah tidur
2 Tidur malam Jam 21.00 – 04.30 WIB
Jam 20.00 – 04.30 WIB

Klien mengatakan nyaman setelah


Klien mengatakan nyaman
tidur
setelah tidur, namun sering
terbangun

3 Kebiasaan Tidak ada Tidak ada


sebelum tidur

4 Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

5 Upaya Tidak ada Tidak ada


mengatasi
5. Pola Kebersihan Diri
NO SMRS MRS

1 Mandi 2 x/hari, menggunakan sabun 1 x/hari, menggunakan sabun


mandi mandi

2 Handuk Ya, handuk pribadi Ya, handuk pribadi

3 Keramas 2 hari sekali, menggunakan Belum ada keramas


shampo

4 Gosok gigi 2 x/hari, menggunakan pasta gigi 1 x/hari, menggunakan pasta


dan sikat gigi pribadi gigi dan sikat gigi pribadi

5 Kesulitan Tidak Kelemahan dan keletihan

6 Upaya Tidak ada Kebutuhan dibantu orang lain


mengatasi (anak)

6. Pola Toleransi dan Koping Stres


a. Pengambil keputusan : diambil sendiri oleh klien dan dibantu suami
serta anak
b. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS / penyakit : tidak ada.
c. Hal yang biasa dilakukan jika mengalami stress/masalah : klien
berbicara dengan anggota keluarga dan berdoa kepada Allah SWT
d. Harapan setelah menjalani perawatan : Klien berharap lekas sembuh
dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.
e. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : klien mengatakan tidak
mampu melakukan aktivitas seperti biasa karena letih dan lemah.
7. Pola hubungan peran
a. Peran dalam keluarga : klien merupakan istri dan ibu dari 4 orang anak
dalam keluarganya.
b. Sistem pendukung : suami, anak, tetangga, teman, dan saudara.
c. Masalah peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS :
Tidak ada masalah peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan
di RS.
d. Upaya mengatasi : tidak ada.
2. Pola komunikasi
a. Bahasa utama: indonesia dan daerah melayu
b. Bicara: Normal dengan afek jelas.
c. Tempat tinggal: Sendiri, bersama suami dan anak
d. Penghasilan keluarga: Rp. 3 juta – 5 juta
3. Pola seksualitas
a. Tidak ada masalah dalam hubungan seksual selama sakit
4. Pola nilai dan kepercayaan
a. Apakah Tuhan dan agama penting untuk anda : Ya
b. Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : Klien berdoa meminta
kesembuhan kepada Allah SWT
5. Pemeriksaan Fisik
a. ROS
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Nilai GCS : E (4), V (5), M (6)
Tanda Vital : TD: 110/60 mmHg, N: 104 x/menit,
RR: 20 x/menit, S: 37,2
b. Sistem pernafasan
Sesak (-), bentuk dada simetris, batuk (-), dahak (-), tidak nyeri saat
bernafas, frekuensi nafas 20x/menit regular, bunyi nafas normal,
retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu pernafasan (-).
c. Sistem kardiovaskuler
Nyeri dada (-), suara jantung S1S2 tunggal dan irama regular, tidak
ada suara tambahan, CRT >3 detik
d. Sistem persarafan
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 E4 V5 M6, reflex bisep (+)
trisep (+) patella (+) dan achilles (+), kejang (-), bentuk mata normal,
pupil isokor, reflex cahaya kanan (+) kiri (+), gangguan penglihatan
(-), bentuk hidung normal, gangguan penciuman (-), bentuk telinga
normal, gangguan pendengaran (+)
e. Sistem perkemihan
Normal namun, urine 2000-2500ml/24 jam, frekuensi 8-10 kali/hari
berwarna kuning muda dengan bau khas, bentuk kelamin normal,
uretra normal.
f. Sistem pencernaan
Bibir normal, mukosa bibir kering, mulut tidak berbau, tidak ada sulit
menelan, tidak ada nyeri tekan/sakit menelan, lubang anus (+),
pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-), mual (+), muntah (-),
terpasang NGT (-), terpasang colostomy (-), peristaltic usus 5x/menit,
BAB 1x/hari, pola makan 3x/hari, jenis makanan nasi, sayur, daging
g. Sistem otot, tulang, dan integumen
ROM bebas, kemampuan otot normal, fraktur (-), dislokasi (-),
haematoma (-), warna kulit pucat, turgor kulit menurun, oedema (-),
luka (-)
h. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tyroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-),
hiperglikemia (-), hipoglikemia (-)
6. Psikososial
a. Dampak hospitalisasi : gelisah, klien kooperatif, hubungan dengan
pasien lain baik.
b. Dampak hospitalisasi terhadap anggota keluarga lainnya: tidak ada.
7. Pemeriksaan penunjang
 Tanggal 04 Januari 2019
Normal range

