Anda di halaman 1dari 126

LAPORAN ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN PEMBERIAN TERAPI


PERASAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE) DALAM MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI RT 01-05 RW O8 KELURAHAN KORONG GADANG
KECAMATAN KURANJI PADANG TAHUN 2023

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Diajukan oleh:

Lusy Oktaviana, S. Kep


Nim : 2214901010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2023
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN PEMBERIAN TERAPI
PERASAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE) DALAM MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI RT 01-05 RW O8 KELURAHAN KORONG GADANG
KECAMATAN KURANJI PADANG TAHUN 2023

KEPERAWATAN KOMUNITAS

LAPORAN KARYA ILMIAH AKHIR


Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)
Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners
STIKES Alifah Padang

Lusy Oktaviana, S. Kep


Nim : 2214901010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2023

i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Lengkap : Lusy Oktaviana, S. Kep
NIM : 2214901010
Tempat/ Tanggal Lahir : Sawahlunto Sijunjung, 22 Oktober 1999
Tahun Masuk : 2023
Program Studi : Profesi Ners
Nama Pembimbing Akademik : Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep
Nama Pembimbing : Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan karya tulis
ilmiah saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas dengan
Pemberian Terapi Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam Menurunkan
Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi Di Rt 01-05 Rw O8
Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2023”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat dalam penulisan
karya ilmiah ini, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, 2023

Lusy Oktaviana, S.Kep

ii
PERSETUJUAN LAPORAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN PEMBERIAN TERAPI


PERASAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE) DALAM MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
RT 01-05 RW O8 KELURAHAN KORONG GADANG
KECAMATAN KURANJI PADANG TAHUN 2023

Lusy Oktaviana, S.Kep


2214901010

Laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah disetujui,


17 Juli 2023

Pembimbing

(Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep)

Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang
Ketua

(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep)

iii
PERNYATAAN PENGUJI LAPORAN ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN PEMBERIAN TERAPI


PERASAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE) DALAM MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
RT 01-05 RW O8 KELURAHAN KORONG GADANG
KECAMATAN KURANJI PADANG TAHUN 2023

Lusy Oktaviana, S.Kep


2214901010

Laporan Ilmiah Akhir Ners ini telah diuji dan dinilai oleh penguji
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Pada Tanggal 2023

Oleh :

TIM PENGUJI

Pembimbing : Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang
Ketua

(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep)

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
KIAN, 13 Juli 2023

Lusy Oktaviana, S. Kep

Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Pemberian Terapi Perasan Labu Siam


(Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien dengan
Hipertensi Di Rt 01-05 Rw O8 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji
Padang Tahun 2023
ix + 108 Halaman, 6 Tabel, 2 Gambar,4 Lampiran

RINGKASAN EKSLUSIF

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik


yaitu lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. Studi pendahuluan
di RT 01,02,03,04,05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang di temukan 48 orang
lansia (40%) yang menderita hipertensi sebanyak 23 orang. Lansia yang menderita
hipertensi sebanyak 23 orang (47%) dengan tekanan darah dengan rentang
140/90 mmHg – 160/110 mmHg. Tujuan dari penulisan karya ilmiah akhir ini
untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi dalam
pemberian terapi perasan labu siam (Sechium Edule) untuk menurunkan tekanan
darah.
Pada lansia dengan hipertensi didapatkan data lansia mengeluh sakit kepala
dan pusing, lansia jarang atau tidak pernah mengikuti posyandu dan juga tidak
memeriksakan kesehatan secara rutin , maka dirumuskan diagnosa keperawatan
dari kasus yaitu manajemen kesehatan tidak efektif. Salah satu intervensi yang
dilakukan secara non farmakologi untuk menurunkan tekana darah yaitu dengan
pemberian terapi perasan labu siam(Sechium Edule)
Pelaksanaan studi kasus dilaksanakan di RT 01,02,03,04,05 RW 08
Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji kepada lansia yang mengalami
penyakit hipertensi. Hasil yang di dapatkan dari pelaksanaan asuhan keperawatan
adalah terjadi penurunan tekanan darah dan lansia mampu memahami dan
mengaplikasikan cara pemberian perasan labu siam(Sechium Edule) yang benar.
Evaluasi keperawatan dari tindakan keperawatan masalah dapat teratasi.
Kesimpulan dari penulisan karya ilmiah ini adalah pemberian terapi perasan
labu siam dapat menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi. Di
harapakan kepada masyarakat khususnya lansia dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat menerapkan terapi non farmokologi yaitu terapi perasaan
labu siam (Sechium Edule) dengan teratur dan ruti memeriksakan keehatan di
pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya.

Daftar pustaka : 35 (2014-2023)


Kata kunci : Hipertensi , Perasan Labu Siam, Lansia

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
KIAN, July 13th 2023

Lusy Oktaviana, S. Kep


Community Nursing Care by Providing Siamese Pumpkin Juice Therapy(Sechium
For Success) in Reducing Blood Pressure in Patients with Hypertension in Rt 01-
05 Rw O8 Korong Gadang Village, Kuranji District, Padang in 2023
 xiv + 105 Pages, 6 Tables, 2 Figures, 4 Appendices

EXCLUSIVE SUMMARY
 
Hypertension is a condition of increasing systolic blood pressure which is
more than 140 mmHg and diastolic more than 90 mmHg. Preliminary studies at
RT 01,02,03,04,05 RW 08 Korong Gadang Village found 48 elderly people (40%)
suffering from hypertension as many as 23 people. There are 23 elderly people
who suffer from hypertension (47%) with blood pressure in the range of 140/90
mmHg – 160/110 mmHg. The purpose of writing this final scientific work is to
apply nursing care to the elderly with hypertension in giving chayote squeeze
therapy(Sechium For Success) to lower blood pressure.
In the elderly with hypertension, data obtained that the elderly complained
of headaches and dizziness, the elderly rarely or never attended posyandu and
also did not have their health checked regularly, then a nursing diagnosis was
formulated from the case, namely ineffective health management. One of the non-
pharmacological interventions to reduce blood pressure is by administering
chayote juice therapy(Sechium For Success)
The implementation of the case study was carried out at RT 01,02,03,04,05
RW 08, Korong Gadang Village, Kuranji District for elderly people who have
hypertension. The results obtained from the implementation of nursing care are a
decrease in blood pressure and the elderly are able to understand and apply how
to give chayote juice(Sechium For Success) correct. Nursing evaluation of
nursing action problems can be resolved.
The conclusion from writing this scientific paper is that giving chayote juice
therapy can reduce blood pressure for people with hypertension. It is hoped that
the community, especially the elderly, can add insight and knowledge and can
apply non-pharmacological therapy, namely chayote feeling therapy(Sechium
Edule) regularly and routinely check their health at health services in their area.

bibliography   : 35 (2014-2023)
Keywords : Hypertension, Siamese Pumpkin Juice, Elderl

v
RIWAYAT PENULIS

Nama : Lusy Oktaviana


NIM : 2214901010
Tempat,Tanggal Lahir : Sawahlunto Sijunjung, 22 Oktober 1999
Program Studi : Profesi Ners
Agama : Islam
Alamat : Jln.Belanti Permai 1 Blok A/10
E-mail : lhusyoktaviana22@gmail.com
Nomor Telepon : 082283272309

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 01 Pulau Punjung : 2006 - 2012
2. SMPN 1 Pulau Punjung : 2012 - 2015
3. SMAN 2 Pulau Punjung : 2015 – 2018
4. S1 STIKES Alifah Padang : 2018 – 2022

Riwayat Organisasi
1. Bendahara PBB SMAN 2 pulau punjung : 2016-2017
2. Bendahara pramuka SMAN 2 Pulau Punjung : 2016-2017
3. Sekretaris Sispala SMAN 2 Pulau Punjung : 2016-2017
4. Anggota osis SMAN 2 Pulau Punjung : 2016-2017
5. Bendahara kesenian SMAN 2 Pulau Punjung : 2016-2017
6. Sekretaris HIMA Keperawatan : 2019-2020
7. Wakil Ketua HIMA Keperawatan : 2020-2021
8. Sekretaris BEM STIKES Alifah Padang : 2021-2022
9. Bendahara umum DPP IMAKEP : 2022-2024
Riwayat Pengahargaan
1. Juara Umum I Lomba PBB Tingkat SMA sekabupaten Dharmasraya
2. Juara 1 lomba tari diacara lomba tari kreasi pecan apresiasi kampus III
UNAND
3. Juara 3 Lomba Tari Pada Acara Kegiatan Tari Kreasi Se-Provinsi Sumbar,
Riau, Jambi.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayat-Nya, shalawat beriringan salam kepada jujungan kita Nabi

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Profesi

Ners yang berjudul ““Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Pemberian Terapi

Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah pada

Pasien dengan Hipertensi Di Rt 01-05 Rw O8 Kelurahan Korong Gadang

Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2023”

Karya Ilmiah ini disusun untuk menyelesaikan pendidikan Profesi Ners di

STIKes Alifah Padang dalam proses pembuatan karya ilmiah ini, penulis telah

banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak,

dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pembimbing Ibu Ns. Helmanis Suci, S.Kep,M.Kep yang telah meluangkan

waktu dalam membimbing, memberikan arahan serta masukan kepada penulis

dengan penuh kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah

profesi ners ini.

2. Ibu Dr. Ns. Asmawati, S.Kep,M.Kep, selaku Ketua STIKes Alifah Padang

yang telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan serta masukan

kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir Profesi Ners.

3. Ibu Ns. Amelia Susanti, M.Kep,Sp Kep J selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

4. Dosen beserta Staf STIKes Alifah Padang yang memberikan bekal ilmu

kepada peneliti selama proses perkuliahan.

vii
5. Bapak camat yang telah memberikan izin kepada ananda untuk berdinas dan

dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dikampus kepada masyarakat di

RT 01-05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang.

6. Bapak Lurah yang telah memberikan izin kepada ananda untuk berdinas dan

dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dikampus kepada masyarakat di

RT 01-05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang.

7. Bapak RW dan RT yang telah memberikan izin kepada ananda untuk

berdinas dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dikampus kepada

masyarakat di RT 01-05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan

Kuranji Padang.

8. Bapak Ibu Masyarakat Rt 01-05 Rw 08 sebagai responden yang telah

meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam penyusunan karya ilmiah ini.

9. Orang tua yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat bagi peneliti,

serta memenuhi segala kebutuhan baik moril maupun materil.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes

Alifah Padang yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta

sumbangan ide dan pikiran kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis

ilmiah ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan kepada penulis sehingga karya ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik.

viii
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayat serta

karunia-Nya yang diberikan dan penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan karya ilmiah ini

banyak terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan

karena keterbatasan ilmu penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan Karya Ilmiah ini

Padang, Juli 2023

Penulis

ix
x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...............................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................iii
RINGKASAN EKSKLUSIF (INDONESIA)...............................................iv
RINGKASAN EKSKLUSIF (INGGRIS).....................................................v
RIWAYAT PENULIS...................................................................................vi
KATA PENGANTAR...................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................x
DAFTAR TABEL.........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xiv
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................6
D. Manfaat KIAN....................................................................................7
BAB II. TINJAUAN TEORITIS...................................................................9
A. Konsep Keperawatan Komunitas........................................................9
B. Konsep Lansia...................................................................................33
C. Konsep Hipertensi.............................................................................44
D. Konsep Labu Siam............................................................................54
E. Asuhan Keperawatan Teoritis...........................................................42
F. Evidence Based Nursing (EBN)........................................................50
BAB III. GAMBARAN KASUS..................................................................64
A. Pengkajian.........................................................................................64
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................85
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................86
D. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi ).....................88

x
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................96
A. Pengkajian Keperawatan...................................................................96
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................97
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................99
D. Implementasi Keperawatan.............................................................100
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................103
A. Kesimpulan.....................................................................................103
B. Saran...............................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel.......................................................................................Halaman
2.1 Perbedaan Kesehatan Klien Di Rs Dan Komunitas............................23
2.2 Klasifikasi Hipertensi..........................................................................47
2.3 Kandungan Labu Siam........................................................................56
2.4 Evidence Based Nursing ....................................................................62
3.1 Usia .....................................................................................................68
3.2 Pendidikan ..........................................................................................69
3.3 Agama ................................................................................................69
3.4 Pekerjaan ............................................................................................69
3.5 Status Perkawinan ..............................................................................70
3.6 Pola makan .........................................................................................70
3.7 Pola minum.........................................................................................70
3.8 Pola Aktivitas .....................................................................................71
3.9 Mengikuti kegiatan keagamaan...........................................................71
3.10 Data khusus/ Observasi (fisik)..........................................................71
3.11 Analisa Data......................................................................................83
3.12 Intervensi Keperawatan....................................................................86
3.13 Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi )......................88

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Paradigma Keperawatan...........................................18


Gambar 2.2 Anatomi Jantung.........................................................................44
Gambar 2.3 WOC............................................................................................51
Gambar 2.4 Labu Siam...................................................................................55

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
1. Lembar Tidak Plagiat
2. Lembar Persetujuan Pembimbing
3. Lembar konsultasi
4. Lembar dokumentasi

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi dengan klien dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian

dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, 2018). Perawat adalah

seorang profesional yang mempunyai kemampuan mengasuh dan merawat, ada

tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pelayanan kesehan/asuhan

keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Nisya, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan perubahan di

mana tekanan darah meningkat secara kronik (Aini 2015). Badan Kesehatan

Dunia atau WHO (Word Health Organization) juga memberikan batasan

bahwa seseorang, dengan beragam usia dan jenis kelamin, apabila tekanan

darahnya berada pada satuan 140/90 mmHg atau diatas 160/90 mmHg, maka

sudah dapat dikatagorikan sebagai penderita hipertensi (Permadi,Adi 2008).

Menurut World Health Organization (WHO, 2013) 50% dari kasus

serangan jantung dipacu oleh tekanan darah tinggi. Kondisi tersebut meningkat

dari 600 juta orang pada tahun 1980 menjadi satu miliar orang pada tahun

2010. Dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat

pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Tiap tahunnya, 7 juta

orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi (Anna, 2011). Menurut

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 kementrian Kesehatan RI,

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8%, jika saat ini penduduk

1
2

Indonesia 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita

hipertensi.

Berdasarkan data puskesmas kuranji kota padang (2023) didapatkan data

jumlah jiwa di puskesmas kuranji sebanyak 34.191 jiwa , dan jumlah penduduk

di RW 08 sebanyak 1184 jiwa dengan angka kejadian hipertensi sebanyak 114

jiwa.

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik

yaitu lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg

(Susantyetal.,2022). Hipertensi biasanya menyerang mereka yang berusia

paruh baya (di atas40tahun), meskipun semakin banyak menyerang orang yang

berusia 18 tahun. Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka

menderita hipertensi. Ini karena tanda-tanda hipertensi terkadang menipu dan

menyebabkan masalah kesehatan utama (Amalia, 2021 ;Fitriani & Setiawan,

2020).

Hipertensi merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan

implikasi-implikasi tertentu (Sudayasa etal.,2020), (Alifariki,2017). Disamping

implikasi terhadap organ, hipertensi dapat memberikan pengaruh terhadap

kehidupan sosial ekonomi dan kualitas hidup seseorang. Penderita hipertensi

dipengaruhi oleh umur karena semua fungsi organ mengalami penurunan

terutama elastisitas arteri yang berhubungan dengan arterosklerosis

(pengerasan dinding arteri) yang mana dapat memicu tekanan darah tinggipada

lanjut usia, didapatkan hasil dari penelitian ini dominan adalah manusia usia

lanjut (Siagian&Tukatman,2021).
3

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan

ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta

peningkatan kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun

sosial . Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit menular akibat

masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh seperti Tuberkulosis, Diare,

Pneumonia, Hepatitis dan penyakit kulit (dermatitis). Selain itu penyakit tidak

menular banyak muncul pada usia lanjut diantaranya Hipertensi, Stroke,

Diabetes Melitus dan radang sendi atau Asam Urat.

Hipertensi dapat ditangulangi dengan dua cara yaitu dengan cara

farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanakan secara farmakologi yaitu

dengan mengunakan obat-obatan kimiawi. Penanganan secara non

farmakologis yaitu terapi komplementer. Tanaman herbal umum digunakan

untuk mengobati penyakit hipertensi antara lain adalah Advokad, Labu Siam,

Mengkudu dan Seledri (Afriantietal.,2020;Hafid, 2017; Setyawati & Lintin,

2016). Labu siam atau dengan bahasa latinya sechium edule sw dikenal sebagai

sayuran buah yang menyehatkan, murah, mudah didapat kan dan enak rasanya.

Labu siam mengandung getah serta zat-zat seperti protein. Selain itu

labu siam juga mengandung , lemak, kalsium, fosfor, besi,vitamin A,B,C,

albuminoid, dan kaya akan kalsium. Menurut Dr.Setiawan Dalimartha, daging

buah labusiam terdiri dari 90% air, 7,5% karbohidrat, 1% protein, 0,6% serat

0,2% abu 0,1% lemak beberapa zat obat lainnya (Apriani, 2020; R.S.Utami,

2017).
4

Buah Labu Siam juga kaya akan kalium. Kalium berguna bagi tubuh

untuk mengendalikan tekanan darah, sebagai terapi darah tinggi dan

membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk

memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi akan memperlancar

pengiriman oksigen ke otak dan membantu menjaga keseimbangan cairan,

sehingga tubuh menjadi lebih segar. Penderita tekanan darah tinggi dianjurkan

mengkonsumsi labusiam secara rutin (Ristanto,2017).

Dalam penelitian Dire (2007) menyebukan bahwa labu siam memiliki

efek anti hipertensi, menurut Djaelani (2012) dia menemukan adanya

perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemberian labu

siam. Tanpa obat, tekanan darah penderita hipertensi turun setelah

mengkonsumsi labu siam selama lima hari berturu-turut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2014), menunjukan

bahwa setelah diberikan jus labu siam kepada 30 orang wanita dewasa selama

3 hari dan terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik 12,66 mmHg,

9,53 mmHg, 7,27 mmHg dan diastolik 5,66 mmHg, 3,4 mmHg, 2,99 mmHg.

Penelitian yang dilakukan (Fauziahetal.,2019) melaporkan bahwa

pemberian perasan labu siam menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik

sebesar 7,9 mmHg dan diastolik 6,65mmHg. Pada penelitian ini

diberikan500grlabusiam selama11 hari. Kemudian Penelitian (Fitri&

Rifiana,2020) melaporkan bahwa pemberian perasan labu siam menyebabkan

penurunan tekanan darah sistolik sebesar 22,66 mmHg, sedangkan diastolik

sebesar 6 mmHg. Pada penelitian ini diberikan 100 gr labu siam selama 10

hari. Penelitian (Indriyani& Komala, 2020) melaporkan bahwa pemberian


5

perasan labu siam menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar

22,66 mmHg, sedangkan diastolik sebesar 6 mmHg. Pada penelitian ini

diberikan 100 grlabu siam selama 10 hari.

Penelitian (Hastuti& Mardiana 2020) melaporkan bahwa pemberian

perasan labu siam menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 0,37

mmHg, sedangkan diastolik sebesar10 mmHg. Pada penelitian ini diberikan

100 gr labu siam selama 10 hari. Penelitian (Fauziningtyas & Ristanto,2020)

melaporkan bahwa pemberian perasan labu siam menyebabkan penurunan

tekanan darah sistolik sebesar 30 mmH. Pada penelitian ini diberikan 100 gr

labu siam selama 10 hari.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk

memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Pemberian Terapi

Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah pada

Pasien dengan Hipertensi Di Rt 01-05 Rw O8 Kelurahan Korong Gadang

Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah yaitu

Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Pemberian Terapi Perasan Labu Siam

(Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien dengan

Hipertensi Di Rt 01-05 Rw 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji

Padang Tahun 2023.


6

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu untuk memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas dengan

Pemberian Terapi Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam Menurunkan

Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi Di Rt 01-05 Rw O8

Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2023

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menganalisis pengkajian pada lansia dengan Pemberian Terapi


Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah

pada Pasien dengan Hipertensi di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan

Kuranji Padang.

b. Mampu menganalisis Diagnosa Keperawatan pada lansia dengan


Pemberian Terapi Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam

Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di Kelurahan

Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang.

c. Mampu menganalisis perencanaan pengelolaan pada lansia dengan


Pemberian Terapi Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam

Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di Kelurahan

Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang.

d. Mampu menganalisis implementasi pada lansia dengan Pemberian Terapi


Perasan Labu Siam (Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah

pada Pasien dengan Hipertensi di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan

Kuranji Padang.

e. Mampu menjelaskan evaluasi tidakan keperawatan yang telah di lakukan


sesuai dengan rencana keperawatan pada lansia dengan Pemberian Terapi
7

Perasan Labu Siam(Sechium Edule) dalam Menurunkan Tekanan Darah

pada Pasien dengan Hipertensi di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan

Kuranji Padang.

f. Mampu menerapkan Evidence Based Nursing terapi perasan labu siam


(Sechium Edule) dalam menurukan tekanan darah pada lansia dengan

Hipertensi di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang

Tahun 2023

D. Manfaat KIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis

Untuk meberikan pengalaman dan kemampuan penulis dalam

melakukan pemberian terapi labu siam (Sechium Edule) dalam

Menurunkan Tekanan Darah pada lansia dengan Hipertensi di

Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang 2023

b. Bagi pendidikan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai data dasar atau data

pendukung untuk penulisan dan sebagai acuan pembelajaran yang di

bidang keperawatan komunitas

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan ini merupakan penerapan ilmu keperawatan komunitas

dan diharapkan nantinya dapat menambah ilmu tersebut bagi dunia

keperawatan terutama terkait kesehatan pada lansia


8

b. Bagi tempat penelitian

Penulis berharap ini dapat dijadikan sumber informasi dalam

rangka meningkatkan pengetahuan keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi mengalami hipertensi, baik dalam pengembangan

metode maupun menelusuri faktor yang mempengaruhi masing masing

variable dan manfaat pemberian terapi perasaan labu siam. Seperti

rebusan daun salam, rebusan daun salam dan jus mentimun.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepewatan Komunitas

1. Definisi Kepewatan Komunitas

a. Komunitas

1) Komunitas (community) adalah sekelompok individu yang tinggal di

suatu wilayah tertentu yang memiliki nilai keyakinan dan minat yang

relatif samam serta berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu

tujuan (Mubarak& Chyatin, 2016).

2) WHO (2014) mengatakan komunitas merupakan sekelompok orang

yang tinggal bersama dalam suatu tempat, mempunyai budaya, nilai,

norma, serta memiliki struktur sosial dalam menjalin hubungan

didalam masyarakat yang dikembangkan pada suatu periode waktu.

3) Komunitas juga dapat diartikan sebagai sekclompok orang yang

berbagai sesuatu yang sama dan berinteraksi satu sama lain dan

menunjukkan komitmen dengan yang lain serta memiliki batas

geografis (Nies & McEwen, 2013).

b. Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai

bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,

psikologi, sosial dan spritual secara komprehensif, ditujukan kepada

individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup

siklus hidup manusia (Harnilawati, 2013).

9
10

1) Keperawatan Komunitas

a) Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan

masyarakat (public health). Dengan dukungan peran serta

masyarakat, secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif

dan preventif secara tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan

berkesinambungan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu

yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta

masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan

(nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia

secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan

(Ratnawati, 2019).

b) Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan

profesional yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat dengan

mempunyai konsep, teori-teori, legalitas dan etika yang

ditunjukkan kepada masyarakat yaitu balit, ibu hamil, ibu

menyusui, lansia untuk mencapai derajat kesehatan optimal melalui

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin

ketergantungan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sesuai

dengan ekonomi masyarakat tersebut dengan melibatkan klien

sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(Mubarak&Chyatin ,2013).

c) Proses keperawatan merupakan sutu metode yang ilmiah dan dapat

dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik untuk memberikan


11

pelayanan keperawatan sesuai respon manusia saat menghadapi

masalah keschatan (Efendi dan Makhfudli (2009) dalam Ratnawati,

2019).

d) Asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis,

kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan

masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat

melalui langkah- langkah seperti pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan (Ratnawati, 2019).

2. Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya

sebagai berikut:

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health

general community) dengan mempertimbangkan masalah atau isu

kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu,

dan kelompok (Mubarak& Chyatin ,2013).

Secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidenti.ikasi masalah kesehatan yang dialami

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan


12

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi.

(Mubarak& Chyatin ,2013).

b. Fungsi Keperawatan Komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah

klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannnya di bidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran

serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebuuhannya sehingga mendapatkan penanganan

dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat

proses penyembuhan (Mubarak,2006).

3. Prinsip Keperawatan Komunitas

Menurut Quad Council of Public Health Nuring Organization (2007),

dalam Stanhope & Lancaster (2016), ada beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam keperawatan komunitas. Prinsipini dikenal dengan Eight

Principles of Public Helath Nursing antara lain:

a. Klien adalah populasi atau mayarakat

b. Memberi manfaat yang besar kepada komunitas

c. Proses yang digunakan, termasuk bekeja dengan mitra yang sama

d. Pencegahan primer menjadi priorita dalam aktivitas


13

e. Strategi khusus yang berfokuss pada kondisi lingkungan, sosial, dan

ekonomi yang sehat dalam komunitas

f. Memberi manfaat kepada aktivitas penelitian masyarakat

g. Penggunaan sumber daya masyarakat secara optimal

h. Kolaborasi dengan profesi, organisasi, atau kesatuan lain deini

keefektifan program peningkatan pemeliharaan kesehatan komunitas.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh lapisan masyarakat

termasukindividu, keluarga, masyarakat, dan kelompok. Semua kondisi

masyarakat baiksehat maupun sakit, mendapatkan perhatian, terutama

mereka yang beresiko danrentan terhadap masalah kesehatan (Mubarak&

Chyatin ,2013).Berikut secara rinci sasaran komunitas

a. Individu Individu merupakan anggota keluarga yang berwujud sebagai

kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spritual. Jika

individu sakit dan tidak mampu merawat diri maka dapat mempengaruhi

anggota keluarga lain yang tinggal disekitarnya. Dalam kondisi inilah

perawat komunitas berperan membantu individu agar dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya karena adanya sejumlah keterbatasan seperti fisik,

mental, dan pengetahuan, serta kurangnya keinginan menuju

kemandirian.

b. Keluarga

1) Keluarga yang teridentifikasi mempunyai atau potensial terjadinya

masalah, mampu mengenal masalah atau belum memanfaatkan

pelayanan kesehatan.
14

2) Keluarga yang sudah kontak dengan tenaga kesehatan tapi belum

mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.

3) Keluarga yang sudah mampu mengambil keputusan untuk

memecahkan masalah tetapi belum mampu merawat anggota yang

sakit.

c. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang

terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan dan

termasuk diantaranya:

1) Kelompok dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan

dan pertumbuhan seperti : ibu hamil, ibu menyususi, ibu nifas, bayi,

balita, anak usia sekolah dan usia lanjut.

2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan diantaranya:

a) Penderita penyakit tidak menular seperti: Diabetes Mellitus,

jantung koroner, cacat fisik, dan gangguan mental.

b) Penderita penyakit menular seperti: kusta, TBC, HIV/AIDS,

penyakit kelamin dan lain-lain.

c) Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitas seperti kelompok

cacat fisik, cacat mental dan cacat sosial.

d) Kelompok yang rentan terserang penyakit, diantaranya wanita tuna

susila, kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika dan kelompok

pekerja khusus.
15

d. Masyarakat

1) Kelompok masyarakat disuatu wilayah yang memiliki : tinggi angka

kematian bayi, tinggi angka penyakit, dan cakupan pelayanan

kesehatan rendah.

2) Kelompok masyarakat daerah endemis penyakit menular (diare,

seperti: masyarakat di pengungsian DBD) akibat bencana, masyarakat

di daerah perbatasan, dan masayarakat di daerah pemukiman baru

dengan transportasi sulit.

5. Model Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang

bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata otau gambaran yang mendekati

kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari

sebuah teori dan konsep praktek (Mubarak & Chayatin, 2013).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model

Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan

model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan

kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis

pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten

dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2013).

Menurut Sumijatun dalam Mubarak & Chayatin (2013) teori Neuman

berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari klien,

lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang

empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variable


16

yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan

spiritual.

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh

dari sekitar atau sistem klien.

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.

Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari

keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisa interaksi antara empat variabel yang

menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek

psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat menurut

Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada

tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan

resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

a. Normaly well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan sosial.

Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung.

b. harapan baik (misalnya khawatir sakit, 1agu akan kesehatannya, dan lain-

lain).

c. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu

secara sosial, baik ekonomi maupun interaksi sosial dengan masyarakat.

d. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa

alasan.

e. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur.

f. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada

menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam


17

kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap

berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain.

g. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit, tetapi

mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu

dalam penyembuhan sakit medisnya.

h. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan

sosial.

6. Falsafah Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan

pelayanan terhadap pengaruh lingkunngan (bio-psiko-sosial-cultural-

spritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada

strategi pencegahan penyakit dan peningkatan pencegahan. Falsafah yang

melandasi komunitas mengacu kepada falsafah atau paradigma keperawatan

secara umum yaitu manusia atau kemanusia merupakan titik sentral setiap

upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan

bertolak dari pandangan ini disusun falsafah atau paradigma keperawatan

komunitas yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang digambarkan

sebagai berikut :
18

Komunitas dengan
keluarga sebagai
unitPelayanan Dasar.

MANUSIA

Keperawatan 3 Kesehatan
Tingkatan
v
pencegahan (Sehat-Sakit)

LINGKUNGAN
(physic, biologis, psychologist,
social, cultural, dan spiritual)

Gambar 2.1 Komponen Paradigma Keperawatan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur

sebagai berikut:

a. Manusia

Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan irdividu / klien yang

berada niliai-nilai, tertentu yang memiliki pada lokasi atau batas geografi

keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama

lain untuk mencapai tujuan.

b. Kesehatan.

Gangguan pemenuhan dari terbebasnya Sehat adalah suatu kondisi

kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang

dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.


19

c. Lingkungan.

Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien

yang bersifat biologis, psikologis, sociai, cultural dan spiritual.

d. Keperawatan.

Stressor, melalui Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk

menekan pencegahan primer, sekunder dan tersier. (Efendi Ferry dan

Makhfudli, 2009).

7. Tingkat Pencegahan Keperawatan Komunitas

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup

kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri

dari tiga tingkat yaitu (Mubarak, 2009):

a. Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian

penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup

peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.

Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik

pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup

tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik

misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan

imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan

balita

b. Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit

lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang

mengurangi faktor resiko dikalifikasikan sebagai pencegahan sekunder


20

misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

c. Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang

dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami

kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan

kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah

tulang.

8. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Dalam Efendi Ferry dan Makhfudli (2017) dijelaskan strategi

intervensi keperawatan komunitas antara lain:

a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

sebelumnya, selain faktor dari setelah belajar pengalaman

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan

yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan

masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran

penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat

mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka

lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual

tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,

maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan

melalui proses kelompok.


21

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer

materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat

prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari

dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan

dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental

dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi

lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat

dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas

melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat

akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

9. Peran Perawat Komunitas

a. Pemberi pelayanan

Perawat merupakan orang yang memberi pelayanan keperawatan secara

langsung kepada masyarakat

b. Pendidik

Perawat komunitas berperan juga dalam memberikan informasi

kesehatan kepada masyarakat melalui promosi kesehatan


22

c. Pengelola

Perawat juga merupakan sebagai pengelola masyarakat dalam

usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang diupayakan

melalui pemberdayaan masyarakat itu sendiri melalui suatu wadah

kelompok kerja kesehatan.

d. Konselor

Perawat komunitas juga berperan memberikan bimbingan, arahan

kepada masyarakat, sehingga upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dapat diwujudkan.

e. Pembela kliet/advokat

Perawat komunitas dapat berperan dalam membela masyarakat

dalam kegiatan pelayanan kesehatan yang menyimpang dari norma-

norma maupun kaedah kesehatan yang berlaku.

f. Peneliti

Perawat komunitas juga berperan dalam penelitian kesehatan

khususnya penelitian kesehatan masyarakat, sehingga didapatkan suatu

penemuan- penemuan maupun ilmu yang baru yang dapat menunjang

terhadap statuss kesehatan masyarakat.


23

10. Perbedaan Kesehatan Klien Di Rs Dan Komunitas

Rumah Sakit Komunitas

Fokus pada pasien di RS a. Fokus pada indivvidu, keluarga


Memberikan pelayanan kesehatan dan komunitas (termasuk
yang bersifat kejadian kasus kelompok resiko tinggi)
(episodik) b. Memberikan pelayanan kesehatan
Bekerja pada pasien pada unit terdistribusi
tertentu c. Bekerja pada semua kondisi sehat
Bekerja pada suatu RS atau instansi dan sakit diberbagai tatanan
Koordinasi keperawatan dengan d. Bekerja dengan instansi terkait
institusi lain e. Berkoordinasi pelayanan dengan
Merencanakan dan memberikan berbagai tenaga dikomunitas
pelayanan yang bersifat individu f. Merencanakan dan melakukan
Membatasi autonomi klien dengan pelaynan melalui keluarga
lingkungan RS g. Mendorog autonomi dan kontrol
Observasi yang terbatas pada keluarga kecuali kasus menular
interaksi keluarga dan indikator h. Mengobservasi berbagai faktor
kesehatan lain kesehatan
Hubungan terbatas hanya dengan i. Memfasilitasi dengan hubungan
profesi lain di RS profesi lain

11. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus

keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu

kesehatan masyarakatdan ilmu sosial yang merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan yangdiberikan kepada individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan),secara komprehensif

melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif

dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir

bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan

dankeperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang


24

merekamiliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

sesuai denganhidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan

dan derajatkesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat

mandiri dalammemelihara kesehatannya (Chayatin, 20I5). Menjamin

keterjangkauanpelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan

klien sebagai mitra kerjadalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang

merupakan perpaduan antara konsep Kesehatan masyarakat dan konsep

keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan

pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2018).

Keperawatan komunitas merupakan pelaksanaan keperawatan

komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses

keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas

secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai

dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2018).

12. Asuhan Keperawatan Komunitas

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap

dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga

masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,

keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,

psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan (Nurarif,

dkk, 2015).
25

Pengumpulan data yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok

atau komunitas antara lain :

1) Pengkajian Inti (core) : meliputi data demografi kelompok atau

komunitas yang terdiri atas atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis

kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat

timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Pengkajian Sub Sistem

a) Lingkungan

Bagaimana keadaan masyarakat, bagaimana kualitas udara,

tumbuh-tumbuhan, perumahan, pembatasan daerah, jarak, daerah

penghijauan binatang peliharaan, anggota masyarakat, struktur

yang dibuat masyarakat, keindahan alam, iklim, apakah ada peta

wilayah dan berapa luas daerah tersebut.

b) Pelayanan kesehatan dan sosial

Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi

dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi. Jenis

pelayanan kesehatan yang ada (rumah sakit, klinik, praktek

bersama, agensi perawatan, fasilitas perawatan rumah), pusat

kedaruratan (lokasi, kualitas, catatan pelayanan, kesiapsiagaan, unit

kebakaran, pusat control keracunan, pelayanan gawat darurat

professional dan relawan), rumah jompo, fasilitas pelayanan sosial

(pelayanan konseling dan support, intervensi krisis, pelayanan

protektif anak dan remaja, pelayanan populasi spesial: imigran,

cacat, keterbatasan, sakit mental (kronik), biaya pelaksana, sumber


26

daya, karakteristik pengguna, sumber diluar daerah terebut yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, akses dari pelayanan

kesehatan dan social dan kepuasan dari pelayanan kesehatan dan

sosial.

c) Ekonomi

Apakah komunitas termasuk berkembang atau miskin, tenaga

kerja (jumlah yang bekerja, pengangguran, jenis pekerjaan,

kelompok pekerja, kelompok usia pekerja), pendapatan anggota

keluarga, dan individual, sumber penghasilan, perkembangan

ekonomi saat ini dan yang akan datang, kondisi kerja dan

lingkungan kerja yang beresiko, jumlah dan rata- rata injury dan

kesakitan akibat kerja, apakah terdapat industri, pertokoan,

lapangan kerja, kemana warga masyarakat belanja.

d) Keamanan

Bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal,

apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakah sering

mengalami stress akibat keamanan dan keselamatan yang tidak

terjamin.

e) Politik dan Pemerintahan

Kualitas dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah

cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan

pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.

f) Komunikasi

Komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat

untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan


27

penyakit.

g) Pendidikan

Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat.

h) Rekreasi

Apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, dan

apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.

b. Metode Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengkajian komunitas dibutuhkan beberapa

metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data komunitas

menurut (Stanhope and Lancaster, 2010) dalam dapat dilakukan dengan 5

(lima) cara yaitu: wawancara informan, observasi partisipan

(masyarakat), windshield survey, angket dan analisis data sekunder.

Wawancara informan, observasi partisipan, dan windshield survei

merupakan tiga metode pengumpulan data secara langsung. Ketiga

metode tersebut memerlukan kepekaan, keterbukaan, rasa ingin tahu,

kemampuan untuk mendengarkan dan merasakan serta kemampuan

untuk melihat kehidupan seperti yang dijalani dalam komunitas

(Kholifah & Widagdo, 2016).

1) Wawancara

Metode ini merupakan proses interaksi atau komunikasi

langsung antara pewawamcara yaitu perawat komunitas dengan

masyarakat. Data yang dikumpulkan dalam metode ini bersifat: Fakta-

fakta (Seperti usia, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang pernah


28

diderita, sikap, misalnya sikap masyarakat tentang keluarga

berencana, vaksinasi). Pendapat (seperti bagaimana pendapat

masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat

di Puskesmas.

Wawancara informan merupakan pengumpulan data yang efektif

berupa pembicaraan terarah dengan anggota masyarakat terpilih.

Berbicara dengan informan merupakan bagian penting dari penilaian

masyarakat. Informan yang diwawancarai tidak selalu orang yang

memiliki jabatan atau jabatan formal namun bisa juga orang yang

memiliki peran informal dalam masyarakat, (Kholifah & Widagdo,

2016).

Tujuan dari wawancara merupakan untuk memperoleh data

tentang masalah kesehatan pada klien dan keluarga. Wawancara juga

bertujuan untuk membantu memperoleh informasi tentang partisipasi

klien dan keluarga dalam mengidentifikasi masalah dan membantu

perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap

pengkajian. Wawancara juga dilakukan untuk menjalin hubungan

antara perawat dengan klien, (Kholifah & Widagdo, 2016).

2) Observasi

Obsevasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggun

indera penglihatan. Teknik ini digunakan untuk mengurangi jumlah

pertanyaan dalam wawancara atau angket dan memperoleh data yang

tidak diperoleh dengan wawancara atau angket. Observasi dapat

dilakukan dengan cara: (a) observasi partisipasi lengkap, yaitu


29

melakukan observasi dengan cara mengikuti seluruh kehidupan

responden, (b) observasi partisipasi sebagian, yaitu melakukan

observasi dengan cara mengikuti sebagian kehidupan responden

sesuai dengan data yang diinginkan, dan (c) observasi tanpa

partisipasi, yaitu mengadakan observasi tanpa ikut dalam kehidupan

responden (Kholifah dan Widagdo, 2016).

Wawancara informan dan observasi partisipan merupakan cara

yang baik untuk mengumpulkan informasi tentang kepercayaan

masyarakat, norma, nilai, struktur kekuasaan dan pengaruh, serta

proses pemecahan masalah (Kholifah & Widagdo, 2016).

3) Windshield Survey

Efendi dan Makhfudi, (2009) dalam (Kholifah & Widagdo,

2016). metode ini digunakan perawat komunitas untuk

mengidentifikasi berbagai dimensi dari masyarakat, lingkungan, serta

gaya hidup masyarakat. Saat melakukan windshield survey, perawat

dapat mengamati banyak dimensi kehidupan dan lingkungan

masyarakat seperti karakteristik orang orang di jalan, tempat

berkumpul lingkungan, ritme kehidupan masyarakat, kualitas

perumahan, batas geografis, dan lain-lain. Windshield survey depan

dapat berupa pengkajian singkat dan sederhana.

4) Angket

Data pengkajian komunitas dapat diperoleh melalui pemberian

angket atau kuesioner kepada warga masyarakat. Angket/kuesioner ini

berisi daftar pertanyaan mengenai identitas responden, data


30

demografi, masalah kesehatan yang dialami masyarakat, dan lain lain.

Angket/kuesioner ini diisi langsung oleh warga masyarakat sesuai

dengan daftar pertanyaan yang diberikan, berbeda dengan wawancara

yang jawabannya diisi oleh pewawancara (perawat) (Kholifah dan

Widagdo, 2016).

5) Analisa Data Sekunder

Stanhope and Lancaster, (2010) dalam (Kholifah & Widagdo,

2016) menjelaskan dalam analisis sekunder, perawat menggunakan

data yang dikumpulkan sebelumnya, seperti notulen rapat komunitas.

Jenis analisis ini sangat berharga karena menghemat waktu dan

tenaga. Banyak sumber data yang tersedia dan berguna untuk analisis

sekunder yaitu dokumen publik seperti laporan tahunan kelurahan,

puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan, profil kesehatan, survei

kesehatan, laporan riset kesehatan dasar, dan lain-lain (Kholifah &

Widagdo, 2016).

c. Analisa Data

Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data.

Analisis data merupakan pengelompokan data berdasarkan masalah

keperawatan yang terjadi. Analisis data membutuhkan kemampuan

kognitif dalam pengembangan daya berpikir dan penalaran yang

dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan

pengertian keperawatan (Kholifah & Widagdo, 2016).


31

d. Diagnosa Keperawatan Komunitas

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan

respon dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas

(Nanda, 2015-2017). Diagnosa keperawatan komunitas akan memberikan

gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang

nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan

tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya

dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu:

1) Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal yang seharusnya terjadi

2) Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat

memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan

3) Symptom: tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang

terjadi.

e. Perencanaan/Intervensi

Intervensi merupakan tahap lanjut dari diagnosa keperawatan

dimana perencanaan ini menentukan keberhasilan asuhan keperawatan

yang dilaksanakan meliputi diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil,

dan intervensi. Intervensi yang diberikan pada klien tersebut adalah

sesuai dengan dengan diagnosa yang telah ditegakkan (Nurarif, dkk,

2015). Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan

diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas merupakan :


32

1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

2) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang

tepat

5) Lakukan olahraga secara rutin

6) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk

memperbaiki lingkungan komunitas

7) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

f. Pelaksanaan/implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan

keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam

hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat

(Nurarif, dkk, 2015). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan yang telah direncanakan yaitu:

1) Membantu untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit

4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas
33

g. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari

dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2016). Adapun

tindakan dalam melakukan evaluasi merupakan :

1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan

intervensi.

2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan.

3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

B. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,

seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan

bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


34

Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin

membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut

usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif

dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada

hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa

(Fitriani, 2018).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,

2018).

2. Batasan Lansia

WHO menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :

a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

b. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

Depkes RI menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga

katagori, yaitu: - Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,

a. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

b. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas

dengan masalah kesehatan (Kholifah. 2019).


35

3. Perubahan Pada Lansia

Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

a. Perubahan fisik

1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,

berkurangnya cairan intra dan extra seluler

2) Persarafan : menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon

waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem

pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya

pengumpulan serum karena meningnya keratin

3) Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hi langnya -

respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,

meningnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,

menurunnya lapang pandang.

4) Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,

kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun

setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunya

kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan

darah meningg.

5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga

menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan

elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. -

Kedalaman pernafasan menurun.


36

6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebabkan gizi

buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir

dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya

sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi

sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun

sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi

meningkat. Vesika urinaria, ototnya menjadi melemah, kapasitasnya

menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada

pria lansia yang akan berakibat retensia urine.

8) Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada

vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,

elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

9) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi

hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak

berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal

metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :

progesteron, estrogen dan testosteron.

10) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan

jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,

sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi

keras dan rapuh.

11) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin

rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut

discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut


37

erabit otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan

tremor.

b. Perubahan Mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif

dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya

dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau

pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum

makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap

kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental

emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak

aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau

takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan

kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat entrovert.

c. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial masalah-masalah ini serta reaksi individu

terhadap akan sangat beragam, tergantung pada kepribadian individu

yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupan

nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya

dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana,

mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi

dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya,

masa pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa

hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari

lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-

duduk dirumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia. Perubahan
38

mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa

kurang melakukan kegiatan yang berguna.

d. Perubahan Spritual.

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan

2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari

3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer

4) Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai

keadila (Fitriani, 2018).

4. Teori Menua

Menurut Sheiera Saul dalam Siti Bandiyah, 2018, secara individual

tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-

masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada

satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori-teori itu

dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok teori blologis dan

teori kejiwaan sosial.

a. Teori Biologi Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari

kehidupan dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan,

evolusi, persebaran, dan taksonominya. Ada beberapa macam teori

biologis, di antaranya sebaga berikut:

1) Teori Genetik dan Mutasi (Somotic Mutatie Theory) Menua telah

terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua

terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh

molekul molekul atau DNA dan setiap sel pada saakakekya akan
39

mengalami mutasi. Sebagai contoh yang kthas adalah mutasi dari sel-

sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

2) Teori Interaksi Seluler Bahwa sel-sel yang saling berinteraksi satu

sama lain dan memengaruthi keadaan tubuh akan baik-baik saja

selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu harmoni. Akan tetapi, bila

tidak lagi demikian maka akan terjadi kegagalan mekanisme feed-bock

di mana lambat laun sel-sel akan mengalami degenerasi.

3) Teori Replikasi DNA Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan

merupakan akibat akumulasi bertahap kesalahan dalam masa replikasi

DNA sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan DNA akan

menyebabkan pengurangan kemampuan replikasi ribosomat DNA

(rDNA) dan memengaruhi masa hidup sel, Sekitar 50% DNA akan

menghilang dari sel jaringan pada usia kira-kira 70 tahun.

4) Teori lkatan Silang Proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya

lkatan silang Yane progresif antara protein-protein intraselular dan

interselular serabut kolagen. Ikatan silang meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini mengakibatkan penurunan elastisitas dan

kelent uran kolagen di membran basalis atau di substansi dasar

jaringan penyambung. Keadaan ini akan mengakibatkan kerusakan

fungsi organ (Muhith & Siyoto. 2018).

5) Teori Radikal Bebas Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak

dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal

bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai

elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif

hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus-menerus


40

menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya, termasuk

sel-sel tubuh yang normal. Teori ini mengemukakan bahwa

terbentuknya gugus radikal bebas thydroxyl, superoxide,

hydrogenperoxide, dan sebagainya) adalah akibat terjadinya

otoksidasi dari molekul intraselular karena pengaruh sinar UV.

Radikal bebas ini akan merusak enzim superoksidadismutase (SOD)

yang berfungsi mempertahankan fungsi sel sehingga fungsi sel

menurun dan menjadi rusak. Proses penuaan pada kulit yane dipicu

oleh sinar UV (photoogingo) merupakan salah satu bentuk

implementasi dari teori ini.

6) Reaksi dai Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory) Dalarm proses

metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh lalah

tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan

semenjak tulah terjadilah kelalnan autoimun. (Muhith & Siyoto.

2018).

5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Menurut Senja & Prasetyo, (2019) ada tujuh kategori utama tugas

perkembangan lansia meliputi :

a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

b. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

c. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

d. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup


41

e. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

f. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

6. Masalah Kesehatan Lanjut Usia

a. Tekanan Darah Tinggi

Pada masalah kesehatan ini biasanya tekanan darah akan naik. Hal

ini ada ada yang bersifat normal da nada yang bersifat patologis

(penyakit). Penyebab naiknya tekanna darah pada usia diatas lima pulih

tahun bermacam-macam, baik karena faktor eksternal (lingkungan luar)

atau karena faktor internal (diri sendiri). Penyebab yang paling sering

adalah karena penyakit (misalnya, gangguan ginjal) dan pola makan yang

kurang baik (banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung garam

dan pengawet) (Senja & Prasetyo, 2019).

b. Kolesterol

Kolesterol sering meninggi karena pola makan yang kurang baik.

Keparahannya ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas olahraga dan

pola hidup sehat. Akibatnya kolesterol yang ada dalam tubuh sulit untuk

dikeluarkan. Terkadang pola makan yang buruk saat muda baru bisa

dirasakan ketika umur sudah diatas 50 tahun (Senja & Prasetyo, 2019).

c. Jantung

Senada dengan tekanan darah tinggi dan kolesterol. Penyakit

jantung terjadi karena buruknya gaya hidup. Gaya hidup yang buruk

membuat organ vital ini berkerja lebih keras untuk mengompensasi

kondisi tubuh. Seseorang dengan usia diatas 50 tahun biasanya akan

merasakan adanya masalah dalam jantungnya ketika mereka tidak


42

membiasakan diri dengan gaya hidup sehat diawal masa mudanya (Senja

& Prasetyo, 2019).

d. Stroke

Penyakit yang berisiko melumpuhkan ini biasanya menyerang

mereka yang sudah berumur. Meskipun sekarang kita jumpai beberapa

orang yang terserang stroke di usia muda. Hal ini, karena pola makan dan

pola hidup yang kurang baik. Stroke meruapakn bentuk serangan

penyakit yang perlahan namun pasti. Jadi, bagi seseorang berusia di atas

50 tahun sebaiknya berhati-hati dengan serangan stroke (Senja &

Prasetyo, 2019).

e. Prostat

Biasanya masalah prostat sering terjadi disaat usia sudah senja.

Masalah prostat sangat beragam. Salah satunya adalah kanker prostat

(Senja & Prasetyo, 2019).

f. Artritis

Artritis atau radang sendi adalah penyakit yang menyerang

persendiaan. Gangguan berupa peradangan pada bagian sendi.

Peradangan bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya karena

makanan yang kita makan. Oleh karena itu mengusahakan pola hidup

yang baik dimasa tua adalah kewajiban kita jika hidup sehat dan kuat

(Senja & Prasetyo, 2019).

g. Diabetes

Diabetes atau tingginya kadar gula darah karena gangguan insulin

adalah penyakit tidak menular yang sering menimpa seseorang berusia

diatas 50 tahun. Diabetes disesbabkan oleh bebrapa faktor : ada yang


43

karena genetik atau keturanan, ada pula disebabkan karena gaya hidup

yang kurang baik (Senja & Prasetyo, 2019).

7. Masalah Perawatan Terkait Dengan Penuaan

a. Risiko Jatuh

Resiko jatuh pada lansia menjadi masalah yang serius dalam

keperawatan. Risiko jatuh ini bisa disesbabkan oleh gangguan

keseimbangan, kemampuan mobilitas yang berubah, adanya riwayat

jatuh sebelumnya, depresi, gangguan kemampuan berpikir, gangguan

penglihatan, pusing atau vertigo, tekanan darah rendah, dan penggunaan

obat penenang (Senja & Prasetyo, 2019).

b. Gangguan pola tidur

Pola tidur dari usia muda menjadi lansia mengalami perubahan.

Kebutuhan tidur juga akan berkurang dengan semakin bertambahnya

usia. Pada usia muda, kebutuhan tidur bisa mencapai 8-9 jam. Namun,

pada usia 40an, kebutuhan tidur menjadi sekitar 7 jam, dan 6 jam pada

usia diatas 80 tahun. Pada umumnya, lansia mengalami insomnia yang

dikarenakan depresi atau stress, dan bisa juga dikarenakan keluhan pada

penyakit-penyakit lain yang diderita (Senja & Prasetyo, 2019).

c. Ansietas

Kecemasan merupakan salah satu masalah psikososial yang sering

dialami lansia. Penurunan kemampuan fisik pada lansia inilah yang

sering kali menimbulkan kecemasan dan depresi (Senja & Prasetyo,

2019).
44

C. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah adalah suatu proses dimana pada saat jantung

memompakan darah ke seluruh tubuh terjadi tekanan di dalam pembuluh

darah. Tekanan darah pada saat jantung berkontraksi disebut tekanan

sistolik sedangkan tekanan pada saat jantung berelaksasi disebut tekanan

diastolik. Alat untuk mengukur tekanan darah yaitu sphygmomanometer air

raksa (Ananto, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan kronis

yang ditandai dengan meningkatnya tekanaan darah pada dinding pembuluh

darah arteri, (Azizah, 2017).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu

keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal, (Rifai, 2022).

2. Anatomi Fisiologi
45

Gambar 2.2 Anatomi Jantung


Sumber : Rifai (2022)
a. Jantung

Berukuran sekitar satu kepala tangan dan terletak di dalam dada,

batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang

intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.

Batasan jantung merupakan:

1) Atas : pembuluh darah besar

2) Bawah : diafragma

3) Setiap sisi : paru

4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b. Arteri

Arteri merupakan tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada

jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,

lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar

memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk

menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki

lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu

organ).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut

darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci)

memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi

pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
46

(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter

yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah

teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.

Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya

elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :

1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan

dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.

2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang

sifatnya elastic dan termasuk otot polos

3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri

dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri

Arief, Manjoer, (2018).

c. Arteriol

Arteriol merupakan pembuluh darah dengan dinding otot polos

yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi

menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat

lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi

umum, tekanan darah akan meningkat.

d. Pembuluh darah utama kapiler

Pembuluh darah utama merupakan pembuluh berdinding tipis yang

berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler merupakan jaringan

pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya

terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.


47

Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang

terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat

penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

e. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.

Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan

sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat

adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan

pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe

mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke

dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk

membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang

terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.

f. Vena dan venul

Venul merupakan vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.

Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang

tidak berbatasan.

3. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Sistolik Diastolik (mmHg)


(mmHg)
Normal <120 <80
Pra – Hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Fase 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Fase 2 160 / lebih 100 / lebih
48

Isolated Systolic ≥ 140 ≤ 90


Hypertension

Sumber : Ananto (2017)

4. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi

Faktor-faktor penyebab hipertensi menurut Yanti (2018), yaitu :

a. Usia

Faktor usia sangat bermanfaat terhadap hipertensi. Semakin

bertambah usia, perubahan alamiah didalam tubuh dapat memmanfaati

jantung, pembuluh darah dan hormon sehingga resiko terjadinya

hipertensi semakin tinggi.

b. Genetik

Jika salah satu orang tua memiliki riwayat penyakit hipertensi,

maka 25% kemungkinan akan terkena hipertensi.

c. Lingkungan

Faktor psikososial dapat memmanfaati hipertensi yang meliputi gaya

hidup, diet, kadar garam, obesitas, merokok, obat-obatan, dan lain- lain.

5. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat digolongkan menjadi 2

(Ananto, 2017) :

a. Hipertensi primer (Essensial)

Penenekeban hipertensi primer sampai saat ini belum diketahui,

namun ada beberapa faktor penyebab hipertensi primer yaitu usia, stress

psikologis, dan keturunan.

b. Hipertensi sekunder
49

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang sudah diketahui

penyebabnya, antara lain kelainan pembuluh darah, penyakit ginjal,

kelainan hormonal, neurologis, dll.

6. Manifestasi Klinik

Gejala klinis yang dialami oleh penderita penyakit hipertensi biasanya

mengeluh pusing, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,

mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dikeluhkan). Bahkan kadang

penderita hipertensi ini tidak menampakkan gejala atau keluhan sampai

bertahun-tahun. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan keluhan apapun

selain tekanan darah yang tinggi, bila ada menunjukkan adanya kerusakan

vaskuler dengan gejala yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi

oleh pembuluh darah tersebut (Erfiana, 2015).

7. Patofisiologi

Tekanan darah di dalam arteri meningkat bisa terjadi dengan beberapa

cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan

menjadi kaku sehinggga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri. Darah pada setiap denenekut jantung

dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkannaiknya tekanan, ini yang terjadi pada usia lanjut dimana

dinding arterinya menebal dan kaku karena arteriosklerosis (Erfiana, 2015).

Pada saat kontriksi tekanan darah juga meningkat dengan cara yang

sama, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya


50

cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkanmeningnya tekanan darah, hal ini

terjadi jika terdapat fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam, air dari dalam tubuh dan volume darah dalam tubuh

meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika

aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran,

banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah menurun (Erfiana,

2015).

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah

kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim yang disebut renin yang memicu pembentukan hormon

angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah

karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan

terjadinya tekanan darah tinggi, misalnya penyempitan arteri yang menuju

ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi,

peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah (Erfiana, 2015).


51

8. WOC

Gambar 2.3 WOC

Sumber : Modifikasi Erfiana (2015), Ananto (2017),


52

9. Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan akibat hipertensi yaitu stroke pada

hipertensi kronik apabila arteri mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga

aliran darah berkurang. Infark miocard apabila arteri koroner yang

arterisklerosis tidak cukup oksigen ke miokardium. Gagal ginjal jika

kerusakan akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, dengan

rusaknya glomerulus, darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron

terganggu dan terjadi hipoksia dan kematian, protein keluar melalui urine

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang terjadilah oedema yang

sering dijumpai pada hipertensi kronik (Erfiana, 2015).

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi yaitu pencegahan pada individu dengan

tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan hipertensi, gaya hidup, usia,

obesitas, asupan alkohol berlebih, asupan tinggi natrium. Tujuan dari

penanganan hipertensi untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas

dengan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg

(Manuntung, 2018). Terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan

hipertensi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan terapi farmakologi

(konvensional) dan terapi non farmakologi (non konvensional). Terapi

konvensional merupakan terapi dengan pemberian obat-obatan yaitu obat

anti hipertensi, sedangkan terapi non konvensional merupakan terapi

komplementer yang dapat dilakukan dengan terapi perasan labu siam .

(Ristanto, 2017).
53

Terapi perasan Labu Siam juga kaya akan kalium. Kalium berguna

bagi tubuh untuk mengendalikan tekanan darah, sebagai terapi darah tinggi

dan membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat

untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi akan

memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu menjaga

keseimbangan cairan, sehingga tubuh menjadi lebih segar. Penderita tekanan

darah tinggi dianjurkan mengkonsumsi labusiam secara rutin(Ristanto,2017)

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

a. Pemeriksaan yang segera

1) Darah rutin (Hematokrit/hemoglobin)

2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin

3) Glukosa

4) Kalium serum

5) Kolesterol dan trigliserid serum

6) Pemeriksaan tiroid

7) Kadar aldosteron urin/serum

8) Urinalisa

9) Steroid urin

10) EKG

b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan yang pertama)

1) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter

2) CT Scan : mengkaji adanya tumor celebral, encelopati.


54

D. Terapi Herbal Labu Siam

1. Pengertian Labu Siam (Sechium Edule)

Labu siam memiliki tempat dengan jenis labu yang umumnya

dimanfaatkan sebagai bahan makanan di tanaman tropis dan subtropis

pertama yang dikenal di distrik tropis dan subtropis Meksiko selatan dan

Amerika Tengah. Untuk anak di bawah umur, umumnya dikembangkan di

Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, nama Minate beragam di

berbagai daerah, misalnya waluh jipang (Jawa Tengah), gambas (Jawa

Barat) dan Manisah (Jawa Timur). Rasanya yang sejuk dan enak untuk

anak di bawah umur dan sering dimanfaatkan sebagai pengobatan

konvensional salah satunya pengobatan hipertensi(Nurmalasari, 2019).

Ini adalah salah satu sayuran sederhana dan mudah diakses untuk anak

di bawah umur. Tanaman ini efektif ditemukan di hutan jati, sawah dan

dibudidayakan dan dijual di banyak sektor bisnis. Secara morfologi, tepi

kecil memiliki batang halus, cincin, dapat membungkus artikel yang

berbeda, dan akarnya lebar namun dangkal. Akarnya menjadi putih

kecokelatan dan menjadi mungil, dan banyak jenisnya bercabang menjadi

rambut-rambut yang dekat dengan permukaan tanah. Bunga minate ditandai

dengan bunga yang menumpuk. Produk organik ketika terbukti berbuah

pindah ke batang.

Produk organik berbentuk oval dan memiliki ukuran chip yang khas.

Ada potongan hijau di lapisan luar produk alami, dan warna meja berubah

dari hijau muda menjadi putih pada waktu berikutnya. Dia benar-benar

termasuk, level, terbelah dua dan putih. Ini mengandung nutrisi C, nutrisi B,
55

potasium, magnesium, asam folat, dan zat penting lainnya untuk excavator,

yang benar-benar tinggi suplemen dan rendah kalori, lemak, dan tingkat

pati. Sebuah 100g kecil menghasilkan sumber energi 29 kilokalori (Kkal)

dan mengandung 0,6g protein, 0,1g lemak dan 6,5g pati. Hal ini juga kaya

potasium sebagai minor, yang membantu tubuh dengan mengarahkan

tekanan peredaran darah, bermanfaat sebagai obat antihipertensi, dan

membersihkan karbon dioksida dalam darah(Nurmalasari, 2019).

2. Klasifikasi Labu Siam (Sechium Edule)

Menurut ITIS (2011), tanaman labu siam dapat di klasifikasikan

sebagaiberikut:

Gambar 2.4 labu siam (sechium edule)


56

3. Kandungan Labu siam (Sechium Edule)

Rasanya bermanfaat untuk anak di bawah umur dan bisa digunakan

sebagai lauk setelah mengukus atau menggelegak, dan bisa dimakan mentah

sebagai lalapan. Itu juga bisa diolah menjadi jus untuk anak di bawah umur.

Bagian makanan Minate adalah

Tabel 2.3 Kandungan Labu Siam

Ada banyak suplemen earthmover, Ini mengandung 6,7% gelatin

untuk anak di bawah umur. Gelatin sangat penting untuk serat yang

ditemukan dalam pembelahan sel tumbuhan. Gelatin dapat digunakan

sebagai pembentuk gel dan stabilizer tertentu selama produksi sticking,

sticking dan creasing. Menelan jumlah serat yang cukup dapat

menyebabkan berhenti dan disarankan untuk masalah terkait perut dan

perut.
57

Nutrisi C dapat melindungi sel-sel dari bahaya nyata, mengobati

sariawan, dan mengurangi demam pada anak-anak. Suplemen K juga

meningkatkan tulang dan gigi yang kuat. Nutrient B6 minor edge dapat

digunakan untuk meremajakan atau menumbuhkan kapasitas ilmiah.

Kandungan magnesium minate juga membantu kesehatan otot. Minate

mengandung banyak mineral dan mineral yang tak terbantahkan. Banyak

mineral monster ditemukan di Minate. Minerte mengandung mineral seperti

besi, seng, mangan, dan selenium. Mineral Minate berperan penting dalam

menjaga keamanan susunan tubuh, sel, jaringan, dan semua organ.

Kandungan tembaga dari Minate dapat membantu yodium menjaga

kesehatan tiroid. Zinc berfungsi untuk membantu kulit dan memberikan

break pada kulit (Nurmalasari, 2019).

4. Manfaat Labu Siam (Sechium Edule)

Labu siam memiliki manfaat medis yang menyertainya:

1) Hipotensi

Kami menerima bahwa jika pasien dengan hipertensi mengambil

ikatan kecil secara konsisten, ketegangan peredaran darah mereka akan

turun. Diuretik Minate dan bagian penguat sel berperan dalam

menurunkan denyut nadi.

2) Menurunkan kolesterol

Itu tidak mengandung kolesterol atau jenis lemak jahat lainnya

untuk anak di bawah umur. Inilah sebabnya mengapa tepi kecil

memutuskan itu keputusan yang sepenuhnya tepat untuk individu dengan

masalah terkait kolesterol.


58

3) Lawan ekstremis bebas

Tepi minor sangat bagus untuk mencegah revolusioner bebas

karena mengandung senyawa penguat sel apigenin dan senyawa

flavonoid bentuk kecapi untuk minor.

4) Pencegahan berbagai infeksi berisiko

Sebagai backhoe yang digerakkan oleh air yang dapat menurunkan

denyut nadi dan kolesterol serta menghambat oksigen dinamis, ini adalah

sayuran yang baik untuk mencegah berbagai infeksi berbahaya dari

penyakit kardiovaskular hingga penyakit. Suplemen dan mineral obral

mengikuti seluruh tubuh.

5) Sayuran yang memperkuat darah

Kekurangan zat besi adalah jenis masalah darah yang sangat

umum. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan adalah dengan

membakar sumber makanan penambah darah yang kaya akan vitamin B2

dan suplemen zat besi. Salah satunya masih kecil. Aneka makanan yang

mengandung zat besi dan suplemen B2 dapat memberdayakan

perkembangan trombosit merah untuk mengatasi kekurangannya.

6) Baik untuk pergantian peristiwa janin

Labu siam cukup kaya akan asam folat, yang sangat penting untuk

perkembangan sel dan DNA. Kami menerima bahwa penerimaan kecil

pada wanita hamil mencegah liuk bawaan pada anak-anak.

7) Meningkatkan kekuatan aktual

Bagian dari senyawa senyawa labu siam adalah jenis elektrolit

yang dibutuhkan tubuh. Mungkin sumber elektrolit terbesar berasal dari

kalium atau kalium, yang memiliki labu siam yang benar- benar tinggi.
59

8) Kemalangan berat badan

Ini adalah sayuran yang penuh, rendah kalori, bebas dari lemak

jahat, dan kaya serat untuk anak di bawah umur. Ini adalah pembenaran

membuat tepi kecil dengan sayuran terbaik untuk makan lebih sedikit

karbohidrat.

9) Pencegahan penghentian

Penyumbatan dan penyumbatan pada umumnya disebabkan oleh

kurangnya pemasukan fibrin. Untuk anak di bawah umur, ini adalah

sayuran yang mengandung serat makanan serta mengandung banyak air,

sehingga sangat cocok untuk menjaga sistem usus dan mencegah

penyumbatan.

10) Pencegahan jatuh tempo sebelum waktunya

Kehadiran progeria dapat disebabkan oleh berbagai penyebab,

mengingat keterbukaan terhadap ekstremis bebas untuk gaya hidup yang

negatif terhadap kesejahteraan. Bagian penguat sel yang terkandung

dalam Minate dapat menyeimbangkan oksigen yang melawan oksigen

dinamis dan oksigen dinamis yang berbahaya bagi tubuh (ROS, Reactive

Oxygen Species) dan memicu penuaan dini. Anda dapat mencegah jatuh

tempo sebelum waktunya.

11) Pengobatan batu ginjal

Tanaman minate juga dapat membantu mengobati batu ginjal.

Namun, manfaat dari minorte ini adalah Anda mendapatkannya di daun

tanpa mendapatkan produk alami apa pun. Menurut penelitian dari

University of North Florida, daun kecil bermanfaat dalam mengobati

batu ginjal dan juga dapat menurunkan hipertensi.


60

5. Penatalaksanaan terapi herbal dengan labu siam (Sechium Edule)

Tenaga medis sendiri memiliki kewajiban untuk memberikan

kesejahteraan bagi jaringannya, salah satunya adalah memanfaatkan timbal

balik. Obat-obatan yang sesuai dipilih oleh orang-orang tertentu karena

beberapa alasan, termasuk Untuk menurunkan hipertensi.

National Center for Complementary and Alternative Medicine of the

National Institute of Health menawarkan berbagai macam jenis penambalan,

salah satunya adalah BTT (Biological Base Therapies). BTT adalah

semacam administrasi penyembuhan yang menggunakan pengaturan yang

ada, termasuk pengobatan Cina. Beberapa obat yang ditanam di rumah

secara eksperimental cukup pasti untuk mencegah hipertensi, namun banyak

yang tidak tahu pasti tentang hal ini(Nurhalimah Siti, Milwati Susi, 2018)

Kandungan minate diketahui membantu menurunkan tekanan darah.

Dengan demikian, zat diuretik (pencahar), zat alkaloid juga dapat membuka

sumbatan pembuluh darah. Inilah yang melatarbelakangi mengapa

hipertensi ringan bisa diturunkan. Bahan makanan utama Minate adalah

mineral, kalium, kalsium, dan suplemen C. Mineral ini berperan penting

dalam menjaga perut, tulang, dan jantung yang kuat. Sustenance C berfungsi

sebagai promotor sel yang dapat mencegah bahaya dan lebih meningkatkan

kesehatan kulit (Sakung et al., 2018).

Labu siam juga mengandung banyak asam amino. Beberapa di

antaranya adalah valin, leusin, lisin, treonin, histidin, metionin, fenilalat,

dan triptofan. Asam amino ini berperan penting dalam penyerapan tubuh

dan menjaga tubuh tetap solid (Sakung et al., 2018). Labu sebenarnya dapat
61

disiapkan dalam berbagai cara bergantung pada selera Anda Anda, misalnya

mengukus, membuat sayuran baru, memasak dan membuat perasan.

Namun, strategi yang lebih ampuh adalah dengan mengukus pinggiran

kecilnya, yaitu menata pinggiran kecil dan mengukusnya menjadi dua

bagian yang telah dicuci dan dimasak seluruhnya, dan setelah itu langsung

dimakan. Ini strategi untuk menurunkan denyut nadi dan dapat diambil

dengan kemiringan dekat rumah(Nurhalimah Siti, Milwati Susi, 2018)

6. SOP Pemberian terapi perasaan labu siam (Sechium Edule)

Menurut Etri Yanti (2017) , adapun langkah langkah pemberian terapi

perasan labu siam sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Menyediakan alat (parut, pisau, gelas, saringan)

2) Menyediakan bahan ( labu siam)

3) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

b. Tahap kerja

1) Mencuci tangan

2) Pengamatan awal yang dilakukan observasi tekanan darah responden

3) Siapkan 1 buah labu siam ukuran besar

4) Bersihkan dan potong ukuran besar

5) Parut labu siam sampai halus

6) Lalu siapkan saringan untuk menyaring sari labu siam sebelum

disajikan dalam gelas

7) Aduk dan siap sajikan


62

c. Tahap terminasi

1) Mengevaluasi kembali langkah langkah prosedur pemberian terap

perasan labu siam

2) Mendemontrasikan kembali oleh responden prosedur pemberian terapi

labu siam

3) Membereskan alat

4) Berpamitan dengan responden

5) Membereskan alat

6) Mencuci tangan

E. Evidence Based Nursing

Penulis, Judul Hasil Jumlah Lama


tahun labu siam pemberian
Etri Yanti, PENGARUH rata-rata penurunan 500 ml 2 gelas
Ratna Indah PEMBERIAN tekanan darah sistolik selama 7
SD 2017 PERASAN LABU 15,500 mmHg dan hari.
SIAM (SECHIUM diastolik 9,000 mmHg
EDULE) dan p-value 0,000
TERHADAP setelah diberikan
TEKANAN DARAH perasan labu siam.
PADA PENDERITA Kesimpulan terdapat
HIPERTENSI pengaruh bermakna
antara perasan labu
siam terhadap
penurunan tekanan
darah pada penderita
hipertensi di wilayah
kerja puskesmas
Tanah Kampung

Sukurni 2022 PENGARUH pemberian perasan 100-250 ml 7- 11hari


PERASAN LABU labu siam
SIAM DALAM menyebabkan
MENURUNKAN penurunan tekanan
TEKANAN DARAH: darah sistolik sebesar
63

SYSTEMATICREVI 7,9 mmHg dan


EW diastolik 6,65mmHg.

Flora Sijabat,, PEMBERIAN Rata-rata MAP 150 gr 7 hari


Masriati KUKUSAN LABU sebelum diberikan
Panjaitan SIAM PADA kukusan labu siam
2021 PENDERITA adalah mean 111,09
HIPERTENSI DI mmHg. Rata- rata
UPT PELAYANAN MAP sesudah
SOSIAL LANJUT diberikan kukusan
USIA labu siam adalah mean
100.80 mmHg.
Menunjukan bahwa
terdapat perbedaan
yang signifikanpada
MAP sebelum dan
sesudah diberikan
kukusan labu siam
dengan mean 70,64.
64
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengakajian

1. Pengkajian Inti

Kuranji adalah sebuah kecamatan di Kota Padang, provinsi Sumatra

Barat, Indonesia. Kecamatan ini meliputi Nagari Pauh IX yang terdiri dari

sembilan tepian yaitu Ampang, Anduring, Gunung Sarik, Kalumbuk,

Korong Gadang, Kuranji, Lubuk Lintah, Pasar Ambacang, dan Sungai

Sapih. Nama kecamatan ini diambil dari salah satu tepian di Nagari Pauh

IX, yaitu Kuranji, yang juga menjadi nama sungai yang membelah

kecamatan ini, sungai Batang Kuranji. Kecamatan ini terkenal karena

istilah Harimau Kuranji yang tersohor sampai ke negeri Belanda. Para

tokoh adat telah berupaya untuk mengembalikan nama kecamatan ini

menjadi Kecamatan Pauh IX.

Sebelumnya wilayah kecamatan ini masuk ke dalam wilayah

Kecamatan Pauh, Kabupaten Padang Pariaman, tetapi berdasarkan PP

nomor 17 tahun 1980, sejak 21 Maret 1980 menjadi wilayah administrasi

Kota Padang, dengan ibu kota kecamatan terletak di Pasar Ambacang.

Namun, secara de facto ibu kota Kecamatan Kuranji adalah Kalumbuk,

dengan kantor camat yang berlokasi di Jalan Padang By Pass KM 9.

Di Kecamatan Kuranji ini terdapat sebuah pasar satelit yang terletak di

kawasan Belimbing atau sering disebut Pasar Belimbing. Fasilitas lainnya

adalah adanya PPLP Sumbar di kecamatan ini tepatnya di kelurahan

Sungai Sapih. Di kecamatan ini juga terdapat rumah sakit milik

64
65

Pemerintah Kota Padang, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Rasidin Padang

Geografi

Kecamatan Kuranji berada dalam jarak 5 km dari pusat kota. Wilayah

daratan kecamatan Kuranji ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 8

m sampai 1.000 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan 384,88

mm/bulan.

Batas wilayah

Utara Kecamatan Koto Tangah


Timur Kecamatan Pauh
Selatan Kecamatan Padang Timur
Barat Kecamatan Nanggalo Dan Padang Utara

Penggunaan lahan

Jenis penggunaan lahan pada kecamatan ini sekitar 35,85 % dari total

luas adalah areal persawahan, 12,63% adalah hutan baik hutan rakyat

maupun Negara dan sisanya telah dimanfaatkan masyarakat seperti

bangunan dan sebagainya.

Kesehatan

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal,

pemerintahan kota Padang telah mendirikan sebanyak 3 buah

puskesmas di wilayah kecamatan ini, yaitu pada kelurahan Pasar

Ambacang, Kuranji, dan Gunung Sarik.


66

2. Pengkajian Sub Sistem

a. Lingkungan

Keadaan lingkungan rumah di RT 01 sampai RT 05 & RW 08

Kelurahan korong gadang kuranji mayoritas bersih dan ada beberapa

yang kurang bersih. Keadaan perumahan cukup bersih tidak ada

genangan air. Jarak antar rumah satu dengan yang lain sangat dekat,

dan semua rumah warga ada pagar, kualitas udara cukup baik, kualitas

air bersih berasal dari sumur dan PDAM. Untuk pengelolaan sampah

terdapat tong sampah di setiap rumah warga, pembuangan sampah per 3

hari dikelola oleh petugas TPA. Tetapi masyarakat tidak melakukan

pemilahan sampah bahkan kadang ada yang membakarnya.

b. Pelayanan Kesehatan

Di RT 01 sampai RT 05 & RW 08 Kelurahan korong gadang

Kecamatan kuranji terdapat Puskesmas sebagai sarana pelayanan

kesehatan masyarakat.

c. Pendidikan

Berdasarkan hasil observasi terdapat SDN 42 yang terdapat di wilayah

RT 01 sampai dengan RT 05 RW 08. Umunya anak-anak bersekolah di

SDN 42 sedangkan SMP dan SMA bersekolah diluar wilayah RT 01

sampai dengan RT 05 RW 08.

d. Sosial Ekonomi

Di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang, Kecamatan

kuranji Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pekerjaan

warganya terdiri dari buruh, PNS, swasta, dan pedagang. Tingkat sosial
67

ekonomi masyarakat di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong

gadang secara keseluruhan sudah sesuai dengan UMR (Upah Minimum

Regional), sehingga dengan pendapatan yang cukup maka dapat pula

meningkatkan mutu kesehatan masyarakat RT 01 sammpai RT 05 RW

08 Kelurahan Korong gadang kecamatan kuranji.

e. Keamanan dan Transportasi

Berdasarkan hasil observasi, alat transportasi yang digunakan untuk

keluar masuk wilayah RT 01 sampai dengan RT 05 RW 08 adalah

kendaraan pribadi. Selain itu bagi warga yang tidak memiliki kendaraan

pribadi mereka menggunakan angkutan umum seperti ojek online dan

angkutan umum seperti angkot sebagai alat transportasi. Kelurahan

Korong gadang sudah cukup baik mengingat riwayat kejadian kriminal

sangat minim.

f. Politik dan pemerintahan

Terkait politik dan kebijakan pemerintah untuk urusan kesehatan sudah

bagus, hal ini ditandai dengan mudahnya akses berobat ke puskesmas

dan adanya kesadaran masyarakat untuk berobat ke pelayanan

kesehatan, selain itu masyarakat di RT 01 sampai RT 05 RW 08

Kelurahan Korong gadang rata-rata sudah menggunakan asuransi

kesehatan untuk mempermudah dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan.

g. Komunikasi

Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat di RT 01 sampai 05 RW

08 Kelurahan Korong gadang adalah bahasa Minang. Informasi layanan


68

kesehatan didapatkan dari kader posyandu. Penyebaran informasi

disampaikan dimesjid dan melalui grup whatsapp masing-masing

kader.

h. Rekreasi

Berdasarkan hasil bservasi di wilayah RT 01 sampai dengan RT 05 RW

08 anak-anak biasanya bermain disekitar rumah. Setelah pulang kerja,

sebagian besar penduduk menghabiskan waktunya dirumah bersama

keluarga dengan bercerita, istirahat ataupun menonton TV.

3. Pengkajian kelompok Lansia

a. Usia

Karakteristik Laki- Perempuan Jumlah Persentase


umur laki
< 60 4 3 7 5%
60 – 70 25 12 37 92 %
71 – 90 2 2 4 3%
> 90 - - - 0%
Jumlah 31 17 48 100%

a) Berdasarkan tabel di atas , Usia Lansia terbanyak yang tinggal di RT

01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang adalah dari

kelompok Umur 60 – 70 tahun yg termasuk dalam kategori

Kelompok Lanjut Usia ( Ederly) yaitu : 92%.

b) Berdasarkan tabel diatas, laki-laki yang paling banyak dalam

kelompok lansia yang berada di RT 01 sampai RT 05 RW 08

Kelurahan Korong gadang, adalah 37 orang atau sekitar 92 %.


69

b. Pendidikan

Tingkat Jumlah Persentase


pendidikan
SD/sederajat 5 10 %
SMP/sederajat 6 13 %
SMA 12 25 %
Diploma 5 10 %
S1 17 35 %
S2 3 7%
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel di atas, Mayoritas Kelompok Lansia Tamatan S1 di

RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang adalah 17

orang atau sekitar 35 %.

c. Agama

Agama Jumlah Persentase


Muslim 46 96%
Non muslim 2 4%
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok Lansia yang ada di RT 01

sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang mayoritas beragama

Islam atau Muslim 96%.

d. Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase


Aktif bekerja 15 32 %
Pensiun 33 68 %
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas , Kelompok Lansia yang ada di RT 01 sampai

RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang, lebih banyak yang pensiunan

dibanding yang aktif bekerja yaitu ada 33 orang atau sekitar 68 %.


70

e. Status Perkawinan

Status Jumlah Persentase


Menikah 43 90 %
Duda/Janda 5 10 %
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel di atas, Status perkawinan kelompok lansia yang ada

di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang, lebih

banyak yang masih berpasangan atau kawin dibanding hidup terpisah

baik janda maupun duda, yaitu 43 orang atau sekitar 90 %.

f. Kegiatan sehari-hari

1) Pola makan

Pola minum Jumlah Persentase


3 x sehari 24 50 %
2 x sehari 18 37,5 %
1 x sehari 6 12,5 %
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas pola makan lansia di RT 01 sampai RT 05

RW 08 Kelurahan Korong gadang lebih banyak 3 x sehari dengan

jumlah 24 orang sekitar 50 %.

2) Pola minum

Pola minum Jumlah Persentase


5 gelas/ hari 22 46 %
4 gelas/ hari 18 37 %
3 gelas/ hari 8 17 %
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas pola minum lansia yang paling banyak 5

gelas/ hari dengan air putih sebanyak 22 orang atau sekitar 46%.
71

3) Pola Aktivitas

Pola Aktivitas Jumlah Persentase


Sering terjaga 15 31 %
Susah tidur 20 42 %
Cukup 13 27 %
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas pola istirahat para lansia RT 01 sampai RT

05 RW 08 Kelurahan Korong gadang lebih banyak yang susah tidur

yaitu 20 orang atau sekitar 42%.

g. Mengikuti kegiatan keagamaan

Mengikuti kegiatan Jumlah Persentase


keagamaan
Aktif 48 100 %
Tidak aktif 0 0%
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas, dalam mengikuti kegiatan keagamaan di RT

01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang semua masyarakat

aktif dalam kegiatan keagamaan yaitu 48 orang atau sekitar 100 %.

h. Data khusus/ Observasi (fisik)

Tekanan Darah Jumlah Persentase


<140/ 90 mmHg 20 43 %
140/90 mmHg-160/110 mmHg 23 47 %
>160/110 mmHg 5 10 %
Jumlah 48 100%

Berdasarkan tabel diatas, Tekanan Darah yang paling tinggi para lansia

di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang adalah

140/90 mmHg – 160/110 mmHg berjumlah 23 orang atau sekitar 47 %.


72

4. Pengumpulan data

a. Hasil Windshield Survey

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil Keadaan

lingkungan rumah di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong

gadang mayoritas bersih dan ada beberapa yang kurang bersih. Keadaan

perumahan cukup bersih tidak ada genangan air. Jarak antar rumah satu

dengan yang lain sangat dekat, dan semua rumah warga ada pagar,

kualitas udara cukup baik.

b. Hasil Observasi

Berdasarkan Observasi Fisik, Tekanan Darah yang paling tinggi pada

lansia 140/90 mmHg – 160/110 mmHg berjumlah 23 orang atau sekitar

(47%) dan 5 orang lansia atau sekitar (10%) mengalami tekanan darah

dengan rentang > 160/110 mmHg.

c. Hasil wawancara

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada lansia didapatkan hasil

31 orang atau sekitar (65%) mengeluh sakit kepala dan merasa pusing

serta mengganggu aktivitas sehari-hari. Didapatkan juga hasil wawacara

lansia mengatakan tidak mengetahui tentang pencegahan penyakit yang

dihadapi. Hasil wawancara juga didapatkan hasil 17 orang lansia (35%)

tidak pernah memeriksakan kesehatannya secara rutin.

Kuesioner

1. Hasil kuesioner menunjukkan dari 150 KK ditemukan 48 orang lansia atau

sekitar 40% orang lansia yang ada di RT 01 sampai RT 05 RW 08

Kelurahan Korong Gadang .


73

2. Hasil kuesioner menunjukan sebanyak 34 lansia atau sekitar (71%) yang

berusia di rentang 60-70 tahun, sedangkan yang berusia 71-90 tahun

berjumlah 14 orang atau sekitar (29%).

3. Hasil kuesioner menunjukan lansia laki-laki sebanyak 32 orang atau sekitar

(67%) dan lansia perempuan sebanyak 16 orang atau sekitar (33%).

4. Hasil kuesioner menunjukkan hasil:

a. 40 orang lansia (83%) dari 48 orang lansia mendengar tentang posyandu

lansia

b. 8 orang lansia (17%) lagi mengatakan tidak pernah mendengar tentang

posyandu lansia.

5. Hasil kuesioner menunjukkan hasil :

a. 0 orang lansia (0%) tidak pernah tahu tentang posyandu lansia dari

tetangga

b. 24 orang lansia (50%) tahu tentang posyandu dari petugas kesehatan

c. 6 orang lansia (12%) tahu tentang posyandu lansia dari televisi

d. 18 orang lansia (38%) tahu tentng posyandu lansia dari media cetak

koran.

6. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 14 orang lansia (28%) pernah mengikuti posyandu di daerah ini

b. 34 orang lansia (72%) tidak pernah mengikuti posyandu di daerah ini.

7. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 34 orang lansia (72%) berkeinginan dibentuknya posyandu lansia

b. 14 orang lansia (28%) tidak berkeinginan dibentuknya posyandu lansia


74

8. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 30 orang lansia (63%) bekeinginan ada kegiatan pemeriksaan dan

pengobatan pada posyandu lansia

b. 8 orang lansia (17%) berkeinginan ada kegiatan senam lansia pada

posyandu lansia

c. 10 orang lansia (20%) berkeinginan ada kegiatan konsultasi kesehatan

pada posyandu lansia

9. Hasil kuesioner menunjukkan hasil :

a. 23 orang lansia (47%) menjawab menderita sakit hipertensi

b. 0 orang lansia (0%) menjawab menderita sakit jantung

c. 7 orang lansia (17%) menjawab menderita sakit diabetes melitus

d. 10 orang lansia (20%) menjawab menderita sakit rematik

e. 0 orang lansia (0%) menjawab menderita sakit asma/ sesak nafas

f. 1 orang lansia (3%) menjawab menderita sakit stroke

g. 0 orang lansia (0%) menjawab tidak menderita penyakit asam urat

h. 7 orang lansia (13%) menjawab tidak menderita penyakit apapun

10. Hasil kuesioner menunjukkan :


a. 20 orang lansia (41%) membawa berobat kerumah sakit untuk mengatasi
penyakitnya
b. 17 orang lansia (35%) membawa berobat kedokter untuk mengatasi
penyakitnya
c. 5 orang lansia (11%) membawa berobat ke puskesmas untuk mengatasi
penyakitnya
d. 4 orang lansia (7%) memilih untuk membiarkan saja jika keluhan sakit
mucul.
e. 2 orang lansia (6%) menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi
penyakitnya
75

11. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 17 orang lansia (35%) selalu memeriksakan kesehatannya secara rutin.

b. 31 orang lansia (65%) tidak pernah memeriksakan kesehatannya secara

rutin

12. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 28 orang lansia (55%) memeriksakan kesehatan rutin 1 bulan sekali

b. 11 orang lansia (23%) memeriksakan kesehatan rutin 2 minggu sekali

c. 9 orang lansia (22%) memeriksakan kesehatan rutin 3 minggu sekali

13. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 38 orang lansia (80%) melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain

b. 6 orang lansia (13%) melakukan aktivitas dengan bantuan minimum dari

orang lain

c. 4 orang lansia (7%) melakukan aktivitas dibantu penuh dengan orang lain

14. Hasil kuesioner menunjukkan :

a. 6 orang lansia (11%) masih bekerja saat usia sekarang ini

b. 29 orang lansia (61%) hanya duduk dirumah saja pada saat usia sekarang

ini

c. 2 orang lansia (5%) masih melakukan rekreasi pada saat usia sekarang

ini

d. 11 orang lansia (23%) masih membantu-bantu kegiatan dirumah seperti

membersihkan rumah atau perkarang rumah.

15. Hasil kuesioner menunjukkan hasil :

a. 32 orang lansia (67%) menjawab pada usia sekarang ini keluarga masih

mengajak untuk pergi rekreasi

b. 16 orang lansia (33%) menjawab pada usia sekarang ini keluarga tidak

mengajak untuk pergi rekreasi.


76

Analisa Diagram Masalah Lansia


Diagram 1
Distribusi Frekuensi usia Lansia di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan
Korong gadang Kecamatan kuranji Padang Tahun 2023

3%

60-70
71-90

97%

Diagram 1 diatas menunjukkan bahwa 71% lansia berusia 60-70 tahun, dan
29% lansia berusia 71-90 tahun di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan
Korong gadang Kecamatan kuranji Padang

Diagram 2
Distribusi Frekuensi jenis kelamin Lansia di RT 01 sampai RT 05 RW 08
Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang Tahun 2023

33%
Laki-laki
Perempuan
67%

Diagram 2 diatas menunjukkan bahwa 67% lansia berjenis kelamin laki-laki,


dan 33% lansia dengan jenis kelamin perempuan di RT 01 sampai RT 05 RW
08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
77

Diagram 3
Distribusi Frekuensi Lansia yang mendengar tentang posyandu lansia di RT
01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang Tahun 2023

Ya Tidak

17%

83%

Diagram 3 diatas menunjukkan bahwa 83% lansia tidak pernah mendengar


tentang posyandu lansia, dan 17% lansia mendengar posyandu lansia di RT
01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang.
Diagram 4
Distribusi frekuensi lansia yang mengetahui tentang posyandu lansia di RT
01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang Tahun 2023

Tetangga Petugas kesehatan


Televisi Koran

38%

50%

12%

Diagram 4 di atas menunjukkan bahwa 50% lansia mengetahui posyandu


dari petugas kesehatan, 38% mengetahui posyandu lansia dari media cetak
dan Koran, 12% mengetahui posyandu lansia dari televisi di RT 01 sampai
RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
78

Diagram 5
Distribusi frekuensi lansia yang mengikuti posyandu lansia di RT 01 sampai
RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang
Tahun 2023

28%
Ya
Tidak
72%

Diagram 5 diatas menunjukkan 72% lansia tidak pernah mengikuti


posyandu lansia dan 28% pernah mengikuti posyandu lansia di RT 01
sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang.
Diagram 6
Distribusi frekuensi lansia yang berkeinginan dibentuknya posyandu lansia
di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan
kuranji Padang Tahun 2023

Ya Tidak

28%

72%

Diagram 6 di atas menunjukkan bahwa 72% lansia memilih ingin


dibentuknya posyandu lansia, dan 28% lansia memilih tidak ingin
dibentuknya posyandu lansia di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan
Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
79

Diagram 7
Distribusi frekuensi lansia yang berkeinginan dibentuknya kagiatan
posyandu lansia di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang
Kecamatan kuranji Padang Tahun 2023

Pemeriksaan dan pengobata


Senam lansia
Konsultasi kesehatan

20%

17%
63%

Diagram 7 di atas menunjukkan bahwa 63% lansia berkeinginan


dibentuknya kegiatan posyandu lansia untuk pemeriksaan dan pengobatan,
20% untuk konsultasi kesehatan, dan 17% kegiatan senam lansia di RT 01
sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang.
Diagram 8
Distribusi frekuensi lansia yang mempunyai penyakit yang diderita di RT 01
sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang
Tahun 2023

Hipertensi
3% 13% Jantung
DM
47% Rematik
20% Asma
Stroke
Asam urat
17%
Tidak menderita sakit

Diagram 8 diatas menunjukkan 47% lansia menderita penyakit hipertensi,


20% menderita rematik, 3% menderita penyakit stroke, 0% lansia menderita
penyakit asam urat, 0% lansia menderita penyakit jantung, 0% lansia
menderita penyakit asma, dan 17% lansia menderita diabetes mellitus dan
lansia yang tidak menderita sakit apapun 13% di RT 01 sampai RT 05 RW
08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
80

Diagram 9
Distribusi frekuensi lansia yang mengambil tindakan pengobatan di RT 01
sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang
Tahun 2023

Rumah sakit Praktek dokter Puskesmas


Dibiarkan saja Alternatif lain

7% 6%
11%
41%

35%

Diagram 9 diatas menunjukkan 35% lansia berobat ke dokter, 6% lansia


berobat alternative lain, 7% lansia tidak berobat, 11% lansia berobat ke
puskesmas, 41% lansia berobat kerumah sakit di RT 01 sampai RT 05 RW
08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
Diagram 10
Distribusi frekuensi lansia yang memeriksakan kesehatan di RT 01 sampai
RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang Tahun
2023

Rutin Tidak rutin

35%

65%

Diagram 10 diatas menunjukkan 65% lansia tidak memeriksakan


kesehatannya secara rutin, 35% lansia memeriksakan kesehatannya secara
rutin di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan
kuranji Padang.
81

Diagram 11
Distribusi frekuensi lansia yang memeriksakan kesehatan rutin di RT 01
sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang
Tahun 2023

22%

1 bulan sekali
2 minggu sekali
55% 3 minggu sekali
23%

Diagram 11 diatas menunjukkan 23% lansia memeriksakan kesehatan 2


minggu sekali, 22% lansia memeriksakan kesehatan 3 minggu sekali, dan
55% lansia memeriksakan kesehatan 1 bulan sekali di RT 01 sampai RT 05
RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
Diagram 12
Distribusi frekuensi aktivitas lansia sehari-hari di RT 01 sampai RT 05 RW
08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang Tahun 2023

Mandiri Bantuan minimum


Bantuan maksimum

7%
13%

80%

Diagram 12 diatas menunjukkan 13% lansia melakukan aktivitas sehari-hari


dengan bantuan minimal, 80% lansia melakukan aktivitas sehari-sehari
mandiri, 7% lansia melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan
maksimum di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang
Kecamatan kuranji Padang.
82

Diagram 13
Distribusi frekuensi kegiatan yang dilakukan lansia pada usia saat ini di RT
01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang Tahun 2023

Bekerja Duduk dirumah


Rekreasi Aktivitas ringan
6% 2%
14%

78%

Diagram 13 diatas menunjukkan 56% lansia hanya duduk saja dirumah,


25% lansia melakukan kegiatan ringan dirumah seperti menyapu dan
membersihkan perkarangan rumah, 15% lansia masih bekerja, dan 4%
lansia melakukan kegiatan rekreasi di RT 01 sampai RT 05 RW 08
Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji Padang.
Diagram 14
Distribusi frekuensi keluarga mengajak lansia rekreasi pada usia saat ini di
RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang Kecamatan kuranji
Padang Tahun 2023

Ada Tidak ada

33%

67%

Diagram 14 diatas menunjukkan 67% keluarga tidak ada yang mengajak


lansia pergi rekreasi, dan 33% keluarga ada yang mengajak lansia pergi
rekreasi di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan Korong gadang
Kecamatan kuranji Padang.
83

Analisa Data Tabel 3.11 Analisa Data

No Data Masalah

1. LANJUT USIA DALAM KELUARGA : Manajemen Kesehatan


1. Hasil kuesioner menunjukkan dari 150 KK Tidak Efektif pada lansia
ditemukan 48 orang lansia atau sekitar 40% di RT 01 sampai RT 05
orang lansia yang ada di RT 01 sampai RT 05 RW 08 Kelurahan
RW 08 Kelurahan Korong gadang.
Korong gadang
2. Hasil kuesioner menunjukan sebanyak 34
lansia atau sekitar (71%) yang berusia di kecamatan kuranji.
rentang 60-70 tahun, sedangkan yang berusia
71-90 tahun berjumlah 14 orang atau sekitar
(29%).
3. Hasil kuesioner menunjukan lansia laki-laki
sebanyak 32 orang atau sekitar (67%) dan
lansia perempuan sebanyak 16 orang atau
sekitar (33%).
4. Hasil kuesioner menunjukkan hasil:
a. 40 orang lansia (83%) dari 48 orang lansia
mendengar tentang posyandu lansia
b. 8 orang lansia (17%) lagi mengatakan
tidak pernah mendengar tentang posyandu
lansia.
5. Hasil kuesioner menunjukkan hasil :
a. 0 orang lansia (0%) tidak pernah tahu
tentang posyandu lansia dari tetangga
b. 24 orang lansia (50%) tahu tentang
posyandu dari petugas kesehatan
c. 6 orang lansia (12%) tahu tentang
posyandu lansia dari televise
d. 18 orang lansia (38%) tahu tentng
posyandu lansia dari media cetak koran.
6. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 14 orang lansia (28%) pernah mengikuti
posyandu di daerah ini
b. 34 orang lansia (72%) tidak pernah
mengikuti posyandu di daerah ini.
7. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 34 orang lansia (72%) berkeinginan
dibentuknya posyandu lansia
b. 14 orang lansia (28%) tidak berkeinginan
dibentuknya posyandu lansia
8. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 30 orang lansia (63%) bekeinginan ada
kegiatan pemeriksaan dan pengobatan
pada posyandu lansia
84

b. 8 orang lansia (17%) berkeinginan ada


kegiatan senam lansia pada posyandu
lansia
c. 10 orang lansia (20%) berkeinginan ada
kegiatan konsultasi kesehatan pada
posyandu lansia
9. Hasil kuesioner menunjukkan hasil :
a. 23 orang lansia (47%) menjawab
menderita sakit hipertensi
b. 0 orang lansia (0%) menjawab menderita
sakit jantung
c. 7 orang lansia (17%) menjawab menderita
sakit diabetes mellitus
d. 10 orang lansia (20%) menjawab
menderita sakit rematik
e. 0 orang lansia (0%) menjawab menderita
sakit asma/ sesak nafas
f. 1 orang lansia (3%) menjawab menderita
sakit stroke
g. 0 orang lansia (0%) menjawab tidak
menderita penyakit asam urat
h. 7 orang lansia (13%) menjawab tidak
menderita penyakit apapun
10. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 20 orang lansia (41%) membawa berobat
kerumah sakit untuk mengatasi
penyakitnya
b. 17 orang lansia (35%) membawa berobat
kedokter untuk mengatasi penyakitnya
c. 5 orang lansia (11%) membawa berobat
ke puskesmas untuk mengatasi
penyakitnya
d. 4 orang lansia (7%) memilih untuk
membiarkan saja jika keluhan sakit
mucul.
e. 2 orang lansia (6%) menggunakan
pengobatan alternatif untuk mengatasi
penyakitnya
11. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 17 orang lansia (35%) selalu
memeriksakan kesehatannya secara rutin.
b. 31 orang lansia (65%) tidak pernah
memeriksakan kesehatannya secara
rutin
12. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 28 orang lansia (55%) memeriksakan
kesehatan rutin 1 bulan sekali
b. 11 orang lansia (23%) memeriksakan
85

kesehatan rutin 2 minggu sekali


c. 9 orang lansia (22%) memeriksakan
kesehatan rutin 3 minggu sekali
13. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 38 orang lansia (80%) melakukan
aktivitas tanpa dibantu orang lain
b. 6 orang lansia (13%) melakukan aktivitas
dengan bantuan minimum dari orang lain
c. 4 orang lansia (7%) melakukan aktivitas
dibantu penuh dengan orang lain
14. Hasil kuesioner menunjukkan :
a. 6 orang lansia (11%) masih bekerja saat
usia sekarang ini
b. 29 orang lansia (61%) hanya duduk
dirumah saja pada saat usia sekarang ini
c. 2 orang lansia (5%) masih melakukan
rekreasi pada saat usia sekarang ini
d. 11 orang lansia (23%) masih membantu-
bantu kegiatan dirumah seperti
membersihkan rumah atau perkarang
rumah.
15. Hasil kuesioner menunjukkan hasil :
a. 32 orang lansia (67%) menjawab pada
usia sekarang ini keluarga masih
mengajak untuk pergi rekreasi
b. 16 orang lansia (33%) menjawab pada
usia sekarang ini keluarga tidak mengajak
untuk pergi rekreasi.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang di angkat dari pengkajian yang telah dilakukan yaitu :

1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116)


86

C. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.12 Intervensi Keperawatan

No Dignosa Sasaran Tujuan Intervensi Rencana Hari/ Tempat Kriteria


keperawatan (SIKI) Kegiatan
Komunitas (SLKI) Tanggal
(SDKI)

1 Manajemen Lansia yang Manajemen Edukasi 1. Mengumpulkan 15-20 RT 1-5 1. Terlaksananya


Kesehatan berada di RT Kesehatan: Kesehatan: lansia yang ada mei 2023 RW 08 pendidikan kesehatan
Tidak Efektif 01 sampai di RT 01 sampai tentang hipertensi di
Setelah dilakukan Observasi: RT 05 RW 08 RT 01 sampai RT 05
pada lansia di RT 05 RW
tindakan Kelurahan RW 08 Kelurahan
RT 01 sampai 08 Kelurahan 1. Identifikasi Korong gadang Korong gadang
RT 05 RW 08 Korong keperawatan 3x24
kesiapan dan kecamatan kecamatan kuranji.
Kelurahan gadang jam diharapkan kemampuan kuranji. 2. Lansia mengetahui
Korong kecamatan manajemen menerima 2. Melakukan penanganan hipertensi
gadang kuranji. kesehatan informasi diskusi dengan dengan konsumsi
kecamatan meningkat dengan Teraupetik : kader dan lansia perasan labu siam
kriteria hasil: masalah tentang
kuranji. 1. Sediakan yang kesehatan
1. Melakukan materi dan dialaminya
tindakan untuk media 3. Melakukan
pendidikan pemeriksaan
mengurangi
kesehatan tekanan darah
faktor resiko tentang sebelum
meningkat pemberian diberikan
87

2. Penerapan perasan labu pendidikan


program siam pada kesehatan
perawatan lansia 4. Memberikan
dengan pendidikan
meningkat.
hipertensi. kesehatan
3. Aktivitas hidup 2. Jadwalkan tentang
sehari-hari pendidikan pemberian
efektif kesehatan perasan labu
memenuhi sesuai siam untuk
tujuan kesepakatan menurunkan
kesehatan 3. Berikan tekanan darah
kesemapatan bagi lansia
meningkat.
untuk penderita
bertanya hipertensi
Edukasi :

1. Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
(konsumsi
perasan labu
siam 2 gelas
(500 ml)
setiap hari
selama 7
hari).
88

D. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi )

Tabel 3.3 Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi )

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda


Tanggal Tangan
1. 15 Mei - Manajemen 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif:
2023 Kesehatan kemampuan menerima informasi - Lansia mengatakan siap mengikuti pendidikan
Tidak Efektif 2. Menyediakan materi dan media kesehatan tentang cara pemberian perasan labu
pada Lansia pendidikan kesehatan tentang siam bagi penderita hipertensi
pemberian perasan labu siam - Lansia mengatakan siap untuk diberikan terapi
pada lansia dengan hipertensi. herbal yaitu konsumsi perasan labu siam.
3. Menjadwalkan pendidikan - Sebagian lansia mengatakan belum memahami
kesehatan sesuai kesepakatan tentang penyakit hipertensi, serta tujuan pemberian
4. Memberikan kesempatan untuk perasan labu siam
bertanya Objektif :
5. Mengajarkan strategi yang dapat
- Pendidikan kesehatan terkait konsumsi perasan
digunakan perasan labu siam 2
labu siam sudah diajarkan
kali sehari selama 7 hari).
- Materi tentang cara pemberian perasan labu siam
dan pendidikan kesehatan telah diberikan
- Lansia tampak memperhatikan penjelasan tentang
pemberian perasan labu siam bagi penderita
hipertensi
- Lansia tampak banyak bertanya terkait materi yang
disampaikan
89

- Jadwal pendidikan kesehatan selanjutnya tentang


cara pemberian/konsumsi perasan labu siam sesuai
kesepakatan dengan para lansia telah dijadwalkan
Analisa :

- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif


belum teratasi.
Planning :

Intervensi dilanjutkan

- Pendidikan Kesehatan tentang cara


pemberian/konsumsi perasan labu siam untuk
menurunkan tekanan darah.
2. 16 Mei Manajemen 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif:
2023 Kesehatan kemampuan menerima - Lansia mengatakan siap mengikuti pendidikan
Tidak Efektif informasi kesehatan tentang cara pemberian perasan labu
pada Lansia 2. Menyediakan materi dan media siam bagi penderita hipertensi
pendidikan kesehatan tentang - Lansia mengatakan siap untuk diberikan terapi
pemberian perasan labu siam herbal yaitu konsumsi perasan labu siam.
pada lansia dengan hipertensi. - Sebagian lansia mengatakan belum memahami
3. Menjadwalkan pendidikan tentang penyakit hipertensi, serta tujuan pemberian
kesehatan sesuai kesepakatan perasan labu siam
4. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
5. Mengajarkan strategi yang dapat
90

digunakan perasan labu siam 2 Objektif :


kali sehari selama 7 hari).
- Pendidikan kesehatan terkait konsumsi perasan
labu siam sudah diajarkan
- Materi tentang cara pemberian perasan labu siam
dan pendidikan kesehatan telah diberikan
- Lansia tampak memperhatikan penjelasan tentang
pemberian perasan labu siam bagi penderita
hipertensi
- Lansia tampak banyak bertanya terkait materi yang
disampaikan
- Jadwal pendidikan kesehatan selanjutnya tentang
cara pemberian/konsumsi perasan labu siam sesuai
kesepakatan dengan para lansia telah dijadwalkan
Analisa :

- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif


belum teratasi.
Planning :

Intervensi dilanjutkan

Pendidikan Kesehatan tentang cara


pemberian/konsumsi perasan labu siam untuk
menurunkan tekanan darah.
91

3. 17 Mei Manajemen 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif:


2023 Kesehatan kemampuan menerima informasi - Lansia mengatakan senang mendapatkan
Tidak Efektif 2. Menyediakan materi dan media pengetahuan tentang konsumsi perasan labu siam
pada lansia pendidikan kesehatan tentang yang dapat menurunkan tekanan darah.
pemberian perasan labu siam - Lansia mengatakan siap untuk diberikan terapi
pada lansia dengan hipertensi. herbal yaitu konsumsi perasan labu siam 2 gelas
3. Menjadwalkan pendidikan (500 ml) setiap hari selama 7 hari).
kesehatan sesuai kesepakatan - Lansia mengatakan sudah memahami tentang
4. Memberikan kesempatan untuk penyakit hipertensi, serta tujuan pemberian perasan
bertanya labu siam beserta manfaatnya.
5. Mengajarkan strategi yang dapat Objektif :
digunakan (konsumsi perasan - Pendidikan kesehatan terkait konsumsi perasan
labu siam 2 gelas (500 ml) setiap labu siam sudah diajarkan
hari selama 7 hari). - Materi tentang cara pemberian perasan labu siam
dan pendidikan kesehatan telah diberikan
- Lansia tampak memahami tentang cara konsumsi
perasan labu siam yang benar untuk menurunkan
tekanan darah.
Analisa
- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
teratasi sebagian.
92

Planning :
Intervensi dilanjutkan :
- Pendidikan Kesehatan tentang cara
pemberian/konsumsi perasan labu siam untuk
menurunkan tekanan darah.
4. 18 mei Manajemen 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif:
2023 Kesehatan kemampuan menerima - Lansia mengatakan senang mendapatkan
Tidak Efektif informasi pengetahuan tentang konsumsi perasan labu siam
pada lansia 2. Menyediakan materi dan media yang dapat menurunkan tekanan darah.
pendidikan kesehatan tentang - Lansia mengatakan siap untuk diberikan terapi
pemberian perasan labu siam herbal yaitu konsumsi perasan labu siam 2 gelas
pada lansia dengan hipertensi. (500 ml) setiap hari selama 7 hari).
3. Menjadwalkan pendidikan - Lansia mengatakan sudah memahami tentang
kesehatan sesuai kesepakatan penyakit hipertensi, serta tujuan pemberian air
4. Memberikan kesempatan untuk perasan labu siam beserta manfaatnya.
bertanya Objektif :
5. Mengajarkan strategi yang dapat - Pendidikan kesehatan terkait konsumsi perasan
digunakan (konsumsi perasan labu siam sudah diajarkan
labu siam 2 gelas (500 ml) setiap - Materi tentang cara pemberian perasan labu siam
hari selama 7 hari). dan pendidikan kesehatan telah diberikan
- Lansia tampak memahami tentang cara konsumsi
perasan labu siam yang benar untuk menurunkan
tekanan darah.
93

Analisa
- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
teratasi sebagian.
Planning :
Intervensi dilanjutkan :
Pendidikan Kesehatan tentang cara
pemberian/konsumsi air perasan labu siam untuk
menurunkan tekanan darah.
5 19 mei Manajemen 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif:
. 2023 Kesehatan kemampuan menerima informasi - Lansia mengatakan konsumsi air perasan labu siam
Tidak Efektif 2. Menyediakan materi dan media sangat membantunya dalam mengatasi hipertensi
pada lansia pendidikan kesehatan tentang - Lansia mengatakan siap untuk diberikan terapi
pemberian perasan labu siam herbal yaitu konsumsi perasan labu siam 2 gelas
pada lansia dengan hipertensi. (500 ml) setiap hari selama 7 hari).
3. Menjadwalkan pendidikan - Lansia mengatakan sudah memahami tentang
kesehatan sesuai kesepakatan penyakit hipertensi, serta tujuan pemberian air
4. Memberikan kesempatan untuk perasan labu siam beserta manfaatnya.
bertanya Objektif :
5. Mengajarkan strategi yang dapat - Lansia tampak memahami tentang cara konsumsi
digunakan (konsumsi perasan perasan labu siam yang benar untuk menurunkan
labu siam 2 gelas (500 ml) setiap tekanan darah.
hari selama 7 hari). - Terjadi penurunan tekanan pada lansia setelah 3
hari konsumsi perasan labu siam.
94

Analisa
- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
teratasi.
Planning :
Intervensi dihentikan:
(cara pemberian/konsumsi perasan labu siam untuk
menurunkan tekanan darah dianjurkan untuk
dilakukan secara mandiri, dikonsumsi dengan benar
sesuai yang diajarkan, 2 gelas (500 ml) setiap hari
selama 7 hari).
6. 20 mei Manajemen 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif:
2023 Kesehatan kemampuan menerima - Lansia mengatakan konsumsi air perasan labu siam
Tidak Efektif informasi sangat membantunya dalam mengatasi hipertensi
pada lansia 2. Menyediakan materi dan media - Lansia mengatakan siap untuk diberikan terapi
pendidikan kesehatan tentang herbal yaitu konsumsi perasan labu siam 2 gelas
pemberian perasan labu siam (500 ml) setiap hari selama 7 hari).
pada lansia dengan hipertensi. - Lansia mengatakan sudah memahami tentang
3. Menjadwalkan pendidikan penyakit hipertensi, serta tujuan pemberian air
kesehatan sesuai kesepakatan perasan labu siam beserta manfaatnya.
4. Memberikan kesempatan untuk Objektif :
bertanya - Lansia tampak memahami tentang cara konsumsi
5. Mengajarkan strategi yang dapat perasan labu siam yang benar untuk menurunkan
digunakan (konsumsi perasan tekanan darah.
labu siam 2 gelas (500 ml) setiap - Terjadi penurunan tekanan pada lansia setelah 3
95

hari selama 7 hari). hari konsumsi perasan labu siam.


Analisa
- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
teratasi.
Planning :
Intervensi dihentikan:
(cara pemberian/konsumsi perasan labu siam untuk
menurunkan tekanan darah dianjurkan untuk
dilakukan secara mandiri, dikonsumsi dengan
benar sesuai yang diajarkan, 2 gelas (500 ml)
setiap hari selama 7 hari). Analisa
- Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
teratasi.
96
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tindakan asuhan keperawatan komunitas di RT 01, 02,

03,04,05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji maka dalam bab

ini akan dibahas berdasarkan teori dan asuhan yang nyata, yang diperoleh sebagai

hasil pelaksanaan studi kasus melalui tahapan-tahapan proses keperawatan

yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, interevensi keperawatan, implementasi

dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut :

A. Data Fokus Pengkajian Komunitas

Berdasarkan hasil pengkajian atau pengumpulan data ke masyarakat di

RT RT 01, 02, 03,04,05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji

pada tanggal 3-5 mei 2023 dengan cara winshield survey, wawancara dan

membagikan kuesioner dilanjutkan pengolahan data hasil kuesioner dari

tanggal 06-08 Mei 2023 didapatkan hasil jumlah lansia sebanyak 48 orang,

10% berpendidikan SD, 13% tamat SMP, 25% tamat SMA, 10% Diploma,

35% S1, 7% S2. 32% masih aktif bekerja, 68% bekerja sebagai pensiunan.

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah

kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau

kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial

ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan (Nurarif, dkk, 2015). Berdasarkan

asumsi penulis, pada saat pengkajian didapatkan adanya data usia, pendidikan,

pekerjaan hal tersebuat sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa mayoritas

usia diatas 60 tahun berpengaruh dalam melakukan kontrol tekanan darah

96
97

karena usia berpengaruh dalam cara pandang pikir, mayoritas lansia sudah

tidak bekerja mempengaruhi tekanan darah karena profesi mempengaruhi

pendapatan yang diterimanya, pendidikan responden mayoritas S1 memiliki

latar belakang pendidikan yang baik dimana mempengaruhi cara pandang.

B. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner dan wawancara di dapatkan

masalah pada warga RT 01-05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan

Kuranji yaitu Manajemen Kesehatan Tidak Efektif pada Lansia. Berdasarkan

diagnosa keperawatan yang tertera terdapat masalah yang harus segera di

tangani yaitu pada kelompok lansia yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi,

sehingga penulis mengangkat diagnosa manajemen kesehatan tidak efektif

pada lansia di RT 01-05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan

Kuranji. Hal ini terbukti dengan analisa data yaitu dari 150 KK terdapat 48

orang lansia dengan hasil kuesioner :

1. 34 lansia atau sekitar (71%) yang berusia di rentang 60-70 tahun

2. 67% orang lansia laki laki

3. 40 orang lansia (83%) dari 48 orang lansia mendengar tentang posyandu

lansia

4. 24 orang lansia (50%) tahu tentang posyandu dari petugas kesehatan

5. 34 orang lansia (72%) tidak pernah mengikuti posyandu di daerah ini.

6. 34 orang lansia (72%) berkeinginan dibentuknya posyandu lansia

7. 30 orang lansia (63%) bekeinginan ada kegiatan pemeriksaan dan

pengobatan pada posyandu lansia

8. 23 orang lansia (47%) menjawab menderita sakit hipertensi


98

9. 20 orang lansia (41%) membawa berobat kerumah sakit untuk mengatasi

penyakitnya

10. 31 orang lansia (65%) tidak pernah memeriksakan kesehatannya secara

rutin

11. 28 orang lansia (55%) memeriksakan kesehatan rutin 1 bulan sekali

12. 38 orang lansia (80%) melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain

13. 29 orang lansia (61%) hanya duduk dirumah saja pada saat usia sekarang

ini

14. 32 orang lansia (67%) menjawab pada usia sekarang ini keluarga masih

mengajak untuk pergi rekreasi

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Etri

Yanti(2021) tentang pengaruh terapi perasaan labu siam terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi didapatkan adanya perbedaan tekanan sistolik

dan diatolik sebelum dan sesudah pemberian labu siam.

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan

respon dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas (SDKI,

2015-2017). Diagnosa keperawatan komunitas akan memberikan gambaran

tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang

mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas

terhadap stresor yang ada.

Berdasarkan asumsi penulis bahwa data dan diagnosa di atas menunjukan

apa yang ada pada teori sesuai dengan kondisi dilapangan yang didapatkan

oleh peneliti saat pengkajian dimana lansia sangat rentan terhadap penyakit 23
99

orang mengalami hipertensi, tidak melakukan pemeriksaan rutin dari analisa

data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan pada lansia yaitu

manajemen kesehatan tidak efektif pada lansia di RT 01-05 RW 08 Kelurahan

Korong Gadang Kecamatan Kuranji.

C. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan hasil data pengkajian dari kuesioner dan wawancara

didapatkan rata-rata lansia di RT 01-05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang

Kecamatan Kuranji didapatkan data bahwasanya lansia mengalami masalah

sakit kepala dan kuduk terasa berat akibat hipertensi. 40% lansia menderita

hipertensi,. Adapun rencana intervensi dari kegiatan yang akan dilakukan

khususnya pada lansia yang menderita hipertensi (SIKI, 2017) adalah :

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang pemberian air

perasan labu siam pada lansia dengan hipertensi.

3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

4. Berikan kesemapatan untuk bertanya

5. Ajarkan strategi yang dapat digunakan (konsumsi air perasan labu siam 2

gelas (500 ml) setiap hari selama 7 hari).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Etri

Yanti(2021) tentang pengaruh terapi perasaan labu siam terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi didapatkan adanya perbedaan tekanan sistolik

dan diatolik sebelum dan sesudah pemberian labu siam terhadap 16 responden

dengan pemberian 2 gelas sebenyak 500 ml selama 7 hari.


100

Berdasarkan asumsi penulis dalam menentukan intervensi menggunakan

SDKI, SLKI, SIKI (2015-2017) sebagai acuan dalam pembuatan rencana

keperawatan, tetap disesuaikan kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan

dan kriteria hasil yang diharapkan dapat tercapai. Penulis mengikuti langkah-

langkah perencanaan yang telah disusun mulai dari menentukan prioritas

masalah sampai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

D. Implementasi

Berdasarkan hasil kuesioner terdapat 48 lansia di RT 01-05 RW 08

sebanyak 23 orang dengan hipertensi sehingga implementasi di berikan

perasaan labu siam sebanyak 500 ml selama 7 hari. Impementasi yang

diberikan sudah sesuai dengan intervensi dari diagnosa yang diangkat yang

merujuk pada SDKI, SLKI, dan SIKI yaitu mengidentifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi, menyediakan materi dan media pendidikan

kesehatan tentang hipertensi dan pemberian terapi perasaan labu siam untuk

mengatasi hipertensi, menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,

memberikan kesempatan untuk bertanya serta mengajarkan strategi yang dapat

digunakan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Etri

Yanti(2021) tentang pengaruh terapi perasaan labu siam terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi didapatkan adanya perbedaan tekanan sistolik

dan diatolik sebelum dan sesudah pemberian labu siam terhadap 16 responden

dengan pemberian 2 gelas sebenyak 500 ml selama 7 hari

Pada tahap implementasi ini terdapat beberapa kekurangan seperti

kehadiran lansia yang tidak lengkap dalam mengikuti kegiatan pendidikan


101

kesehatan. Kehadiran lansia yang tidak lengkap ini disebabkan karena berbagai

faktor kebutuhan masyarakat terhadap kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan

teori Maslow yang mengatakan bahwa individu akan termotivasi untuk

memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat bagi mereka pada

waktu tertentu (Nurarif, 2015).

Berdasarkan asumsi penulis pemberian terapi herbal yang bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah salah satunya adalah dengan terapi

pemberian perasan labu siam dikarenakan labu siam dapat mengendalikan

tekanan darah hal ini karena labu siam mengandung kalium yang tinggi dan

labu siam memiliki efek antihipertensi

E. Evaluasi

Hasil evaluasi hari pertama setelah dilakukan implementasi di dapatkan

lansia sebagian masih belum memahami tentang hipertensi ,dan belum tau cara

pemberian atau cara mengkonsumsi perasan labu siam, hari kedua lansia

mengatakan sudah mulai memahami tentang penyakit hipertensi dan sudah

mulai tau bagaimana cara mengkomsi perasaan labu siam, hari ketiga lansia

mengatakan sudah paham tentang penyakit hipertnsi dan mengatakan sudah tau

cara mengkonsmsi perasaan labu siam dan berapa banyak labu siam yang di

konsumsi selama 7 hari untuk menurunkan tekanan darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Etri

Yanti(2021) tentang pengaruh terapi perasaan labu siam terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi didapatkan adanya perbedaan tekanan sistolik

dan diatolik sebelum dan sesudah pemberian labu siam terhadap 16 responden

dengan pemberian 2 gelas sebenyak 500 ml selama 7 hari


102

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Pada teori maupun

kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan kriteria hasil

yang ingin dicapai. Pada kasus penulis melakukan evaluasi dari tindakan

keperawatan selama 3 hari.

Berdasarkan asumsi penulis pemberian terapi herbal yang bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah salah satunya adalah dengan terapi

pemberian perasan labu siam dikarenakan labu siam dapat mengendalikan

tekanan darah hal ini karena labu siam mengandung kalium yang tinggi dan

labu siam memiliki efek antihipertensi


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi yang diperoleh dari tanggal 15-19 Mei 2023 pada Berdasarkan

hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners tentang Asuhan Keperawatan

Komunitas Dengan Pemberian Terapi Perasan labu siam dalam Upaya

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di RT 01, 02,

03, 04, 05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji dari

tanggal 15-20 Mei 2023 dapat diambil kesimpulan :

1. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik

yaitu lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. Hipertensi

merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan implikasi-implikasi

tertentu.

2. Pengkajian dilakukan dengan Penyebaran kuesioner dilakukan selama 3 hari

03-05 Mei tanggal dan dilaksanakan di RT 01, 02, 03, 04, 05 RW 08

Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji. Pada lansia didapatkan

hasil pengkajian tingginya penyakit hipertensi yang diderita lansia,

kegagalan dalam pencegahan serta pengobatan penyakit.

3. Dari hasil pengkajian yang dilakukan didukung dengan adanya data-data

yang memperkuat tegaknya suatu masalah keperawatan maka dapat

dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu Manajemen kesehatan tidak efektif

pada lansia di RT 01, 02, 03, 04, 05 RW 08 Kelurahan Korong Gadang

Kecamatan Kuranji.

4. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada lansia yaitu

Manajemen kesehatan tidak efektif, penulis akan membuat rencana

103
104

keperawatan yang terstandar dan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Intervensi yang diberikan adalah pemberian terapi perasan labu siam

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan orang lain.

5. Implementasi keperawatan terhadap lansia yang menderita hipertensi

dengan pemberian terapi perasan labu siam dilakukan sesuai dengan

intervensi yang ditetapkan. Implementasi yang diberikan selama 7 hari

mulai dari pendidikan kesehatan sampai dengan terapi perasaan labu siam.

6. Evaluasi yang penulis lakukan pada lansia berdasarkan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan didapatkan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan dan terapi non farmakologi pemberian terapi perasaan

labu siam bahwasanya rata-rata lansia sudah mengerti dan memahami

materi hipertensi dan sudah bisa melakukan terapi perasan labu siam secara

mandiri sesuai yang diajarkan dan dapat disimpulkan bahwa intervensi

pemberian perasan labu siam mampu digunakan dalam upaya penurunan

tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi RT 01, 02, 03, 04, 05

RW 08 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat dan Lansia

Bagi masyarakat khususnya lansia yang menderita hipertensi

diharapkan untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada lansia untuk

memanfaatkan terapi non farmakologi seperti pemberian terapi perasan labu

siam (sechium edule) dalam mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi

dan dilakukan secara teratur, sehingga program tetap berjalan sesuai rencana

tindak lanjut yaitu intervensi pemberian terapi perasan labu siam (sechium

edule).
105

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan hasil Karya Tulis Ilmiah Ners ini dapat menambah

wawasan mahasiswa serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang

asuhan keperawatan khususnya pemberian pendidikan kesehatan terhadap

lansia terkait pemberian terapi perasan labu siam (sechium edule untuk

menurunkan tekanan darah tinggi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi tambahan literature di pustaka sebagai masukan dan

perbandingan untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan evidence

based dalam pemberian asuhan keperawatan dengan hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Aini,M.Nur. 2015. Dahsyatnya Herbal dan Yoga. Prambanan Yogyakarta : Real


Books.

Alifariki,L.O. (2017). Analisis Faktor Determinan Proksi Kejadian Hipertensi Di


Poliklinik Interna BLUD RSU Provinsi Sulawesi Tenggara. Medula:
Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas HaluOleo,3(1),152622

Amalia, W. (2021). Pengaruh Pemberian Teh Hijau Terhadap Tekanan Darah


Pada Pasien Hipertensi: Systematic Literature Review. UNKNOWN

Ananto, d. P. (2017). Pengaruh Massage Teknik Effleurage Terhadap Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Kalirejo Kabupaten Purworejo.

Anna, (2011)

Apriani,D. (2020). Pengaruh Ekstrak Labu Siam (Sechium Edule) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah dan Kadar Aldosteron Pada Ibu Postpartum
Dengan Hipertensi

Azizah, a. N., & Maryoto, M. (2022). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Hipertensi Di Ppslu Dewanata Cilacap. Jurnal Inovasi
Penelitian, 3(4), 5709-5712
.
Azizah, f., & sari, e. T. (2017). Penyuluhan Dan Pemeriksaan Gula Darah, Asam
Urat Dan Tekanan Darah Bagi Lansia Pada Kegiatan Posyandu Lansia Rw
2 Kelurahan Bulak Banteng.

Chayatin, (20I5)

Dire,G.F.2007. Evaluation of the biological Effects of a Naural Extract of


Chayotte (Sechiumedule) : A Radiolabeling Analysis. IJNM. Diakses
tanggal 3 Maret 2016. Tersedia di http://www.pjbs.org/pjnonline/fin
134.pdf

Djaelani (2012). Pengaruh sari buah labu siam terhadap perubahan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi di PSTW Budhi Luhur Kasongan
Bantul.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AISYIYAH : Yogyakarta.

(Efendi, 2018).

(Erfiana, 2015)

Yanti,E.(2017).Pengaruh Pemberian Perasan Labu Siam (Sechium Edule)


Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika,8(1), 79–86
Fauziahetal., (2019)

(Fauziningtyas & Ristanto,2020) Fauziningtyas,R.,& Ristanto,A.C.A. (2020).


Effectiveness of consumption sechium edule on decreasing blood pressure
in elderlywith hypertension incoastal area. IOPConferenceSeries:Earth
andEnvironmentalScience,519(1), 12005

Fitriani, (2018) Pengaruh pemberian seduhan camelliasinensis terhadaptekanan


darah pada lansia dengan hipertensi di posbindu anyelir kampung
pakulonan kabupaten Tangerang.Edu Dharma Journal: JurnalPenelitian
Dan Pengabdian Masyarakat,4(2),87–99

Flora Sijabat,, Masriati Panjaitan (2021)

(Harnilawati, 2013)

Hastuti,H.,&Mardiana,E.(2020).TheEffectofChayoteJuice (Sechium Edule)


toReduceBloodPressurein Elderly with Hypertension. 1st International
Conference on Community Health (ICCH 2019), 256–259.

Indriyani,Y.W.I.,&Komala,G.M. (2020). Pengaruh Pemberian Labu Siam


Berimplikasi Terhadap Tekanan Darah Ibu Hamil Dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka. journal of
Midwifery Care,1(1). https://ejournal.stikku.ac.id/index.p

Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas.

Mubarak&Chyatin , (2013)

Mubarak, dkk. (2016). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Konsep dan Aplikasi.

Nies & McEwen, (2013).

Nisya (2017). Metodologi penelitian keperawatan, yogyakarta : pustaka baru

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Yogyakarta:
mediaction.

Nugroho, Wahyudi. (2018). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: AGC.

Nurjannah (2014) Jurnal Efektivitas Kombinasi Terapi Kukusan Labu Siam dan
Senam Stroke terhadap PenurunanaTekanan Darah Pada Pasien dengna
Hipertensi

Stanhope & Lancaster (2016)


Pemerintah Republik Indonesia (2018) konsep Keperawatan dasar keperawatan.
Kedokteran: EGC

Permadi,Adi (2008). Ramuan Herbal Penumpas Hipertensi.Jakarta: Pustaka


Bunda

(Ratnawati, 2019)

Rifai, M., & Safitri, D. (2022). Edukasi Penyakit Hipertensi Warga Dukuh
Gebang Rt 04/Rw 09 Desa Girisuko Kecamatan Panggang Kabupaten
Gunung Kidul. Budimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 412-417.

Ristanto, (2017). Efektivitas Konsumsi Labu Siam (Sechium Edule) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi diKelurahan Karang
Poh Surabaya.Universitas Air langga.

Siagian & Tukatman, (2021). Analisis Bibliometrik Penelitian Pengobatan Herbal


Penderita Hipertensi diIndonesia Menggunakan VOS-Viewer. Jurnal
Keperawatan Silampari, 5(2), 764–771

Sudayasa etal., (2020), Sudayasa, I. P., Alifariki, L. O.,


Rahmawati,Hafizah,I.,Jamaludin,

Milasari,N.,Nisda,&Usman,A.N.(2020).Determinantjuvenileblood
pressurefactorsincoastalareasof Sampara district in Southeast Sulawesi.
Enfermeria Clinica, 30(Supplement 2),585-588.doi:
10.1016/j.enfcli.2019.07.167. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.201 9.07.167

Sukurni, (2022) Analisis Bibliometrik Penelitian Pengobatan Herbal Penderita


Hipertensi diIndonesia Menggunakan VOS-Viewer. Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(2), 764–771

Senja & Prasetyo, (2019)

Sijabat, Flora, and Masriati Panjaitan. (2021). “Pemberian Kukusan Labu Siam
Pada Penderita Hipertensi Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia.”
Abdimas Mutiara 2:188–95.

Stanhope and Lancaster, (2010)

Stanhope & Lancaster (2016)

Yanti, Etri, and Ratna Indah. (2018). “Pengaruh Pemberian Perasan Labu Siam
(Sechium Edule) Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
(Effect Of Chayote Juice On Blood Pressure In Patients With
Hypertension).” Jurnal Kesehatan Medika Saintika 8(1):79–86.

Anda mungkin juga menyukai