SKRIPSI
HERLINDA
NPM 230110090016
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2014
PENGARUH KEDALAMAN PEMASANGAN RUMPON DASAR
TERHADAP HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR
DI PERAIRAN KOTA CIREBON
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Sidang Ujian Sarjana
HERLINDA
NPM 230110090016
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Herlinda
NPM 230110090016
JUDUL : PENGARUH KEDALAMAN PEMASANGAN
RUMPON DASAR TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PANCING ULUR DI PERAIRAN KOTA CIREBON
PENULIS : HERLINDA
NPM : 230110090016
ABSTRAK
Research has been conducted on waters in Cirebon, with fishing base in Kampung
Cangkol Cirebon City from May - June 2013. Fishing gear used in this research is
hand line operated around bottom fish aggregating device in the depths of 10 m
and 20 m. The research was conducted to know the effect of difference depth
bottom fish aggregating device installation on hand line catch. The research
method used is experimental. Fishing activity was repeated 15 times. Parameters
observed in this study were the total weight, number of fish and average fish body
in length. The result of this research showed that, 1023 fishes caught consists of 4
family, 5 genus and 6 species. Based on t-student test to the total weight of fish,
number of fish and average body in length of the catch, showed there were
differences catch between 10 m depth and 20 m depth but non significant
difference for main target of the number of fish catch. Total weight and number of
fish catch in depth of 20 m fishing gave higher (189,94 kg; 532 fishes) than in
depth of 10 m (166,67 kg; 491 fishes).
Puji serta syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat rahmat, karunia
dan nikmat yang senantiasa dicurahkan tiada henti kepada kita semua. Shalawat
dan salam tidak lupa selalu tercurah bagi Nabi Muhammad SAW beserta para
sahabat-sahabatnya. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kedalaman Pemasangan
Rumpon Dasar Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur Di Perairan Kota
Cirebon” Dengan tersusunnya skripsi dan segala hal yang berkaitan penyusunan
skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Dulmi’ad Iriana sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Kepala Laboratorium Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
2. Dr. Ir. H. Eddy Afrianto, M.Si sebagai Dosen wali dan Anggota Komisi
Pembimbing
3. Alexander M.A. Khan, S.Pi., M.Si. sebagai Dosen Penelaah
4. Dr.Ir. Junianto, MP sebagai Ketua Program Studi Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD
5. Dr. Ir. Iskandar M.Si sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
6. Bapak Kasli.S.Pd, Ibu Maskenih, Endang Nurhendang dan Regina Cahyani
sebagai keluarga tercinta yang telah memberikan Doa dan dukungannya
7. Kelompok nelayan Cangkol yang telah memberikan kesempatan untuk
penulis menambah ilmu dan pengalaman dari penelitian ini.
8. Dinas Kelautan, Perikanan,Peternakan dan Pertanian Kota Cirebon yang
memberikan izin serta informasi tentang perairan Cirebon
9. Dr.Ir. Soenarto, M.Si, Noir Primadona Purba, S.Pi., M.Si., Dr.Ir Iwang
Gumilar, M.Si, Dr. Atikah, S.P., M.Si. atas semangat yang telah diberikan
10. Teman-teman FPIK 2009 Annisa Savitri, Azalea Sachie, Elma Dahlia Puri,
Dea Mutiara Nabila, Kathelina, Analisa Ning Utami, Ali Gusfar Arzi, yang
telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi
11. Nurila Kusuma Sari yang telah membantu dan menemani penulis dalam
pencarian referensi di Institut Pertanian Bogor
vi
12. Teman-teman Bioekonomi Jannesa, Rina, Septy, Erni, Rendi, atas kerja
samanya bersama penulis dalam pengurusan syarat seminar kolokium
13. Teman-teman wisma syariah putri Ela, Lina, Amalia, Hima, teh Eri, teh
Dwi, Irda dan Nurma yang senantiasa membantu dalam mengerjakan
skripsi
14. Kepada semua pihak yang telah banyak memberi dukungan yang tidak
dapat disebutkan satu per satu
Herlinda
vii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.......................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................... xii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. 2
1.4 Kegunaan Penelitian........................................................ 2
1.5 Kerangka Pemikiran........................................................ 2
1.6 Hipotesis.......................................................................... 4
II KAJIAN PUSTAKA 5
2.1 Kondisi Oseanografi Perairan Cirebon............................ 5
2.1.1 Kondisi Perikanan Tangkap Kota Cirebon.................. 5
2.2 Rumpon........................................................................... 6
2.2.1Pengertian Rumpon....................................................... 6
2.2.2 Fungsi dan Manfaat Rumpon....................................... 6
2.2.3 Tingkah Laku Ikan di Sekitar Rumpon........................ 7
2.3 Ikan Demersal.................................................................. 8
2.3.1 Ikan Kakap Merah....................................................... 9
2.3.2 Ikan Jenaha................................................................... 11
2.4 Pancing Ulur.................................................................... 12
2.4.1 Kontruksi Pancing Ulur............................................... 12
2.4.3 Teknik Pengoperasian.................................................. 13
2.4.4 Daerah Penangkapan.................................................... 14
2.4.5 Waktu Penangkapan..................................................... 14
viii
4.1.2 Pengoperasian Pancing Ulur......................................... 19
4.2 Total Bobot Hasil Tangkapan.......................................... 20
4.2.1 Distribusi Bobot Tubuh............................................... 22
4.3 Total Jumlah Individu Hasil Tangkapan......................... 23
4.3.1 Ditribusi jumlah individu............................................ 24
4.4 Panjang Tubuh Ikan yang Tertangkap............................. 25
4.4.1 Panjang Tubuh Ikan Jenaha.......................................... 26
4.4.2 Panjang Tubuh Ikan Kakap Merah............................... 26
4.4.3 Panjang Tubuh Ikan Kerapu Macan............................. 28
4.4.4 Panjang Tubuh Ikan Tanda-tanda................................. 29
4.4.5 Distribusi Panjang Tubuh............................................. 29
4.5 Analisis Hasil Tangkapan................................................ 31
4.5.1 Analisis Total Bobot Hasil Tangkapan......................... 31
4.5.2 Analisis Jumlah Individu Hasil Tangkapan.................. 32
4.5.3 Analisis Panjang Tubuh Hasil Tangkapan................... 34
DAFTAR PUSTAKA.......................................................... 36
LAMPIRAN......................................................................... 40
RIWAYAT HIDUP............................................................ 86
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.6 Hipotesis
Rumpon dasar yang ditempatkan pada kedalaman 20 m merupakan tempat
pemasangan yang paling tepat, karena memberikan hasil tangkapan lebih tinggi
dari pada rumpon dasar yang diletakkan pada kedalaman 10 m.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
sebesar 328.0 mg/I, saat pasang berkisar 41.0 – 54.0 mg/I (Supriadi 2012).
Karakteristik lingkungan lepas pantai perairan Cirebon memiliki ciri khas
perairan pantai utara jawa pada umumnya. Karakteristik tersebut adalah
permukaan dasar laut bagian atas tersusun atas lumpur/lanau, lempungan, abu
kecoklatan, plastisitas rendah hingga tidak plastis. Sedangkan bagian bawah
tersusun atas lempung abu–abu dan plastisitas rendah hingga tinggi. Sedimen
permukaan dasar laut dibagi menjadi : pantai, lanau, pasir lanauan dan lanau
pasiran (Supriadi 2012).
5
6
galangan ikan sebanyak tiga, satu untuk doking kapal besar dan dua untuk kapal
kecil (DKP3 Kota Cirebon 2012).
Jumlah PPI kota Cirebon sebanyak 4 unit, dengan hasil produksi perikanan
tangkap sebesar 4.788 Ton. Hasil tangkapan ikan demersal 3.470,05 Ton, hasil
tangkapan ikan pelagis kecil sebanyak 1.260,43 Ton dan udang sebanyak
56,42 Ton. Nilai produksi hasil tangkapan tahun 2011 sebesar
Rp.14.596.816.000,- (DKP3 Kota Cirebon 2012).
2.2 Rumpon
2.2.1 Pengertian Rumpon
Rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan
menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat yang
berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul (Mukhtar 2013). Rumpon terdiri
dari:
a. rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap,
tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus
b. rumpon menetap, merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap
dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat, terdiri dari:
1) Rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang
dilengkapi atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan
perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis
2) Rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi
atraktor yang ditempatkan di dasar perairan untuk
mengumpulkan ikan demersal (Mukhtar 2013).
(FAD), yaitu metode benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk
penangkapan ikan dengan cara memikat dan mengumpulkan ikan-ikan tersebut.
Monintja (1990) dalam Octavianus (2005), menyatakan bahwa manfaat yang
didapat dari penggunaan rumpon adalah sebagai berikut :
1. Efisiensi waktu dan bahan bakar dalam pengintaian
2. Meningkatkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan
3. Meningkatkan mutu hasil tangkapan yang ditinjau dari spesies
dan komposisi ukuran ikan.
Fungsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah
sebagai berikut
a .Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan
gerombolan ikan dan menangkapnya
b. Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
c. Sebagai tempat berkumpulnya ikan
d. Sebagai tempat daerah penangkap ikan
e. Sebagai tempat mencari makan bagi ikan
f. Sebagai berlindung dari jenis ikan tertentu dari serangan ikan predator
f. Sebagai tempat untuk memijah bagi ikan
g. sumber makanan bagi ikan besar.
h. Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan
rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah
untuk menangkapnya.
Menurut Aoyama (1973) dalam Achmad (2011) ikan dasar memilki sifat
ekologi yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai adaptasi dengan kedalaman perairan.
2. Aktifitasnya relatif rendah dan mempunyai daerah kisaran ruaya yang
lebih sempit jika dibandingkan dengan ikan pelagis.
3. Jumlah kawanan relatif kecil jika dibandingkan dengan ikan pelagis.
4. Habitat utamanya berada didekat dasar laut meskipun berbagai jenis
diantaranya berada di lapisan perairan yang lebih atas.
5. Kecepatan pertumbuhannya rendah.
Potensi sumberdaya ikan demersal relatif lebih kecil akan tetapi banyak
yang merupakan jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi. Ikan demersal tersebar
di seluruh perairan Indonesia, terutama di paparan Sunda dan Laut Arafura
dengan kecenderungan terkonsentrasi pada daerah pantai.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus sp
Ciri morfologi ikan kakap merah yakni memiliki warna yang beragam
yaitu warna kuning kemerahan, merah tua kehitaman dan kuning kecoklatan. Ikan
kakap merah memiliki bentuk badan yang memanjang dan agak pipih, mulut
terletak di bagian ujung kepala (terminal) serta memiliki beberapa gigi taring
(canine) pada rahangnya. Sirip punggung tunggal dengan 9-12 jari-jari sirip keras
dan 9-17 jari-jari sirip lemah yang bercabang. Kakap merah memiliki sirip ekor
dengan tiga sirip keras dan 7-14 sirip lemah bercabang (Badrudin dkk. 2003
dalam Fansuri 2011).
Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah
pula umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap merah
yang berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 15-
20 tahun. Ikan kakap merah umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga
kedalaman 60–100 m (Gunarso 1995 dalam Fansuri 2011)
Ikan kakap merah biasa tertangkap pada kedalaman antara 40–50 m
dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan 1991 dalam Zulkarnaen 2007).
Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi didekat permukaan
perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar
guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan
berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah
bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili
Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari
genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro dkk. 2004 dalam Zulkarnaen
2007).
11
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Divisi : Perciformes
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus russelli
12
Spesies ini berada di perairan laut tropis Indo-Pasifik Barat, dari Laut
Merah dan Afrika Timur, ke Jepang utara, selatan ke Australia dan timur ke Fiji.
Ikan Jenaha dewasa menghuni perairan pantai terumbu karang dan daerah berbatu
pada kedalaman dari 3 m sampai 80 m (Australian Museum 2012).
15
16
18
19
F 350 Kedalaman 10 m
r 300
e 250 Kedalaman 20 m
k
200
u Ikan dibawah
e 150
standar
n 100
s 50
i
0
Ikan-ikan yang memiliki bobot tubuh di bawah standar 200 g atau 0,2 kg
(warna hijau). Kedalaman 10 m memiliki 42 ekor atau 8,5% dari keseluruhan
hasil tangkapan kedalaman 10 m, sedangkan kedalaman 20 m memiliki 86 ekor
atau 16% dari keseluruhan hasil tangkapan 20 m.
Diatom merupakan sumber makanan pertama yang menstimulasi
plankton-plankton untuk datang ke daerah rumpon di pasang. Terkonsentrasinya
plankton pada daerah rumpon akan menyebabkan makanan melimpah dan
mengundang ikan-ikan yang berukuran besar (karnivora) dan memakan ikan-ikan
kecil sehingga terciptanya rantai makanan (Katun 2009).
