SKRIPSI
Oleh
APRILYANTI MULARIA
NIM: 141000575
SKRIPSI
Oleh
APRILYANTI MULARIA
NIM: 141000575
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-
isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
Aprilyanti Mularia
iii
Abstrak
Kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
Tahun 2018 masih banyak ditemukan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya ialah umur, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap
kerja, tindakan tidak aman, penggunaan APD, lingkungan kerja dan kondisi
peralatan atau mesin dan material. Dari hasil penelitian 87,1% pekerja mengalami
kecelakaan kerja pada pengelasan. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya
hubungan antara dua variabel atau lebih serta pengaruhnya yang ada diantara
variabel yang diteliti. Lokasi penelitian ini dilakukan pada seluruh bengkel las
listrik yang berada di Kecamatan Medan Selayang berjumlah 22 bengkel las.
Sampel dalam penelitian berjumlah 62 pekerja menggunakan total sampling. Data
primer diperoleh dari hasil kuesioner. Data hasil penelitian dianalisis secara
univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji T dan
korelasi dan dilanjutkan dengan uji regresi linear berganda pada multivariat.
Faktor pekerja las dikatakan bermakna jika nilai signifikannya p value < 0,25.
Hasil analisis data bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan ialah
umur (p value = 0,001), pendidikan (p value = 0,222), pengetahuan (p value =
0,000), lingkungan kerja (p value = 0,081), sikap kerja ( p value = 0,149), masa
kerja (p value = 0,005), tindakan tidak aman (p value = 0,105), dan penggunaan
APD (p value = 0,000). Hasil analisis data multivariat menunjukkan bahwa
variabel yang berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las
yaitu variabel masa kerja. Variabel tersebut berpengaruh karena nilai p value
dengan uji regresi linear berganda sebesar 0,007. Sehingga saran yang dapat
diberikan ialah dengan meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja las.
iv
Abstract
Work accidents at welders in Medan Selayang, Medan City in 2018 are still
found. The factors that influence it are age, education level, years of service,
knowledge, work attitude, unsafe actions, use of PPE, work environment and
equipment or machine and material condition. The results of the study is 87.1% of
workers experienced work accidents in welding. This type of research is analytic
research with a cross sectional design which aims to determine whether there is a
relationship between two or more variables and their influence between the
variables studied. The location of this research was carried out in all electric
welding workshops located in Medan Selayang Regency, totaling 22 welding
workshops. The sample in this study amounted to 62 workers using total sampling.
Primary data obtained from the results of questionnaires. Data from this study
were analyzed by univariate, bivariate and multivariate. Bivariate analysis used
the T Test and Correlatiion and continued with multivariate multiple linear
regression. Welding worker factors is said to be significant if the significant value
is p <0,25. The results of bivariate data analysis showed that the related variables
were age (p value = 0.001), education (p value = 0.222), knowledge (p value =
0.000), work environment (p value = 0.081), work attitude (p value = 0.149),
work period (p value = 0.005), unsafe action (p value = 0.105) and use of PPE (p
value = 0.000). The results of multivariate data analysis showed that the variables
that influence the incidence of workplace accidents in welders are tenure
variables. The variable is influential because the value of p value with multiple
linear regression test is 0.007. So, the advice that can be given is to improve
Occupational Safety and Health to prevent workplace accidents in weld workers.
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
pada Pekerja Las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2018”.
Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar
Sumatera Utara.
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. Ir. Kalsum, M.Kes., dan Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen
vi
5. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
dan Mira yang telah memberikan izin penelitian sehingga mendukung penulis
(+) dan Ibu Ma‟akir Hutagalung, S.E., juga adik saya Cavin Rido Siat Maruli
Pane dan seluruh keluarga penulis yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan moril, materil, doa serta motivasi untuk setiap langkah penulis.
penulis
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif
Aprilyanti Mularia
vii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Riwayat Hidup xiv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 10
Tinjauan Pustaka 11
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 11
Kecelakaan Kerja 11
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja 16
Tindakan tidak aman 24
Pengelasan 26
Landasan Teori 30
Kerangka Konsep 31
Hipotesis Penelitian 32
Metode Penelitian 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Populasi dan Sampel 33
Metode Pengumpulan Data 34
Definisi Operasional 35
Metode Pengukuran 36
Metode Analisis Data 38
viii
Hasil Penelitian 41
Gambaran Umum 41
Hasil Analisis Data Statistik Univariat 43
Hasil Analisis Data Statistik Bivariat 61
Hasil Analisis Data Statistik Multivariat 67
Uji Asumsi Analisis Statistik Multivariat 68
Pembahasan 74
Karakteristik Responden 74
Uji Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja 86
Keterbatasan Penelitian 100
ix
Daftar Tabel
No Judul Halaman
x
20 Hubungan antara Faktor Umur, Pendidikan Terakhir,
Pengetahuan dan Lingkungan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan
Kerja pada Pekerja Las 62
26 Model Summary 67
27 Anova 67
xi
Daftar Gambar
No Judul Halaman
3 Kerangka konsep 31
xii
Daftar Lampiran
1 Kuesioner 108
xiii
Riwayat Hidup
Jakarta pada tanggal 18 April 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Robinson Pane (+) dan Ibu
yang selesai pada Tahun 2008. Pada Tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 226 Jakarta hingga Tahun 2011 dan
Aprilyanti Mularia
xiv
Pendahuluan
Latar Belakang
semua kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan
jenis bahaya, perilaku manusia, kondisi tidak aman, tindakan tidak aman, penyakit
akibat kerja, kesehatan kerja dan hygiene industri. Prinsip bahwa semua
kodrat manusia untuk menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan atau disenanginya.
Keinginan ini tidak terbatas pada orang-orang yang memang telah mempersiapkan
diri agar kecelakaan tidak terjadi, melainkan juga berlaku untuk semua orang,
salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk
1
2
kecelakaan yang terjadi dalam lingkungan kerja yang dapat terjadi karena kondisi
hubungan antara lama paparan dan penggunaan alat pelindung diri terhadap
kejadian cidera mata pada pengelasan yang mengakibatkan mata pedih, merah dan
menurunnya konsentrasi saat bekerja yang dapat berujung hilangnya hari kerja
kedua dalam proporsi pekerja yang mengalami cidera mata. Selain itu, dari
sejumlah cidera mata yang telah disebutkan, yaitu sekitar 1390 kasus cidera mata
lebih banyak. Pekerja Las berhubungan langsung dengan mesin sehingga terluka
oleh percikan api dan partikel logam panas, radiasi ultra violet dan asap logam
lebih dari 1,8 juta kematian akibat kerja terjadi setiap tahunnya di kawasan Asia
dan Pasifik. Bahkan dua pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi di Asia.
ditingkat global, lebih dari 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat
3
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Selain itu, terdapat sekitar 374 juta cedera
dan penyakit akibat kerja yang tidak fatal setiap tahunnya, yang banyak
Kerja dan Kesejahteraan) tahun 2012, setiap tahun hampir 100 orang pekerja di
kecelakaan kerja selama tahun 2015 adalah sebesar 105.182 kasus dimana tercatat
tercatat dan telah menyumbang paling tidak 32% kasus kecelakaan kerja yang
salah satunya terjadi di sektor konstruksi pengelasan yang sangat erat kaitannya
dengan tingkat kesadaran dan perilaku para pekerja terhadap penggunaan Alat
data kecelakaan kerja BPJS ketenagakerjaan pada tahun 2016 mencapai rata-rata
226 kasus per hari. Setiap hari ada sekitar 20 orang mengalami cacat, 7 orang
meninggal dunia dan 1 orang cacat total. Laporan sampai 30 Oktober 2017, terjadi
kecelakaan kerja sebanyak 88.000 kasus atau rata-rata 303 kasus perbulan.
Sedangkan untuk wilayah Sumbagut yang meliputi Aceh dan Sumut dengan
memiliki peserta lebih 1,1 juta lebih dan tahun 2017 terdapat 6.217 kasus (BPJS
Ketenagakerjaan, 2017).
kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan
menimbulkan kantuk dan hal ini berbahaya bila pekerja mengoperasikan mesin-
Upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari
Kesehatan Kerja (K3), sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
Kecelakaan kerja bukan saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian, tetapi
lingkungan yang berdampak pada masyarakat luas (UU N0.1 Tahun 1970).
antara kelompok variabel kapasitas kerja, lingkungan kerja dan pekerjaannya itu
sendiri, yang terjadi dalam waktu singkat. Kecelakaan di tempat kerja merupakan
kecelakaan merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki dan terasa sebagai sesuatu
yang merugikan. Dampak dari kecelakaan dapat berupa kerugian secara ekonomi,
kehilangan secara sosial, kecacatan individu atau grup, atau sekelompok populasi
(Salami, 2016).
tidak dapat dihindari). Dengan demikian, accident lebih banyak disebabkan oleh
tindakan tidak aman manusia (man) yang meliputi faktor umur, pendidikan, masa
5
kerja, pengetahuan, serta faktor manajemen berupa penggunaan APD saat bekerja.
menempati posisi yang sangat penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja yaitu
antara 80–85%.
hati-hati pada pengerjaan las dengan tidak sesuai prosedur; banyak yang tidak
memakai alat pelindung diri khusus untuk pengelasan (safety welding) yaitu
kacamata las berbahan trivex dan tidak memakai masker khusus pengelasan.
merokok dan sikap pekerja yang tidak mau diatur, semuanya sendiri (dalam arti
menggunakan APD yang sesuai bahaya oleh pemilik bengkel las). Dan terakhir
ialah latar belakang pendidikan pekerja bengkel las sangat berhubungan besar
beresiko untuk terjadinya cidera mata dan gangguan kesehatan mata. Selama
proses pengelasan pekerja las dapat terpapar secara langsung oleh benda asing,
percikan bunga api, sinar infra merah dan sinar ultraviolet yang berdampak pada
mata. Kejadian trauma pada pekerja las juga sering terjadi seperti trauma mekanik
yang bisa melukai palpebra, sistem lakrimalis, laserasi konjungtiva, erosi kornea,
trauma kimia dan taruma fisik seperti luka bakar dan luka akibat radiasi.
Kemudian sikap dalam bekerja pada pekerja bengkel las tersebut yang
motivasi dan semangat dari atasan maupun rekan kerja menjadi kendala dalam
6
berperilaku aman pada saat bekerja. Peran sesama pekerja bengkel las pun masih
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Albertus Ari Eka Prasetia pada
kecelakaan kerja yang pernah mereka alami diantaranya adalah terpukul, tertusuk
menjadi gelap dalam waktu tertentu, 9 pekerja mengalami kulit wajah terasa
terbakar serta kulit wajah mengelupas, sedangkan untuk pemakaian APD belum
terlalu diperhatikan oleh tenaga kerja yaitu sebanyak 15 orang (71,4%) pekerja
memakai topeng muka pada saat mengelas karena dianggap merepotkan, 15 orang
(71,4%) tidak memakai sepatu sehingga kaki mereka terluka, 13 orang terluka
(61,9%) tidak memakai masker saat bekerja dan 13 orang (61,9%) tidak memakai
Bengkel las yang diteliti peneliti yaitu bengkel las listrik, pada bengkel las
listrik las ini sumber yang digunakan yaitu listrik. Listrik yang dihasilkan bisa
didapat langsung dari PLN maupun diesel generator. Pada umumnya las listrik
digunakan untuk mengelas pada besi batangan maupun plat yang agak tebal.
Produk yang ditawarkan bengkel las listrik memiliki dua desain utama yang
digemari konsumen, yaitu klasik dan minimalis. Tipe klasik menggunakan besi
jenis tempa, plat dan nako yang kemudian diukir dengan beraneka ragam bentuk
tipe minimalis menggunakan besi jenis holo dengan bentuk kotak lonjong atau
usaha industri kecil yang dikelola secara perorangan atau usaha sektor informal
melayani konstruksi besi dan sejenisnya, biasanya berupa pagar/pintu besi, teralis
(enam) kelurahan sebanyak 62 pekerja dengan 22 bengkel las dimana satu tempat
bengkel las terdapat 2-3 pekerja. Hasil survey pendahuluan menemukan sebagian
besar pekerja bengkel las listrik berusia 21-50 tahun yang mengalami terjadinya
kecelakaan kerja.
terpukul dan terjepit alat kerja, tersayat material, terluka dan tertimpa alat kerja
karena kelalaian. Proses kerja pengelasan diawali dengan pemilihan bahan yang
dengan kebutuhan adapun alat bantu pengelasan seperti palu, tang dan pemegang
elektoda , setelah ukuran bahan dipotong sesuai dengan kebutuhan maka material
yang telah dipotong tersebut dibentuk sesuai dengan model yang diinginkan
pengelasan, material dipoles untuk bentuk yang menarik dan indah. Dalam proses
8
kerjanya sebuah mesin las yang digunakan adalah las listrik. Proses pembuatan
panas yang berasal dari mesin las, listrik sebagai sumber tenaga mesin, disamping
itu pula ada percikan dan kerak-kerak logam saat pemotongan berbagai logam.
Waktu kerja bengkel las dilakukan selama 6 hari dalam seminggu, kegiatan
pekerja las pun dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Semakin tinggi
terhadap potensi bahaya dan lain-lain. Kondisi mesin yang digunakan juga
diperhatikan, melihat masih layak pakai alat yang digunakan saat pengelasan.
Sebelumnya penelitian ini belum ada, maka dari itu peneliti merasa
terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota
Rumusan Masalah
dalam penelitian Ini adalah „‟Faktor- Faktor apa sajakah yang Mempengaruhi
Tujuan Penelitian
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja pada
pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun 2018.
kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun
2018.
kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun
2018.
pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun 2018.
10
Manfaat Penelitian
kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan
tahun 2018.
Bagi peneliti lain. Penelitian ini sebagai masukan bagi peneliti lain untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja las.
Bagi pekerja las. Penelitian ini sebagai masukan agar dapat meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada
kerja (pasal 86, ayat (I) a). Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
dan kesehatan kerja (pasal 86, ayat (2)); dan perlindungan dimaksud dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 86, ayat (3)).
kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (penjelasan pasal 86, ayat
(2)).
Kecelakaan Kerja
yang tidak terduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang
telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban
manusia atau harta benda. Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah
(substandard). Sebab utama kecelakaan kerja antara lain meliputi faktor manusia
atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (unsafe actions) (Tarwaka, 2012).
ditimbulkan. Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup kemauan
11
12
kerugian, agar untuk selanjutnya dengan usaha koreksi yang ditujukan kepada
penyebab, maka kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang kembali (Suma‟mur,
2013).
antara lain:
1. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki atau tidak
2. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak
dikehendaki, yang mengacukan proses suatu aktivitas yang telah teratur, dan
terdapat empat faktor yang bergerak dalam satu kesatuan yaitu: lingkungan
tidak direncanakan dan harus dianalisis dari segi biaya dan sebab-sebabnya
(Panggabean, 2002).
kecelakaan kerja tidak hanya sebatas pada insiden-insiden yang menyangkut luka-
luka saja, tetapi juga mengakibatkan kerugian fisik dan material. Kecelakaan akan
selalu disertai dengan kerugian material maupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai yang paling berat dan bahkan meninggal. Oleh sebab itu, sebelum
Model teori kecelakaan kerja. Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi
apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat
dalam kecelakaan ini terdapat lima faktor yang saling berhubungan yaitu:
yang disertai bahaya mekanik dan fisik juga yang lainnya, kecelakaan yang
disusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka
kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.
menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari kelima faktor
aman ini menyumbang 98% penyebab kecelakaan. Dengan penjelasan ini teori
14
motivasi, keadaan emosi dan lain-lain. Machine atau mesin meliputi ukuran,
bentuk, bobot, sumber energi, cara kerja dan bahan mesin itu sendiri. Media
meliputi lingkungan kerja seperti suhu, getaran, kebisingan, ruang kerja dan
Man
Media Machine
ee
Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala
sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri
2. Keadaan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan
faktor kimia yang tidak sesuai dengan persyaratan yang tidak diperkenankan.
keselamatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang baik.
kelompok :
1. Immediate causes
pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang
berbahaya.
16
tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk
kerja, faktor fisik dan kimia dilingkungan kerja tidak memenuhi syarat.
2. Contributing causes
a. Safety manajemen sistem, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak taat
kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian
Kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu
lingkungan biologi.
17
Menurut Pratama (2015), unsafe action terjadi karena dua hal, yaitu karena
kesalahan yang tidak disengaja dan kesalahan aktif atau pelanggaran. Tindakan
tidak aman dipengaruhi oleh faktor internal dari pekerja itu sendiri, diantaranya
kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas
saja.
4. Teori Dua Faktor (Two Main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi
akibat kerja. Disamping itu, umur mempunyai hubungan yang saling terkait
dengan tindakan tidak aman oleh seorang pekerja, dengan bertambahnya usia akan
akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab
atau lebih. Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih
menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Efek menjadi tua
terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih daripada tenaga kerja berusia
umur muda karena umur muda mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, kreatif
tetapi cepat bosan dan kurang bertanggung jawab. Namun umur muda pun sering
pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena
lebih tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaannya.
dengan golongan umur lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya
kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena
19
kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan
dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak
fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah satu faktor
pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap
seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam
Masa kerja. Menurut Suma‟mur (2013), masa kerja adalah jangka waktu
orang sudah bekerja dari pertama mulai masuk hingga sekarang masih bekerja.
yang dipetik dari peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Semakin lama
tenaga kerja bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang
dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan.
kasus 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena mesin
terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja dibawah 6 tahun.
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
2010).
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor
berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu,
terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaaan terhadap objek tersebut.
sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya
21
kecenderungan, kesediaan dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi
jika telah diketahui sikapnya. Dengan sendirinya tindakan yang diawali melalui
proses yang cukup kompleks dan sebagai titik awal untuk menerima stimulus
adalah melalui alat indera seperti : penglihatan, pendengaran, alat raba, rasa dan
bau. Semua proses ini sifatnya tertutup sebagai dasar pembentukan suatu sikap
yang akhirnya melalui ambang batas terjadi tindakan yang bersifat terbuka, dan
inilah yang disebut tingkah laku. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat
a. Pencahayaan
yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi
b. Kebisingan
diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping
atau menetap. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85dB untuk 8 jam kerja
c. Suhu Udara
akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C-27°C.
dan motoris.
d. Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja licin dapat akibat tumpahan air, minyak atau oli
Percikan bunga api dapat mengenai kulit dan mata pekerja las sehingga
B. Lingkungan Kimia :
baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi
sendiri ataupun limbah dari suatu produksi. Adapun faktor kimia tersebut dapat
merusak organ tubuh salah satunya debu potongan besi dan silika bebas yang
23
sedang dalam proses pengelasan bila seorang pekerja tidak memakai APD dapat
C. Lingkungan Biologi :
lain, bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang ada ditempat kerja. Berbagai
macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, alergi dan sengatan serangga
kematian.
sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan
beban kerja diukur dan dianjurkan modefikasi yang sesuai antara kapasitas fisik
dan mental tenaga kerja dengan beban kerja yang disebabkan oleh pekerjaan dan
beban tambahan dari aneka faktor lingkungan. Suatu lapangan penting dalam
ergonomi adalah posisi tubuh (work posture) dan gerakan seluruh dan anggota
badan (body and limbs movements), yang menentukan besarnya pemakaian energi
postur kerja sehingga posisi tubuh tidak menjadi sumber hambatan bagi gerakan
mesin dan letak mesin. Kondisi mesin apabila keadaan mesin rusak dan tidak
terdapat hubungan yang timbal balik antar manusia dengan mesin. Mesin dan alat
diatur sehingga cukup aman, efisien dan mudah untuk melakukan pekerjaan.
Termasuk juga dalam tata letak menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak
mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan
lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.
yang dilakukan mahluk hidup dan pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui
sikap dan tindakan.Namun demikian tidak berarti bahwa perilaku hanya dapat
Definisi perilaku tidak aman menurut beberapa ahli yang juga dikutip dari
kecelakaan kerja karena gagal mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan dan
menurut Pratiwi (2012) yang mengutip pendapat Bird dan Germain antara lain:
o. Bercanda.
Pengelasan
pengelasan (welding) adalah suatu cara untuk menyambung dua benda padat
dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Tenaga panas ini perlu untuk
mencairkan bahan bakar yang akan disambungkan dari kawat las sebagai bahan
pengisi. Setelah dingin dan membeku, terbentuklah ikatan yang kuat dan
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
27
menghasilkan percikan api dan pecahan logam berupa partikel kecil. Menurut
Las oksi asetilen. Las oksi asetilen merupakan proses pengelasan secara
manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung
sampai mencair oleh nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2
dengan atau tanpa logam pengisi. Gas asetilen merupakan salah satu jenis gas
Las listrik. Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan
dengan jalan mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan benda yang
akan disambung. Penyambungan dua buah logam atau lebih menjadi satu dengan
jalan pelelehan atau pencairan dengan busur nyala listrik. Tahanan yang
menimbulkan bahaya kecelakaan, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Begitu juga pada proses pengelasan, potensi bahaya yang dapat muncul
adalah :
Bahaya terpapar radiasi sinar las. Selama proses pengelasan akan timbul
sinar yang bersifat radiasi yang dapat membahayakan pekerja las. Sinar tersebut
meliputi sinar tampak, sinar ultra violet dan sinar inframerah. Radiasi adalah
28
transmisi energi melalui emisi berkas cahaya atau gelombang. Radiasi energi
tinggi (termasuk radiasi sinar ultra violet) disebut radiasi ionisasi karena memiliki
kapasitas melepas elektron dari atom atau molekul yang menyebabkan terjadinya
ionisasi. Radiasi energi rendah disebut radiasi non-ionisasi karena tidak dapat
reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
alat pelindung wajah atau kacamata las yang tidak tembus sinar tersebut.
Radiasi sinar inframerah. Sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata,
sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan
kerusakan sel pada lensa mata sehingga sel itu tidak dapat melakukan peremajaan.
akibat dari radiasi sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya
yang lain.
Bahaya terpapar gas dan debu dalam asap las. Menurut Noviandry
(2013), asap las (fume) yang ada selama pengelasan terutama terdiri dari oksida
logam. Asap ini terbentuk ketika uap logam terkondensasi dan teroksidasi.
Komposisi asap ini tergantung pada jenis logam induk, logam pengisi, flux, dalam
yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas CO (Karbon Monoksida), CO2
Bahaya terkena percikan bunga api dan terak las. Pecahan percikan
bunga api dan terak las dapat masuk ke mata sehingga menimbulkan
pembengkakan. Selain itu percikan las bisa mengenai kulit menyebabkan luka
bakar. Pencegahan dapat menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tanagn,
apron, sepatu tahan api, kacamata las dan alat pelindung wajah (face shield)
(Kusuma, 2013).
Alat pelindung diri las listrik. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat
yang digunakan untuk melindungi diri saat bekerja. Alat pelindung pekerja las,
meliputi :
rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari
bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul
benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll.
Kacamata Las (Face Googles). Alat ini digunakan untuk melindungi mata
dari percikan bahaya kimia korosif, debu dan partikel kecil yang melayang
diudara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang
Pelindung Mata (Face Shield)/ Topeng Las. Alat ini digunakan untuk
melindungi wajah dari bahaya sinar tampak, sinar ultraviolet, infarmerah, radiasi
panas las serta percikan bunga api las yang tidak dapat dilindungi dengan hanya
menggunakan alat pelindung mata saja. Apabila wajah pekerja pengelas tidak
30
dilindungi dengan alat ini maka kulit wajah akan terasa terbakar dan sel kulit
melindungi masuknya debu atau partikel yang lebih besar ke dalam saluran
tangan dan jari tangan dari pajanan api, panas, dingin, radiasi elektromagnetik,
Pakaian Kerja dan Pelindung Dada (Apron). Alat ini digunakan untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin,
cairan bahan kimia dan sebagainya. Apron menutupi sebagian tubuh pemakainya
yaitu mulai daerah dada sampai lutut juga seluruh bagian tubuh.
Sepatu Kerja (Safety Shoes). Alat ini digunakan untuk melindungi kaki
dari tertimpa benda berat, tertuang logam panas, bahan kimia korosif,
Landasan Teori
internal pada kecelakaan pada pekerja las tersebut ialah umur, tingkat pendidikan,
masa kerja, pengetahuan dan sikap. Sedangkan faktor eksternal pada kecelakaan
kerja pada pekerja las seperti ergonomi (posisi tubuh) dan lingkungan kerja baik
lingkungan fisik (pencahayaan, kebisingan, suhu udara, lantai licin dan percikan
Kerangka Konsep
Faktor_Kondisi_Peralatan/
Mesin_dan material
Gambar 3. Kerangka konsep
Saat bekerja umumnya pekerja ingin selamat, sehat dan terhindar dari
penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Adapun fakor yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja ialah faktor manusia yang terdiri dari
umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, masa kerja, sikap, tindakan tidak aman
dan penggunaan APD. Faktor lingkungan yang berasal dari luar diri manusia baik
itu lingkungan fisika, kimia dan biologi. Juga faktor peralatan lainnya, mesin yang
memenuhi syarat apakah alat untuk bekerja masih layak pakai atau tidak serta
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las di
pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun 2018.
3. Ada pengaruh faktor masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada
5. Ada pengaruh faktor sikap kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada
6. Ada pengaruh faktor tindakan tidak aman dengan kejadian kecelakaan kerja
pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun 2018.
8. Ada pengaruh faktor lingkungan kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada
9. Ada pengaruh kondisi peralatan atau mesin dan material dengan kejadian
Jenis Penelitian
kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan
tahun 2018. Penelitian ini merupakan cross sectional study karena pengambilan
data semua variabel dikumpulkan pada satu kurun waktu saja, yaitu pada saat
bengkel las yang berada di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. Ada enam
(6) kelurahan pada Kecamatan Medan Selayang, yaitu: Kelurahan Padang Bulan
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja las yang berada di
terdapat 2 pekerja.
33
34
Kelurahan Asam Kumbang = 4 Bengkel las. 3 bengkel las terdapat 2 pekerja dan
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui
memperkuat hasil penelitian. Adapun isi kuesioner tersebut ialah Umur, Masa
2. Data sekunder digunakan sebagai data penunjang atau pelengkap data primer
Definisi Operasional
1. Umur adalah lamanya hidup pekerja las listrik yang dinyatakan dalam tahun
5. Sikap merupakan tanggapan atau reaksi pekerja las akan bahaya lingkungan
kerja.
besi, seperti : pembuatan pagar, pintu besi, tangga, jendela dan lain-lain.
melakukan pekerjaan.
10. Penggunaan APD merupakan APD yang digunakan pekerja las selama kerja.
36
Metode Pengukuran
Tabel 1
Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 1
Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 2
Aspek Pengukuran Variabel Terikat
1 Pernah Apabila
pekerja
menjawab
“pernah” dari
salah_satu
pertanyaan
atau_seluruh
pertanyaan
38
baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan editing
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry
data.
3. Proses data (Processing), setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, dan
data agar dapat dianalisis. Processing data dilakukan dengan cara memasukan
(Santoso, 2013).
1. Analisis Univariat
frekuensi dari setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini, analisis data
2. Analisis Bivariat
(Priyohastono, 2012).
3. Analisis Multivariat
berjenis numerik, tetapi dapat pula berupa campuran numerik dan kategorik
Adapun asumsi yang harus dipenuhi pada regresi linier ganda adalah
b. Asumsi Independensi dengan uji Durbin watson yang nilai Durbin -2 s/d+2
berarti asumsi terpenuhi sebaliknya nilai Durbin <-2 atau >+2 berarti asumsi
40
f. Asumsi Colinearity dengan cara melihat nilai r, jika r<0,8 dan nilai VIP
Gambaran Umum
Selayang terdapat 22 bengkel las lstrik aktif atau buka dan bersedia untuk
jumlah pekerja pada bengkel tersebut 2 sampai 3 pekerja. Bengkel las listrik
tersebut dimiliki oleh warga yang tinggal pada Kecamatan Medan Selayang.
Tabel 3
41
42
Tabel 3
berada di bagian Barat Daya wilayah kota Medan terbagi menjadi 6 kelurahan
dengan luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah ± 23,79 Km². Kecamatan
ini mempunyai jumlah penduduk sebesar 84.148 jiwa, dengan jumlah penduduk
laki-laki sebesar 41.837 dan perempuan sebesar 42.311 jiwa. Terdapat berbagai
jenis usaha ekonomi lainnya baik yang berskala besar, sedang dan kecil terdapat
bagi peningkatan pendapatan masyarakat baik dari segi tenaga kerja maupun
pekerjaan.
uaraian berikut :
distribusi umur pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
sebagai berikut:
Tabel 4
Umur n %
21-30 24 38,7%
31-40 19 30,6%
41-50 19 30,6%
Tabel 5
Pendidikan Terakhir n %
SD – SMP 26 41,9%
SMA – PT 36 58,1%
distribusi masa kerja pekerja las Kecamatan Medan Selayang Kota Medan,
sebagai berikut :
Tabel 6
Masa Kerja n %
< 5 tahun 35 56,5%
> 5 tahun 27 43,5%
sebanyak 35 responden (56,5%) memiliki lama masa kerja < 5 tahun, dan
Tabel 7
Pernyataan Jawaban
Benar % Salah %
Arti kecelakaan kerja 41 66,1 21 33,9
Salah satu penyebab utama 51 82,3 11 17,7
kecelakaan kerja
Yang dimaksud Alat Pelindung 42 67,7 20 32,3
Diri
APD yang dipakai saat 23 37,1 39 62,9
melakukan pengelasan
Bahaya debu dari potongan besi 39 62,9 23 37,1
pengelasan dapat menjadi
penyakit
Untuk mencegah terjadinya 38 61,3 24 38,7
kecelakaan kerja, hal yang
harus dilakukan pekerja las
Pernah merasakan mata lelah 39 62,9 23 37,1
ketika tidak menggunakan
APD (kacamata las) saat
mulai pengelasan
Posisi badan dengan alat kerja 45 72,6 17 27,4
tidak sesuai saat pengelasan
merupakan salah satu bahaya
ergonomi
Salah satu faktor yang 47 75,8 15 24,2
diperlukan oleh pengelasan
untuk mencegah kecelakaan
kerja
Kapan seharusnya alat 9 14,5 53 85,5
pelindung diri harus
digunakan
debu dari potongan besi pengelasan dapat menjadi penyakit” diketahui sebanyak
menjawab salah.
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, hal yang harus dilakukan pekerja las”
mata lelah ketika tidak menggunakan APD ( kacamata las) saat mulai pengelasan”
badan dengan alat kerja tidak sesuai saat pengelasan merupakan salah satu bahaya
“Salah satu faktor yang diperlukan oleh pengelas untuk mencegah kecelakaan
Tabel 8
Pengetahuan n %
Baik 31 50,0%
Cukup 22 35,5%
Kurang 9 14,5%
distribusi sikap pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan, sebagai
berikut :
48
Tabel 9
Pernyataan Jawaban
Setuju % Tidak %
setuju
Fokus dan hati-hati saat 62 100 0 0,00
pengelasan
Perlunya ketangkasan pekerja 60 96,8 2 3,2
saat bekerja
Alat Pelindung Diri harus 56 90,3 6 9,7
digunakan saat bekerja
Pengunaan APD pada saat 60 96,8 2 3,2
bekerja untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja
Adanya potensi bahaya dari 62 100 0 0,00
setiap alat, bahan dan mesin
yang digunakan pada saat
bekerja sehingga harus
waspada
Sesama pekerja saling 62 100 0 0,00
memberikan semangat saat
bekerja sehingga hasil yang
dikerjakan sesuai dengan
permintaan pelanggan
Memakai alat pelindung diri 58 93,5 4 6,5
yang sesuai dan benar
Tidak dibenarkan bersenda 55 88,7 7 11,3
gurau dengan rekan kerja saat
bekerja
Sikap responden pada pernyataan nomor satu “Fokus dan hati-hati saat
memilih sikap setuju, sedangkan 2 responden (3,2%) memilih sikap tidak setuju.
bahaya dari setiap alat, bahan dan mesin yang digunakan pada saat bekerja
pekerja saling memberikan semangat saat bekerja sehingga hasil yang dikerjakan
tidak setuju.
diri yang sesuai dan benar” diketahui sebanyak 58 responden (93,5%) memilih
Tabel 10
Sikap Kerja n %
Baik 46 74,2%
Cukup 16 25,8%
Kurang 0 0,00%
Tabel 11
Jawaban
Fisik Kimia Biologi Ergonomi
Pernyataan
n % n % n % n %
Terpapar sinar las membuat 11 17,7 35 56,5 10 16,1 6 9,7
mata pedih dan lelah
Terhirup debu/asap besi 25 40,3 19 30,6 15 24,2 3 4,8
dalam proses pengelasan
Cara kerja yang baik dapat 2 3,2 0 0,00 21 33,9 39 62,9
mengurangi kelelahan
akibat kerja
Posisi kerja yang salah bikin 9 14,5 0 0,00 14 22,6 39 62,9
pekerja tidak nyaman, rasa
nyeri otot dan kelelahan
fisik
(bersambung)
51
Tabel 11
Jawaban
Fisik Kimia Biologi Ergonomi
Pernyataan
n % n % n % n %
Bising yang dikeluarkan 36 58,1 7 11,3 11 17,7 8 12,9
dari alat/mesin las dapat
menyebabkan kelalaian
pendengaran pada pekerja
Terkena percikan bunga api 35 56,5 18 29,0 7 11,3 2 3,2
berisiko mengalami luka
bakar
Apabila penyimpanan alat 12 19,4 5 8,1 39 62,9 6 9,6
atau mesin dengan suhu
udara lembab akan timbul
bakteri, virus dan jamur
sehingga dapat menjadi
agent penyakit pada
pekerja las
responden (3,2%).
“Terpapar sinar las membuat mata pedih dan lelah saat pengelasan” diketahui
“Terhirup debu dan asap besi dalam proses pengelasan dapat merusak sistem
“Posisi kerja salah membuat pekerja tidak nyaman dan merasakan nyeri dapat
yang cukup, suhu udara yang normal dan lantai yang bersih serta tidak licin dapat
53
“Apabila penyimpanan alat atau mesin dengan suhu udara lembab akan timbul
bakteri, virus, jamur sehingga dapat menjadi agent penyakit pada pekerja las”
Tabel 12
Lingkungan Kerja n %
Fisik 33 53,2%
Kimia 20 32,3%
Biologi 6 9,7%
Ergonomi 3 4,8%
pada pekerja las yang memilih fisik sebanyak 33 responden (53,2%) , sebanyak
yang telah dilakukan, terdapat distribusi kondisi mesin pada pekerja las di
Tabel 13
Pernyataan Jawaban
Ya % Tidak %
Peralatan atau mesin yang 8 12,9 54 87,1
sudah tidak layak pakai masih
digunakan untuk pengelasan
Adanya keterkaitan antara mesin 59 95,2 3 4,8
dan perlatan lainnya dalam
pengelasan
Peralatan diletakkan atau 61 98,4 1 1,6
dikembalikan pada tempat
yang aman dan terjangkau
Pemasokan bahan baku sebagai 62 100 0 0,00
bahan pembuatan las tersedia
Bahan baku pernah habis 37 59,7 25 40,3
Ketika menggunakan mesin las,
pekerja memperhatikan 57 91,9 5 8,1
kondisi mesin bergerak/ tidak
satu “Peralatan atau mesin yang sudah tidak layak pakai masih digunakan untuk
pernyataan nomor dua “Adanya keterkaitan antara mesin dan peralatan lainnya
pernyataan nomor tiga “Peralatan diletakkan atau dikembalikan pada tempat yang
empat “Ketika menggunakan mesin las perhatikan mesin dalam kondisi bergerak
pernyataan nomor lima “Pemasokan bahan baku sebagai bahan pembuatan las
pernyataan nomor enam” Bahan baku (besi) pernah habis karena memang
Tabel 14
Tabel 15
Penggunaan APD n %
Lengkap 22 35.5%
Tidak Lengkap 40 64,5%
terdapat distribusi tindakan pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota
Tabel 16
Pernyataan Jawaban
Ya % Tidak %
Memakai peralatan pengelasan 60 96,8 2 3,2
sesuai dengan fungsinya
Menempatkan peralatan kerja 61 98,4 1 1,6
dengan benar setelah selesai
bekerja
Menggunakan peralatan kerja 62 100 0 0,00
dengan baik
Bekerja dengan posisi tubuh 49 79,0 13 21,0
yang benar ketika bekerja
Alat Pelindung Diri yang 59 95,2 3 4,8
dikenakan nyaman
Memakai Alat Pelindung 35 56,5 27 43,5
Diri (APD) yang lengkap
dan benar sesuai saat mulai
bekerja
(bersambung)
57
Tabel 16
Pernyataan Jawaban
Ya % Tidak %
Ada mesin atau alat kerja yang 21 33,9 41 66,1
sudah tidak layak pakai tapi
masih digunakan dalam
proses pengelasan
Mengetahui bahwa bercanda 58 93,5 4 6,5
saat bekerja dapat membuat
kecelakaan kerja
Tindakan responden pada pernyataan nomor satu “Memakai peralatan
alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan benar sesuai saat mulai bekerja”
Tindakan responden pada pernyataan nomor tujuh “Ada mesin atau alat
kerja yang sudah tidak layak pakai tapi masih digunakan dalam proses
Tabel 17
Tindakan n %
Baik 33 53,2
Cukup 29 46,8
Kurang 0 0,00
tindakan kurang.
Tabel 18
Pernyataan Jawaban
Pernah % Tidak %
Pernah
Pernah mengalami terpotong 52 83,9 10 16,1
(tersayat, tergores, tertusuk) saat
pengelasan
Pernah mengalami terjepit, 40 64,5 22 35,5
terhimpit alat kerja
Pernah tertimpa atau terjatuh alat 32 51,6 30 48,4
kerja las secara tidak sengaja
Pernah mengalami terpukul alat 55 88,7 7 11,7
kerja las tanpa sengaja
Pernah merasakan mata pedih 41 66,1 21 33,9
dan lelah saat pengelasan saat
tidak pakai APD
Pernah merasakan tangan merah, 36 58,1 26 41,9
memar dan panas seperti
terbakar dari alat kerja
Pernah terkontak dengan arus 48 77,4 14 22,6
listrik
kerja.
“Pernah tertimpa atau terjatuh alat kerja las secara tidak sengaja” diketahui
kerja.
mengalami terpukul alat kerja las tanpa sengaja” diketahui sebanyak 55 responden
“Pernah merasakan mata terasa pedih dan lelah saat pengelasan bila tidak
merasakan tangan menjadi panas seperti terbakar dari alat kerja sehingga merah
Tabel 19
Kecelakaan Kerja n %
Pernah 54 87,1
Tidak Pernah 8 12,9
APD, faktor lingkungan kerja, kondisi keadaan mesin/peralatan las, dan tindakan
tidak aman) terhadap variabel terikat (kecelakaan kerja). Dikatakan ada hubungan
dan bermakna secara statistik jika diperoleh hasil uji lebih kecil dari nilai “p”
(signifikan) yang ditentukan yaitu p < 0,25 dengan menggunakan uji statistic T-
variabel yang analisis bivariatnya mempunyai nilai p value < 0,25 Secara rinci
faktor umur dengan kejadian kecelakaan kerja untuk menunjukkan variabel mana
Tabel 20
Variabel p value
Umur 0,001
Pendidikan Terakhir 0,222
Pengetahuan 0,000
Lingkungan Kerja 0,081
kecelakaan kerja pada pekerja las menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0,001
(p < 0,25) maka ada hubungan antara variabel umur dengan kejadian kecelakaan
kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las menunjukkan bahwa p value 0,222 (p
< 0,25) maka ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan kejadian
kecelakaan kerja pada pekerja las menunjukkan bahwa p value 0,000 (p < 0,25)
kecelakaan kerja pada pekerja las menunjukkan bahwa p value 0,081 (p < 0,25)
kerja pada pekerja las. Sehingga variabel umur, pendidikan, pengetahuan dan
kecelakaan kerja.
Tabel 21
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2018
kecelakaan kerja dengan masa kerja <5 tahun adalah 5,11 dengan standar deviasi
1,906, sedangkan rata-rata kejadian kecelakaan kerja dengan masa kerja >5 tahun
adalah 6,00 dengan standar deviasi 1,177. Hasil uji t didapatkan nilai p value
sebesar 0,005 (p < 0,25) artinya ada hubungan yang signifikan rata-rata kejadian
kecelakaan kerja pada pekerja las antara masa kerja <5 tahun dan >5 tahun.
kecelakaan kerja.
64
Tabel 22
Hubungan antara Sikap Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2018
kerja dengan sikap kerja yang baik adalah 5,72 dengan standar deviasi 1,544,
sedangkan untuk yang memiliki sikap kerja yang sedang adalah 4,88 dengan
standar deviasi 1,928. Hasil uji t didapatkan nilai p value sebesar 0,149 (p < 0,25)
artinya ada hubungan yang signifikan rata-rata kejadian kecelakaan kerja pada
kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun
2018. Hubungan antara tindakan tidak aman dengan kejadian kecelakaan kerja
Tabel 23
kecelakaan kerja dengan tindakan tidak aman yang baik adalah 5,73 dengan
standar deviasi 1,485, sedangkan untuk tindakan tidak aman yang sedang adalah
65
5,24 dengan standar deviasi 1,864. Hasil uji t didapatkan nilai p value sebesar
0,105 (p < 0,25) artinya ada hubungan yang signifikan rata-rata kejadian
kecelakaan kerja pada pekerja las antara sikap kerja yang baik dan cukup.
pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan tahun 2018.
kecelakaan kerja.
Tabel 24
kerja dengan penggunaan APD lengkap adalah 6,45 dengan standar deviasi 0,800,
sedangkan untuk penggunaan APD tidak lengkap adalah 4,98 dengan standar
deviasi 1,928. Hasil uji t didapatkan nilai p value sebesar 0,000 (p < 0,25) artinya
ada hubungan yang signifikan rata-rata kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las
Medan tahun 2018. Hubungan antara kondisi mesin/peralatan las lainnya dengan
66
Tabel 25
lainnya adalah 5,90 dengan standar deviasi 1,513, sedangkan untuk yang
standar deviasi 1,758. Hasil uji t didapatkan nilai p value sebesar 0,502 (p > 0,25)
artinya tidak ada hubungan yang signifikan rata-rata kejadian kecelakaan kerja
pada pekerja las antara iya dan tidaknya kondisi mesin/ peralatan lainnya.
terhadap satu buah variabel. Variabel yang memengaruhi sering disebut variabel
Tabel 26
Model Summary
independen atau dengan kata lain R Square menunjukkan seberapa jauh variabel
Tabel 27
Anova
Model Df F P
Regression 1 7,742 0,007
Residual 60
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai p value < 0,05, artinya pada α = 5%
Tabel 28
Model B S.E T P
Constant 1,457 0,125 11,680 0,000
Masa kerja -0,229 0,082 -2,782 0,007
berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja (p value < 0,05). Dari tabel
68
yaitu :
kejadian kecelakaan kerja dengan menggunakan variabel masa kerja. Kolom beta
dapat digunakan untuk mengetahui variabel mana yang paling besar peranannya
kerja). Semakin besar nilai beta semakin besar pengaruhnya terhadap variabel
dependennya. Pada hasil diatas berarti variabel yang paling besar pengaruhnya
mempunyai mean dan varian tertentu. Asumsi ini berkaitan dengan teknik
pengambilan sampel. Untuk memenuhi asumsi ini, sampel yang asumsi eksitentsi
dengan cara melakukan analisis deskriptif variabel residual dari model, bila
residual menunjukkan adanya mean mendekati nilai nol dan ada sebaran (varian
Tabel 29
0,000 dan standar deviasi 0,318. Dengan demikian asumsi eksistensi terpenuhi.
bebas satu sama yang lain. Jadi nilai dari tiap-tiap individu saling berdiri sendiri.
Tidak diperbolehkan nilai observasi yang berbeda yang diukur dari satu individu
diukur dua kali. Untuk mengetahui asumsi ini dilakukan dengan cara
mengeluarkan uji Durbin Watson, bila nilai Durbin -2 s.d +2 berarti asumsi
independensi terpenuhi, sebaliknya bila nilai Durbin < -2 atau > +2 berarti asumsi
tidak terpenuhi.
Tabel 30
Std. Error
Adjusted R Durbin-
Model R R Square of the
Square Watson
Estimate
1 .338a .114 .100 .321 1.847
Dari hasil uji didapatkan Coeffisien Durbin Watson 1,847 berarti asumsi
independensi terpenuhi.
Asumsi linearitas. Nilai mean dari variabel Y untuk suatu kombinasi X1,
X2, X3,.....,Xk terletak pada garis/ bidang linear yang dibentuk dari persamaan
regresi. Untuk mengetahui asumsi linearitas dapat diketahui dari uji Anova
(0verall F Test) bila hasilnya signifikan (p value < alpha) maka model berbentuk
linear.
Tabel 31
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression .796 1 .796 7.742 .007
Residual 6.171 60 .103
Total 6.968 61
linearitas terpenuhi.
residual. Bila titik tebaran tidak berpola tertentu dan menyebar merata disekitar
71
garis titik nol, maka dapat disebut varian homogen pada setiap nilai X dengan
Dari hasil plot diatas terlihat tebaran titik mempunyai pola yang sama
antara titik-titik diatas dan dibawah garis diagonal 0. Dengan demikian asumsi
homoscedascity terpenuhi.
setiap pengamatan variabel X. Dapat diketahui darsi Normal P-P Plot residual,
bila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model
memenuhi asumsi regresi atau diagram seperti lonceng maka asumsi terpenuhi.
Dari grafik normal P-P Plot terbukti bahwa bentuk distribusi tidak normal,
mendeteksi collinearity dapat diketahui dari nilai VIF (varian inflation factor),
bila nilai VIF lebih dari 10 maka mengindikasikan telah terjadi collinearity.
Tabel 32
Dari uji asumsi didaptkan nilai VIF tidak lebih dari 10, dengan demikian
Dari hasil uji asumsi dan uji kolinearitas ternyata semua asumsi terpenuhi
Karakteristik Responden
penelitian ini adalah faktor manusia yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan,
pengetahuan, masa kerja, sikap, tindakan tidak aman dan penggunaan APD.
Faktor lingkungan yang berasal dari luar diri manusia baik itu lingkungan fisika,
kimia dan biologi. Juga faktor peralatan lainnya, mesin yang memenuhi syarat
apakah alat untuk bekerja masih layak pakai atau tidak dan juga material sebagai
bahan pendukungnya.
semakin tua akan disertai dengan kurangnya kemampuan kerja oleh karena
perubahan pada alat tubuh, sistem kardiovaskuler, dan hormonal. Umur seseorang
batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60
sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60
tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun.
Bertambahnya umur setelah seseorang mencapai puncak kekuatan fisik (25 tahun)
74
75
tahun.
Hasil penelitian ini selaras dengan yang dilakukan Januar Atiqoh, dkk.
(2014) yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara usia dengan kelelahan kerja
Pekerja dengan usia lebih muda secara psikologi akan cenderung lebih cepat,
mengakibatkan kecelakaan kerja. Hal tersebut dapat terjadi karena Usia dapat
meskipun masih ada beberapa faktor lain yang mendominasi timbulnya unsafe
umur yang lebih tua. Pada pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga kerja,
biasanya dipilih tenaga kerja yang masih muda karena fisiknya yang kuat, akan
tetapi usia muda biasanya masih penuh dengan emosi, ceroboh dan kurang
penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi pendidikan terakhir pekerja las
kesadaran akan arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (Permana, 2014).
Sehingga semakin tinggi pendidikan normal yang dicapai, maka semakin baik
kecelakaan kerja seperti tingkat pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja serta
sikap tenaga kerja itu sendiri dalam melakukan pekerjaannya (Harianto dkk,
2014).
diperlukan agar pekerja menjadi lebih berhati-hati dalam bekerja. Selain itu,
suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja
positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin
pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul
kerja pekerja las Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dari 62 responden
terdapat sebanyak 35 responden (56,5%) memiliki lama masa kerja < 5 tahun
78
dan sebanyak 27 responden (43,5%) memiliki lama masa kerja > 5 tahun.
perusahaan memiliki pengalaman kerja yang lebih lama, itu karena mereka
memang tidak memiliki alasan untuk keluar dari perusahaan kecuali karena usia
atau mengalami kecelakaan kerja. Sehingga masa kerja atau pengalaman kerja
yang lama bukan merupakan faktor penentu bahwa pekerja dapat berperilaku
aman selama bekerja (Pratama, 2015). Menurut Suma‟mur (2009), masa kerja
dapat menjadi penyebab dari terjadinya kecelakaan pada suatu pekerjaan karena
tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam tentang pekerjaan
dan keselamatannya. Sementara itu, masa kerja yang lama ditambah dengan
Kekuatan pendorong dalam hal ini adala faktor yang mendorong motivasi pekerja
karena itu, sebaiknya pekerja diberikan reward sebagai bentuk penghargaan dari
perilakua man yang telah diterapkan sebagai bentuk dukungan kepada perusahaan
causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer). Perilaku dibentuk
(Notoatmodjo, 2003)
ini baik, maka pelaksanaan K3 akan baik dan apabila faktor-faktor ini buruk,
pekerja las Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dari 62 responden yang
responden (25,8%) memiliki sikap cukup, dan tidak ada responden (0,00%) yang
memiliki sikap kurang. Sikap adalah salah satu di antara faktor individual yang
praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih
kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Sikap kerja yang statis harus dihindarkan
untuk mengurangi tingkat kelelahan dan diupayakan sikap kerja yang lebih
dinamis. Hal yang dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis
menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah
dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh (Tarwaka, 2014).
kerja adalah suatu lokasi atau tempat untuk melakukan aktifitas kegiatan atau
pekerjaan. Suatu tempat atau lokasi bekerja yang dimana hendaknya membuat
pekerja merasa aman dan tidak merasa canggung dalam melakukan pekerjaaan
(Andi, dkk, 2005). Lingkungan kerja yang kondusif dapat mendukung penerapan
kerja yang terjadi di tempat kerja. Hal ini bisa optimal bila seluruh pekerja
(Andi, dkk, 2005). Lingkungan kerja yang baik dan aman dapat dimulai dari
Tabel 9 menunjukkan bahwa lingkungan kerja responden pada pekerja las yang
dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurun atau rendahnya
produktivitas kerja tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman, dan selamat akan memicu
Faktor kondisi mesin dapat berupa konstruksi mesin, sikap dan cara kerja
yang salah di tempat kerja dan kelelahan. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan
kecelakaan kerjakerja bisa berasal dari keadaan di lingkungan kerja, mulai dari
aspek suhu udara, penerangan, peralatan kerja, hingga pada kondisi fisik dan
mental karyawan itu sendiri. Belum lagi sejumlah peralatan berat yang menjadi
sarana kerja yang menyimpan potensi bahaya berupa terjepit, terlindas, tertimpa
82
permasalahan bagi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). setiap bagian produksi
Cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas
produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor
efektif memerlukan pelaksanaan pekerjaan dengan baik oleh setiap orang ditempat
kerja. Semua pekerja harus mengetahui bahayadari bahan dan peralatan yang
pelatihan lain. Alat pengaman mesin sangat dibutuhkan oleh karyawan yang
kecelakaan kerja.
Berdasarkan teori Syukri sahib (1997) dalam penelitian Ade Irma tahun
ataupun cedera.
Agar peralatan ini aman dipakai maka harus diberi pengaman yang sesuai
dengan peraturan dibidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit perlu
dalam penelitian Ade Irma pada tahun 2012 yaitu setiap proses produksi,
produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat
penggunaan APD yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah responden yang
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam penelitian ini yaitu suatu tindakan
akibat kerja. APD belum menjamin seorang pekerja untuk tidak celaka karena
fungsinya hanya mengurangi akibat dari ecelakaan. Pemakaian APD yang tidak
tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya, bahkan mungkin lebih
84
membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena itu agar dapat
dikendalikan.
permasalahan seperti menurut Gempur Santoso (2004:28) yaitu: (1) Pekerja tidak
mau memakai dengan alasan: tidak sadar atau tidak mengerti, panas, sesak, tidak
enak dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu pekerjaan, tidak sesuai
dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi dan atasan juga tidak memakai; (2)
perusahaan yaitu tidak sesuai dengan bahaya yang ada dan asal beli.
Alat Pelindung Diri (APD) menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigras tahun 2010 adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
dari potensi bahaya di tempat kerja. Penggunaan APD merupakan tahap akhir
secara teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal. Akan tetapi, pada
penyebab kecelakaan kerja dan cara pencegahannya. Perilaku tenaga kerja yang
85
tantangan yang harus dihadapi. Hal ini sejalan dengan penelitian Suma‟mur yang
pada hasil pekerjaan bukan pada keselamatan (Vesta, Lubis dan Sinaga, 2012).
tidak aman (Unsafe action) adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman
hingga kematian. Sebanyak 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action
atau tindakan tidak aman. Kecelakaan yang diakibatkan tindakan tidak aman
(Unsafe Action) dianggap sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak
Peralatan yang sudah tidak layak pakai atau rusak, pelindung atau pembatas tidak
memadai, alat pelindung diri tidak memadai, ada api di tempat bahaya,
pencahayaan atau ventilasi yang kurang atau terlalu berlebihan, kondisi suhu yang
yaitu tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).
Unsafe act adalah perilaku menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan yang
menyebabkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan unsafe condition
adalah sebuah kondisi yang menyebabkan bahaya bagi lingkungan maupun diri
faktor manusia yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, masa
kerja, sikap, tindakan tidak aman dan penggunaan APD. Faktor lingkungan yang
berasal dari luar diri manusia baik itu lingkungan fisika, kimia dan biologi. Juga
faktor peralatan lainnya, mesin yang memenuhi syarat apakah alat untuk bekerja
masih layak pakai atau tidak dan juga material sebagai bahan pendukungnya yang
1. Jika nilai p < 0,25, maka terdapat hubungan antara variabel independen
2. Jika nilai p > 0,25, maka tidak terdapat hubungan antara variabel
uji korelasi antara faktor umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las
menunjukkan bahwa pekerja las yang berusia 21-30 tahun , pekerja las yang
berusia 31-40 tahun , pada pekerja las yang berusia 41-50 tahun pernah
mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji bivariat nilai p < 0,25 yaitu 0,001
kecelakaan kerja.
tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung pada
berbagai faktor, salah satunya adalah faktor usia. Tenaga kerja yang masih muda
mempunyai kemampuan kerja yang lebih baik dari tenaga kerja yang sudah tua.
Hal ini berkaitan dengan berkurangnya kemampuan kerja dari tenaga kerja sejalan
dengan pertambahan usia, karena perubahan pada alat-alat tubuh. Namun umur
yang masih muda juga mempunyanyi kecerobohan juga sikap tergesa-gesa dapat
pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam bekerja. Hal ini
kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las menunjukkan bahwa pekerja las yang
pekerja las yang menempuh pendidikan tingkat SMA-PT juga pernah mengalami
kecelakaan kerja. Hasil uji bivariat nilai p < 0,25 yaitu 0,222 menunjukkan bahwa
Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan seorang
melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang
keterampilan tenaga kerja serta sikap tenaga kerja itu sendiri dalam melakukan
pekerjaannya.
adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat.
Masa kerja dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif, akan
kerja maka akan muncul kebiasaan pada tenaga kerja (Suma‟mur P.K., 2014).
Hasil uji t antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada
pekerja las menunjukkan bahwa pekerja las yang bekerja selama < 5 tahun dan >
5 tahun pernah mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji bivariat nilai p < 0,25 yaitu
Teori dari Max Weber dalam Nurhayati (1997), yang menyatakan bahwa
kebiasaan yang telah diterapkan setiap harinya berdasarkan dari pengalaman yang
didapat selama bekerja. Hal ini sesuai dengan Siagian (1987) yang menyatakan
melalui dua jalur utama yaitu pengalaman kerja yang didapat mendewasakan
seseorang dari pelatihan dan pendidikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa masa
nilai p < 0,25 yaitu 0,000 menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan
atau kesalahan faktor manusia adalah salah satunya disebabkan oleh kurangnya
angka kecelakaan kerja. Selain itu penyebab tidak aman adalah tindakan dengan
(pengetahuan, persepsi dan sikap), bersifat aktif (tindakan yang nyata dan praktis).
Stimulus yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
pengetahuan berhubungan dengan kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan teori
ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja seperti keterampilan tenaga kerja serta sikap tenaga kerja itu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sunaryo mengatakan bahwa perilaku
91
yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari,
tindakan seseorang.
antara sikap kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las dari 62
kecelakaan kerja dengan hasil uji bivariat nilai p < 0,25 yaitu 0,149 menunjukkan
mengikuti standar prosedur kerja dan menggunakan alat pelindung diri dengan
berkaitan dengan keselamatan kerja. Sikap yang tidak aman dianggap sebagai
92
hasil dari kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat secara
langsung (Wibisono, 2013). Menurut Geller (2001), faktor sikap merupakan aspek
manusia dan faktor tersebut lebih sedikit diperhatikan dari faktor lingkungan.
Sikap tidak aman (unsafe behavior) merupakan penyebab dasar pada sebagian
besar kejadian hampir celaka dan kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena itu,
perilaku kerja tidak aman. Umpan balik mengenai observasi terhadap sikap telah
terbukti sukses dalam mengurangi sikap tidak aman para pekerja. Umpan balik
yangdiberikan dapat berupa lisan, grafik, tabel dan bagan, atau melalui tindakan
hubungan sikap dengan kecelakaan kerja. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang
kerja seperti keterampilan tenaga kerja serta pengetahuan tenaga kerja itu sendiri
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena
ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh
Hasil uji t antara tindakan tidak aman dengan kejadian kecelakaan kerja pada
denan nilai p < 0,25 yaitu 0,105 menunjukkan bahwa ada hubungan tindakan
Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat menyebabkan kerugian
alat tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan semestinya, gagal
keahliannya.
Menurut John Ridley (2004), faktor manusia dibagi menjadi empat garis besar:
resiko kerja.
4.Faktor individu.
mengenai pengaruh perilaku tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman
hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja
las menunjukkan bahwa pekerja las yang penggunaan APD lengkap adalah 6,45
dan APD tidak lengkap adalah 4,98 hasil uji bivariat nilai p < 0,25 yaitu 0,052
Pekerja las tidak menggunakan APD tersebut dikarenakan berbagai macam alasan
seperti pembagian APD tersebut tidak merata sehingga masih terdapat pekerja las
95
yang tidak menggunakan APD, kurang nyaman saat menggunakan APD ketika
bekerja merupakan alasan lain dari tidak kepatuhan pekerja las dalam
menggunakan APD.
berlaku dan bekerja sesuai dengan tanggung jawab. Penelitian ini sesuai dengan
pendapat Geller (2001) kepatuhan adalah salah satu bentuk perilaku yang
dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal yang sesuai dengan ketentuan
mereka mengerti risiko yang diterima jika berperilaku patuh ataupun tidak patuh
pekerja yang tidak patuh akan cenderung melakukan kesalahan dalam setiap
proses kerja karena tidak mematuhi standar dan peraturan yang ada. Mereka
merasa bahwa peraturan yang ada hanya akan membebani dan menjadikan
pekerjaan menjadi lebih lama selesai. Pekerja yang tidak patuh akan berperilaku
pekerja tidak memakai alat pelindung diri berupa safety helmet dan safety shoes
karena merasa tidak nyaman dan mengganggu proses kerja yang ada. Mereka
merasa tahu seluk beluk pekerjaan sehingga tidak perlu adanya safety helmet dan
safety shoes yang menurut mereka memberatkan. Hal inilah yang dapat
baik safety helmet dan safety shoes pada saat bekerja di area proyek. Berbagai
macam alasan yang telah diungkapkan oleh pekerja antara lain ketidaknyamanan
dalam penggunaan APD selama bekerja. Ini merupakan alasan yang banyak
berat, berkeringat atau lembab, sakit, pusing, sesak dan sebagainya. Alasan
lainnya yaitu merasa bahwa pekerjan tersebut tidak berbahaya atau berdampak
pada keselamatan dan kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang sudah
APD akibat kurangnya pengetahuan akan fungsi dan kegunaan APD, APD
mengganggu kelancaran dan kecepatan pekerjaan adalah alasan lain pekerja tidak
bahwa APD diciptakan untuk melindungi pekerja dari cedera dan penyakit akibat
kerja yang berasal dari kontak dengan bahan kimia, radiologi, fisik, elektrik,
mekanis, atau bahaya di tempat kerja lainnya. Mengontrol pajanan bahaya dan
engineering, work practice, dan administratif sudah tidak feasible untuk dibuat
proteksi yang cukup, perusahaan harus menyediakan APD kepada tenaga kerjanya
penggunaan APD berhubungan dengan kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan
pekerjaannya.
Hasil hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada
pekerja las menunjukkan bahwa hasil uji bivariat nilai p < 0,25 yaitu 0,081
terbuka. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas.
Lingkungan kerja yang aman dan sehat akan membawa dampak yang
positif bagi orang-orang yang berada di dalamnya. Manfaat lingkungan kerja yang
aman dan sehat akan meningkatkan produktivitas, karena menurunnya jumlah hari
98
yang hilang, meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen,
fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan, serta rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik
lingkungan kerja berhubungan dengan kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan
pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang
kecelakaan kerja. Hasil hubungn antara faktor umur dengan kejadian kecelakaan
kerja pada pekerja las menunjukkan bahwa hasil uji bivariat nilai p> 0,25 yaitu
peralatan kerja, cara kerja serta pengelolaan lingkungan kerja yang memenuhi
persyaratan fisiologi dan psikologi kerja merupakan upaya yang sangat membantu
pengendalian faktor fisik seperti kebisingan, tekanan panas, ventilasi udara ruang
standar yang bukan NAB melainkan standar yang lebih memberikan kesejukan
dengan sempurna.
ergonomi terutama diharuskan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik
meliputi tata cara bekerja dan peralatan. Kecelakaan kerja merupakan suatu
kejadian yang tidak terduga dan tidak dikehendaki, yang mengacukan proses
suatu aktivitas yang telah teratur, dan terdapat empat faktor yang bergerak dalam
satu kesatuan yaitu : lingkungan kerja, bahan, peralatan, dan manusia (Gempur,
2004). Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor manusia (unsafe action) dan
faktor lingkungan (unsafe condition) (Anizar, 2009). Faktor unsafe action dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti ketidak seimbangan fisik tenaga kerja
Faktor unsafe condition disebabkan oleh berbagai hal yaitu peralatan yang
sudah tidak layak pakai, ada api di tempat bahaya, pengamanan gedung yang
kurang standar, terpapar bising, terpapar radiasi, pencahayaan dan ventilasi yang
mesin bagian produksi (proses pengelasan) masih layak dan baik digunakan
dalam penelitian ini, untuk kondisi mesin tidak memiliki hubungan dengan
kejadian kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang, Kota
Keterbatasan Penelitian
peneliti sudah memberikan penjelasan bahwa tidak ada hal-hal yang perlu ditakuti
pengelasan juga tidak begitu banyak di wilayah kerja Medan Selayang karena
Kesimpulan
terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota
kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan tahun 2018
adalah variabel masa kerja terbukti dari hasil uji nilai beta pada variabel
penggunaan APD lebih besar daripada variabel masa kerja (persamaan linear
Saran
terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja las di Kecamatan Medan Selayang Kota
diri yang kuat dari dalam diri pekerja sehingga dapat fokus dan hati-hati
101
102
dalam pengelasan juga bagi pekerja dengan masa kerja >5 tahun bisa
berbagi pengalaman dengan pekerja yang <5 tahun agar tau apa yang
103
Kecamatan Medan Selayang (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Diakses_dari_reposistori.usu.ac.id/handle/123456789/2177&ved=2ahUKE
wj_6Pji3_TjAhUO6XMBHUB4A7gQFjAAegQIBxAC&usg=AovVaw1R
Handoko, H. (2010). Manajemen personalia & sumberdaya manusia (Edisi ke-2).
Yogyakarta: BPFE UGM.
Harianto, F., Wardani, K.M., & Wulandari, D.C. (2014). Pengaruh perilaku
tenaga kerja dan lingkungan kerja yang dimoderasi faktor pengalaman
kerja dan tingkat pendidikan terhadap kecelakaan kerja konstruksi di
Surabaya (Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Diakses dari
http://jurnal.itats.ac.id/wp-content/uploads/2015/02-Surabaya.pdf&ved
104
105
Norianggono, Y.C.P, dkk. (2014). Pengaruh lingkungan fisik dan non fisik
terhadap kinerja karyawan pada PT. Telkomsel Area III Jawa-Bali Nusra
di Surabaya. Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2), 2-3.
Pusparini, D.A., Setiani,O., & Yusniar. (2016). Hubungan masa kerja dan lama
kerja dengan kadar timbal (Pb) dalam darah pada bagian pengecatan
106
Kuesioner Penelitian
Nama Responden :
Umur :
Tingkat Pendidikan :
Masa Kerja :
Petunjuk Pengisian
108
109
9. Menurut saudara, salah satu faktor yang diperlukan oleh pengelas untuk
mencegah kecelakaan kerja?
a. Pengetahuan dan tindakan yang baik.
b. Pengalaman kerja yang kurang.
c. Keterampilan yang kurang.
10. Kapan seharusnya alat pelindung diri harus digunakan?
a. Saat bekerja.
b. Sebelum dan setelah bekerja.
c. Setelah bekerja.
B. Sikap Kerja
Petunjuk Pengisian:
1. Jawab pertanyaan sesuai dengan keadaan dan pendapat saudara dengan
jujur dan jelas.
2. Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (x) pada kolom.
S = Setuju = 2
TS = Tidak Setuju = 1
NO. Pernyataan S TS
1. Fokus dan hati-hati saat pengelasan.
2. Perlunya ketangkasan pekerja saat bekerja.
3. Alat Pelindung Diri harus digunakan saat bekerja.
4. Penggunaan APD pada saat bekerja untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja
5. Adanya potensi bahaya dari setiap alat, bahan dan
mesin yang digunakan pada saat bekerja sehingga
harus waspada.
6. Sesama pekerja saling memberikan semangat saat
bekerja sehingga hasil yang dikerjakan sesuai
dengan permintaan pelanggan.
7. Memakai Alat Pelindung Diri yang sesuai dan
benar.
8. Tidak dibenarkan bersenda gurau dengan rekan
kerja saat bekerja.
111
C. Lingkungan Kerja
Petunjuk Pengisian :
Petunjuk Pengisian :
115
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian
116
Lampiran 4. Master Data
117
118
2. 31-40 tahun
3. 41-40 tahun
2. K_MK = kategori masa kerja, terbagi menjadi 2 yaitu :
1. < 5 tahun
2. > 5 tahun
3. LK = Lingkungan kerja
4. P_APD = Penggunaan Alat Pelindung Diri
5. KK = Kecelakaan kerja
6. KP = Kategori pengetahuan, terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengetahuan baik
2. Pengetahuan cukup
3. Pengetahuan kurang
7. KS = Kategori sikap, terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Sikap baik
2. Sikap cukup
3. Sikap kurang
8. KM = Kategori Kondisi Mesin, terbagi menjadi 2 kategori yaitu:
1. Tidak
2. Ya
9. K_APD = Kelengkapan penggunaan alat pelindung diri, terbagi menjadi 2
kategori yaitu:
1. Lengkap
2. Tidak lengkap
10. K_T = Kategori tindakan, terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Tindakan baik
2. Tindakan cukup
3. Tindakan kurang
11. K_KK = Kategori kecelakaan kerja, terbagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Pernah
2. Tidak pernah
12. K_LK = Kategori lingkungan kerja, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :
1. Fisik
2. Kimia
3. Biologi
4. Ergonomi
13. MK = Masa Kerja
121
Statistics
Masa_kerja
Valid 62
N
Missing 0
Mean 5.56
Median 5.00
Mode 10
Std. Deviation 2.991
Variance 8.945
Range 9
Minimum 1
Maximum 10
Statistics
Umur
Valid 62
N
Missing 0
Mean 36.18
Median 35.050
Mode 62
Std. Deviation 260
Variance 85.724
Range 29
Minimum 21
Maximum 62
Lampiran 5. Output Hasil
Frequencies
Statistics
U Pendid Mas Pen Sikap Kon Keleng Tin Kecel Lingku
m ikan a geta disi kapan dak akaan ngan
u terakhi kerj hua Mes APD an Kerja Kerja
r r a n in
Valid 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
N Missi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ng
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
21-30 24 38.7 38.7 38.7
31-40 19 30.6 30.6 69.4
Valid
41-50 19 30.6 30.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pendidikan terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SMP 26 41.9 41.9 41.9
Valid SMA 36 58.1 58.1 100.0
Total 62 100.0 100.0
Masa kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
< 5 tahun 35 56.5 56.5 56.5
Valid > 5 tahun 27 43.5 43.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
122
123
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 31 50.0 50.0 50.0
Cukup 22 35.5 35.5 85.5
Valid
Kurang 9 14.5 14.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 46 74.2 74.2 74.2
Valid Cukup 16 25.8 25.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kondisi Mesin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 31 50.0 50.0 50.0
Valid Tidak 31 50.0 50.0 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kelengkapan APD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Lengkap 22 35.5 35.5 35.5
Valid Tidak lengkap 40 64.5 64.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
124
Tindakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 33 53.2 53.2 53.2
Valid Cukup 29 46.8 46.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kecelakaan Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pernah 54 87.1 87.1 87.1
Vali
Tidak pernah 8 12.9 12.9 100.0
d
Total 62 100.0 100.0
Lingkungan Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Fisik 33 53.2 53.2 53.2
Kimia 20 32.3 32.3 85.5
Valid Biologi 6 9.7 9.7 95.2
Ergonomi 3 4.8 4.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
T-Test
Group Statistics
T-Test
Group Statistics
Sikap N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Kecelakaan_ Baik 46 5.72 1.544 .228
kerja Cukup 16 4.88 1.928 .482
T-Test
Group Statistics
Kondisi Mesin N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Kecelakaan_ Ya 31 5.90 1.513 .272
kerja Tidak 31 5.10 1.758 .316
Equal
1.93
variances .456 .502 60 .058 .806 .417 -.027 1.640
6
Kecela assumed
kaan_
Equal
kerja
variances 1.93 58.7
.058 .806 .417 -.027 1.640
not 6 02
assumed
T-Test
Group Statistics
T-Test
Group Statistics
Tindakan N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Low Upp
er er
Equal
1.33
variances 2.712 .105 1.141 60 .258 .486 .426 -.366
7
Kecela assumed
kaan_ Equal
kerja variances 53.3 1.35
1.125 .266 .486 .432 -.380
not 99 2
assumed
Correlations
Correlations
Umu Pendidika Pengeta Lingkung Kecelakaa
r n terakhir huan an_kerja n_kerja
Pearson
1 -.114 .401** -.114 .418**
Correlation
Umur Sig. (2-
.376 .001 .377 .001
tailed)
N 62 62 62 62 62
Pearson
-.114 1 -.270* -.047 -.157
Correlation
Pendidikan
Sig. (2-
terakhir .376 .034 .715 .222
tailed)
N 62 62 62 62 62
Pearson .401*
* -.270* 1 .117 .439**
Correlation
Pengetahuan Sig. (2-
.001 .034 .364 .000
tailed)
N 62 62 62 62 62
Pearson
-.114 -.047 .117 1 -.224
Correlation
Lingkungan_
Sig. (2-
kerja .377 .715 .364 .081
tailed)
N 62 62 62 62 62
Pearson .418*
* -.157 .439** -.224 1
Correlation
Kecelakaan_
Sig. (2-
kerja .001 .222 .000 .081
tailed)
N 62 62 62 62 62
129
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Masa kerjaa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kecelakaan Kerja
Model Summaryb
Std. Change Statistics
Error of
Adjuste the
Mo R d R Estimat R Square F Sig. F Durbin-
del R Square Square e Change Change df1 df2 Change Watson
1 .338a .114 .100 .321 .114 7.742 1 60 .007 1.847
a. Predictors: (Constant), Masa kerja
b. Dependent Variable: Kecelakaan Kerja
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .796 1 .796 7.742 .007a
Residual 6.171 60 .103
Total 6.968 61
a. Predictors: (Constant), Masa kerja
b. Dependent Variable: Kecelakaan Kerja
130
Coefficientsa
Standard
ized 95,0%
Unstandardized Coefficie Confidence Collinearity
Coefficients nts Interval for B Statistics
Std. Lower Upper Toler
Model B Error Beta t Sig. Bound Bound ance VIF
1 (Const 1.457 .125 11. .000 1.208 1.707
ant) 680
Masa -.229 .082 -.338 - .007 -.393 -.064 1.000 1.000
kerja 2.7
82
a. Dependent Variable: Kecelakaan Kerja
Collinearity Diagnosticsa
Residuals Statisticsa
Maximu Std.
Minimum m Mean Deviation N
Predicted Value 1.00 1.23 1.13 .114 62
Std. Predicted Value -1.129 .871 .000 1.000 62
Standard Error of .054 .062 .057 .004 62
Predicted Value
Adjusted Predicted 1.00 1.24 1.13 .115 62
Value
Residual -.229 .771 .000 .318 62
Std. Residual -.713 2.405 .000 .992 62
Deleted Residual -.235 .794 .000 .327 62
131
Frequencies
Statistics
Peng Peng Peng Peng Peng Peng Peng Peng Peng Peng
etah etahu etahu etahu etahu etahu etahu etahu etahu etahu
uan1 an2 an3 an4 an5 an6 an7 an8 an9 an10
Valid 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
N
Missi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ng
Frequency Table
Pengetahuan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 21 33.9 33.9 33.9
Valid 1 41 66.1 66.1 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 11 17.7 17.7 17.7
Valid 1 51 82.3 82.3 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 20 32.3 32.3 32.3
Valid 1 42 67.7 67.7 100.0
Total 62 100.0 100.0
133
Pengetahuan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 39 62.9 62.9 62.9
Valid 1 23 37.1 37.1 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 23 37.1 37.1 37.1
Valid 1 39 62.9 62.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 24 38.7 38.7 38.7
Valid 1 38 61.3 61.3 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 23 37.1 37.1 37.1
Valid 1 39 62.9 62.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 17 27.4 27.4 27.4
Valid 1 45 72.6 72.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
134
Pengetahuan9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 15 24.2 24.2 24.2
Valid 1 47 75.8 75.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Pengetahuan10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 53 85.5 85.5 85.5
Valid 1 9 14.5 14.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Sikap1 Sikap2 Sikap3 Sikap4 Sikap5 Sikap6 Sikap7 Sikap8
Valid 62 62 62 62 62 62 62 62
N Missi
0 0 0 0 0 0 0 0
ng
Frequency Table
Sikap1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 62 100.0 100.0 100.0
Sikap2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 2 3.2 3.2 3.2
Valid 1 60 96.8 96.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
135
Sikap3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 6 9.7 9.7 9.7
Valid 1 56 90.3 90.3 100.0
Total 62 100.0 100.0
Sikap4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 2 3.2 3.2 3.2
Valid 1 60 96.8 96.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Sikap5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 62 100.0 100.0 100.0
Sikap6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 62 100.0 100.0 100.0
Sikap7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 0 4 6.5 6.5 6.5
1 58 93.5 93.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
Sikap8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
136
Frequencies
Statistics
Valid 62 62 62 62 62 62 62 62
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Lingkungankerja1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 28 45.2 45.2 45.2
Valid 1 34 54.8 54.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lingkungankerja2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 15 24.2 24.2 24.2
Valid 1 47 75.8 75.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lingkungankerja3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 36 58.1 58.1 58.1
Valid 1 26 41.9 41.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
137
Lingkungankerja4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 20 32.3 32.3 32.3
Valid 1 42 67.7 67.7 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lingkungankerja5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 22 35.5 35.5 35.5
Valid 1 40 64.5 64.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lingkungankerja6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 15 24.2 24.2 24.2
Valid 1 47 75.8 75.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lingkungankerja7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 48 77.4 77.4 77.4
Valid 1 14 22.6 22.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lingkungankerja8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 13 21.0 21.0 21.0
Valid 1 49 79.0 79.0 100.0
Total 62 100.0 100.0
138
Frequencies
Statistics
Kondisi_ Kondisi_ Kondisi_ Kondisi_ Kondisi_ Kondisi_
mesin1 mesin2 mesin3 mesin4 mesin5 mesin6
Valid 62 62 62 62 62 62
N Missi
0 0 0 0 0 0
ng
Frequency Table
Kondisi_mesin1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 54 87.1 87.1 87.1
Valid 1 8 12.9 12.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kondisi_mesin2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 3 4.8 4.8 4.8
Valid 1 59 95.2 95.2 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kondisi_mesin3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 1 1.6 1.6 1.6
Valid 1 61 98.4 98.4 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kondisi_mesin4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 5 8.1 8.1 8.1
Valid 1 57 91.9 91.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
139
Kondisi_mesin5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 62 100.0 100.0 100.0
Kondisi_mesin6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 25 40.3 40.3 40.3
Valid 1 37 59.7 59.7 100.0
Total 62 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Tindak Tindak Tindak Tindak Tindak Tindak Tindak Tindak
an1 an2 an3 an4 an5 an6 an7 an8
Valid 62 62 62 62 62 62 62 62
N Missi
0 0 0 0 0 0 0 0
ng
Frequency Table
Tindakan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 2 3.2 3.2 3.2
Valid 1 60 96.8 96.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Tindakan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 1 1.6 1.6 1.6
Valid 1 61 98.4 98.4 100.0
Total 62 100.0 100.0
140
Tindakan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 62 100.0 100.0 100.0
Tindakan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 13 21.0 21.0 21.0
Valid 1 49 79.0 79.0 100.0
Total 62 100.0 100.0
Tindakan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 3 4.8 4.8 4.8
Valid 1 59 95.2 95.2 100.0
Total 62 100.0 100.0
Tindakan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 27 43.5 43.5 43.5
Valid 1 35 56.5 56.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
Tindakan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 41 66.1 66.1 66.1
Valid 1 21 33.9 33.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
141
Tindakan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 4 6.5 6.5 6.5
Valid 1 58 93.5 93.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Kecelak Kecelak Kecelak Kecelak Kecelak Kecelak Kecelak
aan_ker aan_kerj aan_kerj aan_kerj aan_kerj aan_kerj aan_ker
ja1 a2 a3 a4 a5 a6 ja7
Valid 62 62 62 62 62 62 62
N Missi
0 0 0 0 0 0 0
ng
Frequency Table
Kecelakaan_kerja1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 10 16.1 16.1 16.1
Valid 1 52 83.9 83.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kecelakaan_kerja2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 22 35.5 35.5 35.5
Valid 1 40 64.5 64.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
142
Kecelakaan_kerja3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 30 48.4 48.4 48.4
Valid 1 32 51.6 51.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kecelakaan_kerja4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 7 11.3 11.3 11.3
Valid 1 55 88.7 88.7 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kecelakaan_kerja5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 14 22.6 22.6 22.6
Valid 1 48 77.4 77.4 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kecelakaan_kerja6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 21 33.9 33.9 33.9
Valid 1 41 66.1 66.1 100.0
Total 62 100.0 100.0
Kecelakaan_kerja7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 26 41.9 41.9 41.9
Valid 1 36 58.1 58.1 100.0
Total 62 100.0 100.0
Lampiran 6. Dokumen Penelitian
Gambar 2.Trafo
143
144
Gambar 5. Proses Pengelasan dalam pemasangan kerangka atap pada siang hari
dan Pekerja hanya memakai Kacamata las
146