WBC 11.1 103/µL 4.0-11.00

Lymph# 2.3 103/µL 0.8-4.0

Mid# 0.6 103/µL 0.1-1.5

Gran# 8.2 103/µL 2.0-7.0

Lymph 20.7 % 20.0-40.0

Mid% 5.8 % 3.0-15.0

Gran% 73.5 % 50.0-70.0

RBC 1.63 106/µL 3.50-5.00

HGB 5.9 g/dl 11.0-15.0

HCT 19.4 % 37.0-47.0

MCV 119.1 fL 80.0-100.0

MCH 36.2 pg 27.0-34.0

MCHC 30.4 g/dl 32.0-36.0

RDW-CV 16.1 % 11.0-16.0

RDW-SD 68.9 fL 35.0-56.0

PLT 380 103/µL 150-300

MPV 8.3 fL 6.5-12.0

PDW 15.6 9.0-17.0

PCT 0.315 % 0.108-0.282

P-LCC 82 109/µL 30-90

P-LCR 21.6 % 11.0-45.0


Lab Urine Lengkap

Normal

Warna Kuning Muda Kuning

Kekeruhan Agak keruh Jernih

Berat jenis 1005 1005-1030

pH 6.0 5.0-8.0

Nitrit Negatif Negatif

Protein Negatif Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Biliriubin Negatif Negatif

Sedimen leukosit 20-25/LPB Negatif

Sedimen eritrosit Negatif Negatif

Silinder Negatif Negatif

Epitel gepeng 7-9/LPK 1-3/LPK

Epitel bulat 3-5/LPK Negatif

Kristal Negatif Negatif


8. Terapi pengobatan
IVFD NaCl 0.30% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
Pantoprazole 40mg / 24jam
Asam Tranexamat 500mg / 8 jam
Venofer 100mg
Inf. PCT 1gr / 8 jam
Oral Inpepsa syr 10ml / 8 jam
ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Ds : Eritrosit dan Hb menurun Ketidakefektifan
- Klien mengeluh Perfusi Jaringan Perifer
kulitnya pucat Anemia b.d penurunan
- Keluarga klien
konsentrasi Hb dan
mengatakan BAB
Transport Oksigen darah, suplai oksigen
klien hitam
Menurun berkurang
Do :
- Kulit pucat
Aliran darah ke organ
- TD: 110/60
vital dan jaringan
mmHg
Nadi: 104x/m menurun
RR: 20x/m
Suhu: 37.2°c
- Akral dingin Oksigen dan nutrisi tidak
- Diaforesis
ditransport secara
- Konjugtiva
adekuat
anemis
- Membran mukosa
kering Perfusi Jaringan
- Bibir pecah-pecah
terganggu
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
Ketidakefektifan
- Eritrosit :
1.63 106/µL perfusi jaringan perifer

DS : Eritrosit dan Hb menurun Intoleransi Aktivitas b/d


- Klien mengeluh ketidakseimbangan
kelelahan Anemia suplai oksigen dan
- Klien mengeluh kebutuhan nutrisi
adanya kelemahan
dan pusing Retensi aliran darah
perifer
DO :
- Klien pucat Suplai Oksigen ke
- Klien tampak jaringan menurun
lemah
- Takikardi
Hipoksia
- TD: 110/60
mmHg
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m Lelah, Lemah, pusing,
Suhu: 37.2°c
sesak nafas, penurunan
- Konjugtiva
kesadaran
anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : Intoleransi Aktivitas
1.63 106/µL

DS: Eritrosit dan Hb menurun Risiko Infeksi b.d


- Klien mengatakan penurunan hemoglobin
badannya terasa Anemia
demam
DO: Pertahanan sekunder tak
- Klien pucat adekuat
- Klien tampak
lemah Risiko Infeksi
- Takikardi
- TD: 110/60
mmHg
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.2°c
- Konjugtiva
anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit :
1.63 106/µL
- Leukosit :
11.1 103/µL

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d penurunan konsentrasi Hb
dan darah, suplai oksigen berkurang
2. Intoleransi Aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
nutrisi
3. Risiko Infeksi b.d penurunan hemoglobin
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital kaji pengisian 1. Untuk mengetahui derajat /
Perfusi Jaringan keperawatan selama 3x24 jam kapiler, warna kulit / membran adekuatnya perfusi jaringan dan
Perifer b.d diharapkan ketidakefektifan mukosa, dasar kuku. menentukan intevensi
penurunan perfusi jaringan teratasi dengan 2. Beri lingkungan yang nyaman. selanjutnya
konsentrasi Hb dan kriteria hasil: 3. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Vasekonstriksi menurunkan
darah, suplai sesuai toleransi. sirkulasi perifer dan
 Peningkatan perfusi
oksigen berkurang 4. Berikan oksigen tambahan sesuai menghindari panas berlebihan
jaringan
indikasi. penyebab vasodilatasi
5. Kolaborasi pengawasan hasil 3. Meningkatkan ekspansi paru dan
pemeriksaan laboraturium. memaksimalkan oksigenasi
Berikan sel darah merah lengkap / untuk kebutuhan seluler
packed produk darah sesuai 4. Memaksimalkan oksigenisasi
indikasi 5. Mengatasi kekurangan sel darah
merah
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mempengaruhi pilihan
Aktivitas b/d keperawatan selama 3x24 jam melakukan aktifitas sehari-hari intervensi/bantuan
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi aktivitas 2. Kaji kehilangan atau gangguan 2. Menunjukkan perubahan
suplai oksigen dan teratasi dengan kriteria hasil: keseimbangan, gaya jalan dan neurologi karena defisiensi
kebutuhan nutrisi  Berparstisipasi dalam kelemahan otot vitamin B12
aktivitas fisik tanpa 3. Observasi tanda-tanda vital 3. Manifestasi kardiopulmonal dari
disertai peningkatan sebelum dan sesudah aktivitas upaya jantung dan paru untuk
tekanan darah, nadi dan 4. Berikan lingkungan tenang, batasi membawa jumlah oksigen
RR pengunjung, dan kurangi suara adekuat ke jaringan
 Mampu melakukan bising, pertahankan tirah baring 4. Meningkatkan istirahat klien
aktivitas sehari-hari bila di indikasikan 5. Menurunkan kebutuhan oksigen
(ADLs) secara mandiri 5. Anjurkan pasien istirahat bila tubuh.
 Tanda tanda vital normal terjadi kelelahan dan kelemahan
3. Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah kontaminasi
penurunan keperawatan selama 3x24 jam dipakai pasien lain silang/kolonisasi bacterial
hemoglobin diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Instruksikan pada pengunjung 2. Membatasi pemajanan pada
dengan kriteria hasil: untuk mencuci tangan saat bakteri/infeksi
 Klien bebas dari tanda berkunjung dan setelah 3. Mencegah kontaminasi
dan gejala infeksi berkunjung silang/kolonisasi bacterial
 Mendeskripsikan proses 3. Cuci tangan sebelum dan setelah 4. Nutrisi adekuat membantu
penularan penyakit, faktor tindakan keperawatan mempertahankan tubuh
yang mempengaruhi 4. Tingkatkan intake nutrisi 5. Mencegah stasis cairan tubuh
penularan serta 5. Dorong masukan cairan misalnya pernapasan dan ginjal
penatalaksanaannya
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, peningkatan
elatisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab,
tidak ada rasqa haus yang
berlebihan
IMPLEMENTASI
Tanggal Waktu Implementasi Hasil
04 Februari 2019 20.45 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. TTV: TD: 110/60 mmHg, N: 104 x/menit,
2. Mengkaji pengisian kapiler, warna kulit / RR: 20 x/menit, S: 37,2
membran mukosa, dasar kuku. 2. CRT >3 detik, warna kulit pucat, membrane
3. Memberi lingkungan yang nyaman. mukosa kering, dasar kuku pucat,
4. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai konjungtiva anemis
toleransi. 3. Klien berada di ruang VIP dengan air
5. Berkolaborasi pemberian venofer 100mg conditioner 25°C
drip via NaCl 20tpm 4. Klien diberikan posisi semi fowler
5. IVFD NaCl 20 tpm, drip venofer 100mg
20.30 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 1. Klien mengatakan merasa lemah saat
melakukan aktifitas sehari-hari beraktifitas
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan 2. Klien mengalami kelelahan dan kelemahan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan saat aktifitas
otot 3. TTV: TD: 110/60 mmHg, N: 104 x/menit,
3. Mengobservasi tanda-tanda vital RR: 20 x/menit, S: 37,2
4. Memberikan lingkungan yang tenang 4. Klien berada di ruang VIP ditemani anak
5. Menganjurkan pasien istirahat bila terjadi suami dan keluarga yang sedang berkunjung
kelelahan dan kelemahan dan 5. Klien tirah baring mengikuti anjuran
mepertahankan tirah baring perawat
21.00 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah 1. Perawat melakukan cuci tangan mencegah
tindakan keperawatan penyebaran bakteri
2. Menginstruksikan pada pengunjung untuk 2. Pengunjung mengikuti anjuran perawat dan
mencuci tangan saat berkunjung dan mencuci tangannya
setelah berkunjung 3. Klien bertanya nutrisi apa yang baik bagi
3. Menganjurkan klien meningkatkan intake klien.
nutrisi Perawat memberikan pendidikan kesehatan
4. Menganjurkan klien dorong masukan mengenai nutrisi bagi penderita anemia
cairan 4. Klien mengikuti anjuran perawat untuk
banyak mengonsumsi air putih