23
Hasil tangkapan utama dalam operasi penangkapan ini adalah ikan jenaha
(Lutjanus russelli), ikan kakap merah (Lutjanus sp), ikan tanda-tanda (Lutjanus
mahogoni), dan ikan kerapu macan (Epinephelus malabaricus), sedangkan hasil
tangkapan sampingannya adalah ikan kuwe (Caranx sexfasciatus), dan ikan
barakuda (Sphyraena sp). Banyaknya individu yang tertangkap pada daerah
sekitar rumpon adalah untuk mencari makanan atau mangsa dan akhirnya
mendapatkannya di pada atau di sekitar rumpon karena rumpon menjadi habitat
berbagai jenis biota laut yang menjadi makanannya (Menard dkk. 2000 dalam
Sondita 2012).
24
350 Kedalaman 10 m
F 300 Kedalaman 20 m
r
250
e
200
k
u 150
e 100
n 50
s 0
i
Jenis Ikan
Adanya suatu individu atau spesies dalam suatu habitat tidak terlepas dari
kesesuaian kualitas air yang cocok dengan individu atau spesies tersebut.
Misalnya pada ikan kerapu macan (Epinephelus malabaricus) parameter ekologis
yang cocok bagi pertumbuhannya yaitu temperatur 24-31°C, salinitas 30-33 ppt,
kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH 7,8 – 8 (Ahmad 2009). Hal ini
sesuai dengan kualitas air perairan cangkol dengan suhu 24°C, salinitas 32 ppt dan
pH 7,4.
Panjang tubuh ikan yang dianggap standar dan boleh dijual kepada
distributor Cangkol adalah 20 cm. Dari kedua perlakuan ini ditemukan satu ekor
ikan kerapu macan yang panjangnya 17 cm yang berada pada kedalaman 10 m.
Ikan-ikan yang tidak layak dijual ini biasanya dijadikan konsumsi pribadi atau
dilepas lagi ke laut.
26
Ikan kakap merah (Lutjanus sp) merupakan ikan karnivora yang biasanya
memakan ikan-ikan kecil, crustacea dan plankton feeder (Terangi 2004). Jenis
ikan kakap merah rata-rata mencapai tingkat kedewasaan pertamanya ketika
panjang tubuhnya 41%-51% dari panjang tubuh total (Baskoro dkk. 2011).
Panjang tubuh ikan kakap dapat mencapai 60 cm namun pada umumnya ikan
kakap merah memiliki panjang tubuh 45 cm (Genisa 1999), maka diduga ikan
kakap merah yang memiliki panjang tubuh di atas 24 cm sudah mencapai usia
dewasa.
Ikan kakap merah yang tertangkap pada kedalaman 20 m memiliki variasi
kelas panjang tubuh dibandingkan dengan ikan kakap merah pada kedalaman
10 m. Semakin besar panjang tubuh ikan maka semakin besar pula tingkat
kematangan gonad dan indeks TKG pada ikan kakap merah (Karyaningsih dkk.
1992). Hal ini menjelaskan bahwa ikan kakap merah yang tertangkap pada
kedalaman 20 m telah mencapai usia dewasa.
28
Pada penelitian yang di lakukan Gani dan Abdulgani (2012) ikan kerapu
macan mencapai TKG IV pada panjang tubuh 24,1 cm pada jantan dan 22,4 cm
pada betina. Pada kedalaman 20 m ikan kerapu macan yang tertangkap memiliki
panjang tubuh terendah 22 cm. Hal ini menjelaskan bahwa ikan kerapu macan
yang tertangkap pada kedalaman 20 m telah mencapai matang gonad.
29
Gambar 6 adalah grafik distribusi panjang tubuh ikan yang tertangkap dari
kedua kedalaman,warna biru muda pada grafik menunjukan kedalaman 10 m dan
jingga menunjukan kedalaman 20 m. Distribusi panjang tubuh ikan yang
tertangkap terbilang cukup merata pada kelas-kelas tertentu, tidak seperti pada
distribusi bobot tubuh yang terpusat pada satu kelas saja.
250
F
r 200 Kedalaman 10 m
e Kedalaman 20 m
k 150
u
e 100
n
s 50
i
0
Interval Kelas
Perbedaan yang terjadi dari kedua analisis tersebut yaitu, pada kedalaman
10 m didapatkan hasil tangkapan sampingan, sedangkan pada kedalaman 20 m
tidak ada hasil tangkapan sampingan. Adanya ikan kuwe sebagai hasil tangkapan
sampingan pada kedalaman 10 m karena ikan kuwe merupakan ikan yang
habitatnya pada perairan dangkal dan terumbu karang. Hal ini mewakili habitat
rumpon pada kedalaman 10 m, sebagai bentuk pengganti terumbu karang. Pada
perlakuan 10 m ulangan ke 10 hasil tangkapannya ikan kuwe sebanyak 14 ekor,
hal ini menjelaskan bahwa ikan kuwe membentuk gerombolan kecil. Ikan kuwe
yang tertangkap kisaran panjang tubuhnya 20-45 cm sedangkan menurut Genisa
(1999) panjang tubuh ikan kuwe dapat mencapai 75 cm, dengan rata-rata 50 cm.
