Anda di halaman 1dari 114

STIKES KHARISMA KARAWANG

SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. Y
KARAWANG TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

MUHAMMAD IFADH ARIFQY JAYUSMAN


NIM: 0433131420116023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
KARAWANG (JULI, 2020)

I
STIKES KHARISMA KARAWANG

SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. Y
KARAWANG TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

MUHAMMAD IFADH ARIFQY JAYUSMAN


NIM: 0433131420116023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
KARAWANG (JULI, 2020)

II
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir/Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
NIM : 0433131420116023
Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja

Pada Karyawan Produksi Di PT. Y Karawang 2020

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir/Skripsi


Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan STIKes Kharisma Karawang.

Karawang, 8 Juli 2020

PEMBIMBING I : PEMBIMBING II :

Ns. Endah Indrawati, M. Kep Ernirita., Skp., M. Epid


NIDN: 001130981 NIDN: 0320076403

PENGUJI :

Ns. Sudiono, M. Kep., Sp. Kep. Kom


NIDN: 0319127804

III
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
NIM : 0433131420116023
Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja

Pada Karyawan Produksi Di PT. Y Karawang 2020

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Srata 1 pada Program Studi Keperawatan STIKes Kharisma
Karawang.

DEWAN PENGUJI

Penguji : Ns. Sudiono, M. Kep., Sp. Kep. Kom ( )


NIDN : 0319127804

Pembingbing I : Ns. Endah Indrawati, M. Kep ( )


NIDN : 001130981

Pembingbing II : Ernirita, Skp, M. Epid ( )


NIDN : 0320076403
Ditetapkan di : Karawang
Tanggal : 25 Agustus 2020

Mengetahui
Ka. Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kharisma Karawang

Ns. Lilis Suryani, M. Kep

IV
NIK: KRW-2019-0050

V
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “Faktor-faktor Yang


Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di PT. Y Karawang
Tahun 2020” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian dalamnya
plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas Pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau klien dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.

Karawang, 04 Juli 2020


Yang membuat pernyataan :

(M. Ifadh Arifqy.J.)

IV
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah di limpahkan kepada hamba-Nya. Meskipun banyak
sekali hambatan dalam penyusunan skripsi ini, tetapi dengan bantuan berbagai
pihak terutama pembimbing I dan pembimbing II yang selalu memberikan
masukan dan motivasi, akhirnya penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis mengambil judul skripsi : “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di PT. Envicon Ekatama Karawang Tahun
2020”. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan pada program studi Sarjana Keperawatan di STIKes
Kharisma Karawang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada :

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan kepada semua,
mohon maaf dan maklum karena skripsi ini masih sangat kurang dari kata
sempurna, walaupun demikian semoga dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
1. Uun Nurjanah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang yang telah
memberikan kesempatan untuk membuat skripsi ini.
2. Ns. Lilis Suryani, M. Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
yang selalu memberikan motivasi.
3. Ns. Endah Indrawati, M. Kep, selaku pembimbing I yang telah banyak
membantu dalam memberikan pengarahan dan masukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ernirita., Skp., M. Epid, selaku pembimbing II yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. S. Andayani, selaku HRD & GA Di PT. Y Karawang yang telah memberikan
izin melakukan penelitian di PT. Y Karawang.

V
6. Henny Lilyanti, M. Kep, selaku koordinator Skripsi Program Studi Sarjana
Keperawatan yang telah memfasilitasi dalam penelitian ini dan memberikan
kesempatan untuk membuat skripsi ini.
7. Ns. Desty Lismayanti, M. Kep, selaku wali kelas Program Studi Sarjana
Keperawatan tahun 2016-2020 yang selalu memberikan semangat dan
memberikan motivasi.
8. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Yuyus Jayusman H dan Ibunda Lili Arum
Sitawati yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, doa dan
selalu memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini.
9. Kepada Sahabat yang selalu mendoakan, memberikan support dan
memberikan semangat untuk penyusunan skripsi ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa/i S1 Keperawatan STIKes Kharisma Karawang yang
sudah memberikan dorongan semangat untuk kelancaran skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan kepada semua,
mohon maaf dan maklum karena skripsi ini masih sangat kurang dari kata
sempurna, walaupun demikian semoga dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.

Karawang, 4 Juni 2020

Muhammad Ifadh Arifqy J.

VI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKes KHARISMA KARAWANG
Skripsi, Juli 2020
Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan
Produksi Di PT. Y Karawang Tahun 2020.
Xiii + VII Bab + 101 Halaman + 2 Bagan + 10 Tabel + 10 Lampiran

ABSTRAK
Kelelahan kerja (Fatigue) yaitu Suatu keadaan dimana seseorang merasa Lelah
secara fisik dan/ atau mental. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan antara usia, Pendidikan, jenis kelamin, status gizi, masa kerja
terhadap keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) pada karyawan produksi di PT. Y
Karawang Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Dilakukan kepada karyawan PT. Y Karawang 2020.
Populasi adalah semua karyawan produksi PT. Y Karawang. Metode pengambilan
sampel dengan Total sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 40 orang
karyawan. Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square. Diperoleh dari responden
bahwa ada kecenderungan hubungan antara Usia dengan keluhan Fatigue
(Kelelahan kerja) bahwa p value =0,000 (α < 0,05), ada kecenderungan hubungan
antara Pendidikan dengan keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) bahwa p value =0,000
(α < 0,05), ada kecenderungan hubungan antara Status gizi dengan keluhan Fatigue
(Kelelahan kerja) bahwa p value =0,000 (α < 0,05), ada kecenderungan hubungan
antara Masa kerja dengan keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) bahwa p value =0,000
(α < 0,05). Saran: diharapkan pemilik perusahaan PT. Y Karawang dapat lebih
memperhatikan para karyawan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku pekerja dalam penerapan kesehatan kerja khusus nya yang berhubunagan
dengan keluhan kelelahan kerja (Fatigue).
Kata kunci: Usia, Pendidikan, Status gizi & Masa kerja
Daftar Pustaka: 30 (2013-2019)

BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM


STIKes KHARISMA KARAWANG
Thesis, July 2020
Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
Factors Related ToWork Fatigue In Production Employees At PT. Y
Karawang In 2020
Xiii + VII Chapters + 101 Pages + 2 Charts + 10 Tables + Attachment

vii
ABSTRACT
Fatigue is a condition in which a person feels physically and/ or mentally tired. The
aim if this research is to know Factors Related the correlation of Age, education,
nutritional status and work position towards fatigue complaints on production
employees at PT. Y Karawang in 2020. This research used analytic descriptive
design with cross sectional approach. It was done to PT. Y Production Employees
karawang in 2020. The population is all of production employees of PT.
Karawang. Sampling method was taken by simple Total sampling. The total
sample of this research is as many as 40 production employees. The statistic test is
used Chi-Square. It was obtained from 40 respondents that there is correlation
between Age and fatigue complaint P value =0,000 (α < 0,05), there is a
correlation between Education and Fatigue complaint P value =0,000 (α < 0,05),
there is a correlation between Nutritional status and Fatigue complaint P
value=0,000 (α < 0,05), there is a correlation between Work position and Fatigue
complaint P value= 0,000 (α < 0,05). Suggestion: it is hoped the owner At PT.
Envicon Ekatama Karawang can pay more attention to the factors related which
influences the production employee’s behaviour in applying health work especially
related to fatigue.
Key work : Age, Education, Nutritional Status and Work Position
Bibliography : 30 (2013-2019)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………………..............iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….v
ABSTRAK……………………………………………………………….............vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xi
DAFTAR BAGAN………………………………………………………............xii
LAMPIRAN…………………………………………………………….............xiii
BAB I PENDAHULUAN.……………………………………………………....1
A. Latar Belakang……………………………………………………................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...................9

viii
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………................9
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………….10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….............11
A. Tinjauan K3…………………………………………………………….......11
1. Definisi Kesehatan Keselamatan Kerja…………………………………….11
B. Tinjauan Perawat Hiperkes………………………………………................12
1. Definisi Perawat Hiperkes………………………………………………….12
2. Ruang Lingkup Perawat Hiperkes………………………………………….13
3. Etika Keperawatan………………………………………………………….14
C. Tinjauan Konsep Kelelahan Kerja……………………………….................17
1. Definisi Kelelahan Kerja……………………………………………………17
2. Jenis-jenis Kelelahan Kerja…………………………………………………18
3. Penyebab Kelelahan Kerja….………………………………………………19
4. Faktor-faktor Kelelahan Kerja………………………………………….......19
5. Gejala Kelelahan Kerja……………………………………………………..23
6. Pengukuran Kelelahan Kerja…………………………………….................24
D. Tinjauan Konsep Demografi…………………………………….................28
1. Definisi Karakteristik Demografi…………………………………………..28
2. Faktor Yang Demografi Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja………......29
E. Tinjauan Konsep Status Gizi…………………………………….................29
1. Definisi Status Gizi………………………………………………………....29
F. Tinjauan Konsep Masa Kerja………………………………………………33
1. Definisi Masa Kerja…………………………………………………….......33
2. Faktor-faktor Masa Kerja………………………………………………......34
G. Hasil Penelitian Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja………………………………………………………….....34
H. Kerangka Teori…………………………………………………..................36

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS…………………………37


A. Kerangka Konsep………………………………………………………….37
B. Variabel Penelitian………………………………………………...............37
C. Hipotesis…………………………………………………………...............37
D. Definisi Operasional……………………………………………………….38
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………………...43
A. Metode Penelitian………………………………………………………….43
B. Tempat Dan Waktu Penelitian……………………………………………..43
1. Tempat Penelitian………………………………………………………….43
2. Waktu Penelitian…………………………………………………...............43
C. Populasi Dan Sampel………………………………………………………43
1. Populasi…………………………………………………………………….43
2. Sampel……………………………………………………………...............44
D. Etika Penelitian…………………………………………………………….44
1. Lembar Persetujuan………………………………………………...............44

ix
2. Kerahasiaan………………………………………………………...............45
3. Keadilan………………………………………………………………........45
E. Sumber Data………………………………………………………………..45
F. Uji Validitas Dan Reliabilitas………………………………………….......45
G. Tekhnik Pengumpulan Data……………………………………….............47
H. Prosedur Pengumpulan Data………………………………………………48
I. Tekhnik Pengolahan Data…………………………………………………49
J. Analisa Data……………………………………………………….............49
K. Uji Chi Square Dan Uji Odds Ratio (OR)…………………………………50
BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………….....53
A. Analisa Univariat…………………………………………………..............53
B. Analisa Bivariat……………………………………………………………54
BAB VI PEMBAHASAN……………………………………..............................58
A. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………………58
B. Implikasi Dalam Keperawatan…………………………………….............64
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………………65
BAB VII METODE PENELITIAN……………………………………............66
A. Kesimpulan……………...………………………………………………...66
B. Saran………………………………………………………………............66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.0 Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa

Tabel 2. 1 Nilai IMT Orang Dewasa

Tabel 2. 2 Kebutuhan Energi Untuk Setiap Klasifikasi Pekerjaan

Tabel 5.1. Distrubusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi (Usia,


Pendidikan) di PT. Y Karawang Tahun 2020

x
Tabel 5.2. Distrubusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di PT. Y
Karawang Tahun 2020

Tabel 5.4. Distrubusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT. Y


Karawang Tahun 2020

Tabel 5.5. Hubungan Usia dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan di PT. Y Karawang Tahun 2020

Tabel 5.6. Hubungan Pendidikan dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan di PT. Y Karawang Tahun 2020

Tabel 5.8. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan di PT.Y Karawang Tahun 2020

Tabel 6.0. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan di PT.Y Karawang Tahun 2020

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1: Kerangka Teori Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan


Pada Karyawan Produksi PT. Envicon Ekatama
Bagan 3. 1: Kerangka Konsep Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Produksi Di PT. Envicon Ekatama Karawang

xi
LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisa Univariat

Lampiran 2 Lembar Konsultasi dan Catatan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Lampiran 5 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

xii
Lampiran 6 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 7 Lembar Kuesioner Karakteristik Responden

Lampiran 8 Lembar Kuesioner KAUPK2

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan kerja harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha,

semua orang yang berbeda tempat kerja baik pekerja maupun pemberi

kerja, seperti jajaran pelaksana, penyeleria (supervisor) maupun

manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri (self employed).

Bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang memerlukan

pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan untuk aktualisai diri, namun

dalam melaksanakan pekerjaan memiliki potensi bahaya atau resiko

pekerjaanya (sering disebut juga sebagai hazard atau faktor resiko), dan

risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan

cedera atau gangguan kesehatan. Potensi bahaya dan resiko di tempat kerja

antara lain akibat sistem kerja atau proses kerja, pengguna mesin, alat dan

bahan, yang bersumber dari keterbatasan pekerjanya sendiri, perilaku hidup

yang tidak sehat dan perilaku kerja yang tidak aman, buruknya lingkungan

kerja, kondisi pekerja yang tidak ergonomis, pengorganisasian pekerja dan

budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Sebaliknya, pekerja yang terganggu kesehatannya baik karena cidera, cacat

atau terserang penyakit dapat menggangu kelancaran pekerjaannya, oleh

karena itu para pekerja yang terserang penyakit akan terjadi penurunan

produktivitas kerjanya dan akan melemahkan daya saing para pekerja

(Kurniawidjaja, M, 2012).

1
National Safety Council (2017) melaporkan bahwa 13% cidera ditempat

kerja dapat dikaitkan dengan kelelahan. Lebih dari 2.000 orang dewasa

yang bekerja dan pernah mengalami kecelakaan, menunjukan bahwa 97%

pekerja setidaknya memiliki satu factor risiko kelelahan ditempat kerja,

sementara lebih dari 80% memiliki lebih dari satu factor risiko. Saat

beberapa factor tersebut bergabung maka potensi cidera pada pekerjaan

meningkat (Usman et al., 2019).

Data dari NationalFor Occupational SafetyAnd Health (NIOSH), (2018),

kecelakaan kendaraan bermotor menyebabkan lebih dari 40% kematian

terkait pekerjaan di industri ekstraksi minyak dan gas. Kelelahan pada

pengemudi, yang mungkin disebabkan kurangnya tidur, jarak jauh yang

ditempuh ke tempat kerja dan shift kerja yang Panjang yang dimana

merupakan factor penyebab beberapa kecelakaan ini (Lintau et al., 2019).

Occupational SafetyAnd Health Administration (OSHA), (2018),

mengatakan kelelahan kerja merupakan penyebab cidera yang paling besar

di industry agro industry, dan pada bidang agro industry sendiri dilaporkan

34% dari hilangnya jam kerja disebabkan oleh kelelahan kerja dan

kompensasi pekerja digunakan untuk membiayai permasalahan yang

menyangkut kelelahan kerja. OSHA Eropa menyatakan kelelahan kerja

merupakan masalah terbesar di industry agro dimana laporkan dari satu dari

empat pekerja mengeluhkan adanya kelelahan kerja pada setiap bekerja

(Aisyah et al., 2019)

2
Menurut International Labour Organization (ILO), (2019), setiap tahun

sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang

disebabkan oleh faktor kelelahan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan dari

58.115 sampel,18.828 (32,8%) diantaranya mengalami kelelahan.

Sedangkan jika pekerja mengalami kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

faktor kelelahan, maka akan berdampak langsung pada tingkat

produktivitas kerja, seperti masalah tidur, kebutuhan biologis, dan juga

kelelaha kerja, bahkan diutarakan bahwa penurunan produktivitas tenaga

kerja dilapangan sebagian besar disebabkan oleh kelelahan kerja (Aisyah et

al., 2019).

World Health Organization (WHO), (2019), dalam model kesehatan yang

dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan

Lelah yang berat dan berujung pada depresi akan menjadi penyakit

pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja Jepang terhadap 12.000

perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja dinegara tersebut yang

dipilih secara acak menunjukan bahwa 65% pekerja mengeluhkan

kelelahan fisik akibat kerja rutin,28% mengeluhkan kelelahan mental, dan

7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan. Hasil penelitian

yang dilakukan pada salah satu perusahaan di Indonesia khususnya pada

bagian produksi mengatakan rata-rata pekerja mengalami kelelahan dengan

mengalami gejala sakit dikepala, nyeri di punggung, pening dan kekakuan

di bahu (Sub-district, 2018).

3
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan

kerja diatur dalam Bab XII yang terdiri dari 3 pasal yaitu pasal 164-166,

antara lain menetapkan pengelola tempat kerja wajib mentaati standar

kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat, bertanggung

jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, wajib melakukan segala bentuk

upaya kesehatan melalui pencegahan, peningkatan, pengobatan dan

pemulihan bagi tenaga kerja, termasuk menggunakan hasil pemeriksaan

kesehatan secara fisik dan mental sebagai bahan pertimbangan dan

pengambilan keputusan pemilihan calon pegawai serta wajib menanggung

seluruh biaya pemeliharaan kesehatan kerja. Sejajar dengan kewajiban

pemberi kerja, pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat

kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja.

Sedangkan pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk

perlindungan kerja (Narulita, 2018).

Di Indonesia, berdasarkan data Kementrian tenaga kerja dan transmigrasi

menyatakan bahwa setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja,27,8%

disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39 orang

mengalami cacat. Di Indonesia rata-rata pertahun terdapat 99.000 kasus

kecelakan kerja. Dari total tersebut, sekitar 70% berakibat fatal yaitu

kematian dan cacat seumur hidup (Mentri Tenaga Kerja,2013).

4
Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan

yang secara umum terjadi pada pekerja, dimana pekerja tidak sanggup lagi

untuk melakukan pekerjaan. Orang yang mengalami kelelahan kerja

biasanya mengalami gejala-gejala seperti perasaan lesu, menguap,

mengantuk, pusing, sulit berfikir, kurang berkonsentrasi, kurang waspada,

persepsi yang buruk dan lambat, kaku dan canggung dalam gerakan, gairah

bekerja yang berkurang, tidak seimbang dalam berdiri, tremor pada anggota

badan, tidak dapat mengontrol sikap, dan menurunnya kinerja jasmani dan

rohani (Sub-district, 2018).

Menurut data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menyebutkan

sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari 6 pekerja meninggal

dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja, angka tersebut tergolong tinggi

dibandingkan negara eropa hanya sebanyak 2 orang meninggal perhari

karena kecelakaan kerja (Disnakertrans, 2014).

Salah satu penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia

adalah stress dan kelelahan (Fatigue), kelelahan kerja memberi konstribusi

50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Maurits & Widodo, 2008).

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda

dari setiap individu, tetapi semua bermuara kepada kehilangan efisiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).

5
Di Indonesia angka kecelakaan kerja masih terbilang tinggi. Hingga akhir

tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus dengan

kasus kecelakaan kerja berat yang mengakibatkan kematian tercatat

sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan. Dirjen Pembinaan

Pengawasan Ketenagaan dan Keselamatan Kerja (PPK dan K3) Kementrian

Ketenaga Kerjaan mengatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja dari tahun

ke tahun mengalami trend peningkatan (BPJS Ketenagakerjaan, 2016).

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu bahwa

setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam

melakukan pekerjaan dan orang lain yang berada di tempat kerja terjamin

pula keselamatannya. Tempat kerja yang dimaksud adlaah tiap ruangan

atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga

kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya (BPJS

Ketenaga Kerjaan, 2018).

Peran perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa

dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional perawat dalam K3

begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utama perawatan kesehatan kerja

adalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan

penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini senada

dengan tujuan K3. Menurut American Association of Occupational Health

Nurses, ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah (Health

6
promotion / Protection) meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan

pengetahuan tenaga kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja.

Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko

bahaya kesehatan. (Worker Health/Hazard Assessment and Surveillance)

Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis

pekerjaannya. (Workplace Surveillance and Hazard Detection)

mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja dan bekerjasama dengan tenaga profesional lain

dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya. (Primary Care)

merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan

kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan,

pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi. (Counseling) membantu

tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu

untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis. (Management and

Administration) sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung

jawab pada progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan

dan manajemen. (Research) mengenali pelayanan yang berhubungan

dengan masalah kesehatan, mengenali faktor–faktor yang berperanan untuk

mengadakan perbaikan. (Legal-Ethical Monitoring) paramedis hiperkes

harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan pada

tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan

dokumen kesehatan tenaga kerja. (Community Organization)

mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga

kerja. Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan

7
perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari

dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar

pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat orang sakit

dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang utama dalam

proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis,

nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi

pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.

Hasil penelitian Nidia Nuraini, dkk, yang berjudul faktor yang berpengaruh

terhadap kelelahan pada pekerja proyek kapal di PT.X (2018), dari hasil

statistic, kelelahan kerja secara signifikan dipengaruhi oleh usia, perokok,

kebiasaan tidur (p<0,05) dan tidak dipengaruhi oleh tiga variable lainnya

antara lain iklim kerja, kebisingan, lama kerja >8jam/perhari (p>0,05).

Hasil penelitian Muh.Zainal, dkk, yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja meubel di Kecamatan

Poasia Kota Kendari (2018), hasil uji statistik pada tingkat signifikasi alpha

0,05 diperolah hasil ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan

kelelahan kerja (pvalue=0,007), ada hubungan antara sikap kerja dengan

keluhan kelelahan kerja pada pekerja meubel (pvalue=0,017), ada

hubungan antara kebiasaan merokok dan keluhan kelelaha kerja

(pvalue=0,005).

8
Hasil penelitian Apriliani, dkk, yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada petugas pemada kebakaran di

Suku Dinas Pemadam Kebakaran di Jakarta Selatan (2019), pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran langsung. Sebanyak

83,6% responden berusia tua, 62,3% responden status gizi normal,82%

responden masa kerja lama, 54,1% responden lama tidur tidak cukup,

54,1% responden waktu kerja tidak baik, 52,5% responden dengan status

merokok, dan 83,6% responden tidak ada riwayat penyakit. Hasil uji

chisquare menunjukan hubungan yang signifikan antara umur

(pvalue=0,018), masa kerja (pvalue=0,009), lama tidur (pvalue=0,028),

waktu kerja (pvalue=0,018), status merokok (pvalue=0,015).

PT. Y didirikan pada tahun 1991, telah bergerak di bidang manufaktur,

bisnis sejak lama, dengan bidang utama kegiatan yang berkaitan dengan

fabrikasi, bejana tekan penukar panas, ketel uap dan bagian, Economizer,

tungku, Evaporator, Tangki, Perpipaan, Tumpukan, Struktur Baja, Produk

Pertambangan, Pemisah LP / MP, Scrubber, drum knock out, hidrosiklon,

filter bahan bakar, dehydrator, berdasarkan informasi yang didapat,

perusahaan ini bergerak dibidang produksi dan pengelolaan jasa konstruksi

baja.

9
Hasil studi pendahuluan dari PT. Y pada 29 Februari 2020 di dapatkan

sejumlah data, karyawan yang bekerja sekitar 40 karyawan produksi yang

bekerja, sistem kerja di perusahaan dibagi menjadi 2 shift, shift 1 bekerja

dimulai 07.00-15.00, sedangkan untuk shift 2 bekerja dimulai 15.00-23.00.

rata-rata usia para karyawan di PT. Y yang bekerja adalah usia <20 Tahun

sekitar 11%, Usia 21-30 Tahun sekitar 21%, usia 31-40 tahun sekitar 6%,

usia >40 Tahun sekitar 3%. Rata-rata Pendidikan karyawan di PT. Y adalah

SLTA sekitar 15%, diploma 3 sekitar 45%, Sedangkan sarjana strata 1

sekitar 40%, rata-rata jenis kelamin karyawan di PT. Y adalah laki-laki

sekitar 100%, frekuensi masa kerja karyawan di PT. Y adalah <5 Tahun

sekitar 10%, 6-10 Tahun sekitar 50%, >10 Tahun sekitar 40% .Sedangkan

untuk status gizi di PT. Y,para karyawan hanya di beri uang saku oleh

pihak perusahaan dikarenakan pihak perusahaan tidak menyediakan kantin

sehat di dalam perusahaan, dari hasil observasi peneliti secara langsung

bahwa jarak warung makan para karyawan dengan PT. Y terbilang jauh

sekitar 500 Meter.

Hasil wawancara dengan pihak karyawan, dari wawancara dengan 10 orang

karyawan didapatkan 5 orang karyawan sering merasakan Lelah di badan

akibat pekerjaan yang begitu menumpuk, untuk 5 orang karyawan lainnya

mengatakan sangat sulit berkonsentrasi pada saat tuntutan tugas kerja yang

begitu banyak. Karyawan mengatakan selama bekerja mereka pernah

mengalami kejadian yang tidak terduga akibat kelelahan kerja Unsafe

Condition (kondisi-kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi para

10
pekerja). Hasil observasi yang dilakukan oleh pihak HRD Perusahaan di

dapatkan hasil sebanyak 42% produktivitas kerja pada karyawan PT. Y

Mengalami Penurunan.