05 Februari 2019 14.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. TTV: TD: 120/60 mmHg, N: 100 x/menit,
2. Mengkaji pengisian kapiler, warna kulit / RR: 20 x/menit, S: 36,7
membran mukosa, dasar kuku. 2. CRT >3 detik, warna kulit pucat, membran
3. Memberi lingkungan yang nyaman. mukosa kering, dasar kuku pucat
4. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai 3. Klien berada di ruang VIP dengan air
toleransi. conditioner 16°C
4. Klien diberikan posisi semi fowler

13.30 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 1. Klien mengatakan masih merasa lemah
melakukan aktifitas sehari-hari namun sudah lebih baik dari tadi malam
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan 2. Klien kelelahan dan kelemahan sedikit
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan berkurang saat aktifitas
otot 3. TTV: TD: 120/60 mmHg, N: 100 x/menit,
3. Mengobservasi tanda-tanda vital RR: 20 x/menit, S: 36,7
4. Memberikan lingkungan yang tenang 4. Klien berada di ruang VIP ditemani anak
5. Menganjurkan pasien istirahat bila terjadi dan suami
kelelahan dan kelemahan dan 5. Klien tirah baring mengikuti anjuran
mepertahankan tirah baring perawat

16.00 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah 1. Perawat melakukan cuci tangan mencegah
tindakan keperawatan penyebaran bakteri
2. Menginstruksikan keluarga untuk mencuci 2. Keluarga mengikuti anjuran perawat dan
tangan saat masuk dan meninggalkan mencuci tangannya
ruangan 3. Klien mengikuti anjuran perawat dan
3. Menganjurkan klien meningkatkan intake menghabiskan 1 porsi makan siang dan
nutrisi mengonsumsi buah-buahan yang
4. Menganjurkan klien dorong masukan mengandung vitamin c
cairan 4. Klien banyak mengonsumsi air putih ±2L
06 Februari 2019 08.20 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 100 x/menit,
2. Mengkaji pengisian kapiler, warna kulit / RR: 20 x/menit, S: 36,5
membran mukosa, dasar kuku. 2. CRT 3 detik, warna kulit pucat, membran
3. Memberi lingkungan yang nyaman. mukosa kering, dasar kuku pucat,
4. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai konjungtiva anemis
toleransi. 3. Klien berada di ruang VIP dengan air
conditioner 18°C
4. Klien diberikan posisi semi fowler

08.00 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 1. Klien mengatakan merasa sudah mampu
melakukan aktifitas sehari-hari beraktivitas
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan 2. Keadaan klien tampak masih lemah
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan 3. TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 100 x/menit,
otot RR: 20 x/menit, S: 36,5
3. Mengobservasi tanda-tanda vital 4. Klien berada di ruang VIP ditemani anak
4. Memberikan lingkungan yang tenang dan suami
5. Menganjurkan pasien istirahat bila terjadi 5. Klien tirah baring mengikuti anjuran
kelelahan dan kelemahan perawat

09.00 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah 1. Perawat melakukan cuci tangan mencegah
tindakan keperawatan penyebaran bakteri
2. Menginstruksikan keluarga untuk mencuci 2. Keluarga mengikuti anjuran perawat dan
tangan saat masuk dan meninggalkan mencuci tangannya
ruangan 3. Klien mengikuti anjuran perawat dan
3. Menganjurkan klien meningkatkan intake menghabiskan 1 porsi sarapan dan
nutrisi mengonsumsi buah-buahan yang
4. Menganjurkan klien dorong masukan mengandung vitamin c
cairan 4. Klien banyak mengonsumsi air putih ±2L
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl No.Dx SOAP Paraf
04 1 S:
- Klien mengeluh kulitnya pucat
Februari
- Keluarga klien mengatakan BAB klien masih
2019
hitam
O:
- Kulit pucat
- TD: 110/60 mmHg
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.0°c
- Akral dingin
- Diaforesis (keringat berlebih)
- Konjugtiva anemis
- Membran mukosa kering
- Bibir pecah-pecah
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
P:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit /
membran mukosa, dasar kuku.
3. Beri lingkungan yang nyaman.
4. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
5. Kolaborasi pemberian venofer 100mg drip
via NaCl 20tpm
2 S:
- Klien mengeluh adanya kelemahan dan
keletihan namun sudah berkurang dari tadi
malam
- Keluarga mengatakan aktifitas (ADLs) klien
masih dibantu
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- Takikardi
TD: 110/60 mmHg\
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.0°c
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Intoleransi aktivitas
P:
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
2. Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas
4. Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan
5. Anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan
3 S:
- Klien mengatakan demam sudah turun
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- Takikardi
- TD: 110/60 mmHg
Nadi: 104x/m
RR: 20x/m
Suhu: 37.0°c
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
- Leukosit : 11.1 103/µL
A: Risiko infeksi
P:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
keperawatan
2. Batasi pengunjung dan instruksikan keluarga
/ pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan
3. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi
4. Anjurkan klien dorong masukan cairan

Tgl No.Dx SOAP Paraf


05 1 S:
- Klien mengeluh kuku dan kulitnya pucat
Februari
- Klien mengatakan berkeringat banyak
2019
O:
- Kulit pucat
- TD: 120/60 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,6
- Akral dingin
- Diaforesis (keringat berlebih)
- Konjugtiva anemis
- Membran mukosa kering
- Bibir pecah-pecah
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
P:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit /
membran mukosa, dasar kuku.
3. Beri lingkungan yang nyaman.
4. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
5. Kolaborasi pemberian venofer 100mg drip
via NaCl 20tpm
2 S:
- Klien mengeluh adanya kelemahan dan
keletihan namun sudah berkurang
- Keluarga mengatakan aktifitas (ADLs) klien
masih dibantu
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- TD: 120/60 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,6
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Intoleransi aktivitas
P:
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
2. Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas
4. Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan
5. Anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan
3 S:
- Klien mengakatakan sudah tidak demam
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- TD: 120/60 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,6°c
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
- Leukosit : 11.1 103/µL
A: Risiko infeksi
P:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
keperawatan
2. Batasi pengunjung dan instruksikan keluarga
/ pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan
3. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi
4. Anjurkan klien dorong masukan cairan

Tgl No.Dx SOAP Paraf


06 1 S:
- Klien mengeluh kuku dan kulitnya pucat
Februari
- Klien mengatakan berkeringat sudah
2019
berkurang
O:
- Kulit pucat
- TD: 120/70 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,5
- Akral dingin
- Konjugtiva anemis
- Membran mukosa lembab
- Bibir lembab
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
P:
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit /
membran mukosa, dasar kuku.
3. Beri lingkungan yang nyaman.
4. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
5. Kolaborasi pemberian venofer 100mg drip
via NaCl 20tpm

2 S:
- Klien merasa sudah mampu beraktivitas
- Keluarga mengatakan klien masih dibantu
sedikit dalam pemenuhan kebutuhannya.
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- TD: 120/70 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,5
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
A: Intoleransi aktivitas
P:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
- Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot
- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas
- Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan
- Anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan
3 S:
- Klien mengatakan tidak demam lagi
O:
- Klien pucat
- Klien tampak lemah
- TD: 120/70 mmHg,
N: 100 x/menit,
RR: 20 x/menit,
S: 36,5
- Konjugtiva anemis
Pemeriksaan Penunjang:
- HB : 5.9 g/dl
- Eritrosit : 1.63 106/µL
- Leukosit : 11.1 103/µL
A: Risiko infeksi
P:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
keperawatan
2. Batasi pengunjung dan instruksikan keluarga
/ pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan
3. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi
4. Anjurkan klien dorong masukan cairan
EVIDENCE BASED PRACTICE

PUKIS “BANGGA” (BAYAM-MANGGA) UNTUK MENGATASI ANEMIA


Vol.1 No.1, September 2011
Terdapat empat masalah gizi yangutama di Indonesia, salah satu darimasalah
tersebut adalah anemia gizi besi. Anemia adalah kondisi dimana keadaan hemoglobin
dalam darah kurang dari batas normal yang sesuai usia atau jenis kelamin. Kadar
untuk laki-laki 13,5 gr/100ml dan untuk wanita 12,6 gr/100ml (Bambang, 2007).
Seseorang dikatakan terkena anemia, dengan tanda-tanda gejala sebagai berikut
lemas dan cepat lelah, pucat, mudah terserang penyakit, menurunnya kemampuan
beraktivitas dan dampak yang paling fatal terjadi anak-anak dapat menurunkan IQ
sebesar 5 point.
Oleh karena itu diperlukan solusi yang strategis dan efektif dalam menangani
masalah anemia gizi besi pada masyarakat terutama, yaitu dengan cara menciptakan
suatu kreasi dan inovasi makanan yang menyehatkan. Pembuatan pukis “bangga”
sebagai cemilan sehat ini merupakan salah satu media atau wadah dalam penyaluran
jiwa kewirausahaan. ukis ini terdiri dari Bayam, yang merupakan sayuran yang
banyak mengandung Fe (zat besi) yang kemudian dikombinasikan dengan Mangga
yang mana termasuk buah-buahan yang kaya akan vitamin C sehingga dapat
meningkatkan penyerapan besi oleh tubuh secara maksimal. Secara fisiologis, tubuh
manusia membutuhkan 3,9 gr zat besi dan 40 gr vitamin C. Maka dapat kami
perkirakan dalam setiap pembuatan pukis “bangga” terkandung 375 gr tepung terigu,
100 gr bayam, dan 750 gr mangga, dimana dalam satu resep dihasilkan 30 pukis “
bangga”, dengan perhitungan perkiraan setiap pukis mengandung, Fe = 3,3 gr dari
bayam serta Vitamin C= 25 gr yang diperoleh dari mangga. pemasakan pukis tersebut
maka kemungkinan kandungan Fe dalam bayam menjadi berkurang. Sehingga untuk
mengantisipasi kekurangan zat besi tersebut maka paling tidak dibutuhkan 2-3 pukis
perhari (Depkes RI, 2014).
Hasil penelitian Produk pukis “bangga” sendiri sudah kami ujicobakan terhadap
didesa Langenharjo, Pati. Sampel yang kami ambil sebanyak 10 orang dengan anemia
ringan dan sedang, dimana dihasilkan 10 orang tersebut Hb nya meningkat karena
mengomsumsi pukis “bangga”.
PENGARUH KONSUMSI TELUR TERHADAP PENINGKATAN
KADAR HEMOGLOBIN

Sri Karyati1, Aini Zahro2, ,Noor Hidayah3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016

Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi topik
pembicaraan yang tak henti-henti.Kesehatan menjadi hal yang paling penting dalam
mendukung kehidupan manusia (Grafindo, 2007).
Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja
menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut salah satunya
adalah anemia. Anemia masih dianggap masalah kesehatan sampai saat ini. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) anemia muncul karena kekurangan zat besi. Penyakit
ini menempati urutan teratas penyebab kematian. Diperkirakan 4-5 milyar penduduk
dunia (sekitar 66%-80% penduduk dunia) menderita anemia karena kekurangan zat
besi (Arisman, 2010).
Anemia merupakan suatu gejala kekurangan kadar hemoglobin (Hb) darah pada
seseorang biasanya ditandai dengan kadar hemoglobin dalam darah rendah, kadar Hb
darah untuk wanita dewasa normal 12,00 gr%-14,00 gr% (Arisman, 2010).
Penanganan yang biasa dilakukan pada orang dewasa yang mengalami anemia adalah
dengan pemberian tablet zat besi (Fe), mulanya program pemberian suplementasi besi
direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) kepada ibu hamil, namun
seiring berjalannya waktu sasaran program ditambah menjadibalita, anak sekolah
dan wanita usia subur (Depkes RI, 2013).
Terapi zat besi ini dapat dikombinasikan dengan terapi komplementer yang
berasal dari herbal.Terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang digunakan
Bersama atau sebagai tambahan terhadap pengobatan konvensional.Terapi herbal
biasanya sangat diminati oleh masyarakat selain merasa aman karena terbuat dari
bahan yang berasal dari alam, pembuatan dan bahannya juga mudah didapat untuk
dikonsumsi seharihari (Vitahealth, 2009).
Semakin berkembangan ilmu pengetahuan, dengan berbagai hasil penemuannya
seperti buah-buahan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh. Hasil penemuan yang telah dipublikasikan membuat banyak orang tahu
mengenai manfaat dari bahan-bahan makanan yang dihasilkan oleh alam salah satu
yaitu telur. Telur yang telah lamadikenal oleh masyarakat dan dikonsumsi ternyata
memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk kesehatan. Terapi diet yang diberikan
kepada para pendonor darah setelah darahnya diambil biasanya diberikan susu dan
sebutir telur guna memulihkan stamina dan mencegah terjadinya anemia (IDI, 2009).
Telur merupakan sumber protein yang murah dan mudah diperoleh demikian
pula kandungan asam amino esensialnya, hampir setara dengan yang berasal dari air
susu ibu. Beragam vitamin juga terdapat dalam telur,: vitamin A, D, serta vitamin B
kompleks termasuk B 12. Telur juga menyimpan zat-zat mineral lainnya seperti zat
besi, kalsium, fosfor, sodium dan magnesium. Telur sama sekali tidak mengandung
karbohidrat meskipun memiliki kalori 59 kalori (248 kj) (Boga, 2010).
Pada penelitian akan dilakukan pengumpulan data konsumsi telur pada remaja
putri yang mengalami anemia dengan kelompok eksperimental diberi perlakuan
berupa aplikasi konsumsi telur, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.
Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan kadar
Hb pada kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakukan. Hal ini dikarenakan
Terjadinya kenaikan kadar Hb dibandingkan sebelum di berikan perlakuan pada
responden ini dikarenakan tubuh mendapatkan asupan gizinya berupa protein telur
dimana protein ini mampu memberikan zat besi kepada tubuh sehingga kadar Hb pada
tubuh mengalami kenaikan. Apalagi saat observasi responden patuh dan rutin
mengkonsumsi telur selama yang disarankan peneliti yaitu 3 hari sehingga responden
terpenuhi akan kebutuhan zat besinya melalui protein hewani yaitu telur.
Hasil penemuan yang telah lama dikenal oleh masyarakat telur yang dikonsumsi
ternyata memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk kesehatan. Salah satunya telur
dan susu diberikan kepada para pendonor darah setelah darahnya diambil, hal ini
berguna untuk memulihkan stamina dan mencegah terjadinya anemia pada pendonor
darah (IDI, 2009).

Daftar Pustaka
Karyati Sri., Aini Zahro & Noor Hidayah.(2016). Pengaruh konsumsi telur terhadap
peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang mengalami
anemia di SMK Grafika Raden Umar Said Kudus. MUSWIL IPEMI Jateng, 17
September 2016.
Bambang Tri S. (2007). Data anemia pada balita remaja dan dewasa, Dinkes prov.
Jawa Timur 2008.
Depkes RI. (2014). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai