Anda di halaman 1dari 17

`ASKEP SISTEMIK LUPUS ERYTEMATOSUS

(SLE)
(Untuk memenuhi tugas mata kuliah MEDSUR 1)
Dosen Pembimbing:

Sucipto,Skep.Ners.Mkes.

Disusun Oleh:

Tingkat IIA

1.Amanda Fatwa N. ( 3 )

2.Christian Anggraeni ( 7 )

3.Dyah Ayu K. (11)

4.Ferry Andy K. (15)

5.Hendrikus B.H. (19)

6.Jeunieb Yuda W. (23)

7.M.Lutfi (27)

8.Nilla Yanuar D. (31)

9.Pipit Tri W. (35)

10.Serafiani Suju (39)

11.Titus Aiwa (43)

12.Vivi Nurjanah (47)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkah dan rahmatnya kami
berhasil menyusun Makalah Sistemik Lupus Erithematosus untuk mahasiswa
keperawatan.Pada pembuatan makalah ini,kami berusaha menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah di mengerti sehingga dapat dengan mudah di cerna dan di ambil
intisarinya dari materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan Mahasiswa dan dosen pengajar
Sistemik Lupus Erithematosus.

Ucapan terima kasih kepada :

1.Bapak Sucipto.skep.Ners.Mkes selaku pembimbing mat kuliah MEDSUR III

2.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,


mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, Makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya baik dari segi bahasa,pengolahan maupun dalam penyusunan,
kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata ajar Sistemik Lupus
Erithematosus dan kami tak lupa mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami.

Kediri, 4 Oktober 2011

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB III

KONSEP PENYAKIT

1.Pengertian

 Sistemik lupus erythematosus adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai
dengan peradangan dan pembetukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga,
kulit kepala dan kandung pada bagian tubuh lainnya(WWW. Medicastrore. Com.
2004).
 SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibodi dalam tubuh.

2.Etiologi

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu reaksi kekebalan
tubuh yang secara keliru menyerang kulit yang normal.
Penyakit ini cenderung diturunkan dan 3 kali lebih sering menyerang wanita pada beberapa
penderita, timbulnya lesi kulit dipicu oleh sinar matahari dan merokok.
Lesi ( kelainan ) kulit ini tampak sebagai bercak kemerahan yang bersisik dan berkeropeng
yang jika membaik akan meninggalkan jaringan perut berwarna putih. Bagian tengahnya
berwarna lebih terang dan bagian pinggirnya berwarna lebih gelap dari kulit yang normal.
Jika lesi timbul didaerah yang berambut ( misalnya dagu atau kulit kepala ), maka bisa terjadi
pembentukan jaringan parut yang berwarna permanen dan kerontokan( WWW.
Medicastore.com. 2004 ).

3.Gejala Utama
Gejala penyakit Lupus bisa berbeda-beda pada tiap penderitanya. Itu sebabnya
seseorang yang menderita penyakit ini sulit mendeteksi penyakit tersebut. Bahkan, gejalanya
dapat menyerupai gejala penyakit lain.

Hal ini disebabkan karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda pada tiap penderitanya.
Misalnya, bila yang diserang adalah darah, maka gejalanya mirip dengan orang yang
menderita anemia. Bila yang diserang mulut, maka penderita dapat mengalami sariawan yang
berkepanjangan yang dapat dianggap sebagai gejala kekurangan vitamin C.

Beberapa gejala yang umum pada penyakit ini adalah munculnya bercak merah pada hidung
dan kedua pipi membentuk seperti kupu-kupu yang disebut butterfly rash. Bercak dapat pula
terjadi pada tubuh. Dalam tahap lanjut, penyakit ini dapat menyebabkan kerontokan rambut,
rasa lelah yang berlebihan, kerusakan pada organ tubuh. Penderita Lupus mengalami gejala
seperti pada orang yang menderita kanker.

Maka, cara mengetahui apakah seseorang tersebut menderita Lupus atau tidak yaitu dengan
melakukan tes antinuclear antibodies (ANA). Jika hasil tes positif maka kemungkinan besar
orang tersebut mengidap penyakit Lupus.

4.Patofisiologi

Penyakit sistemik lupus eritematosus ( SLE ) tampaknya terjadi akibat terganggunya


regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti bodi yang berlebihan.
Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif ) dan lingkungan ( cahaya matahari, luka bakar termal ). Obat-obat tertentu
seperti hidralasin ( Apresoline , prokainamid ( Pronestyl ), isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfalfa turut terlibat dalam
penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi auto anti bodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-
Supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang anti bodi
tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali( Smeltzer dan Suzane, 2001 )

5.Penatalaksanaan medis

Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim kortikosteroid. Bercak
lebih besar resisten, kadang memerlukan pengobatan selama beberapa bulan dengan
kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan obat imunosupresan seperti digunakan untuk
mengobati lupus eritematosus sistemik. Krim steroid yang kuat sebaliknya dioleskan pada
bercak kulit sebanyak 1-2 kali/hari. Sampai bercak menghilang jika bercak sudah mulai
kurang bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan.
Salep cortison yang dioleskan pada lesi sering kali dapat memperbaiki keadaan dan
memperlambat perkembangan penyakit. Suntikan cortison yang dioleskan pada dalam lesi
juga bisa mengobati keadaan ini dan bisanya lebih efektif dari pada salep.
Lupus discoid tidak disebabkan oleh malaria, tetapi obat anti malaria ( cloroquine,
hydroxcloroquine ) memiliki daya anti peradangan yang ampuh bagi sebagian besar kasus
lupus discoid.

6.Penatalaksanaan Penunjang

Pilihan terapi didasarkan pada jenis dan tingkat keparahan manifestasi klinis.
Tujuannya adalah untuk mengontrol gejala akut dan memelihara agar tanda klinis
ditekan dalam batas senormal mungkin. Pilihan terapi bergantung pada; (1) apakah
penyakit mengancam nyawa atau berpotensi mengakibatkan kerusakan organ; (2)
apakah manifestasi klinis yang timbul bersifat reversibel; (3) pilihan terbaik untuk
mencegah komplikasi dari penyakit dan pengobatannya.

Terapi Konservatif untuk SLE yang Tidak Mengancam Nyawa

 NSAIDs (nonsteroidal intiinflammatory drugs; cth: ibuprofen 400-800 mg, tiga


sampai empat kali sehari). Komplikasi ginjal, saluran cerna, dan kardiovaskular
harus dipertimbangkan.
 Antimalaria (hydroxychloroquine 400 mg/d)—dapat memmperbaiki manifestasi
klinis konstitusional dan kutaneous (lihat post Systemic Lupus
Erythematosus (SLE)).

Terapi SLE yang Mengancam Nyawa

 Glukokortikoid sistemik
 Agen-agen sitotoksik/ imunosupresif—ditambahkan pada glukokortikoid:
1. Cyclophosphamide—diberikan intravena (IV) 7-25 mg/kg setiap 4 minggu. Dosis
oral harian 1,5-3,0 mg/kg per hari juga dapat diberikan, tetapi memiliki resiko
lebih besar terjadi toksisitas saluran kemih.
2. Mycophenolate mofetil—2-3 g/hari
3. Azathioprine—cukup efektif tetapi lebih lambat memberikan respon terapi.
 Antikoagulan—dapat diberikan pada pasien dengan komplikasi trombosis.
Sumber: Harrison’s Manual of Medicine 17th Edition
BAB 4

KONSEP KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
b. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher. (JABARKAN)

c. Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tanga.

d. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

e. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.

f. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura
di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral
tangan dan berlanjut nekrosis.

g. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi
SSP lainnya.

2.Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau
proses inflamasi destruksi sendi, kulit.

Tujuan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Tujuan : Menunjukkan - Catat faktor-faktor yang -Untuk mengetahui secara
nyeri atau terkontrol. mempercepat dan tanda- umum tentang kondisi
tnda rasa sakit non verbal. pasien.
- Berikan matras tinggikan -Untuk memberikan posisi
laken tempat tidur sesuai yang nyaman bagi pasien
kebutuhan.
- Tingkatkan istirahat -Untuk memulihkan tenaga
ditempat tidur sesuai pasien
indikasi.
- Hindari gerakan yang -Untuk mencegah
menyentak.
- Beri obat sebelum -Untuk mempercepat proses
aktivitas yang direncanakan penyembuhan
sesuai petunjuk

b. . Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit.

Tujuan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
-pemeliharaan integritas kulit - Kaji warna dan kedalaman -Untuk mendeteksi dini
lesi perhatikan adanya adanya infeksi
nekrotik dan jaringan parut.
- Beri perawatan pada lesi. -Untuk mencegah tejadinya
- Pertahankan penutupan lesi. infeksi dan mempercepat
- Intruksikan kepada pasien proses penyembuhan
untuk tidak menggaruk lesi.
-mencegah terjadinya infeksi
yang berasal dari tangan
pasien yang mungkin kurang
terjaga kebersihannya.
c. Mobilitas fisik kerusakan berhubungan dengan defometas skeletal

Tujuan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Mempertahankan fungsi - Memantau tingkat inflamasi - untuk mengetahaui
dengan tidak hadirnya atau sakit pada sendi. perkembangan pasien
pembatasan kontraktor. - Pemindahan dan - memudahkan klien dalam
penggunaan bantuan melakukan aktivitas
mobilitas. - mempertahankan
- Gunakan bantal kecil atau kenyamanan klien
tipis dibawah leher. -mencegah terjadinya salah
- Berikan obat sesuai indikasi obat

d. . Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan


aktivitas

Tujuan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Mengungkapkan - Dorong pengungkapan - mengetahui riwayat, dan
peningkatan rasa percaya masalah tentang proses mendeteksi dini terhadap
diri dalam kemampuan penyakit. penyakit px
untuk menghadapi penyakit. - Perhatikan perilaku - meningkatkan rasa
menarik diri. percaya diri px
- Bantu dengan kebutuhan - memenuhi kebutuhan
perawatan yang diperlukan. dasar pasien
- Berikan bantuan positif -memudahkan pasien dalam
bila perlu. memenuhi kebutuhannya.
e. . Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskoluskeletal.

Tujuan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Melakukan aktifitas - Pertahankan mobilitas. -memperlancar peredaran
peraweatan dari pada - Kontrol terhadap nyeri darah dan menghindari
tingkat yang konsisten dan program latihan. terjadinya atropi otot
dengan kemampuan - Kaji hambatan terhadap - mempertahankan hygine
individual.. partisipasi dalam perawatan pasien
diri.
-Kolaborasi dengan tim -untuk mempercepat proses
medis untuk pemberian penyembuhan.
obat dan terapi.
`

BAB V

PENUTUP

1.Kesimpulan

Dari uraian di atas,dapat ditarik kesimpulan bahwa Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus

eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya

diduga karena adanya perubahan sistem imun (Albar, 2003). SLE termasuk penyakitcollagen-

vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh

darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks.

Etiologi dari beberapa penyakit collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat

sebagai mediator terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002).                          

Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan sistem

kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus

yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel

darah merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita

satu dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal

terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah

(Sukmana, 2004).

Jadi Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penyakit SLE adalah :

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan


aktivitas,

Dalam hal ini,perawat mempunyai peran dalam pemberian asuhan keperawatan, peran
advocad(pendidik)serta sebagai konselor yaitu melindungi pasien tersebut untuk hidup dan
menyelamatkan jiwanya dari penyakit serta membantu pasien agar mendekatkan kepada sang
Pencipta. Oleh karena itu kita sebagai tenaga kesehatan harus berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas tenaga medis dan merawat pasien yang membutuhkan kita setiap saat
dan dimana pun kita berada serta menggunakan secara maksimal saran dan prasarana
kesehatan yang telah ada. Dengan dibuat nya makalah ini semoga dapat menjadikan motivasi
untuk hidup yang lebih sehat lagi.
2.Saran,,,

 Bagi Pembaca

Dengan adanya makalah ini,semoga dapat dijadikan sebagai bahan baca’an bagi pembaca guna

menambah pengetahuan.

 Bagi Institusi
Bagi institusi diharapkan lebih menambah referensi buku di perpustakaan terutama
tentang penyakit Systemic lupus erytematosus (SLE)
Daftar Pustaka

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000

Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
Asuhan Keperawatan SLE
(Sistemisc Lupus Erythematosus)

Pengkajian

1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
3. Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tanga.
4. Sistem muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
5. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
6. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura
di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral
tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem renal
Edema dan hematuria.
9. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi
SSP lainnya.

Masalah Keperawatan

1. Nyeri
2. Keletihan
3. Gangguan integritas kulit
4. Kerusakan mobilitas fisik
5. Gangguan citra tubuh

Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.


Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi :
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres hangat; masase,
perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas
yang mengalihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan
nyeri.
d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik
penyakitnya.
e. Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri
sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai
metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.

2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.


Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang
diperlukan untuk mengubah.
Intervensi :
a. Beri penjelasan tentang keletihan :
• hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
• menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
• mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan
teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
• menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional
• menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
• kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
b. Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
c. Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
d. Rujuk dan dorong program kondisioning.
e. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang optimal.
Intervensi :
a. Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas.
b. Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :
• Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit
• Meningkatkan pemakaian alat bantu
• Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.
• Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat.
c. Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.
d. Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
• Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
• Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas.
• Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi

4. Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik


serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta psikologik yang
ditimbulkan enyakit.
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan
penanganannya.
b. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
• Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
• Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
• Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,


penumpukan kompleks imun.
Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.

Intervensi :
a. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
b. Hilangkan kelembaban dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres
hangat yang terlalu panas.
d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
e. Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.

Daftar Pustaka

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000

Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997

Tags: askep sle, lupus eritematosus, lupus eritematosus sistemik


Artikel Lain
Askep AML

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai