SFESIFIKASI TEKHNIS
1. PERSYARATAN UMUM
1.1 Lokasi Proyek
Lokasi Pekerjaan terletak di Desa Muara Besar Kecamatan Ogodeide
Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah
1.2 Lingkup Pekerjaan
Pembangunan Pasar Tradisional/Modern Peraturan yang berlaku Untuk
pelaksanaan pekerjaan ini digunakan ketentuan-ketentuan Peraturan seperti
yang tercantum dibawah ini :
a. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
b. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002.
c. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor :
339 / KPTS / M / 2003 tanggal 31 Desember 2007 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi
Pemerintah.
d. Instruksi Presiden RI Nomo r : 1 Tahun 1998.
e. Algemene voorwearden voor de uitvoering bij aaneming van openbare
warken, yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia
Belanda Nomor 28 tanggal 9 Mei 1941 dan tambahan lembaran Negara
nomor 14571 (khusus pasal-pasal yang masih berlaku).
f. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971.
g. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977.
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1961.
i. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 031/KPTS/1981.
k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02 / KPTS/ 1985 tentang
penanggulangan bahaya kebakaran.
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Tekhnis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
m. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
n. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan
pengawas pekerjaan untuk mencapai tujuan pembangunan.
Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut
diatas, maka revisi terakhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya.
Demikian pula apabila bertentangan dengan Sfesifikasi Teknis ini maka yang
berlaku adalah Instruksi / Keputusan Direksi Pengawas Pengawas.
ada disekitar dan diperlukan oleh bangunan dan utilitas harus dijaga
agar tetap berfungsi.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat kegiatan pelaksanaan oleh
Kontraktor harus diperbaiki oleh dan atas beban biaya Kontraktor
sesuai dengan kondisi sebelumnya.
1.4.3 Penjagaan dan Pemeliharaan
Untuk pekerjaan yang sudah selesai, Kontraktor bertanggung jawab
atas penjagaan, perlindungan dan pemeliharaan terhadap pekerjaan-
pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang telah selesai seperti
permukaan bagian dalam/luar, perlengkapan peralatan dan lain-
lainnya dari segala macam bentuk noda/kotoran, kerusakan dan cacat
– cacat lainnya selama masa kontrak berlangsung sampai pada saat
pekerjaan diserahkan untuk pertama kalinya kepada pemilik.
Persyaratan dan ketentuan khusus dibawah ini harus dianggap
sebagai standart kondisi akhir pekerjaan pada saat penyerahan
pertama.
a. Halaman Bangunan
Setelah pekerjaan selesai, kecuali apabila Direksi Pengawas
berpendapat lain, Kontraktor harus membongkar semua bangunan
sementara, peralatan pelaksanaan, mesin-mesin, kelebihan
bahan, puing-puing dan kotoran-kotoran lain dari halaman
bangunan. Kontraktor harus membuang bahan-bahan zat-zat
organic yang berada didalam, bawah dan sekitar bangunan dan
melakukan desinfektan terhadap dan bekas-bekasnya. Halaman
bangunan harus diserahkan dalam kondisi yang rapi dan
memuaskan.
b. Permukaan Beton, Pasangan dan Logam
Kontraktor harus membersihkan secara cermat semua permukaan
beton, pasangan dan logam serta eceran adukan, noda-noda
bekas bocoran pada beton bekas-bekas bekesting, eceran aspal,
cat dan lain-lain.
c. Kaca
Kontraktor harus memperbaiki / mengganti, apabila perlu mencuci,
menggosok, secara resmi semua permukaan kaca, dan
membersihkan / menghilangkan kelebihan bahan lapisan kompon,
ceceran cat dan goresan. Ruang antara pada bingkai dengan kaca
rangkap harus benar-benar bersih dari sisa-sisa serutan, serbuk
gergaji dan segala macam bentuk kotoran lain.
d. Permukaan Cat, Email dan politer
Kontraktor harus membersihkan semua permukaan dari semua
tanda-tanda, noda, goresan, bekas jari dan kotoran lain.
e. Permukaan Lantai
Kontraktor harus menyingkirkan semua lapis/pentutup pelindung
sementara dan membersihkan dari semua noda-noda dan apabila
dianggap perlu oleh Direksi Pengawas, diberikan lapisan lilin lantai
(wax) dan digosok.
2. PEKERJAAN PERSIAPAN
2.1. Umum
Pekerjaan persiapan dan penunjang merupakan pekerjaan sementara yang
harus dilaksanakan agar pekerjaan pokok yang sebenarnya dapat
dilaksanakan dengan mudah dan lancar.
Pekerjaan-pekerjaan ini pada umumnya bersifat darurat, tetapi secara
structural harus mampu memiliki beban yang diperlukan dan harus
dilaksanakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan serta sesuai dengan
syarat-syarat kontraktor.
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Sfesifikasi dan gambar-gambar
pekerjaan sementara termasuk perhitungan dan analisa strukturalnya apabila
kondisi lapangan memerlukan, kepada dan untuk memperoleh persetujuan
Direksi Pengawas Pengawas, selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari
sebelum pekerjaan dimulai.
2.2. Pembersihan Lapangan
Kecuali apabila ditentukan lain oleh Direksi Pengawas, Kontraktor harus
memotong, membongkar, mencabut, menyingkirkan dan membuang pohon-
pohon semak belukar, akar, sampah, bahan-bahan organic dan benda-
benda/barang-barang asing lainnya yang dapat menganggu atau merusak
pekerjaan, dalam areal pekerjaan seperti diuraikan dalam kontrak, termasuk
lahan-lahan yang digunakan untuk bangunan / struktur, jalan dan lahan-lahan
yang akan digali atau di urug.
dari Instansi yang berwenang untuk itu, dan sebagainya dan biaya-biaya
yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab kontraktor.
2.8. Biaya Asuransi
Kontraktor harus memperhatikan biaya Asuransi Tenaga kerja (ASTEK)
terhadap staff / pelaksana, Direksi Pengawas / Pengawas Proyek yang
ditempatkan dilapangan.
2.9. Personil Kontraktor
a. Kontraktor wajib menempatkan seorang kuasa atau wakil yang cukup
cakap dan berpengalaman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan ini
dilapangan (pelaksana) minimal tamatan Sarjana Muda Tekhnik Arsitek /
Sipil pengalaman minimal 3 Tahun.
b. Pelaksana yang ditunjuk kontraktor harus mendapatkan kuasa penuh
dalam bertindak untuk dan atas nama Kontraktor dan dinyatakan dengan
Surat Tugas / Keterangan.
c. Kontraktor harus menyampaikan secara tertulis kepada Direksi Pengawas
mengenai Pelaksana Pekerjaan ini. Pelaksana baru bisa bertindak jika
Direksi Pengawas menyetujuinya. Dalam waktu seminggu bila tidak ada
keberatan dari Direksi Pengawas berarti Direksi Pengawas menyetujuinya
dalam waktu 6 (enam) hari setelah dikeluarkan kuasa kecuali Kontraktor
sendiri (Direktur penanggung jawab perusahaan) yang memimpin sehari-
harinya.
2.10. Dokumentasi
Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi
sertapengirimannya ke kantor Pimpinan Bagian Proyek serta pihak-pihak lain
yang diperlukan.
Yang dimaksud dengan pekerjaan dokumentasi adalah :
a. Membuat laporan-laporan perkembangan proyek yakni Harian, Mingguan
dan Bulanan.
b. Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto
dokumentasi ukuran 4R, dibuat sebelum pekerjaan dimulai ( 0 % ), tahap
pelaksanaan hingga selesai (setiap kali untuk pembuatan laporan) dan
pada setiap kali akan melakukan tagihan / termin, foto dokumentasi harus
selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak
Depan, samping dan Belakang) dan setiap bagian yang penting antara
lain penulangan, pondasi dan lain-lain.
c. Surat-surat dan dokumentasi lainnya.
4. RENCANA KERJA
4.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun suatu
rencana kerja (jadwal waktu pelaksanaan) yang diajukan paling lambat dalam
satu minggu setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja, untuk diketahui
dan disetujui oleh Direksi Pengawas.
4.2. Setelah rencana kerja disetujui oleh Direksi Pengawas, di copy dalam 4
(empat) rangkap, 3 (tiga) salinan untuk Direksi Pengawas dan 1 (satu)
salinan ditempel pada ruang Direksi Pengawas Kheet.
4.3. Kontraktor harus mengkuti rencana kerja tersebut menjadi acuan bagi Direksi
Pengawas untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
7. PEKERJAAN GALIAN
7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian ini meliputi galian tanah untuk pondasi bangunan baru dan
penambahan pondasi bangunan renovasi serta pekerjaan galian yang nyata-
nyata tertera dalam gambar dan syarat-syarat tekhnik ini.
7.2. Pelaksanaan :
a. Galian tanah pondasi dimensi minimal sama dengan gambar atau
maksimal sampai mencapai tanah dasar / keras. Kecuali tanah dasar /
keras melebihi dua kali dimensi yang telah ditentukan, maka Direksi
Pengawas / Pengawas Tekhnik dapat mengambil kebijaksanaan untuk
merubah konstruksi dan atau dimensi tanpa mengurangi kekuatan.
b. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh
minimal 1 meter dari tepi lubang galian.
c. Jika pada galian terdapat air mengenang, harus di pompa keluar. Untuk
ini Kontraktor harus menyediakan pompa air yang siap untuk dipakai.
d. Semua galian tanah yang tidak dipakai harus diangkat keluar lokasi
pekerjaan.
e. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang telah ditentukan
dalam gambar, maka kelebihan pada galian harus di urug kembali
dengan pasir, biaya akibat pekerjaan tersebut menjadi beban Kontraktor.
8. PEKERJAAN URUGAN
8.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan
pasir, bawah pondasi, dan pekerjaan urugan lainnya yang tertera dalam
gambar.
8.2. Pelaksanaan :
a. Pada tempat-tempat tertentu untuk lokasi bangunan yang menurut Direksi
Pengawas perlu ditimbun, maka kontraktor harus menimbun sampai
mencapai ketinggian yang ditentukan dengan menggunakan bahan
timbunan yang cukup baik, bebas dari rumput, akar-akar dan lain-lain
serta harus mencapai nilai CBR minimal 4 % rendam air. Dalam hal ini
harus mengikuti petunjuk-petunjuk pengawasan tekhnik.
b. Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan, sehingga
minimal sama dengan keadaan tanah sebelum digali.
c. Ketebalan lapisan urugan tanah yang diperkenankan maksimum 30 cm
setiap lapis, kemudian di padatkan sehingga pada ketebalan yang
ditentukan urugan tanah tersebut mencapai tingkat kepadatan yang
diinginkan.
d. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga
mendapat angka kepadatan maksimal.
e. Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut, dengan
persyaratan bahwa pasir harus dalam keadaan bersih dari lumpur, tanah
dan tidak mengandung garam atau mineral lainnya.
a. Agregat
Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang halus sampai kasar, dan
harus sesuai dengan persyaratan dalam ketentuan-ketentuan beton.
Penyimpanan harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga bebas dari
kontaminasi dengan bahan-bahan yang dapat merusak.
b. Semen
semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu seperti
dipersyaratkan dalam NI-8 Bab 3 – 2
Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan
standart dari pabrik dan terlindung.
Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini Kontraktor harus
mengusahakan hanya menggunakan satu merek semen.
c. Besi Tulangan
Semua dimensi / ukuran besi tulangan yang akan digunakan
merupakan dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar.
Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, oli (minyak) dan
gemuk.
Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang
berukuran garis tengah minimal 1 mm.
d. Air
Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih dalam arti tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat mempengaruhi
kekuatan beton.
e. Bekesting
Bahan cetakan beton (bekesting) menggunakan kayu klas III kecuali
Direksi Pengawas / Pengawas menegaskan lain.
11.4. Pelaksanaan
a. Pengecoran Beton
1. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekesting harus bersih dari
kotoran – kotoran dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (
beton molen ) dan alat pembawa juga harus bersih. Penulangan harus
dimatikan pada posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu.
Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar bestek dan detail.
Jika terdapat ketidakcocokan pada ukuran kontraktor diwajibkan untuk
minta pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi Pengawas.
2. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam
gambar. Jika suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor
diwajibkan membicarakan terlebih dahulu dengan Direksi Pengawas.
3. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50
meter dan segera sesudah pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton
dipadatkan dengan penggetar (internal concrete vibrator). Kecepatan
vibrator dalam adukan harus tetap dan konstan serta penggunaannya
tidak boleh mengenai besi tulangan.
14.2. Material :
a. Bahan atap yang digunakan untuk bangunan ini adalah Atap Zincalun
Warna atau sejenis dengan Ketebalan 0.25 mm (model Lurus).
b. Syarat-syarat bahan sesuai dengan Spesifikasi yang dikeluarkan
pabrik.
c. Pekerjaan Nok harus rata dan rapi, serta tidak bergelombang
sesuai dengan arah Atap.
14.3. Pemasangan :
a. Sebelum pemasangan atap dilaksanakan, bahan atap harus diperiksa
terlebih dahulu dengan tidak mengalami kerusakan / pecah, untuk
menjaga.
b. Pemasangan harus dilakukan oleh tenaga / tukang yang terampil yang
sebelumnya telah mendapatkan pengetahuan tekhnis pelaksanaan
mengenai cara pemasangan Multi roof.
c. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh bahan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pengawas / Pengawas.
19. DOKUMENTASI
Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat
sebelum pekerjaan di mulai (0 %), tahap pelaksanaan hingga selesai ( 25 %, 50 %,
75 % dan 100 %), foto dokumentasi harus selalu di ambil pada posisi yang sama
untuk setiap kemajuan (tampak depan, samping dan belakang) dan setiap bagian
yang penting antara lain penulangan, pondasi dan lain-lain. Foto-foto tersebut
dimasukkan kedalam album dan diserahkan kepada Pengguna jasa (Direksi
Pengawas / Pengawas) sebanyak 2 (dua) set.
21. PENGAWASAN
21.1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan
oleh Direksi Pengawas / Pengawasan.
21.2. Setiap saat Direksi Pengawas/Pengawas atau petugas-petugasnya harus
dapat mengaawasi, memeriksa atau menguji setiap bagian pekerjaan, bahan
dan peralatan. Untuk itu Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
21.3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengamatan Direksi Pengawas/Pengawas adalah menjadi tanggung jawab
kontraktor. Pekerjaan tersebut bila diperlukan harus dapat diperiksa sebagian
atau seluruhnya untuk keperluan /kepentingan pemeriksaan.
21.4. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas Harian diluar jam kerja yang
resmi, maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban
kontrakto. Permohonan untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus
dengan surat yang disampaikan kepada Direksi Pengawas / Pengawas.
23. PENUTUP
23.1. Pekerjaan-pekerjaan yang belum/ tidak tercantum / dijelaskan dalam RKS ini
dapat dilihat dalam gambar atau ditanyakan pada saat rapat penjelasan
pekerjaan (Aanwijzing).
23.2. Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap RKS ini pada rapat penjelasan
pekerjaan akan dibuat suatu Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang
mengikat dan merupakan satu kesatuan dalam RKS ini.
Tolitoli, ………………2019
Mengetahui Di Buat Oleh,
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Konsultan Perencana
( PPK ) CV. TITARA MARANTAM