Disusun Oleh :
Dara Muthmainnah
Defira Rosa Amalia
Erlinda Ramona Putri
Farah Agriana
Megawati Putri Bancin
Muhammad Abrar Azhar
Rizki Novrildawati
Yulia Dasmayanti
Pembimbing :
A. Latar Belakang
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan
meninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000 perempuan meninggal setiap
preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%, sedangkan angka kematian ibu
Preeklampsia salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu
terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. (2)
yang mana diperkirakan sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun, karena
kehamilan atau persalinan. Hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan
36.000 balita menjadi anak yatim. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup.
Departemen Kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu turun menjadi
125 per 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah kematian ibu prevalensi paling besar
adalah preeklampsia dan eklampsia sebesar 12,9% dari keseluruhan kematian ibu.(3)
Salah satu penyebab morbiditas dan mortilitas ibu dan janin adalah
preeklampsia (PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-
38,4%.(1) Preeklampsia merupakan kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan
peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan dengan
kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin
terhadap kematian janin dan ibu. Deteksi dini untuk hipertensi pada ibu hamil
diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan mengganggu kehidupan serta
kesehatan janin di dalam rahim, kelainan hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi
(TD) secara tiba-tiba setelah kehamilan 2 minggu inilah yang disebut dengan
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik sangat tinggi risikonya yakni 7 kali lebih
besar terjadi preeklampsia dengan or 7,75 (ik 95%; 6,77-8,87). Pada hipertensi kronis
terjadi jejas pada endotel vaskuler yang dapat menyebabkan hipertropi dan proliferasi
sel endotel vaskuler hingga kerusakan endotel. Studi lain menyatakan bahwa jika
terjadi peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg, maka resiko
preeklampsia meningkat 1,5 kali lipat.[ CITATION Pay14 \l 1033 ]
Ibu dengan riwayat diabetes gestasional berisiko 2 kali lebih besar terjadi
preeklampsia dengan or 2,00 (ik 95%; 1,63-2,45). Hal yang sama juga dilaporkan dari
studi yang lain di amerika serikat, bahwa terjadi peningkatan prevalensi preeklampsia
salah satunya disebabkan oleh meningkatnya proporsi ibu hamil dengan diabetes
gestasional.[ CITATION Mik12 \l 1033 ]
Kehamilan setelah inseminasi donor sperma, donor oosit atau donor embrio
juga dikatakan sebagai faktor risiko. Satu hipotesis yang populer penyebab
preeklampsia adalah maladaptasi imun. Mekanisme dibalik efek protektif dari
paparan sperma masih belum diketahui. Data menunjukkan adanya peningkatan
frekuensi preeklampsia setelah inseminasi donor sperma dan oosit, frekuensi
preeklampsia yang tinggi pada kehamilan remaja, serta makin mengecilnya
kemungkinan terjadinya preeklampsia pada wanita hamil dari pasangan yang sama
dalam jangka waktu yang lebih lama. Walaupun preeklampsia dipertimbangkan
sebagai penyakit pada kehamilan pertama, frekuensi preeklampsia menurun drastis
pada kehamilan berikutnya apabila kehamilan pertama tidak mengalami
preeklampsia. Namun, efek protektif dari multiparitas menurun apabila berganti
pasangan. Robillard dkk melaporkan adanya peningkatan risiko preeklampsia
sebanyak 2 (dua) kali pada wanita dengan pasangan yang pernah memiliki istri
dengan riwayat preeklampsia (or 1,8; 95 % ci 95%, 2-2,6).[ CITATION POG10 \l 1033 ]
Berdasarkan telah 2 (dua) studi kecil yang didapat dari cochrane, istirahat di
rumah 4 jam/hari bermakna menurunkan risiko preeklampsia dibandingkan
tanpa pembatasan aktivitas. Istirahat dirumah 15 menit 2x/hari ditambah
suplementasi nutrisi juga menurunkan risiko preeclampsia. Tidak ada
perbedaan bermakna antara istirahat di rumah dengan istirahat di rumah sakit
dalam mencegah eklampsia. Tirah baring tidak direkomendasikan untuk
memperbaiki luaran pada wanita hamil dengan hipertensi (dengan atau tanpa
proteinuria).[ CITATION POG10 \l 1033 ][ CITATION WHO11 \l 1033 ]
b. Retriksi garam
Dari telaah sistematik 2 (dua) penelitian yang melibatkan 603 wanita pada 2
(dua) uji kontrol tersamar ganda menunjukkan restriksi garam (20 – 50
mmol/hari) dibandingkan diet normal tidak ada perbedaan dalam mencegah
preeclampsia, (rr 1,11; 95% ci 0,49 – 1,94), kematian perinatal (rr 1,92;
95% ci 0,18 – 21,03), perawatan unit intensif (rr 0,98; 95% ci 0,69 – 1,40)
dan skor apgar < 7 pada menit ke-5 (rr 1,37; 95% ci 0,53 – 3,53).
Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia dan komplikasinya
selama kehamilan tidak direkomendasikan.[ CITATION POG10 \l 1033 ]
[ CITATION WHO11 \l 1033 ] namun sebagian ahli setuju bahwa diet yang
sehat direkomendasikan untuk dipromosikan ke ibu hamil. Pada pasien
dengan keadaan tertentu dianjurkan untuk pembatasan garam.
c. Suplementasi kalsium
d. Suplemen vitamin d
f. Suplementasi antioksida
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Kontrol kehamilan
2. Keluhan Tambahan:
Ibu pasien pernah mengalami ekslamsia saat hamil anak ke 5 dan juga
menderita penyakit ginjal dan hipertensi.
Sulaiman Ridwan Laila Siti Aisyah Aminah Azizah Rizal Azwar Askia
1972 1979 1981 - 1983 1984 1985 1968 1969 1971 1974
2004
Noval Lisa
2008 2014
Keterangan:
Family Genogram
8. Riwayat Kontrasepsi :
9. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : 2-4 kali ganti pembalut/hari
Dismenore : tidak ada
10. Riwayat Perkawinan
1. Anak ke 1, laki-laki umur 8 tahun dengan BBL 2400 gr, lahir secara
section caesarea di rumah sakit
2. Anak ke 2, perempuan umur 2 tahun dengan BBL 3300 gr, lahir secara
section caesarea di rumah sakit
3. Anak ke 3, hamil ini
Vital Sign
Pemeriksaan Sistemik
Kepala
Paru-paru : Simetris, Sf kanan = Sf kiri, sonor (+/+), vesikuler (+/+), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung : BJ I> BJ II, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Asimetris sesuai masa kehamialan, distensi (-), striae alba (-),
spidernaevy (-),
Ekstremitas
Ekstremitas inferior :
Dextra : edema (-), sianosis (-)
Sinistra : amputasi bellow knee, edema (-), sianosis (-)
Ekstremitas superior :
Dextra : edema (-), sianosis (-)
Sinistra : edema (-), sianosis (-)
3.4 Status Ginekologi
I : V/U tenang
Io : Tidak dilakukan
VT : Tidak dilakukan
3.8 Penatalaksanaan
Farmakoterapi :
Non-Farmakoterapi:
3.9 Prognosis
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien datang mengaku hamil 5 bulan. Selama ini ANC teratur di bidan. USG
belum pernah, gerakan janin dirasakan aktif. Pasien memiliki riwayat eklamsia pada
anak pertama pada usia kehamilan 8 bulan tahun 2008 akan tetapi pada kehamilannya
yang kedua tidak ada terjadinya gejala dari preeklampsia dari pasien. Keluarga pasien
juga memiliki riwayat hipertensi dan eklampsia sama seperti pasien. Dari kasus ini
dapat dilihat bahwa pasien memiliki riwayat eklamsia pada kehamilan pertamanya.
Oleh karena itu diperlukan adanya tindakan pencegahan agar tidak terjadi
preeklampsia pada kehamilan selanjutnya.
Melihat dari kasus di atas diperlukan adanya skrining untuk melihat faktor
resiko yang ada pada pasien. NICE merekomendasikan bahwa wanita yang memiliki
resiko tinggi untuk terjadinya preeclamsia memiliki minimal 1 resiko tinggi atau 2
resiko sedang, dimana resiko tinggi untuk terjadinya preeclamsia berupa : memiliki
riwayat penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, pasien dengan ckd, pasien
dengan penyakit autoimun (SLE) , pasien dengan diabetes serta pasien dengan
hipertensi. Sedangkan untuk resiko sedang terjadinya preeklamsia berupa : kehamilan
pertama, umur diatas 40 tahun, jarak antar kehamilan lebih dari 10 tahun, BMI pada
kunjungan pertama lebih dari 35 kg/m2, riwayat keluar yang preeclamsia. Pada pasien
ini memiliki 1 faktor resiko tinggi dan 1 faktor resiko sedang yaitu riwayat hipertensi
pada kehamilan sebelumnya dan berat badan dalam kategori overweight pada ibu
hamil.
Oleh karena itu diperlukan adanya pencegahan agar kehamilan saat ini tidak
terdapat gejala dari preeklampsia. Pencegahan yang dapat dilakukan berupa
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer berupa deteksi dini
terhadap kasus preeklampsia dapat dilakukan melalui beberapa cara mulai dengan
cara yang sederhana seperti pengkajian yang komprehensif agar semua riwayat dan
faktor risiko dapat diketahui, sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan dan intervensi
yang tepat dapat diberikan. Deteksi dini terhadap preeklampsia dapat juga dilakukan
melalui intervensi medis baik invasive maupun non invasive. Pada pemeriksaan
kunjungan ANC di puskesmas pasien memiliki 2 faktor resiko berdasarkan panduan
dari NICE lalu dari hasil pengukuran tekanan darah dan dipstik urin tidak ditemukan
adanya abnormalitas dari pemeriksaan. Berat badan ideal pasien dari hasil
perhitungan rumus BMI ibu hamil adalah 57 kg/m2 sedangkan dari hasil
pengukuran berat badan dipuskesmas adalah 64 kg sehingga dapat disimpulkan
pasien dalam kategori overweight.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan apabila ditemukan adanya predictor
preeclampsia seperti tekanan darah meningkat, BB meningkat 1 kilo gram dalam
seminggu atau lebih, agregasi platelet, notch dan lain sebagainya dapat diberikan
intervensi untuk mencegah terjadinya eklmapsia maupun mengurangi kejadian
mortalitas janin. Pada pasien ini tidak didapatkan adanya prediktor dari preeklampsia.
Akan tetapi diperlukan adanya pencegahan lebih lanjut agar dapat menurunkan
kejadian preeklampsia. Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang didapat selama ANC
yaitu tablet kalsium dan asam folat. Suplementasi kalsium berhubungan dengan
penurunan kejadian hipertensi dan preeklampsia, terutama pada populasi dengan
risiko tinggi untuk mengalami preeklampsia dan yang memiliki diet asupan rendah
kalsium (kurang dari 900mg/hari).rekomendasi who, kalsium perlu diberikan pada
ibu dengan asupan kalsium yang rendah. Dosis yang dianjurkan 1,5 – 2 elemen
kalsium/hari. Asam folat dapat menurunkan risiko preeklampsia. Studi di kanada
melaporkan bahwa ibu hamil yang diberikan asam folat sebelum hamil atau sejak
trimester I kehamilan dan terus mengkonsumsinya hingga trimester III dapat
menurunkan kejadian preeklampsia sebesar 65%. Dosis yang dianjurkan adalah dua
kali dosis untuk mencegah neural tube defect yaitu 1 mg.
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ini yaitu :
Istirahat dirumah 15 menit 2x/hari ditambah dengan suplemen nutrisi untuk
menurunkan resiko preeklampsia.
ANC yang teratur sesuai dengan jadwal pemeriksaan di bidan dan
mengigatkan ibu bahwa gerakan janin tidak boleh kurang dari 15x/hari diluar
waktu tidur
Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia dan komplikasinya selama
kehamilan tidak direkomendasikan.[ CITATION POG10 \l 1033 ][ CITATION
WHO11 \l 1033 ] Namun sebagian ahli setuju bahwa diet yang sehat
direkomendasikan untuk dipromosikan ke ibu hamil.
Pola hidup sehat yaitu dengan senam ibu hamil dan mengkonsumsi makanan
yang kaya akan asam folat, dan kalsium.
Mengkonsumsi makanan kacang-kacangan dan bijian-bijian seperti beras
merah dan beras hitam, sayur-sayuran (brokoli, sawi) dan buah yang kaya
akan kalsium.
Jaga kebersihan selama kehamilan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
kehamilan.
BAB V
KESIMPULAN
Ibu yang memiliki riwayat eklampsia harus melakukan ANC secara teratur di
bidan atau dokter layanan primer agar dapat dilihat faktor resiko yang mungkin
didapatkan pada ibu selama kehamilan. Sehingga sebagai dokter keluarga atau dokter
layanan primer dapat melakukan pencegahan untuk menurunkan resiko terjadinya
eklampsia pada kehamilan. Pencegahan yang dapat dilakukan berupa pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.
DAFTAR PUSTAKA
x
1. Pudyaningrum pe. Pengaruh ppenyuluhan memgenai preekalmsiaterhadap tingkat
pengetahunan pada kader posyandu di kota semarang. Jurnal media medika
muda. 2013;: p. 1-12.
2. Ibg m. Ilmu kebidanan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan jakarta:
egc; 2010.
3. Sirait am. Prevalenasi hipertensi pada kehamilan di indonesia dan faktor resiko
yang berhubungan. Buletin penelitian sistem kesehatan. 2012:; 15(2): p. 103-109.
5. Bilano vl oegtmrsj. Risk factor of pre-eclampsia and its adverse outcomes in low-
and middle income countries : a who secondary analysis. Plos one. 2014; 9(3).
6. Ananth cv kkwr. Re-eclampsia rates in the united states 1980-2010: age period-
cohort analysis. Bmj. 2013; 347.
9. Payne ba hjamhdbzbs. A risk prediction model for the assessment and triage of
women with hipertensive disorder of pregnancy in low-resourched setting: the
minipiers (pre-eclampsia integrated estimate of risk) multi-country prospective
cohorth sttudy. Plos medicine. 2014; 11(1).
10. Mikat b gawnbckrk. A. Review article, early detection of maternal risk for
preeclampsia. International scholarly research network (isrn) obstetric and
gynecology. 2012.
13. Nursal dg, tamela p, fitrayeni. Faktor resiko terjadinya preeklamsia pada ibu
hamil di rsup dr. M. Djamil padang 2014. Jurnal kesehatan masyarakat andalas.
2015; 10(1): p. 38-44.