Hal ini menjelaskan bahwa ikan kuwe yang tertangkap merupakan ikan kuwe
yang belum dewasa.
Faktor yang menyebabkan ikan berkumpul di sekitar rumpon adalah untuk
keperluan mencari makan. Ikan-ikan tersebut mencari makanan atau mangsa dan
akhirnya mendapatkannya karena rumpon menjadi habitat berbagai jenis biota
laut yang menjadi makanannya (Menard dkk. 2000 dalam Sondita 2012).
Ikan demersal mempunyai daerah kisaran ruaya yang lebih sempit dari
pada ikan pelagis (Aoyama 1973 dalam Achmad 2011). Kebiasaan ruaya itu
sendiri memiliki arti penyesuaian kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi
dan reproduksi spesies (Effendie 1997). Jumlah ikan yang tertangkap pada
kedalaman 20 m lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 10 m. Hal ini
diduga ikan-ikan yang berukuran lebih besar (berumur tua) beruaya ke perairan
yang lebih dingin untuk mencari makan ataupun memijah (Baskoro dkk. 2011).
Selain faktor ruaya ikan menuju kedalaman 20 m, kecerahan air juga
mempengaruhi ketertarikan ikan pada daerah tersebut. Semakin kecil kecerahan
maka semakin banyak pula zat-zat atau partikel yang menyebar di dalam air, maka
sebagian besar cahaya akan habis terserap oleh zat-zat tersebut yang
mengakibatkan ikan tidak tertarik pada perairan tersebut (Ben dan Yami 1975
dalam Baskoro dkk. 2011). Kecerahan cahaya pada kedalaman 20 m lebih tinggi
di bandingkan dengan kedalaman 10 m, maka diduga ikan-ikan yang berkumpul
pada kedalaman 20 m juga lebih tinggi karena tingkat kecerahan yang lebih baik.
34
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pemasangan rumpon pada kedalaman yang berbeda mempengaruhi hasil
tangkapan pancing ulur baik terhadap bobot dan panjang tubuh serta jenis
ikan yang tertangkap kecuali pada jumlah individu hasil tangkapan utama.
2. Hasil pengoperasian pancing ulur pada rumpon perairan lebih dalam
(20 m) lebih baik dalam bobot dan panjang tubuh dari pada rumpon
perairan lebih dangkal (10 m)
3. Jenis ikan yang tertangkap pada rumpon yang dangkal (10 m) lebih
banyak dari pada kedalaman 20 m, sehingga berpeluang didapatkan ikan
hasil tangkapan sampingan.
5.2 Saran
1. Pemasangan rumpon dianjurkan untuk diletakan pada kedalaman yang
tepat, agar memberikan hasil maksimal dan lebih menjaga kelestarian
sumberdaya. Kedalaman 20 m merupakan tempat pemasangan rumpon
yang paling tepat karena memberikan hasil tangkapan yang tinggi dari segi
berat total, rata-rata panjang tubuh maupun jumlah individu.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang hubungan kedalaman rumpon dasar
dengan tingkat kematangan gonad
35
DAFTAR PUSTAKA
Alpuri, S. 2011. Pemanfaatan Rumah Ikan (Rumpon Dasar) Sebagai Alat Bantu
Penangkapan Ikan Dan Upaya Perbaikan Ekosistem Di Perairan Cirebon,
Jawa Barat. Laporan Dinas : DKP3 Kota Cirebon. Cirebon 57hlm.
Baskoro,M.S, A.A Taurusman, dan Sudirman. 2011. Tingkah Laku Ikan. Lubuk
Agung, Bogor. 257hlm.
Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan dan Pertanian Kota Cirebon. 2012. Model
Pegembangan Rumpon Dasar Berbasis Partisipasi Masyarakat Nelayan
Dalam Rangka Ketahanan Pangan, Laporan Dinas. Cirebon, 12hlm.
Gani dan Abdulgani, 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
sexfasciatus) Di Perairan Glondonggede Tuban, Jurnal Sains dan Seni ITS
Vol.1 (1): Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 27-31hlm.
36
37
Supriadi, D. 2012 Analisis Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil Dan
PemanfaatanSumberdaya Perikanan Dasar Di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Disertasi : Universitas Brawijaya. Malang. 392hlm.
Wijaya, M. 2012. Rumpon alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan
http://blognyamitra.wordpress.com/2012/03/20/rumpon-alat-bantu-untuk-
meningkatkan-hasil-tangkapan-ikan-sesuatu-buat-masyarakat-nelayan/ (di
akses pada tanggal 10 Oktober 2012).
Zukarnaen, I. 2007. Pemanfaatan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dengan Bubu
di Perairan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak, Skripsi : Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
40
Kedalaman 10 m
Sumber : Google Earth, 2014
Kedalaman 20 m
Sumber : Google Earth, 2014
41
Nama Nelayan :
Nama ABK :
Nama Kapal :
Kedalaman :
Lampiran 3. Kuisioner
Tanggal :
Nama :
Umur :
Status :
Pengalaman :
A. TENTANG RUMPON DASAR
1. Jumlah rumpon :
2. Kedalaman rumpon :
3. bahan Rumpon :
4. ukuran rumpon :
5. koordinat rumpon :
6. Ketahanan rumpon :
7. Pengaruh Rumpon :
1. Alat tangkap :
1. Ukuran kapal :
2. Mesin kapal :
D. PENGARUH KEDALAMAN :
1. Alasan :
2. Pengaruh :
43
Keterangan :
a = 1,5 m
b = 75 cm
c=2m
a
a
c
45
Keterangan :
Keterangan :
a. Ukuran :
D = 1,00 m
Bmaks = 2,85 m
LOA = 9,00 m
Kekuatan = 20 DK
Berat = 3 GT
b. Bahan : Kayu Jati
47
Ikan Utama
Ulangan Spesies Jumlah Bobot (kg) TL (cm)
1 Jenaha 32 0,19 22
(Lutjanus russelli) 0,29 26
0,2 24
0,21 22
0,21 23
0,22 24
0,31 27
0,28 24
0,21 23
0,22 23
0,17 22
0,21 22
0,28 25
0,18 22
0,23 23
0,19 23
0,29 26
0,28 26
0,3 26
0,22 23
0,16 21
0,19 23
0,23 23
0,19 23
Tanda-tanda 3 0,38 30
(Lutjanus mahogoni) 0,71 36
0,84 26
Kerapu Macan 3 0,24 26
(Epinephelus malabaricus) 0,19 25
0,14 22
2 Kakap Merah 6 0,54 33
(Lutjanus sp) 0,32 30
0,44 32
0,51 33
0,39 31
61
( , ) ( )( , )
= = 61,67
( )
S = √61,67 = 7,85
76
, ,
thit = | |= = 2,15
⁄ ,
Kesimpulan : terima H0, berarti total bobot hasil tangkapan pada kedalaman 20 m
dan 10 m memberikan hasil yang berbeda nyata.
77
= 344,64 = 401,84
SA = 18,56 SB = 20,04
( ) ( )( )
S2 =
( )
( , ) ( )( , )
= = 373,24
( )
S = √373,24 = 19,32
78
, ,
thit = | |= = 2,4
⁄ ,
Kesimpulan : tolak H0, berarti jumlah individu hasil tangkapan pada kedalaman
20 m dan 10 m memberikan hasil yang berbeda nyata.
79
( , ) ( )( , )
= = 0,122219
( )
S = √0,122219 = 0,35
80
, ,
thit = | |= = 1,27
⁄ ,
Kesimpulan : terima H0, berarti jumlah individu hasil tangkapan pada kedalaman
20 m dan 10 m memberikan hasil yang tidak berbeda nyata.
81
( , ) ( , )
,05 ,43
= = 344,68 = 370,98
SA = 4,77 SB = 5,14
( ) ( )( )
S2 =
( )
( , ) ( )( , )
= = 23,64
( )
S = √23,64 = 4,96
82
, ,
thit = | |= = 2,71
⁄ ,
Kesimpulan : terima H0, berarti panjang tubuh hasil tangkapan pada kedalaman 20
m dan 10 m memberikan hasil yang berbeda nyata.
83
Ikan Barakuda
(Sphyraena sp)
Ikan Kuwe
(Caranx sexfasciatus)
Ikan Tanda-tanda
(Lutjanus mahogoni)
Ikan Jenaha
(Lutjanus russelli)
RIWAYAT HIDUP
86