Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Aplikasi Keperawatan Medikal Bedah Dasar
Koordinator Aplikasi Keperawatan Medikal Bedah Dasar:
Ibu Susilawati,M.Kep.,ns.Sp.KMB
Dosen Pembimbing Aplikasi Keperawatan Medikal Bedah Dasar:
Ibu Rita Fitri Yulita, M.Kep
Disusun Oleh :
Sri Atun
NPM : 215120038
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat di perbaiki sebagaimana
mestinya.
Akhir kata kami berharap semoga tugas Asuhan keperawatan pasien stroke dalam
keperawatan medikal bedah dasar ini berguna dan dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Tujuan Masalah.............................................................................................3
C. Metode Penyusunan......................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................5
1. Konsep Selulitis............................................................................................5
2. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................27
A. Pengkajian...................................................................................................27
B. Analisa Data................................................................................................36
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas............................................39
D. Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................40
E. Implementasi Dan Evaluasi........................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................72
A. Kesimpulan.....................................................................................................72
B. Saran............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
melibatkan dermis dan jaringan subkutan (Sullivan dan Bara, 2018). Faktor
resiko terjadinya selulitis yang paling umum adalah edema, terutama lymphedema
karena cairan limfatik dianggap memfasilitasi pertumbuhan bakteri. Faktor
lain seperti usia, obesitas, insufisiensi vena, tinea pedis, trauma, dermatitis,
dan lainnya (Pavlotsky, 2004).
Strategi yang perlu dilakukan adalah pemberian edukasi perawatan mandiri dan
dukungan karena sangat berpotensi untuk mencegah terjadinya komplikasi akut
maupun kronis, hal ini dilakukan secara terus menerus (Anggreini & Lahagu,
2021).
B. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan secara langsung dan
mendokumentasikannya secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual dengan proses pendekatan keperawatan pada pasien
1
2
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penyusunan makalah ini dengan pasien
diagnosa selulitis dan stroke infark pada Tn. R meliputi :
a. Mengidentifikasi gambaran pengkajian pada Tn.R dengan penyakit
Selulitis di ruang Filipus RS Immanuel Provinsi Jawa Barat.
b. Menyusun diagnosa keperawatan pada Tn.R dengan penyakit selulitis
di ruang Filipus RS Immanuel Provinsi Jawa Barat.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Tn.R dengan penyakit
selulitis di ruang Filipus RS. Immanuel Provinsi Jawa Barat.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.R dengan penyakit
selulitis di ruang filifus RS Immanuel Provinsi Jawa Barat.
e. Mengevaluasi hasil intervensi keperawatan pada Tn.R dengan
penyakit selulitis di ruang filipus RS Immanuel Provinsi Jawa Barat.
C. Metode Penyusunan
Dalam pembahasan laporan hasil asuhan keperawatan yang berjudul “
Asuhan Keperawatan pada Tn.R dengan selulitis di ruang filipus RS Immanuel
Provinsi Jawa Barat” penyusun membagi dalam V BAB, yaitu sebagai beikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penyusun menguraikan mengenai fenomena selulitis, membahas
tujuan masalah dan metode penyusunan makalah.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini penyusun menguaraikan mengenai konsep penyakit selulitis meliputi
definisi, etiologi, tanda dan gejala, patomekanisme, dan penatalaksanaan medis.
Pada bab ini juga penyusun menguraikan mengenai konsep asuhan keperawatan
secara umum meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan asuhan
keperawatan.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pada bab ini penyusun menguraikan mengenai data hasil pengkajian, analisa data,
asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi pada Tn.R dengan diagnosa
medis Selulitis.
3
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penyusun membahas mengenai perbandingan antara teori dan
kejadian yang sebenarnya terjadi termasuk penyebab dan perubahan yang dialami
pasien.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penyusun menguraikan mengenai kesimpulan laporan kasus yang
disesuaikan dengan tujuan pembahasan laporan kasus serta saran yang berkaitan
dengan kelanjutan asuhan keperawatan pada Tn.R.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Konsep Celluliis
A. Definisi
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri
S.aureus dan atau Streptococcus ( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan
jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke
dalam pembuluh getah bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi
bisa menyebar ke seluruh tubuh.
Selulitis merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan
karakteristik sebagai berikut :
B. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur, namun
ada beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu :
a. Infeksi bakteri dan jamur
Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus
grup B
Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang
diakibatkan jamur termasuk jarang.
