Anda di halaman 1dari 140

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEPATUHAN


PERAWAT DALAM PENERAPAN FIVE MOMENT
DI RUMAH SAKIT TK. III DR. REKSODIWIRYO
PADANG TAHUN 2022

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Strata 1 Keperawatan

Oleh

SILFIA AULIA
1810105030

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG TAHUN 2022
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Lengkap : Silfia Aulia
NIM : 1810105030
Tempat/ Tanggal Lahir : Sungai Penuh / 14 Agustus 2000
Tahun Masuk : 2018
Program Studi : S1 Keperawatan
Nama Pembimbing Akademik : Ns. Syalvia Oresti, M.Kep
Nama Pembimbing I : Dr. Ns. Asmawati, S. Kep, M.Kep
Nama Pembimbing II : Ns. Syalvia Oresti, M.Kep

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya
yang berjudul :

Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan


Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Agustus 2022

Silfia Aulia

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Silfia Aulia
NIM : 1810105030
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat dalam
Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji


Seminar skripsi Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Alifah Padang.

Padang, Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II

( Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep ) ( Ns. Syalvia Oresti, M.Kep )

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang


Ketua,

( Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep )

iii
PERNYATAAN PENGUJI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Silfia Aulia


NIM : 1810105030
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat dalam
Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan Penguji skripsi pada Program


Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I
(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep) (....................................)

Pembimbing II
(Ns. Syalvia Oresti, M.Kep) (....................................)

Penguji I
(Ns. Dorismita, S. Kep, M.Kep, FISQua) (....................................)

Penguji II
(Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep) (....................................)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah


Ketua,

( Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep )

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
Skripsi, Agustus 2022

Silfia Aulia
Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Five
Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022

xiv + 78 Halaman + 9 Tabel + 4 Gambar + 13 Lampiran

ABSTRAK

Prevalensi HAIs (Healthcare Associated Infection) di rumah sakit dunia


mencapai 9%, sedangkan di Indonesia sebesar 6,1% - 16,0%. Data PPIRS Rumah
Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang ditemukan hasil kejadian infeksi pada
bulan Januari-Maret 2020 sebesar 0,92%. Penelitian ini betujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kepatuhan perawat dalam penerapan
five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang telah
dilaksanakan dari bulan Februari – Agustus 2022. Populasi semua perawat rawat
inap berjumlah 48 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah total
sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data dianalisa
menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square.
Hasil penelitian didapatkan 52,1% perawat tidak patuh dalam menerapkan
five moment. Sebesar 45,8% perawat memiliki motivasi yang rendah. Sebesar
43,7% perawat memiliki sikap negatif. Sebesar 31,2% perawat dengan lama kerja
yang baru. Terdapat hubungan motivasi (p = 0,019), sikap (p = 0,038), dan lama
kerja perawat (p = 0,022) dengan kepatuhan perawat dalam penerapan five
moment.
Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan kepada pihak Rumah Sakit
terus memperhatikan pelaksanaan prosedur kerja terutama pada pelaksanaan five
moment hand hygiene terutama bagian jari dan kuku sehingga pelaksanaannya
bisa dilakukan secara optimal dalam upaya mencegah infeksi rumah sakit dan
sebagai upaya pelaksanaan keselamatan pasien sebagai budaya kerja. Motivasi,
sikap, dan kepatuhan perawat dapat ditingkatkan dengan memperhatikan keluhan
perawat yang memilki beban kerja berlebih.

Daftar Pustaka : 42 (2011 - 2021)


Kata Kunci : Motivasi, Sikap, Lama Kerja, Kepatuhan, Five Moment

v
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
Scription, August 2022

Silfia Aulia
Factors Related to Nurse Compliance in the Implementation of Five Moments in
Tk Hospital. III Dr. Reksodiwiryo Padang in 2022

xiv + 78 Pages + 9 Tables + 4 Images + 13 Attachments

ABSTRACT
The prevalence of HAIs (Healthcare Associated Infection) in world
hospitals reaches 9%, while in Indonesia it is 6.1% - 16.0%. Tk Hospital PPIRS
data. III Dr. Reksodiwiryo Padang found that the incidence of infection in
January-March 2020 was 0.92%. This study aims to determine the factors related
to nurse compliance in the application of five moments in Tk Hospital. III Dr.
Reksodiwiryo Padang in 2022.
This research is analytic with a cross sectional design that has been
carried out from February to August 2022. The population of all inpatient nurses
is 48 people with total sampling technique. Data were collected using a
questionnaire. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis with
Chi-Square statistical test.
The results showed that 52.1% of nurses were not obedient in applying the
five moments. 45.8% of nurses have low motivation. As many as 43.7% nurses
have a negative attitude. As many as 31.2% of nurses with a new length of work.
There is a relationship between motivation (p = 0.019), attitude (p = 0.038), and
length of work of nurses (p = 0.022) with nurses' compliance in the application of
five moments.
Based on the results of the study, it is hoped that the hospital will continue
to pay attention to the implementation of work procedures, especially in the
implementation of five moment hand hygiene, especially the fingers and nails so
that its implementation can be carried out optimally in an effort to prevent
hospital infections and as an effort to implement patient safety as a work culture.
The motivation, attitude, and compliance of nurses can be improved by paying
attention to the complaints of nurses who have excessive workloads.

References : 42 (2011 - 2021)


Keyword : Motivation, Attitude, Length of Work, Compliance, Five
Moment

vi
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Silfia Aulia


NIM : 1810105030
Tempat/ Tangal Lahir : Sungai Penuh / 14 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : S-1 Keperawatan
Agama : Islam
Alamat : Talawi Pasar Laban RT 004/003 Bungus Selatan
Status : Belum Menikah
Anak Ke : 2 (dua)
Nama Orangtua
Ayah : Asrul M (Alm)
Ibu : Cinta Murni (Alm)

Riwayat Pendidikan
1. TK Syatariah Lawang Agung Kerinci Sungai Penuh : 2004 – 2005
2. SDN 28 Karang Pauh : 2005 – 2011
3. SMPN 19 Padang : 2012 – 2015
4. SMAN 11 Padang : 2015 – 2018
5. STIKes Alifah Padang : 2018 – Sekarang
6.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat

dalam Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang

Tahun 2022”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Strata 1 pada Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Alifah Padang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, masukan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan

ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini serta sekaligus Ketua

STIKes Alifah Padang.

2. Ibu Ns. Syalvia Oresti, M.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep Ketua Program Studi Keperawatan.

4. Bapak/Ibu dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Alifah

Padang.

5. Pimpinan Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang beserta staf rumah

sakit maupun tenaga kesehatan yang telah memberikan izin penelitian.

viii
6. Teristimewa untuk kedua orang tua (Alm) saya yang telah banyak

memberikan dukungan dan kakak saya yang telah memberikan dukungan

moril maupun materil serta doa yang tulus sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu

peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga

Allah SWT selalu memberikan kemudahan kepada kita semua.

Padang, Agustus 2022

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT....................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .....................................................................iii
PERNYATAAN PENGUJI..................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP PENELITI..........................................................................vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................9
C. Tujuan Penelitian................................................................................10
D. Manfaat Penelitian..............................................................................11
E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan...........................................................................................13
B. Five Moments Hand Hygiene..............................................................26
C. Motivasi...............................................................................................32
D. Sikap....................................................................................................36
E. Lama Kerja..........................................................................................41
F. Kerangka Teori....................................................................................43

x
G. Kerangka Konsep................................................................................44
H. Definisi Operasional............................................................................45
I. Hipotesis Penelitian.............................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.................................................................47
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................47
C. Populasi dan Sampel...........................................................................47
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................48
E. Teknik Pengolahan Data.....................................................................49
F. Teknik Analisis Data...........................................................................51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian..................................................52
B. Karakteristik Responden.....................................................................53
C. Hasil Penelitian...................................................................................53
BAB V PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian.......................................................................59
B. Analisis Univariat................................................................................60
C. Analisis Bivariat..................................................................................68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.........................................................................................76
B. Saran....................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Definisi Operasional 45

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Rumah Sakit


Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022 53

4.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Penerapan


Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang Tahun 2022 54

4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat dalam Penerapan Five


Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022 54

4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Penerapan Five


Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022 55

4.5 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Perawat di Rumah Sakit


Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022 55

4.6 Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Perawat


Dalam Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022 56

4.7 Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Perawat Dalam


Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022 57

4.8 Hubungan Lama Kerja Perawat dengan Kepatuhan Perawat


Dalam Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 6 Langkah Hand Hygiene 24

2.2 Five moment Hand hygiene 28

2.3 Kerangka Teori 43

2.4 Kerangka Konsep 44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
1. Permohonan Kepada Responden
2. Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
3. Lembar Observasi dan Kuesioner Penelitian
4. Gant Chart
5. Master Tabel
6. Hasil Analisis Data
7. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari STIKes Alifah Padang
8. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang
9. Surat Izin Penelitian dari STIKes Alifah Padang
10. Surat Balasan Penelitian dari Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
11. Dokumentasi Penelitian
12. Lembar Konsultasi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Kemenkes

2018). Dalam memberikan pelayanan kesehatan tersebut, rumah sakit dapat

memberikan pelayanan yang berkualitas, sesuai dengan kewajiban rumah sakit

untuk membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut harus

bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar

prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan

mengutamakan keselamatan pasien (patient safety) (Arsabani dan Hadianti,

2019).

Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang keselamatan

pasien menyatakan salah satu sasaran keselamatan pasien adalah mengurangi

risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Kebijakan Kementerian Kesehatan

bahwa rumah sakit di Indonesia wajib mengikuti standar akreditasi nasional

empat pelayanan dasar, dimana patient safety merupakan standar pelayanan

yang menjadi target utama, termasuk di dalamnya tentang pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit.

Kejadian infeksi di pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated

Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara

1
2

di dunia, termasuk Indonesia. Forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC)

atau Global Health Security Agenda (GHSA) memberikan perhatian penting

pada penyakit infeksi terkait pelayanan untuk dibahas karena berdampak

secara langsung pada ekonomi negara. Prevalensi HAIs di rumah sakit dunia

mencapai 9% atau kurang lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit

seluruh dunia terkena infeksi silang di rumah sakit. World Health

Organization (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 8,70 % dari 55 rumah sakit

di 14 negara yang berada di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik

menunjukkan adanya HAIs. Prevalensi HAIs paling banyak di Mediterania

Timur dan Asia Tenggara yaitu sebesar 11,80% dan 10% sedangkan di Eropa

dan Pasifik Barat masing-masing sebesar 7,70% dan 9% (Julianingsih, 2021).

Angka kejadian HAIs di Indonesia rata-rata sekitar 9,1% dengan

variasi kejadian infeksi sebesar 6,1% - 16,0%. Angka kejadian HAIs di rumah

sakit pemerintah adalah 55,1% dan rumah sakit swasta 35,7% (Kemenkes,

2020). Upaya pencegahan dan pengendalian resiko penularan serta terjadinya

infeksi baik bagi pasien, keluarga pasien, masyarakat yang berkunjung

maupun petugas rumah sakit, salah satunya adalah menerapkan cuci tangan di

lima momen mencuci tangan (five moment hand hygiene) oleh tenaga

kesehatan (Arsabani dan Hadianti, 2019).

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan oleh karena itu

perawat memiliki peluang yang besar dalam implementasi five moment cuci

tangan (Pangaribuan, 2019). Program tersebut merupakan program lanjutan

yang dicetuskan WHO patient safety, yaitu melakukan cuci tangan oleh
3

perawat sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur

bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah

bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan

sekitar pasien (Arsabani dan Hadianti, 2019).

WHO tahun 2020, mengatakan petugas kesehatan harus membersihkan

tangan menggunakan teknik yang tepat dan sesuai dengan instruksi "5 momen

untuk kebersihan tangan" khususnya, sebelum mengenakan APD dan setelah

melepasnya, ketika mengganti sarung tangan, setelah kontak dengan pasien,

limbah pasien, atau lingkungan di sekitar pasien, setelah kontak dengan

sekresi pernapasan, sebelum persiapan makanan dan makan, dan setelah

menggunakan toilet (WHO, 2020). Hal ini bertujuan agar dapat mengontrol

penyebaran pathogen dan mencegah infeksi silang (Sitorus dan Prabawati,

2021).

Berdasarkan hasil penelitian (Zhou et al., 2020), kepatuhan perilaku

cuci tangan tenaga kesehatan saat Covid-19 adalah sebesar 79,4%, tertinggi

pada saat sebelum memakai dan melepas alat pelindung diri (APD),

meninggalkan ruangan, sebelum minum dan sesudah dari toilet. Rata-rata

kepatuhan petugas untuk mencuci tangan di Indonesia hanya 20%-40%.

Padahal cuci tangan adalah langkah yang paling mudah dan sangat penting

yang dapat dilakukan untuk pengendalian infeksi di rumah sakit. Sementara

itu, standar akreditasi rumah sakit sudah menetapkan bahwa setiap rumah sakit

mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene yang diterbitkan dan

diterima secara umum serta menerapkan program hand hygiene yang efektif.
4

Perawat yang merupakan salah satu petugas kesehatan memiliki resiko

tinggi menularkan pathogen melalui tangan, karena perawat memiliki peluang

yang besar berada pada five moment penting tersebut, sehingga kepatuhan

mencuci tangan perawat hendaknya ditingkatkan. Tujuan mencuci tangan

sebelum kontak dengan pasien yaitu untuk menghindarkan pasien dari paparan

kotoran dan kuman yang dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari pasien lain

sehingga pasien dapat terhindar dari kuman yang dibawa oleh tenaga

kesehatan lain dari kuman yang dapat memperparah penyakit yang diderita

(Anugrahwati, 2019).

Banyak perawat yang tidak patuh dalam mencuci tangan sesuai dengan

standar operasional prosedur saat melakukan tindakan asuhan keperawatan

karena alasan sibuk, tangan tidak terlihat kotor, sudah menggunakan sarung

tangan, menghabiskan waktu, dan kulit iritasi bila terlalu sering mencuci

tangan (Sitorus, 2020). Kepatuhan adalah sikap disiplin atau perilaku taat

terhadap suatu perintah maupun aturan yang ditetapkan dengan kesadaran

(Abadi, et. al., 2021). Hasil penelitian Agustin, dkk (2020) tentang hubungan

kepatuhan perawat dengan penerapan 5 momen cuci tangan di RSUD

Kabupaten Buton, menunjukkan bahwa 78,3% yang patuh menerapkan five

moments cuci tangan hal ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan

perawat yang tidak patuh menerapkan five moments cuci tangan sebesar

21,7%. Masih adanya perawat yang tidak patuh dalam penelitian tersebut

karena kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan dipicu oleh keterbatasan

fasilitas cuci tangan, seperti: wastafel, handuk kertas, pengering tangan dan
5

cairan antiseptik. Namun ketika sudah ada fasilitas, kendala berikutnya adalah

kurangnya kesadaran petugas kesehatan (perawat) untuk melakukan prosedur.

Menurut Pratama dan Niven dalam Abadi, et, al (2021), kepatuhan

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, motivasi, sikap,

persepsi, dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, pendidikan,

lingkungan sosial, interaksi petugas kesehatan dengan klien, dan lama kerja.

Kepatuhan perawat melakukan five moment hand hygiene berhubungan

dengan motivasi yang dimiliki oleh perawat dalam menerapkan five moment

hand hygiene (Sitorus dan Prabawati, 2021). Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ayu (2020), menemukan bahwa sebagian besar responden

yang mempunyai motivasi sedang sebesar 38,04%, sedangkan yang

mempunyai motivasi kurang sebesar 36,96%, dan yang mempunyai motivasi

baik sebesar 25,00%. Menurut penelitian Ayu (2020), motivasi perawat dalam

melaksanakan lima moment cuci tangan didasari pada kebutuhan masing-

masing. Seseorang akan mengalami peningkatan motivasi jika merasa ada

keseimbangan antara apa yang mereka miliki dan apa yang mereka harapkan.

Setiap perawat pasti memiliki harapan bahwa setiap pasien yang dirawat akan

menjadi sembuh dari penyakitnya setelah dirawat tetapi apa yang perawat

miliki juga terbatas untuk memenuhi harapan tersebut.

Motivasi seseorang dalam melakukan hand hygiene juga memiliki

peran yang sangat penting. Hal ini dikarenakan motivasi yang tinggi akan

memberikan kontribusi pada tingkat komitmen seseorang dalam melakukan


6

kepatuhan five moment hand hygiene, yang dampaknya akan mengurangi

risiko infeksi (Sitorus dan Prabawati, 2021).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zainaro dan Laila (2020) dengan

melibatkan 46 responden. Hasil penelitian ditemukan sikap perawat dalam

hand hygiene kurang baik sebesar 50,0%, dan sikap perawat dalam hand

hygiene baik sebesar 50,0%. Sikap individu akan bertanggung jawab dan siap

menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Sikap

yang mendukung dari perawat dalam melakukan tindakan kewaspadaan

universal berkaitan dengan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

Sikap merupakan suatu respon tertutup terhadap stimulus atau objek

tertentu. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, namun hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Perubahan sikap dapat

dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan dimilki oleh individu,

pandangan atau penilaian terhadap suatu objek serta (Notoatmodjo, 2018).

Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok

sosialnya. Sikap juga dipengaruhi dengan kebudayaan, tanpa disadari

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap perawat. terhadap

berbagai masalah. Demikian juga sikap pada pelaksanaan cuci tangan, jika

cuci tangan sudah dilakukan sebagai suatu budaya kerja atau pola maka

pelaksanaan cuci tangan akan berjalan dengan baik (Nurmayunita, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Jama dan Yuliana (2020) tentang faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melakukan 6 langkah


7

cuci tangan di ruang Bedah dan Interna RSUD Labuang Baji Makassar,

dengan melibatkan 41 responden. Hasil penelitian ditemukan perawat yang

baru bekerja sebesar 26,8% dan perawat yang lama bekerja sebesar 73,2%.

Lama kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman selama bekerja,

dimana pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang dan dapat meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan indakan

berdasarkan pengalaman yang sudah dialami. Peningkatan pengalaman akan

meningkatkan ketrampilan perawat dan diharapkan kepercayaan diri perawat

dapat meningkat sehingga performa kerja yang ditampilkan akan semakin baik

(Jama dan Yuliana, 2020).

Perawat memiliki peluang yang besar berada pada five moment penting

tersebut, karena apabila perawat tidak menerapkan hal tersebut, maka pasien

akan terpapar dari kuman dan kotoran dan akan terjadinya infeksi nosokomial.

Hal tersebut juga sangat berguna bagi perawat agar tidak terkena infeksi dan

mencegah penularan serta penyebaran kuman kepada orang lain

(Anugrahwati, 2019).

Berdasarkan data komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah

Sakit (PPIRS) Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang dalam laporan

Akreditasi Rumkit Tk III Dr.Reksodiwiryo Pokja PPI ditemukan angka

kepatuhan dalam penilaian hand hygiene (SOP) pada bulan Januari-Agustus

2019 sebesar 19,92% dan berdasarkan hasil kejadian infeksi pada bulan
8

Januari-Maret 2020 sebesar 0,92% (Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang, 2021).

Hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 16-17 Maret 2022

terhadap 8 orang perawat instalasi rawat inap (2 orang perawat Ruangan Imam

Bonjol, 2 orang perawat Ruangan Agus Salim, 2 orang perawat Ruangan

Rasuna Said dan 2 orang perawat HCU), ditemukan 6 (1 orang perawat

Ruangan Imam Bonjol, 1 orang perawat Ruangan Agus Salim, 2 orang

perawat Ruangan Rasuna Said dan 2 orang perawat HCU) dari 8 orang yang

melakukan cuci tangan sebelum kontak langsung dengan pasien. 5 (1 orang

perawat Ruangan Imam Bonjol, 1 orang perawat Ruangan Agus Salim, 1

orang perawat Ruangan Rasuna Said dan 2 orang perawat HCU) dari 8 orang

yang melakukan cuci tangan sebelum tindakan aseptik, 4 (1 orang perawat

Ruangan Imam Bonjol, 2 orang perawat Ruangan Rasuna Said dan 1 orang

perawat HCU) dari 8 orang yang melakukan cuci tangan setelah kontak

dengan lingkungan sekitar pasien. 8 orang yang melakukan cuci tangan setelah

bersentuhan dengan cairan tubuh pasien yang beresiko. 8 orang yang

melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien.

Hasil observasi terhadap kepatuhan perawat dalam menerapkan five

moment hand hygiene, ditemukan 5 orang tidak patuh dalam menerapkan five

moment hand hygiene sesuai SOP rumah sakit dan 3 orang patuh dalam

menerapkan five moment hand hygiene sesuai SOP rumah sakit. Hasil

wawancara terhadap motivasi perawat, ditemukan 4 orang mengatakan

memiliki motivasi yang tinggi dalam menerapkan five moment hand hygiene
9

dan 4 orang memiliki motivasi yang rendah dalam menerapkan five moment

hand hygiene. Hasil wawancara terhadap sikap perawat, ditemukan 6 orang

menyatakan bahwa dalam melakukan hand hygiene tidak selalu melakukan

berdasarkan lima momen, tetapi biasanya melakukan cuci tangan pada saat

setelah kontak dengan pasien atau kontak dengan cairan tubuh pasien dan

kadang melakukan cuci tangan pun tidak sesuai dengan langkah-langkah cuci

tangan. 2 orang menyatakan bahwa melakukan cuci tangan itu kebanyakan

menggunakan handrub, baru melakukan cuci tangan dengan sabun sebelum

dan setelah kontak dengan pasien. Hasil wawancara terhadap lama kerja

perawat, ditemukan 3 orang perawat dengan lama kerja kurang dari 5 tahun

dan 5 orang perawat dengan lama kerja lebih dari 5 tahun.

Berdasarkan data tersebut, didapatkan bahwa masih adanya perawat

yang tidak menerapkan prinsip 5 moment cuci tangan dalam pelayanan

keperawatan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “faktor-faktor yang

berhubungan kepatuhan perawat dalam penerapan five moment di Rumah

Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

kepatuhan perawat dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022 ?.


10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kepatuhan perawat dalam penerapan five

moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

b. Diketahui distribusi frekuensi motivasi perawat dalam penerapan five

moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

c. Diketahui distribusi frekuensi sikap perawat dalam penerapan five

moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

d. Diketahui distribusi frekuensi lama kerja perawat di Rumah Sakit Tk.

III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

e. Diketahui hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

f. Diketahui hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam

penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

g. Diketahui hubungan lama kerja perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022.


11

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi

mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan di STIKes Alifah

Padang.

b. Bagi Rumah Sakit

Memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kepatuhan

perawat dalam pelaksanaaan five moments terutama pada hand hygiene

sebagai salah satu upaya untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial

di pelayanan kesehatan.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti tentang pentingnya

kepatuhan melaksanakan five moments terutama pada hand hygiene

sesuai indikasi di rumah sakit.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan

penelitian yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam

penerapan five moment hand hygiene dengan variabel yang berbeda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang berhubungan

kepatuhan perawat dalam penerapan five moment. Pada penelitian ini variabel
12

independen yaitu motivasi, sikap, dan lama kerja perawat, sedangkan variabel

dependen yaitu kepatuhan perawat dalam penerapan five moment. Jenis

penelitian adalah analitik dengan desain cross sectional. Penelitian

dilaksanakan di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang pada bulan

Februari – Agustus 2022. Populasi adalah semua perawat yang ada di rawat

inap Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang berjumlah 48 orang

perawat ruangan rawat inap (14 orang perawat ruangan Rasuna Said, 13 orang

perawat Imam Bonjol, 10 orang perawat HCU dan 11 orang perawat ruangan

Agus Salim) dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Data

dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian data diolah dengan

komputerisasi, untuk analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan

dan bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan

1. Pengertian

Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti displin dan taat.

Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Menurut pendapat Rahmawati

kepatuhan adalah sikap disiplin atau perilaku taat terhadap suatu perintah

maupun aturan yang ditetapkan dengan kesadaran (Abadi, et. al., 2021).

Kepatuhan adalah salah satu perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu usaha

seseorang untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit (Notoatmodjo, 2018).

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang untuk taat dalam

menjalankan sesuatu yang disepakati dari penyedia layanan kesehatan

(Swarjana, 2021).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Pratama dan Niven dalam Abadi, et .al (2021), kepatuhan

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap pengobatan. Tingginya

tingkat pengetahuan akan menunjukkan bahwa seseorang telah

13
14

mengetahui, mengerti, dan memahami maksud dari pengobatan yang

mereka jalani. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan melaksanakan hand hygiene. Tingkat

pengetahuan tidak sebatas pentingnya pelaksanaan, namun juga harus

mencakup indikasi dan teknik pelaksanaan. Sesuai dengan WHO,

kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene merupakan salah satu

hambatan untuk melakukan hand hygiene sesuai rekomendasi (Amelia,

2020).

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari

pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Pada dasarnya pengetahuan yang baik akan

menghasilkan perilaku kepatuhan dan ketepatan melakukan five

moments hand hygiene yang positif (Sitorus dan Prabawati, 2021).

Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yaitu

melalui proses melihat atau mendengarka dan juga melalui proses

pengalaman dan proses belajar. Seperti halnya pelatihan dari rumah

sakit sebagai salah satu fasilitas untuk memberikan informasi teupdate.

Tidak hanya disampaikan dengan lisan tetapi juga dilakukan peragaan

gerakan untuk benar - benar memahami bagaimana alur dan gerakan

yang tepat khususnya untuk melakukan cuci tangan sebagai dasar

penerapan five moment for hand hygiene (Sari, 2017).


15

b. Motivasi

Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah,

dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tingginya

motivasi seseorang menunjukkan tingginya kebutuhan maupun

dorongan responden untuk mencapai sebuah tujuan.

Motivasi merupakan proses psikologis yang dapat menjelaskan

perilaku seseorang. Motivasi seseorang berkaitan dengan kebutuhan

meliputi tempat dan suasana lingkungan kerja sehingga perawat yang

bekerja mengalami penurunan motivasi yang mengakibatkan hasil

kerja yang tidak memuaskan dan mengakibatkan tindakan perawat

menurun. Dimana motivasi yang baik maka tindakan praktik cuci

tangan juga baik dilakukan dan sebaliknya motivasi kurang, tindakan

praktik cuci tangan juga kurang dilakukan (Dewi, 2017).

c. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau faktor tersebut akan

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sikap

dapat bersifat positif dan negatif. Apabila sikap bersifat positif akan

cenderung untuk menyenangi dan mendukung objek tertentu. sikap

dipengaruhi dengan kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

Demikian juga sikap kita pada pelaksanaan cuci tangan, jika cuci
16

tangan sudah dilakukan sebagai suatu budaya kerja atau pola maka

pelaksanaan cuci tangan akan berjalan dengan baik (Suhartini, 2017).

d. Persepsi

Persepsi adalah proses pemberian arti seseorang untuk

menafsirkan dan memahami dunia dalam pandangan sedang dan

sempit adalah bagaimanan dalam penglihatan, sedangkan dalam arti

luas adalah pandangan bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu. Persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman,

proses belajar, dan pengetahuan. Persepsi yang baik akan suatu

prosedur kerja dapat mempengaruhi kepatuhan kerja (Segosoy, 2019).

e. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan karena dari

petugas kesehatanlah sebagian besar informasi bisa didapatkan dan

petugas juga menjadi pemberi pelayanan yang baik dan sikap selama

proses pelayanan.

f. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Adapun beberapa jenis

dukungan yang diberikan keluarga adalah dukungan informasi,

dukungan penilaian, dukungan instrumenta, dan dukungan emosional.


17

g. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat

meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa pendidikan tersebut

merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri.

Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai

wawasan dan pengetahuan lebih luas tentang hand hygiene dan

manfaatnya dalam mencegah infeksi rumah sakit (Amelia, 2020).

h. Lingkungan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu kepatuhan terhadap program pengobatan. Lingkungan

berpengaruh besar, lingkungan yang harmonis dan positif akan

membawa dampak yang positif serta sebaliknya.

i. Interaksi petugas kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi petugas kesehatan dengan klien adalah

suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah

memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab

penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan,

semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin

teratur pula pasien melakukan kunjungan.


18

j. Lama kerja

Lamanya seseorang berkerja atau mempunyai pengalaman di

bidang pekerjaannya yang berpengaruh terhadap perilaku kerja.

Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih

luas dan pengalaman yang lebih banyak sehingga memegang peranan

dalam pembentukan perilaku kerja (Segosoy, 2019).

k. Pelatihan

Kesadaran dalam melaksanakan prosedur sesuai dengan aturan

yang ada perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja baik yang masih

baru maupun tenaga kerja yang sudah bekerja lama disuatu unit kerja.

Pembinaan atau pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus dapat

meningkatkan kesadaran dan wawasan pekerja mengenai pentingnya

pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur kerja yang ada sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja (Segosoy,

2019).

3. Dampak Ketidakpatuhan Melakukan Cuci Tangan

Kepatuhan dalam hand hygiene sangat penting dilakukan oleh

perawat. Hal ini disebabkan karena kurangnya kepatuhan perawat dapat

menimbulkan beberapa dampak (Syamsulastri ,2017). Menurut Hidayah

(2019), kepatuhan tenaga kesehatan dalam melakukan hand hygiene sangat

penting dilakukan karena ketidakpatuhan dapat menimbulkan dampak

antara lain :
19

a. Bagi pasien, terjadi penambahan diagnosa penyakit dan

memperpanjang jumlah hari rawat selama di rumah sakit bahkan dapat

menyebabkan kematian.

b. Bagi pengunjung, dapat menularkan kepada orang lain setelah

meninggalkan rumah sakit.

c. Bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya, akan menjadi barier

(pembawa kuman) yang menularkan kepada pasien lain dan diri

sendiri.

d. Bagi rumah sakit, menurunkan mutu pelayanan rumah sakit hingga

pencabutan ijin operasional rumah sakit.

Perawat yang merupakan salah satu petugas kesehatan memiliki

resiko tinggi menularkan pathogen melalui tangan, karena perawat

memiliki peluang yang besar berada pada five moment penting tersebut,

sehingga kepatuhan mencuci tangan perawat (Anugrahwati, 2019).

4. Pengukuran Kepatuhan

Menurut Standar Kepatuhan RS. TK III Dr Reksodiwiryo Padang

yang mengacu pada Standar Kementrian Kesehatan, kepatuhan dapat

dikategorikan menjadi 2 yaitu patuh dan tidak patuh, dimana :

a. Tidak patuh, jika < 85 %

b. Patuh, jika > 85%

5. Kepatuhan Perawat

Kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene dengan teknik

enam langkah dan waktu lima momen (five moments) di rawat inap
20

merupakan salah satu indikator mutu area sasaran patient safety yang ada

pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Agustin, dkk, 2020).

Kepatuhan perawat melakukan five moments hand hygiene

merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap

kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan terjadiannya infeksi

nosokomial. Ketidakpatuhan perawat dalam melakukan five moments hand

hygiene dapat mengakibatkan bertambahnya penyakit dari infeksi

nosokomial, memperpanjang jumlah hari rawat selama di rumah sakit

hingga dapat menyebabkan kematian bagi pasien, dapat menularkan

kepada orang lain setelah meninggalkan rumah sakit bagi pengunjung,

menjadi barier (pembawa kuman) yang menularkan kepada pasien lain dan

diri sendirir bagi perawat, menurunkan mutu pelayanan rumah sakit

hingga pencabutan izin operasional rumah sakit (Sitorus dan Prabawati,

2021).

Menurut Suryoputri (2011) Perbedaan angka kepatuhan cuci

tangan petugas kesehatan di RSUP DR. Kariadi studi di Bangsal Bedah,

anak, interna, dan ICU, UNDIP, Semarang. Petugas kesehatan mempunyai

peran besar dalam rantaitransmisi infeksi ini.. Akan tetapi kepatuhan hand

hygieneseringkali kurangoptimal. Petugas kesehatan seringkali mencuci

tangan hanya sebelum dan sesudah menangani pasien saja. Penelitian yang

dilakukan pada 40 rumah sakit yang melaporkan bahwa kepatuhan tenaga

kesehatan yang melakukan hand hygiene sebelum dan setelah ke pasien

bervariasi antara 24% sampai 89% (rata-rata 56,6%).


21

Dalam penelitian Delima (2018) tentang Penerapan Cuci Tangan

Five Momen Dengan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial penerapan cuci

tangan didapatka bahwa pada 54 perawat di dapatkan 153 kesempatan,

yaitu angka kepatuhan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien (4%),

sebelum tindakan aseptik atau invasif (27%), setelah kontak dengan cairan

tubuh pasien (26%), sesudah kontak dengan pasien (27%), setelah kontak

dengan benda lingkungan sekitar pasien (56%). Dari hasil studi tersebut

paling rendah yaitu dimana angka kepatuhan cuci tangan sebelum kontak

pasien masih dilaporkan hasilnya kurang memuaskan. Pelaksanaan cuci

tangan tinggi saat perawat atau tenaga kesehatan khawatir tertular penyakit

karena kontak dengan mikro organisme, misalnya darah dan urin.

Tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge

dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi

kepatuhan Hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five

moments for Hand hygiene. Hand hygiene adalah suatu upaya atau

tindakan membersihkan tangan, baik dengan menggunakan sabun

antiseptik di bawah air mengalir (hand washing) atau dengan

menggunakan handrub berbasis alkohol (hand rubbing) dengan langkah-

langkah yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah

bakteri yang berada pada tangan (Syamsulastri, 2017).

Hand washing (mencuci tangan) adalah proses menggosok kedua

permukaan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat

pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan tujuan
22

menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin. Hand rubbing adalah

tindakan menggosok tangan dengan berbahan dasar alkohol tanpa air,

penggosokkan tangan ini dilakukan dengan menggunakan senyawa

berbahan dasar alkohol (misalnya, etanol, n-propanol atau isopropanol)

yang digunakan dengan cara bilas (rinse) dan gosok (rub) untuk tangan

(Keevil, 2011 dalam Syamsulastri, 2017).

Menurut WHO (2009) dalam Syamsulastri (2017), menetapkan

kepatuhan petugas kesehatan atau perawat dalam pelaksanaan lima waktu

hand hygiene, yaitu :

a. Sebelum menyentuh pasien

Sebelum menyentuh pasien, perawat membersihkan tangan saat tiba di

ruangan. Hal ini dilakukan melindungi pasien dari bakteri patogen

yang ada pada tangan petugas.

b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan, bersihkan tangan segera

sebelum melakukan tindakan aseptik untuk melindungi pasien dari

bakteri patogen, termasuk yang berasal dari permukaan tubuh pasien

sendiri yang bisa memasuki bagian tubuh.

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, bersihkan tangan setelah

kontak atau resiko kontak dengan cairan tubuh pasien dan setelah

melepas sarung tangan untuk melindungi petugas kesehatan dan area

sekelilingnya bebas dari bakteri patogen yang berasal dari pasien.

d. Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien, bersihkan

tangan setelah menyentuh pasien, sesaat setelah meninggalkan pasien


23

untuk melindungi petugas kesehatan dan area seklilingnya bebas dari

bakteri patogen yang berasal dari pasien.

e. Setelah menyentuh benda-benda dilingkungan sekitar pasien,

bersihkan tangan setelah menyentuh objek atau furniture yang ada di

sekitar pasien saat meninggalkan pasien, walaupun tidak menyentuh

pasien untuk melindungi petugas kesehatan dan area sekelilingnya

bebas dari bakteri patogen yang berasal dari pasien.

Prosedur hand hygiene berdasarkan World Health Organization

(2009) terdiri dari 6 langkah hand hygiene. Prinsip dari 6 langkah hand

hygiene antara lain :

a. Dilakukan dengan menggosokkan telapak tangan menggunakan cairan

antiseptik (handrub) secara lembut dengan arah memutar atau dengan

air mengalir dan sabun antiseptik (handwash). Handrub dilakukan

selama 20-30 detik, sedangkan handwash dilakukan selama 40-60

detik.

b. Mengusap dan menggosok kedua punggung tangan secara bergantian.

c. Menggosok sela-sela jari tangan hingga bersih.

d. Membersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling

mengunci.

e. Menggosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

f. Meletakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.


24

Gambar 2.1
6 Langkah Hand Hygiene
Sumber: WHO (2009)

Prosedur hand hygiene berdasarkan Standar Prosedur Operasional

(SPO) Rumah Sakit Tk III dr Reksodiwiryo Padang tahun 2018, antara

lain :

a. Cuci tangan dengan cairan antiseptik (handrub)

1) Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk cincin, gelang

dan jam tangan

2) Tuang cairan handrub (antiseptik berbasis alkohol) pada telapak

tangan, kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara

lembut dengan arah memutar

3) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

4) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

5) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling

mengunci

6) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

7) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan


25

b. Cuci tangan dengan sabun antiseptik/ cairan/ larutan dan air mengalir

(handwash)

1) Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk cincin, gelang

dan jam tangan

2) Basahi tangan dengan air mengalir

3) Gunakan sabun/cairan antiseptik

4) Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas dengan

air mengalir

5) Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke seluruh

permukaan tangan dan lengan bawah

6) Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk

membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan

7) Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela

jari, telapak tangan dan punggung tangan

8) Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi

9) Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan

10) Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan

bawah juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju

siku

11) Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku

12) Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan

tangan di tahan lebih tinggi dari siku

13) Biarkan sisa air menetes melalui siku


26

14) Keringkan dengan handuk steril

15) Prosedur dilakukan 2 – 5 menit

B. Five Moments Hand Hygiene

1. Pengertian

Five moments hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk

mencuci tangan menggunakan antiseptik sebelum melakukan berbagai

aktivitas (Anugrahwati, 2019). Menurut WHO (2009) dalam Segosoy,

2019), hand hygiene merupakan istilah umum yang biasa digunakan untuk

menyatakan kegiatan yang terkait membersihkan tangan.

Tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge

dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi

kepatuhan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moments

for Hand hygiene. Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan

membersihkan tangan, baik dengan menggunakan sabun antiseptik di

bawah air mengalir (hand washing) atau dengan menggunakan handrub

berbasis alkohol (hand rubbing) dengan langkah-langkah yang sistematik

sesuai urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri yang berada pada

tangan (Syamsulastri, 2017).

2. Tujuan

Tujuan mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien yaitu untuk

menghindarkan pasien dari paparan kotoran dan kuman yang dibawa oleh

tenaga kesehatan lain dari pasien lain sehingga pasien dapat terhindar dari

kuman yang dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari kuman yang dapat
27

memperparah penyakit yang diderita. Mencuci tangan sesudah kontak

dengan pasien bertujuan untuk membersihkan tangan perawat atau tenaga

kesehatan lain dari kuman yang didapat ketika kontak dengan pasien

ataupun dengan lingkungan disekitar pasien yang beresiko terpajan kuman

(Anugrahwati, 2019).

Menurut Depkes RI (2008) dalam Syamsulastri (2017), tujuan

hand hygiene adalah sebagai berikut :

a. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme yang ada di

tangan.

b. Mencegah perpindahan mikroorganisme dari lingkungan ke pasien dan

dari pasien ke petugas (infeksi silang).

3. Tatalaksana Five moments Hand hygiene

WHO tahun 2009, mengatakan five moments hand hygiene atau

five moments cuci tangan merupakan salah satu upaya pencegahan

penularan infeksi dari setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan (Pangaribuan, 2019), yang merupakan petunjuk waktu kapan

petugas harus melakukan cuci tangan, yaitu (Syamsulastri, 2017) :

a. Sebelum kontak dengan pasien

Hand hygiene sebelum kontak dengan pasien, untuk melindungi pasien

dari bakteri patogen yang ada pada tangan petugas.


28

b. Sebelum melakukan prosedur aseptik

Hand hygiene segera sebelum melakukan tindakan aseptik, untuk

melindungi pasien dari bakteri patogen, termasuk yang berasal dari

permukaan tubuh pasien sendiri.

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

Hand hygiene setelah kontak atau resiko kontak dengan cairan tubuh

pasien (dan setelah melepas sarung tangan), untuk melindungi petugas

kesehatan dari bakteri patogen yang berasal dari pasien.

d. Setelah kontak dengan pasien

Hand hygiene setelah menyentuh pasien, untuk melindungi para

petugas kesehatan dari bakteri patogen yang berasal dari pasien.

e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Hand hygiene setelah menyentuh objek yang ada di sekitar pasien pada

saat meninggalkan pasien walaupun tidak menyentuh pasien, untuk

melindungi petugas kesehatan dan area sekelilingnya bebas dari

bakteri patogen yang berasal dari pasien.

Gambar 2.2
Five moment Hand hygiene
Sumber: WHO (2009)
29

Jika petugas kesehatan berada dalam lima kondisi tersebut, petugas

harus melaksanakan hand hygiene agar tangan petugas tidak

terkontaminasi. Hand hygiene yang dilakukan sesuai dengan prosedur

yang ditetapkan, agar kuman yang terdapat pada tangan bila dihilangkan

(Segosoy, 2019).

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Hand hygiene

Menurut Kemenkes (2011), hal-hal yang perlu diperhatikan saat

hand hygiene adalah sebagai berikut :

a. Bila tangan jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang

mengandung protein, tangan harus dicuci dengan sabun dan air

mengalir.

b. Bila tangan tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus

digunakan antiseptik berbasis alkohol untuk dekontaminasi secara

rutin.

c. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

Menurut World Health Organization (2009) dalam Syamsulastri

(2017), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hand hygiene adalah :

a. Rawatlah tangan secara teratur menggunakan krim tangan pelindung

atau lotion, minimal satu kali per hari.

b. Jangan rutin hand hygiene dengan sabun dan air segera sebelum atau

setelah menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol.

c. Jangan gunakan air panas untuk membilas tangan.


30

d. Setelah handrub atau handwash, biarkan tangan benar-benar kering

sebelum memakai sarung tangan.

e. Jangan memakai kuku buatan atau ekstender ketika kontak langsung

dengan pasien.

f. Sebaiknya menjaga kuku tetap pendek.

5. Resiko Tidak Melakukan Cuci Tangan

Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan perawat

terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi dapat terjadi antar

pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke

pasien dan antar petugas, melalui kontak langsung ataupun melalui

paralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah ataupun

cairan tubuh lainnya. Walaupun dengan tidak mencuci tangan secara tidak

langsung dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit atau terinfeksi,

namun kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang

tepat dianggap sebagai penyebab utama infeksi Rumah Sakit yang menular

di perawatan kesehatan dan penyebaran mikroorganisme multiresisten dan

telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah

(Mineli, 2019).

6. Prinsip Hand hygiene

Menurut Syamsulastri (2017), dalam hand hygiene terdapat

beberapa prinsip, antara lain :

a. Anggap bahwa semua alat terkontaminasi.

b. Jangan memakai perhiasan.


31

c. Gunakan air hangat yang mengalir.

d. Cegah terjadinya percikan air, terutama ke baju.

e. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa.

f. Gunakan gerakan memutar, menggosok dan bergeser.

g. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan.

7. Fasilitas Hand hygiene

Fasilitas hand hygiene harus tersedia untuk membantu petugas

kesehatan dalam melaksanaan prosedur kebersihan tangan. Menurut

Kemenkes (2011), fasilitas tersebut meliputi :

a. Air mengalir

Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran

pembuangan atau bak penampung yang memadai. Guyuran air

mengalir dapat melepaskan mikroorganisme karena gesekan mekanis

atau kimiawi saat hand hygiene dan tidak menempel lagi dipermukaan

kulit.

b. Sabun antiseptik

Sabun tidak membunuh mikroorganisme, tetapi menghambat dan

mengurangi jumlah mikroorganisme sehingga mikroorganisme

terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah

mikroorganisme semakin berkurang dengan meningkatnya frekuensi

cuci tangan, namun sisi lain, sabun atau detergen dapat membuat kulit

menjadi kering dan pecah-pecah.


32

c. Larutan antiseptik

Larutan antiseptik atau antimikroba topikal dipakai untuk menghambat

aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik

memiliki keragaman efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit

setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan

reaksi kulit masing-masing individu. Kriteria memilih antiseptik

menurut adalah sebagai berikut :

1) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak

mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negatif, virus

lipofilik, bacillus dan tuberkulosis, fungi, endospora).

2) Efektivitas.

3) Kecepatan aktivitas awal.

4) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam.

5) Pertumbuhan.

6) Tidak mengakibatkan iritasi kulit.

7) Tidak menyebabkan alergi.

8) Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang.

9) Dapat diterima secara visual maupun estetik.

d. Lap tangan yang bersih dan kering.

C. Motivasi

1. Pengertian

Motivasi pada dasarnya berasal dari bahasa latin yaitu movere yang

berarti to more atau menggerakkan. Dalam bahasa Inggris, motivasi atau


33

motivation yang kata dasarnya motive artinya dorongan, sebab, atau alasan

seseorang untuk melakukan sesuatu (Swarjana, 2021). Motivasi adalah

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu dan melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama

dalam berperilaku (Nursalam, 2016).

2. Bentuk Motivasi

Menurut Nursalam (2016), pada dasarnya motivasi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Motivasi internal

Motivasi internal merupakan motivasi yang datang dari dalam diri

seseorang.

b. Motivasi eksternal

Motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal.

Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar diri

seseorang.

3. Motivasi Perawat terhadap Five Moment

Seseorang akan mengalami peningkatan motivasi jika merasa ada

keseimbangan antara apa yang mereka miliki dan apa yang mereka

harapkan. Setiap perawat pasti memiliki harapan bahwa setiap pasien yang

dirawat akan menjadi sembuh dari penyakitnya setelah dirawat tetapi apa

yang perawat miliki juga terbatas untuk memenuhi harapan tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan harapan itu dapat terwujud. Dorongan


34

untuk mencegah infeksi dengan cara cuci tangan juga menjadi terkendala

karena faktor dalam diri yang sering lupa mencuci tangan atau faktor luar

yang mendorong untuk tidak melakukan lima moment cuci tangan seperti

tidak adanya pengawasan, beban kerja yang tidak sesuai dengan tenaga

yang ada dan lain-lain (Ayu, 2020).

Motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan rasa aman (psikologis)

dimana seseorang harus mempunyai kesempatan lebih banyak untuk

mencapai kemajuan akan tetapi juga harus bersedia menerima kewajiban

yang lebih banyak (Ningsih, et. al., 2017). Motivasi yang menjadi dasar

sebuah pekerjaan memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilannya.

Motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan maksimal dimiliki setiap

pekerja tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi

tersebut (Ayu, 2020).

Motivasi merupakan ciri proses spisikolog yang dapat menjelaskan

perilaku seseorang berkaitan dengan kepatuhan, kewajiban dan juga

kesadaran diri sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Motivasi

seseorang berkaitan dengan kebutuhan meliputi tempat dan suasana

lingkungan kerja sehingga perawat yang bekerja mengalami penurunan

motivasi yang mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan dan

mengakibatkan tindakan perawat menurun. Beberapa hal ini lah yang

membuat perawat masih kurang patuh dalam menerapkan five moment

cuci tangan (Jama dan Yuliana, 2020).


35

Motivasi perawat dalam melaksanakan lima moment cuci tangan

didasari pada kebutuhan masing-masing. Seseorang akan mengalami

peningkatan motivasi jika merasa ada keseimbangan antara apa yang

mereka miliki dan apa yang mereka harapkan. Setiap perawat pasti

memiliki harapan bahwa setiap pasien yang dirawat akan menjadi sembuh

dari penyakitnya setelah dirawat tetapi apa yang perawat miliki juga

terbatas untuk memenuhi harapan tersebut (Ayu, 2020).

4. Pengukuran Motivasi

Menurut Swarjana (2021), motivasi dapat dikelompokkan menjadi

2 kategori, yaitu :

a. Rendah, jika < mean

b. Tinggi, jika > mean

5. Motivasi Perawat terhadap Five Moment Cuci Tangan

Motivasi perawat dalam melaksanakan lima moment cuci tangan,

berdasarkan WHO (2009) adalah dorongan atau keinginan perawat dalam

melaksanakan lima moment cuci tangan di rumah sakit, seperti mencuci

tangan menggunakan air dan sabun antiseptik (handwash) atau

menggunakan cairan antiseptik (handrub). Mencuci tangan sebelum

menyentuh pasien untuk melindungi pasien dari bakteri patogen yang ada

di tangan perawat. Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien dan

kontak dengan cairan tubuh pasien. Mencuci tangan setelah saya

menyentuh barang disekitar pasien. Mencuci tangan sebelum dan sesudah


36

melakukan tindakan aseptik, dan melaksanakan hand hygiene sesuai

dengan langkah-langkah dari WHO (Segosoy, 2019).

D. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Sedangkan menurut seorang ahli

psikologi sosial Newcomb mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu (Notoatmodjo, 2018). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2016).

Sikap adalah pandangan atau opini atau perasaan terhadap objek

atau orang atau kejadian tertentu. Selanjutnya, respons sikap seseorang

biasanya ditunjukkan dalam derajat suka atau tidak suka, atau bisa juga

menyangkut setuju atau tidak setuju (Swarjana, 2021).

2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2018), tingkatan sikap berdasarkan

intensitasnya adalah :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau objek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).


37

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas sehala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2016), komponen sikap yaitu :

a. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik

sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan srereotipe yang dimiliki

individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problema yang

kontroversial.

b. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek

emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai


38

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

c. Komponen perilaku/konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki oleh seseorang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

adalah :

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman peribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konfirmis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.


