Anda di halaman 1dari 69

GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANJUT

USIA YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH


KP.PISANGAN RT.005 RW.003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN
UTARA KAB.BEKASI

KARYA TULIS ILMIAH

REGITA CAHYANI
0432950117038

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-3


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
BEKASI TAHUN 2020
GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANJUT
USIA YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005 RW.003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN
UTARA KAB.BEKASI

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya keperawatan

REGITA CAHYANI
0432950117038

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-3


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
BEKASI TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANJUT
USIA YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005 RW.003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN
UTARAKAB.BEKASI”
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi syarat untuk dapat memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan di STIKES Bani Saleh Bekasi.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta do’a kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

a) Ibu Dr.Shintha Silawati,S.Kp.,MSc, sebagai pembimbing I yang senantiasa


membimbing, mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
b) Ibu Ponirah.,S.Kep.,Ns.,M.Kes , sebagai pembimbing II yang telah
memberikan masukan guna perbaikan Karya Tulis Ilmiah.
c) Bapak Ns. Amzal Mortin Andas, M.Kep selaku penguji Karya Tulis Ilmiah
d) Bapak Dr.Ir.Mursyid Ma’sum,M.AGr selaku Ketua Stikes Bani Saleh.
e) Ibu Ns.Puji Astuti,M.Kep.,Sp.Kep.MB sebagai ketua jurusan keperawatan
f) Bapak Muftadi,S.kep,Ners.M.Kes sebagai Ketua Prodi Studi D-3
Keperawatan STIKES Bani Saleh Bekasi.
g) Seluruh dosen dan staf akademik STIKES Bani Saleh Bekasi
h) Ibu Eva dan Bapak Wawan selaku Staff dan ka sie. di perpustakaan STIKES
Bani Saleh yang selalu memberikan sumber-sumber terbaru dan motivasi
kepada penulis.
i) Ayah, Umi, dan Saudara-saudaraku yang selalu memberikan dukungan moral
dan material serta mendo’akan sehingga penulis sampai keperguruan tinggi
dalam meraih cita-cita yang di inginkan..
j) Teman-teman seperjuangan D-3 Keperawatan angkatan 2017 STIKES Bani
Saleh yang selalu bersama-sama menggoreskan kenangan yang indah.

vii
PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
Karya Tulis Ilmiah, 23 Juni 2020

GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANJUT


USIA YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005 RW.003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN
UTARA KAB.BEKASI

Regita Cahyani, Shintha Silaswati, Ponirah

ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi di
dunia. Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat ke dua dari 34 provinsi di
Indonesia dengan angka kejadian hipertensi yang tinggi. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang ringan. Gejala dan keluhan
mungkin dapat diabaikan. Namun, perlu diketahui bahwa Hipertensi merupakan
faktor risiko utama dari penyakit jantung dan Stroke. Tujuan studi kasus adalah
memperoleh gambaran secara nyata dalam pemberian terapi pijat reflexi kaki
terhadap penurunan tekanan darah pada lanisa yang menglami hipertensi di
wilayah kp.pisangan rt.005 rw.003. Studi kasus dengan rancangan deskriptif,
jumlah subyek yaitu 3 orang dengan kriteria pralansia&lanjut usia. Tidak ada luka
lecet dan luka terbuka dibagian kaki. Subyek diberikan intervensi pijat reflexi kaki
sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari. Pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan sphygmomanometer manual dan diobservasi. Hasil studi kasus
menunjukan tekanan darah mengalami penurunan dan kenaikan pada subyek 1,2
dan 3. Nilai penurunan pada subyek 1 sistolik dan diastolik yaitu dengan selisih
penurunan 1 sampai 30 . Pada subyek 2 nilai kenaikan tekanan darah systolic dan
diastolic dengan selisih kenaikan 1 sampai 20. Pada subyek 3 nilai penurunan
pada tekanan darah systolic dengan selisih penurunan 1 sampai 10 sedangkan
diastolic menglami tetap. Kesimpulan dari studi kasus ini, pijat reflexi kaki
mampu menurunkan tekanan darah jika subyek dalam keadaan rileks.

Kata Kunci: Hipertensi, Pijat Reflexi Kaki, Tekanan Darah

Daftar Pustaka: 1Buku, 8 Artikel (2014-2019)

ix
D-3 Nursing Study Program
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE BANI SALEH
Scientific Papers, June 23, 2020

DESCRIPTION OF THE REFLEXI THERAPY AT THE FURTHER AGE THAT


EXPERIENCES HIGH BLOOD PRESSURE IN THE REGION OF KP.
PISANGAN RT. 005 RW. 003 DESA. SATRIA MEKAR KEC. TAMBUN UTARA
KAB. BEKASI

Regita Cahyani, Shintha Silaswati, Ponirah

ABSTRACT

Hypertension is one of the most common cardiovascular diseases in the world.


West Java Province was ranked second out of 34 provinces in Indonesia with a
high incidence of hypertension. Hypertension or high blood pressure cannot be
considered a mild disease. Symptoms and complaints may be ignored. However,
please note that hypertension is a major risk factor for heart disease and stroke.
The purpose of the case study is to obtain a real picture in the administration of
foot reflexology massage therapy to reduce blood pressure in lanisa who
experience hypertension in the area of kp.pisangan rt.005 rw.003. Case study with
descriptive design, the number of subjects is 3 people with pralance & elderly
criteria. There were no blisters and open sores on the legs. Subjects were given
foot reflexion massage intervention 3 times a day for 7 days. Measurement of
blood pressure using a manual sphygmomanometer and observed. The results of
the case study showed a decrease in blood pressure and an increase in subjects 1,2
and 3. The value of the decline in subjects 1 was systolic and diastolic, with a
difference between 1 to 30. In subject 2 the value of systolic and diastolic blood
pressure increases with a difference in increase of 1 to 20. In subject 3 the value of
systolic blood pressure decreases with a difference of 1 to 10 while the diastolic
experiences constant. The conclusion of this case study, foot reflexology massage
can reduce blood pressure if the subject is relaxed.

Keywords: Hypertension, foot reflexology massage, blood pressure

Bibliography: 1 Books, 8 article (2014-2019)

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul Cover.........................................................................................................


Halaman Judul lembar kedua....................................................................................i
Halaman Persetujuan...............................................................................................ii
Halaman Pengesahan..............................................................................................iii
Halaman Pernyataan bebas Plagiat..........................................................................iv
Halaman Pernyataan Orisinalitas..............................................................................v
Pernyataan Kesediaan Publikasi.............................................................................vi
Kata Pengantar.......................................................................................................vii
Abstrak.....................................................................................................................ix
Daftar Isi.................................................................................................................xi
Daftar Tabel..........................................................................................................xiv
Daftar Gambar........................................................................................................xv
Daftar Lampiran....................................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum............................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................3
1.4.1 Untuk Insitusi Rumah Sakit.......................................3
1.4.2 Untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan.................3
1.4.3 Untuk Pasien/masyarakat...........................................4
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS.............................................................................5
2.1 Konsep Dasar Hipertensi.................................................................................5
2.1.1 Definisi Hipertensi.......................................................5
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi..................................................5
2.1.3 Penyebab Hipertensi....................................................5
2.1.4 Faktor-faktor Hipertensi..............................................6

xi
2.1.5 Komplikasi Penyakit Hipertensi..................................6
2.1.6 Perawatan Lansia Dengan Hipertensi..........................7
2.1.7 Definisi Lanjut Usia.....................................................8
2.1.8 Batasan-batasan Lanjut Usia.......................................8
2.2 Terapi Reflexi Kaki...........................................................................................9
2.2.1 Definisi Reflexi Kaki...................................................9
2.3.2 Manfaat Terapi Reflexi Kaki Pada Lansia.................10
2.3.3 Mekanisme Terapi Reflexi kaki terhadap hipertensi............................10
2.3.4 Reflexi Zona...............................................................10
2.3.5 Titik Atau Area Pijat Reflexi Kaki.............................12
2.3.6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Reflexi Kaki................................15
BAB 3 METODE STUDI KASUS......................................................................16
3.1 Desain Studi Kasus.........................................................................................16
3.2 Subyek Studi Kasus........................................................................................16
3.3 Fokus Studi Kasus..........................................................................................16
3.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus...................................................................16
3.5 Alat dan Instrument Studi Kasus.................................................................16
3.6 Metode Pengumpulan Data...........................................................................17
3.7 Langkah Studi Kasus.....................................................................................17
3.7.1 Tahap Persiapan.......................................................17
3.7.2 Tahap Pelaksanaan...................................................18
3.7.3 Tahap Pelaporan.....................................................18
3.8 Pengolahan dan Analisa..............................................................................18
3.9 Penyajian Data.............................................................................................18
3.10 Etika Studi Kasus.........................................................................................18
BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN....................................20
4.1 Hasil Studi Kasus........................................................................................20
4.1.1 Gambaran Studi Kasus..............................................20
4.1.2 Gambaran Subjek/Pengkajian...................................21
4.1.3 Diagnosa Keperawatan.............................................21
4.1.4 Intervensi...................................................................21
4.1.5 Implementasi.............................................................22

xii
4.1.6 Evaluasi...............................................................................................24
4.2 Pembahasan................................................................................................26
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................29
5.1 Kesimpulan..................................................................................................29
5.2 Rekomendasi................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................................

xii
i
DAFTAR TABEL

2.1.3 Batas-batasan Usia Lanjut.................................................................5


2.1.5 Klasifikasi Hipertensi..........................................................................6

xiv
DAFTAR GAMBAR

2.3.5 Titik Atau Area Pijat Reflexi Kak….............................................12

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi
Reflexi Kaki
Lampiran 2 Lembar Informasi Subyek
Lampiran 3 Pernyataan Subyek Mengikuti Studi Kasus (INFORMED CONSENT)
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Reflexi Kaki
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 7 Form Screening Fungsi Kognitif
Lampiran 8 Lembar Observasi Tekanan Darah Selang Waktu
Lampiran 9 Surat Lolos Etik

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan World Health Organization (WHO 2018) Menunjukan bahwa
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya
diseluruh dunia karena Hipertensi merupakan faktor resiko utama yang
mengarah kepada penyakit Kardiovaskuler seperti Serangan Jantung, Gagal
Jantung, Stroke dan penyakit Ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
Jantung Iskemik dan Stroke menjadi dua penyebab kematian utama dunia.
(Arum, 2019)
Angka penderita Hipertensi diwilayah Asia Tenggara terdapat sekitar
sepertiga juta jiwa. Indonesia salah satu negara diwilayah Asia Tenggara
dimana mempunyai angka prevalensi Hipertensi yang tinggi, dan meningkat
dari tahun ke tahun (Kemenkes, 2014). Penderita Hipertensi pada tahun 2018
sebanyak 39,1% hal ini meningkat dari tahun 2013 dengan angka 26,5%
Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat ke dua dari 34 provinsi di Indonesia
dengan mengalami angka Hipertensi yang tinggi (Riskesdas, 2018).
Saat ini mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi
peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah
lansia. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta
jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun
2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2
juta jiwa (15,77%).
Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi suatu peningkatan tekanan darah
melebihi batas normal. Khusus untuk guideline JNC VIII usia <60 tahun target
kendali tekanan darah adalah sama yaitu <140/90 mmHg dan usia >60 tahun
adalah <150/90 mmHg. (Joint National Committee VIII.2016)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang
ringan. Gejala dan keluhan mungkin dapat diabaikan. Namun, perlu diketahui
bahwa Hipertensi merupakan faktor risiko utama dari penyakit jantung dan
Stroke. Penyakit Hipertensi juga disebut sebagai “The Silent diasease” karena
tidak dapat dilihat dari luar. (Darlimartha, 2010).

1
Berdasarkan literature terdapat berbagai terapi nonfarmakologis yang
disarankan sebagai terapi pendamping terapi medis disebut juga dengan terapi
alternatif dan terapi komplementer. National Center Complementary and
Alternative Medicine (NCCAM) menyebutkan terapi komplementer adalah
sekelompok perawatan kesehatan, praktek, dan produk yang saat ini tidak
dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensial. (Synder & Lindquist,
2010)
Pijat refleksi merupakan suatu metode meminjat titik-titik tertentu pada
tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu
diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling popular adalah untuk
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lain nya adalah mencegah berbagai
penyakit, membantu mengatasi stress, mengingankan gejala Migran,
membantu menyembuhkan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan
terhadap obat-obatan.tehnik-tehnik dasar yang sering dipakai dalam pijat
refleksi diantaranya :tehnik merambat ibu jari, memutar tangan dan kaki pada
satu titik, serta tehnik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan berupa
tekanan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat memacarkan gelombang
relaksasi keseluruh tubuh (Hartutik & Suratih, 2017)
Bentuk terapi yang digunakan yaitu refleksi. Refleksi merupakan salah satu
massage therapy yang menyembuhkan hampir semua penyakit, serta
merupakan terapi yang aman dan tanpa efek samping (Aspiana & Syaifudin,
2014)
Hasil penelitian Nugroho (2013) menyatakan bahwa pijat refleksi kaki
dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita
Hipertensi. apabila terapi tersebut dilakukan secara teratur bisa menurunkan
tekanan darah pada lansia, dan menurunkan kadar hormone kortisol dan
menurunkan kecemasan, sehingga akan berdampak pada penurunan tekanan
darah dan perbaikan fungsi tubuh. Dengan terapi pijat refleksi, daya tahan
tubuh meningkat sehingga stamina tubuh pun juga meningkat. Penangan
Hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis atau dengan obat anti
Hipertensi dan non farmakologis yaitu dengan memodifikasi gaya hidup
(Septiari & Restuning, 2017)

2
Uraian fakta di atas mendorong penulis untuk melakukan studi kasus tentang
terapi pijat reflexi kaki pada pasien hipertensi membuat penulis merasa tertarik
untuk mencoba menerapkan terapi pijat Reflexi kaki pada pasien hipertensi untuk
menilai tekanan darah pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi
kasus tentang bagimana gambaran terapi reflexi kaki pada lanjut usia yang
mengalami tekanan darah tinggi di wilayah Kp.Pisangan Rt.005 Rw.003
Desa.Satria Mekar Kec.Tambun Utara Kab.Bekasi. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa terapi reflexi kaki bepengaruh dalam menurunkan tekanan darah.”
1.3 Tujuan Penelitian
Memperoleh gambaran secara nyata dalam penerapan pijat reflexi kaki
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lansia yang mengalami
hipertensi di wilayah Kp.Pisangan Rt.005 Rw.003 Desa.Satria Mekar
Kec.Tambun Utara Kab.Bekasi.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Insitusi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu
pengetahuan bagi perkembangan insitusi rumah sakit untuk pengembangan
terapi pijat reflexi kaki pada pasien Hipertensi untuk menurunkan tekanan
darah tinggi.
1.4.2 Untuk Profesi Keperawatan
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi
pengembangan ilmu keperawatan yang dapat disosialisasikan dikalangan
institusi keperawatan.
1.4.3 Untuk Pasien
Penulis berharap hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan
subyek agar dapat mengetahui bagaimana cara lain untuk menurunkan
tekanan darah.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Hipertensi


2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan
nutrisi. Tekanan darah tinggi pada usia >60 tahun dengan sistolik >150
mmHg atau diastolic > 90 mmHg. (Joint National Committee VIII.2016)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang
ringan. Gejala dan keluhan mungkin dapat diabaikan. Namun, perlu
diketahui bahwa hipertensi merupakan faktor risiko utama dari penyakit
jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai “the silent
disease” karena tidak dapat dilihat dari luar.(Umamah & Paraswati, 2019)
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi pada lansia menurut The Joint National Committee
(JNC) VIII 2013:
Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99


Hipertensi derajat II >160 >100
Hipertensi derajat III >180 >110
Sumber : (JNC VIII,2013)
2.1.3 Penyebab Hipertensi
Menurut (Ramanto Saputra et al., 2017) hipertensi menjelaskan tentang
penyebab hipertensi diantaranya menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer) yaitu hipertensi yang tidak atau belum
diketahui penyebabnya tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,obesitas, merokok dan
stress.dan menyebabkan perubahan pada jantung dan pembuluh darah.

4
b. Hipertensi Sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan atau sebagian
akibat dari adanya penyakit lain dan biasanya penyebabnya sudah
diketahui seperti penyakit ginjal dan kelainan hormonal atau pemakian
obat tertentu.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi menurut (Wahyuningsih &


Astuti, 2016) di antara lain sebagai berikut:

a. Genetik: respon nerologi terhadap stress atau kelainan ekresi atau


transport Natrium.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi mengakibatkan


tekanan darah meningkat.

c. Stress lingkungan.

2.1.5 Komplikasi penyakit hipertensi


Menerut (Umamah & Paraswati, 2019) komplikasi hipertensi dapat
menyebabkan sebagai berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi diotak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak mengalami arteosklerosis dapat menjadi
lemah. sehingga meningkatkan kemungkinan terbentukya aneurisma.
Gejala tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang
binggung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau
lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.
b. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron

5
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan
terkumpul diparu, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan
didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Junaedi et al., 2013) Hipertensi
dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan
mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi
kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan
gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke.
b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan.
c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark
jantung)
d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.
2.1.6 Perawatan Lansia Dengan Hipertensi
Konsep proses keperawatan. Bahwa proses keperawatan ada 5 tahap
dianatara nya yaitu: Pengkajian,Diagnosa,Intervensi,Implementasi dan
Evaluasi. Penelitian studi kasus ini penulis mengkhususkan pada intervensi
keperawatan tindakan komplementer yaitu dengan pijat reflexi kaki.

6
2.1.7 Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) dengan umur 60 tahun keatas merupakan suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari dimana umur manusia sebagai mahluk
hidup terbatas oleh suatu aturan alam. Resiko yang dapat muncul dalam
masa penurunan yang sangat erat hubungan nya dengan proses menua antara
lain : gangguan sirkulasi seperti Hipertensi,Persendian seperti Osteoporosis
(Sari et al., 2014)
Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status
kesehatan fisik. Tentang proses menua menunjukan hal yang sama.status
kesehatan lansia yang menurun seiring dengan bertambahnya usia akan
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Bertambahnya usia akan diiringi
dengan timbulnya berbagai penyakit seperti penurunan fungsi tubuh,
keseimbangan tubuh dan risiko jatuh
Kesimpulan dari beberapa definisi Hipertensi yang diatas yaitu tekanan darah
tinggi adalah meningkatnya tekanan darah yang terjadi pada pembuluh darah yaitu
pada usia >60 tahun dengan sistolik >150 mmHg atau diastolic > 90 mmHg. Akan
mengakibatkan faktor risiko utama yaitu penyakit kardiovaskuler aterosklerotik,
gagal jantung, stroke dan merusak ginjal.

2.1.8 Batasan-batasan Usia Lansia


Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda. Menurut
WHO 2009 ada 4 tahap batasan umur yaitu usia:

Pertengahan (middle age) Antara umur 45-59 tahun


Usia Lanjut ( elderly) Antara umur 60-74 tahun
Usia lanjut Usia (old) Antara umur 75-90 tahun
Usia Sangat Tua (very old) Diatas 90 tahun

2.2 Terapi Reflexi Pada Kaki


2.2.1 Definisi Reflexi Kaki
Reflexi merupakan metode untuk melancarkan kembali aliran darah. Adanya
pijatan-pijatan terhadap titik sentrarefleks diharapkan terputusnya aliran
darah, penyempitan, penyembutan pada pembuluh darah menjadi normal.

7
Pemijatan/penekanan pada titik-titik sentrarefleks jantung hypertension
point akan merangsa impuls syaraf bekerja pada sistem syaraf autonomic
cabang dari parasimpatik. Pemijatan/penekanan dengan irama yang teratur
pada kaki akan merefleksi pada organ-organ yang bersangkutan,
menstimulasi syaraf tepi melalui alur-alur persyarafan menuju sistem syaraf
pusat dan sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek refleksi dan tubuh
dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembulu darah dapat mengembalikan fungsi dan
mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (Sari et al.,
2014)

2.3.2 Manfaat Terapi Reflexi kaki Pada Lansia.

pijat refleksi yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah salah


satunya yaitu dengan pijat kaki. Namun studi-studi sebelumnya
mengemukakan hasil yang berbeda-beda terkait durasi pijat kaki, waktu
yang tepat untuk dilakukan pengukuran tekanan darah dan perubahan
tekanan darah itu sendiri, sehingga dalam ulasan sistematik ini bertujuan
untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan non-farmakologis pijat kaki
yang berdampak pada pengaturan tekanan darah baik pada pasien hipertensi
maupun pasien yang dirawat dengan gangguan kardiovaskuler lainnya untuk
melihat ketiga aspek tersebut yaitu : durasi pijat kaki, waktu pengukuran
dan perubahan tekanan darah. (Anwar et al., 2019)

2.3.3 Mekanisme Terapi Reflexi kaki terhadap hipertensi

Pijat meningkatkan kadar hormon dopamin dan serotonin, yang


menyebabkan relaksasi otot mempetahankan suplai darah dan getah bening
kemudian meningkatkan respon refleks baroreseptor yang mempengaruhi
penurunan aktivitas sistem simpatis dan meningkatkan sistem saraf
parasimpatis. Mekanisme ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi sitemik
dan penurunan kontraktilitas otot jantung, selanjutnya mempengaruhi
terjadinya penurunan kecepatan denyut jantung, curah jantung dan volume

8
sekuncup yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tekanan darah
(Septiari & Restuning, 2017)

2.3.4 Refleksi Zona


Ketika manusia beraktivitas, organ dan sistem vegetasi tubuh bekerja
menjalankan fungsi dengan semestinya karena adanya Qi atau energi vital.
Dalam tubuh, energi vital ini harus beredar pada jalurnya dengan leluasa,
secara terus menerus tanpa adanya hambatan selama kita hidup. Di
permukaan tubuh manusia terdapat sejumlah zona refleksi yang
berhubungan dengan organ–organ atau sistem organ tertentu yang dipelihara
oleh segmen sumsum tulang. Memanaskan, mendinginkan, atau memijat di
sebuah zona refleksi akan melancarkan peredaran energi vital atau Qi pada
organ atau sistem organ tertentu yang berhubungan dengan zona refleksi
tersebut.
Terapi pijat refleksi zona (TPRZ) adalah cara mengatasi gangguan
kesehatan dengan cara memijat titik atau area refleksi tertentu pada tubuh
manusia sesuai dengan zonanya. Pemijatan di sebuah zona akan
melancarkan aliran energi vital yang mengalir di zona tersebut. Manusia
akan sehat jika energi vital berada dalam keadaan seimbang dan mampu
mengalir sempurna tanpa hambatan.
1) Zona Longitudinal
Dr. William Fitzgerald Crawford, seorang konsultan THT, lahir di kota
Middletown, mulai tertarik terhadap berbagai terapi tekan pada awal
tahun 1900- an sewaktu belajar di Inggris dan Eropa. Tahun 1917 Dr.
William Fitzgerald Crawford menerbitkan buku berjudul Zone Therapy.
Dia menggambarkan bahwa tubuh dapat dibagi menjadi 10 zona
longitudinal dan dalam zona tersebut mengalir energi yang
menggabungkan bagian–bagian tubuh yang berada dalam zona yang
sama. Sumbatan atau hambatan energi dalam suatu zona dapat
mempengaruhi bagian– bagian tubuh yang berbeda yang berada dalam
zona yang sama. Tekanan atau pijatan di satu zona dapat membantu
menghilangkan sumbatan dan melancarkan aliran energi pada zona
tersebut. Dr. William Fitzgerald Crawford juga mengunakan metode pijat

9
ini untuk mengurangi rasa nyeri yang berfungsi sebagai anastesi. Dalam
teori zona longitudinal ada lima zona di setiap sisi tubuh. Zona itu
meliputi segmen pada tubuh, depan–belakang, meluas dari ujung kaki
sampai ke kepala dan otak. Dari ujung jari kaki ditarik garis sejajar
dengan ujung jari tangan yang sama. Setiap satu level tubuh mempunyai
lebar yang sama.
Lima zona tersebut adalah sebagai berikut.
1. Zona 1: dari ujung ibu jari kaki melewati tungkai dan tubuh ke kepala
dan otak, kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung ibu jari
tangan.
2. Zona 2: dari ujung jari kaki kedua melewati tungkai dan tubuh ke
kepala dan otak kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung jari
telunjuk tangan.
3. Zona 3: dari ujung jari kaki ketiga melewati tungkai dan tubuh ke
kepala dan otak, kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung
jari tengah tangan.
4. Zona 4: dari ujung jari keempat kaki melewati tungkai dan tubuh ke
kepala dan otak, kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung
jari manis tangan.
5. Zona 5: dari ujung jari kelima kaki melewati; sisi luar tungkai kaki
dan tubuh ke kepala dan otak, kemudian ke bawah tepi luar lengan
terus menuju ujung jari kelingking tangan. Khusus pada ibu jari,
penampang dari setiap ibu jari pun dibagi menjadi 5 zona atau bagian
yang sama besar.

1
2.3.5 Titik atau Area Pijat Reflexi Kaki
Berdasarkan buku panduan KemenDikBud (2015) titik atau area pijat refleksi
kaki secara umum yaitu sebagai berikut:

Gambar 4. Titik atau area Pijat refleksi di


telapak kaki, punggung dan samping kaki (KemenDikBud, 2015)

1) Kepala (otak) 22) Ginjal 7. Organ keseimbangan


2) Dahi (Sinus) 23) Ureter 8. Dada
3) Otak Kecil 24) Kandung kemih 9. Diafragma
4) Hyphophyse/Pituitary 25) Usus halus 10. Tonsil
5) Pelipis Kiri/kanan 26) Usus buntu 11. Rahang bawah
6) Hidung 27) Katub ileo sekal 12. Rahang atas
7) Leher 28) Colon ascendens 13. Tenggorokan&saluran
8) Mata 29) Colon Transversal napas
9) Telinga 30) Colon decendens 14. Kunci paha
10) Bahu 31) Rectum 15. Rahim atau testis
11) Otot Trapezius 32) Anus 16. Penis atau vagina atau
12) Kelenjar tiroid 33) Jantung saluran kencing
13) Kelenjar paratiroid 34) Limpa 17. Dubur atau wasir
14) Paru-paru & Bronkus 35) Lutut 18. Tulang leher
15) Lambung 19. Tulang punggung
16) Duodenum 1. Kelenjar reproduksi 20. Tulang pinggang
17) Pangkreas 2. Mengurangisakit perut 21. Tulang kelangkang
18) Hati 3. Sendi pinggul 22. Tulang tungging
19) Kantung empedu 4. Kelenjar getah bening atas tubuh 23. Tulang tungging
20) Solar Pleksus/diafragma 5. Kelenjar getah bening bagian 24. Tulang belikat
21) Kelenjar adrenal perut 25. Sendi siku
6. Kelenjar getah bening bagian 26. Tulang rusuk
dada 27. Pinggul
28. Lengan

1
Keterangan :
a) Tehnik Pijat Dasar
Pijat Refleksi Kaki adalah manipulasi dari struktur jaringan lunak yang dapat
menenangkan serta mengurangi stress psikologis dengan meningkatkan
hormon morphin endogen seperti endorphin, enkefalin dan dinorfin (Best et
al, 2008). Menurut Ariyani (2017) terdapat lima tehnik dasar, yaitu:
a. Mengusap (efflurage/Strocking), merupakan gerakan mengusap dengan
menggunakan telapak tangan, dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri
pemijatan. Manfaat gerakan mengusap adalah merelaksasikan otot dan ujung-
ujung syaraf.
b. Meremas (petrisage), yaitu gerakan memijit atau meremas dengan
menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Gerakan ini bermanfaat
untuk melancarkan suplai darah ke otot yang sedang dipijat
c. Menekan (Friction), merupakan gerakan melingkar kecil-kecil dengan
penekanan yang lebih dalam menggunakan jari, ibu jari, dan siku tangan.
Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas sel-sel tubun sebingga
aliran darah lebih lancer, dan juga dapat meredakan rasa sakit.
d. Menggetar (vibration), adalah geakan pijat dengan menggetarkan bagian
tubuh dengan menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan, bertujuan
untuk memperbaiki/memulihkan dan mempertahankan fungsi saraf dan otot.
e. Memukul (tapotement), merupakan gerakan menepuk atau memukul yang
bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan secara
bergantian. Gerakan memukul bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot
saat stimulasi.
c. Prosedur Pijat Refleksi Kaki
Menurut KemenDikBud (2015), Sebelum dilakukan pemijatan pada kaki,
terapis harus hafal semua letak titik/ area pijat refleksi. Pelaksanaan pijat
refleksi harus memperhatikan urutan sebagai berikut:
36. Mempersiapkan otot dan tubuh klien untuk diterapi. Otot dan tubuh klien
belum sepenuhnya siap untuk dipijat. Urutan urutan pemijatan selalu dimulai
dengan teknik peregangan dan relaksasi otot yang bertujuan agar klien siap
untuk dipijat dan mencegah terjadinya cedera otot.

1
37. Memberikan hasil pijat yang maksimal. Pemijatan di titik atau area pijat
reflekis tertentu akan menajdi lebih efektif jika didahului dengan pemijatan
pada titik/area yang hasilnya akan merangsang titik/area pijat refleksi
sesudahnya. Misalnya, titik hipofisis, jika dipijat, akan menghasilkan hormon
– hormon yang merangsang kinerja kelenjar tiroid, paratiroid, adrenal.
38. Urutan urutan Pemijatan :
1) Memulai proses pemijatan dengan berdoa
2) Persiapan. Persiapan bisa dilakukan dengan merendakm kaki klien
menggunakan air hangat dengan garam dapur selama kurang lebih 10
menit, dan cuci tangan dengan bersih sesuai SOP cuci tangan terapi
3) Setelah itu, seka dengan handuk bersih dan semprot dengan alcohol 70%
dan lakukan peregangan dan relaksasi otot kaki klien dengan cara
mengusap, meremas, menekan/memijat, menggetar, menepuk serta
meregangkan otot tungkai bawah klien. Pemijatan ini dilakukan dengan
mengoleskan minyak pijat beraroma (minyak zaitun)
4) Pijat dengan titik pembukaan, semua sistem dan organ dikendalikan oleh
otak dan sistem saraf. Oleh karena itu, titik yang dipilih adalah titik untuk
stimuli sistem saraf yaitu titik nomor 1, 3, 4, 5, dan 53 sampai 58
5) Lakukan pemijatan pada titik wajib. Area titik wajib meliputi titik
detoksifikasi (34, 22, 23,24, 51, 28, 29, 30, 31, 32), titik pemeliharaan
saraf dan metabolism tubuh pada area 12 dan 13, titik pencernaan (15, 16,
17, 8, 19, dan 25), titik relaksasi (2 dan 20), dan titik suplemen pada area
21.
6) Titik terapi, titik yang dipilih sesuai dengan keluhan klien, jika sudah
termasuk titik pada langkah (c & d), tidak perlu dipijat lagi.
7) Titik penutupan, titik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di titik
39, 40, dan 41. Jangan pijat area tersebut jika klien menderita gangguan
autoimun dan baru menjalani transplantasi organ
8) Pijat pendinginan berguna agar otot tidak memar, tehnik yang digunakan
untuk memijit dan mengurut adalah mengusap, meremas, menekan,
menggetar dan menepuk agar otot menjadi elastis dan tidak memar.
9) Memberikan saran kepada klien dan merapikan peralatan kembali

1
10) Bersihkan kaki pasien dan akhiri sesi pemijatan dengan
berdoa. Sumber : (Hendro & Yusti, 2015)
2.3.6 SOP (Standar Operasional Prosedur) pijat Reflexi Kaki (Lampiran 6)

1
BAB 3

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Studi Kasus


Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif analitik dalam bentuk
studi kasus yaitu memberikan gambaran penerapan metode terapi reflexi kaki
pada lansia yang mengalami hipertensi
3.2 Subyek Studi Kasus
Subyek dalam studi kasus ini adalah 5 orang pasien yang menglami tekanan
darah tinggi di wilayah kp.pisangan rt.005 rw.003 desa.satria mekar
kec.tambun utara. Dengan kriteria subyek, sebagai berikut:
1. Pasien kooperatif dan dapat berkomunikasi. Dengan menggunakan
Instrumen fungsi kognitif (SPMSQ)
2. Pasien lansia dengan penyakit degenerative.
1) Diabetes/CKD Usia <60 tahun sistolik <140 dan diastolic <90.
2) Tanpa Diabetes/CKD dengan usia >60 tahun sistolik <150 dan diastolik
<90. Usia <60 tahun sistolik <140 dan diastolic <90.
3. Pasien lansia dengan usia: a). 1 subyek dengan usia >60 tahun (Usialanjut)
b) 2 subyek dengan usia >45 tahun (Pra lansia)
4. Tidak ada luka lecet atau luka terbuka pada daerah telapak kaki kanan
maupun kiri.
5. Dan tidak memiliki masalah nyeri pada kaki (Rheumatoid)
6. Mengkomsumsi obat anti hipertensi setelah 6 jam
3.3 Fokus studi kasus
Fokus studi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah pemberian pijat
reflexi kaki pada pasien lansia yang mengalami Hipertensi (Tekanan Darah
Tinggi).
3.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus
Pelaksanaan studi kasus akan dilaksanakan pada tanggal 23 juni 2020
sampai dengan 28 juni 2020 dirumah warga kp.pisangan rt005 rw.003
desa.satria mekar.kec.tambun utara.

1
3.5 Alat dan Instrumen Studi Kasus
3.5.1 Alat studi kasus
1. Alat ukur tekanan darah spyghmomanometer manual
2. Alat untuk memijat (piring kecil, minyak zaitun/oil, handuk).
3. Instrumen studi kasus
4. Lembar skrining: untuk mengetahui subyek studi kasus.
5. Lembar identitas subyek untuk mengetahui identitas pasien.
6. Lembar informasi untuk mengetahui informasi terhadap pasien yang
mau menjadi subyek.
7. Lembar persetujuan: mengetahui persetujuan antara pasien dan penulis
untuk menjadi subyek dengan penulis.
8. Lembar protokol: prosedur kerja untuk melakukan tindakan kepada
subyek
9. Lembar observasi tekanan darah untuk mengetahui hasil dari tindakan
kepada subyek
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
langsung,wawancara,observasi dan dokumentasi hasil pemeriksaan tekanan
darah sebelum dan sesudah di berikan terapi reflexi kaki pada pasien
hipertensi.
3.6.1 Sebelum dilakukan Intervensi Reflexi kaki
Yaitu dengan menggunakan metode wawancara merupakan percakapan
dengan antara dua orang atau lebih terjadi antara pewawancara dan
narasumber. Dimana perawat menanyakan berbagai pertanyakan salah
satunya menggunakan instrument yaitu fungsi kognitif(SPMSQ). dan klein
mengkomsumsi obat antihipertensi dengan durasi obat 6jam ,setelah obat
beraksi akan dilakukan pengukuran tekanan darah klein dengan
spyghmomanometer manual dan hasil pengukuran akan didokumentasi
dilembar observasi.
3.6.2 Proses Intervensi Reflexi kaki
Pada saat dilakukan intervensi pijat reflexi pada kaki yaitu dengan
menggunakan metode secara langsung atau manual dimana melakukan

1
dengan jari tangan sendiri. dengan menggunakan Alat untuk memijat (piring
kecil, minyak zaitun/oil, handuk). Dengan durasi 30menit dengan 2kaki
kanan dan kiri pemijatan reflexi kaki ini sesuai Standar Oprasional Prosedur
(SOP). Dan peminjatan ini dilakukan 3kali selama 1 minggu pada hari
(selasa,kamis dan sabtu).
3.6.3 Sesudah dilakukan Intervensi Reflexi Kaki
Setelah dilukakan intervensi pijat reflexi pada kaki yaitu dengan
menggunakan metode observasi dimana metode ini merupakan aktivitas dari
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena. dengan durasi 30 menit klein akan
dilakukan pengukuran tekanan darah kembali dengan selang waktu 10
menit. Dan hasil pre-post akam didokumentasikan dilembar observasi
tekanan darah klein.
3.7 Langkah Studi Kasus
Langkah-langkah studi kasus yaitu sebagai berikut:
3.7.1 Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan studi kasus yaitu:
1) Menyusun proposal, bimbingan proposal, sidang proposal, setelah sidang
proposal melakukan revisian proposal, uji etik setelah uji etik melakukan
surat perizinan penelitian ke wilayah kp.pisangan rt.005 rw.003
desa.satria mekar kec.tambun utara.
2) Menyiapkan lembar observasi, lembar skrining, dan lembar informed
concent.
3) Menjelaskan maksud tujuan dan waktu studi kasus kepada pasien dan
meminta persetujuan untuk melibatkan pasien dalam melakukan studi
kasus.
3.7.2 Tahap Pelaksanaan
1) Setelah mendapatkan izin dari kepala desa satria mekar penulis
melakukan kordinasi dengan rt.rw setempat kemudian dibantu oleh ketua
rukun tetangga melakukan pendekatan ke subyek.

1
2) Setelah itu penulis melakukan skrining (skrining kegawatan kondisi,
penyakit penyerta, penggunaan obat, dan kriteria outcome) terhadap
calon subyek.
3) Penulis melakukan informed concent ke subyek yang eligible.
4) Kemudian kontrak waktu dengan subyek.
5) Penulis melakukan pengukuran tekanan darah sebelum memberikan
terapi.
6) Responden diberikan pijat refleksi kaki dengan metode manual selama 30
menit setiap perlakuan yang dilakukan selama 3 kali dalam 1 minggu
dengan selang 2 hari (selasa, kamis dan sabtu)
7) Setelah dilakukan pemijatan selama 1 minggu 3kali, klein dilakukan
pengukuran tekanan darah kembali dengan selang waktu 10 menit.
3.7.3 Tahap pelaporan
Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis data kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabel dan di analisis secara deskriptif analitik.
3.8 Analisa Studi Kasus
Analisa data dalam studi kasus ini akan dianalisis secara univarial yaitu
dengan menggambarkan hasil dari penerapan pijat reflexi kaki pada lansia
yang mengalami hipertensi. Data akan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel
distribusi frekuensi dan persentase. Selain itu data sebelum dan sesudah
intervensi akan disajikan dalam bentuk diagram batang.
3.9 Penyajian Data
Setelah dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil studi kasus, maka
data atau hasil studi kasus di sajikan dalam bentuk narasi atau table.
3.10 Etika Studi Kasus
1. Outonomy
Studi kasus ini subyek diberi kebebasan dalam memutuskan
kesediaannya untuk terlibat dalam penelitian secara sukarela dengan
menandatangani informed concent yang telah disediakan setelah semua
informasi dijelaskan kepada subyek.
2. Beneficience

1
Penulis melindungi subyek dari resiko yang mungkin muncul selama
menjalani terapi reflexi kaki, seperti perasaan tidak nyaman selama
terapi, segala resiko yang berkaitan dengan penulis menjadi tanggung
jawab penulis.
3. Confidentiality
Penulis menjaga kerahasiaan informasi pribadi subyek, seperti identitas
dengan tidak menuliskan nama, tetapi dengan menggunakan simbol
tertentu yang hanya dipahami oleh penulis dan tim sehingga subyek tidak
merasa khawatir. Kerahasiaan informasi yang diberikan sangat dijaga
oleh penulis. Semua catatan dan data subyek hanya digunakan untuk
keperluan analisis sampai laporan disusun.
4. Justice
Penulis ini tidak melakukan deskriminasi pada kriteria yang tidak relevan
saat memilih sampel penulis. Setiap subyek akan mendapatkan Terapi
Refelxi Kaki dengan protokol.
5. Non-Maleficence (do no harm)
Penulis selalu memonitor kemungkinan munculnya efek samping yang
timbul oleh terapi Reflexi Kaki Penulis juga selalu mengecek tekanan
darah ,sebelum dan sesudah terapi untuk mengantisipasi terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan mungkin ada saat penelitian.

1
BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


4.1.1 Gambaran Subyek Studi Kasus
Subyek pada studi kasus ini sebanyak 3 orang yaitu warga kp.pisangan rt.005/003
yang dipilih sesuai dengan kriteria subyek yang telah ditetapkan. Adapun subyek
tersebut yaitu:
Subyek 1
Subyek seorang perempuan berusia 80 tahun, sudah menikah,beragama Islam,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai IRT, subyek mempunyai anak 3
perempuan dan 2lelaki,subyek mempunyai cucu 5 dari anak2nya dan subyek
tinggal bersama anaknya yang terakhir bersama cucu&menantunya,subyek
mempunyai riwayat hipertensi selama 2 tahun. Dan mempunyai riwayat DM tipe
II selama 3 Tahun.
Subyek 2
Subyek seorang perempuan berusia 50 tahun, sudah menikah,beragama Islam,
pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai kuli gosok, subyek mempunyai anak
2lelaki dan 1 perempuan. Subyek tinggal bersama suami dan anak terakhirnya dan
subyek mempunyai riwayat hipertensi selama 1,5 Tahun dan tidak mempunyai
penyakit lain.
Subyek 3
Subyek seorang perempuan berusia 46 tahun, sudah menikah,beragama Islam,
pendidikan terakhir MTS, bekerja sebagai ibu rumah tangga,subyek mempunyai 2
anak lelaki yang belum menikah. subyek tinggal bersama keluarga dan mertua.
subyek mempunyai riwayat hipertensi selama 1 Tahun.
4.1.2 Gambaran Subjek/Pengkajian
1. Pengkajian Subyek Studi Kasus
a) Subyek 1
Pada tanggal 23 juni 2020 hari selasa,jam 15:00 Wib, subyek mengatakan
jarang memeriksakan diri ke puskesmas karena fasilitas kesehatan jauh dari
rumah, pada saat keluhan sudah hampir parah subyek baru memeriksakan
dirinya kepuskesmas ,subyek mengatakan kepalanya terasa berat padaa saat

2
pengkajian dan pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah subyek sistolik
160mmHg dan diastolik 90mmHg. Dan subyek menurunkan tekanan darahnya
dengan obat dan tidak pernah mendapatkan terapi pijat reflexi kaki.
b) Subyek 2
Pada tanggal 23 juni hari selasa,15:30 Wib, subyek mengatakan kepala
pusing, kaki bagian kiri atas terasa sakit pada saat melakukan pengkajian. Subyek
mengatakan jarang ke fasilitas kesehatan tetapi tekanan darahnya selalu terkontrol
karena ponakannya mempunyai tensi darah. terlihat Tekanan darah sistolik 150
mmHg dan diastolik 110 mmHg. Subyek hanya mengkomsumsi obat
antihipertensi dan tidak pernah mendapatkan terapi pijat reflexi kaki
c) Subyek 3
Pada tanggal 23 juni hari selasa ,16:00 Wib subyek mengatakan kepala
pusing, dibagian belakang kepala. Subyek terlihat memegang kepala bagian
belakang.subyek mengatakan jarang sekali kefasilitas kesehatan karena jauh dari
rumah dan males mengantri.Tekanan darah sistolik 155 mmHg dan diastolik 120
mmHg. Subyek hanya mengkomsumsi obat antihipertensi dan tidak pernah
mendapatkan terapi pijat reflexi kaki
4.1.3 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan yang ditegakan kepada 3subyek menurut buku SDKI:
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontrasi
darah.
4.1.4 Intervensi
Intervensi yang dilakukan oleh penulis yaitu melakukan terapi pijat reflexi
kaki di wilayah kp.pisangan rt.005.003 desa. Satria mekar kec.tambun utara
kab.bekasi.kepada 3 subyekyaitu 1 lanjut usia dan 2 pralanisa.pijat reflexi
dilakukan 3 kali sehari selama 7 hari dengan durasi waktu 30 menit.
Sebelum dilakukan terapi pijat reflexi kaki penulis melakukan komunikasi
teraupetik,menjelaskan tujuan dari pijat reflexi ini dan menjelaskan infom
consent.penulis menanyakan isi form screening kognitif kepada subyek
untuk mengukur dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah mengisi form
screening penulis melakukan mengukur tekanan darah sebelum dilakukan
pijat reflexi kaki, kemudian diberikan intervensi yaitu pijat reflexi kaki, dan

2
setelah dilakukan pijat reflexi kaki subyek diukur kembali tekanan darah
subyek dengan selang waktu 10 menit.
4.1.5 Implementasi
Subyek 1
Kunjungan pertama pada tanggal 23 Juni 2020:
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Subyek
mempunyai riwayat hipertensi selama 2 tahun. Dan mempunyai riwayat DM
tipe II selama 3 Tahun. Melakukan terapi pijat reflexi kaki
menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan darah
sesudah. terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 140 mmHg
dan diastolic
90 mmHg. Terlihat penurunan terhadap nilai tekanan darah sistolik tetapi
tekanan darah diastolic tetap. Karena subyek kurang rileks pada saat
dilakukan pijat reflexi kaki.

Kunjungan kedua pada tanggal 25 Juni 2020:


Hasil dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum melakukan terapi reflexi
kaki yaitu: tekanan darah sistolik 145mmHg dan diastolik 110mmHg.
Dilakukan terapi pijat reflexi kaki menggunakan minyak minyak zaitun/oil.
Penilaian sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik
140mmHg dan 100diastolik mmHg. Terlihat penurunan tekanan darah
sislotic dan diastolic dengan selisih systolic 1sampai 5 dan diastolic 5
sampai 10. Karena subyek sudah mulai terlihat rileks.

Kunjungan ketiga pada tanggal 27 Juni 2020:


Hasil dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum melakukan terapi pijat
reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 150 mmHg dan diastolik 120
mmHg. Dilakukan terapi pijat reflexi kaki dengan menggunakan minyak
zaitun/oil. Penilaian sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Terlihat penurunan tekanan

2
darah systolic dan diastolic dengan selisih 1 sampai 20. Karena subyek
terlihat rileks.
Subyek 2
Kunjungan pertama pada tanggal 23 Juni 2020:
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah sistolik 150 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Subyek
mempunyai riwayat Hipertensi 1,5 Tahun .Dilakukan terapi pijat reflexi kaki
menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan darah
sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
diastolik 110 mmHg. Karena subyek kurang rileks pada saat dilakukan pijat
reflexi kaki.

Kunjungan kedua Pada tanggal 25 Juni 2020:


Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah diastolic 130 mmHg dan systolic 100mmHg. Dilakukan
terapi pijat reflexi kaki dengan menggunakan minyak zaitun/oil. Penilaian
sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah systolic 130 mmHg dan
diastolic 90 mmHg.

Kunjungan Ketiga pada tanggal 27 Juni 2020:


Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu :
tekanan darah 140 mmHg dan systolic 110 mmHg. Dilakukan terapi pijat
reflexi kaki dengan menggunkan minyak zaitun/oil. Penilaian sesudah terapi
pijat reflexi kaki yaitu : tekanan darah systolic 150 mmHg dan diastolic 120
mmHg. Terlihat kenaikan tekanan darah systolic dan diastolic dengan
selisih 1 sampai 10. Karena subyek masih kurang rileks dan adanya pikiran
pada saat dilakukan pijat reflexi kaki.
Subyek 3
Kunjungan pertama pada tanggal 23 Juni 2020:
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah sistolik 155mmHg dan diastolik 120 mmHg. Subyek
mempunyai riwayat hipertensi 1 tahun. Selama melakukan terapi pijat

2
reflexi kaki menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan
darah sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 150
mmHg dan diastolik 110 mmHg.

Kunjungan kedua pada tanggal 25 Juni 2020:


Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah sistolik 160mmHg dan diastolic 120mmHg. Subyek
mempunyai riwayat hipertensi 1 Tahun. Selama melakukan terapi pijat
reflexi kaki menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan
darah sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sustolic
160mmHg dan diastolic 120mmHg. Terlihat penaikan di tekanan darah
systolic yaitu sama dengan kunjungan pertama subyek kurang rileks dan
banyak pikiran pada saat dilakukan terapi reflexi kaki.

Kunjungan ketiga Pada tanggal 27 Juni 2020:


Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu :150
mmHg dan diastolic 120 mmHg. Subyek mempunyai riwiyat hipertensi 1
Tahun. Selama melakukan terapi pijat reflexi kaki menggunkan minyak
zaitun/oil, penilain pengukuran tekanan darah sesudah pijat reflexi kaki
yaitu: tekanan darah systolic 130 mmHg dan diastolic 120 mmHg. Terlihat
tetap tekanan darah diastolic karena subyek masih kurang rileks dan subyek
mengatakan masih kesel dan banyak pikiran.

4.1.6 Evaluasi
Setelah dilakukan terapi Reflexi Kaki selama 1 minggu dalam 3hari dengan
durasi waktu 30 menit pada subyek 1 dan 2 kemudian subyek mengatakan
terasa nyaman dan rileks. Subyek terlihat rileks dan nyaman. Tetapi tekanan
darah subyek masih ada kenaikan hal tersebut dikarenakan kurang rileks dan
adanya masalah pikiran.
Analisa Hasil penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
terapi pijat reflexi kaki pada Subyek 1 dan 2.

2
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan oleh penulis terhadap 2
subyek, didapatkan hasil bahwa sebelum dan sesudah terapi reflexi kaki dapat
dilihat ada penurunan dan kenaikan. kenaikan tersebut dikarenakan subyek
kurang rileks dan adanya faktor pikiran yang lain. Pada masing-masing
subyek dari subyek 1 sampai 2 diberikan terapi reflexi kaki yaitu 3kali dalam
dalam 1minggu dengan selang waktu 2hari (selasa,kamis,sabtu) dengan
durasi waktu 30 menit.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Terapi Pijat Reflexi Kaki

Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan

Waktu Sebelum Sesudah

TDS TDD TDS TDD TDS TDD

Selasa, 23 Juni 2020,


Subyek 1 160 90 140 90 Turun Tetap
15:00 WIB

Ny.H Kamis, 25 Juni 2020,


145 110 140 100 Turun Turun
15:30 WIB

Sabtu, 27 Juni 2020,


150 120 140 110 Turun Turun
14:00 WIB

Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan


Waktu Sebelum Sesudah

TDS TDD TDS TDD TDS TDD

Selasa, 23 Juni 2020, 150 110 140 110 Turun Tetap


Subyek 2 15:40 WIB

Ny.S Kamis, 25 Juni 2020, 130 100 130 90 Tetap Turun


16:00 WIB

Sabtu, 06 April 2019, 140 110 150 120 Naik Naik


14:30 WIB

Keterangan: TDS : Tekanan Darah Sistolik,


TDD : Tekanan Darah Diastolik

2
Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan
Waktu Sebelum Sesudah

TDS TDD TDS TDD TDS TDD

Selasa, 23 Juni 2020, 155 120 150 110 Turun Turun


Subyek 3 16:20 WIB

Ny.T Kamis, 25 Juni 2020, 160 120 160 120 Tetap Tetap
16:30 WIB

Sabtu, 27 juni 2020, 140 120 130 120 Turun Tetap


15:00 WIB

Keterangan: TDS : Tekanan Darah Sistolik,


TDD : Tekanan Darah Diastolik

4.2 Pembahasan Studi Kasus

Dari hasil studi kasus tentang sebelum dilakukan pijat reflexi kaki pada
subyek 1,2 dan 3 terdapat tekanan darah dengan kategori derajat I dan II dengan 1
usia lanjut dan 2 pralansia. Meskipun teknik pemijatan tidakakan berdampak
banyak pada penderita hipertensi berat, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa reflexi dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi ringan dan sedang. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Nugroho (2012),
menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding hipnoterapi dalam
menurunkan tekanan darah.

Hasil studi kasus sesudah pijat reflexi kaki pada subyek 1,2 dan 3 terdapat ada
penurunan dan terkadang ada kenaikan dengan dilakukan terapi 3 kali dalam 1
minggu dengan selang waktu 2hari (Selasa,Kamis,Sabtu) dengan durasi waktu 30
menit. Subyek 1 terdapat penurunan tekanan darah systolic dan diastolic hal ini
dikarena subyek rileks. Subyek 2 mengalami kenaikan tekanan darah systolic dan
diastolic hal ini dikarena subyek tidak rilkes dan banyak masalah pikiran. Dan
subyek 3 mengalami penurunan pada systolic dan tekanan darah diastolic tetap hal

2
ini subyek masih kurang rileks. Pijat reflexi kaki memberikan ransangan-rangan
relaksasi yang mampu mempelancar aliran arah dan cairan tubuh pada bagian-
bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat. Hasil
penelitian setelah dilakukan refleksi kaki tekanan darah lansia mengalami
penurunan yang tajam.Aktivitas fisik sangat penting untuk meningkat kesehatan
lansia, salah satunya adalah terapi refleksi kaki. Refleksi kaki tidak hanya dengan
pijat tetapi juga dapat dilakukan dengan Olah raga rutin berjalan telanjang kaki.
Menurut Nugroho (2012). Dari hasil penulis mengansumsi bahwa pemberian pijat
reflexi kaki yang dilakukan 1minggu 3kali dengan selang 2hari mampu
menurunkan tekanan darah dan menjadi rileks.

Hasil sebelum dan sesudah melakukan pijat reflexi kaki terdapat hasil yang
berbeda pada subyek 1,2 dan 3 mempunyai penyakit hipertensi derajat I dan II.
Pada tekanan darahnya ada kenaikan,penurunan dan tekanan darah tetap. Dikarena
subyek yang mengalami kenaikan dan tetap kurang rileks dan mempunyai
masalah pikiran. Hasil peneliti Penelitian lain oleh Zunaidi, Nurhayati, dan
Prihatin (2014) didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan
darah sistol sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg. menurut Kemudian hasil
penelitian sebelumnya menurut Faridha dan Shintha, (2019) dilakukannya pijat
reflexi kaki diberikannya sebanyak 3kali dalam 1minggu dengan selang 2hari
.pijat reflexi kaki dengan metode manual memiliki tekanan darah kategori normal
<130 mmHg/<85 mmHg.. Dari hasil penulis mengansumsi bahwa pemberian pijat
reflexi kaki mampu menurunkan tekanan darah systolic dan diastolic.

Hasil studi kasus ini disimpulkan bahwa penerepan pijat reflexi kaki yang
dilakukan langsung oleh peneliti kepada semua subyek selama 3kali dalam 1
minggu (Selasa,Kamis,Sabtu) dapat berpengaruh terhadap menurunkan tekanann
darah pada lansia. Pada penelitian ini dilakukan kepada 3 subyek diantaranya 1
lanjut usia 2 pralansia. Subyek 1 mengalami penurunan tekanan darah subyek 2
dan 3 menglami kenaikan pada tekanan darah dikarena subyek kurang rileks.
Terdapat efektifitas pijat reflexi kaki terhadap menurunkan tekanan darah.
Semakin rutin dilakukan pijat reflexi kaki subyek semakin rileks dan bisa

2
menurunkan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.

Bahwa studi kasus ini masih ada keterbatasan yang dialami penulis selama
melakukan penerapan terapi pijat reflexi kaki di wilayah Kp.Pisangan Rt.005
Rw.003 Desa.Satria Mekar Kec.Tambun Utara Kab.Bekasi yaitu:
1) Penulis mengalami kesulitan tidak bisa mengontrol subyek agar menjadi
rileks.
2) Kesulitan untuk mengontrol hal-hal yang bisa meningkatkan tekanan darah
dari pola hidup dan makanan.

2
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang dipaparkan dibab satu maka penulis dapat


menyimpulkan sebagai berikut:

Setelah melakukan studi kasus penulis memperoleh gambaran adanya penurunan


tekanan darah pada pasien hipertensi dengan menggunakan terapi pijat reflexi kaki
dengan angka yang fluktuaktif dan juga adanya kenaikan tekanan darah hal ini
dikarenakan dengan subyek masih kurang rileks dengan adanya masalah pikiran.

5.2 Bagi Pasien

Subyek diharapkan dapat mengetahui bagaimana cara lain untuk menurunkan


tekanan darah yaitu dengan pijat reflexi kaki.

5.3 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pengembangan ilmu


keperawatan yang dapat disosialisasikan dikalangan institusi keperawatan.

5.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat memberikan manfaat bagi penulis dan dapat diharapkan kepada penulis
selanjutnya agar mampu melakukan studi kasus dengan menerapkan terapi pijat
reflexi kaki dengan maksimal.

2
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun).


HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 3(3), 345–356.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/higeia/v3i3/30235

Kementerian Kesehatan RI .(2014). Infodatin Situasi dan Analisis Keluarga


Berencana. Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta:
Badan Litbangkes, Kemenkes RI.

https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-periode-
aging-population.html

Larasiska, A., & Priyantari HN, W. (2017). Menurunkan Tekanan Darah Dengan
Cara Mudah Pada Lansia. Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(2), 55–
63. https://doi.org/10.18196/ijnp.1261

Hartutik, S., & Suratih, K. (2017). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi primer. XV(2).

Aspiana, N., & Syaifudin, S. (2014). Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di PSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur. http://digilib.unisayogya.ac.id/404/

Septiari, P., & Restuning, D. (2017). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Di
Panti Wreda Omega Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
1(1), 18–25. https://doi.org/10.33655/mak.v1i1.5

Hartutik, S., & Suratih, K. (2017). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi primer. XV(2).
Umamah, F., & Paraswati, S. (2019). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan
Metode Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan,
7(2), 295. https://doi.org/10.32831/jik.v7i2.204

Sari, L. T., Renityas, N. N., & Wibisono, W. (2014). The Effectiveness Of


Reflexology Massage In Lowering The Blood Pressure In Elderly With
Hypertension. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery),
1(3), 200–204. https://doi.org/10.26699/jnk.v1i3.art.p200-204

Aspiana, N., & Syaifudin, S. (2014). Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di PSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur. http://digilib.unisayogya.ac.id/404/

Afriansyah, A., & Santoso, M. B. (2020). Pelayanan Panti Werdha Terhadap


Adaptasi Lansia. Responsive, 2(3), 139.
https://doi.org/10.24198/responsive.v2i3.22925

Ramanto Saputra, B., . R., & Sis Indrawanto, I. (2017). Profil Penderita Hipertensi
Di Rsud Jombang Periode Januari-Desember 2011. Saintika Medika, 9(2),
116. https://doi.org/10.22219/sm.v9i2.4140

Wahyuningsih, W., & Astuti, E. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


pada Usia Lanjut. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 1(3), 71.
https://doi.org/10.21927/jnki.2013.1(3).71-75

Umamah, F., & Paraswati, S. (2019). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan
Metode Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan,
7(2), 295. https://doi.org/10.32831/jik.v7i2.204
Junaedi, Sufrida, & &Gusti. (2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian
Hipertensi. 5–21.

Sari, L. T., Renityas, N. N., & Wibisono, W. (2014). The Effectiveness Of


Reflexology Massage In Lowering The Blood Pressure In Elderly With
Hypertension. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery),
1(3), 200–204. https://doi.org/10.26699/jnk.v1i3.art.p200-204

Anwar, N., Irwan, A. M., & Saleh, A. (2019). Jurnal Keperawatan


Muhammadiyah Pengaruh Intervensi Pijat Kaki Terhadap Penurunan
Tekanan Darah : Systematic Review. Jurnal Keperawatan Muhamadiyah,
4(2).

Septiari, P., & Restuning, D. (2017). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Di
Panti Wreda Omega Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
1(1), 18–25. https://doi.org/10.33655/mak.v1i1.5

Hendro, G..,& Yusti,A. (2015). Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi Relaksasi 1.

(Silaswati et al., 2019a)Science, E. (2019). Radial Seating Pattern in Third Places


to Enhance the Life Quality of Elderly Radial Seating Pattern in Third
Places to Enhance the Life Quality of Elderly. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/248/1/012024

Silaswati, S., Sahar, J., Kemala, N., & Bardosono, S. (2019a). Developing Shinta ’
s Early Deterioration Detection by using Fuzzy Logic Algorithm in Indonesia
ଝ. 29, 905–909.

Silaswati, S., Sahar, J., Kemala, N., & Bardosono, S. (2019b). Development and
validation of an instrument measuring deterioration in social and spiritual
aspects among elderly patients in Indonesia hospitals ଝ. 29.
LAMPIRAN 1

Lembar Halaman Observasi Pengukuran Tekanan Darah


Sebelum Dan Sesudah Terapi Reflexi Kaki Pada Lansia

Hari,Tanggal Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan


dan Waktu Sebelum Sesudah
Subyek 1 TDS TDD TDS TDD TDS TDD
Ny.H Selasa, 23 juni 2020 160 90 140 90 Turun Tetap
15:00 Wib
80 tahun. Kamis, 25 juni 2020 145 110 140 100 Turun Turun
15:30 Wib
Sabtu, 27 juni 2020 150 120 140 110 Turun Turun
14:00 Wib
Keterangan :
TDS : Tekanan Darah
Sistolik
TDD : Tekanan Darah
Diastolic

Hari,Tanggal Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan


dan Waktu Sebelum Sesudah
Subyek 2 TDS TDD TDS TDD TDS TDD
Selasa, 23 juni 2020 150 110 140 110 Turun Tetap
15:40 Wib
Ny.S Kamis, 25 juni 2020 130 100 130 90 Tetap Turun
55 tahun 16:00 Wib
Sabtu, 27 juni 2020 140 110 150 120 Naik Naik
14:30 Wib
Keterangan :
TDS : Tekanan Darah
Sistolik
TDD : Tekanan Darah
Diastolic

Hari,Tanggal Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan


dan Waktu Sebelum Sesudah
Subyek 3 TDS TDD TDS TDD TDS TDD
Selasa, 23 juni 2020 160 120 150 110 Turun Turun
Ny.T, 16:20 Wib
46 tahun
Kamis, 25 juni 2020 160 120 160 120 Tetap Tetap
16:30 Wib
Sabtu, 27 juni 2020 140 120 130 120 Turun Tetap
15:00 Wib
Keterangan :
TDS : Tekanan
Darah Sistolik
TDD : Tekanan
Darah Diastolic
LAMPIRAN 2
LEMBAR INFORMASI SUBYEK

Kepada
Yth

Bapak/Ibu calon subyek


Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi D-3
keperawatan STIKes Bani Saleh, dengan:

Nama : Regita Cahyani


NIM :0432950117038
Alamat : Jl.Raya Pisangan Gang Barata Rt.005/003 No.29
Desa.Satria mekar Kec.Tambun Utara Kab.Bekasi
Ingin melakukan studi kasus dengan judul:
“GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANSIA
YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005/003 DESA.SATRIA MEKAR
KEC.TAMBUNUTARA KAB.BEKASI”

Studi kasus ini tidak akan menimbulkan akibat yang akan merugikan Bpk/Ibu
calon subyek. Kerahasian informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan studi kasus, jika Bpk/Ibu calon subyek tidak
bersedia menjadi subyek maka tidak ada ancaman bagi Bpk/Ibu.
Jika Bpk/Ibu telah menjadi subyek dan terjadi hal-hal yang merugikan maka
Bpk/Ibu boleh mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam studi kasus ini.
Saya sebagai penulis sebelumnya mengucapkan terimakasih atas tersedianya
Bpk/Ibu menjadi Subyek dalam studi kasus ini.

Penulis

Regita Cahyani
LAMPIRAN
3
PERNYATAAN KESEDIAAN SUBYEK UNTUK
MENGIKUTI STUDI KASUS
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah

ini: Nama : Hj. Heroni

Umur : 80 Tahun

Pendidikan : SD

Alamat: Kp.Pisangan Rt.005/003 Desa.Satria Mekar Kec.Tambun Utara


Kab.Bekasi

Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami studi
kasus yang dilakukan dengan judul”

“GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANSIA


YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005/003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN UTARA
KAB.BEKASI”

Yang dibuat oleh:


Nama : Regita Cahyani
NIM :0432950117038
Dengan ini saya menyatakan kesedian untuk berperan serta menjadi subyek studi
kasus dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang diperlukan
diperlukan.
Demikian pertanyaan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Yang membuat pernyataan

(Suci Putri Indah


PERNYATAAN KESEDIAAN SUBYEK UNTUK
MENGIKUTI STUDI KASUS
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah

ini: Nama : Suryati

Umur : 50 Tahun

Pendidikan : SD

Alamat : Kp.Pisangan Rt.005/003 Desa.Satria Mekar Kec.Tambun


Utara Kab.Bekasi

Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami studi
kasus yang dilakukan dengan judul”

“GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANSIA


YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005/003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN UTARA
KAB.BEKASI”

Yang dibuat oleh:


Nama : Regita Cahyani
NIM :0432950117038
Dengan ini saya menyatakan kesedian untuk berperan serta menjadi subyek studi
kasus dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang diperlukan.
Demikian pertanyaan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Yang membuat pernyataan

(Surya
PERNYATAAN KESEDIAAN SUBYEK UNTUK
MENGIKUTI STUDI KASUS
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah

ini: Nama : Tri Diana Novita

Umur : 46 Tahun

Pendidikan : MTS

Alamat:Kp.Pisangan Rt.005/003 Desa.Satria Mekar Kec.Tambun Utara


Kab.Bekasi

Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami studi
kasus yang dilakukan dengan judul”

“GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANSIA


YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005/003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN UTARA
KAB.BEKASI”

Yang dibuat oleh:


Nama : Regita Cahyani
NIM :0432950117038
Dengan ini saya menyatakan kesedian untuk berperan serta menjadi subyek studi
kasus dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang diperlukan.
Demikian pertanyaan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Yang membuat pernyataan

(Tri Diana
LAMPIRAN 4

Standar Operasional Prosedur (SOP) TERAPI REFLEXI KAKI( Terlampir)


LAMPIRAN 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Regita
Cahyani Jenis Kelamin :
Perempuan
TTL : Bekasi, 24 Maret 1999
Agama : Islam
Setatus Pernikahan : Belum Menikah
Telepon : 089636073394
Email : gitacahyani2403@gmail.com
Alamat : Jl.Raya pisangan Gang barata Rt.005/003
Desa.Satria Mekar Kec.Tambun Utara
Kab.Bekasi

PENDIDIKAN FORMAL
2020-2039 : SDN SATRIA MEKAR 02
2030-2092 : SMPN 1 TAMBUN UTARA
2222-2727 : MADRASAH ALIYAH NEGRI (MAN) 1
KOTA BEKASI

PENDIDIKAN NON FORMAL


2019 : Pelatihan BTCLS
2019 : Pelatihan Woundcare
LAMPIRAN 6
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
Nama Mahasiswa : Regita Cahyani
NPM : 0432950117038
Dosen Pembimbing : 1. Shintha Silaswati, S.Kp, MSc
2. Ns.Ponirah, S.Kep, M.Kes

No. Tanggal Waktu Metode Materi Bimbingan Masukan Pembimbing Tanda


(Tatap muka, Tangan
Email,
Paper)
1 17/ 02/ 2020 19.00 Tatap muka Bab 1 Acc Judul KTI Pem 1
WIB Konsul judul KTI

2 02/03/2020 17.00 Paper


WIB Bab 1 & 2 1. Perluas Informasi di
Pem 1
latar belakang,
mulai dari umum ke
khusus.
2. Lengkap
dengan hasil
penelitian
sebelumnya.
3. Perbaiki rumusan
masalah, Tujuan,
Manfaat.
4. Perjelas artikel yang
digunakan pada bab
2.
5. Perbaiki sistematika
penulisan.

3 10/03/2020 16:30 Tatap Muka Bab 2&3 Pem 2


WIB Batasan2 lansia. 1. Menambahkan
Perawatan lanisa. batasa-batasan pada
Metode studi kasus & lansia.
subyek studi kasus 2. Memperbaiki bab
2&3

4 12/03/2020 10:00 Tatap Muka Bab 2 Pem 2


WIB Pokus pengkajian pada 1. Perbaikan nama
lansi hipertensi. penulis
Pengumpulan data 2. Mencari referensi
metode. yang jelas
3. Perbaiki kalimat
yang ada di metode.
Pem 2
5. 19/03/2020 14:00 Email Bab 1&2 1. Perbaikan tahun
WIB Undang2 kes lansia. UU.
Rumusan,tujuan 2. Perbaikan penulisan
peneliti. rumusan,tujuan
Konsep hipertensi dan peneliti.
lansia. 3. Menambahkan
Imple&evaluasi. konsep hipertensi
dan lansia.
4. Pengkajian pada
lansia harus
diperjelas

6 1/03/ 2020 10:00 Email Bab 2&3 Pem 1


WIB Klasifikasi hipertensi. 1. Perbaikan
Kreteria subyek dan tulisan/judul.
fokus studi kasus. 2. Perbaikan tulisan
pada point 4
3. Memperbaikan
tulisan tidak
bertolak belakang.

Pem 2
7 22/04/2020 08:00 Email Penulisan program studi 1. Perbaikan sesuai
WIB d-3. saran
Bab 3 2. Perbaiakan
Studi kasus dan kreteria penulisan harus
subyek. konsisten
3. Perbaiki kriteria
subyek.

Pem 2
8 26/06/2020 10.00 Tatap muka Bab 4 1. Tambahkan data
WIB subyek digambaran
studi kasus.
2. Intervensi,implemen
tasi,evaluasi.

Bab 1-3 Pem 1


9 31/03/2020 10:00 Tatap Muka 1. Membuat video
WIB (Via Sktype) presentasi
2. Rapihkan penulisan
3. Acc siding proposal

Bab 1-3 Pem 1


10 15/03/2020 15:00 Email 1. Rapihkan daftar
Wib pustaka
2. Perbaikan sesuai
saran
Pem 2
11. 27/06/2020 11:30 Emai Revisi Bab 4-5 1. Perbaiki table hasil
Wib studi kasus
2. Acc siding hasil

Pem 1
12 11/06/2020 09:00 Tatap muka Bab 3-5 1. Acc untuk
Wib (Via Zoom) pengambilan data
studi kasusu
2. Perbaikan sesuai
saran

13 22/06/2020 20.00 Tatap Muka Bab 3-5 1. Perbaikan sesuai Pem 1


WIB (Via Zoom) saran
2. Rapihkan bab 1-5
3. Acc untuk
implementasi
4. Mengirimkan video
implementasi
LAMPIRAN 7

FORM SCREENING FUNGSI KOGNITIF


(SPMSQ)
Subyek 1

No Item Pertanyaan Benar Salah


1. Jam berapa sekarang? 
Jawab : jam 15:00 Wib
2. Tahun berapa sekarang? 
Jawab : 2002
3. Kapan bapak/ibu lahir? 
Jawab : Tidak Tahu
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang? 
Jawab : 70 (Alm)
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang? 
Jawab :Kp.Pisangan
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang 
tinggal bersama bapak/ibu?
Jawab: 6 bersaudara
7. Siapa nama anggota keluarga yang 
tinggal bersama bapak/ibu?
Jawab: Suryani
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan 
Indonesia?
Jawab: Tidak Tahu
9. Siapa nama Presiden Republik 
Indonesia sekarang?
Jawab: Jokowi
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 
1?
Jawab: Tidak bisa
Jumlah 6 4

Analisis Hasil :
Skore Salah : : Fungsi Intelektual utuh
0-2 Skore : Kerusakan Intelektual
Ringan
Salah : 3-4
: Kerusakan Intelektual
Skore Salah : Sedang
FORM SCREENING FUNGSI KOGNITIF
(SPMSQ)

Subyek 2

No Item Pertanyaan Benar Salah


1. Jam berapa sekarang? 
Jawab : jam 15:40 WIb
2. Tahun berapa sekarang? 
Jawab : 2020
3. Kapan bapak/ibu lahir? 
Jawab : Tidak Tahu
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang? 
Jawab : 80 (Alm)
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang? 
Jawab :Kp.Pisangan
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang 
tinggal bersama bapak/ibu?
Jawab: 6 bersaudara
7. Siapa nama anggota keluarga yang 
tinggal bersama bapak/ibu?
Jawab: Surya
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan 
Indonesia?
Jawab: Tidak Tahu
9. Siapa nama Presiden Republik 
Indonesia sekarang?
Jawab: SBY
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 
1?
Jawab: Benar semua
Jumlah 7 3

Analisis Hasil :
Skore Salah : : Fungsi Intelektual utuh
0-2 Skore : Kerusakan Intelektual
Ringan
Salah : 3-4
: Kerusakan Intelektual
Skore Salah : Sedang
FORM SCREENING FUNGSI KOGNITIF
(SPMSQ)

Subyek 3

No Item Pertanyaan Benar Salah


1. Jam berapa sekarang? 
Jawab : 16:20 Wib
2. Tahun berapa sekarang? 
Jawab : 2020
3. Kapan bapak/ibu lahir? 
Jawab : Tidak Tahu
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang? 
Jawab : 60 Tahun (Alm)
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang? 
Jawab : Kp.pisangan
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang 
tinggal bersama bapak/ibu?
Jawab: 5 bersaudara
7. Siapa nama anggota keluarga yang 
tinggal bersama bapak/ibu?
Jawab: Diana
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan 
Indonesia?
Jawab: 17 Agustus 1945
9. Siapa nama Presiden Republik 
Indonesia sekarang?
Jawab: Jokowi
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 
1?
Jawab: Bener semua
Jumlah 9 1

Analisis
Hasil :

Skore Salah : 0-2 : Fungsi Intelektual utuh


Skore Salah : 3-4 : Kerusakan Intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan Intelektual Sedang
Skore Salah : 8-10 : Kerusakan Intelektual BERAT
LAMPIRAN 8
LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH WAKTU SELANG
(Senin,Rabu,Jum’at,Minggu)

Hari,tanggal Nilai Tekanan


dan waktu Darah
TDS TDD
Subyek 1 Senin, 22 juni 2020 160 100
09:00 Wib
Rabu, 24 juni 2020 150 110
10:00 Wib
Jum’at, 26 juni 2020 150 100
11:00 Wib
Minggu, 28 juni 2020 145 90
08:00 Wib

Hari,tanggal Nilai Tekanan


dan waktu Darah
TDS TDD
Subyek 2 Senin, 22 juni 2020 155 120
09:00 Wib
Rabu, 24 juni 2020 150 100
10:00 Wib
Jum’at, 26 juni 2020 145 110
11:00 Wib
Minggu, 28 juni 2020 130 100
08:00 Wib

Hari,tanggal Nilai Tekanan


dan waktu Darah
Subyek 3 Senin, 22 juni 2020 160 120
09:00 Wib
Rabu, 24 juni 2020 160 120
10:00 Wib
Jum’at, 26 juni 2020 155 110
11:00 Wib
Minggu, 28 juni 2020 140 100
08:00 Wib
LAMPIRAN 9

SURAT LOLOS ETIK


KETERANGAN LOLOS KAJI

No. 018 /KEPK-LPPM/STIKES-BS/VII/2020

Komite Etik Penelitian Kesehatan, Program Studi Keperawatan D-3 STIKES Bani Saleh dalam
upaya melindungi hak azasi dan kesejahteraan subyek penelitian keperawatan, telah mengkaji
dengan teliti protokol berjudul:

Gambaran Penerapan Terapi Reflexi Kaki Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Tekanan
Darah Tinggi Di Wilayah Kp.Pisangan RT.005 RW.003 Desa Satria Mekar Kec. Tambun
Utara Kab. Bekasi

Nama peneliti : Regita Cahyani

Nama institusi : STIKES Bani Saleh

Dan telah menyetujui Protokol tersebut tersebut.

Bekasi, 10 Juli 2020

Ketua KEPK

Meria Woro L, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom

Anda mungkin juga menyukai