S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain
Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
Kulit kering
Eksim
5
Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan
darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit
potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang
sirkulasi darahnya memprihatinkan.
Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin
mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia
lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah
immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga
mempermudah infeksi.
Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga
mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi.
Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan
potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi
jalan masuk bakteri penginfeksi.
6
C. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan
organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya
cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika:
Penderita berusia lanjut
Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan
7
D. Anatomi Fisiologi
E. fgegeg
F. Tipe Diet Nutrisi
1. Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan yang kemudian
diikuti dengan diet untuk mempertahankan berat badan. Pasien DM
yang menjalani diet rendah kalori harus menyadari perlunya
penurunan berat badan dan berat badan yang diturunkan tidak boleh
dibiarkan naik kembali.
2. Sistem penukaran hidrat arang
Sistem penukarang hidratarang digunakan untuk pasien-pasien DM
yang mendapatkan suntikan insulin atau obat-obatan hipoglikemik
oral dengan dosisi tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan
diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh seseorang pasien DM, tetapi
mempunyai kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi
ketimbang diet tipe bebas gula (Hasriani, 2018).
G. Pemilihan Jenis Makanan
Makanan yang dainjurkan untuk pasien Celulitis adalah makanan yang
mengandung sumber karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi dan sagu), mengandung protein rendah lemak (seperti ikan,
ayam tanpa kulit,tempe, tahu dan kacang- kacangan) dan sumber lemak
dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara
dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar). Makanan yang mengandung
karbohidrat alamiah berserat juga dianjurkan, misalkan roti yang terbuat
dari biji gandum, sayuran, kacang- kacangan, serta buah segar (Hasriani,
2018).
Makanan untuk diet Celulitis biasanya kurang bervariasi, sehingga
banyak penderita Celulitis yang merasa bosan, sehingga variasi diperlukan
agar penderita tidak merasa bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan
penggunaan makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan
makanan yang digantikan.
H. Pengaturan Jadwal Makan
Penderita celulitis makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama dan
10
3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar
untuk penderita DM yaitu: (Rianty, 2017)
TB (m)
11
kebutuhan akan pencegahan pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan
kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi,
pengetahuan dan keinginan manusia.
c. Paradigma Keperawatan
Keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/ bantuan dan teknologi. Tujuan
dari keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan
perawatan sendiri, diantaranya mempertahankan kesehatan, mecapai kondisi
normal ketika terjadi kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi
dan meminimalisasi efek dari penyakit/ kondisi yang kronis atau kondisi
ketidakmampuan.
d. Karakteristik Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang
berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik
diantaranya: pertama, teori keperawatan mengidentifikasi menjabarkan konsep
khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga
teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam.
Kedua, teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang
sesuai dengan kenyataan yang ada.
e. Asuhan Keperawatan
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kebutuhan hidup,memelihara kesehatan dan
kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal dengan self care (perawatan
diri)/ defisit teori.
13
FORMAT PENGKAJIAN
APLIKASI TEORI MODEL SELF CARE OREM
(Universal Self care, Development Self care. Health Deviation)
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal masuk :
Ruang /Kelas :
Nomor Kamar :
a. Identitas Pasien
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku/Bangsa :
6. Pendidikan :
7. Pekerjaan :
8. Status Perkawinan :
9. Alamat :
10. Nomer Telp
b. Riwayat Sakit Dan Kesehatan
1. Keluhan Utama :
2. Penyakit Yang Diderita :
3. Riwayat kesehatan keluarga :
4. Susunan keluarga :
c. Kebutuhan
1. Pemeliharaan Kebutuhan Udara atau Oksigen
- Gangguan pernafasan :
- Alat bantu pernafasan :
- Sirkulasi udara :
- Letak tempat tinggal :
2. Pemeliharaan Kebutuhan Air
- Sumber air yang digunakan :
- Konsumsi air :
- Kondisi air :
- Skala mandi : x/hari
15
e. Pemeriksaan Diagnostik
- USG :
- CT SCAN :
- RO :
f. Terapi
17
Air
1. Apakah air yang anda konsumsi higienis?
2. Apakah air yang anda gunakan jernih atau keruh?
3. Berasal dari mana air yang anda gunakan?
Makanan
1. Apakah makanan yang anda konsumsi sudah mengandung 4 sehat 5
sempurna?
