Anda di halaman 1dari 83

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM

MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MANADO

SKRIPSI

OLEH :
SINYI SELLI SOLLITAN
NIM : 1814201048

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023
HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM
MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MANADO

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia Untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

SINYI SELLI SOLLITAN


NIM : 1814201048

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam


Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado
Nama : Sinyi Selli Sollitan
Nim : 1814201048
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rivelino S. Hamel, S.Kep., M.Kes Ns. Donny Sahensolar, S.Kep.,


M.Kes

Mengetahui,
DEKAN KEPERAWATAN

Ns. Verra Karame, S.Kep., M.Kes


NIDN.8831950017

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam


Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado
Nama : Sinyi Selli Sollitan
Nim : 1814201048
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Program Studi : Ilmu keperawatan

Telah diajukan dan dipertahankan di depan para penguji dan diterima untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Pembangunan Indonesia Manado.

Dewan Penguji:

1. Ns. Vivi Syuli Mampuk, S.Kep., M.Kes (……………..……….….)

2. Ns. Vandri Kallo, S.Kep., M.Kes (…………………………)

3. Ns. Rivelino S. Hamel, S.Kep., M.Kes (…………………………)

4. Ns. Donny Sahensolar, S.Kep.,M.Kes (…………………………)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Keperawatan

Ns. Verra Karame, S.Kep., M.Kes

iv
NIDN.8831950017

ABSTRAK

Sinyi Selli Sollitan. Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam


Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Skripsi, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Pembangunan Indinesia.
Pembimbing : (I) Rivelino S. Hamel (II) Donny Sahensolar.

Perawat harus menunjukkan sikap yang positif dalam mendukung


program patient safety sehingga melaksanakan praktik keperawatan
secara aman. Sikap mendukung pencegahan penularan penyakit.
Mencuci tangan adalah salah satu komponen precaution standard yang
efektif dalam mencegah transmisi infeksi. Selain itu penggunaan alat
pelindung diri seperti sarung tangan dan masker untuk mencegah risiko
kontak dengan phatogen.
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahui hubungan perilaku
dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien
(Patient Safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Survey dengan
pendekatan cross sectional penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
– November tahun 2022 dan tempat penelitian di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Teknik Pengambilan
sampel menggunakan total sampling dengan 30 responden. Uji statistik
yang digunakan adalah uji statistik Chi Kuadrat dengan derajat
kepercayaan 95% bila α < 0,05.
Hasil penelitian diperoleh nilai P value = 0,000 sedangkan nilai α
= 0,05 sehingga nilai P value = 0,001 < α = 0,05. Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima, maka ada hubungan perilaku dengan
kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient
safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado.
Kesimpulan terdapat hubungan perilaku dengan kemampuan
perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient safety) di
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara
Manado.
Saran Perawat di Ruang IGD diharapkan dapat meningkatkan
penerapan patient safety serta diharapkan Kepala Bagian Keperawatan,
Kepala Ruangan IGD, Komite Keperawatan melakukan supervisi
manajemen keperawatan dan mengevaluasi Standar Operasional Prosedur
Keselamatan Pasien sehingga penerapan patient safety dapat dilakukan
dengan lebih baik.

Kata Kunci : Perilaku, Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan


Pasien (Patient Safety)

v
ABSTRACT

Sinyi Selli Sollitan. The Relationship between Behavior and Nurses' Ability to
Implement Patient Safety in the Emergency Room (IGD) of Bhayangkara
Hospital, Manado. Thesis, Nursing Science Study Program, Faculty of Nursing,
Indonesia Development University. Advisor : (I) Rivelino S. Hamel (II) Donny
Sahensolar.

Nurses must show a positive attitude in supporting patient safety


programs so that they carry out nursing practices safely. Attitudes
support the prevention of disease transmission. Hand washing is one
component of standard precautions that is effective in preventing the
transmission of infection. In addition, the use of personal protective
equipment such as gloves and masks to prevent the risk of contact with
pathogens.
The purpose of this study is to know the relationship between
behavior and the ability of nurses to carry out patient safety in the
Emergency Room (IGD) Bhayangkara Hospital, Manado.
This study used a survey research design with a cross-sectional
approach. The study was carried out in October - November 2022 and
the research site was in the Emergency Room (IGD) of Bhayangkara
Hospital, Manado. Sampling technique using total sampling with 30
respondents. The statistical test used is the Chi Square statistical test
with a 95% degree of confidence if α < 0.05.
The results of the study obtained a P value = 0.000 while the value
α = 0.05 so that the P value = 0.001 <α = 0.05. Thus Ho is rejected and
Ha is accepted, so there is a behavioral relationship with the nurse's
ability to carry out patient safety in the Emergency Room (IGD)
Bhayangkara Hospital Manado.
The conclusion is that there is a relationship between behavior and
the ability of nurses to carry out patient safety in the Emergency Room
(IGD) Bhayangkara Hospital Manado.
Nurse suggestions in the emergency room are expected to increase
the application of patient safety and it is hoped that the Head of the
Nursing Department, the Head of the Emergency Room, the Nursing
Committee will supervise nursing management and evaluate Standard
Operating Procedures for Patient Safety so that patient safety can be
implemented better.

Keywords: Behavior, Ability of Nurses in Implementing Patient Safety

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Sinyi Selli Sollitan

Tempat, Tanggal Lahir : Bangunemo, 4 September 2000

Agama : Kristen

Alamat : Bangunemo

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 2012 lulus SDN Inpres Bangunemo


2. Tahun 2015 lulus SMP Negeri 2 Bulagi
3. Tahun 2018 lulus SMAK Negeri 1 Bulagi Utara
4. Tahun 2018 masuk Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesi Manado

vii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Sinyi Selli Sollitan
Tempat/Tgl Lahir : Bangunemo, 4 September 2000
Umur : 21 Tahun
Alamat : Bangunemo
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi saya adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar
akademik sarjana di universitas manapun di perguruan tinggi lainnya.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain kecuali arahan dari dosen pembimbing.
3. Dalam skripsi ini terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain; kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan kekeliruan dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Manado, Februari 2023


Yang Membuat Pernyataan

viii
Sinyi Selli Sollitan

KATA PENGANTAR

Penyayang atas berkat dan rahmat yang diberikannya, juga


kemampuan yang diaberikankepadapenulisuntukmenyelesaikan
proposal yang berjudul “Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan
Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara
Manado”. sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia Manado.
Dalam penulisan proposal ini penulis banyak menemukan
hambatan dan kesulitan, namun hal ini dapat dilalui berkat
bimbingan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat serta terima kasih
kepada :
1. Drs. Frans H. Rende selaku Pembina Yayasan Generasi Pembangunan
Indonesia yang telah memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis
untuk menempuh pendidikan di Universitas Pembangunan Indonesia
Manado.
2. Dr. Dra. Debby Christine Rende, M.Si selaku Rektor Universitas,
Pembangunan Indonesia yang sudah memberi kesempatan kepada penulis
untuk menempuh pendidikan pada Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia Manado.
3. Ns. Verra Karame, S.Kep., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

ix
Universitas Pembangunan Indonesia Manado, yang telah mengarahkan,
membimbing dan menuntun penulis skripsi ini.
4. Ns. Rivelino S. Hamel, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah
membantu, mengarahkan, membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
5. Ns. Donny Sahensolar, S.Kep., M.Kes, selaku pembimbing II yang juga
telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua mama Osrin Satolom terima kasih untuk perjuanganmu,
terima kasih untuk hari hari yang telah kau berikan untuk menjaga,
menyayangi, mendidik, dan membimbing serta selalu mendoakan saya,
papa Yanis Sollitan, Kakak tersayang Ayu Clarita Sollitan dan adik
tersayang Julio Putra Sollitan terima kasih untuk support, kerja keras dan
pengorbananya Gelar sarjana ini saya persembahkan untuk kalian.
7. Teman-teman mahasiswa Kelas A2 Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia Manado yang telah mewujudkan kerja sama dan
saling membantu selama menempuh pendidikan.

Manado, Februari 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL………....………………………………………….....
ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kesehatan Pasien (Patient Safety)....................................... 7

xi
B. Konsep Perilaku Perawat................................................................. 15
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 27
B. Hipotesis........................................................................................... 27
C. Definisi Operasional......................................................................... 28
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................. 29
B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 29
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 29
D. Instrumen Penelitian......................................................................... 30
E. Pengumpulan Data........................................................................... 31
F. Pengolahan Data............................................................................... 32
G. Analisa Data..................................................................................... 33
H. Etika Penelitian................................................................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 35
B. Hasil Penelitian................................................................................ 37
C. Pembahasan...................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................... 49
B. Saran................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 51
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Hubungan Perilaku Dengan


Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan 27
Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado………………

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ………28

Tabel 5.1 Jumlah Pelayanan Medis Rs. Bhayangkara Tk.III ………37


Manado

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Perawat di ………37


Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………38


Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Bhayangkara Manado

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat ………38


di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Perawat di ………38


Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado

Tabel 5.6 Distribusi Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan ………39


Keselamatan Pasien (Patient Safety) Perawat di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Manado

Tabel 5.7 Analisis Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan ………39


Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien

xiv
(Patient Safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Master Tabel

Lampiran 5 : Hasil Uji Statistika

Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perhatian terhadap keselamatan pasien menjadi begitu penting

dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini tercermin

dengan diaturnya keselamatan pasien dalam beberapa pasal pada

ketentuan Undang- Undang No. 44 Tahun 2019 tentang rumah sakit

yang diantaranya dalam Pasal 3 huruf (b) yang menyatakan bahwa

pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk memberikan

perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

Pasal 13 ayat (3) dari UU No.44 tahun 2009 yang menyatakan

bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus

bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit,

standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati

hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien, dalam hal ini

khususnya perawat dan dalam Pasal 43 ayat (1) menyatakan bahwa

rumah sakit wajib menerapkan sasarankeselamatan pasien (UU No. 44

tahun 2009).

Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat pada tahun 2020

menerbitkan laporan “TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health

System, mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado

serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse

1
Event) sebesar 2,9%, dimana 6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan

di New York KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian

13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh

Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000

per tahun (Kusmiran, 2020). Publikasi WHO pada tahun 2020,

mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara :

Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan

rentang 3,2 – 16,6%. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera

melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien

(DEPKES RI, 2018).

Data tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian

Nyaris Cedera (KNC) Di Indonesia masih sulit didapatkan (Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit [KKPRS], 2018). Laporan insiden

keselamatan pasien berdasarkan provinsi pada tahun 2020, ditemukan

provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara

delapan provinsi lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta

18,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%,

Bali 1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi Utara 0,7% (KKP-RS, 2018).

Keselamatan pasien telah menjadi perhatian serius. Dari penelitiannya

terhadap pasien rawat inap di 15 rumah sakit dengan 4500 rekam medik

menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0% hingga

98,2% untuk diagnostic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication

error.

Permenkes RI No.11 Tahun 2017 Bab III pasal 5 ayat 5

2
disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib menerapkan Sasaran

Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya

hal-hal sebagai berikut : 1) Ketepatan identifikasi pasien, 2)

Peningkatan komunikasi yang efektif, 3) Peningkatan keamanan obat

yang perlu diwaspadai (high alert), 4) Pengurangan risiko infeksi

terkait pelayanan kesehatan, 5) Pengurangan risiko pasien jatuh, dan 6)

Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.

Pemberi pelayanan keperawatan khususnya perawat berkontribusi

terhadap terjadinya kesalahan yang mengancam keselamatan pasien.

Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di

rumah sakit, pelayanan terlama (24 jam secara terus-menerus) dan

tersering berinteraksi pada pasien dengan berbagai prosedur. Setiap

kesalahan dalam prosedur yang dijalani beresiko terjadinya kejadian

yang tidak diharapkan. Kesalahan faktor manusia dapat terjadi karena

masalah komunikasi, tekanan pekerjaan, kesibukan dan kelelahan

(Cahyono, 2012).

Perawat harus menunjukkan sikap yang positif dalam mendukung

program patient safety sehingga melaksanakan praktik keperawatan

secara aman. Sikap mendukung pencegahan penularan penyakit.

Mencuci tangan adalah salah satu komponen precaution standard yang

efektif dalam mencegah transmisi infeksi. Selain itu penggunaan alat

pelindung diri seperti sarung tangan dan masker untuk mencegah risiko

kontak dengan phatogen (World Health Organization [WHO], 2018).

Penelitian oleh Ginting (2019), tentang hubungan pengetahuan dan

3
kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan

pasien, dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perawat di IGD

RSUP H. Adam Malik ada pada kategori kurang sebesar 50,8%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vena (2019) hubungan tingkat

pengetahuan dan praktik perawat mengenai keselamatan pasien (patient

safety) di Instalasi Gawat Darurat Rs X Semarang, dari 30% responden

dengan pengetahuan baik, 75% diantaranya melakukan tindakan dengan

baik dan25% buruk.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit

Bhayangkara Manado pada Bulan Maret 2022 didapatkan data jumlah

perawat 30 orang. Hasil wawancara dengan Kepala Ruang pada sasaran

keselamatan pasien berupa komunikasi yang efektif adalah perawat

belum melaksanakan komunikasi efektif secara maksimal dikarenakan

pada saat melakukan timbang terima perawat hanya membaca laporan

rawatan yang ada di buku rawatan pasien, tanpa adanya Standar

Operasional Prosedur (SOP) pada saat melakukan timbang terima

pasien hal ini dapat beresiko terhadap kesalahan identifikasi, dan

pemberian obat. Pada saat perawat merawat luka, ada perawat yang

tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri), misalnya tidak

menggunakan celemek.

Data yang didapat dari laporan tahunan dari Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Bhayangkara Tahun 2021, kepatuhan petugas

kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan dengan metode 6

(enam) langkah dan 5 (lima) moment belum mencapai target 100%.

4
Kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan

dengan metode 6 (enam) langkah dan 5 (lima) moment masih sebesar

78% yang dapat menyebabkan risiko bagi pasien pasca bedah terkena

infeksi di Instalasi Gawat Darurat. Penuturan kepala ruangan bahwa

belum semua perawat pernah mengikuti sosialisasi dan pelatihan

tentang keselamatan pasien, hal tersebut yang menyebabkan kurangnya

pengetahuan perawat terhadap program pelaksanaan sistem keselamatan

pasien di rumah sakit.

Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat dalam Melaksanakan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan

Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat dalam

Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

5
2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien

(patient safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Bhayangkara Manado.

b. Diketahuinya kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan

pasien (patient safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Bhayangkara Manado

c. Teranalisisnya Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat dalam

Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi

Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pihak

manajemen Rumah Sakit untuk membuat kebijakan terkait dengan

mengembangkan program peningkatan keselamatan pasien dan sebagai

masukan untuk perawat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan bahan acuan dalam meningkatkan profesionalisme dan

pengembangan ilmu keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan

khususnya terkait dengan perilaku keselamatan pasien. Selain itu menambah

koleksi wawasan dan wacana yang dapat dipergunakan dalam pengembangan

penelitian.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu tentang Keselamatan Pasien di

6
Rumah Sakit, juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi maupun acuan

penelitian bagi peneliti selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Pasien (Patient Safety)

1. Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut

meliputi assessmen risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

7
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DEPKES RI, 2018).

2. Tujuan Keselamatan Pasien

Adapun tujuan dari keselamatan pasien menurut Panduan Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit DEPKES RI 2018 adalah :

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

3. Standar Keselamatan Pasien

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu

ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar

keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di

Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien rumah

sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang

dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,

Illinois, USA, tahun 2020, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

perumahsakitan di Indonesia.

Standar keselamatan pasien menurut Panduan Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit DEPKES RI 2018, terdiri dari tujuh standar yaitu :

a. Hak pasien

b. Mendidik pasien dan keluarga

8
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Adapun tujuh standar keselamatan pasien tersebut di atas adalah sebagai

berikut :

a. Hak pasien

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan

kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas

(Priyoto dan Widyastuti, 2014). Pasien dan keluarganya mempunyai hak

untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk

kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Adapun kriteria dalam hak pasien menurut buku Panduan Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit Depkes RI 2018 adalah

1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana

dan hasil pelayanan, pengobatan, atau prosedur untuk pasien termasuk

kemungkinanterjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

b. Mendidik pasien dan keluarga

Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan

9
oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang

dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke

rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di

komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila

diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan

(Priyoto dan Widyastuti, 2014). Rumah sakit harus mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan

pasien.

Menurut buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit

DEPKES RI, 2018 pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga

dapat:

1) Memberikan informasi yang benar, jelas,lengkap, dan jujur.

2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti .

4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Kesinambungan pelayanan harus diberikan pada pasien. Pertolongan

yang diberikan kepada orang yang sedang sakit dan orang yang

membutuhkan pertolongan kalau itu memang dibutuhkan oleh orang

tersebut berkesinambungan. Dengan perkataan lain pertolongan yang kita

berikan itu harus bersifat terus-menerus.

10
d. Sasaran keselamatan pasien

Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik

dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang

bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi

dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui

bahwa desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin

sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

Adapun enam sasaran keselamatan pasien menurut permenkes ri no.

11 tahun2017 adalah :

1) Ketepatan identifikasi pasien

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Kesalahan

karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir

semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi

pasien bisa terjadi pada pasien dalam keadaan terbius, mengalami

disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi rumah sakit,

adanya kelainan sensori, atau akibat sirtuasi lain. Maksud dari sasaran ini

adalah untuk melakukan dua kali pengecekan, yaitu : pertama, untuk

identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau

pengobatan ; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan

terhadap individu tersebut.

2) Peningkatan komunikasi yang efektif

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

11
meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan.

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan

peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk

elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan

kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui

telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah

pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil

laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Rumah sakit

secara kolabratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur

untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat (memasukkan ke

komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima

perintah kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back)

perintah atau hasil pemeriksaan dan mengkonfirmasi bahwa apa yang

sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau

prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak

melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan

seperti di kamar operasi dan situasi gawat daruratdi igd atau icu.

3) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Pencegahan

dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan

pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi

yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan

12
besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi

biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk

infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah dan pneumonia. Pusat

dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan

(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca

kepustakaan who, dan berbagai organisasi nasional dan internasional.

Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan

kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi

pedoman hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk

implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

4) Pengurangan risiko pasien jatuh

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh

cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam

konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan

dan fasilitasnya. Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan

mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh,obat dan telaah terhadap konsumsi

alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang

digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.

5) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).

Bila obat- obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,

13
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan

pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering

menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius, obat yang berisiko

tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan seperti obat-obat

yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Obat-obatan yang sering

disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit

konsentrat secara tidak sengaja. Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat

tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau

bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum

ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat.

6) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien. Salah lokasi, salah

prosedur, pasien salah pada operasi, adalah sesuatu yang

mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini

adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat

antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam

penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi

lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat,

penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak

mendukung komunikasi terbuka antar angota tim bedah, permasalahan

yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan

pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu

14
kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi

masalah yang mengkhawatirkan ini.

4. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Adapun tujuh langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit

menurut Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 adalah :

1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien Menciptakan

kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Rumah sakit harus

menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,

bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan

dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien, dan keluarga.

2) Memimpin dan mendukung staf

Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang

keselamatanpasien di rumah sakit.

3) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta

lakukanidentifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.

4) Mengembangkan sistem pelaporan

Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit

mengatur pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit.

5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien dengan

memastikan pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas

15
bila mana terjadi insiden.

6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk

melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

B. Konsep Perilaku Perawat

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan,

sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam

dirinya. Respon ini bersifat pasif dan aktif (tindakan: berfikir, berpendapat,

bersikap) sesuai batasan, perilaku kesehatan dapat dirumuskan segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya (Sarwono, 2016).

Skinner (dalam Notoadmodjo, 2016), merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organism, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori

skinner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner

membedakan adanya dua respons.

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

16
electing stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena

memperkuat respons.

Berdasarkan sifatnya, perilaku kesehatan menurut Siswanto (2017) dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Perilaku Sesuai

Perilaku dikatakan sehat jika perilaku tersebut merupakan respons yang

sesuai serta membuat individu menjadi lebih berkembang dan matang.

b. Perilaku Tidak Sesuai

Perilaku dianggap bergangguan atau tidak sehat bila perilaku tersebut

sudah tidak lagi sesuai atau adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi

bahkan membuat individu menjadi semakin mengkerut dan terhambat.

2. Ciri-Ciri Perilaku

Notoadmodjo (2016) menyebutkan bahwa perilaku manusia mempunyai

ciri-ciri yakni :

a. Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara

langsung mungkin tidak dapat di amati

b. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan

stereotip, seperti perilaku binatang bersel satu ; perilaku kompleks seperti

sosial manusia; perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga yang

melibatkan proses mental biologis yang tinggi

17
a. Perilaku bervariasi dengan klasifikasi; kognitif, afektif dan psikomotorik,

yang menunjuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam

berperilaku.

3. Jenis Perilaku

Menurut Asta (2019) dilihat dari bentuk terhadap stimulus menurut

skinner, perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Seorang terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/ kesadaran dan sikap, belum biasa diamati oleh orang lain

b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Ini

sudah jelas dilakukan atau praktik, yang sangat mudah diamati atau dilihat

orang lain. Dilihat dari perspektif perilaku para ahli psikologi

menyimpulkan jenis perilaku, diantaranya:

1) Perilaku berdasarkan sudut pandang dinamika Perilaku pengalaman masa

balita, mulai fase oral-genetal

2) Perilaku berdasarkan perspektif humanistik Perilaku tercipta karena

kurangnya pemenuhan kebutuhan pribadi

3) Perilaku berdasarkan perspektif biologi Perilaku adalah berdasarkan

fisiologi otak manusia

4) Perilaku berdasarkan sudut pandang kognitif Perilaku tercipta karena

ketertarikan perasaan dan cara pandang terhadap dirinya

18
5) Perilaku berdasarkan sudut pandang sosial Perilaku individu tercipta

ketika melihat posisi individu dalam hubungannya dengan individu lain

dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

Menurut Azwar (2018), jenis perilaku dibagi menjadi dua yaitu ;

a. Perilaku yang refleksif

Perilaku yang refleksif merupakan perilaku secara spontan yang terjadi atas

reaksi terhadap stimulus yang didapatkan organism tersebut.

b. Perilaku non refleksif

Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh kesadaran atau otak. Perilaku ini

merupakan perilaku yang dibentuk dan dapat dikendalikan. Oleh karena itu,

perilaku ini dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses belajar.

4. Faktor Penyebab Perilaku

Perilaku dibagi 3 (tiga) domain yang terdiri dari : domain kognitif,

domain afektif dan domain psikomotor. Ketiga domain ini diukur dalam

pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2016).

a. Pengetahuan Perawat tentang Patient Safety

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan

sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan

indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek

19
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Notoatmodjo (2016), berpendapat pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

adasebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahuitersebut pada situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

20
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

sengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk

mendorong pelaksanaan program patient safety. Perawat harus mengetahui

pengertian patient safety, unsur-unsur yang ada dalam patient safety,

tujuan patient safety, upaya patient safety serta perlindungan diri selama

kerja. Program patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Di dalam sistem tersebut meliputi

penilaian risiko seperti risiko jatuh atau infeksi silang, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden atau kejadian tidak diharapkan, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko (DEPKES RI, 2018).

b. Sikap Perawat tentang Patient Safety

1) Pengertian sikap

Sikap merupakan materi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

21
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli

psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan

reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiaapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

2) Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku

Notoadmodjo (2016) adalah:

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk,

dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

22
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

3) Tingkatan Sikap

Menurut Wawan dan Dewi (2019), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu:

a) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)diartikan memberikan jawaban apabila

memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

tersebut menerima ide itu.

c) Menghargai (valuing) diartikan dengan mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah

mempunyai sikap yang paling tinggi.

c. Tindakan

Praktek terpimpin adalah melakukan sesuatu tetapi masih

menggunakan panduan. Sedangkan praktek secara mekanisme adalah

23
melakukan sesuatu hal secara otomatis. Dikutip oleh Notoatmodjo (2016),

bahwa aplikasi atau tindakan akan terjadi apabila seseorang sudah

memahami suatu objek yang dimaksud. P Patient Safety ada kaitannya

dengan perilaku Perawat dalam keselamatan pasien. Menurut Green dalam

Notoadmojo (2016) Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

1) Faktor predisposisi seperti karakteristik individu

2) Faktor enabling/pendukung yang merupakan dukungan dalam bentuk

sarana dan prasarana fasilitas kesehatan.