Berdasarkan uraian di atas maka peniliti tertarik tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Y Kabupaten

Karawang, di perusahaan ini belum pernah di teliti oleh siapapun dan

belum pernah di lakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah yang akan di teliti yaitu apakah ada faktor hubungan

munurunnya produktivitas kerja karyawan, status gizi, usia, Pendidikan,

masa kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Y Kabupaten

Karawang.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan

kerja pada karyawan di PT. Y Kabupaten Karawang Tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Untuk diketahui distribusi frekuensi data demografi (Usia

dan Pendidikan) dengan kelelahan pada karyawan produksi

PT. Y Kabupaten Karawang

11
b. Untuk diketahui distribusi frekuensi Status Gizi dengan

kelelahan pada karyawan produksi PT. Y Kabupaten

Karawang

c. Untuk diketahui distribusi frekuensi Masa kerja dengan

kelelahan pada karyawan produksi PT. Y Kabupaten

Karawang

d. Untuk diketahui hubungan usia dengan kelelahan pada

karyawan produksi PT. Y

e. Untuk diketahui hubungan pendidikan dengan kelelahan pada

karyawan produksi PT. Y

f. Untuk diketahui hubungan status gizi dengan kelelahan pada

karyawan produksi PT. Y

g. Untuk diketahui hubungan masa kerja dengan kelelahan pada

karyawan produksi PT. Y

D. Manfaat Penelitian

1. Layanan Dan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan, bahan

pertimbangan, pengetahuan, menambah wawasan di bidang

pelayanan dan masyarakat sebagai pencegahan dan penangan untuk

mengatasi kelelahan kerja untuk terhindar dari kecelekaan kerja di

Kabupaten Karawang.

12
2. Pendidikan Dan Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan menjadi salah satu sarana

sumber informasi, bahan bacaan, mengembangkan ilmu, sumber

kajian ilmiah khususnya perkembangan ilmu keperawatan di mata

kuliah Occupational Health Nursing (OHN), Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) sesuai tridarma perguruan tinggi dan

organisasi profesi.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

1. Definisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan kerja harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha,

semua orang yang berbeda tempat kerja baik pekerja maupun pemberi

kerja, seperti jajaran pelaksana, penyeleria (supervisor) maupun

manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendir (self

employed). Bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang

memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan untuk

aktualisai diri, namun dalam melaksanakan pekerjaan memiliki potensi

bahaya atau resiko pekerjaanya (sering disebut juga sebagai hazard atau

faktor resiko), dan risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja

sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan. Potensi

bahaya dan resiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja atau

proses kerja, pengguna mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari

keterbatasan pekerjanya sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat dan

perilaku kerja yang tidak aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi

pekerja yang tidak ergonomis, pengorganisasian pekerja dan budaya

kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Sebaliknya, pekerja yang terganggu kesehatannya baik karena cidera,

cacat atau terserang penyakit dapat menggangu kelancaran

pekerjaannya, oleh karena itu para pekerja yang terserang penyakit akan

14
terjadi penurunan produktivitas kerjanya dan akan melemahkan daya

saing para pekerja (Kurniawidjaja, M, 2012).

Menurut Fajar dan Heru (2010), Kesehatan keselamatan kerja

menunjuk pada kondisi fisiologis fisik dan psikologis tenaga kerja yang

diakibatkan oleh lingkungan kerja perusahaan

Menurut Widodo (2015), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah

bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan

manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.

B. Tinjauan Konsep Perawat Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)

1. Definisi Perawat Hiperkes

Peran perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa

dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional perawat dalam

K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utama perawatan kesehatan

kerja adalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan

penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini

senada dengan tujuan K3. Menurut American Association of

Occupational Health Nurses, ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes

adalah (Health promotion / Protection) meningkatkan derajat

kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan paparan zat

toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku yang

berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan. (Worker Health/Hazard

Assessment and Surveillance) Mengidentifikasi masalah kesehatan

15
tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya. (Workplace Surveillance

and Hazard Detection) mengidentifikasi potensi bahaya yang

mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dan bekerjasama

dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan

terhadap bahaya. (Primary Care) merupakan pelayanan kesehatan

langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk

diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.

(Counseling) membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan

kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi

krisis. (Management and Administration) sebagai manejer pelayanan

kesehatan dengan tanggung jawab pada progran perencanaan dan

pengembangan, program pembiayaan dan manajemen. (Research)

mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,

mengenali faktor–faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.

(Legal-Ethical Monitoring) paramedis hiperkes harus sepenuhnya

memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai

perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan

tenaga kerja. (Community Organization) mengembangkan jaringan

untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja. Perawat hiperkes

yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja

haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau

dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip

perawatan dan prosedur untuk merawat orang sakit dan korban

kecelakaan adalah merupakan pegangan yang utama dalam proses

16
perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis,

nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi

efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.

2. Lingkup Perawat Hiperkes

Dari uraian organisasi profesi di Amerika Serikat ternyata perawat

teregister mempunyai berbagai lingkup atau area pekerjaan antara lain:

1) Perawat Klinik/ office nurse

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berobat

jalan, dipoliklinik atau di medical center, di ambulatory surgical

center, emergency medical center. Tugasnya mempersiapkan

pasien dan membantu persiapan pemeriksaan, memberikan obat

dan suntikan, membalut luka dan incise, membantu operasi

minor, serta melakukan pendokumentasian, terkadang juga

melakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan pekerjaan

administrasi lainnya.

2) Home Health Nurse

Memberikan pelayanan keperawatan pasien dirumah. Seorang

registed nurse mengkaji lingkungan pasien dan memberi

petunjuk kepada pasien dan keluarganya. Perawat ini akan

memberikan pelayanan keperawatan secara luas dan sebagai

manajer kasus.

17
3) Public Health Nurses

Bekerja pada agensi pemerintahan maupun swasta termasuk

klinik, sekolah-sekolah, komunitas pension dan berbagai

pelayanan komunitas. Fokus mereka adalah meningkatkan

kesehatan komunitas, individu dan keluarga. Mereka bekerja

sama dengan komunitas untuk membantu merencanakan dan

mengimplementasikan program.

Public Health Nurses memberikan petunjuk kepada individu,

keluarga, dna kelompok sehubungan dengan isu-isu kesehatan

seperti pencegahan penyakit, nutrisi, perawatan anak. Mereka

memberikan imunisasi, mengecek tekanan darah dan screening

kesehatan lainnya. Perawat ini bekerja dengan kepala desa,

pemuka agama, kepala sekolah, orang tua atau dokter untuk

memberikan Pendidikan kesehatan.

4) Occupational Health Nurses/ industrial nurses

Memberikan pelayanan keperawatan pada tempat kerja

karyawan yang mengalami kecelakaan kerja atau sakit. Mereka

memberikan asuhan keperawatan gawat darurat, mempersiapkan

laporan kecelakaan dan mempersiapkan pelayanan lanjutan

yang diperlukan. Mereka juga memberikan pelayanan konseling

kesehatan, melakukan pemeriksaan umum, mengkaji lingkungan

18
kerja untuk mengidentifikasi masalah kesehatan actual dan

potensial.

C. Tinjauan Konsep Kelelahan Kerja

1. Definisi Kelelahan Kerja

Menurut Soedirman dan Suma’mur (2014) dalam (Undang-undang No.

1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja), kelelahan didefinisikan

sebagai suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum

terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk

melakukan aktivitasnya.

Kelelahan (kelesuan) adalah perasaan subjektif tetapi berbeda dengan

kelemahan dan memiliki sifat bertahap. Tidak seperti kelemahan,

kelalahan dapat diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapat

disebabkan secara fisik dan mental. Kelelahan fisik atau kelelahan otot

adalah ketidakmampuan fisik sementara otot untuk tampil maksimal.

Permulaan kelelahan otot selama aktivitas fisik secara bertahap, dan

bergantung pada tingkat kebugaran fisik individu dan juga pada faktor-

faktor lain seperti kurang tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Hal

ini dapat diperbaiki dengan istirahat. Kelelahan mental adalah

ketidakmampuan sementara untuk mempertahankan kinerja kognitif

yang optimal. Permulaan kelelahan mental selama kegiatan kognitif

yang optimal. Permulaan kelelahan mental selama kegiatan kognitif

19
secara bertahap dan bergantung pada kemampuan kognitif seseorang

dan juga pada faktor-faktor lain seperti kurang tidur dan kesehatan

secara keseluruhan. Kelelahan mental juga telah terbukti menurunkan

kinerja fisik. Hal ini dapat bermanifestasi sebagai mengantuk, lesu, atau

diarahkan kelelahan perhatian (Kuswana, 2014)

2. Jenis-jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Gejala Kelelahan Otot

Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak

dari luar (external signs). Ini dikarenakan kinerja otot

berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga

stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Fenomena

berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui

fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara

fisiologi dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa

berkurangnya tekanan fisik namun juga pada semakin

rendahnya gerakan.

b. Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang

luar biasa dan terasa tidak biasa. Semua aktivitas menjadi

terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan

tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik

20
maupun psikis, semuanya terasa berat. Timbulnya gejala

kelelahan seperti ini dapat diatasi dengan menyediakan waktu

khusus untuk beristirahat dan bersikap lebih santai. Perasaan

letih seperti rasa haus, lapar, dan perasaan lainnya yang sejenis

merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa

kondisi fisik dan psikis seseorang sedang dalam keadaan

menurun.

3. Penyebab Kelelahan Kerja

Faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain adalah faktor

somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan

gaya hidup. Faktor eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja

antara lain adalah kebisingan, suhu, pencahayaan, faktor kimia, faktor

biologis, faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin

atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau

kedudukan. Penyebab kelelahan dikelompokkan menjadi lima

kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Keadaan monoton

b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

c. Keadaan lingkungan kerja, seperti cuaca kerja, penerangan dan

kebisingan di tempat kerja.

d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau

konflik.

21
4. Faktor-faktor Kelelahan Kerja

Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan yang di

kutip oleh (Adelina,2014), dalam (Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja)

1) Faktor Internal

a. Usia

Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan

fisik dan cadangan tenaga lebih besar daripada yang

berusia tua. Akan tetapi pada subjek yang lebih tua lebih

mudah melalui hambatan (Setyawati, 2010)

b. Status Gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan

tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari

makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan

sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga

untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih

beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009, dalam Tarwaka,

2015).

22
c. Pendidikan

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding

orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah

karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan

pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan

kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

d. Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) (dalam Soetjiningsih, 2012),

mengatakan “jenis kelamin merupakan perbedaan antara

perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak

seseorang lahir. jenis kelamin berkaitan dengan tubuh laki-

laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan

sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan

secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan

menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki

dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara

keduanya.

23
2) Faktor Eksternal

a) Masa kerja

Seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama

lebih banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan

yang bekerja dengan masa kerja yang tidak terlalu lama.

Orang yang bekerja lama sudah terbiasa dengan

pekerjaan yang dilakukannya sehingga tidak

menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya (Setyawati,

2010).

b) Beban Kerja

Beban kerja menurut Meshkati dalam Astianto dan

Suprihhadi (2014) dapat didefinisikan sebagai suatu

perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja

dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.

c) Lama Kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya

tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Lama kerja

adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak

menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan

24
pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya.

Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja yang

banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan

dengan petugas yang pengalaman kerjanya sedikit.

(Tarwaka,2010)

d) Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja

melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan

tanpa upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu,

penerangan yang memadai memberikan kesan

pemandangan yang lebih baik dan keadaan linkungan

yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).

e) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak

dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu

dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat

pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh

seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan

bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot

sehingga mempercepat kelelahan.

25
f) Iklim Kerja

Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan

kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan

suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan

akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan

tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ

pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat dan produksi

keringat meningkat (Inta, 2012).

5. Gejala Kelelahan Kerja

Suma’mur (2009) dalam Tarwaka (2014) di ambil dalam (Undang-

undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja), mengemukakan

bahwa gejala atau perasaan atau tanda yang ada hubunganya dengan

kelelahan adalah:

- Perasaan berat di kepala

- Menjadi Lelah diseluruh badan

- Kaki merasa berat

- Menguap

- Merasa kacau fikiran

- Mengantuk

- Merasa berat pada mata

26
- Kaku dan canggung dalam gerakan

- Mau berbaring

- Merasa susah berfikir

- Lelah bicara

- Gugup

- Tidak dapat berkonsentrasi

- Cenderung untuk lupa

- Kurang kepercayaan diri

- Sakit kepala

- Kekauan di bahu

- Merasa haus

- Tremor pada anggota badan

Gejala perasaan atau tanda 1-10 menunjukan melemahnya kegiatan, 11-

20 menunjukan melemahnya motivasi, dan 20-30 menunjukan

kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan

(Suma’mur, 2009).

6. Pengukuran Kelelahan Kerja

a. Kualitas dan Kuantitas Kerja

Kualitas dan kuantitas dari hasil kerja kadang kala digunakan

sebagai cara pengukuran kelelahan tidak langsung pada industri

atau pada tempat kerja. Kuantitas atau jumlah output dapat

digambarkan sebagai angka dari masing-masing unit proses.

27
Waktu yang dihabiskan masing-masing unit dan output yang

dihasilkan menunjukkan angka atau jumlah kinerja operasional

per unit waktu (Tarwaka, 2014).

b. Perasaan Kelelahan Kerja

Metode pengukuran kelelahan secara subyektif atau The

Subjective Symptom (SST) pertama kali dikeluarkan oleh

Industrial Fatigue Research Committee of Japanese

Association of Industrial Health (IFRC Jepang) pada tahun

1976. The Subjective Symptom (SST) merupakan pengukuran

kelelahan berebntuk kuesioner yang berisi 30 pertanyaan

mengenai gejala kelelahan kerja (Marif, 2015).

c. Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPKK)

KAUPKK (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja)

merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan

kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan

perasaan yang tidak menyenangkan. KAUPKK merupakan

instrumen yang disusun oleh Setyawati yang telah diuji

kesasihan dan keandalannya. Keluhan-keluhan yang dialami

pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan

kronis.

a) Uji Psiko-motor (Psyhcomotor test)

28
Dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi

persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan

menggunakan alat digital reaction timer untuk

mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka

waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada

suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam

uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting

suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya

perlambatan pada proses faal syaraf dan otot. Alat ukur

waktu yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya

menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai

stimuli. Alat ukur waktu reaksi salah satunya adalah

Alat Ukur Waktu Reaksi (Reaction Timer).

b) Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu

pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji

ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan

pekerjaan. Bourdon Wiersman Tes merupakan salah

satu alat yang dapat digunakan untuk menguji

kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi.

29
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan,

bahwa kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja

yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti

monoton, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang

tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun

kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa dan

pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat. Sumber

kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut

(Roshadi, 2014).

c) Uji Perasaan Kelelahan Secara Subjektif

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue

Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah

satu kuesioner yang dapt untuk mengukur tingkat

kelelahan subjektif. Secara subjektif, perasaan lelah

juga dapat di ukur dengan menggunakan Kuesioner

Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang

disusun oleh setyawati (1994) yang terdiri dari 17

pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat

diderita oleh tenaga kerja, antara lain : sukar berpikir,

lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak

pernah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak

punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa,

kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan

30
pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekeja

dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh

tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya

pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu.

7. Adaptasi Terhadap Kelelahan Kerja

Suster Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan

pada tahun 1964, model ini digunakan sebagai falsafah dasar dan model

konsep dalam Pendidikan keperawatan. Model adaptasi Calista Roy

adalah sistem model yang esensial dalam keperawatan. Asumsi-asumsi

dasar yang dianut dalam model adaptasi Calista Roy, antara lain:

1) Individu adalah makhluk bio-psiko-sosial yang merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan

sosialnya.

2) Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat

positif maupun negative, untuk dapat beradaptasi, kemampuan

adaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu

penyebab utama perubahan kondisi dan situasi, keyakinan, dan

pengalaman dalam beradaptasi.

3) Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis,

kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan

31
melakukan untuk hidup mandiri atau kemandirian, serta

kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal guna

memelihara integritas diri. Kebutuhan fisiologis menurut Roy

meliputi oksigenasi, sirkulasi, keseimbangan cairan dan

elektrolit, makan, tidur, istirahat, pengaturan suhu dan hormone,

dan fungsi tambahan. Kebutuhan konsep diri yang positif

berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian, norma,

etika, dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih difokuskan

pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi social,

termasuk Dukungan orang lain.

Respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan

sejumlah kebutuhan bagi setiap individu. Ini memicu individu untuk

berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui berbagai upaya.

Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau

kemunduran, menurut teori Roy, bergantung kepada stimulus yang

masuk dan tingkat/kemampuan adaptasi seseorang ditentukan tiga hal,

yaitu Input, kontrol, dan output.

D. Tinjauan Konsep Demografi

1. Definisi Karakteristik Demografi

Demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran secara statistik

tentang penduduk. Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi tinggi

32
rendahnya statistik data penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan

migrasi

2. Faktor-faktor Demografi Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja

Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi pada kelelahan kerja

sebagai berikut:

1) Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup

maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima

belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu

dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya

lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala usia pula

diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh

semasa (masa kini) (Depkes, 2017).

2) Pendidikan

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang

dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah karena

33
akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya

kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan

(Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan

dan kesadaran melalui proses pembelajaran diharapkan akan

berlangsung lama (long lasting) dan menetap karena didasari

oleh kesadaran. Kelemahan dari pendekatan pendidikan

kesehatan ini adalah hasilnya lama karena perubahan perilaku

melalui proses pembelajaran pada umumnya memerlukan

waktu yang lama (Notoatmodjo, 2010).

E. Tinjauan Konsep Status Gizi

1. Definisi Status Gizi

Sedangkan menurut Almatsier (2011), status gizi adalah keadaan tubuh

sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status

gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di

dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan digunakan

secara efesien maka akan tercapai status gizi optimal yang

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

34
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, 2012).

Laki-laki Perempuan
Zat Gizi 19-29 Tahun 30-49 Tahun 50-64 Tahun 19-29 Tahun 30-49 Tahun 50-64 Tahun
Energi (kkal) 2550 2350 2250 1900 1800 1750
Protein (gram) 60 60 60 50 50 50
Vitamin A (RE) 600 600 600 500 500 500
Vitamin D (mg) 5 5 10 5 5 10
Vitamin E (mg) 15 15 15 15 15 15
Vitamin K (µg) 65 65 65 55 55 55
Tiamin (mg) 1.2 1.2 1.2 1,0 1,0 1,0
Riboflavin (mg) 1.3 1.3 1.3 1.1 1.1 1.1
Niasin (mg) 16 16 16 14 14 14
Asam Folat (µg) 400 400 400 400 400 400
Piridoksin (mg) 1.3 1.3 1.7 1.3 1.3 1.5
Vitamin B12 (µg) 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4
Vitamin C (mg) 90 90 90 75 75 75
Kalsium (mg) 800 800 1000 800 800 1000
Fosfor (mg) 600 600 600 600 600 600
Magnesium (mg) 290 300 300 250 270 270
Besi (mg) 13 13 13 26 26 12
Yodium (µg) 150 150 150 150 150 150
Seng (mg) 13,0 13.4 13.4 9.3 9.8 9.8
Selenium (µg) 30 30 30 30 30 30
Mangan (mg) 2.3 2.3 2.3 1.8 1.8 1.8
Fluor (mg) 3,0 3.1 3.1 2.5 2.7 2.7

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa

Rumus Perhitungan IMT

Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) × Tinggi Badan(m)

35
Sumber : (Supariasa, N, D, Bakri, & Fajar, 2014:71)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk kententuan FAO/WHO,

yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas

ambang laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-

23,8. Adapun nilai ambang batas IMT untuk Indonesia (Tabel 2.1)

Tabel 2. 3: Nilai IMT Orang Dewasa


Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal >18,5-25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber : (Supariasa, N, D, Bakri, & Fajar, 2014:72).

Tingkat kecukupan zat gizi pada usia dewasa antara lain:

1) Energi

Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan

bertambahnya usia, yang disebabkan oleh menurunnya

metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik. Usia dewasa

muda berkisar 19-49 tahun merupakan usia produktif, banyak

kegiatan fisik yang dilakukan sehingga kebutuhan energi

kelompok ini lebih tinggi dibandingkan usia 50-64 tahun. AKG

36
energi pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun,

2350 kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50- 64

tahun. Pada perempuan angka ini secara berturut-turut adalah

1900 kkal, 1800 kkal, dan 1750 kkal.

Kelebihan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat

badan. Berat badan perlu dimonitor dengan mengukur Indeks

Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan

tinggi badan. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko

penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,

kencing manis, dan batu empedu. Upaya menurunkan berat

badan hingga batas normal dapat mengurangi risiko tersebut.

(Almatsier, 2011).

2) Protein

Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan

untuk mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin,

kulit, feses, dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang

rusak-pada usia ini seseorang tidak mengalami pertumbuhan lagi.

AKG Protein laki-laki usia 19-64 tahun adalah sebanyak 60

g/hari, sedangkan untuk perempuan sebesar 50 g/hari. Seorang

laki-laki dan perempuan dewasa membutuhkan protein kurang

lebih 0,8 g/kg berat badan normal/hari. Kebutuhan protein ibu

hamil dan menyusui ditambah 17 g/hari untuk kebutuhan janin

37
dan ASI. Konsumsi protein yang terlalu tinggi dapat

meningkatkan kehilangan kalsium melalui urin, sehingga risiko

menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari dua

kali jumlah yang dianjurkan dapat meningkatkan kejadian kanker

tertentu, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat

tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat pada

makanan hewani. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh

dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati,

yaitu kacang-kacangan, berupa kacang kedelai dan hasil

olahannya seperti tahu dan tempe serta kacang merah dan kacang

hijau. (Almatsier, 2011).

3) Ferrum (Besi)

Angka Kecukupan Besi untuk laki-laki dewasa dan setengah tua

adalah 13 mg/hari, untuk perempuan dewasa muda 26 mg/hari,

dan dewasa setengah tua 12 mg/hari. Angka Kecukupan Besi

perempuan dewasa muda lebih tinggi daripada dewasa setengah

tua karena pada usia tua tersebut perempuan kehilangan besi tiap

bulan melalui haid. Makanan sumber besi adalah daging merah,

hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hasil

olahannya seperti tahu dan tempe. (Almatsier, 2011).

38
F. Tinjauan Konsep Masa Kerja

1. Definisi Masa Kerja

Masa kerja menurut (Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja) adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga

kerja itu bekerja disuatu tempat (Tarwaka,2010).

Menurut Haryanto dalam Sutarno (2006) dalam Riza (2016),

menjelaskan bahwa masa kerja yaitu hanya waktu bekerja seseorang

yang dilihat dari saat mulai bekerja atau saat mulai menggeluti

pekerjaannya dengan mengetahui secara betul liku-liku pekerjaannya

dengan berbagai kendala-kendala yang di hadapi. Sehingga seseorang

yang mempunyai pengalaman akan memiliki seasoned professionals,

yaitu mempunyai pengalaman ditingkat senior management dan teruji

ketangguhan dan kapabilitasnya.

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik

positif maupun negatif (Riski, 2013 dalam Riza 2016).

2. Faktor-faktor Masa Kerja

39
Menurut Handoko dalam Hamida (2010) dalam Riza (2016), beberapa

faktor yang mempengaruhi masa kerja diantaranya:

1) Tingkat kepuasan kerja

2) Stres lingkungan kerja

3) Pengembangan karir

4) Kompensasi hasil kerja

G. Hasil Penelitian Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Kelelahan Kerja

Hasil penelitian Nidia Nuraini, dkk, yang berjudul faktor yang berpengaruh

terhadap kelelahan pada pekerja proyek kapal di PT. X (2018), dari hasil

statistic, kelelahan kerja secara signifikan dipengaruhi oleh usia, perokok,

kebiasaan tidur (p<0,05) dan tidak dipengaruhi oleh tiga variable lainnya

antara lain iklim kerja, kebisingan, lama kerja >8jam/perhari (p>0,05).

Hasil penelitian Muh.Zainal, dkk, yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja meubel di Kecamatan

Poasia Kota Kendari (2018), hasil uji statistik pada tingkat signifikasi alpha

0,05 diperolah hasil ada hubungan antara lama kerja dengan kelulah

kelelahan kerja (pvalue=0,007), ada hubungan antara sikap kerja dengan

keluhan kelelahan kerja pada pekerja meubel (pvalue=0,017), ada

hubungan antara kebiasaan merokok dan keluhan kelelahan kerja

(pvalue=0,005).

40
Hasil penelitian Apriliani, dkk, yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada petugas pemada kebakaran di

Suku Dinas Pemadam Kebakaran di Jakarta Selatan (2019), pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran langsung. Sebanyak

83,6% responden berusia tua,62,3% responden status gizi normal,82%

responden masa kerja lama,54,1% responden lama tidur tidak cukup,54,1%

responden waktu kerja tidak baik,52,5% responden dengan status merokok,

dan 83,6% responden tidak ada riwayat penyakit. Hasil uji chisquare

menunjukan hubungan yang signifikan antara umur (pvalue=0,018), masa

kerja (pvalue=0,009), lama tidur (pvalue=0,028), waktu kerja

(pvalue=0,018), status merokok (pvalue=0,015)

41
H. Kerangka Teori

Bagan 2. 2
Kerangka Teori Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja
Pada Karyawan Produksi PT. Envicon Ekatama

Sumber : Iridiastadi & Yassierli (2017), Supariasa, N, D, Bakri, & Fajar (2014),
Andini (2015),
Sitepu (2013), Kuswana, S (2017), Agustin, M, P (2013).

Peran perawat Hiperkes Menurut


International council of nursing
1965:
 Public health nurses
 Occupational health nurses
 Office nurses

Faktor Individu:
 Usia (Soetjiningsih, 2012)
Kelelahan Kerja
 Pendidikan (Soetjiningsih,
2012)
 Status gizi (WHO,2015)

Faktor pekerjaan (Undang-

undang No. 1 tahun 1970


tentang Keselamatan
Kerja):
 Masa Kerja

42
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan skema yang terbentuk oleh beberapa

kesimpulan dari suatu kejadian yang menjelaskan suatu uraian dan dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah diambil dari sebagian

kerangka teori, agar penelitian ini lebih terarah sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka keranga konsep di

rancang dengan skema sebagai berikut:

Bagan 3. 2
Kerangka Konsep Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja
Pada Karyawan Produksi Di PT. Y Karawang

Variabel Independen Variabel Dependen

 Usia
43
 Pendidikan
 Status Gizi
Kelelahan Kerja

B. Variabel Penelitian

Variabel dapat di definisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang

mempunyai “variasi” antara satu objek dengan objek yang lain. Adapun

definisi variabel lainya. Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga dapat

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Dilihat dari pernyataan diatas maka variabel yang ada dipenelitian ini

adalah:

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat), variabel ini disebut bebas artinya variabel

yang bebas mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah Usia, Pendidikan, Status gizi, Masa kerja.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi menjadi akibat karena variabel

bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kelelahan Kerja

44
C. Hipotesis

Menurut Sugiyono, (2017) : hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dalam

bentuk kalimat pertanyaan.

a. Ada hubungan antara Usia dengan kelelahan kerja pada

karyawan Produksi PT. Y Karawang 2020

b. Ada hubungan antara Pendidikan dengan kelelahan kerja

pada karyawan Produksi PT. Y Karawang 2020

c. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja

pada karyawan Produksi PT. Y Karawang 2020

d. Ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada

karyawan Produksi PT. Y Karawang 2020

D. Definisi Operasional

Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan dan mengembangan

instrument (alat ukur). Atau pengertian variabel – variabel yang diamati

atau diteliti

Tabel 3. 1: Definisi Operasional

N VARIABEL DEFINISI ALAT CARA UKUR HASIL UKUR

O OPERASION UKUR

AL

1 (Variabel Suatu keadaan alat ukur Checklis 1. Tidak,

45
dependen dimana yang t jika <
) Kuesion dari
seseorang digunakan
er mean/m
Kelelahan Kerja merasa Lelah untuk
KAUPK edian
secara fisik penelitian 2 17 2. Ya,
pertanya Jika ≥
dan/ atau kali ini
an, mean/m
mental, Lelah adalah
dengan edian
fisik yaitu Kuesioner Jawaban
Ya dan
dimana alat ukur
Tidak.
karyawan perasaan

mengalami kelelahan

lelah di seluruh kerja

tubuh, (KAUPK2),

sedangkan

Lelah mental

yaitu dimana

kelelahan yang

membuat

karyawan

merasa sulit

istirahat.

2 (Variabel Jumlah tahun alat ukur Wawancara 1. ≥45


Independ
yang dihitung yang Berisiko
en)
dari responden digunakan 2. <45
Usia lahir sampai untuk Tidak

saat dilakukan penelitian berisiko

penelitian kali ini

adalah

menggunak

46
an

Kuesioner,

Checklis

Jenjang alat ukur Wawancara 0.


Rendah
3. Pendidikan Pendidikan yang
(Sd,
terakhir yang digunakan
Smp,
ditempuh oleh untuk Sma/Sm
k
responden penelitian

kali ini 1. Tinggi

adalah (Perguruan

menggunak Tinggi)

an

Kuesioner,

Checklis

Gambaran Alat ukur Wawancara &


1. Tidak
4. Status Gizi keseimbangan dalam Menghitung
normal
antara penelitian Rumus IMT
(Overw
kebutuhan zat ini adalah eight),
jika
gizi yang perhitungan
IMT
diukur dengan Indeks
≥25,.0
melihat Indeks masa tubuh 2. Normal
, jika
masa tubuh. (IMT)
IMT
18.5-
25,0

masa kerja Alat ukur Wawancara


1. < 10
5. Masa Kerja seorang pada
Tahun

47
karyawan penelitian tidak
berisiko
menurut adalah
2. ≥ 10
Undang-undang menggunak
Tahun
RI yaitu ≥ 10 an metode Berisiko
(Amalia, 2010)
tahun dikatakan pengisian

sudah Kuesioner,

pengalaman, Checklist

dihitung dari

tanggal, bulan

dan tahun mulai

bekerja sampai

dengan

penelitian

dilakukan.

48
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

deskriptif dan analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu mencari

faktor-faktor yang berhubungan antara variabel masa kerja, status gizi, usia,

Pendidikan terhadap kelelahan kerja. Desain penelitian yang digunakan

dengan cross sectional, yaitu mengukur variabel masa kerja, status gizi,

usia, pendidikan dengan kelelahan kerja secara bersamaan dalam waktu

yang sama. Atau suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi

antara faktor risiko dengan faktor efek, dengan cara pendekatan, observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Artinya, setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada

saat pemeriksaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Y Karawang 2020

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai dengan Juli 2020

49
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Produksi Di PT. Y

Karawang sebanyak 40 orang

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Y Karawang

adalah karyawan produksi, dengan jumlah karyawan produksi

sebanyak 40 orang. sampel ditentukan dengan teknik pengambilan

sampel yang menggunakan metode total sampling, di PT. Y

Karawang.

Untuk penjelasan sampel yang akan diteliti sampel dalam penelitian

ini adalah:

a. Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018), yaitu:

a) Karyawan Produksi PT. Y Karawang

b) Karyawan Laki-laki

c) Karyawan Yang Sehat Jasmani Dan Rohani

d) Karyawan Yang Bersedia Menjadi Responden

50
D. Etika Penelitian

Dalam pengambilan data responden, peneliti memiliki beberapa aturan

masalah etika penelitian yang harus peneliti ikuti, antara lain:

1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lembar persetujuan yang akan diberikan kepada responden yang di

teliti dengan memenuhi kriteria inklusi. Jika klien bersedia menjadi

reponden maka harus menandatangani lembar persetujuan dan klien

yang menolak tidak akan di paksa untuk menjadi responden dan

tetap menghormati haknya.

2. Kerasahasiaan (Confidentiality)

Kerhasiaan informasi atau data yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti, dan hasil informasi yang didapat dalam

peneliti hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil

penelitian.

3. Keadilan (Justice)

Peneliti tidak melakukan deskriminasi pada karyawan yang tidak

bersedia menjadi responden penelitian.

E. Sumber Data

1. Sumber data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti dari

responden. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah karyawan PT. Y Karawang

51
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti

sebagai data penunjang dari responden. Dapat juga dikatakan data

yang tersusun dalam bentuk dokumentasi. Dokumentasi dan angket

merupakan data sekunder dari responden.

F. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indek yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas oleh peneliti lain atau dengan kata lain peneliti sudah

menggunakan kuesioner yang sudah baku oleh peneliti yang lain, untuk

kuesioner usia, Pendidikan, jenis kelamin, masa kerja, status gizi dan

Perasaan kelelahan di ambil dari Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan

Kerja dengan r tabel= 0,851.

Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item

kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Kemudian dilakukan dengan

mencari atau menghitung kolerasi setiap item pertanyaan dengan skor total

pertanyaan, untuk hasil jawaban responden yang menggunakan skala

pengukuran ordinal, perhitungan korelasi antara pertanyaan ke 1 dengan

total skor. Keputusan pengujian validitas item instrumen, adalah sebagai

berikut:

a. Item Pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika r hitung> r tabel

52
b. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika r hitung< r

tabel

N ( Σ )−( Σ Σ )
XY X Y
Rumusr =
√¿ ¿ ¿

Keterangan:

r: Koefisien korelasi

Σ
XY
: Jumlah perkalian X dan Y

Σ
X
: Jumlah nilai X

Σ X : Jumlah dari kuadrat X


2

Σ
Y
: Jumlah nilai Y

ΣY : Jumlah dari kuadrat Y


2

N : Banyak data

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau atau diandalkan. Pengujian reliabilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan metode belah dua (split half).

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan hasil ketepatan alat

pengumpulan data (instrumen) yang digunakan. Jika suatu instrumen dapat

dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat

dipercaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang

sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh peneliti lain atau dengan

kata lain peneliti sudah menggunakan kuesioner yang sudah baku oleh

peneliti yang lain, untuk kuesioner usia, Pendidikan, jenis kelamin, masa

53
kerja, status gizi dan perasaan kelelahan di ambil dari Kuesioner Alat Ukur

Perasaam Kelelahan Kerja dengan R tabel= 0,851.

Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus

spearman brown.

2 rb
Rumus r i =
1+r b

Keterangan:

ri : Relibilitas internal seluruh instrumen

rb : Korelasi product moment antara belah pertama dan kedua

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan penulis dengan

maksud untuk memperoleh informasi secara langsung. Menurut Sugiyono

(2017) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bagi

peneliti dengan variabel yang akan diukur. Instrument yang digunakan

berbentuk kuesioner yang terdiri dari 17 pertanyaan yang di dalamnya

memuat pertanyaan hubungan perasaan kelelahan kerja terhadap kejadian

kelelahan dalam bekerja pada PT. Y Karawang.

Kuesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data dimana

responden mengisi 17 pertanyaan, terdiri dari:

a. Kelelahan kerja menggunakan KAUPK2 (Kuesioner alat ukur

perasaan kelelahan kerja), terdiri dari 17 pertanyaan yaitu susah

54
berfikir, enggan atau Lelah saat berbicara, sulit berkonsentrasi, sulit

memusatkan perhatian, kurang percaya diri, merasa cemas, sulit

mengontrol sikap kerja, merasa malas dalam pekerjaan.

b. Status gizi menghitung rumus dari WHO (2015), dan menggunakan

metode antropometri

c. Usia, Pendidikan dilakukan dengan metode wawancara secara

langsung ke pihak karyawan.

d. Masa kerja menggunakan checklist terdapat di kuesioner.

e. Kuesioner perasaan kelelahan kerja terdiri dari 17 pertanyaan dengan

opsi jawaban 0 jawaban iya dan 1 jawaban tidak, menggunakan skala

guttman

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Menyerahkan surat pengantar izin penelitian dari STIKes Kharisma

Karawang kepada pihak Manajemen PT. Y

2. Setelah mendapatkan persetujuan penelitian dari manajemen PT. Y

Karawang, peneliti menemui responden dan menginformasikan

bahwa peneliti akan melakukan penelitian

3. Mendatangi responden untuk menjelaskan tentang maksud dan

tujuan dari penelitian. Karyawan yang bersedia menjadi responden

diminta menandatangani inform consent

4. Memberikan kuesioner kepada karyawan yang bersedia menjadi

responden

55
5. Mengambil kuesioner yang telah di isi responden dan di lakukan

pencatatan

6. Setelah selesai peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden

7. Menganalisa hasil kuesioner

I. Teknik Pengolahan Data

1. Penyuntingan Data (Editing)

Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui lembar

kusioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Apabila ternyata

masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, maka lembar

kusioner tersebut dikeluarkan (Drop Out).

2. Membuat Lembaran Kode (Coding)

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kode berisi

nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Memasukan Data (Data Entry)

Yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu

kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. Tabulasi

Yaitu membuat table data, sesuai dengan tujuan peneliti atau yang

diinginkan oleh penelitian.

56
J. Analisa Data

Analisa pada variable-variabel di dalam penelitian yang di lakukan secara:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan

hasil penelitian dari masing-masing variabel yang diteliti. Variabel

yang menjelaskan dalam penelitian ini adalah karakteristik

responden, variabel dependen kelelahan kerja dan variabel

independent Data demografi (Usia, Pendidikan), status gizi dan masa

kerja.

X
F= x 100 %
N

Keterangan:

F : Presentase

X : Kategori yang di observasi

N : Total

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahuai apakah ada hubungan

antara 2 variabel yang diduga terdapat hubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan

hipotesa yang sudah dirumuskan, apakah ada hubungan Usia,

57
Pendidikan, Jenis kelamin, status gizi, beban kerja, masa kerja

terhadap kelelahan kerja di PT. Envicon Ekatama Karawang.

Variabel dependen Usia, Pendidikan, status gizi dan masa kerja

dengan skala ukur ordinal, variabel independent kelelahan kerja

dengan skala ukur nominal. Sedangkan penelitian menggunakan

pendekatan Cross Sectional, maka uji statistic yang di gunakan

adalah uji Chi Square dan OR (Odds Ratio).

K. Uji Chi square dan Uji Odds Ratio (OR)

1. Chi Square

Hasil uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada atau tidak adanya

perbedaan porposi antar kelompok. Penyajian data dengan tabel silang

2 x 2 = 4 sel (A, B, C, D), setiap sel ada nilai O dan lanjut dihitung

nilai E nya. Nilai E adalah (nilai total baris x nilai total kolom): grand

total

Rumus Chi-Square:

x 2=Σ ¿¿

Keterangan:

x2 = Nilai Chi-Square

∑ = Penjumlahan

0 = Nilai pengamatan

E = Nilai Ekspektasi

58
Keputusan SPSS:

• Bila P value ≤ α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya

perbedaan yang bermakna (signifikan).

• Bila P value ≥ α, Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak

mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan).

Pilihan Rumus x² sesuai aturan SPSS :

• Bila tabelnya 2x3 atau lebih 2x2, gunakan Pearson.

• Bila tabelnya 2x2 tidak terdapat sel dengan nilai E<5, gunakan

Continuity Correction.

• Bila tabelnya 2x2 ada sel yang nilai E < 5, gunakan Fisher Exact.

2. OR (Odds Ratio)

Uji Odds Ratio (OR) untuk mengetahui besaran risiko variabel

independen terhadap variabel dependen dengan estimasi Confidence

Interval (CI) OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Rumus

OR : AD/BC

Keterangan:

Penyajian data pada tabel silang 2 x 2

A: nilai O pada sel A

B: nilai O pada Sel B

59
C: nilai O pada sel C

D: nilai O pada sel D

Interpretasi odds ratio (OR) adalah sebagai berikut:

a. Bila OR=1 berarti tidak ada hubungan faktor resiko dengan

kejadian

b. Bila OR <1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi

adalah efek perlindungan (efek proteksi)

c. Bila OR >1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi

adalah efek penyebab.

60
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan data hasil penelitian tentang ‘Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Produksi PT. Y Karawang

Tahun 2020’. Adapun analisis statistik adalah Univariat dan Bivariat sebagai

berikut:

A. Analisi Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini memaparkan mengenai distribusi

frekuensi dan presentase variabel demografi dan variabel penelitian yang di

teliti dari 40 responden. Variabel demografi adalah : Usia, pendidikan,

sedangkan variabel penelitan adalah : masa kerja, Status Gizi. Adapun hasil

univariat dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Data Demografi Responden

Tabel 5.1
Distrubusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi (Usia,
Pendidikan) di PT. Y Karawang Tahun 2020

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)


< 45 Tahun (17) 42,5
Usia
≥ 45 Tahun (23) 57,5
Rendah (19) 47,5
Pendidikan
Tinggi (21) 52,5
Total 40 100%

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang karyawan


didapatkan data demografi responden Usia ≥ 45 Tahun 21 orang (52,5%),
Pendidikan Tinggi 19 orang (42,5%).

61
2. Status Gizi

Tabel 5.2
Distrubusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di PT. Y
Karawang Tahun 2020

Status Gizi Frekuensi Persentase (%)


Normal 18 45
Tidak Normal (Overweight) 22 55
Total 40 100%

Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang karyawan


terdapat 22 orang yang status gizinya Overweight (55%)

3. Masa Kerja

Tabel 5.3
Distrubusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT. Y
Karawang Tahun 2020

Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)


< 10 Tahun 16 40
≥ 10 Tahun 24 60
Total 40 100%

Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang karyawan


terdapat 60 orang yang masa kerja nya ≥10 tahun (60%)

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas yaitu

hubungan Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Beban kerja Dan Masa kerja

terhadap keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) pada karyawan di PT. Y karawang

tahun 2020, terdapat hubungan variabel p value < α 0,05. Pada penelitian ini

dilakukan uji statistik dengan uji Chi-square, odds ratio

62
1. Hubungan Usia dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan Kerja)

Tabel 5.4
Hubungan Usia dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan Produksi di PT. Y Karawang Tahun 2020

Keluhan kelelahan kerja

Total P value 95%


Usia Tidak Ya OR
(ά=0,05) CI

N % N % N %
< 45 15 37,5 2 5 17 100 0.000
0,000 1.212
≥ 45 - - 23 57,5 23 100 0.032
Jumlah 15 37,5 25 62,5 40 100

Berdasarkan tabel 5.7 hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000<α 0,05

artinya Ho ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara usia dengan

kelelahan kerja. Untuk faktor resiko OR=1.212, 95% CI (0.000-0.032). Usia ≥

45 tahun berisiko 1.212 kali mengalami kelelahan kerja dibandingkan dengan

usia < 45 tahun.

63
2. Hubungan Pendidikan dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan Kerja)

Tabel 5.5
Hubungan Pendidikan dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan Produksi di PT. Y Karawang Tahun 2020

Keluhan kelelahan
kerja

Total P value 95%


Pendidikan OR
Tidak Ya (ά=0,05) CI

N % N % N %
Rendah 15 37,5 4 10 19 100 0.000
Tinggi - - 21 52,5 21 100 0,000 1.615 0.088
Jumlah 15 37,5 25 62,5 40 100

Berdasarkan tabel 5.8 hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000<α 0,05

artinya Ho ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara pendidikan dengan

kelelahan kerja. Untuk faktor resiko OR=1.615, 95% CI (0.000-0.088).

Pendidikan tinggi 1.615 kali mengalami kelelahan kerja dibandingkan dengan

Pendidikan rendah.

64
3. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan Kerja)

Tabel 5.6
Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan kerja) Pada
Karyawan Produksi di PT. Y Karawang Tahun 2020

Keluhan kelelahan
kerja

Total P value 95%


Status Gizi OR
Tidak Ya (ά=0,05) CI

N % N % N %
Normal 15 37,5 3 7,5 18 100 0.000
Tidak Normal
- - 22 55 22 100 0.000 8.077 0.059
(Overweight)
Jumlah 15 37,5 25 62,5 40 100

Berdasarkan tabel 5.6 hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0.000<α 0,05

artinya Ho ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara status gizi dengan

kelelahan kerja. Untuk faktor resiko OR=8.077, 95% CI (0.000-0.059). Status

gizi 8.077 kali mengalami kelelahan dibandingkan dengan status gizi normal.

65
4. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Fatigue (Kelelahan Kerja)

Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi dan Analisa Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan
Fatigue (Kelelahan kerja) Pada Karyawan Produksi di PT. Y Karawang
Tahun 2020

Keluhan kelelahan kerja

Masa Total P value 95%


Tidak Ya OR
Kerja (ά=0,05) CI

N % N % N %
< 10 15 37,5 1 2,5 16 100 0.000
≥ 10 - - 24 60 24 100 0.000 2.423 2.399
Jumlah 15 37,5 25 62,5 40 100

Berdasarkan tabel 6.2 hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0.000<α 0,05

artinya Ho ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara masa kerja dengan

kelelahan kerja. Untuk faktor resiko OR=2.423, 95% CI (0.000-2.399). Masa

kerja ≥ 10 tahun 2.423 kali mengalami kelelahan dibandingkan dengan masa

kerja < 10 tahun.

66
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian yaitu “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Produksi Di PT. Y

Karawang Tahun 2020”. Disamping itu juga akan membahas mengenai implikasi

hasil penelitian terhadap keperawatan serta keterbatasan penelitian.

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian melakukan analisa hubungan antara Usia, Pendidikan, Status gizi

dan Masa kerja terhadap kejadian keluhan Fatigue (Kelelahan Kerja). Peneliti

melakukan analisa terhadap hasil penelitian berdasarkan penggabungan

penilitian univariat dan bivariat sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik responden berdasarkan data demografi (Usia,

Pendidikan)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan

kategori Data demografi (usia, Pendidikan) bahwa dari 40 orang

karyawan terdapat Usia ≥ 45 Tahun 23 orang (57,5%), Pendidikan 21

orang (52,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan, penelitian Aprliani, dkk, yang

berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

petugas pemadam kebakaran di Suku Dina Pemadam Kebakaran di

Jakarta Selatan (2019), pengukuran data dilakukan dengan wawancara

67
dan didapatkan hasil pengukuran responden berusia tua (62,3%),

sedangkan yang berpendidikan tinggi (60,5%).

Menurut asumsi peneliti, Ada hubungan antara Usia dan pendidikan

dengan keluhan kelelahan kerja. Dikarenakan bertambahnya usia pada

masing-masing orang menyebabkan adanya penurunan kemampuan

kerja, dan dapat mengakibatkan seseorang mengalami sulit

berkonsentrasi disaat jam bekerja dan dapat menjadi faktor penyebab

terjadinya kelelahan, dan semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang

dapat menyebabkan banyaknya tuntutan di dalam pekerjaan yang di

akibatkan oleh sulitnya berkonsentrasi dan merasa stress di lingkungan

kerja dan dapat menjadi faktor penyebab kelelahan.

Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan

cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi

pada subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati,

2010).

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat

pendidikan formal yang lebih rendah karena akan lebih mampu dan

mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan

pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

68
b. Karakteristik responden berdasarkan Status gizi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan

kategori Status gizi atas menunjukkan bahwa dari 40 orang karyawan

terdapat 22 orang yang status gizinya (55%). Ini berarti bahwa status

gizi pada karyawan diperusahaan X lebih banyak yang atau tidak sesuai

dengan indeks masa tubuh.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasi penelitian Apriliani, dkk, yang

berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

petugas pemada kebakaran di Suku Dinas Pemadam Kebakaran di

Jakarta Selatan (2019), responden status gizi normal 82% dengan

kejadian kelelahan kerja.

Menurut asumsi peneliti, ada hubungan antara status gizi dengan

keluhan kelelahan kerja di karenakan status gizi sangat diperlukan dan

saling keterkaitan untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan

banyaknya pekerjaan yang dia kerjakan. Itulah kenapa status gizi

menjadi penyebab kelelahan.

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, 2012).

69
c. Karakteristik responden berdasarkan Masa kerja

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan

kategori Masa kerja menunjukkan bahwa dari 40 orang karyawan

terdapat 24 orang yang masa kerja nya ≥10 tahun (60%).

Menurut Sari Narulita Purwati Ningsih, Dkk yang berjudul “faktor-

faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja Dipo

Lokomotif PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO), didapatkan hasil

sebanyak 51,1% Masa kerja berhubungan dengan keluhan kelelahan

kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan, penelitian Aprliani, dkk, yang

berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

petugas pemadam kebakaran di Suku Dina Pemadam Kebakaran di

Jakarta Selatan (2019), pengukuran data dilakukan dengan wawancara

dan didapatkan hasil pengukuran responden masa kerja lama (54,1%)

Menurut asumsi peneliti, Ada hubungan antara masa kerja dengan

keluhan kelelahan kerja, dikarenakan apabila seseorang yang bekerja

dengan masa kerja yang lebih lama lebih kecenderungan merasa stress

di lingkungan kerja, sulit berkonsentrasi, itulah kenapa masa kerja

menjadi faktor penyebab kelelahan

70
Menurut Haryanto dalam Sutarno (2006) dalam Riza (2016),

menjelaskan bahwa masa kerja yaitu hanya waktu bekerja seseorang

yang dilihat dari saat mulai bekerja atau saat mulai menggeluti

pekerjaannya dengan mengetahui secara betul liku-liku pekerjaannya

dengan berbagai kendala-kendala yang di hadapi. Sehingga seseorang

yang mempunyai pengalaman akan memiliki seasoned professionals,

yaitu mempunyai pengalaman ditingkat senior management dan teruji

ketangguhan dan kapabilitasnya.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Usia dengan Kejadian Keluhan Fatigue (Kelelahan

Kerja) di PT. Envicon Ekatama Karawang Tahun 2020

hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000<α 0,05 artinya Ho

ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara usia dengan kelelahan

kerja. Untuk faktor resiko OR=1.212, 95% CI (0.000-0.032). Usia ≥ 45

tahun berisiko 1.212 kali mengalami kelelahan kerja dibandingkan

dengan usia < 45 tahun

Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan

cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi

pada subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati,

2010).