39

d. Media masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika

kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Sikap Perawat terhadap Penerapan Five moment

Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari

kelompok sosialnya. Sikap juga dipengaruhi dengan kebudayaan, tanpa

disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap perawat.

terhadap berbagai masalah. Demikian juga sikap pada pelaksanaan cuci

tangan, jika cuci tangan sudah dilakukan sebagai suatu budaya kerja atau

pola maka pelaksanaan cuci tangan akan berjalan dengan baik

(Nurmayunita, 2018).
40

Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene juga erat

kaitannya dengan sikap perawat terhadap hand hygiene. Perawat yang

mendukung bahwa dengan melaksanakan hand hygiene dengan baik akan

mencegah HAIs, maka perawat akan berusaha melaksanakan dalam setiap

menjalankan tugasnya. Perawat dengan sikap yang positif akan menyadari

pentingnya melakukan hand hygiene dengan tepat dan sesuai dengan

prosedur untuk mencegah terjadinya HAIs (Mardiyati, 2021).

6. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pernyataan responden

terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dengan cara menyebarkan

kuesioner kepada responden yang berupa pernyataan setuju atau tidak

setuju terhadap hal yang ditanyakan dalam kuesioner. Skala sikap diolah

menggunakan metode reting skala yang dijumlahkan dan popular dengan

nama penskala model Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert,

merupakan metode penskalaan pernyataan sikap menggunakan distribusi

respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 2016).

Agar prosedur pemberian skor mudah, nilai skala dikelompokkan

menjadi :

Pernyataan positif Skor Pernyataan negatif Skor


Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1
Setuju (S) 3 Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 4
41

Menurut Azwar (2016), analisis sikap diketahui dengan cara

membandingkan skor responden dengan rata-rata skor kelompok dengan

kriteria sebagai berikut :

a. Negatif

Sikap negatif dikatakan apabila skor < mean

b. Positif

Sikap positif dikatakan apabila skor > mean

E. Lama Kerja

1. Pengertian

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

lama kerja adalah (lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu

yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Lama

kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah

organisasi hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan

yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam pekerjaannya.

Semakin lama seseorang bekerja maka tingkat prestasi akan semakin

tinggi, prestasi yang tinggi di dapat dari perilaku yang baik (Saragih,

2020).

Lama kerja perawat adalah lama seorang perawat yang bekerja

dirumah sakit dari mulai awal bekerja sampai saat selesai seorang perawat

berhenti bekerja. Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka

semakin banyak pengetahuan dan pengelaman yang dimilikinya, hal ini

dapat membantu dalam meningkatkan keterampilan seorang perawat.


42

Lama bekerja seseorang dapat diketahui dari mulai awal perawat bekerja

sampai saat berhenti atau masa sekarang saat masih bekerja di rumah sakit

(Putra, 2018).

2. Lama Kerja Perawat terhadap Penerapan Five moment

Lama kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman selama

bekerja, dimana pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang dan dapat meningkatkan kedisiplinan dalam

melakukan indakan berdasarkan pengalaman yang sudah dialami.

Peningkatan pengalaman akan meningkatkan ketrampilan perawat dan

diharapkan kepercayaan diri perawat dapat meningkat sehingga performa

kerja yang ditampilkan akan semakin baik (Jama dan Yuliana, 2020).

3. Klasifikasi Lama Kerja

Lama kerja perawat dapat dikategori dalam 2 kateori, yaitu

(Pangaribuan, 2019) :

a. Lama, jika > 5 tahun

b. Baru, jika < 5 tahun


43

F. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori pada penelitian ini adalah :

Kepatuhan perawat Dampak ketidakpatuhan melakukan five


dalam melakukan five moment hand hygiene :
moment hand hygiene 1. Bagi pasien, terjadi penambahan
diagnosa penyakit dan
memperpanjang jumlah hari rawat
di rumah sakit.
Faktor kepatuhan : 2. Bagi pengunjung, dapat menularkan
1. Pengetahuan kepada orang lain.
2. Motivasi 3. Bagi perawat dan tenaga kesehatan
3. Sikap lainnya, akan menjadi barier
4. Persepsi (pembawa kuman) yang menularkan
5. Dukungan Petugas kepada pasien lain dan diri sendiri.
Kesehatan 4. Bagi rumah sakit, menurunkan mutu
6. Dukungan Keluarga pelayanan rumah sakit
7. Pendidikan
8. Lingkunan sosial
9. Interaksi petugas
kesehatan dengan klien
Kebersihan tangan
10. Lama kerja
(hand hygiene)
11. Pelatihan

Five moment hand hygiene :


1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan
1. Motivasi perawat aseptik
2. Sikap perawat 3. Setelah terpapar dengan cairan
3. Lama kerja perawat tubuhpasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan
lingkungan

Gambar 2.3
Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Abadi, et. al (2021), (Agustin, dkk (2020), Hidayah (2019), WHO (2009)
44

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2017).

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi Perawat

Sikap Perawat Kepatuhan dalam Penerapan


Five moment

Lama Kerja Perawat

Gambar 2.4
Kerangka Konsep Penelitian
Hubungan Kepatuhan Perawat dengan Penerapan Five moment
di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022
45

H. Definisi Operasional

Definisi Alat Cara Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel Dependen
1. Kepatuhan Suatu usaha Lembar Observasi Tidak patuh, Ordinal
perawat yang dilakukan Observasi jika < 85%
dalam oleh perawat
penerapan yang taat Patuh, jika >
five terhadap aturan 85%
moment yang telah (Kemenkes
ditetapkan rumah 2020)
sakit sesuai
dengan Standar
Operasional
Prosedur (SOP)
five moment

Variabel Independen
2. Motivasi Bentuk dorongan Kuesioner Angket Rendah, jika Ordinal
perawat yang datang dari < mean
dalam ataupun (31,96)
dari luar diri
perawat untuk Tinggi, jika >
menerapkan five mean (31,96)
moment (Swarjana,
2021)
3. Sikap Suatu bentuk Kuesioner Angket Negatif jika Ordinal
perawat reaksi perasaan skor < mean
perawat terhadap (31,92)
menerapkan five
moment Positif jika
skor ≥ mean
(31,92)
(Azwar,
2016)
4. Lama Lama seorang Kuesioner Angket Baru, jika < 5 Ordinal
kerja perawat yang tahun
perawat bekerja di rumah
sakit yang Lama, jika >
dihitung dari 5 tahun
mulai awal (Pangaribuan,
bekerja sampai 2019)
saat sekarang
46

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka

konseptual yang ditentukan, maka hipotesis yang akan di uji adalah :

Ha : Terdapat hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan perawat dalam

penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

Ha : Terdapat hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam

penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

Ha : Terdapat hubungan lama kerja perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional yaitu

mengukur variabel independen (motivasi, sikap, dan lama kerja perawat) &

variabel dependen (kepatuhan perawat dalam penerapan five moment) secara

bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo pada bulan bulan Februari - Agustus 2022. Pengumpulan data

dilakukan selama 10 hari dari tanggal 07-16 Juni 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang ada di

Ruang Rasuna Said sebanyak 11 orang, Ruang Imam Bonjol sebanyak 13

orang, Ruang Agus Salim sebanyak 14 orang, dan Ruang HCU sebanyak

10 orang Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang berjumlah 48

orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

47
48

sampel, dimana jumlah sampel sebanyak 48 orang yang memenuhi kriteria

sampel, yaitu :

a. Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi sampel sebagai berikut :

1) Bersedia menjadi responden.

2) Perawat rawat inap yang kontak langsung dengan pasien

3) Berada ditempat saat penelitian

b. Kriteria eklusi:

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Responden yang sedang cuti, sakit, dan izin atau tidak hadir

2) Responden yang sedang melanjutkan pendidikan

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang didapatkan langsung dari responden dengan cara menyebarkan

kuesioner kepada responden yang meliputi variabel yang diteliti (motivasi,

sikap, lama kerja perawat, dan kepatuhan perawat dalam penerapan five

moment). Adapun langkah dalam pengumpulan data adalah :

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian pada insitusi

pendidikan STIKes Alifah Padang.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang.

c. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti melakukan penelitian sesuai

dengan kriteria responden yang ditemukan sebelumnya.


49

d. Peneliti menyeleksi responden sesuai dengan kriteria inklusi sebelum

kuesioner diberikan, peneliti memperkenalkan diri, dan menjelaskan

tujuan penelitian kepada responden, serta meminta persetujuan untuk

menjadi responden.

e. Setelah meminta persetujuan responden, peneliti membagikan

kuesioner terlebih dahulu dan meminta responden mengisi sesuai

dengan variabel yang di teliti.

f. Setelah kuesioner diberikan kepada responden, peneliti melakukan

observasi dalam menilai kepatuhan five moment.

g. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden dan

memeriksa kembali isian kuesioner penelitian.

h. Peneliti melakukan pengolahan data.

2. Data Sekunder

Data yang didapatkan dari komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Rumah Sakit (PPIRS) Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang,

tentang angka kejadian infeksi nosokomial dan jumlah perawat di Ruang

Rawat Inap.

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam teknik pengolahan data terdapat langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan Data (editing)

Setelah kuesioner disebarkan, peneliti mengumpulkan kembali semua

kuesioner dan mengecek kembali dan semua item kuesioner telah terisi.
50

2. Pengkodean data (coding)

Setelah semua kuesioner dikumpulkan dan dilihat kembali kelengkapan

itemnya, selanjutnya peneliti membagi/ mengkategorikan item yang ada

pada kuesioner termasuk nomor responden.

a. Kepatuhan perawat dalam penerapan five moment

Tidak patuh diberi kode 0

Patuh diberi kode 1

b. Motivasi perawat

Rendah diberi kode 0

Tinggi diberi kode 1

c. Sikap perawat

Negatif diberi kode 0

Positif diberi kode 1

d. Lama kerja perawat

Baru diberi kode 0

Lama diberi kode 1

3. Memasukkan Data (entry)

Setelah coding data selesai, peneliti memasukkan datanya pada master

tabel dan dilanjutkan ke komputer/ aplikasi analisis data (komputerisasi).

4. Pembersihan Data (cleaning)

Sebelum data diolah, peneliti memeriksa kembali guna memastikan tidak

ada lagi kesalahan yang terjadi pada data tersebut dan semua data telah

benar.
51

F. Teknik Analisis Data

Analisis data diolah dengan sistem komputerisasi, kemudian dilakukan

analisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan cara statistik deskriptif berupa

distribusi frekuensi dan presentase dari seluruh variabel yang diteliti

variabel independen (motivasi, sikap, dan lama kerja perawat) serta

variabel dependen (kepatuhan perawat dalam penerapan five moment).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan komputerisasi yaitu untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan variabel independen dan variabel

dependen, dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, dengan derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05). Jika p value < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha

diterima ini berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen, tapi jika p value > 0,05 berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan

variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang merupakan salah rumah

sakit tipe C yang ada di Kota Padang. Rumah sakit ini berada di bawah

naungan TNI AD Dephan. Rumah Sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang

terletak di Jl. Dr. Wahidin No.1 Padang Kecamatan Padang Timur. Rumah

Sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang memiliki batasan yaitu sebelah utara

berbatasan dengan Jl. Sisingamangaraja. Sebelah Timur berbatasan dengan Jl.

Parak Pisang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Seb. Padang Sebelah

Barat berbatasan dengan Jl. Proklamasi.

Rumah Sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang memiliki jenis

pelayanan IGD, Polk. Penyakit Dalam, Polk. Anak, Polk. Bedah, Polk.

Syakira, Polk. Syaraf, Polk. Mata, Polk. Paru, Polk. THT, Polk. Jantung,

Polk. Fisioterapi, Polk Hipertensi dan Ginjal , Polk. Gigi, Instalasi Farmasi,

Instalasi Hemodialisa, Laboratorium, Rontgen/CT Scan. Penelitian ini

dilakukan di Rawat Inap Rasuna Said, Ruang Imam Bonjol, Ruang Agus

Salim, dan Ruang HCU.

52
53

B. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Karakteristik f %
Umur :
26-35 tahun 39 81,0
36-45 tahun 8 16,7
46-55 tahun 1 2,1
Jumlah 48 100
Pendidikan :
D3 20 41,7
S1 13 27,1
Ners 15 31,3
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar (81,0%)

responden memiliki umur dari rentang 26-35 tahun dan kurang dari separoh

(41,7%) responden memiliki pendidikan D3 keperawatan di Rumah Sakit Tk.

III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

C. Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor yang

berhubungan kepatuhan perawat dalam penerapan five moment di Rumah

Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang, didapatkan hasil penelitian :


54

1. Analisis Univariat

b. Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Five Moment

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Five
Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Kepatuhan f %
Tidak Patuh 25 52,1
Patuh 23 47,9
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa lebih dari separoh

(52,1%) responden tidak patuh dalam menerapkan five moment di

Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

c. Motivasi Perawat

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat dalam Penerapan
Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang Tahun 2022

Motivasi f %
Rendah 22 45,8
Tinggi 26 54,2
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa kurang dari separoh

(45,8%) responden memiliki motivasi yang rendah dalam penerapan

five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun

2022.
55

d. Sikap Perawat

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Penerapan Five
Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang Tahun 2022

Sikap f %
Negatif 21 43,7
Positif 27 56,3
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa kurang dari separoh

(43,7%) responden memiliki sikap negatif dalam penerapan five

moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

e. Lama Kerja Perawat

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Lama Kerja Perawat di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Lama Kerja f %
Baru 15 31,2
Lama 33 68,8
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa kurang dari separoh

(31,2%) responden dengan lama kerja yang baru di Rumah Sakit Tk.

III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.


56

1. Analisis Bivariat

a. Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Five Moment

Tabel 4.6
Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Penerapan Five Moment di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Kepatuhan
p
Tidak Jumlah
Motivasi Patuh value
Patuh
f % f % f %
Rendah 16 72,7 6 27,3 22 100
0,019
Tinggi 9 34,6 17 65,4 26 100
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa dari 22 responden

yang memiliki motivasi rendah terdapat (72,7%) tidak patuh dalam

menerapkan five moment dan (27,3%) patuh dalam menerapkan five

moment. Dari 26 responden yang memiliki motivasi tinggi terdapat

(34,6%) tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (65,4%)

patuh dalam menerapkan five moment.

Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value = 0,019 (p <

0,05) artinya ada hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan

perawat dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022.


57

b. Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan

Five Moment

Tabel 4.7
Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Penerapan Five Moment di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Kepatuhan
p
Tidak Jumlah
Sikap Patuh value
Patuh
f % f % f %
Negatif 15 71,4 6 28,6 21 100
0,038
Positif 10 37,0 17 63,0 27 100
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa dari 21 responden

yang memiliki sikap negatif terdapat (71,4%) tidak patuh dalam

menerapkan five moment dan (28,6%) patuh dalam menerapkan five

moment. Dari 27 responden yang memiliki sikap positif terdapat

(37,0%) tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (63,0%)

patuh dalam menerapkan five moment.

Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value = 0,038 (p <

0,05) artinya ada hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022.


58

c. Hubungan Lama Kerja Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Five Moment

Tabel 4.8
Hubungan Lama Kerja Perawat dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Penerapan Five Moment di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Kepatuhan
p
Tidak Jumlah
Lama Kerja Patuh value
Patuh
f % f % f %
Baru 12 80,0 3 20,0 15 100
0,022
Lama 13 39,4 20 60,6 33 100
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa dari 15 responden

dengan lama kerja (< 5 tahun) yang baru terdapat (80,0%) tidak patuh

dalam menerapkan five moment dan (20,0%) patuh dalam menerapkan

five moment. Dari 33 responden dengan lama kerja yang lama (> 5

tahun) terdapat (39,4%) tidak patuh dalam menerapkan five moment

dan (60,6%) patuh dalam menerapkan five moment.

Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value = 0,022 (p <

0,05) artinya ada hubungan lama kerja perawat dengan kepatuhan

perawat dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian.

Ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor

yang agar dapat lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang

dalam menyempurnakan penelitiannya. Pada penelitian ini beberapa

keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah :

1. Pengamatan kepatuhan 5 momen cuci tangan hanya memakai SOP cuci

tangan dari rumah sakit, sehingga tidak sesuai dengan 5 momen menurut

WHO.

2. Penelitian ini menggunakan angket sebagai media pengumpulan data,

sehingga kemungkinan besar informasi yang disampaikan responden

rentan terhadap informasi bias.

3. Jumlah sampel dalam penelitian cukup terbatas, yaitu hanya 48 orang.

4. Responden dalam penelitian ini masih ada yang cuti dan melanjutkan

pendidikan, sehingga banyak yang tidak ditemui.

5. Pengambilan sampel hanya dilakukan pada 4 Ruangan yaitu di Ruang

Rasuna Said, Ruang Imam Bonjol, Ruang Agus Salim, dan Ruang HCU.

Ruangan VIP tidak mendapatkan izin dari pihak rumah sakit untuk diteliti

dan terdapat beberapa ruangan isolasi Covid-19.

59
60

6. Untuk mencukupi jumlah sampel, peneliti mengambil jumlah perawat dari

Ruang HCU.

7. Karena memiliki banyak kesibukan dan keterbatasan waktu, responden

meminta angketnya untuk ditinggalkan yang pada akhirnya menyebabkan

peneliti tidak dapat mendampingi responden pada saat menjawab

akibatnya jawaban yang diberikan belum tentu menggambarkan keadaan

yang sebenarnya.

8. Penelitian ini sebagian besar masih mengadopsi kuesioner yang dipakai

peneliti sebelumnya, sehingga kemungkinan terjadi kekeliuran dalam

pengukurannya karena belum tentu menggambarkan keadaan yang sama

pada objek yang diteliti peneliti sebelumnya.

B. Analisis Univariat

1. Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Five Moment

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa lebih dari separoh (52,1%) responden tidak patuh dalam

menerapkan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang

tahun 2022.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ayu (2020) tentang hubungan pengetahuan dan motivasi perawat

terhadap kepatuhan melakukan five moment hand hygiene di RSUD

Sayang Kab. Cianjur. Hasil penelitian ditemukan 59,3% responden tidak

patuh melakukan five moment hand hygiene.


61

Kepatuhan adalah salah satu perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu

usaha seseorang untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar

tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit (Notoatmodjo, 2018).

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang untuk taat dalam

menjalankan sesuatu yang disepakati dari penyedia layanan kesehatan

(Swarjana, 2021).

Perawat yang merupakan salah satu petugas kesehatan memiliki

resiko tinggi menularkan pathogen melalui tangan, karena perawat

memiliki peluang yang besar berada pada five moment penting tersebut,

sehingga kepatuhan mencuci tangan perawat hendaknya ditingkatkan.

Tujuan mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien yaitu untuk

menghindarkan pasien dari paparan kotoran dan kuman yang dibawa oleh

tenaga kesehatan lain dari pasien lain sehingga pasien dapat terhindar dari

kuman yang dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari kuman yang dapat

memperparah penyakit yang diderita (Anugrahwati, 2019).

Dampak tidak patuh cuci tangan diantaranya akan menimbulkan

kesakitan pada individu akibat dari perpindahan mikroorganisme misalnya

terjadi sakit perut dan gatal-gatal pada kulit. Bagi tenaga kesehatan, hal

kebersihan tangan menjadi salah satu indikator upaya sebuah sistem dalam

pencegahan infeksi silang di suatu pelayanan kesehatan. Dampak perawat

tidak patuh cuci tangan salah satunya meningkatkan infeksi nosokomial di

rumah sakit (Kustriyani, 2018).


62

Menurut peneliti, responden yang tidak patuh dalam menerapkan

five moment terlihat dari hasil observasi dilakukan, dimana pada five

moment menurut WHO, responden tidak melakukan cuci tangan setelah

menyentuh barang disekitar pasien sebesar 27,1% dan responden juga

melaksanakan hand hygiene hanya saat sesudah kontak dengan pasien dan

kontak dengan cairan tubuh pasien sebesar 31,3%.

Hasil observasi menurut SOP Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang terlihat pada handrub yaitu pada item nomor 5

sebesar 60,4% responden tidak membersihkan ujung jari secara bergantian

dengan posisi saling mengunci. Pada item nomor 6 sebesar 58,3%

responden tidak menggosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

Pada item nomor 7 sebesar 54,2% responden tidak meletakkan ujung jari

ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Pada handwash item nomor

12 sebesar 33,3% responden tidak menggunakan sekali lagi cairan

antiseptik, sebarkan ke seluruh permukaan tangan dan lengan bawah. Pada

item nomor 13 sebesar 60,4% responden tidak memulai dengan tangan,

gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah kuku kedua

tangan. Pada item nomor 17 sebesar 60,4% responden tidak mencuci

seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah juga di

scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku. Pada item nomor

22 sebesar 54,2% responden tidak melakukan semua proses selama 2-5

menit. Tidak patuhnya responden dalam menerapkan five moment

disebabkan oleh kurangnya supervisi yang dilakukan oleh Tim PPI rumah
63

sakit, karena supervisi yang dilakukan hanyalah memantau lembar

observasi kepatuhan cuci tangan dari tiap ruangan tetapi tidak

mensupervisi seluruh perawat, hanya beberapa perawat yang di supervisi.

Akibatnya responden yang tidak disupervisi dan tidak pernah mendapat

teguran dari Tim PPI menjadi tidak patuh terhadap prosedur. Selain itu,

juga dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan yang diberikan oleh

kepala ruangan dalam memberikan informasi secara berkala tentang pasien

safety kepada para stafnya sehingga penerapan five moment untuk

menunjang pasien safety dapat terlaksana dengan baik.

2. Motivasi Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa kurang dari separoh (45,8%) responden memiliki motivasi yang

rendah dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sani (2017) tentang hubungan motivasi perawat dengan tingkat

kepatuhan melakukan cuci tangan di RSI Klaten. Hasil penelitian

ditemukan 52,5% responden memiliki motivasi yang kurang.

Motivasi pada dasarnya berasal dari bahasa latin yaitu movere yang

berarti to more atau menggerakkan. Dalam bahasa Inggris, motivasi atau

motivation yang kata dasarnya motive artinya dorongan, sebab, atau alasan

seseorang untuk melakukan sesuatu (Swarjana, 2021). Motivasi adalah

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.


64

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu dan melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama

dalam berperilaku (Nursalam, 2016).

Motivasi diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat,

yang tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan

dalam tingkah lakunya berupa rangsangan dorongan, sehingga

menghasilkan tingkah laku tertentu (Kustriyani, 2018). Motivasi

dipengaruhi oleh kebutuhan rasa aman (psikologis) dimana seseorang

harus mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mencapai kemajuan

akan tetapi juga harus bersedia menerima kewajiban yang lebih banyak

(Ningsih, et. al., 2017).

Menurut peneliti, rendahnya motivasi responden dalam

menerapkan five moment terlihat dari hasil analisis kuesioner yaitu five

moment menurut WHO nomor 3 dan 4 terlihat pada pernyataan nomor 5

sebesar 27,1% responden menyatakan sangat setuju tidak mencuci tangan

setelah menyentuh barang disekitar pasien yang terlihat bersih. Five

moment nomor 5 terlihat pada pernyataan nomor 7 sebesar 25% responden

menyatakan sangat setuju dan sebesar 31,3% responden menyatakan setuju

melaksanakan hand hygiene hanya saat sesudah kontak dengan pasien dan

kontak dengan cairan tubuh pasien. Pada pernyataan nomor 9 sebesar

12,5% responden menyatakan sangat setuju mencuci tangan jika

mengingatnya, jika sedang banyak pekerjaan sering lupa mencuci tangan.


65

Berdasarkan hasil analisis tersebut, terlihat bahwa responden yang tidak

mencuci tangan setelah menyentuh barang pasien disebabkan oleh

responden merasa barang-barang tersebut bersih, padahal kebersihan

barang-barang pasien belum tentu dapat dikatakan bersih dari bakteri atau

kuman-kuman penyakit. Selain itu, rendahnya motivasi responden juga

dapat disebabkan kurangnya dukungan dari luar seperti kepala ruangan

tidak memberikan motivasi dalam menerapkan five moment, sehingga

kurangnya kesadaran setiap responden untuk menerapkan five moment

yang sesuai dengan SOP rumah sakit.

3. Sikap Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa kurang dari separoh (43,7%) responden memiliki sikap negatif

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Zainaro dan Laila (2020) dengan melibatkan 46 responden. Hasil

penelitian ditemukan 50% sikap perawat dalam hand hygiene negatif.

Sikap merupakan suatu respon tertutup terhadap stimulus atau

objek tertentu. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung,

namun hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.

Perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan

dimilki oleh individu, pandangan atau penilaian terhadap suatu objek serta

(Notoatmodjo, 2018).
66

Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari

kelompok sosialnya. Sikap juga dipengaruhi dengan kebudayaan, tanpa

disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap perawat.

terhadap berbagai masalah. Demikian juga sikap pada pelaksanaan cuci

tangan, jika cuci tangan sudah dilakukan sebagai suatu budaya kerja atau

pola maka pelaksanaan cuci tangan akan berjalan dengan baik

(Nurmayunita, 2018).

Menurut peneliti, masih adanya responden yang bersikap negatif

dalam menerapkan five moment, terlihat dari hasil analisis kuesioner yaitu

pada pernyataan nomor 2 ditemukan sebesar 10,4% responden

menyatakan tidak setuju melakukan cuci tangan agar pasien merasa

nyaman dan tenang saat dilakukan pelayanan kesehatan. Pada pernyataan

nomor 7 sebesar 29,2% responden menyatakan setuju tentang tidak perlu

terlalu sering melakukan hand hygiene dapat membuat tangan menjadi

kering, iritasi dan tidak nyaman. Pada pernyataan nomor 8 juga ditemukan

29,2% responden menyatakan setuju tentang mematuhi hand hygiene

sesuai standar dapat membuang waktu dan menghambat untuk segera

menyelesaikan pekerjaan. Pada pernyataan nomor 9 sebesar 14,6%

responden menyatakan setuju tentang kesibukan yang tinggi membuat

tidak sempat untuk melakukan hand hygiene sesuai standar. Negatifnya

sikap responden dalam menerapkan five moment disebabkan oleh

kurangnya kesadaran dan inisiatif responden untuk memberikan pelayanan


67

terutama dalam kebersihan tangan saat melayani pasien. Selain itu, sikap

dalam menerapkan five moment bisa menjadi suatu budaya atau kebiasaan

yang baik yang dilakukan oleh responden, maka pelaksanaan five moment

dapat dilakukan dengan baik juga. Jadi, responden yang mengangap

penting tentang dalam menerapkan five moment, maka hal ini dapat

menunjukkan suatu sikap yang kuat oleh responden terhadap five moment.

4. Lama Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa kurang dari separoh (31,2%) responden dengan lama kerja yang

baru di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Jama dan Yuliana (2020) tentang faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan perawat dalam melakukan 6 langkah cuci tangan di ruang

Bedah dan Interna RSUD Labuang Baji Makassar, dengan melibatkan 41

responden. Hasil penelitian ditemukan perawat yang baru bekerja sebesar

26,8%.

Lama kerja adalah adalah merupakan pengalaman individu yang

akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Lama kerja

yang lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah

organisasi hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan

yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam pekerjaannya.

Semakin lama seseorang bekerja maka tingkat prestasi akan semakin


68

tinggi, prestasi yang tinggi di dapat dari perilaku yang baik (Saragih,

2020).

Lama kerja perawat adalah lama seorang perawat yang bekerja

dirumah sakit dari mulai awal bekerja sampai saat selesai seorang perawat

berhenti bekerja. Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka

semakin banyak pengetahuan dan pengelaman yang dimilikinya, hal ini

dapat membantu dalam meningkatkan keterampilan seorang perawat.

Lama bekerja seseorang dapat diketahui dari mulai awal perawat bekerja

sampai saat berhenti atau masa sekarang saat masih bekerja di rumah sakit

(Putra, 2018).

Menurut peneliti, lama kerja responden dapat mempengaruhi

dalam bekerja, dimana responden yang baru bekerja memiliki pengalaman

yang kurang dalam bekerja, salah satunya dalam menerapkan five

moment. Lain halnya dengan responden yang sudah lama bekerja akan

memiliki pengalaman dalam menerapkan suatu tindakan yang dapat

meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien.

C. Analisis Bivariat

2. Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Five Moment

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa dari 22 responden yang memiliki motivasi rendah terdapat (72,7%)

tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (27,3%) patuh dalam

menerapkan five moment. Dari 26 responden yang memiliki motivasi


69

tinggi terdapat (34,6%) tidak patuh dalam menerapkan five moment dan

(65,4%) patuh dalam menerapkan five moment.

Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value = 0,019 (p <

0,05) artinya ada hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuakn oleh

Gea (2017) tentang faktor kepatuhan perawat dalam penerapan hand

hygiene di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Sitoli. Hasil penelitian

ditemukan adanya hubungan motivasi perawat dengan tingkat kepatuhan

melakukan cuci tangan (p = 0,028).

Motivasi merupakan ciri proses spisikolog yang dapat menjelaskan

perilaku seseorang berkaitan dengan kepatuhan, kewajiban dan juga

kesadaran diri sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Motivasi

seseorang berkaitan dengan kebutuhan meliputi tempat dan suasana

lingkungan kerja sehingga perawat yang bekerja mengalami penurunan

motivasi yang mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan dan

mengakibatkan tindakan perawat menurun. Beberapa hal ini lah yang

membuat perawat masih kurang patuh dalam menerapkan five moment

cuci tangan (Jama dan Yuliana, 2020).

Kepatuhan cuci tangan perawat sangat perlu diperhatikan agar

tetap dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada

yaitu dengan cara lima momen yang tepat. Pelaksanaan cuci tangan yang
70

baik dan benar dilakukan karena adanya motivasi dari dalam dan luar dari

diri perawat itu sendiri. Motivasi kepatuhan perawat dalam five moment

hand hygiene berarti dorongan karena faktor-faktor tertentu yang

menyebabkan individu akan melakukan tugas-tugas sesuai dengan standar

prosedur yang telah ditetapkan. Motivasi dan kepatuhan itu merupakan hal

yang berbanding lurus dalam arti semakin tinggi motivasi yang ada

didalam diri perawat maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya

dalam melaksanakan five moment hand hygiene (Kustriyani, 2018).

Menurut peneliti, terdapatnya hubungan motivasi perawat dengan

kepatuhan perawat dalam penerapan five moment karena dengan motivasi

yang tinggi yang dimiliki oleh responden maka akan dapat meningkatkan

kepatuhan responden dalam menerapkan five moment yang benar. Selain

itu, motivasi responden untuk patuh dalam melaksanakan five moment

ketika memberikan tindakan sebelum kontak dengan pasien masih kurang,

meskipun sarana untuk palaksanaan five moment sudah tersedia di ruangan

dan mudah diakses. Motivasi yang dimiliki responden seharusnya dapat

meningkatkan kepatuhannya dalam melaksanakan lima momen cuci

tangan yang baik dan benar.

Hasil analisis ditemukan 72,7% motivasi responden yang rendah

tetapi tidak patuh dalam menerapkan five moment. Hal ini karena

kurangnya kesadaran responden untuk dalam menerapkan five moment

cuci tangan sesuai SOP rumah sakit karena responden merasa tangannya

bersih dan pelaksanaan tersebut cukup setelah melakukan tindakan kepada


71

pasien. Hasil analisis juga ditemukan 27,3% motivasi responden yang

rendah tetapi patuh dalam menerapkan five moment rumah sakit. Hal

tersebut disebakan oleh dampak dari tidak menerapkan five moment,

dimana akan berdampak terhadap responden dan pasien yang akan

dilayani, sehingga responden harus menerapkan five moment sesuai SOP

rumah sakit. Hasil analisis ditemukan 34,6% motivasi responden yang

tinggi tetapi masih tidak patuh dalam menerapkan five moment rumah

sakit. Hal ini karena kurangnya dukungan dari responden lain dan kepala

ruangan dalam meningkatkan motivasi responden untuk melaksanakan

fivem moment sesuai dengan SOP rumah sakit.

3. Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Five Moment

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa dari 21 responden yang memiliki sikap negatif terdapat (71,4%)

tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (28,6%) patuh dalam

menerapkan five moment. Dari 27 responden yang memiliki sikap positif

terdapat (37,0%) tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (63,0%)

patuh dalam menerapkan five moment.

Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value = 0,038 (p <

0,05) artinya ada hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.


72

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zainaro dan Laila (2020) tentang hubungan motivasi dan sikap dengan

kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap

RSUD DR. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian

ditemukan adanya hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan hand hygiene (p = 0,000).

Sikap merupakan suatu respon tertutup terhadap stimulus atau

objek tertentu. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung,

namun hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.

Perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan

dimilki oleh individu, pandangan atau penilaian terhadap suatu objek serta

pengalaman seseorang (Notoatmodjo, 2018).

Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene juga erat

kaitannya dengan sikap perawat terhadap hand hygiene. Perawat yang

mendukung bahwa dengan melaksanakan hand hygiene dengan baik akan

mencegah HAIs, maka perawat akan berusaha melaksanakan dalam setiap

menjalankan tugasnya. Perawat dengan sikap yang positif akan menyadari

pentingnya melakukan hand hygiene dengan tepat dan sesuai dengan

prosedur untuk mencegah terjadinya HAIs (Mardiyati, 2021).

Menurut peneliti, terdapatnya hubungan sikap perawat dengan

kepatuhan perawat dalam penerapan five moment karena sikap dapat

mempengaruhi responden dalam melakukan tindakan untuk menerapkan

five moment, dimana tindakan responden dalam menerapkan five moment


73

apabila didasarkan oleh pemahaman dan sikap tentang five moment cuci

tangan, maka akan meningkatkan kepatuhan responden dalam menerapkan

five moment. Responden yang memiliki sikap positif maka dia akan patuh

pada sesuatu yang telah ditetapkan dalam penerapan five moment hand

hygiene di rumah sakit. Namun, masih ada responden 71,4% responden

yang memiliki sikap negatif dan tidak patuh dalam menerapkan five

moment. Hal ini karena sikap negatif responden disebabkan oleh

kurangnya pengalaman responden dalam menerapkan five moment sesuai

dengan SOP rumah sakit tersebut. Hasil analisis juga ditemukan 37%

responden memiliki sikap positif tetapi tidak patuh dalam menerapkan five

moment rumah sakit. Hal ini karena pengaruh faktor lain seperti kurangnya

tindakan yang diberikan oleh kepala ruangan kepada bawahannya apabila

tidak menerapkan five moment sesuai dengan SOP rumah sakit. Selain itu,

28,6% responden yang memiliki sikap negatif tetapi patuh dalam

menerapkan five moment. Five moment sangat penting diterapkan dalam

memberikan pelayanan kepada pasien karena apabil fivem moment tidak

diterapkan sesuai dengan standar rumah sakit, maka akan berdampak

terkena infeksi nosokomial terhadap pasien maupun responden sendiri.

4. Hubungan Lama Kerja Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Five Moment

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa dari 15 responden dengan lama kerja yang baru terdapat (80,0%)

tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (20,0%) patuh dalam
74

menerapkan five moment. Dari 33 responden dengan lama kerja yang lama

terdapat (39,4%) tidak patuh dalam menerapkan five moment dan (60,6%)

patuh dalam menerapkan five moment.

Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value = 0,022 (p <

0,05) artinya ada hubungan lama kerja perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jama dan Yuliana (2020) tentang faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan perawat dalam melakukan 6 langkah cuci tangan di ruang

Bedah dan Interna RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil penelitian

ditemukan adanya hubungan lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam

melakukan 6 langkah cuci tangan (p = 0,000).

Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka semakin

banyak pengetahuan dan pengelaman yang dimilikinya, hal ini dapat

membantu dalam meningkatkan keterampilan seorang perawat. Lama

bekerja seseorang dapat diketahui dari mulai awal perawat bekerja sampai

saat berhenti atau masa sekarang saat masih bekerja di rumah sakit (Putra,

2018). Semakin lama seorang karyawan bekerja, semakin rendah

keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya, berdasarkan hal

tersebut peningkatan kinerja perawat dalam suatu rumah sakit akan

dipengaruhi oleh masa kerja perawat (Awliyawati, 2015).


75

Menurut peneliti, terdapatnya hubungan lama kerja perawat dengan

kepatuhan perawat dalam penerapan five moment karena lama kerja yang

lama akan memberikan pengalaman yang positif terhadap pekerjaannya

termasuk dalam hal kepatuhan dalam menerapkan fie moment akan

meningkat pula. Begitupun lama kerja yang lama akan mendapatkan

pengalaman yang lebih banyak daipada yang baru.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

kepatuhan perawat dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2022, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Lebih dari separoh (52,1%) perawat tidak patuh dalam menerapkan five

moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

2. Kurang dari separoh (45,8%) perawat memiliki motivasi yang rendah

dalam penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2022.

3. Kurang dari separoh (43,7%) perawat memiliki sikap negatif dalam

penerapan five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang

tahun 2022.

4. Kurang dari separoh (31,2%) perawat dengan lama kerja yang baru di

Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

5. Hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan perawat dalam penerapan

five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022

(p = 0,019).

6. Hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam penerapan five

moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022 (p =

0,038).

76
77

7. Hubungan lama kerja perawat dengan kepatuhan perawat dalam penerapan

five moment di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022

(p = 0,022).

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

dalam metode penelitian.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada pihak manajemen Rumah Sakit terus

memperhatikan pelaksanaan prosedur kerja terutama pada pelaksanaan

five moment hand hygiene sehingga pelaksanaannya bisa dilakukan secara

optimal dalam upaya mencegah infeksi rumah sakit dan sebagai upaya

pelaksanaan keselamatan pasien dalam memberikan pelayanan profesional

sebagai budaya kerja. Motivasi, sikap, dan kepatuhan perawat dapat

ditingkatkan jika rumah sakit dapat lebih memperhatikan keluhan perawat

yang memilki beban kerja berlebih sehingga menurunkan motivasi dalam

melaksanakan prosedur kerjanya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

bacaan di perpustakaan STIKes Alifah Padang.


78

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan kepatuhan perawat

dalam penerapan five moment, agar menggunakan variabel yang berbeda

seperti pengetahuan, persepsi, pendidikan, dan pelatihan serta dengan

pembahasan yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Yusri, et. al. 2021. Efektivitas Kepatuhan terhadap Protokol Kesehatan
Covid-19 pada Pekerja Informal di Kota Makasar. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia.

Agustin, Dinda, Dkk. 2020. “Hubungan Kepatuhan Perawat dengan Penerapan 5


Momen Cuci Tangan di RSUD Kabupaten Buton.” Window of Public Health
Journal 1(4):394–403.

Amelia, Rahma Athifa. 2020. “Kepatuhan Cuci Tangan Petugas Rawat Inap di
Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang.” Diponegoro Medical Journal
9(3):301–12.

Anugrahwati, Ria. 2019. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat


dalam Melakukan Hand Hygiene Five Moments di RS. Hermina Jatinegara.”
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik 2(1):41–48.

Arsabani, Fahrun, Nisa dan Nevita, Putri Hadianti. 2019. “Hubungan


Ketersediaan Sumber Daya, Kepemimpinan, Lama Kerja, dan Persepsi
dengan Kepatuhan Mencuci Tangan Lima Momen di Rumah Sakit Islam
Surabaya.” Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1):41–47.

Awliyawati, Fakhira Dwi. 2015. "Hubungan Karakteristik Perawat dengan


Kepatuhan dalam Menerapkan Pedoman Patient Safety di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar" (Skripsi). UIN Alauddin Makassar

Ayu, Shinta Arini. 2020. “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Perawat terhadap
Kepatuhan Melakukan Five Moment Hand Hygiene di RSUD Sayang Kab.
Cianjur.” Malahayati Nursing Journal 4(3):537–55.

Azwar, Saifuddin. 2016. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Dewi, Hendra, Yanti. 2017. “Pengaruh Coaching Keperawatan terhadap


Kepatuhan Perawat.” JRKN V 01(01):28–34.

Gea, Ivan Agus Yanto. 2017. "Faktor Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Hand
Hygiene di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Sitoli". Jurnal Kesehatan
Global 1(3). 102-109

Hidayah, Nur. 2019. “Kepatuhan Tenaga Kesehatan terhadap Implementasi Hand


Hygiene di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Kota Makassar.” Jurnal
Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo 5(2):182–93.
Hidayat, Aziz Alimul. 2017. Metode Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Jama, Fatma dan Yuliana. 2020. “Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Perawat dalam Melakukan 6 Langkah Cuci Tangan di Ruang Bedah dan
Interna RSUD Labuang Baji Makassar.” Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia 4(2):96–109.

Julianingsih, Sri Redjeki. 2021. “Peningkatan Kepatuhan Five Moment


Kebersihan Tangan pada Perawat : Quasi Ekperimental dengan Intervensi
Pelatihan Caring di Rumah Sakit DR.H. Marzoeki Mahdi Bogor.” Carolus
Journal of Nursing 4(1):13–29.

Kemenkes, RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
Pelayanan Kesehatan (Kesiapan Mengahadapi Energing Infection Disease).
Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes, RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan No 4 2018 tentang Kewajiban


Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes, RI. 2020. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kustriyani, Menik. 2018. "Adherence Improvement of Five Moments Hand


Hygiene With Increasing Motivation of Nurses". Media Keperawatan
Indonesia 1(1)12-19

Mardiyati, Septiana Hanifah. 2021. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat


Terhadap Kepatuhan Kebersihan Tangan pada Lima Momen Cuci Tangan di
RSUP Surakarta.”

Mineli, Sonia. 2019. “Gambaran Pelaksanaan Hand Hygiene Perawat dalam


Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien di Ruang Penyakit Dalam
RSUD H. Hanafie Bungo.” Stikes Perintis Padang.

Ningsih, et. al. 2017. “Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Kebersihan Tangan oleh
Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Dustira Cimahi.” Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia 3(1):5–7.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2018a. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2018b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.
Nurmayunita, Henu. 2018. “Penerapan Model Perilaku Perawat tentang Hand
Hygiene Berbasis Teory of Planned Behaviour dan Kepatuhan Perawat
Melakukan Hand Hygiene 5 Moment 6 Langkah.” Jurnal Kesehatan Hesti
Wira Sakti 6(2):1–11.

Nursalam. 2016. Manejemen Keperawatan: ”Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Propesional. Jakarta: Salemba Medika.

Pangaribuan, Risma. 2019. “Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Implementasi


Five Moments Cuci Tangan di RSUD Yowari Kabupaten Jayapura.” Sentani
Nursing Journal 3(2):54–61.

Putra, Gito Mahata. 2018. “Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja Perawat
dengan Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Pasien Vulnus Laceratum
di IGD Puskesmas Maek Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh
Kota.” Stikes Perintis Padang.

Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2018. Jakarta:


Kemenkes RI.

Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang. 2018. Standar Prosedur
Operasional Cuci Tangan. Padang

Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang. 2021. Data Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang. Padang.

Sani, Fakhrudin Nasrul. 2017. "Hubungan Motivasi Perawat dengan Tingkat


Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan di RSI Klaten". PROFESI 14(2). 11-18

Saragih, Rosita. 2020. “Hubungan Karakteristik Perawat dengan Tingkat


Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia
Medan.” Academia Journal 1(1):1–15.

Sari, Julita. 2017. “Pelaksanaan Five Moments for Hand Hygiene Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.” . . Jurnal Ilmiah Keperawatan 2(3):1–6.

Segosoy, Emanuela. 2019. “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Motivasi


Perawat dengan Kepatuhan Five Moments Hand Hygiene di Ruang IGD,
ICU, HD dan Rawat Inap Rumah Sakit Royal Surabaya.” (Skripsi). Stikes
Hangtuah Surabaya.
Sitorus, Ebenezer dan Dewi Prabawati. 2021. “Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Motivasi Perawat dengan Tingkat Kepatuhan dan Ketepatan dalam
Melakukan Five Moment Hand Hygine di Ruang Perawatan Rawat Inap
Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.” Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan 17(1):32–40.

Sitorus, Tetty. 2020. “Perbandingan Kepatuhan Perawat dalam Mencuci Tangan


di Unit Kritis dan Unit Medikal Bedah Rumah Sakit Advent Bandung.”
Klabat Journal of Nursing 2(1):19–29.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suhartini, Esti. 2017. “Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Perawat dalam Hand
Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman.”
(Naskah Publikasi). Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Swarjana, Ketut. 2021. Konsep Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Persepsi, Stres,


Kecemasan, Nyeri, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi, Kepuasan,
Pendemi Covid-19, Akses Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

Syamsulastri. 2017. “Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam


Melakukan Hand Hygiene di IGD, ICU dan IBS RSUD Ade Muhammad
Djoen Sintang.” (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Pontianak.

WHO. 2020. 5 Momen Cuci Tangan oleh Petugas Kesehatan.


https://www.who.int/who-documents-detail/interim-recommendations-on-
obligatory-handhygiene-against-transmission-of-covid-19

Zainaro, Arifki dan Susi Laila. 2020. “Hubungan Motivasi dan Sikap dengan
Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap
RSUD DR. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung.” Malahayati
Nursing Journal 2(1):68–82.
Lampiran 1

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada Yth,
Responden
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswi STIKes Alifah Padang
Nama : SILFIA AULIA
NIM : 1810105030
Program studi : Prodi S1 Keperawatan
Alamat : Padang
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan kepatuhan perawat dalam penerapan five moment di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022”. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk keperluan
penelitian.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui untuk menjadi responden, maka dengan ini
saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menandatangani lembaran persetujuan dan
menjawab pertanyaan yang saya ajukan dalam lembar kuesioner.
Atas kesedian Bapak/Ibu menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Padang, Mei 2022

Silfia Aulia
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan : 
Alamat :

Setelah membaca dan dijelaskan maksud dari penelitian, saya bersedia


menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari “Silfia
Aulia” mahasiswi STIKes Alifah Padang dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan kepatuhan perawat dalam penerapan five moment di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022”.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang benarnya dan kerahasiaa
akan dijaga.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan suka rela tanpa ada
paksaan pihak lain.

Padang, Mei 2022


Responden

( )
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT


DALAM PENERAPAN FIVE MOMENT DI RUMAH SAKIT
TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG
TAHUN 2022

No. Sampel

A. Identitas Responden
Inisial Responden :
Umur :
Pendidikan : D3 S1 Ners
Alamat :

B. Kepatuhan dalam Penerapan Five Moment


Berilah tanda cheklis (√) pada kolom sesuai dengan yang Bapak/Ibu lakukan !
Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Handrub
1 Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk
cincin, gelang dan jam tangan
2 Tuang cairan handrub (antiseptik berbasis alkohol)
pada telapak tangan, kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah
memutar
3 Usap dan gosok juga kedua punggung tangan
secara bergantian
4 Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
5 Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
posisi saling mengunci
6 Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
7 Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian
gosok perlahan
Handwash
8 Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk
cincin, gelang dan jam tangan
9 Basahi tangan dengan air mengalir
10 Gunakan sabun/cairan antiseptik
11 Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh
dan bilas dengan air mengalir
12 Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke
seluruh permukaan tangan dan lengan bawah
13 Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku
untuk membersihkan daerah bawah kuku kedua
tangan
14 Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian
jari-jari, sela-sela jari, telapak tangan dan
punggung tangan
15 Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi
16 Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada
tiap tangan
17 Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub,
bagian lengan bawah juga di scrub, pastikan
gerakan dari bawah lengan menuju siku
18 Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah
menuju siku
19 Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh,
pastikan tangan di tahan lebih tinggi dari siku
20 Biarkan sisa air menetes melalui siku
21 Keringkan dengan handuk steril
22. Prosedur dilakukan 2 – 5 menit
Sumber : Rumah Sakit Tk III dr Reksodiwiryo Padang (2018)
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT


DALAM PENERAPAN FIVE MOMENT DI RUMAH SAKIT
TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG
TAHUN 2022

No. Sampel

A. Identitas Responden
Inisial Responden :
Umur :
Pendidikan : D3 S1 Ners
Alamat :

B. Motivasi
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom sesuai dengan yang Bapak/Ibu lakukan !
Keterangan :
Sangat Setuju (SS) diberi kode 4
Setuju (S) diberi kode 3
Tidak Setuju (TS) diberi kode 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi kode 1
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya melakukan hand hygiene menggunakan
sabun dan air atau menggunakan alkohol
handrubbing
2. Saya tidak mencuci tangan jika tempat untuk
mencuci jauh dari jangkauan saya
3. Saya mencuci tangan sebelum menyentuh
pasien untuk melindungi pasien dari bakteri
patogen yang ada di tangan saya
4. Saya melakukan hand hygiene hanya karena
saya ingin melakukannya, jika tidak ingin
maka saya tidak melakukannya
5. Saya tidak mencuci tangan setelah saya
menyentuh barang disekitar pasien yang
terlihat bersih
6. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
aseptik saya selalu mencuci tangan
7. Saya melaksanakan hand hygiene hanya saat
sesudah kontak dengan pasien dan kontak
dengan cairan tubuh pasien
8. Saya menyadari bahwa melakukan hand
hygiene berguna untuk pencegahan infeksi
silang terhadap saya, pasien, pengunjung dan
petugas kesehatan lainnya
9. Saya mencuci tangan jika saya
mengingatnya, jika sedang banyak pekerjaan
saya sering lupa mencuci tangan
10 Saya selalu melaksanakan hand hygiene
. sesuai dengan langkah-langkah dari WHO
Sumber : Segosoy (2019)
C. Sikap
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom sesuai dengan yang Bapak/Ibu lakukan !
Keterangan :
Sangat Setuju (SS) diberi kode 4
Setuju (S) diberi kode 3
Tidak Setuju (TS) diberi kode 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi kode 1
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya melakukan cuci tangan untuk
menghindari penyakit infeksi yang dapat
terjangkit dari pasien
2. Saya melakukan cuci tangan agar pasien
merasa nyaman dan tenang saat dilakukan
pelayanan kesehatan
3. Saya melakukan cuci tangan agar saat
memberikan pelayanan merasa aman
4. Saya mencuci tangan sesuai tahapan yang
telah ditetapkan
5. Walaupun saya menggunakan sarung tangan
dalam memberikan pelayanan kesehatan,
tetapi saya terlebih dahulu mencuci tangan
6. Bila saya lupa mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien, maka saya akan
berhenti memberikan pelayanan kesehatan
dan kemudian mencuci tangan terlebih
dahulu
7. Merasa tidak perlu terlalu sering melakukan
hand hygiene dapat membuat tangan menjadi
kering, iritasi dan tidak nyaman
8. Mematuhi hand hygiene sesuai standar
dapat membuang waktu dan menghambat
untuk segera menyelesaikan pekerjaan
9. Kesibukan yang tinggi membuat saya tidak
sempat untuk melakukan hand hygiene
sesuai standar
10 Saya melakukan cuci tangan ketika ada
. perawat lain yang mengingatkan
Sumber : Simanjuntak (2019)