2. Apakah pola makan anda sudah teratur?
3. Apakah anda sering makan makanan yang berbahan pengawet?
Proses eliminasi dan ekskresi
1. Apakah air yang anda minum sama dengan yang anda keluarkan?
2. Bagaimana frekuensi BAB dan BAK anda?
3. Bagaimana warna feses dan air seni anda?
Istirahat
1. Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada waktu
anda beristirahat?
2. Apakah anda pernah mengalami insomnia?
3. Berapa jam anda tidur?
Interaksi sosial
1. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang lain?
2. Apakah interaksi anda dengan sesama baik?
Kesehatan
1. Apakah anada mempunyai alergi terhadap obat?
2. Apakah anda mengonsumsi alkohol?
3. Apa saja penyakit yang pernah anda derita?
Hubungan sosial
18
1. Nama :
2. Usia : Tahun
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Agama :
6. Pekerjaan :
7. Status perkawinan :
8. Nomer Telp :
9. Alamat :
Identitas Penanggung Jawab
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Nomer telp :
7. Hubungan dengan pasien :
Riwayat kesehatan
1. Adakah penyakit keturunan?
2. Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Jika iya, menderita penyakit apa?
3. Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak?
4. Obat apa saja yang pernah digunakan?
5. Apa yang anda rasakan saat ini?
6. Bagaimana status kesehatan anda secara umum?
7. Penanggulangan kesehatan seperti apa yang bisa anda lakukan dirumah?
8. Apakah anda perokok? (Ya/Tidak)
9. Apakah anda peminum minuman beralkohol? (Ya/Tidak)
10. Apakah anda pengguna obat-obatan terlarang? (Ya/Tidak)
11. Apakah anda sering tidak larut malam? (Ya/Tidak)
12. Apakah pemenuhan nutrisi anda teratur? (Ya/Tidak). Alasan?
13. Apakah BAK dan BAB anda teratur? (Ya/Tidak)
14. Apakah kebutuhan cairan anda terpenuhi? (Ya/Tidak)
20
3. Pemeriksaan wajah
4. Pemeriksaan kepala dan leher
5. Pemeriksaan toherks atau dada
6. Pemeriksaan abdomen
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
9. Pemeriksaan ektremitas atau muskuluskeletal
10. Pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan
11. Pemeriksaan fungsi penglihatan
12. Pemeriksaan fungsi neurologis
13. Pemeriksaan kulit atau integument
14. Pemeriksaan penunjang atau diagnostik medik
15. Kebutuhan pasien
1. kebutuhan oksigen
2. kebutuhan cairan
3. kebutuhan nutrisi
4. kebutuhan eliminasi
5. interaksi sosial
6. istirahat dan tidur
7. konsep diri
Penangan
1. tindakan preventif yang di lakukan untuk mengatasi masalah
2. halangan untuk melakukan tindakan preventif
Diagnosa Keperawatan
21
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
22
A. Rencana Keperawatan
meredakan nyeri
2. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
3. Ajarkan tekhnik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian
resep analgetik.
3. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Perawatan integritas kulit Observasi
integritas jaringan Observasi 1. Paparan sinar matahari dapat memicu
keperawatan selama 3x24
1. Identifikasi penyebab gangguan respon bagian dalam tubuh pada orang
jam, kerusakan integritas integritas kulit (suhu lingkungan yang rentan. Ruam pada kulit terjadi
ekstrem) karena kulit mengalami sensitivitas
jaringan dapat teratasi
Terapeutik terhadap cahaya
dengan kriteria hasil: 1. Gunakan produk berbahan Terapeutik
- Integritas kulit dan ringan/alami dan hipoalergi pada 2. Untuk memilimalisir terjadinya alergi
kulit sensitive pada kulit
jaringan meningkat Edukasi Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab 3. Melindungi kulit dan kerusakan akibat
(lation, serum) 4. sinar matahari
2. Anjurkan minum air yang cukup 5. Menjaga kelembaban kulit
3. Anjurkan meningkatkan buah dan 6. Untuk menghidari munculnya ruam
sayur pada kulit
4. Anjurkan untuk mengindari 7. Untuk menyerap atau membelokan
terpaparnya suhu esktrem sinar ultraviolet
5. Anjurkan menggunakan tabir surya 8. Untuk menghindari paparan sinar
sun protection factor (SPF) minimal matahari secara langsung
30 saat berada diluar rumah
6. Anjurkan untuk memakai Untuk menghindari paparan sinar
payung/topi dan baju tertutup pada matahari secara langsung
saat keluar rumah.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Tn. R
b. Jenis Kelamin : Pria
c. Tanggal Lahir : 15 Juni 1957
d. Usia : 65 tahun
e. Agama : Islam
f. Status perkawianan : Menikah
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Pendidikan : SD
i. Alamat : Jl. Kopo
j. Nomor CM : 01434892
k. Diagnosa Medis : Cellulitis & Stroke Infark
l. Tanggal Pengkajian : 28 November 2022
m. Tanggal Masuk RS : 28 November 2022 Jam 10.00
Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. I
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pendidikan : SMP
d. Hubungan dengan Pasien : Anak Pertama
e. Alamat : Jl. Kopo
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien Riwayat Penyait Sekarang
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh tangan kanan dan kaki kanan lemas tidak bisa
digerakan
2) Kronologi penyakit saat ini
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh jalan kaki serasa
25
Genogram
26
Keterangan :
: Perempuan yang meninggal
: Laki-laki yang meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien perempuan
-------- : serumah
Minum
Jenis Air teh, teh manis Air Putih
air putih jarang 1 gelas
Frekuensi 6 Gelas/Hari 150-300 cc/Hari
Jumlah (cc) dan minuman Tidak ada
900-1000cc
Keluhan Kurang lebih
Tidak Ada
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 2 hari sekali Belum BAB
Warna kuning sejak 2 hari yang
Konsistensi lunak lalu
Keluhan Tidak Ada Tidak ada
Tidak Ada
BAK
Frekuensi 4-6 kali 2 x dari pagi
Warna Kuning sampe siang
Jumlah (cc) Banyak menggunakan
Keluhan Tidak Ada diapers
Kuning
500-600 cc
Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Waktu tidur
o Malam, pukul 4-5 jam Tidur 3-4 jam
o Siang, pukul Tidak tentu
Lamanya Jarang 1 jam
Keluhan 1 – 2 Jam Sulit tidur saat
Tidak Ada siang dan malam
hari
4 Kebiasaan diri
Mandi 2x/hari 1x/hari di waslap
28
sosial
Berdasarkan hasil pemeriksaan klien di diagnosa stroke dan selulitis
dan mendapatkan therapi. Klien mengatakan akan mematuhi dan
mengikuti semua program pengobatan
4. Developmental Self Care Requisites
Perubahan fisik pada pasien Tn.R dengan Cellulitis dan Stroke antara lain,
menimbulkan peningkatan dalam berkemih,selera makan, keletihan,
kelemahan. Dan klien karena parese sebelah kanan mengalami
ketergantungan dalam memenuhu ADL nya
5. Health Deviation Self Care Requisites
Pada pasien Tn.R dengan Cellulitis dan Stroke terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan yang harus dipenuhi dengan kemampuan yang dimiliki.
Pasien Cellulitis dan stroke akan mengalami penurunan pola makan dan
adanya komplikasi yang dapat menghalangi aktivitas sehari-hari seperti
kesulitan dalam berbicara karena mengalami ganggua komunikasi verbal.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kondisi klien secara umum
Penampilan umum : Pasien tampak pucat
Kesadaran : Compos mentis
GCS 15 (E 5 M 6 V 5)
Tanda-tanda vital : TD = 140/71 mmHg
HR = 75 kali/menit
RR = 22 kali/menit
S = 36,3 0C
Status Antopometri : BB = 65 kg
TB = 165 cm
IMT = 23.9
2) keadaan kulit: warna kulit kuning langsat, turgor kulit kaki
sedikit kering, kelainan kulit ada di area kaki sebelah kiri
terdapat luka.
3) Kepala
30
f. Sistem Muskulokeletal
Pasien mampu menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan
baik. Skala otot pasien :
1 5
5 5
g. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Sistem Reproduksi
Keadaan genetalia bersih dan tidak ada kelainan.
i. Sistem Integumen
j. Ekstremitas
Jari tangan kumplit ada 10, tangan kiri terbatas karena di pasang infus.
Jari kaki kumplit berjumlah 10, Kekuatan tangan kanan 1 tangan kiri 5
dan kaki kanan 5 sedangkan kaki kiri 5. Sensasi tangan dan kaki
pasien masih bisa merasakan, refleks patela tangan kanan dan kiri
serta kaki kanan dan kiri ada respon.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
28-11-2022 dilakukan pemeriksaan photo thorax AP
Kesan : Kardiomegali tanpa bendungan paru. Tidak tampak TB
paru aktif dan pneumonia. Artherosklerosis aorta.
b. Labolatorium
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 09-04-2022 dengan hasil
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem/Masalah
1. DS : Selulitis Risiko Infeksi B.d
- Pasien mengatakan gatal ↓ Adanya Akselerasi
diarea ekstremitas bagian Bakteri jaringan pada syaraf
bawah ↓
Luka
DO : ↓
- Bising usus 9x/m Dolor
- TB : 165 cm ↓
- BB : 65Kg Akselera
- Membran mukosa si
pucat, lidah putih jaringan
- Otot pengunyahan dan syaraf
penelanan lemah sekitar
↓
Infeksi
Jaringan
Subkutan
↓
Risiko Infeksi
34
pelembab (Lotion)
07.00 1-3
Rabu, Operan DX 1. Risiko Infeksi
30 dinas S : pasien mengatakan luka di area
07.30 1-3
November Observ ekstremitas sudah dilakukan pembersihan
2022 asi secara berkala
08.00 1
TTv O:
R : TD = 120/80 mmHg, HR = 75 - TD = 130/25 mmHg, HR = 8 5
kali/menit, RR = 20 kali/menit, S = kali/menit, RR = 20 kali/menit, S =
36,7 0C 36,3 0C
Monitor tanda infeksi lanjutan - kadar glukosa pasien 88 mg/dL
A : masalah belum teratasi
R : ganti balutan pada area luka
P : lanjutkan intervensi
ekstremitas bagian bawah. ajarkan cara merawat kulit pada edema
monitor tanda-tanda infeksi lanjutan
12.00
R : Anjurkan menggunakan tabir surya
sun protection factor (SPF) minimal 30
saat berada diluar rumah
DX 2. Nyeri Akut
S : pasien mengatakan Nyeri berkurang
09.00 2 diarea luka ekstremitas kaki sebelah kiri
R : Memonitor Skala Nyeri , kualitas
O:
nyeri
- TD = 160/71 mmHg, HR = 90
kali/menit, RR = 20 kali/menit, S =
36,3 0C
- kadar glukosa pasien 88 mg/dL
09.30 2 - Skala Nyeri 4 (0-10)
R : mengajarkan tekhnik relaksasi A : masalah teratasi sebagian
distraksi P : lanjutkan intervensi
Ajarkan Pasien Memonitor Status Nyeri
Ajarkan Tekhnik relaksasi distraksi
Ajarkan Tekhnik relaksasi distraksi
10.00
R : Memonitor vital sign.
48
dalam pengendalian kadar gula darah. Terapi pada DM memiliki tujuan utama
yaitu untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat DM dengan cara
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara memelihara kualitas hidup yang baik dan menjaga kadar
glukosa darah dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia.Perawat dalam
menerapkan teori self care, memiliki peran sebagai fasilitator, educator, dan
advocate bagi klien Diabetes Mellitus dalam mempertahankan seoptimal
mungkin kemampuan yang dimiliki klien sehingga mencapai status kesehatan
yang optimal. Penerapan self care Orem untuk asuhan keperawatan dimulai
dari penelitian/pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, melaksanakan keperawatan serta evaluasi (Abrahim, 2011)
(Dalam Jurnal Jon Hafan, 2014).
51
52
52
53
53
54
rutin (Shiu & Wong, 2002). Dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan melakukan pengontrolan gula darah secara rutin tidak menjamin
bahwa seorang pasien akan merasa mampu dan siap dalam menerapkan strategi
mencegah hipoglikemia.
54
55
55
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada saat dilakukan pengkajian pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi,
diabetes mellitus sejak 3 tahun yang lalu karena suka makanan yang
manis-manis dan mempunyai riwayat gastritis. Menurut AAY, (2016),
diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai
normal akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Penyakit ini dapat menyerang semua lapisan umur serta tidak
membedakan status sosial dari penderita. Gejala klinis yang khas pada
DM yaitu “Triaspoli” polidipsi (banyak minum), poliphagia (banyak
makan) & poliuri (banyak kencing), disamping disertai dengan keluhan
sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan terasa lemas, berat
badan menurun drastis, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh, terjadi
gangguan mata, dan disfungsi ereksi, yang merupakan gejala-gejala klasik
yang umumnya terjadi pada penderita.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pada bagian kepala pasien setalah dikaji pasien
terpasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, kemampuan
bicara pasien rero. Pasien stroke dapat pula menunjukkan gejala bicara
tidak jelas (pelo) atau tidak dapat berbicara (afasia). Hal ini pada
umumnya disebabkan oleh karena kelumpuhan saraf otak nomor 12 atau
lobus frontal-temporal di otak (Pinzon & Asanti, 2010) Bibir pada pasien
kering, warna lidah keputihan, terdapat karies dan tercium bau keton.
Penderita penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol yang
menimbulkan bau mulut dengan aroma mirip buah pir, hal ini disebabkan
oleh karena ketoasidosis, dimana tubuh menggunakan lemak karena tidak
adanya glukosa akibat terlalu sedikitnya insulin dalam darah atau jika
resistensi insulin terlalu tinggi yang menyebabkan ambilan glukosa dalam
darah terganggu, hal ini menyebabkan
molekul asam yang dikenal sebagai keton membentuk produk limbah, limbah
keton dapat dieksresikan pada nafas yang menyebabkan bau mulut
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
E. Evaluasi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan glukosa darah puasa
Pada hari pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
pasien mengatakan sebelum sakit sering minum-minuman manis. Setelah
dilakukan pengkajian didapatkan hasil TD = 168/90 mmHg, HR = 84
kali/menit, RR = 20 kali/menit, S = 36,3 0C. Kadar glukosa pasien 383 mg/dL
(tinggi), pada saat dikaji bibir pasien terlihat kering, pasien mengatakan haus.
Pasien minum lewat mulut 4-5 sendok. Permasalahan pasien belum teratasi
sehingga untuk hari selanjutnya pasien direncanakan untuk diberikan intervensi
yang pertama yaitu monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi, selanjutnya memberikan asupan
cairan oral, konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk, anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri, anjurkan
kepatuhan terhadap diet dan olahraga, ajarkan pengelolaan diabetes.
Pada hari ke 3 setelah dilakukan intervensi pasien mengatakan merasa pusing.
Tekanan darah pasien masih tinggi yaitu 172/124 mmHg, nadi pasien 8-
x/menit, tidak ada sesak dengan nilai respirasi 22 x/menit, tidak ada demam juga
pada pasien dengan suhu 35,9oC. Kadar glukosa darah pasien masih tinggi yaitu
232 mg/dL. Masalah pasien masih belum teratasi sehingga intervensi masih
dilanjutka. Pada hari ke 4 keluhan pasien sudah berkurang Tekanan darah
163/117 mmHg, nadi 89 x/menit, respirasi 21 x/menit, suhu 36,9. Kadar glukosa
pasien 265 mg/dL. Pasien diperbolehkan pulang sehingga pasien dilakukan
discharge planning yaitu dengan memberikan edukasi dan mengajurkan pasien
untuk rajin mengecek kadar gula darah, melakukan diit makanan dan
menjelaskan jenis-jenis makanan yang sesuai dengan kondisi pasien dan
mengajarkan keluarga pasien untuk melakukan injeksi insulin. Pasien
mengatakan sudah memahami apa yang dijelaskan oleh perawat.
64
65
65
66
sulit duduk sendiri harus di bantu. Setelah dikaji pasien tampak lemah, pasien
berbaring di tempat tidur dan pada saat bangun perlu dibantu, kekuatan tangan
kanan 3 tangan kiri 5 dan kaki kanan 4 sedangkan kaki kiri 5. Masalah pasien
belum teratasi sehingga pasien dilanjutkan untuk pemberian intervensi dan
ditambah dengan rencana intervensi selanjutnya yaitu memonitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi, melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi, menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
terlebih dahulu kepada keluarga dan mengajarkan tekhnik ambulasi sederhana
dan menyuruh keluarga pasien agar melakukan ambulasi dini. Keluhan pasien
pada hari kedua masih sama, pasien masih tampak lemah dan berbaring di
tempat tidur. Masalah pasien belum teratasi sehingga intervensi pada pasien
masih melajutkan yang sebelumnya.
Setelah dilakukan intervensi pada pasien, di hari ketiga keluhan pasien dan
keadaan pasien masih sama dengan hari pertama dan kedua sehingga masalah
pasien belum teratasi dan masih melanjutkan intervensi sebelumnya yaitu
melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi,
menjelaskan tujuan dan prosedur ambuasi dan mengajurkan pasien melakukan
ambulasi dini. Pada hari ke 4 pasien masih mengeluh tangan kanannya masih
sulit digerakan, pasien diperbolehkan pulang sehingga intervensi pada pasien
dihentikan
4. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
Pada hari pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan menyampaikan pesan, pasien
juga sulit mempertahankan komunikasi dan sulit menggunakan ekspresi wajah.
Masalah pasien belum teratasi sehingga intervensi yang masih diberikan dan
ditambah dengan intervensi memonitor frustrasi, marah, depresi atau hal lain
yang menganggu bicara, mengidentifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai
bentuk komunikasi, menggunakan metode Komunikasi alternative dan
menyesuaikan gaya Komunikasi dengan kebutuhan pasien agar memudahkan
pasien dalam berkomunikasi dan memodifikasi lingkungan untuk
66
67
meminimalkan bantuan pasien juga di rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis.
Pada hari kedua setelah dikaji pasien lebih kesulitan dalam berbicara dan
menyampaikan pesan, pasien
,asih sulit mempertahankan komunikasi. Masalah pasien belum teratasi
sehingga intervensi masih dilakukan yang sebelumnya.
Pada hari ketiga pasien masih mengalami kesulitan dakan berbicara dan
menyampaikan pesan, pasien kemudian di rujuk ke ahli wicara untuk dilakukan
terapi bicara. Masalah pasien masih belum teratasi sehingga intervensi masih
dilanjutkan yaitu menggunakan metode komunikasi alternative dan
menyesuaikan daya komunikasi dengan kebutuhan pasien, pada hari ke 4 pasien
masih sulit berbicara, pasien diperbolehkan pulang sehingga pasien diberikan
edukasi dan diajarkan latihan berbicara A I U E O, pasien diberikan intervensi
kolaborasi dengan ahli wicara untuk dilakukan psioterapi wicara.
67
68
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
70
DAFTAR PUSTAKA
AAY, P. (2016). No Title p. Dm, 10–22.
Al-Ihsan, R. (2021). 10 Penyakit Besar RSUD Al-Ihsan. 2018.
Anggreini, S. N., & Lahagu, E. L. (2021). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang
diabetes melitus terhadap sikap pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah
puskesmas rejosari pekanbaru. XV(02), 62–71.
Antari, N., & Esmond, A. (2017). Diabetes Mellitus Tipe 2.
Arifin, N. A. W. (2021). Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii
Dengan Praktik Perawatan Kaki Dalam Mencegah Luka Di Wilayah Kelurahan
Cengkareng Barat. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 9(1), 1–10.
Fahra, R. U., Widayati, N., & Sutawardana, J. H. (2017). Hubungan peran perawat
sebagai edukator dengan perawatan diri pasien diabetes melitus tipe 2 di poli
penyakit dalam rumah sakit bina sehat jember. Jurnal NurseLine, 2(1), 67–72.
HASINA, S., & PUTRI, R. (2020). Penerapan Shalat Dan Doa Terhadap Pemaknaan
Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan, 12(1), 47–56.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i1.607
Hasriani. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi.
Infodatin. (2020). Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf.
Kunaryanti, K., Andriyani, A., & Wulandari, R. (2018). HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN TENTANG DIABETES MELLITUS DENGAN
PERILAKU MENGONTROL GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
Jurnal Kesehatan,
11(1), 49–55. https://doi.org/10.23917/jk.v11i1.7007
Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 240–252.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.240-252
Mokolomban, C., Wiyono, W. I., & Mpila, D. A. (2018). Kepatuhan Minum Obat
iii
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai Hipertensi Dengan Menggunakan
Metode Mmas-8. Pharmacon, 7(4), 69–78.
https://doi.org/10.35799/pha.7.2018.21424
Rianty, M. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Sari, N. P., Dharmawita, D., Sudiadnyani, N. P., & Fitriyani, F. (2020).
Perbandingan Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Motorik Pada Pasien
Yang Memiliki Faktor Resiko Diabetes Melitus, Hipertensi, Diabetes Melitus
& Hipertensi Di Rsud Dr.H Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2018.
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 7(1),
197–208. https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.220
Wahyu, A., Wati, L., & Fajri, M. (2019). Pengaruh Terapi AIUEO terhadap
Kemampuan Bicara Pasien Stroke yang Mengalami Afasia Motorik. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(2), 226–235. https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.787
iv