3) Faktor reinforcing/pendorong memperkuat berupa kebijakan yang tertulis

dan motivasi petugas.

1) Faktor Predisposisi

Merupakan faktor-faktor yang dapat mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang, seperti

pengetahuan, pendidikan, dan motivasi.

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak

atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, 2017).

Notoadmodjo (2016), menjelaskan bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan

penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

24
seseorang. Lebih lanjut Notoadmodjo mengemukakan sebelum

seseorang berperilaku, individu tersebut harus mengerti terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya.

b) Pendidikan

Pendapat Notoadmojo (2016), bahwa tingkat pendidikan

seseorang dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan

sehingga individu tersebut dapat berdiri sendiri. Pendidikan yang

tinggi dapat memungkinkan individu dapat dengan mudah menyerap

informasi melalui hasil proses belajar dari untung dan rugi dari suatu

perilaku yang dilakukan oleh individu, sehingga individu tersebut

dapat memilih perilaku yang lebih memberikan keuntungan terkait

kesehatan mereka.

c) Motivasi

Malayu (2019), menyebutkan motivasi merupakan hasil faktor

internal dan faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang

tersirat dari motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan

atau untuk mencapai suatu tujuan. Wicaksono melanjutkan dalam

hasil penelitiannya, Responden memiliki semangat dan motivasi yang

tinggi untuk sembuh sehingga menerapkan perilaku yang sehat untuk

mencegah terjadinya Retinopati Diabetik atau bahkan komplikasi

yang lain.

25
2) Faktor-faktor pendukung

Faktor–faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan

prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya

Puskesmas, rumah sakit, makanan bergizi, alat kesehatan yang tersedia,

dan sebagainya.

3) Faktor-faktor pendorong

Faktor ini mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku seperti

Dukungan Sosial dan tingkat ekonomi. Kadang–kadang meskipun

seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak

melakukannya. Perlu adanya contoh–contoh perilaku sehat dari

lingkungan sosial individu, seperti petugas kesehatan atau petugas lain,

keluarga, kelompok, masyarakat dan sebagainya.

1) Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan

perilaku individu. Notoadmodjo (2016), menyebutkan bahwa

buruknya perilaku penderita penyakit kronis dapat disebabkan oleh

faktor interpersonal, yaitu dukungan sosial. Pendapat ini diperkuat

pernyataan Sarafino (dalam Lubis, 2019), bahwa dukungan

instrumental akan lebih bernilai apabila individu menghadapi

peristiwa sifatnya dapat dikendalikan.

b) Tingkat ekonomi

26
Notoadmojo (2016), status ekonomi terbukti berbanding lurus

dengan tingkat pendidikan individu yang pernah ditempuh, yang

berarti semakin tinggi tingkat pendapatan maka status pendidikan

akan semakin tinggi. Pendidikan yang tinggi dapat memungkinkan

individu dapat dengan mudah menyerap informasi melalui hasil proses

belajar dari untung dan rugi dari suatu perilaku yang dilakukan oleh

individu.

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
(Variabel Bebas) (Variabel Terikat)
Kemampuan perawat
dalam melaksanakan
Perilaku
Sasaran Keselamatan
Pasien (Patient Safety)
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

27
: Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat


dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

B. Hipotesis

Ha: “Ada Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat dalam Melaksanakan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado”

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat
dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Ukur
Variabel Keinginan yang Kuesioner Nominal a. Baik : Jika
Independen mendorong responden Skor = 35 – 68
Perilaku dalam peningkatan b. Kurang Jika
keselamatan pasien di Skor = 17 – 34
Ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah
Sakit Bhayangkara
Manado yang meliputi :
ketepatan identifikasi

28
pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif,
pengurangan resiko
infeksi, pengurangan
resiko pasien jatuh,
peningkatan keamanan
obat, kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur,
tepat
pasien operasi.
Variabel Segala sesuatu tindakan Kuesioner Nominal a. Baik : Jika
Dependen yang berhubunga dengan Skor = 38 –
Kemampuan keselamatan pasien yang 60
Perawat dalam dipahami dan dilakukan b. Kurang : Jika
Melaksanakan respoden di ruang Instalasi Skor = 15 –
Keselamatan Gawat Darurat (IGD) 37
Pasien (Patient Bhayangkara Manado
Safety)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Survey yaitu rangkaian

proses pengamatan yang terus menerus, sistematik dan berkesinambungan

(Arikunto, 2018). Sedangkan pendekatan waktu yang digunakan adalah Cross

Sectional yaitu suatu pengambilan data yang dilakukan pada waktu yang sama,

29
dengan subyek yang sama, dimana data yang mencakup variabel tentang frekuensi

senam lansia dan variabel Risiko Jatuh pada lansia akan dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan pada saat itu juga. Desain ini digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam

Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado (Nursalam, 2017).

B. Waktu dan Tempat Penilitian

1. Waktu Penelitian

Penilitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022

2. Tempat Penilitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Bhayangkara Manado

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh perawat yang bertugas di Ruang Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang merupakan wakil

dari populasi (Donsu, 2017). Sampel penelitian ini adalah wakil dari perawat

yang bertugas di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Bhayangkara Manado. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

Total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel (Usman, 2018). Maka

semua sampel merupakan total jumlah perawat yang berjumlah 30 orang.

D. Instrumen Penelitian

30
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih cermat,

lengkap, dan sistematis (Setiadi, 2018).

Kuesioner Perilaku diadobsi dari penelitian Lombogia, A; Rottie, J;

Karundeng, M (2016) dengan judul Hubungan perilaku dengan kemampuan

perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient Safety) di Ruang

Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

Kuesioner berjumlah 17 pertanyaan dengan pilihan jawaban Tidak Setuju (TS)

diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2 dan Sangat Setuju (SS) diberi skor 3

dengan kategori Baik jika total skor 17 – 34 dan Kurang jika total skor 35 – 51.

Instrumen Pelaksanaan Keselamatan Pasien (patient safety) dalam penelitian

ini diadobsi dari penelitian Bawelle, S,C; Sinolungan, J,S,V; Hamel, Rivelino, S.

(2013) dengan judul Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan

pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun

Kendage Tahuna. Manado. Kuesioner berjumlah 15 pertanyaan dengan pilihan

jawaban Selalu diberi skor 4, Sering diberi skor 3, Kadang – kadang diberi skor 2

dan tidak pernah diberi skor 1 dengan kategori Baik jika total skor 15 – 37 dan

Kurang jika total skor 38 – 60.

E. Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Konsultasi dengan pembimbing

b. Mengurus Surat Izin Studi Pendahuluan

c. Mengadakan studi pendahuluan

31
d. Menyusun proposal penelitian

e. Mempresentasikan proposal penelitian

f. Mengurus surat izin penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti datang ke Rumah Sakit Bhayangkara Manado

b. Peneliti memberitahukan kepada responden tentang tujuan

diadakannya penelitian ini.

c. Peneliti memberikan informent consent / pesetujuan kepada

responden, apabila responden tidak setuju menjadi sampel

penelitian maka responden tersebut dikeluarkan dari sampel yang

memenuhi kriteria inklusi.

d. Peneliti membagikan Kuesioner untuk diisi responden.

e. Setelah itu peneliti melakukan pengumpulan data dari responden

dengan menggunakan format pengkajian dalam bentuk tes,

wawancara, dan dokumentasi / pengamatan.

f. Setelah data terkumpul peneliti melakukan uji hubungan

3. Tahap penyusunan

a. Penyusunan laporan hasil penelitian

b. Konsultasi penulisan laporan hasil penelitian

c. Seminar hasil penelitian

d. Perbaikan

e. Penjilidan

f. Mengumpulkan hasil penelitian

F. Pengelolahan Data

32
Pengelolahan datanya melalui cara sebagai berikut :

1. Penyunting (Editing)

Peneliti mengecek kembali kelengkapan data lembar observasi yang telah

terisi.

2. Pengkodean (Coding)

Kegiatan pengkodean dilakukan setelah penyuntingan (editing) berupa

pemberian skor dengan angka pada data hasil pengukuran sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan pada definisi operasional.

3. Pemasukan Data (Entering)

Data yang telah didapat dari penelitian kemudian dimasukkan pada komputer

dengan menggunakan program SPSS for windows release 22.

4. Tabulasi (Tabulating)

Yaitu memasukkan data dalam bentuk tabel kemudian dianalisa. Analisa data

adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca

dan di interpretasikan.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu menganalisa tiap-tiap variabel dan hasil penelitian

(Ansori, 2020). Analisa ini dilakukan secara deskriptif dengan menghitung

distribusi frekuensinya. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan narasi. Variabel yang dianalisis secara Univariat dalam penelitian

ini adalah karakteristik responden.

2. Analisa Bivariat

33
Analisa bivariat menganalisa variabel-variabel penelitian guna menguji

hipotesa penelitian serta untuk melihat Grafikan pengaruh antara variabel

penelitian (Sugiyono, 2018). Uji Statistik yang digunakan disesuaikan dengan

skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala nominal dan nominal,

sehingga digunakan rumus Chi Kuadrat (C²) dua sampel dengan tingkat

kemaknaan 95% (α ≤ 0,05) jika p value < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada

Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat dalam Melaksanakan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit Bhayangkara Manado, Jika p value > 0,05 maka Ho tidak

diterima, artinya tidak ada Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat

dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi

Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia maka dari

segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain :

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect For Person)

Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengambilan data,

dan hak-hak responden secara lisan dan tulisan. Apabila responden menolak,

peneliti harus menghargai keputusan responden. Responden yang bersedia

akan menandatangani lembar Informed Consent.

2. Tanpa nama (Anomity)

Masalah etika adalah masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

34
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(dap, 2018).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Tempat Penelitian

Berdirinya Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado berawal dari

diresmikannyaKlinik Bersalin Bhayangkara Manado pada tanggal 26 Februari

1996 oleh Kolonel Drs. Bambang Hermawan selaku Kapolda Sulut dan

35
kemudian berkembang menjadi TPS (Tempat Perawatan Sementara)

berdasarkan Skep Kapolri No. Pol : Skep/1549/X/2011 tanggal 30 Oktober

2011 menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.IV Manado dan terakreditasi 5

Pelayanan Dasar pada tanggal 29 November 2011.

Perjalanan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado tidak terhenti,

rumah sakit ini terus mengadakan pengembangan sehingga atas berkat Tuhan

Yang Maha Kuasa serta dengan kerja sama instansi terkait dan support dari

seluruh pegawai pada tanggal 20 Januari 2014 menjadi Rumah Sakit

Bhayangkara Tipe C dengan no: HK.02.03/I/0906/2014 dan terus berpacu

dalam pelayanan dengan kerja keras tanggal 10 Maret 2015 memperoleh

perizinan Penyelenggaraan Rumah Sakit Bhayangkara Tipe C dengan no:

329/2540/2/IRSA/BP2T/II/2015.

Rumah Sakit Bhayangkara Manado ditetapkan menjadi Rumah Sakit Tk.

III Manado pada tanggal 31 Maret 2015 dengan no: Kep/272/III/2015 dan saat

itu sudah memiliki tempat tidur untuk pelayanan Rawat Inap sebanyak 96

tempat tidur. Sebagai wujud peningkatan mutu pelayanan serta sinergitas

dalam pola pengelolaan keuangan yang lebih baik maka pada tanggal 4

Desember 2017 dengan nomor: 916/KMK.05/2017 ditetapkan Rumah Sakit

Bhayangkara Tk. III Manado menjadi PK-BLU.

Berkat kerja keras dari pimpinan dan personil Rumah Sakit Bhayangkara

yang terus dijaga sehingga pada tanggal 8 Februari 2018 Rumah Sakit

Bhayangkara Tk. III Manado menjadi salah satu rumah sakit yang terakreditasi

Paripurna dengan no: KARS-SERT/1211/II/2018 dibawah pimpinan AKBP

drg. Ignatius Hendra A., Sp.KG sebagai Karumkit Bhayangkara Tk. III

36
Manado periode masa jabatan 2013 – 2018.

Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado terus mengembangkan

pelayanan melalui Hyperbaric Chamber yang diresmikan pada tanggal 13

Maret 2018 oleh Brigjen Pol. dr. Artur Tampi selaku Kapusdokkes Polri.

Rumah sakit ini terus berbenah dan berkembang dalam sistem dan pola

pelayanan untuk meningkatkan mutu pelayanan dibawah pimpinan Karumkit,

AKBP dr. M. Faizal Zulkarnaen, Sp.KF., MH.Kes dan membuat Rumah Sakit

Bhayangkara lebih bersinergi dengan pola pelayanan sistem PK-BLU sejak

tahun 2018.

2. Visi

Menjadikan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado terdepan dalam

pelayanan dan menjadi pusat Trauma Center di Manado.

3. Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan dengan cepat, tepat dan ramah secara

paripurna dan berkelanjutan meningkatkan keterampilan pada staf untuk

mengoptimalkan penggunaan SDM secara efektif dan efisien;

b. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk peningkatan kualitas layanan

KesehatanKedokteran Kepolisian;

c. Menyelenggarakan Kerjasama Operasional (KSO) dengan pihak eksternal

dalam rangka meningkatkan mutu layanan;

d. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan di semua unit layanan.

4. Lingkup Pelayanan Medis

Tabel 5.1 Jumlah Pelayanan Medis RS. Bhayangkara Tk.III Manado

N PELAYANAN MEDIS TT / Ruang


O

37
1 Unit Gawat Darurat 10 TT
2 Unit Bedah 3
Ruangan
3 ICU 4 TT
4 Unit Rawat Jalan / Poliklinik 8
Ruangan
5 Unit Rawat Inap 119 TT
6 Unit Hyperbaric Oxygen Therapy 1
Ruangan
7 Unit Fisioterapi 1
Ruangan
8 Unit Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy 1
(ESWL) Ruangan
9 Unit Polymerase Chain Reaction (PCR) 1
Ruangan

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Perawat di Ruang Instalasi


Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado
Usia Frekuensi Persent %
20-25 Tahun 6 20,0
26-35 Tahun 11 36,7
36-45 Tahun 8 26,7
> 45 Tahun 5 16,6
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

Bersadarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata usia perawat di

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagian besar berada pada usia 26-35

tahun yaitu 11 responden (36,7 %) dan terendah berada pada usia > 45 tahun

yaitu 5 orang (16,6%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat di Ruang


Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado
Jenis Kelamin Frekuensi Persent %
Permpuan 21 70,0
Laki-Laki 9 30,0
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

38
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) berjenis kelamin perempuan yaitu 21

responden (70,0 %).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat di Ruang


Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado
Pendidikan Frekuensi Persent %
DIII 9 30,0
S1 + Ners 21 70,0
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa sebagian besar pendidikan

perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) yaitu S1 + Ners yaitu 21

responden (70,0%).

4. Analisi Univariat

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Perawat di Ruang


Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara
Manado
Perilaku Frekuensi Persent %
Baik 24 80,0
Kurang 6 20,0
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa perilaku perawat di

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

sebagian besar berada pada ketegori baik yaitu 24 responden (80,0%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Perawat Dalam

Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Tabel 5.6 Distribusi Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan


Keselamatan Pasien (Patient Safety) Perawat di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara

39
Manado
Patient Safety Frekuensi Persent %
Baik 22 73,3
Kurang 8 26,7
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat menunjukkan bahwa kemampuan

perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient safety) perawat

di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara

Manado, sebagian besar berada pada ketegori baik yaitu 22 responden

(73,3%).

5. Analisi Bivariat

Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit Bhayangkara Manado

Tabel 5.7 Analisis Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam


Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado
Patient Safety P
Total
Perilaku Baik Kurang Value
n % n % N %
Baik 22 73,3 2 6,7 3 24 80,0
0. 0,000
Kurang 0 0,0 6 20,0 1 6 20,0
Total 22 73,3 8 26,7 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukan bahwa perilaku perawat baik

yang melakukan patient safety baik yaitu 22 responden (73,3%), sedangkan

perilaku perawat baik yang melakukan patient safety kurang yaitu 2 responden

(6,7%) dan perilaku perawat kurang yang melakukan patient safety kurang

yaitu 8 responden (26,7%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai P= 0,000 atau P < 0,05. Hal

40
ini Ha diterima dan Ho diterima, maka terdapat hubungan perilaku dengan

kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (Patient Safety)

di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado.

C. Pembahasan

1. Karekteristik Responden

a. Usia

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar perawat di Ruang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado berusia

26 - 35 tahun yaitu 11 responden (36,7%).

Hasibuan (2015), berpendapat bahwa umur individu mempengaruhi

kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, tanggung jawab dan cenderung

absensi. Sebaliknya, karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya

kurang, tetapi bekerja ulet dan mempunyai tanggung jawab yang lebih

besar.

Menurut peneliti bahwa karakteristik seorang perawat berdasarkan

usia sangat berpengaruh terhadap perilaku dalam praktik keperawatan salah

satunya kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien

(Patient Safety), dimana semakin tua umur perawat maka dalam menerima

sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman.

Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan

kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional,

mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain,

sehingga berpengaruh terhadap kemampuan perawat dalam melaksanakan

keselamatan pasien (Patient Safety).

41
b. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar perawat di Ruang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado berjenis

kelamin perempuan yaitu 21 responden (70,0%). Praktik keperawatan

memiliki hubungan yang sangat erat dengan gender dan didalam dunia

keperawatan persepsi mengenai gender memang didominasi oleh

perempuan (Ismainar, 2015).

Menurut peneliti jenis kelamin dapat mempengaruhi perilaku perawat

dimana perempuan lebih cekatan dan lebih teliti dalam dalam

memperhatikan keselamatan pasien (Patient Safety).

c. Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar perawat di

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

berpendidikan S1+Ners yatiu 21 responden (70,0%). Masih adanya

pendidikan DIII dapat dikarenakan belum adanya kesempatan bagi perawat

tersebut untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan yang tidak berkelanjutan dapat berdampak pada kesadaran

dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas menjadi rendah. Menurut

Kusnanto (2018) bahwa pendidikan adalah sarana mengembangkan

kemampuan kompetitif baik diantara sesama anak bangsa maupun antar

bangsa-bangsa dalam mencapai kemajuan. Sementara Departemen

Pendidikan Nasional (2017) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

42
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Hapsari (2016) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah

satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan

produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan

keluarga.

Notodmodjo (2016), menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki

pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi

pula jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang

rendah dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan

intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak.

Peneliti berasumsi bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan

perilaku dan produktifitas atau kinerja perawat dalam melaksanakan

keselamatan pasien (Patient Safety) adalah pendidikan formal perawat.

Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan

pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta

kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk

kelancaran tugas. Tenaga keperawatan yang berpendidikan tinggi

motivasinya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan

wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan

rendah sehingga dapat meningkatkan perilaku dalam melaksanakan

43
keselamatan pasien (Patient Safety).

2. Analisa Univariat

a. Perilaku

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat di Ruang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Bhayangkara Manado yaitu

24 responden (80,0%). Notoatmodjo (2016) mengemukakan bahwa perilaku

merupakan hasil dari penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat tinggi untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Teori Bloom 1908 dalam

buku Notoatmodjo, (2016) menyatakan bahwa perilaku dapat diukur dalam

3 domain yaitu pengetahuan (knowledge) yang artinya kognitif, sikap

(attitude) yang artinya afektif dan tindakan (practice) yang artinya

psikomotor yaitu pengukuran hasil pendidikan kesehatan. Jika memiliki

perilaku atau bawaan baik maka akan berdampak baik juga bagi

lingkungannya. Dalam penelitian Lusia (2018), menunjukkan sebagian

besar perawat berperilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien di

Ruang Rawat IGD Rumah Sakit Universitas Hasanudin Makassar.

Mengidentifikasi pasien dilakukan sejak awal masuk Rumah Sakit dengan

dua identitas, nama dan nomor rekam medis yang telah tertera di gelang

pasien dan pada saat pemasangan gelang pasien akan di jelaskan oleh

perawat manfaat gelang dan resiko yang akan timbul jika tidak pasang

gelang identitas.

Perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien mengacu

pada standar keselamatan pasien Joint Commission International (JCI) dan

44
berdasarkan permenkes no 1691/menkes/per/VII/2011 yang paling relevan

terkait dengan mutu pelayanan rumah sakit yakni International Patient

Safety Goals yang meliputi 6 sasaran, salah satunya identify patient

correctly (Kemenkes, 2018).

b. Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient

Safety)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan perawat dalam

melaksanakan keselamatan pasien (patient safety) perawat di Ruang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado,

sebagian besar berada pada ketegori baik yaitu 22 responden (73,3%).

Patient Safety (keselamatan pasien) adalah suatu prosedur atau proses dalam

suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman

(JCI, 2011). Salah satu peningkatan mutu pelayanan keselamatan pasien

yaitu pencegahan dan pengurangan resiko infeksi dengan program yang

diterapkan yaitu hand hygiene yang efektif terutama 5 momen (WHO,

2018).

Penelitian Fradana, 2018 dengan judul: “Improved Health To Achieve

Zero Accident Throught a Patient Safety Committe” menyimpulkan bahwa

pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan yang paling

gampang adalah dengan cara mencuci tangan, karena mencuci tangan adalah

salah satu langkah yang paling penting. Hal ini sesuai dengan teori Vine

(2018) mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan tangan dari kotoran

dengan air dan sabun. Dalam hal ini dilingkungan rumah sakit sangat

digalakkan hand hygiene yang efektif ini dalam rangka untuk mencegah

45
infeksi nasokomial.

Menurut peneliti, rumah sakit merupakan tempat yang rentan terjadi

infeksi nosokomial atau infeksi baru selama perawatan, dan peran perawat

dalam upaya pengurangan resiko infeksi akan selalu dijelaskan kepada

pasien ataupun pihak keluarga untuk melakukan program mencuci tangan

sebelum dan sesudah. Didepan tiap ruangan-ruangan di Ruang Akut juga

sudah terdapat disinfektan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian yang

tinggi untuk mencegah infeksi yang ada di rumah sakit. Dan hasil observasi

dari peneliti menunjukkan sebagian besar perawat telah menerapkan

tindakan untuk mengurangi infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan. Namun masih beberapa perawat yang belum

memprioritaskan cuci tangan adalah salah satu hal yang sangat penting,

sehingga belum mencapai 100%.

3. Analisa Bivariat

Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado.

Hasil penelitian menunjukan dengan menggunakan uji statistik chi

square diperoleh nilai P= 0,000 atau P < 0,05. Hal ini Ha diterima dan Ho

diterima, maka terdapat hubungan perilaku dengan kemampuan perawat

dalam melaksanakan keselamatan pasien (Patient Safety) di Ruang Instalasi

Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Perilaku perawat

baik yang melakukan patient safety baik yaitu 22 responden (73,3%),

sedangkan perilaku perawat baik yang melakukan patient safety kurang

46
yaitu 2 responden (6,7%) dan perilaku perawat kurang yang melakukan

patient safety kurang yaitu 8 responden (26,7%). Patient Safety

(keselamatan pasien) adalah suatu prosedur atau proses dalam suatu rumah

sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman (JCI, 2011).

Dimana dipengaruhi oleh perilaku dan penerapan dari perawat pelaksanaan

yang mengutamakan kepentingan keselamatan pasien. Dimana dipengaruhi

oleh perilaku dan penerapan dari perawat pelaksanaan yang mengutamakan

kepentingan keselamatan pasien. (Lestari, 2018).

Depkes, (2018) menyebutkan bahwa keselamatan pasien rumah sakit

adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman

dan salah satu tujuan pentingnya adalah mencegah dan mengurangi

terjadinya insiden keselamatan pasien. Perilaku perawat yang tidak menjaga

keselamatan akan berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien.