71
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Apriliani, dkk (2019), berdasarkan hasil analisis uji statistik diperoleh

nilai : p value 0,018. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara usia dengan kejadian keluhan kelelahan kerja pada

petugas pemadam kebakaran di Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan Jakarta Selatan.

Menurut asumsi peneliti, Ada hubungan antara Usia dengan keluhan

kelelahan kerja. Dikarenakan bertambahnya usia pada masing-masing

orang menyebabkan adanya penurunan kemampuan kerja, dan dapat

mengakibatkan seseorang mengalami sulit berkonsentrasi disaat jam

bekerja dan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kelelahan.

b. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Keluhan Fatigue

(Kelelahan Kerja) di PT. Envicon Ekatama Karawang Tahun 2020

hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000<α 0,05 artinya Ho

ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara pendidikan dengan

kelelahan kerja. Untuk faktor resiko OR=1.615, 95% CI (0.000-0.088).

Pendidikan 1.615 kali mengalami kelelahan kerja dibandingkan dengan

Pendidikan.

72
Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat

pendidikan formal yang lebih rendah karena akan lebih mampu dan

mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan

pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Menurut asumsi peneliti, Ada hubungan antara pendidikan dengan

keluhan kelelahan kerja dikarenakan semakin tinggi tingkat Pendidikan

seseorang dapat menyebabkan banyaknya tuntutan di dalam pekerjaan

yang di akibatkan oleh sulitnya berkonsentrasi dan merasa stress di

lingkungan kerja dan dapat menjadi faktor penyebab kelelahan.

c. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Keluhan Fatigue

(Kelelahan Kerja) di PT. Envicon Ekatama Karawang Tahun 2020

hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000<α 0,05 artinya Ho

ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara usia dengan kelelahan

kerja. Untuk faktor resiko OR=8.077, 95% CI (0.000-0.059). Status gizi

tidak normal (Overweight) 8.077 kali mengalami kelelahan

dibandingkan dengan status gizi normal.

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi

seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk

pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat

73
makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan

dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009, dalam Tarwaka,

2015).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rizki Rahmawati, dkk (2019), berdasarkan hasil analisis uji statistik

diperoleh nilai : p value 0,001. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian keluhan

kelelahan kerja pada perawat di RSUD Bangkinang Tahun 2019.

Menurut asumsi peneliti, ada hubungan antara status gizi dengan

keluhan kelelahan kerja di karenakan status gizi sangat diperlukan dan

saling keterkaitan untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan

banyaknya pekerjaan yang dia kerjakan. Itulah kenapa status gizi

menjadi penyebab kelelahan.

d. Hubungan Masa kerja dengan Kejadian Keluhan Fatigue

(Kelelahan Kerja) di PT. Envicon Ekatama Karawang Tahun 2020

hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000<α 0,05 artinya Ho

ditolak/Ha diterima, maka ada hubungan antara usia dengan kelelahan

kerja. Untuk faktor resiko OR=2.423, 95% CI (0.000-2.399). Masa

kerja ≥ 10 tahun 2.423 kali mengalami kelelahan dibandingkan dengan

masa kerja < 10 tahun.

74
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Apriliani, dkk, yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada petugas pemada kebakaran di Suku Dinas

Pemadam Kebakaran di Jakarta Selatan (2019), didapatkah hasil

pvalue=0,009.

Menurut Haryanto dalam Sutarno (2006) dalam Riza (2016),

menjelaskan bahwa masa kerja yaitu hanya waktu bekerja seseorang

yang dilihat dari saat mulai bekerja atau saat mulai menggeluti

pekerjaannya dengan mengetahui secara betul liku-liku pekerjaannya

dengan berbagai kendala-kendala yang di hadapi. Sehingga seseorang

yang mempunyai pengalaman akan memiliki seasoned professionals,

yaitu mempunyai pengalaman ditingkat senior management dan teruji

ketangguhan dan kapabilitasnya.

Menurut asumsi peneliti, Ada hubungan antara masa kerja dengan

keluhan kelelahan kerja, dikarenakan apabila seseorang yang bekerja

dengan masa kerja yang lebih lama lebih kecenderungan merasa stress

di lingkungan kerja, sulit berkonsentrasi, itulah kenapa masa kerja

menjadi faktor penyebab kelelahan.

75
B. Implikasi Dalam Keperawatan

a) Implikasi Terhadap Pelayanan Kesehatan

Implikasi penelitian ini terhadap pelayanan kesehatan adalah memberikan

informasi atau masukan kepada para praktisi kesehatan dan pemegang

program tetang K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja). Hal ini dapat dijadikan

acuan atau panduan bagi pelayanan kesehatan dan pemilik perusahaan

dalam proses meningkatkan kualitas hidup pekerja/karyawan di perusahaan

tersebut.

b) Implikasi terhadap penelitian keperawatan

Implikasi lain dari penelitian ini yang dapat diterapkan terhadap dunia

keperawatan adalah berkaitan dengan penelitian. Pada dasarnya hasil

penelitian ini merupakan data dasar yang dapat digunakan oleh orang lain

dalam mengungkapkan fenomena yang lebih luas tentang faktor-faktor

yang berhubungan antara data demografi (Usia, Pendidikan), Status gizi,

Masa kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan produksi perusahaan Y

Karawang.

c) Implikasi terhadap pendidikan keperawatan

Membantu peserta didik keperawatan dalam melakukan pengkajian tentang

faktor-faktor yang berhubungan antara antara data demografi (Usia,

76
Pendidikan), Status gizi, Masa kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan

perusahaan. Hal ini membantu supaya dalam pemberian asuhan

keperawatan tidak berfokus pada pengobatan akan tetapi juga untuk

meningkatkan kualitas hidup pada responden.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan yang hendaknya di

perbaiki untuk penelitian selanjutnya, salah satunya adalah dalam pengambilan

data peneliti menggunakan kuesioner dan penggunaan kuesioner ini bersifat

subjektifitas, dari responden dan peneliti tidak dapat mengklarifikasi jawaban

yang responden berikan atau bersifat objektif disebar melalui google formulir

dikarenakan Selama Pandemik covid-19 tidak dapat melakukan pengambilan

data secara langsung ke perusahaan. penelitian ini menggunakan skenario

responden sebanyak 26% dikarenakan peneliti kekurangan responden selama

melakukan pengambilan data.

77
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian di PT. Y Karawang tentang “Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Produksi PT. Y

Karawang tahun 2020”, dari 40 responden dapat disimpulkan:

1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan Kelelahan kerja pada Karyawan

Produksi Di PT. Y Karawang. (p value 0,000<α 0,05)

2. Ada hubungan antara Pendidikan dengan keluhan Kelelahan kerja pada

Karyawan Produksi Di PT. Y Karawang. (p value 0,000<α 0,05)

3. Ada hubungan antara Status Gizi dengan keluhan Kelelahan kerja pada

Karyawan Produksi Di PT. Y Karawang. (p value 0,000<α 0,05)

4. Ada hubungan antara Masa kerja dengan keluhan Kelelahan kerja pada

Karyawan Produksi Di PT. Y Karawang. (p value 0,000<α 0,05)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang peneliti usulkan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi institusi pendidikan

a. Institusi pendidikan dapat meningkatkan pembelajaran tentang

kesehatan keselamatan kerja dalam bidang industri.

78
b. Pendidikan dapat membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan

praktik terkait terjadinya keluhan kelelahan kerja dan dapat

diterapkan di lapangan.

2. Bagi perusahaan industri

Dapat digunakan menjadi salah satu sarana sumber informasi, masukan, dan

bahan pertimbangan dibidang pelayanan dan masyarakat sebagai

pencegahan dan penanganan untuk mengatasi keluhan kelelahan kerja untuk

terhindar dari kecelakaan kerja.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya dapat mengukur keluhan kelelahan kerja tidak

hanya menggunakan kuesioner, observasi, peneliti selanjutnya dapat

melakukan wawancara untuk mengklarifikasi jawaban di kuesioner

yang telah diisi reponden.

b. Penelitian selanjutnya dapat mengukur beban kerja fisik

menggunakan stetoskop untuk mengetahui denyut jantung/nadi

terhadap terjadinya keluhan kelelahan kerja pada karyawan produksi.

c. Penelitian ini dapat menjadi data awal untuk pengembangan riset

selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait dengan kejadian

keluhan kelelahan kerja.

79
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M, P, C. (2013). HUBUNGAN MASA KERJA DAN SIKAP KERJA


DENGAN KEJADIAN SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA
PEMBATIK CV. PUSAKA BERUANG LASEM.
Aisyah, S., Fachrin, S. A., Haeruddin, H., & Rahman, I. (2019). Faktor Yang
Mempengaruhi Kelelahan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di Rumah Sakit Dr.
Tadjuddin Chalid Kota Makassar. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 2(3), 256–
265. https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.185
Rosdakarya Offset.
Lintau, K., Utara, B. U. O., & Barat, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelelahan Pada Pekerja Buruh Angkut Di Pasar Balai Tangah Kecamatan
Lintau Buo Utara, Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1),
358–364.
Narulita, S. dkk. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada
Pekerja Dipo Lokomotif Pt. Kereta Api Indonesia (Persero). Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health
Http://Ejournal.Unida.Gontor.Ac.Id/Index.Php/JIHOH DOI:
Http://Dx.Doi.Org/10.21111/Jihoh.V3i1.2439, 3(1), 69–82.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT RINEKA CIPTA.
Sitepu, A. T. (2013). Beban Kerja Dan Motivasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Karyawan Pada Pt. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado. Jurnal EMBA,
1(4), 1123–1133. https://doi.org/ISSN: 2303-1174
Sub-district, C. I. N. P. (2018). Jurnal MJPH, Vol 1 No. 2, Desember 2018
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN
KERJA PADA PEKERJA MEUBEL DI KECAMATAN POASIA KOTA
KENDARI. 1(2).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Sutopo (ed.)). Alfabeta.
Supariasa, N, D, I., Bakri, B., & Fajar, I. (2014). Penilaian Status Gizi (E. Rezkina
& A. Agustin, C (eds.); 2nd ed.). Buku Kedokteran EGC.
Usman, S., Yuliani, I., Kerja, K., Produksi, K., & Kelelahan, F. (2019). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Produksi PT
Gerbang Sarana Baja Jakarta Utara. 2(1), 141–146.
Irma, MR, Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja di Unit
Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota
Makasar tahun 2014 Universitas Hasanuddin Makasar;2014
Alfriyanti J. T. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga
Kerja di penggilingan Batu Cipping Kelurahan Buntu Tallunglipu Kabupaten
Toraja Utara tahun 2015 Universitas Hasanuddin Makassar, 2015.

80
Roshadi I. . Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga; 2014.
Ator Nataria. F, (2017). "Hubungan Antara Masa Kerja Dan Lama Kerja Dengan
Kelelahan Kerja Pada Pengemudi Truk Tangki Di Terminal Bahan Bakar Minyak
(BBM) PT. Pertamina Bitung" Laporan Penelitian. Universitas Sam Ratulani
Maddusa.
Perwitasari, D. and Tualeka, A. R. (2014) ‗Faktor yang Berhubungan dengan
Kelelahan Kerja Subyektif pada Perawat di RSUD DR. Mohamad Soewandhie
Surabaya‘, 1, pp. 15– 13. Available at: http://journal.unair.ac.id/.
Atiqoh, J. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV Aneka Garment Gunungpati Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Volume 2, Nomor 2, Februari 2014.
Perwitasari, D. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Subjektif
pada Perawat di Rsud Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya. The Indonesian
Journal of Safety, Health and Environment. Volume 1 No. 1, Januari–April 2014.
Gurusinga, D., Camelia, A., & Purba, I. G. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang
berhubungan Dengan Kelelahan Kerja pada Operator Pabrik Gula PT. PN VII
Cinta Manis Tahun 2013. 6, 83–91.
Deyular, B. 2018. Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kelelahan
Kerja Pada Pekerja Pembuat Kerupuk Opak di Desa Ngadikerso, Kabupaten
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6:.4-(278)
Juliana, M. 2018. Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja Pada Karyawan Bagian
Produksi PT. Arwana Anugerah Keramik, Tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
9:1(58-59)
Nisa’, Agustina Zahrotun dan Tri Martiana. “Faktor yang Mempengaruhi Keluhan
Kelelahan pada Teknisi Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya 2013”. Skripsi.
Surabaya, 2013
Lerman, E. Steven et al. 2012. Fatigue risk m a n a g e m e n t in t h e w o r k pla c
e . Los Angeles: American Collage of Occupational and Environmental Medicine.
Riyanti, Fajar Anita. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
kerja pada pekerja bagian produksi di PT Cosmar Indonesia Serpong Tahun 2011.
Skiripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, Syarif
Hidayatullah Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1821/1/FEBRIA
%20SURYANIFKIK.PDF. Diakses: 10 Januari 2017
Chesnal, H. Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, dan Status Gizi dengan
Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi PT. Putra Karangetang
Popontolen Minahasa Selatan. Artikel Penelitian Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado. 2014.
Mariani J. Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja Pada Karyawan Bagian
Produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Maret, 9(1):53-63. 2018.
Arsyad. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Bongkar Muat Di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (Koperbam)
Teluk Bayur Padang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Andalas.

81
Muizzudin, A. 2013. Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas Kerja pada
Pekerja Tenun di PT. Alkatex Tegal. Unnes Journal of Public Health UJPH 2 (4)
2013.
Verawati, L. 2016. Gambaran Kelelahan Kerja Subjektif dan Produktivitas (Studi
pada Tenaga Kerja Bagian Pengemasan di Pabrik Krupuk CV. Sumber Barokah.
Skripsi Surabaya: Universitas Airlangga.
Rachmawati, Annisa. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan
Kerja. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas M.H Thamrin.

82
83
L
A

1
Lampiran : 1

Hasil Analisis Univariat

Kelelahan Kerja
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 15 37.5 37.5 37.5
Ya 25 62.5 62.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < 45 Tahun, Tidak
17 42.5 42.5 42.5
Berisiko
≥ 45Tahun, Berisiko 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah 19 47.5 47.5 47.5
Tinggi 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Status Gizi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Gizi Normal (18,0-
18 45.0 45.0 45.0
25,0)
Gizi Tidak Normal
22 55.0 55.0 100.0
( Overweight), >25,0
Total 40 100.0 100.0

2
Masa Kerja
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Berisiko 24 60.0 60.0 60.0
Tidak
16 40.0 40.0 100.0
Berisiko
Total 40 100.0 100.0

3
Lampiran : 2

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL SKRIPSI

STIKes Kharisma Karawang

Nama Dosen Pembimbing I: Ns. Endah Indrawati, M.Kep


Nama Mahasiswa: Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
NIM: 0433131420116023
Program Studi: Sarjana Ilmu Keperawatan

4
JADWAL BIMBINGAN
NO HARI/ TTD
TANGGAL KONSULTASI SARAN PEMBIMBING
1. 14-02-2020 Menyerahkan Mencari Jurnal dan
Judul Proposal Fenomena, dan
membuat draft bab
1

2. 16-02-2020 Menyerahkan Perbanyak Jurnal


draft Bab I

3. 21-02-2020 Menyerahkan Lanjut Studi


jurnal dan Pendahuluan
perbaikan
penulisan draft
bab 1

4. 25-02-2020 Menyeerahkan Pertajam dan


Revisi draft bab perjelas hasil studi
1 beserta hasil pendahuluan
studi
pendahuluan

5. 28-02-2020 Menyerahkan Rapihkan tujuan


hasil revisi draft khusus
bab 1

6. 02-03-2020 Menyerahkan Acc Bab 1,


hasil revisi draft Lanjutkan Buat
bab 1 dan Draft Bab 2
perbaikan tujuan
khusus

5
7 05-03-2020 Menyerahkan Perbaiki Penulisan
draft Bab 2 Bab 2

8 10-03-2020 Menyerahkan Acc Bab 2, dan


hasil revisi Bab Lanjut Konsul
2 Pembingbing 2

9 01-06-2020
Menyerahkan Perbaiki hasil
Draft Bab 6 penelitian dan
tambahkan teori bab
2

10 10-06-2020 Acc Bab 6 Rapihkan etika


penulisan

Lampiran : 3

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL SKRIPSI

6
STIKes Kharisma Karawang

Nama Dosen Pembimbing II: Ernirita., Skp., M. Epid


Nama Mahasiswa: Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
NIM: 0433131420116023
Program Studi: Sarjana Ilmu Keperawatan

JADWAL BIMBINGAN
NO HARI/ TTD
TANGGAL KONSULTASI SARAN PEMBIMBING

7
1. 11-03-2020 Menyerahkan Rapihkan Etika
hasil bab 1, 2 Penulisan Bab 1 dan
pembingbing 1 Bab 2 Perbaiki
Kerangka Teori,
beserta membuat
draft bab 3

2. 13-03-2020
Menyerahkan
draft Bab 3 Perbaiki kerangka
teori

3. 16-03-2020
Menyerahkan
revisi bab 3 Perbaiki definisi
operasional

4. 20-03-2020
Menyerahkan
hasil studi Perbaiki rumus
penelitian dan sampel, dan
Draft bab 4 pengetikan etika
penelitian
5. 24-03-2020
Menyerahkan
hasil revisi bab
3 dan Bab 4 Perbaiki definisi
operasional
6. 27-04-2020
Menyerahkan
hasil revisi
rumus sampel Perbaiki etika
penulisan, dan
definisi operasional
7. 01-04-2020

Menyerahkan
hasil revisi
definisi perbaiki hasil
8. 06-04-2020 operasional kriteria inklusi

Menyerahkan
hasil revisi
kritesia inklusi perbaiki kriteria

8
9. 15-04-2020 inklusi dan ekslusi

Menyerahkan
hasil revisi perbaiki uji validitas
10. 21-04-2020 kriteria inklusi dan reliabilitas

perbaiki etika
Menyerahkan penulisan dan lanjut
11 24-04-2020 hasil revisi uji studi penelitian
validitas dan
reliabilitas

12 01-05-2020 perbaiki hasil


Menyerahkan Analisa univariat
hasi studi
penelitian
13 10-05-2020 Perbaiki Hasil
Analisa Bivariat
Menyerahkan
hasil revisi
Analisa
univariat Acc Bab 3 dan Bab
4, rapihkan etika
penulisan Bab 5 dan
Menyerahkan Lanjut Konsul Bab 6
Analisa Bivariat Ke Pembingbing 1

9
Lampiran : 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes KHARISMA KARAWANG
Kepada
Yth :
Ka. BAAK
Di tempat
SURAT PENGANTAR
Dengan ini mohon dibuatkan surat untuk melakukan studi pendahuluan :
Nama Mahasiswa : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman

NIM : 0433131420116023

Tingkat/ Semester : 4A/8

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja

Pada Karyawan Produksi di PT. Y Karawang

Tempat Penelitian : PT. Y

Waktu Penelitian : Selasa, 25 Februari 2020

Demikianlah surat pengantar ini dibuat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Endah Indrawati, M.Kep ) ( Ernirita.,Skp., M.Epid )

10
Lampiran 5

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes KHARISMA KARAWANG

Kepada
Yth :
Ka. BAAK
Di tempat
SURAT PENGANTAR
Dengan ini mohon dibuatkan surat untuk melakukan studi penelitian :
Nama Mahasiswa : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman

NIM : 0433131420116023

Tingkat/ Semester : 4A/8

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja

Pada Karyawan Produksi di PT. Y Karawang

Tempat Penelitian : PT. Y

Waktu Penelitian : Senin, 22 Juni 2020

Demikianlah surat pengantar ini dibuat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Endah Indrawati, M. Kep) ( Ernirita.,Skp., M.Epid )

11
Lampiran : 6

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Bapak/Ibu Calon Responden
Di Karawang

Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Kharisma Karawang.
Nama : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
NIM : 0433131420116023

Akan melakukan penelitian dengan judul: “Faktor-faktor Yang Berhubungan


Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di PT. Y Karawang Tahun 2020”.
Bersama ini saya mohon bapak/ibu untuk menjadi responden.

Atas perhatian dan partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini saya ucapkan
terimakasih.

Peneliti

Muhammad Ifadh Arifqy J

12
Lampiran : 7

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi
dalam penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes
Kharisma Karawang, dengan judul:“Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di PT. Y Karawang Tahun 2020”.

Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini, dan saya mengetahui bahwa
informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan
pengetahuan khususnya keperawatan.

Dengan ini saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun
menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Karawang, ……………………….2020

(………………………….)

13
Lampiran : 8

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA
PEGAWAI DI PERUSAHAAN ENVICON EKATAMA KARAWANG
TAHUN 2020

I. IDENTIFIKASI

NO. Responden :
Tanggal/bulan/tahun :

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN


NAMA :
USIA : Tahun
JENIS KELAMIN : P/L
TINGGI BADAN :
BERAT BADAN :

III. PENDIDIKAN:
A. SD
B. SMP
C. SMA
D. PT/AKADEMIK

IV. MASA KERJA

Sudah berapa lama anda bekerja di perusahaan ?


A. <10 Tahun
B. >10 Tahun

V. BEBAN KERJA

Tekanan Darah: mmHg


Denyut nadi : Denyut/menit

14
Lampiran : 9

VI. KUESIONER ALAT UKUR PERASAAN KELELAHAN KERJA


(KAUPK2)

NO Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda merasa susah 1. Ya
berpikir pada saat dan setelah 2. Tidak
bekerja?
2. Apakah anda merasa enggan 1. Ya
atau lelah saat berbicara? 2. Tidak
Apakah anda merasa gugup 1. Ya
3 setelah bekerja? 2. Tidak
.
4. Apakah anda merasa susah 1. Ya
berkonsentrasi setelah bekerja? 2. Tidak
5. Apakah anda sulit memusatkan 1. Ya
perhatian? 2. Tidak
6. Apakah anda sering merasa lupa 1. Ya
dalam waktu dekat ini? 2. Tidak
7. Apakah anda merasa kurang 1. Ya
percaya diri setelah bekerja? 2. Tidak
8. Apakah anda merasa cemas? 1. Ya
2. Tidak
9. Apakah anda merasa sulit untuk 1. Ya
mengontrol sikap setelah 2. Tidak
bekerja?
10. Apakah anda merasa malas 1. Ya
dalam melakukan pekerjaan 2. Tidak
anda?
11. Apakah anda merasa sakit 1. Ya
kepala setelah bekerja? 2. Tidak
12. Apakah bahu anda terasa kaku 1. Ya
setelah bekerja? 2. Tidak
13. Apakah anda merasa nyeri pada 1. Ya
punggung setelah bekerja? 2. Tidak
14. Apakah napasanda terasa sesak 1. Ya
pada saat dan setelah bekerja? 2. Tidak
15. Apakah tenggorokan anda 1. Ya
terasa haus `setelah bekerja? 2. Tidak
16. Apakah suara anda terasa serak 1. Ya
setelah bekerja? 2. Tidak
17. Apakah anda pernah merasakan 1. Ya
bagian tubuh anda gemetaran 2. Tidak
tanpa disadari pada saat dan

15
setelah bekerja?

Lampiran : 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman

Tempat/tgl lahir : Karawang, 12 Mei 1998

Agama : Islam

Jumlah Saudara :-

Alamat : Perumahan Jomin Estate B4/19 RT 001/RW 009,

Kec.Kota Baru, Cikampek, Kabupaten Karawang

Telepon : 089638220116/087863056423

Email : mifadharifqyj@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. TK/RA Al-Murtadlo Tahun 2002-2004

2. SD/MI Al-Murtadlo Tahun 2004-2010

3. SMPN 1 Cikampek Tahun 2010-2013

4. SMAN 1 Cikampek Tahun 2013-2016

5. STIKes Kharisma Karawang Program Studi S1 Keperawatan Reguler

Angkatan IX Tahun 2016-2020

6. STIKes Jendral Achmad Yani Program Studi Profesi Ners Reguler Tahun

2020-selesai

16

Anda mungkin juga menyukai