D. Lama Kerja

< 5 tahun

> 5 tahun
Lampiran 4

GANT CHART SKRIPSI


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN FIVE MOMENT
DI RUMAH SAKIT TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2022

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUS


NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyerahan Topik/Judul Penelitian
2 Seleksi Judul Permasalahan Penelitian
Dan Penentuan Pembimbing
3 Pengumuman Judul Diterima Dan
Mahasiswa Mengambil Surat
Kesediaan Menjadi Pembimbing
4 Pengambilan Surat Data Awal
5 Proses Bimbingan/Konsultasi Proposal
(Minimal 6x Dengan Mengisi
Daftar Bimbingan
6 Sidang Proposal
7 Perbaikan Dan Penyerahan Proposal
Yang Sudah Di Tanda Tangani Oleh
Pembimbing I Dan II Ke Bagian
Sekretariat
8 Penelitian Dan Konsultasi Laporan
9 Pendaftaran Ujian Hasil
10 Perbaikan Dan Penyerahan Skripsi
Yang Sudah Di Tanda Tangani Oleh
Pembimbing I Dan II Dan Penguji 1
Dan 2 Ke Bagian Sekretariat
11 Persiapan Yudisium
12 Yudisium

Pembimbing I Pembimbing II Mahasiswa

Dr. Ns. Asmawati, S. Kep, M.Kep Ns. Syalvia Oresti, M.Kep Silfia Aulia
Lampiran 5 MASTER TABEL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN FIVE MOMENT


DI RUMAH SAKIT TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG
TAHUN 2022

No. Inisial Kepatuhan Kod Motivasi Kod Sikap Kod Lama Kod
Ruangan Umur Pddk Skor % Kategori Skor Kate gori Skor Kate gori Kate gori
Resp Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 e 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 e 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 e Kerja e

1 Ny. W Rasuna Said 28 S1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 81,8 0 Tidak Patuh 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 36 1 Tinggi 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 0 Negatif <5 0 Baru
2 Ny. R Rasuna Said 31 S1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 33 1 Tinggi 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 32 1 Positif >5 1 Lama
3 Ny. L Rasuna Said 31 S1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 68,2 0 Tidak Patuh 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 37 1 Tinggi 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 36 1 Positif >5 1 Lama
4 Ny. H Rasuna Said 34 D3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 1 Tinggi 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 36 1 Positif >5 1 Lama
5 Tn. A Rasuna Said 33 D3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,3 0 Tidak Patuh 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 1 Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Positif >5 1 Lama
6 Ny. R Rasuna Said 30 S1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 33 1 Tinggi 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 35 1 Positif <5 0 Baru
7 Tn. D Rasuna Said 31 D3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,3 0 Tidak Patuh 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 36 1 Tinggi 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 34 1 Positif <5 0 Baru
8 Ny. W Rasuna Said 33 Ners 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 77,3 0 Tidak Patuh 4 3 4 3 1 4 1 4 1 3 28 0 Rendah 4 4 3 3 4 3 3 3 1 1 29 0 Negatif >5 1 Lama
9 Ny. IR Rasuna Said 35 S1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 4 4 1 4 1 4 1 1 4 4 28 0 Rendah 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Positif >5 1 Lama
10 Ny. I Rasuna Said 35 S1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 36 1 Tinggi 4 4 3 4 4 3 2 2 2 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
11 Ny. D Rasuna Said 38 D3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 81,8 0 Tidak Patuh 4 3 3 3 1 4 1 3 1 3 26 0 Rendah 3 2 3 4 4 3 2 3 2 2 28 0 Negatif >5 1 Lama
12 Ny. S Imam Bonjol 35 Ners 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 4 2 4 3 3 4 1 4 3 4 32 1 Tinggi 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
13 Ny. T Imam Bonjol 31 D3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 35 1 Tinggi 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 36 1 Positif >5 1 Lama
14 Ny. S Imam Bonjol 35 Ners 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,3 0 Tidak Patuh 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 38 1 Tinggi 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 35 1 Positif >5 1 Lama
15 Ny. N Imam Bonjol 30 Ners 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 77,3 0 Tidak Patuh 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 35 1 Tinggi 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 31 0 Negatif <5 0 Baru
16 Ny. HPS Imam Bonjol 30 D3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 3 4 3 3 1 4 3 4 3 4 32 1 Tinggi 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 33 1 Positif <5 0 Baru
17 Ny. DM Imam Bonjol 30 Ners 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 68,2 0 Tidak Patuh 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 38 1 Tinggi 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 36 1 Positif <5 0 Baru
18 Ny. R Imam Bonjol 30 Ners 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 81,8 0 Tidak Patuh 4 3 3 3 1 4 1 3 3 3 28 0 Rendah 4 3 4 4 3 3 2 2 3 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
19 Ny. H Imam Bonjol 30 D3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 1 Tinggi 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 35 1 Positif >5 1 Lama
20 Ny. M Imam Bonjol 31 S1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 72,7 0 Tidak Patuh 3 3 4 3 4 4 1 3 3 3 31 0 Rendah 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 32 1 Positif <5 0 Baru
21 Ny. NR Imam Bonjol 37 D3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 32 1 Tinggi 4 3 4 3 4 3 3 3 1 4 32 1 Positif >5 1 Lama
22 Ny. R Imam Bonjol 33 D3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0 Rendah 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1 Positif >5 1 Lama
23 Ny. DM Imam Bonjol 31 Ners 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,3 0 Tidak Patuh 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 30 0 Rendah 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 31 0 Negatif <5 0 Baru
24 Tn. DR Imam Bonjol 33 Ners 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29 0 Rendah 3 4 4 4 4 3 3 3 1 3 32 1 Positif >5 1 Lama
25 Ny. RY Agus Salim 33 Ners 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 72,7 0 Tidak Patuh 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29 0 Rendah 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 33 1 Positif <5 0 Baru
26 Ny. E Agus Salim 33 D3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 81,8 0 Tidak Patuh 3 3 3 3 1 3 2 3 3 4 28 0 Rendah 4 3 3 3 4 3 2 2 2 3 29 0 Negatif <5 0 Baru
27 Ny. P Agus Salim 30 Ners 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 32 1 Tinggi 3 1 3 3 4 4 3 4 4 3 32 1 Positif >5 1 Lama
28 Ny. Y Agus Salim 32 Ners 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 3 3 3 4 1 3 1 3 4 3 28 0 Rendah 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 26 0 Negatif <5 0 Baru
29 Ny. MN Agus Salim 27 D3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 81,8 0 Tidak Patuh 4 3 3 4 1 4 1 4 3 3 30 0 Rendah 4 2 4 3 4 4 2 1 1 2 27 0 Negatif <5 0 Baru
30 Ny. LN Agus Salim 31 S1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,3 0 Tidak Patuh 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 31 0 Rendah 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 33 1 Positif <5 0 Baru
31 Ny. N Agus Salim 37 D3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 35 1 Tinggi 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 33 1 Positif >5 1 Lama
32 Ny. V Agus Salim 32 D3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 81,8 0 Tidak Patuh 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 33 1 Tinggi 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 32 1 Positif <5 0 Baru
33 Ny. F Agus Salim 36 Ners 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 72,7 0 Tidak Patuh 4 3 3 3 1 4 3 1 1 3 26 0 Rendah 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 26 0 Negatif >5 1 Lama
34 Ny. OW Agus Salim 33 Ners 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 72,7 0 Tidak Patuh 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 32 1 Tinggi 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
35 Ny. L Agus Salim 35 S1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 4 4 3 3 1 3 1 4 1 4 28 0 Rendah 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 32 1 Positif >5 1 Lama
36 Ny. RT Agus Salim 41 S1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,3 0 Tidak Patuh 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 31 0 Rendah 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 30 0 Negatif >5 1 Lama
37 Ny. N Agus Salim 34 S1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 95,5 1 Patuh 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 34 1 Tinggi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0 Negatif >5 1 Lama
38 Tn. EY Agus Salim 36 D3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 95,5 1 Patuh 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 32 1 Tinggi 3 4 4 3 4 3 2 2 3 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
39 Tn. N HCU 38 D3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 86,4 1 Patuh 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 32 1 Tinggi 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 33 1 Positif >5 1 Lama
40 Ny. S HCU 45 D3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 18 81,8 0 Tidak Patuh 4 3 4 3 1 4 1 4 1 3 28 0 Rendah 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 27 0 Negatif >5 1 Lama
41 Ny. SD HCU 33 Ners 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 81,8 0 Tidak Patuh 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0 Rendah 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
42 Tn. J HCU 33 D3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 32 1 Tinggi 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 34 1 Positif >5 1 Lama
43 Ny. RR HCU 34 S1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 34 1 Tinggi 3 2 4 3 3 4 2 2 3 3 29 0 Negatif >5 1 Lama
44 Ny. SR HCU 48 D3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 18 81,8 0 Tidak Patuh 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 31 0 Rendah 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 34 1 Positif >5 1 Lama
45 Ny. T HCU 34 Ners 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,9 1 Patuh 3 4 3 4 3 3 1 4 4 3 32 1 Tinggi 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 32 1 Positif >5 1 Lama
46 Tn. A HCU 32 D3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 19 86,4 1 Patuh 3 3 3 3 1 4 2 3 3 4 29 0 Rendah 3 4 3 3 4 3 2 2 4 4 32 1 Positif >5 1 Lama
47 Ny. P HCU 33 S1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 68,2 0 Tidak Patuh 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 31 0 Rendah 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 31 0 Negatif >5 1 Lama
48 Ny. SC HCU 27 D3 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 81,8 0 Tidak Patuh 3 3 1 3 1 4 3 3 1 4 26 0 Rendah 3 1 3 4 4 3 2 2 3 3 28 0 Negatif <5 0 Baru
Jumlah 48 48 48 48 19 20 22 48 48 48 48 32 19 48 48 48 19 48 48 48 48 22 Jumlah Kode 1 170 155 160 159 130 179 108 162 144 167 Jumlah Kode 1 167 147 169 165 172 158 129 139 139 147
% 100 100 100 100 40 42 46 100 100 100 100 67 40 100 100 100 40 100 100 100 100 46 % Kode 1 88,5 80,7 83,3 82,8 67,7 93,2 56,3 84,4 75,0 87,0 % Kode 1 87,0 76,6 88,0 85,9 89,6 82,3 67,2 72,4 72,4 76,6
Jumlah 1534 Jumlah 1532
Mean 31,96 Mean 31,92
Lampiran 6

HASIL ANALISIS DATA

Explore
Descriptives

Statistic Std. Error


skor motivasi Mean 31,96 ,515
95% Confidence Lower Bound 30,92
Interval for Mean Upper Bound
32,99

5% Trimmed Mean 31,90


Median 32,00
Variance 12,722
Std. Deviation 3,567
Minimum 26
Maximum 39
Range 13
Interquartile Range 6
Skewness ,361 ,343
Kurtosis -,576 ,674
skor sikap Mean 31,92 ,419
95% Confidence Lower Bound 31,07
Interval for Mean Upper Bound
32,76

5% Trimmed Mean 31,89


Median 32,00
Variance 8,418
Std. Deviation 2,901
Minimum 26
Maximum 40
Range 14
Interquartile Range 3
Skewness ,168 ,343
Kurtosis ,457 ,674

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor motivasi ,141 48 ,018 ,955 48 ,062
skor sikap ,147 48 ,011 ,969 48 ,236
a. Lilliefors Significance Correction
Frequencies
Statistics

skor motivasi skor sikap

N Valid 48 48

Missing 0 0

Mean 31.96 31.92

Frequency Table
Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 27 2 4.2 4.2 4.2

28 1 2.1 2.1 6.2

30 7 14.6 14.6 20.8

31 7 14.6 14.6 35.4

32 3 6.2 6.2 41.7

33 10 20.8 20.8 62.5

34 4 8.3 8.3 70.8

35 5 10.4 10.4 81.2

36 2 4.2 4.2 85.4

37 2 4.2 4.2 89.6

38 2 4.2 4.2 93.8

41 1 2.1 2.1 95.8

45 1 2.1 2.1 97.9

48 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0


Lama Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <5 15 31.2 31.2 31.2

>5 33 68.8 68.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 20 41.7 41.7 41.7

S1 13 27.1 27.1 68.8

Ners 15 31.2 31.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

Kepatuhan Five Moment

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Patuh 25 52.1 52.1 52.1

Patuh 23 47.9 47.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

Motivasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 22 45.8 45.8 45.8

Tinggi 26 54.2 54.2 100.0

Total 48 100.0 100.0


Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 21 43.8 43.8 43.8

Positif 27 56.2 56.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

Lama Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baru 15 31.2 31.2 31.2

Lama 33 68.8 68.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Motivasi * Kepatuhan Five


48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
Moment

Sikap * Kepatuhan Five Moment 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Lama Kerja * Kepatuhan Five


48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
Moment
Motivasi * Kepatuhan Five Moment

Crosstab

Kepatuhan Five Moment

Tidak Patuh Patuh Total

Motivasi Rendah Count 16 6 22

Expected Count 11.5 10.5 22.0

% within Motivasi 72.7% 27.3% 100.0%

Tinggi Count 9 17 26

Expected Count 13.5 12.5 26.0

% within Motivasi 34.6% 65.4% 100.0%

Total Count 25 23 48

Expected Count 25.0 23.0 48.0

% within Motivasi 52.1% 47.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.936a 1 .008

Continuity Correctionb 5.493 1 .019

Likelihood Ratio 7.135 1 .008

Fisher's Exact Test .011 .009

Linear-by-Linear Association 6.791 1 .009

N of Valid Casesb 48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,54.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Motivasi


5.037 1.460 17.375
(Rendah / Tinggi)

For cohort Kepatuhan Five


2.101 1.168 3.779
Moment = Tidak Patuh

For cohort Kepatuhan Five


.417 .200 .872
Moment = Patuh

N of Valid Cases 48

Sikap * Kepatuhan Five Moment

Crosstab

Kepatuhan Five Moment

Tidak Patuh Patuh Total

Sikap Negatif Count 15 6 21

Expected Count 10.9 10.1 21.0

% within Sikap 71.4% 28.6% 100.0%

Positif Count 10 17 27

Expected Count 14.1 12.9 27.0

% within Sikap 37.0% 63.0% 100.0%

Total Count 25 23 48

Expected Count 25.0 23.0 48.0

% within Sikap 52.1% 47.9% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.598a 1 .018

Continuity Correctionb 4.305 1 .038

Likelihood Ratio 5.737 1 .017

Fisher's Exact Test .023 .018

Linear-by-Linear Association 5.482 1 .019

N of Valid Casesb 48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,06.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Sikap


4.250 1.246 14.502
(Negatif / Positif)

For cohort Kepatuhan Five


1.929 1.100 3.381
Moment = Tidak Patuh

For cohort Kepatuhan Five


.454 .217 .947
Moment = Patuh

N of Valid Cases 48
Lama Kerja * Kepatuhan Five Moment

Crosstab

Kepatuhan Five Moment

Tidak Patuh Patuh Total

Lama Kerja Baru Count 12 3 15

Expected Count 7.8 7.2 15.0

% within Lama Kerja 80.0% 20.0% 100.0%

Lama Count 13 20 33

Expected Count 17.2 15.8 33.0

% within Lama Kerja 39.4% 60.6% 100.0%

Total Count 25 23 48

Expected Count 25.0 23.0 48.0

% within Lama Kerja 52.1% 47.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.813a 1 .009