Perawat yang tidak memilki kesadaran terhadap situasi yang cepat

memburuk gagal mengenali apa yang terjadi dan mengabaikan informasi

klinis penting yang terjadi pada pasien dapat mengancam keselamatan

pasien (Robbins, 2018).

Potter & Perry, (2017) menyatakan beberapa intervensi yang dapat

dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien antara lain;

mengorientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit dan menjelaskan

sistem komunikasi yang ada, bersikap hati-hati saat mengkaji pasien dengan

keterbatasan gerak, melakukan supervise ketat pada awal pasien dirawat

terutama malam hari, memberikan alas kaki yang tidak licin, memberikan

pencahayaan yang adekuat, memasang pengaman tempat tidur terutama

47
pada pasien dengan penutunan kesadaran dan gangguan mobilitas, dan

menjaga lantai kamar mandi agar tidak licin.

Azwar, (2018) menyetakan bahwa perilaku perawat dengan

kemampuan perawat sangat berperan penting dalam pelaksanaan

keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya

perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak

mempedulikan dan menjaga keselamatan pasien beresiko untuk terjadinya

kesalahan. Selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan

memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, efektif, dan

tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angelita

Lambogia, dkk (2016), di ruang akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado tentang Hubungan Perilaku dengan Kemampuan

Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (patient safety).

Berdasarkan hasil uji Chi-square di peroleh nilai p = 0,001. Hasil penelitian

ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jaladara (2019) hasil

penelitian dengan menggunakan uji chi square diperoleh p-value sebesar

0,000 (<0,05) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, maka terdapat

hubungan tingkat pengetahuan dan praktik perawat mengenai keselamatan

pasien (patient safety) di Instalasi Gawat Darurat Rs X Semarang. Hasil

penelitian Anggriani, (2018). Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan penegetahuan perawat dengan penerapan Identify Patient

Correcly di RSUP Ratatotok Buyat Kabupaten Minahasa Tenggara”.

Penelitian ini menyimpulkan sebagian besar memiliki pengetahuan baik

48
mengenai identify patient correctly. Hasil uji chi square P=0,000 < 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian yang diperoleh,

peneliti berasumsi bahwa mengidentifikasi pasien dengan benar merupakan

pondasi utama mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien. Dapat

dilihat dari observasi dan kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa sudah lebih dari setengah perawat yang bekerja

melakukan identifkasi pasien dengan benar, namun masih ada beberapa

perawat yang perilakunya lupa, kelelahan dan tindakan yang darurat yang

diharuskan betindak cepat sehingga identifikasi pasien dengan pemasangan

gelang tidak efisien. Dan tidak memungkinkan waktu untuk menjelaskan

kepada pasien tentang manfaat gelang karena kurangnya perawat yang

bekerja pada saat itu tidak seimbang dengan banyaknya pasien yang gawat

darurat. Perilaku sangat berpengaruh terhadap kemampuan perawat dalam

melaksanakan keselamtan pasien. Dikarenakan perilaku hal yang sangat

penting bagi seorang perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan

terutama dalam melaksanakan keselamtan pasien.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

49
1. Perilaku Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit

Bhayangkara Manado sebagian besar berprilaku baik.

2. Kemampun perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (Patient Safety)

di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

sebagain besar baik.

3. Terdapat hubungan perilaku dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan

keselamatan pasien (Patient Safety) di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit Bhayangkara Manado.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan kepada seluruh mahasiswa agar setiap penelitian yang sudah

dilakukan, agar dapat dipelajari kembali sehingga dapat menambah informasi

dan wawasan bahkan menjadi bahan referensi atau acuan kepada mahasiswa

keperawatan sebelum melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

2. Bagi Tempat Penelitian

Perawat di Ruang IGD diharapkan dapat meningkatkan penerapan patient safety

serta diharapkan Kepala Bagian Keperawatan, Kepala Ruangan IGD, Komite

Keperawatan melakukan supervisi manajemen keperawatan dan mengevaluasi

Standar Operasional Prosedur Keselamatan Pasien sehingga penerapan patient

safety dapat dilakukan dengan lebih baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian yang telah ada dengan meneliti variabel lain yang

berhubungan dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan

50
pasien (Patient Safety) dalam penelitian seperti faktor-faktor yang berhubungan

dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien (Patient

Safety).

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani Bantu . 2018. Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan


Identify Patient Correcly Di Rsup Ratatotok Buyat Kabupaten Minahasa
Tenggara. (Internet)
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5647. Diases 12
Desember 2022.

51
Ansori, M. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi 2. Jakarta: Airlangga
University Press.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Asta, D. 2019. Teori dan Konsep Perilaku dalam Psikologi. (Internet)


dosenpsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/teori-dan-konsep-perilaku-
dalam-psikologi. Diases 12 Desember 2022.

Azwar, S. 2018. Sikap dan Perilaku Dalam: Sikap Manusia Teori dan.
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bawelle S. C, Sinolungan, J. S. V, Hamel, R. S. 2013. Hubungan Pengetahuan


Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Manado.
Jurnal Keperawatan,1 (1), 1-7.

Cahyono J.B.S. 2012. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktek


Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius.

DEPKES RI. 2018. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Depkes
RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik: Jakarta : Anonim.

Donsu, Jenita DT. 2017. Psikologi Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka Baru.

Fradana. 2018. Improved Health To Achieve Zero Accident Throught a Patient


Safety Committee. (Internet)
https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1360307/retrieve. Diaskes 12
Desember 2022.

Ginting David Sinarta. 2019. Hubungan Pengetahuan Dan Kemampuan Perawat


Dengan Penerapan Standar Joint Commission International Tentang
Keselamatan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat RSUP. H. Adam Malik
Medan. (Internet) https://123dok.com/document/dzxdwvyr. Diaskes 12
Desember 2022.

Hapsari, Iriani Indri. 2016. Psikologi Perkembangan. Jakarta Barat: PT. Indeks.

Hasibuan, Malayu S.P. 2015. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,Edisi.


Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Jaladara Vena, Siswi Jayanti, Ekawati (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan


Dan Praktik Perawat Mengenai Keselamatan Pasien (Patient Safety) di
Instalasi Gawat Darurat Rs X Semarang. (Internet)
https://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=1536. Diaskes 19 Desember
2022.

52
JCI (Joint Commission International). 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit :
Enam. Sasaran Keselamatan Pasien. Edisi ke-4. Jakarta: KARS.

Ismainar , H . 2015 . Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit


Deepublish .

Kusnanto. 2018. Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Trans Info Media.

KKPRS. 2018. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Depkes


RI.Jakarta: Anonim.

Lestari, Sri. 2018. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan


Konflik. Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Lombogia A, Rottie J, Karundeng M. 2016. Hubungan Perilaku Dengan


Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Manado. Universitas Samratulangi Manado

Nasional. 2017. Materi Pendukung Literasi Numerasi. Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

Notoatmodjo S. 2016. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Permenkes RI No.11. 2017. Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Anonim.

Lubis, N. L., 2019. Depresi Dan Tinjauan Psikologis. Jakarta: Prenada Media
Group.

Lusia. 2018. Hubungan perilaku perawat dengan keselamatan pasien di Ruang


Rawat IGD Rumah Sakit Universitas Hasanudin Makassar. (Internet)
https://www.researchgate.net/publication/364571537. Diaskes 12 Desember
2022.

Malayu .S.P. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.

Mubarok, E. S. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Pengantar Keunggulan.


Bogor: Penerbit In Media.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta :


Salemba Medika.

PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia). 2018. Panduan Nasional


Keselamatan Pasien, Jakarta: Anonim.

53
Potter, & Perry, A. G. 2017. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Priyoto Dan Tri Widyastuti. 2014. Kebutuhan Dasar Keselamatan


Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Robbins, S.P., Judge, T., 2018. Organizational behavior, 15th ed. ed. Pearson,
Boston.

Setiadi. 2018. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Ed.2).


Yogyakarta: Graha. Ilmu.

Sarwono S.W. 2016. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindopersada.

Siswanto. 2017. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,.


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2019. Tentang


Kesehatan, Jakarta: Anonim.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009.Tentang Rumah


Sakit, Jakarta: Anonim.

Usman, H. 2018. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Wawan dan Dewi M. 2019. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia. Jakarta: Nuha Medika

World Health Organization (WHO). 2018. Deafness And Hearing Loss. (Internet)
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs300/en/. Diaskes 12 April
2022.

54
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu ………………

Di Tempat

Bapak/ibu yang saya hormati, Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan UNPI


yang sementara ini dalam proses penyelesaian tugas akhir/skripsi dan akan
melakukan penelitian. Olehnya, mohon kiranya kesediaan Bapak/Ibu agar bisa
menjadi subyek dalam penelitian yang saya lakukan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui” apakah ada “Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan
Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado”.
Partisipasi dalam penelitian dan atau informasi yang didapat tidak akan
dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan Bapak/Ibu. Kerahasiaan
identitas Bapak/Ibu akan dijamin, dalam laporan hanya akan ditulis kode nomor
saja.
Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu
membaca dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan
Bapak/Ibu bersedia menjadi responden. Semoga Tuhan Memberkati.

Manado, Oktober 2022


Peneliti

Sinyi Selli Sollitan


Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan


penelitian ini, maka saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA*) menjadi responden dari Sinyi Selli Sollitan
dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan
Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado”.
Apabila sewaktu-waktu saya tidak bersedia atau mengundurkan diri menjadi
responden dalam penelitian ini, maka tidak ada tuntutan atau sanksi yang
dikenakan dikemudian hari kepada saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Manado, Oktober 2022

( …………………… )
Nama & Tanda Tangan
Keterangan :

*) Coret yang tidak perlu


Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan


Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Manado

Petunjuk
1. Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan.
2. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda dengan
memberikan tanda (x) pada lembar kuesioner pilihan.
1. Karakteristik Responden
No. Urut Responden :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan : D3 Keperawatan
S1 Keperawatan
S2 Keperawatan
2. Kuesioner Perilaku keselamatan pasien
Berikan tanda (√) pada pilihan anda di kolom yang tersedia
No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak
Kadang Pernah
Ketepatan Identifikasi Pasien
1 Identifikasi pasien menggunakan nama,
nomor rekam medis, tanggal lahir dan gelang
2 Sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah perawat menanyakan identitas pasien
3 Sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/ prosedur, perawat menanyakan
identitas pasien
Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
4 Instruksi lisan dituliskan secara lengkap oleh
perawat untuk meningkatkan komunikasi
yang efektif
5 Instruksi melalui telepon dituliskan secara
lengkap oleh perawat untuk meningkatkan
komunikasi yang efektif
6 Menulis dan membaca ulang (read back)
informasi/instruksi yang diterima
7 Mengkonfirmasi perintah atau hasil
pemeriksaan kepada perawat yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)
8 Mengidentifikasi dan memberi label khusus
obat- obatyang perlu diwaspadai.
9 Obat-obat yang perlu diwaspadai yang
disimpan pada unit pelayanan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted).
Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
10 Dengan melakukan kepatuhan cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan
pada pasien dapat menurunkan resiko infeksi
11 Dengan melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah membuang wadah sputum, secret
ataupun darah dapat menurunkan resiko
infeksi
12 Dengan melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah menangani peralatan pada pasien
seperti infuse set, kateter, kantung drain
urin, tindakan operatif kecil dan peralatan
pernafasan dapat menurunkan resiko infeksi
Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
13 Setiap pasien yang beresiko jatuh dilakukan
pengkajian awal tentang risiko pasien jatuh
14 Pasien yang beresiko jatuh dilakukan
scoring berdasarkan kriteria resiko pasien
jatuh.
15 Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh
sesuai scoring yang sudah ditentukan
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
16 Sebelum pasien dioperasi, perawat
memastikan ulang identitas pasien dengan
benar
17 Sebelum pasien dioperasi, perawat
memastikan lokasi operasi dengan benar
Sumber : Bawelle, S,C; Sinolungan, J,S,V; Hamel, Rivelino, S (2013)
3. Kuesioner Kemampuan Pelaksanaan Patient Safety

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


Kadang Pernah
1 Apakah perawat melaksanakan
Ketepatan identifikasi pasien?
a. Melakukan pemasangan
gelang kepada pasien
b. Sebelum pemberian obat,
darah, atau produk darah
perawat menanyakan
identitas pasien
c. Sebelum pemberian
pengobatan dan
tindakan/prosedur, perawat
menanyakan identitas pasien
2 Apakah perawat melaksanakan
peningkatan komunikasi yang
efektif?
a. Perintah lisan dituliskan
secara lengkap oleh perawat
b. Perintah yang melalui
telepon dituliskan secara
lengkap oleh perawat
c. Perintah lisan dan melalui
telepon atau hasil
pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh
perawat
d. Perintah atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi
oleh perawat yang memberi
perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
3 Apakah perawat melaksanakan
peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai (high
alert)?
a. Perawat mengidentifikasi
dan memberikan label
khusus untuk obat- obat yang
perlu diwaspadai
b. Perawat menyimpan obat-
obat yang perlu diwaspadai
di area yang dibatasi ketat
(restricted).
4 Apakah perawat melaksanakan
pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan?
a. Perawat menerapkan
program hand hygiene yang
efektif sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pada
pasien
5 Perawat melaksanakan
pengurangan risiko pasien
jatuh?
a. Perawat menerapkan proses
asesmen awal risiko pasien
jatuh dan melakukan
asesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan
b. Perawat menerapkan
langkah- langkah untuk
mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko
c. Pasien menggunakan gelang
identifikasi risiko jatuh
setelah diasesmen oleh
perawat dan
membutuhkannya
6 Apakah perawat melaksanakan
kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat- pasien operasi?
a. Sebelum pasien dioperasi,
perawat memastikan ulang
identitas pasien dengan
benar.
b. Sebelum pasien dioperasi,
perawat memastikan lokasi
operasi dengan benar
Sumber : Bawelle, S,C; Sinolungan, J,S,V; Hamel, Rivelino, S (2013)
Lampiran 5

HASIL UJI STATISTIKA


Frequencies
Statistics
Kemampuan Perawat
Dalam Melaksanaka
nKeselamatan
Pasien (Patient
Usia Jenis Kelamin Pendidikan Perilaku Safety)
N Valid 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-25 Tahun 6 20.0 20.0 20.0
26-35 Tahun 11 36.7 36.7 56.7
36-45 Tahun 8 26.7 26.7 83.3
> 45 Tahun 5 16.6 16.6 100.0
Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perempuan 21 70.0 70.0 70.0
Laki-Laki 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid DIII 9 30.0 30.0 30.0
S1+NERS 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Perilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 24 80.0 80.0 80.0
Kurang 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 22 73.3 73.3 73.3
Kurang 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Perilaku * Kemampuan
Perawat Dalam
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Melaksanakan Keselamatan
Pasien (Patient Safety)

Perilaku * Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien


(Patient Safety) Crosstabulation
Kemampuan Perawat Dalam
Melaksanakan Keselamatan
Pasien (Patient Safety)
Baik Kurang Total
Perilaku Baik Count 22 2 24
% within Perilaku 91.7% 8.3% 100.0%
% within Kemampuan Perawat
Dalam Melaksanakan Keselamatan 100.0% 25.0% 80.0%
Pasien (Patient Safety)
% of Total 73.3% 6.7% 80.0%
Kurang Count 0 6 6
% within Perilaku .0% 100.0% 100.0%
% within Kemampuan Perawat
Dalam Melaksanakan Keselamatan .0% 75.0% 20.0%
Pasien (Patient Safety)
% of Total .0% 20.0% 20.0%
Total Count 22 8 30
% within Perilaku 73.3% 26.7% 100.0%
% within Kemampuan Perawat
Dalam Melaksanakan Keselamatan 100.0% 100.0% 100.0%
Pasien (Patient Safety)
% of Total 73.3% 26.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 20.625a 1 .000
Continuity Correctionb 16.204 1 .000
Likelihood Ratio 21.027 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 19.938 1 .000
N of Valid Casesb 30
a. 0 cells (00.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 6
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 7

SURAT IZIN PENELITIAN


Lampiran 8

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai