Skenario 3
Buang Air Kecil Berpasir
Seorang laki – laki berusia 35 tahun datang ke Instalasi Gawat Daruruat
RS dengan keluhan nyeri pinggang kanan, nyeri dirasakan terus menerus. Pasien
mengaku pernah kencing berpasir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
tekanan darah 120/80 denyut nadi, 84x/menit, laju pernafasan 20x/menit, suhu
37,1oC. Nyeri ketok costovertebra dextra (+). Pada pemeriksaan radiologi
didapatkan gambaran opaque pada region hipokondrium kanan. Dokter
memberikan obat untuk menghilangkan nyeri pinggangnya.
STEP I
1. Gambaran opaque: warna putih dalam radiologi
STEP II
1. Bagaimana penyebab dan faktor risiko pada pasien?
2. Bagaimana bisa terjadi nyeri pinggang dan kencing berpasir?
3. Mengapa pada PF terdapat nyeri ketok costovertebra dextra (+) dan
gambaran opaque pada regio hipokondriaka dextra
4. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus tersebut
5. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus tersebut!
STEP III
1. Faktor Intrinsik: hiperkalsemia, hiperkasuria, umur, jenis kelamin,
keturunan.
Faktor ekstinsik: konsumsi air minum, geografis, iklim, kebiasaan makan.
2. Pengendapan kalsium pembentukan batu inflamasi nyeri.
Ada sebagian batu yang keluar
Berpasir batu kurang dari 5 mm.
Saraf sensoris N.Prenicus FR (dehidrasi) pengendapan
garam mengubah pH dari alkalis ke basa dapat terjadi
pembentukan batu.
Faktor pembentukan batu kalsium
2
- Hiperkalsuria
- Hiperoksaluria
- Hiperurikosuria
- Hipositraturia
3. Nyeri ketok inflamasi proyeksi ren dekstra
Opaque batu nyeri
4. Anamnesis
Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan, hematuria, retensi urin.
PF
Nyeri ketok ginjal
PP
- Lab. Darah
- Radiologi
- Urinalis
Diagnosis banding
- Nefrolithiasis
- Ureterolithiasis
- Vesicoithiasis
- Urethrolithiasis
5. Medikamentosa: Analgetik (paracetamol, ibuprofen), diuretik
- Rujuk ke Sp.U
- Kateter
- PNCI
- ESWL
STEP IV
1. Nefrolithiasis
Etiologi dan FR: Riwayat keturunan umur, hiperkalsuria dan
hiperkalsemia, jarang minum
Manifestasi: nyeri pinggang, kencing berpasir
Etio dan FR batu pada ginjal obstruksi nyeri kolik organ
berongga tidak bisa ditunjuk N. Vagus di dalam.
3
MIND MAP
Etiologi
Faktor
Komplikasi Risiko
Batu Saluran
Kemih
Patomekanis
Tatalaksana
me
Penegakkan
Diagnosis
STEP V
1. Etiologi, Patofisiologi, Penegakan Diagnosis, Tatalaksana dan Komplikasi
A. Nefrolithiasis
B. Ureterolithiasis
C. Vesicolithiasis
D. Urethrolithiasis
4
STEP VI
Belajar Mandiri
STEP VII
1. Nefrolithiasis
A. Definisi
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah terbentuknya struktur kristal di
saluran kemih yang telah mencapai ukuran yang cukup sehingga
menimbulkan gejala. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau
kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam urin. Nefrolitiasis yang
paling sering terbentuk adalah batu kalsium oksalat (80%). Batu ginjal
lebih banyak menyerang laki-laki dari pada perempuan, orang rentang
usia terbanyak pada usia 45 – 65 tahun.3
B. Faktor Resiko
Untuk nefrolitiasis meliputi usia, jenis kelamin laki-laki, obesitas,
diabetes, sindrom metabolik, kelainan ginjal struktural, asupan cairan
yang rendah, penyakit ginjal dan penyakit saluran pencernaan tertentu.
Selain itu, faktor makanan dan endokrin juga diketahui sangat
mempengaruhi risiko batu ginjal.
Bahwa faktor makanan memainkan peran penting dalam batu
ginjal. Misalnya, asupan cairan yang rendah dan asupan yang berlebihan
dari protein, garam, dan oksalat merupakan faktor risiko yang dapat
diubah untuk batu ginjal. Pasien batu ginjal harus memiliki pengetahuan
tentang diet maupun asupan cairan yang dikonsumsi. 3
C. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang.
Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
5
tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan di sekitarnya. 2
Faktor intrinsik antara lain:
1. Herediter (keturunan), penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya.
2. Umur , penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin, jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan2
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1. Geografis, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air, kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi.
4. Dieti tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu.
5. Pekerjaan, penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas 2.
D. Patofisiologi
Batu ginjal atau nefrolitiasis di dasari pada dua kemungkinan, yaitu
supersaturasi urin dan deposisi materi batu pada ginjal. Komposisi
senyawa yang paling banyak menyebabkan batu ginjal adalah kalsium
oksalat (CaOx) sebanyak 80% dan kalsium fosfat (CaP) sebanyak 15%.1
Batu Kalsium. Proses terjadinya pembentukan batu ginjal karena
kalsium, selain dai karena kurangnya volume urin, meliputi:
Hiperkalsiuria, ditemukan pada 30-60% kasus nefrolitiasis dewasa.
Penyebab terjadinya hiperkalsiuria, antara lain: 1
Peningkatan absorpsi kalsium di saluran cerna
Penurunan reabsorpsi kalsium di ginjal
Peningkatan pergerakan kalsium dari tulang
6
E. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus
dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,
aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya
nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama
sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering
mempunyai tipe nyeri yang sama.3
Pemeriksaan Fisik
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat, dan nausea.
Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi
berat atau dengan hidronefrosis.
Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal
ginjal dan retensi urin.
Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada
pasien dengan urosepsis.3
Pemeriksaan penunjang
Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat
radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini
dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen
umumnya adalah jenis batu asam urat murni.3
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup
untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada
9
F. Tatalaksana
Terapi ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih
yang lebih parah dan memperbaiki kondisi pasien, yaitu berupa terapi
suportif dan pemberian antibiotika. Antibiotika yang dipergunakan pada
keadaan ini adalah yang bersifat bakterisidal, dan berspektrum luas, yang
secara farmakologis mampu mengadakan penetrasi ke jaringan ginjal dan
kadarnya di dalam urin cukup tinggi. Golongan obat-obatan itu adalah
aminoglikosida yang dikombinasikan dengan aminopenisilin (ampisilin
atau amoksisilin), aminopenisilin dikombinasikan dengan asam
klavunalat atau sulbaktam, karboksipenisiliin, sefalosporin, atau
fluoroquinolon. 2
10
G. Komplikasi
Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan beberapa penyulit, diantaranya:
1) Gagal ginjal akut
2) Urosepsis
3) Nekrosis papila ginjal
4) Terbentuknya batu saluran kemih
5) Supurasi atau pembentukan abses
6) Granuloma. 1
2. Ureterolithiasis
A. Definisi
Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan pada
ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan
batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang
saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.2
B. Etiologi
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui
secara pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu.2
Immobilisasi, kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal
menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan
meningkatkan pembentukan batu.2
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.
Iklim tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di
daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan
mengurangi produksi urin. Diuretik potensial mengurangi volume cairan
dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih.
Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu,
12
keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan,
ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh,
dan vitamin D.2
C. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi
larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.2
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor
lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah
menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-
masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu
asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium
fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu
oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.2
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium
menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan
menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak
adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.2
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada
batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat
urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan
akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal
2
dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
13
D. Penegakan Diagnosis
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan
kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral,
bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat)
atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat.4
Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau
sistin meningkat.4
Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih
(stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).4
Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.4
BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.4
Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis
tubulus ginjal.4
Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat
menunjukan infeksi/septicemia.4
Sel darah merah : biasanya normal.4
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan,
disfungsi ginjal).4
Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine).4
Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.4
14
F. Komplikasi
Sumbatan akibat pecahan batu. Infeksi akibat desiminasi partikel
batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi. Kerusakan fungsi ginjal : akibat
sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal.3
3. Vesicolithiasis
A. Definisi
Vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk Kristal yang terbentuk
atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu saluran
kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih
banyak pada saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu saluran
kencing banyak mengenai system bagian atas (ginjal, pyelum) sedangkan
pada anak- anak sering pada system bagian bawah (buli-buli). Di Negara
berkembang batu bulibuli terbanyak ditemukan pada anak laki-laki pre
pubertas.4
Komponen yang terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam
kalsium. Pada awalnya merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi
kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih besar.
Kadangkala juga merupakan batu yang multiple. Batu buli-buli atau
kandung kemih adalah batu yang tidak normal didalam saluran kemih
yang mengandung komponen Kristal matriks organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian berasal
mengandung batu kalsium oksalat, atau fosfat. Batu buli-buli terutama
mengandung kalsium dan magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat,
oksalat, dan zat-zat lainnya.4
B. Etiologi
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batu buli-buli menurut yaitu faktor intrinsik yang terdiri dari herediter
(keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya, umur,
17
penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun, jenis
kelamin, jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.4
Sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya terdiri dari geografi, pada
beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt (sabuk batu), sedangkan daerah di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih. Iklim dan temperatur, asupan air
kurangnya asupan air dan tingginya Kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Diet, diet
yang banyak 12 purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih. Pekerjaan, penyakit ini sering dijumpai pada
orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas.2
C. Patofisiologi
Pada umumnya batu buli-buli terbentuk dalam buli-buli, tetapi
pada beberapa kasus batu buli terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-
buli, kemudian terjadi penambahan deposisi batu untuk berkembang
menjadi besar. Batu buli yang turun dari ginjal pada umumnya berukuran
kecil sehingga dapat dikeluarkan spontan melalui uretra. Secara teoritis
batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu. Batu terdiri dari atas kristal-kristal yang tersusun oleh
bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine.
Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap
terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.1
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
baru (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik
18
menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia.2
Pasien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang
keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini
disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang
berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang
berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan
sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan
lancar.2
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urine sering dilakukan karena tidak mahal dan
hasilnya dapat menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat.
Pada pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan hasil
pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase
dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri hebat, oleh
sebab itu banyak 25 pasien sering mengurangi konsumsi air minum
sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan
menyebabkan urin asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan
adanya sel darah merah dan pyuria (leukosit), dan adanya kristal yang
menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga berguna untuk
memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi. 2
2) Pemeriksaan Imaging
a. Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat
memvisualisasikan saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika
urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kelemahan
karena hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque. Batu
asam urat dan amonium urat merupakan batu yang radiolucent.
Tetapi batu tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa
kalsium sehingga gambaran akhirnya radioopaque. Pelapisan
20
4. Urethrolithiasis
A. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu uretra primer adalah kelainan anatomi
seperti striktur uretra, divertikulum, hipospadia, dan stenosis meatal.
Kondisi patologis tersebut menyebabkan keadaan stasis urin atau stagnasi
yang menjadi predisposisi infeksi saluran kemih. Penyebab lain adalah
adanya benda asing seperti kateter uretra, debris, obstruksi leher buli, dan
skistisomiasis. Penyebab lainnya adalah idiopatik dan herediter.5
B. Patofisiologi
Obstruksi saluran uretra oleh batu sering disebabkan oleh
perpindahan batu saluran kemih atas, yaitu batu buli, batu ureter, atau
batu ginjal. Batu ginjal atau ureter yang dapat turun spontan ke buli,
biasanya akan dengan leluasa menyumbat saluran uretra. Batu yang
bermigrasi dari buli biasanya soliter, batu multipel ditemukan pada kasus
steinstrasse setelah dilakukan extracorporeal shock wave lithotripsy
(ESWL).1
Batu berukuran kecil (diameter <1 cm) terkadang dapat keluar
dengan spontan.Namun, batu di saluran kemih atas biasanya sudah
berukuran besar sebelum turun dan menyumbat uretra. Deteksi terlambat
dapat menyebabkan batu uretra diketahui saat sudah mencapai uretra
bagian anterior. Gesekan batu dengan epitel uretra yang meningkatkan
spasme sfingter uretra eksternum atau edema epitel uretra menambah
24
C. Penegakan Diagnosis
Pasien dengan batu uretra biasanya dating dengan keluhan saluran
kemih bawah akut karena impaksi mendadak, dapat berupa keluhan
iritatif ataupun obstruktif. Keluhan obstruktif berupa retensi urin akut
merupakan keluhan utama yang paling sering ditemukan, keluhan
obstruktif lainnya berupa pancaran urin melemah atau urin menetes.
Keluhan iritatif dapat berupa stranguria, makrohematuria, dan disuria.5
Pada pasien perempuan, hampir sebagian besar disebabkan oleh
divertikula uretra. Gejala awal berupa pancaran urin intermiten,
hematuria terminal, dispareunia, dan infeksi. Gejala ini jarang
menyebabkan pasien mencari pengobatan, akibatnya dapat terbentuk
fistula uretrokutaneus atau uretrorektal. Jika terjadi obstruksi maka gejala
berupa nyeri perut bawah, pelvis, atau perineal, urin menetes, dan retensi
akut. Pada perempuan, batu uretra dapat menyebabkan nyeri pelvis
kronis.5
Pada laki-laki nyeri dapat dirasakan menjalar hingga ke ujung
penis. Pada sebagian besar kasus, batu uretra dapat terpalpasi pada
pemeriksaan fisik, teraba massa keras sepanjang uretra laki-laki atau
dinding anterior vagina pada perempuan. Selain itu, teraba massa keras di
skrotum menjadi petunjuk adanya batu uretra.5
Pemeriksaan penunjang
1) ultrasonografi (USG) penis: batu ditunjukkan dengan gambaran
hiperekoik disertai bayangan akustik.2
2) uretrografi retrograd (retrograde urethrogram/ RUG): akan terlihat
filling defect yang menandakan adanya obstruksi oleh batu uretra.2
25
D. Tatalaksana
1) Dekompresi Kandung Kemih
Dekompresi kandung kemih yang penuh urin harus segera
dilakukan dengan pemasangan kateter uretra. Jika gagal, pilihan
tindakan berikutnya adalah pungsi suprapubik dan kateter suprapubik
sebelum dirujuk atau mendapatkan tatalaksana definitif.2
2) Batu Uretra Posterior
Tatalaksana berikutnya adalah mengatasi nyeri yang disebabkan
oleh batu di uretra. Batu di uretra posterior didorong kembali ke buli
untuk selanjutnya dilakukan tatalaksana operatif. Pendorongan batu
uretra dilakukan bersama pemasangan kateter uretra. Cara ini bias
gagal karena dipersulit oleh spasme uretra eksternum atau otot
periuretra di sekitar batu karena nyeri gesekan batu. Hal tersebut dapat
dicegah dengan pemberian jelly xylocaine.2
3) Batu Uretra Anterior
Pada batu uretra anterior, pendorongan batu kembali ke buli sulit
berhasil, sehingga sebaiknya tidak dilakukan. Ekstraksi batu dengan
gerakan “milking” seperti memeras susu dapat berhasil jika
permukaan batu rata. Risiko cedera uretra harus diperhatikan,
terutama pada batu yang besar, tajam, dan ireguler; pada batu-batu
tersebut cara ini tidak disarankan. Pemberian jelly lidokain
mempermudah ekspulsi batu uretra anterior. Jika gagal,
penatalaksanaan operatif menjadi pilihan Beberapa batu uretra anterior
kecil dapat menyumbat hingga bagian fosa navikularis atau meatus
uretra eksternus, membutuhkan tindakan meatotomi sederhana untuk
mengangkat batu uretra tersebut. Segala tindakan di atas memerlukan
pengobatan anti-nyeri yang adekuat.2