Continuity Correctionb 5.283 1 .022

Likelihood Ratio 7.195 1 .007

Fisher's Exact Test .013 .010

Linear-by-Linear Association 6.671 1 .010

N of Valid Casesb 48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,19.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Lama Kerja


6.154 1.451 26.105
(Baru / Lama)

For cohort Kepatuhan Five


2.031 1.240 3.325
Moment = Tidak Patuh

For cohort Kepatuhan Five


.330 .116 .942
Moment = Patuh

N of Valid Cases 48

Frequency Table Kepatuhan

Ya =1
Tidak =0

pernyataan 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0
pernyataan 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 29 60,4 60,4 60,4
1 19 39,6 39,6 100,0
Total 48 100,0 100,0

pernyataan 6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 28 58,3 58,3 58,3
1 20 41,7 41,7 100,0
Total 48 100,0 100,0

pernyataan 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 26 54,2 54,2 54,2
1 22 45,8 45,8 100,0
Total 48 100,0 100,0

pernyataan 8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0
pernyataan 12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 16 33,3 33,3 33,3
1 32 66,7 66,7 100,0
Total 48 100,0 100,0

pernyataan 13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 29 60,4 60,4 60,4
1 19 39,6 39,6 100,0
Total 48 100,0 100,0

pernyataan 14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 29 60,4 60,4 60,4
1 19 39,6 39,6 100,0
Total 48 100,0 100,0

pernyataan 18

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0
pernyataan 19

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 20

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 21

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 100,0 100,0 100,0

pernyataan 22

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 26 54,2 54,2 54,2
1 22 45,8 45,8 100,0
Total 48 100,0 100,0

Frequency Table Motivasi

Sangat Setuju (SS) diberi kode 4


Setuju (S) diberi kode 3
Tidak Setuju (TS) diberi kode 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi kode 1
item 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 22 45,8 45,8 45,8
4 26 54,2 54,2 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 4 8,3 8,3 8,3
3 29 60,4 60,4 68,8
4 15 31,3 31,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
item 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4,2 4,2 4,2
2 1 2,1 2,1 6,3
3 24 50,0 50,0 56,3
4 21 43,8 43,8 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 33 68,8 68,8 68,8
4 15 31,3 31,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 13 27,1 27,1 27,1
3 23 47,9 47,9 75,0
4 12 25,0 25,0 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 13 27,1 27,1 27,1
4 35 72,9 72,9 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 12 25,0 25,0 25,0
2 15 31,3 31,3 56,3
3 18 37,5 37,5 93,8
4 3 6,3 6,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
item 8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4,2 4,2 4,2
2 1 2,1 2,1 6,3
3 22 45,8 45,8 52,1
4 23 47,9 47,9 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 12,5 12,5 12,5
3 30 62,5 62,5 75,0
4 12 25,0 25,0 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 25 52,1 52,1 52,1
4 23 47,9 47,9 100,0
Total 48 100,0 100,0

Frequency Table Sikap

Sangat Setuju (SS) diberi kode 4


Setuju (S) diberi kode 3
Tidak Setuju (TS) diberi kode 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi kode 1
item 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 25 52,1 52,1 52,1
4 23 47,9 47,9 100,0
Total 48 100,0 100,0
item 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 8,3 8,3 8,3
2 5 10,4 10,4 18,8
3 23 47,9 47,9 66,7
4 16 33,3 33,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 23 47,9 47,9 47,9
4 25 52,1 52,1 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 27 56,3 56,3 56,3
4 21 43,8 43,8 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 20 41,7 41,7 41,7
4 28 58,3 58,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 34 70,8 70,8 70,8
4 14 29,2 29,2 100,0
Total 48 100,0 100,0
item 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 6,3 6,3 6,3
2 14 29,2 29,2 35,4
3 26 54,2 54,2 89,6
4 5 10,4 10,4 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 2,1 2,1 2,1
2 14 29,2 29,2 31,3
3 22 45,8 45,8 77,1
4 11 22,9 22,9 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 8,3 8,3 8,3
2 7 14,6 14,6 22,9
3 27 56,3 56,3 79,2
4 10 20,8 20,8 100,0
Total 48 100,0 100,0

item 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 2,1 2,1 2,1
2 4 8,3 8,3 10,4
3 34 70,8 70,8 81,3
4 9 18,8 18,8 100,0
Total 48 100,0 100,0
Lampiran 11

DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi Observasi dan pembagian kuesioner sekaligus penjelasan


tujuan prosedur pengisian kuesioner kepada responden
di Rumah Sakit TK. III DR. Reksodiwiryo Padang
tahun 2022

Selasa, 07 Juni 2022

Dokumentasi pada saat membagikan kuesioner kepada responden


Selasa, 07 Juni 2022

Dokumentasi pada saat observasi kepada responden


Rabu, 08 Juni 2022

Dokumentasi pada saat membagikan kuesioner kepada responden


Kamis, 09 Juni 2022

Dokumentasi pada saat observasi kepada responden


Kamis, 09 Juni 2022

Dokumentasi pada saat membagikan kuesioner kepada responden


Lampiran 12

HASIL OBSERVASI

No Hari/ Tanggal Hasil Observasi


.

1. Selasa, Rabu, Dokumentasi pada saat melakukan observasi kepada


dan Kamis responden di Ruangan Rasuna Said terdiri dari 11
07-09 Juni 2022 responden selama 3 hari di antaranya :

Di hari ke-1 Selasa pada tanggal 07 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 5 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny. W pada saat responden


sebelum kontak dengan pasien, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. W.

2. Kedua kepada Ny. R dilakukan observasi pada saat


responden setelah kontak dengan pasien, dan hasil
dari observasi responden patuh dalam penerapan
five moment di lihat pada saat observasi Ny. R.

3. Ketiga kepada Ny. L. dilakukan observasi pada saat


sebelum melakukan tindakan aseptic kepada pasien,
dan hasil dari observasi responden tidak patuh
dalam penerapan five moment sesuai SOP RST di
lihat pada saat observasi Ny. L

4. Ke empat kepada Ny. H. dilakukan observasi pada


saat responden mengunjungi kamar pasien untuk
pemberian obat, dan hasil dari observasi responden
patuh dalam penerapan five moment di lihat pada
saat observasi Ny. H.

5. Kelima kepada Tn. A. dilakukan observasi pada saat


sebelum melakukan tindakan aseptic kepada pasien,
dan hasil dari observasi responden tidak patuh
dalam penerapan five moment sesuai SOP RST di
lihat pada saat observasi Tn. A.
Di hari ke-2 Rabu pada tanggal 08 juni 2022 dilakukan
observasi kepada 3 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny.R pada saat responden sebelum


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.R.

2. Kedua kepada Tn.D. dilakukan observasi pada saat


overran Dinas dan mengunjungi kamar pasien, dan
hasil dari observasi responden tidak patuh dalam
penerapan five moment sesuai SOP RST di lihat
pada saat observasi Tn. D.

3. Ketiga kepada Ny.W pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden tidak patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.W.

Di hari ke-3 Kamis pada tanggal 09 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 3 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny.IR dilakukan observasi pada


saat responden setelah kontak dengan lingkungan
pasien atau pada saat keluar dari kamar pasien, dan
hasil dari observasi responden patuh dalam
penerapan five moment di lihat pada saat observasi
Ny.IR.

2. Kedua kepada Ny.I pada saat responden sebelum


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.I.

3. Ketiga kepada Ny.D. Dilakukan observasi pada saat


sebelum melakukan tindakan aseptic kepada pasien,
dan hasil dari observasi responden tidak patuh
dalam penerapan five moment sesuai SOP RST di
lihat pada saat observasi Ny.D.

2. Jumat, Sabtu, Dokumentasi pada saat melakukan observasi kepada


dan Minggu responden sebanyak 13 responden di Ruangan Imam
10-12 Juni 2022 Bonjol selama 3 hari :
Di hari ke-1 Jumat pada tanggal 10 juni 2022 dilakukan
observasi kepada 5 orang responden, yaitu :
1. Pertama kepada Ny. S. dilakukan observasi pada
saat responden sebelum kontak dengan pasien, dan
hasil dari observasi responden patuh dalam
penerapan five moment di lihat pada saat observasi
Ny. S.

2. Kedua kepada Ny.T dilakukan observasi pada saat


responden setelah kontak dengan lingkuangan
pasien, dan hasil dari observasi responden patuh
dalam penerapan five moment di lihat pada saat
observasi Ny.T.

3. Ketiga kepada Ny.S pada saat responden sebelum


setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, dan hasil
dari observasi responden tidak patuh dalam
penerapan five moment sesuai SOP RST di lihat
pada saat observasi Ny.S.

4. Keempat kepada Ny.N. Dilakukan observasi pada


saat sebelum melakukan tindakan aseptic kepada
pasien, dan hasil dari observasi responden tidak
patuh dalam penerapan five moment sesuai SOP
RST di lihat pada saat observasi Ny.N.

5. Kelima kepada Ny. HPS. Dilakukan observasi pada


saat responden setelah kontak dengan pasien, dan
hasil dari observasi responden patuh dalam
penerapan five moment di lihat pada saat observasi
Ny. HPS.

Di hari ke-2 Sabtu pada tanggal 11 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 5 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny. DM. Dilakukan observasi pada


saat setelah kontak dengan cairan pasien, dan hasil
dari observasi responden tidak patuh dalam
penerapan five moment sesuai SOP RST di lihat
pada saat observasi Ny. DM.

2. Kedua kepada Ny. R pada saat responden sebelum


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden tidak patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny. R.

3. Ketiga kepada Ny.H pada saat responden sebelum


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.H.

4. Keempat kepada Ny.M pada saat responden


sebelum kontak dengan cairan pasien, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny.M.

5. Kelima kepada Ny.NR pada saat responden sebelum


melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny.NR.

Di hari ke-3 Minggu pada tanggal 12 juni 2022


dilakukan observasi kepada 3 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny.R pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.R.

2. Kedua kepada Ny. DM pada saat responden


sebelum kontak dengan pasien, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. DM.

3. Ketiga kepada Ny. DR pada saat responden sebelum


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.
DR.

3. Senin dan Selasa Dokumentasi pada saat melakukan observasi kepada 14


13-14 Juni 2022 responden di Ruangan Agus Salim :

Di hari ke-1 Senin pada tanggal 13 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 7 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny.RY pada saat responden


sebelum kontak dengan pasien, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. RY.
2. Kedua kepada Ny. E pada saat responden sebelum
melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. E.

3. Ketiga kepada Ny.P pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny. P.

4. Keempat kepada Ny. Y pada saat responden setelah


kontak dengan lingkungan pasien, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. Y.

5. Kelima kepada Ny.MN pada saat responden setelah


kontak dengan lingkungan pasien, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. MN.

6. Keenam kepada Ny. LN pada saat responden setelah


kontak pasien, dan hasil dari observasi responden
tidak patuh dalam penerapan five moment sesuai
SOP RST di lihat pada saat observasi Ny. LN.

7. Ketujuh kepada Ny. N pada saat responden setelah


kontak dengan lingkungan pasien, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. N.

Di hari ke-2 Selasa pada tanggal 14 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 7 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny. V pada saat responden sebelum


melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. V.

2. Kedua kepada Ny. F pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden tidak patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny. F.

3. Ketiga kepada Ny. OW pada saat responden setelah


kontak dengan cairan tubuh pasien, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. OW.

4. Keempat kepada Ny.L pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny.L.

5. Kelima kepada Ny. RT pada saat responden


sebelum melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. RT.

6. Keenam kepada Ny.N pada saat responden sebelum


melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny.N.

7. Ketujuh kepada Tn.EY pada saat responden


sebelum kontak dengan pasien, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Tn. EY

4. Rabu dan Kamis Dokumentasi pada saat melakukan observasi kepada


15-16 Juni 2022 responden di Ruangan HCU sebanyak 10 responden
selama 2 hari, yaitu:

Di hari ke-1 Rabu pada tanggal 15 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 5 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny.N pada saat responden setelah


kontak dengan lingkungan, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny. N.
2. Kedua kepada Ny.S pada saat responden sebelum
melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny.S.

3. Ketiga kepada Ny. SD pada saat responden setelah


kontak dengan lingkungan, dan hasil dari observasi
responden tidak patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Ny.
SD.

4. Keempat kepada Tn. J pada saat responden setelah


kontak dengan cairan pasien, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Tn. J.

5. Kelima kepada Ny.RR pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi N.y RR

Di hari ke-2 Rabu pada tanggal 16 juni 2022 dilakukan


observasi kepada 5 orang responden, yaitu :

1. Pertama kepada Ny. SR pada saat responden


sebelum melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny. SR.

2. Kedua kepada Ny.T pada saat responden sebelum


melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden patuh dalam penerapan five
moment sesuai SOP RST di lihat pada saat
observasi Ny.T

3. Ketiga kepada Tn. A pada saat responden sebelum


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai SOP RST di lihat pada saat observasi Tn. A

4. Keempat kepada Ny.P pada saat responden setelah


kontak dengan pasien, dan hasil dari observasi
responden patuh dalam penerapan five moment
sesuai sop RST di lihat pada saat observasi Ny. P

5. Kelima kepada Ny. SC pada saat responden


sebelum melakukan tindakan aseptik, dan hasil dari
observasi responden tidak patuh dalam penerapan
five moment sesuai sop RST di lihat pada saat
observasi Ny. SC
KEGIATAN BIMBINGAN MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

Nama Mahasiswa : Silfia Aulia


NIM : 1810105030
Prodi : S-1 Keperawatan
Pembimbing I : Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M. Kep
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat dalam
Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022
No Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
1. 08 Februari 2022 - Persetujuan pembimbing

2. 12 Februari 2022 - Bimbing Bab I

3. 14 Februari 2022 - Perbaikan Bab 1


- Tambahkan artikel yang pasif
- Perbaikan Bab II
- Jika sudah boleh lanjut survey
awal
4. 21 Februari 2022 - Lanjut ke pembimbing II
- Bab 1-3

5. 14-03-2022 - Penambahan judul faktor-faktor


- Perbaikan dan penambahan Bab II
- Dan lanjut ke Bab III

6. 21 Maret 2022 - Lengkapi semua


- Editing dengan baik

7. 23 Maret 2022 - Perbaikan Bab II


- Penambahan materi Bab II
- Lengkapi dan buat kuesioner
- Lanjut ke pembimbing II
8. 09 April 2022 - Acc ujian proposal

9. 08 Juli 2022 - Bimbingan Bab IV


- Bimbingan Bab V
- Bimbingan master tabel

10. 12 Juli 2022 - Perbaikan master tabel


- Tambahkan pembahasan di Bab V

11. 14 Juli 2022 - Bimbingan Bab I-VI


- Perbaikan penulisan

12. 16 Juli 2022 - Tambahkan abstrak

13. 18 Juli 2022 - Perbaikan abstrak


- Penambahan di abstrak

14. 21 Juli 2022 - Lengkapi semua

15. 25 Juli 2022 - Acc ujian skripsi

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep)


KEGIATAN BIMBINGAN MAHASISWA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

Nama Mahasiswa : Silfia Aulia


NIM : 1810105030
Prodi : S-1 Keperawatan
Pembimbing II : Ns. Syalvia Oresti, M.Kep
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Perawat dalam
Penerapan Five Moment di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2022
No Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
1. 16 Februari 2022 - Bimbingan Bab I

2. 21 Februari 2022 - Bimbingan perbaikan Bab I

3. 08 Maret 2022 - Bimbingan Bab II


- Bimbingan perbaikan Bab II

4. 28 Maret 2022 - Bimbingan Bab I


- Bimbingan Bab II
- Bimbingan Bab III

5. 31 Maret 2022 - Bimbingan Bab II


- Bimbingan Bab III

6. 14 April 2022 - Acc ujian proposal

7. 27 Juli 2022 - Bimbingan Bab I-VI

8. 28 Juli 2022 - Bimbingan perbaikan penulisan


dari Bab I-VI
- Bimbingan master tabel
9. 29 Juli 2022 - Bimbingan perbaikan analisis
data
- Bimbingan perbaikan master
tabel
10. 01 Agustus 2022 - Bimbingan perbaikan Bab VI

11. 02 Agustus 2022 - Bimbingan kelengkapan skripsi

12. 05 Agustus 2022 - Acc ujian seminar hasil skripsi

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Ns. Syalvia Oresti, M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai