REGITA CAHYANI
0432950117038
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya keperawatan
REGITA CAHYANI
0432950117038
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“GAMBARAN PENERAPAN TERAPI REFLEXI KAKI PADA LANJUT
USIA YANG MENGALAMI TEKANAN DARAH TINGGI DI WILAYAH
KP.PISANGAN RT.005 RW.003 DESA.SATRIA MEKAR KEC.TAMBUN
UTARAKAB.BEKASI”
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi syarat untuk dapat memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan di STIKES Bani Saleh Bekasi.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta do’a kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
vii
PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
Karya Tulis Ilmiah, 23 Juni 2020
ABSTRAK
Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi di
dunia. Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat ke dua dari 34 provinsi di
Indonesia dengan angka kejadian hipertensi yang tinggi. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang ringan. Gejala dan keluhan
mungkin dapat diabaikan. Namun, perlu diketahui bahwa Hipertensi merupakan
faktor risiko utama dari penyakit jantung dan Stroke. Tujuan studi kasus adalah
memperoleh gambaran secara nyata dalam pemberian terapi pijat reflexi kaki
terhadap penurunan tekanan darah pada lanisa yang menglami hipertensi di
wilayah kp.pisangan rt.005 rw.003. Studi kasus dengan rancangan deskriptif,
jumlah subyek yaitu 3 orang dengan kriteria pralansia&lanjut usia. Tidak ada luka
lecet dan luka terbuka dibagian kaki. Subyek diberikan intervensi pijat reflexi kaki
sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari. Pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan sphygmomanometer manual dan diobservasi. Hasil studi kasus
menunjukan tekanan darah mengalami penurunan dan kenaikan pada subyek 1,2
dan 3. Nilai penurunan pada subyek 1 sistolik dan diastolik yaitu dengan selisih
penurunan 1 sampai 30 . Pada subyek 2 nilai kenaikan tekanan darah systolic dan
diastolic dengan selisih kenaikan 1 sampai 20. Pada subyek 3 nilai penurunan
pada tekanan darah systolic dengan selisih penurunan 1 sampai 10 sedangkan
diastolic menglami tetap. Kesimpulan dari studi kasus ini, pijat reflexi kaki
mampu menurunkan tekanan darah jika subyek dalam keadaan rileks.
ix
D-3 Nursing Study Program
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE BANI SALEH
Scientific Papers, June 23, 2020
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum............................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................3
1.4.1 Untuk Insitusi Rumah Sakit.......................................3
1.4.2 Untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan.................3
1.4.3 Untuk Pasien/masyarakat...........................................4
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS.............................................................................5
2.1 Konsep Dasar Hipertensi.................................................................................5
2.1.1 Definisi Hipertensi.......................................................5
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi..................................................5
2.1.3 Penyebab Hipertensi....................................................5
2.1.4 Faktor-faktor Hipertensi..............................................6
xi
2.1.5 Komplikasi Penyakit Hipertensi..................................6
2.1.6 Perawatan Lansia Dengan Hipertensi..........................7
2.1.7 Definisi Lanjut Usia.....................................................8
2.1.8 Batasan-batasan Lanjut Usia.......................................8
2.2 Terapi Reflexi Kaki...........................................................................................9
2.2.1 Definisi Reflexi Kaki...................................................9
2.3.2 Manfaat Terapi Reflexi Kaki Pada Lansia.................10
2.3.3 Mekanisme Terapi Reflexi kaki terhadap hipertensi............................10
2.3.4 Reflexi Zona...............................................................10
2.3.5 Titik Atau Area Pijat Reflexi Kaki.............................12
2.3.6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Reflexi Kaki................................15
BAB 3 METODE STUDI KASUS......................................................................16
3.1 Desain Studi Kasus.........................................................................................16
3.2 Subyek Studi Kasus........................................................................................16
3.3 Fokus Studi Kasus..........................................................................................16
3.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus...................................................................16
3.5 Alat dan Instrument Studi Kasus.................................................................16
3.6 Metode Pengumpulan Data...........................................................................17
3.7 Langkah Studi Kasus.....................................................................................17
3.7.1 Tahap Persiapan.......................................................17
3.7.2 Tahap Pelaksanaan...................................................18
3.7.3 Tahap Pelaporan.....................................................18
3.8 Pengolahan dan Analisa..............................................................................18
3.9 Penyajian Data.............................................................................................18
3.10 Etika Studi Kasus.........................................................................................18
BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN....................................20
4.1 Hasil Studi Kasus........................................................................................20
4.1.1 Gambaran Studi Kasus..............................................20
4.1.2 Gambaran Subjek/Pengkajian...................................21
4.1.3 Diagnosa Keperawatan.............................................21
4.1.4 Intervensi...................................................................21
4.1.5 Implementasi.............................................................22
xii
4.1.6 Evaluasi...............................................................................................24
4.2 Pembahasan................................................................................................26
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................29
5.1 Kesimpulan..................................................................................................29
5.2 Rekomendasi................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................................
xii
i
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi
Reflexi Kaki
Lampiran 2 Lembar Informasi Subyek
Lampiran 3 Pernyataan Subyek Mengikuti Studi Kasus (INFORMED CONSENT)
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Reflexi Kaki
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 7 Form Screening Fungsi Kognitif
Lampiran 8 Lembar Observasi Tekanan Darah Selang Waktu
Lampiran 9 Surat Lolos Etik
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan literature terdapat berbagai terapi nonfarmakologis yang
disarankan sebagai terapi pendamping terapi medis disebut juga dengan terapi
alternatif dan terapi komplementer. National Center Complementary and
Alternative Medicine (NCCAM) menyebutkan terapi komplementer adalah
sekelompok perawatan kesehatan, praktek, dan produk yang saat ini tidak
dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensial. (Synder & Lindquist,
2010)
Pijat refleksi merupakan suatu metode meminjat titik-titik tertentu pada
tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu
diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling popular adalah untuk
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lain nya adalah mencegah berbagai
penyakit, membantu mengatasi stress, mengingankan gejala Migran,
membantu menyembuhkan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan
terhadap obat-obatan.tehnik-tehnik dasar yang sering dipakai dalam pijat
refleksi diantaranya :tehnik merambat ibu jari, memutar tangan dan kaki pada
satu titik, serta tehnik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan berupa
tekanan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat memacarkan gelombang
relaksasi keseluruh tubuh (Hartutik & Suratih, 2017)
Bentuk terapi yang digunakan yaitu refleksi. Refleksi merupakan salah satu
massage therapy yang menyembuhkan hampir semua penyakit, serta
merupakan terapi yang aman dan tanpa efek samping (Aspiana & Syaifudin,
2014)
Hasil penelitian Nugroho (2013) menyatakan bahwa pijat refleksi kaki
dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita
Hipertensi. apabila terapi tersebut dilakukan secara teratur bisa menurunkan
tekanan darah pada lansia, dan menurunkan kadar hormone kortisol dan
menurunkan kecemasan, sehingga akan berdampak pada penurunan tekanan
darah dan perbaikan fungsi tubuh. Dengan terapi pijat refleksi, daya tahan
tubuh meningkat sehingga stamina tubuh pun juga meningkat. Penangan
Hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis atau dengan obat anti
Hipertensi dan non farmakologis yaitu dengan memodifikasi gaya hidup
(Septiari & Restuning, 2017)
2
Uraian fakta di atas mendorong penulis untuk melakukan studi kasus tentang
terapi pijat reflexi kaki pada pasien hipertensi membuat penulis merasa tertarik
untuk mencoba menerapkan terapi pijat Reflexi kaki pada pasien hipertensi untuk
menilai tekanan darah pasien.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
4
b. Hipertensi Sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan atau sebagian
akibat dari adanya penyakit lain dan biasanya penyebabnya sudah
diketahui seperti penyakit ginjal dan kelainan hormonal atau pemakian
obat tertentu.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
c. Stress lingkungan.
5
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan
terkumpul diparu, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan
didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Junaedi et al., 2013) Hipertensi
dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan
mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi
kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan
gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke.
b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan.
c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark
jantung)
d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.
2.1.6 Perawatan Lansia Dengan Hipertensi
Konsep proses keperawatan. Bahwa proses keperawatan ada 5 tahap
dianatara nya yaitu: Pengkajian,Diagnosa,Intervensi,Implementasi dan
Evaluasi. Penelitian studi kasus ini penulis mengkhususkan pada intervensi
keperawatan tindakan komplementer yaitu dengan pijat reflexi kaki.
6
2.1.7 Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) dengan umur 60 tahun keatas merupakan suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari dimana umur manusia sebagai mahluk
hidup terbatas oleh suatu aturan alam. Resiko yang dapat muncul dalam
masa penurunan yang sangat erat hubungan nya dengan proses menua antara
lain : gangguan sirkulasi seperti Hipertensi,Persendian seperti Osteoporosis
(Sari et al., 2014)
Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status
kesehatan fisik. Tentang proses menua menunjukan hal yang sama.status
kesehatan lansia yang menurun seiring dengan bertambahnya usia akan
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Bertambahnya usia akan diiringi
dengan timbulnya berbagai penyakit seperti penurunan fungsi tubuh,
keseimbangan tubuh dan risiko jatuh
Kesimpulan dari beberapa definisi Hipertensi yang diatas yaitu tekanan darah
tinggi adalah meningkatnya tekanan darah yang terjadi pada pembuluh darah yaitu
pada usia >60 tahun dengan sistolik >150 mmHg atau diastolic > 90 mmHg. Akan
mengakibatkan faktor risiko utama yaitu penyakit kardiovaskuler aterosklerotik,
gagal jantung, stroke dan merusak ginjal.
7
Pemijatan/penekanan pada titik-titik sentrarefleks jantung hypertension
point akan merangsa impuls syaraf bekerja pada sistem syaraf autonomic
cabang dari parasimpatik. Pemijatan/penekanan dengan irama yang teratur
pada kaki akan merefleksi pada organ-organ yang bersangkutan,
menstimulasi syaraf tepi melalui alur-alur persyarafan menuju sistem syaraf
pusat dan sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek refleksi dan tubuh
dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembulu darah dapat mengembalikan fungsi dan
mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (Sari et al.,
2014)
8
sekuncup yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tekanan darah
(Septiari & Restuning, 2017)
9
ini untuk mengurangi rasa nyeri yang berfungsi sebagai anastesi. Dalam
teori zona longitudinal ada lima zona di setiap sisi tubuh. Zona itu
meliputi segmen pada tubuh, depan–belakang, meluas dari ujung kaki
sampai ke kepala dan otak. Dari ujung jari kaki ditarik garis sejajar
dengan ujung jari tangan yang sama. Setiap satu level tubuh mempunyai
lebar yang sama.
Lima zona tersebut adalah sebagai berikut.
1. Zona 1: dari ujung ibu jari kaki melewati tungkai dan tubuh ke kepala
dan otak, kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung ibu jari
tangan.
2. Zona 2: dari ujung jari kaki kedua melewati tungkai dan tubuh ke
kepala dan otak kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung jari
telunjuk tangan.
3. Zona 3: dari ujung jari kaki ketiga melewati tungkai dan tubuh ke
kepala dan otak, kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung
jari tengah tangan.
4. Zona 4: dari ujung jari keempat kaki melewati tungkai dan tubuh ke
kepala dan otak, kemudian ke bawah ke lengan terus menuju ujung
jari manis tangan.
5. Zona 5: dari ujung jari kelima kaki melewati; sisi luar tungkai kaki
dan tubuh ke kepala dan otak, kemudian ke bawah tepi luar lengan
terus menuju ujung jari kelingking tangan. Khusus pada ibu jari,
penampang dari setiap ibu jari pun dibagi menjadi 5 zona atau bagian
yang sama besar.
1
2.3.5 Titik atau Area Pijat Reflexi Kaki
Berdasarkan buku panduan KemenDikBud (2015) titik atau area pijat refleksi
kaki secara umum yaitu sebagai berikut:
1
Keterangan :
a) Tehnik Pijat Dasar
Pijat Refleksi Kaki adalah manipulasi dari struktur jaringan lunak yang dapat
menenangkan serta mengurangi stress psikologis dengan meningkatkan
hormon morphin endogen seperti endorphin, enkefalin dan dinorfin (Best et
al, 2008). Menurut Ariyani (2017) terdapat lima tehnik dasar, yaitu:
a. Mengusap (efflurage/Strocking), merupakan gerakan mengusap dengan
menggunakan telapak tangan, dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri
pemijatan. Manfaat gerakan mengusap adalah merelaksasikan otot dan ujung-
ujung syaraf.
b. Meremas (petrisage), yaitu gerakan memijit atau meremas dengan
menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Gerakan ini bermanfaat
untuk melancarkan suplai darah ke otot yang sedang dipijat
c. Menekan (Friction), merupakan gerakan melingkar kecil-kecil dengan
penekanan yang lebih dalam menggunakan jari, ibu jari, dan siku tangan.
Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas sel-sel tubun sebingga
aliran darah lebih lancer, dan juga dapat meredakan rasa sakit.
d. Menggetar (vibration), adalah geakan pijat dengan menggetarkan bagian
tubuh dengan menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan, bertujuan
untuk memperbaiki/memulihkan dan mempertahankan fungsi saraf dan otot.
e. Memukul (tapotement), merupakan gerakan menepuk atau memukul yang
bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan secara
bergantian. Gerakan memukul bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot
saat stimulasi.
c. Prosedur Pijat Refleksi Kaki
Menurut KemenDikBud (2015), Sebelum dilakukan pemijatan pada kaki,
terapis harus hafal semua letak titik/ area pijat refleksi. Pelaksanaan pijat
refleksi harus memperhatikan urutan sebagai berikut:
36. Mempersiapkan otot dan tubuh klien untuk diterapi. Otot dan tubuh klien
belum sepenuhnya siap untuk dipijat. Urutan urutan pemijatan selalu dimulai
dengan teknik peregangan dan relaksasi otot yang bertujuan agar klien siap
untuk dipijat dan mencegah terjadinya cedera otot.
1
37. Memberikan hasil pijat yang maksimal. Pemijatan di titik atau area pijat
reflekis tertentu akan menajdi lebih efektif jika didahului dengan pemijatan
pada titik/area yang hasilnya akan merangsang titik/area pijat refleksi
sesudahnya. Misalnya, titik hipofisis, jika dipijat, akan menghasilkan hormon
– hormon yang merangsang kinerja kelenjar tiroid, paratiroid, adrenal.
38. Urutan urutan Pemijatan :
1) Memulai proses pemijatan dengan berdoa
2) Persiapan. Persiapan bisa dilakukan dengan merendakm kaki klien
menggunakan air hangat dengan garam dapur selama kurang lebih 10
menit, dan cuci tangan dengan bersih sesuai SOP cuci tangan terapi
3) Setelah itu, seka dengan handuk bersih dan semprot dengan alcohol 70%
dan lakukan peregangan dan relaksasi otot kaki klien dengan cara
mengusap, meremas, menekan/memijat, menggetar, menepuk serta
meregangkan otot tungkai bawah klien. Pemijatan ini dilakukan dengan
mengoleskan minyak pijat beraroma (minyak zaitun)
4) Pijat dengan titik pembukaan, semua sistem dan organ dikendalikan oleh
otak dan sistem saraf. Oleh karena itu, titik yang dipilih adalah titik untuk
stimuli sistem saraf yaitu titik nomor 1, 3, 4, 5, dan 53 sampai 58
5) Lakukan pemijatan pada titik wajib. Area titik wajib meliputi titik
detoksifikasi (34, 22, 23,24, 51, 28, 29, 30, 31, 32), titik pemeliharaan
saraf dan metabolism tubuh pada area 12 dan 13, titik pencernaan (15, 16,
17, 8, 19, dan 25), titik relaksasi (2 dan 20), dan titik suplemen pada area
21.
6) Titik terapi, titik yang dipilih sesuai dengan keluhan klien, jika sudah
termasuk titik pada langkah (c & d), tidak perlu dipijat lagi.
7) Titik penutupan, titik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di titik
39, 40, dan 41. Jangan pijat area tersebut jika klien menderita gangguan
autoimun dan baru menjalani transplantasi organ
8) Pijat pendinginan berguna agar otot tidak memar, tehnik yang digunakan
untuk memijit dan mengurut adalah mengusap, meremas, menekan,
menggetar dan menepuk agar otot menjadi elastis dan tidak memar.
9) Memberikan saran kepada klien dan merapikan peralatan kembali
1
10) Bersihkan kaki pasien dan akhiri sesi pemijatan dengan
berdoa. Sumber : (Hendro & Yusti, 2015)
2.3.6 SOP (Standar Operasional Prosedur) pijat Reflexi Kaki (Lampiran 6)
1
BAB 3
1
3.5 Alat dan Instrumen Studi Kasus
3.5.1 Alat studi kasus
1. Alat ukur tekanan darah spyghmomanometer manual
2. Alat untuk memijat (piring kecil, minyak zaitun/oil, handuk).
3. Instrumen studi kasus
4. Lembar skrining: untuk mengetahui subyek studi kasus.
5. Lembar identitas subyek untuk mengetahui identitas pasien.
6. Lembar informasi untuk mengetahui informasi terhadap pasien yang
mau menjadi subyek.
7. Lembar persetujuan: mengetahui persetujuan antara pasien dan penulis
untuk menjadi subyek dengan penulis.
8. Lembar protokol: prosedur kerja untuk melakukan tindakan kepada
subyek
9. Lembar observasi tekanan darah untuk mengetahui hasil dari tindakan
kepada subyek
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
langsung,wawancara,observasi dan dokumentasi hasil pemeriksaan tekanan
darah sebelum dan sesudah di berikan terapi reflexi kaki pada pasien
hipertensi.
3.6.1 Sebelum dilakukan Intervensi Reflexi kaki
Yaitu dengan menggunakan metode wawancara merupakan percakapan
dengan antara dua orang atau lebih terjadi antara pewawancara dan
narasumber. Dimana perawat menanyakan berbagai pertanyakan salah
satunya menggunakan instrument yaitu fungsi kognitif(SPMSQ). dan klein
mengkomsumsi obat antihipertensi dengan durasi obat 6jam ,setelah obat
beraksi akan dilakukan pengukuran tekanan darah klein dengan
spyghmomanometer manual dan hasil pengukuran akan didokumentasi
dilembar observasi.
3.6.2 Proses Intervensi Reflexi kaki
Pada saat dilakukan intervensi pijat reflexi pada kaki yaitu dengan
menggunakan metode secara langsung atau manual dimana melakukan
1
dengan jari tangan sendiri. dengan menggunakan Alat untuk memijat (piring
kecil, minyak zaitun/oil, handuk). Dengan durasi 30menit dengan 2kaki
kanan dan kiri pemijatan reflexi kaki ini sesuai Standar Oprasional Prosedur
(SOP). Dan peminjatan ini dilakukan 3kali selama 1 minggu pada hari
(selasa,kamis dan sabtu).
3.6.3 Sesudah dilakukan Intervensi Reflexi Kaki
Setelah dilukakan intervensi pijat reflexi pada kaki yaitu dengan
menggunakan metode observasi dimana metode ini merupakan aktivitas dari
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena. dengan durasi 30 menit klein akan
dilakukan pengukuran tekanan darah kembali dengan selang waktu 10
menit. Dan hasil pre-post akam didokumentasikan dilembar observasi
tekanan darah klein.
3.7 Langkah Studi Kasus
Langkah-langkah studi kasus yaitu sebagai berikut:
3.7.1 Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan studi kasus yaitu:
1) Menyusun proposal, bimbingan proposal, sidang proposal, setelah sidang
proposal melakukan revisian proposal, uji etik setelah uji etik melakukan
surat perizinan penelitian ke wilayah kp.pisangan rt.005 rw.003
desa.satria mekar kec.tambun utara.
2) Menyiapkan lembar observasi, lembar skrining, dan lembar informed
concent.
3) Menjelaskan maksud tujuan dan waktu studi kasus kepada pasien dan
meminta persetujuan untuk melibatkan pasien dalam melakukan studi
kasus.
3.7.2 Tahap Pelaksanaan
1) Setelah mendapatkan izin dari kepala desa satria mekar penulis
melakukan kordinasi dengan rt.rw setempat kemudian dibantu oleh ketua
rukun tetangga melakukan pendekatan ke subyek.
1
2) Setelah itu penulis melakukan skrining (skrining kegawatan kondisi,
penyakit penyerta, penggunaan obat, dan kriteria outcome) terhadap
calon subyek.
3) Penulis melakukan informed concent ke subyek yang eligible.
4) Kemudian kontrak waktu dengan subyek.
5) Penulis melakukan pengukuran tekanan darah sebelum memberikan
terapi.
6) Responden diberikan pijat refleksi kaki dengan metode manual selama 30
menit setiap perlakuan yang dilakukan selama 3 kali dalam 1 minggu
dengan selang 2 hari (selasa, kamis dan sabtu)
7) Setelah dilakukan pemijatan selama 1 minggu 3kali, klein dilakukan
pengukuran tekanan darah kembali dengan selang waktu 10 menit.
3.7.3 Tahap pelaporan
Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis data kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabel dan di analisis secara deskriptif analitik.
3.8 Analisa Studi Kasus
Analisa data dalam studi kasus ini akan dianalisis secara univarial yaitu
dengan menggambarkan hasil dari penerapan pijat reflexi kaki pada lansia
yang mengalami hipertensi. Data akan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel
distribusi frekuensi dan persentase. Selain itu data sebelum dan sesudah
intervensi akan disajikan dalam bentuk diagram batang.
3.9 Penyajian Data
Setelah dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil studi kasus, maka
data atau hasil studi kasus di sajikan dalam bentuk narasi atau table.
3.10 Etika Studi Kasus
1. Outonomy
Studi kasus ini subyek diberi kebebasan dalam memutuskan
kesediaannya untuk terlibat dalam penelitian secara sukarela dengan
menandatangani informed concent yang telah disediakan setelah semua
informasi dijelaskan kepada subyek.
2. Beneficience
1
Penulis melindungi subyek dari resiko yang mungkin muncul selama
menjalani terapi reflexi kaki, seperti perasaan tidak nyaman selama
terapi, segala resiko yang berkaitan dengan penulis menjadi tanggung
jawab penulis.
3. Confidentiality
Penulis menjaga kerahasiaan informasi pribadi subyek, seperti identitas
dengan tidak menuliskan nama, tetapi dengan menggunakan simbol
tertentu yang hanya dipahami oleh penulis dan tim sehingga subyek tidak
merasa khawatir. Kerahasiaan informasi yang diberikan sangat dijaga
oleh penulis. Semua catatan dan data subyek hanya digunakan untuk
keperluan analisis sampai laporan disusun.
4. Justice
Penulis ini tidak melakukan deskriminasi pada kriteria yang tidak relevan
saat memilih sampel penulis. Setiap subyek akan mendapatkan Terapi
Refelxi Kaki dengan protokol.
5. Non-Maleficence (do no harm)
Penulis selalu memonitor kemungkinan munculnya efek samping yang
timbul oleh terapi Reflexi Kaki Penulis juga selalu mengecek tekanan
darah ,sebelum dan sesudah terapi untuk mengantisipasi terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan mungkin ada saat penelitian.
1
BAB 4
2
pengkajian dan pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah subyek sistolik
160mmHg dan diastolik 90mmHg. Dan subyek menurunkan tekanan darahnya
dengan obat dan tidak pernah mendapatkan terapi pijat reflexi kaki.
b) Subyek 2
Pada tanggal 23 juni hari selasa,15:30 Wib, subyek mengatakan kepala
pusing, kaki bagian kiri atas terasa sakit pada saat melakukan pengkajian. Subyek
mengatakan jarang ke fasilitas kesehatan tetapi tekanan darahnya selalu terkontrol
karena ponakannya mempunyai tensi darah. terlihat Tekanan darah sistolik 150
mmHg dan diastolik 110 mmHg. Subyek hanya mengkomsumsi obat
antihipertensi dan tidak pernah mendapatkan terapi pijat reflexi kaki
c) Subyek 3
Pada tanggal 23 juni hari selasa ,16:00 Wib subyek mengatakan kepala
pusing, dibagian belakang kepala. Subyek terlihat memegang kepala bagian
belakang.subyek mengatakan jarang sekali kefasilitas kesehatan karena jauh dari
rumah dan males mengantri.Tekanan darah sistolik 155 mmHg dan diastolik 120
mmHg. Subyek hanya mengkomsumsi obat antihipertensi dan tidak pernah
mendapatkan terapi pijat reflexi kaki
4.1.3 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan yang ditegakan kepada 3subyek menurut buku SDKI:
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontrasi
darah.
4.1.4 Intervensi
Intervensi yang dilakukan oleh penulis yaitu melakukan terapi pijat reflexi
kaki di wilayah kp.pisangan rt.005.003 desa. Satria mekar kec.tambun utara
kab.bekasi.kepada 3 subyekyaitu 1 lanjut usia dan 2 pralanisa.pijat reflexi
dilakukan 3 kali sehari selama 7 hari dengan durasi waktu 30 menit.
Sebelum dilakukan terapi pijat reflexi kaki penulis melakukan komunikasi
teraupetik,menjelaskan tujuan dari pijat reflexi ini dan menjelaskan infom
consent.penulis menanyakan isi form screening kognitif kepada subyek
untuk mengukur dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah mengisi form
screening penulis melakukan mengukur tekanan darah sebelum dilakukan
pijat reflexi kaki, kemudian diberikan intervensi yaitu pijat reflexi kaki, dan
2
setelah dilakukan pijat reflexi kaki subyek diukur kembali tekanan darah
subyek dengan selang waktu 10 menit.
4.1.5 Implementasi
Subyek 1
Kunjungan pertama pada tanggal 23 Juni 2020:
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Subyek
mempunyai riwayat hipertensi selama 2 tahun. Dan mempunyai riwayat DM
tipe II selama 3 Tahun. Melakukan terapi pijat reflexi kaki
menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan darah
sesudah. terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 140 mmHg
dan diastolic
90 mmHg. Terlihat penurunan terhadap nilai tekanan darah sistolik tetapi
tekanan darah diastolic tetap. Karena subyek kurang rileks pada saat
dilakukan pijat reflexi kaki.
2
darah systolic dan diastolic dengan selisih 1 sampai 20. Karena subyek
terlihat rileks.
Subyek 2
Kunjungan pertama pada tanggal 23 Juni 2020:
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum terapi pijat reflexi kaki yaitu:
tekanan darah sistolik 150 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Subyek
mempunyai riwayat Hipertensi 1,5 Tahun .Dilakukan terapi pijat reflexi kaki
menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan darah
sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
diastolik 110 mmHg. Karena subyek kurang rileks pada saat dilakukan pijat
reflexi kaki.
2
reflexi kaki menggunakan minyak zaitun/oil, penilaian pengukuran tekanan
darah sesudah terapi pijat reflexi kaki yaitu: tekanan darah sistolik 150
mmHg dan diastolik 110 mmHg.
4.1.6 Evaluasi
Setelah dilakukan terapi Reflexi Kaki selama 1 minggu dalam 3hari dengan
durasi waktu 30 menit pada subyek 1 dan 2 kemudian subyek mengatakan
terasa nyaman dan rileks. Subyek terlihat rileks dan nyaman. Tetapi tekanan
darah subyek masih ada kenaikan hal tersebut dikarenakan kurang rileks dan
adanya masalah pikiran.
Analisa Hasil penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
terapi pijat reflexi kaki pada Subyek 1 dan 2.
2
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan oleh penulis terhadap 2
subyek, didapatkan hasil bahwa sebelum dan sesudah terapi reflexi kaki dapat
dilihat ada penurunan dan kenaikan. kenaikan tersebut dikarenakan subyek
kurang rileks dan adanya faktor pikiran yang lain. Pada masing-masing
subyek dari subyek 1 sampai 2 diberikan terapi reflexi kaki yaitu 3kali dalam
dalam 1minggu dengan selang waktu 2hari (selasa,kamis,sabtu) dengan
durasi waktu 30 menit.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Terapi Pijat Reflexi Kaki
2
Tekanan Darah Tekanan Darah Keterangan
Waktu Sebelum Sesudah
Ny.T Kamis, 25 Juni 2020, 160 120 160 120 Tetap Tetap
16:30 WIB
Dari hasil studi kasus tentang sebelum dilakukan pijat reflexi kaki pada
subyek 1,2 dan 3 terdapat tekanan darah dengan kategori derajat I dan II dengan 1
usia lanjut dan 2 pralansia. Meskipun teknik pemijatan tidakakan berdampak
banyak pada penderita hipertensi berat, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa reflexi dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi ringan dan sedang. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Nugroho (2012),
menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding hipnoterapi dalam
menurunkan tekanan darah.
Hasil studi kasus sesudah pijat reflexi kaki pada subyek 1,2 dan 3 terdapat ada
penurunan dan terkadang ada kenaikan dengan dilakukan terapi 3 kali dalam 1
minggu dengan selang waktu 2hari (Selasa,Kamis,Sabtu) dengan durasi waktu 30
menit. Subyek 1 terdapat penurunan tekanan darah systolic dan diastolic hal ini
dikarena subyek rileks. Subyek 2 mengalami kenaikan tekanan darah systolic dan
diastolic hal ini dikarena subyek tidak rilkes dan banyak masalah pikiran. Dan
subyek 3 mengalami penurunan pada systolic dan tekanan darah diastolic tetap hal
2
ini subyek masih kurang rileks. Pijat reflexi kaki memberikan ransangan-rangan
relaksasi yang mampu mempelancar aliran arah dan cairan tubuh pada bagian-
bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat. Hasil
penelitian setelah dilakukan refleksi kaki tekanan darah lansia mengalami
penurunan yang tajam.Aktivitas fisik sangat penting untuk meningkat kesehatan
lansia, salah satunya adalah terapi refleksi kaki. Refleksi kaki tidak hanya dengan
pijat tetapi juga dapat dilakukan dengan Olah raga rutin berjalan telanjang kaki.
Menurut Nugroho (2012). Dari hasil penulis mengansumsi bahwa pemberian pijat
reflexi kaki yang dilakukan 1minggu 3kali dengan selang 2hari mampu
menurunkan tekanan darah dan menjadi rileks.
Hasil sebelum dan sesudah melakukan pijat reflexi kaki terdapat hasil yang
berbeda pada subyek 1,2 dan 3 mempunyai penyakit hipertensi derajat I dan II.
Pada tekanan darahnya ada kenaikan,penurunan dan tekanan darah tetap. Dikarena
subyek yang mengalami kenaikan dan tetap kurang rileks dan mempunyai
masalah pikiran. Hasil peneliti Penelitian lain oleh Zunaidi, Nurhayati, dan
Prihatin (2014) didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan
darah sistol sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg. menurut Kemudian hasil
penelitian sebelumnya menurut Faridha dan Shintha, (2019) dilakukannya pijat
reflexi kaki diberikannya sebanyak 3kali dalam 1minggu dengan selang 2hari
.pijat reflexi kaki dengan metode manual memiliki tekanan darah kategori normal
<130 mmHg/<85 mmHg.. Dari hasil penulis mengansumsi bahwa pemberian pijat
reflexi kaki mampu menurunkan tekanan darah systolic dan diastolic.
Hasil studi kasus ini disimpulkan bahwa penerepan pijat reflexi kaki yang
dilakukan langsung oleh peneliti kepada semua subyek selama 3kali dalam 1
minggu (Selasa,Kamis,Sabtu) dapat berpengaruh terhadap menurunkan tekanann
darah pada lansia. Pada penelitian ini dilakukan kepada 3 subyek diantaranya 1
lanjut usia 2 pralansia. Subyek 1 mengalami penurunan tekanan darah subyek 2
dan 3 menglami kenaikan pada tekanan darah dikarena subyek kurang rileks.
Terdapat efektifitas pijat reflexi kaki terhadap menurunkan tekanan darah.
Semakin rutin dilakukan pijat reflexi kaki subyek semakin rileks dan bisa
2
menurunkan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.
Bahwa studi kasus ini masih ada keterbatasan yang dialami penulis selama
melakukan penerapan terapi pijat reflexi kaki di wilayah Kp.Pisangan Rt.005
Rw.003 Desa.Satria Mekar Kec.Tambun Utara Kab.Bekasi yaitu:
1) Penulis mengalami kesulitan tidak bisa mengontrol subyek agar menjadi
rileks.
2) Kesulitan untuk mengontrol hal-hal yang bisa meningkatkan tekanan darah
dari pola hidup dan makanan.
2
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat memberikan manfaat bagi penulis dan dapat diharapkan kepada penulis
selanjutnya agar mampu melakukan studi kasus dengan menerapkan terapi pijat
reflexi kaki dengan maksimal.
2
DAFTAR PUSTAKA
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta:
Badan Litbangkes, Kemenkes RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-periode-
aging-population.html
Larasiska, A., & Priyantari HN, W. (2017). Menurunkan Tekanan Darah Dengan
Cara Mudah Pada Lansia. Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(2), 55–
63. https://doi.org/10.18196/ijnp.1261
Hartutik, S., & Suratih, K. (2017). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi primer. XV(2).
Aspiana, N., & Syaifudin, S. (2014). Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di PSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur. http://digilib.unisayogya.ac.id/404/
Septiari, P., & Restuning, D. (2017). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Di
Panti Wreda Omega Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
1(1), 18–25. https://doi.org/10.33655/mak.v1i1.5
Hartutik, S., & Suratih, K. (2017). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi primer. XV(2).
Umamah, F., & Paraswati, S. (2019). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan
Metode Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan,
7(2), 295. https://doi.org/10.32831/jik.v7i2.204
Aspiana, N., & Syaifudin, S. (2014). Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di PSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur. http://digilib.unisayogya.ac.id/404/
Ramanto Saputra, B., . R., & Sis Indrawanto, I. (2017). Profil Penderita Hipertensi
Di Rsud Jombang Periode Januari-Desember 2011. Saintika Medika, 9(2),
116. https://doi.org/10.22219/sm.v9i2.4140
Umamah, F., & Paraswati, S. (2019). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan
Metode Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan,
7(2), 295. https://doi.org/10.32831/jik.v7i2.204
Junaedi, Sufrida, & &Gusti. (2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian
Hipertensi. 5–21.
Septiari, P., & Restuning, D. (2017). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Di
Panti Wreda Omega Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
1(1), 18–25. https://doi.org/10.33655/mak.v1i1.5
Silaswati, S., Sahar, J., Kemala, N., & Bardosono, S. (2019a). Developing Shinta ’
s Early Deterioration Detection by using Fuzzy Logic Algorithm in Indonesia
ଝ. 29, 905–909.
Silaswati, S., Sahar, J., Kemala, N., & Bardosono, S. (2019b). Development and
validation of an instrument measuring deterioration in social and spiritual
aspects among elderly patients in Indonesia hospitals ଝ. 29.
LAMPIRAN 1
Kepada
Yth
Studi kasus ini tidak akan menimbulkan akibat yang akan merugikan Bpk/Ibu
calon subyek. Kerahasian informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan studi kasus, jika Bpk/Ibu calon subyek tidak
bersedia menjadi subyek maka tidak ada ancaman bagi Bpk/Ibu.
Jika Bpk/Ibu telah menjadi subyek dan terjadi hal-hal yang merugikan maka
Bpk/Ibu boleh mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam studi kasus ini.
Saya sebagai penulis sebelumnya mengucapkan terimakasih atas tersedianya
Bpk/Ibu menjadi Subyek dalam studi kasus ini.
Penulis
Regita Cahyani
LAMPIRAN
3
PERNYATAAN KESEDIAAN SUBYEK UNTUK
MENGIKUTI STUDI KASUS
(INFORMED CONSENT)
Umur : 80 Tahun
Pendidikan : SD
Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami studi
kasus yang dilakukan dengan judul”
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SD
Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami studi
kasus yang dilakukan dengan judul”
(Surya
PERNYATAAN KESEDIAAN SUBYEK UNTUK
MENGIKUTI STUDI KASUS
(INFORMED CONSENT)
Umur : 46 Tahun
Pendidikan : MTS
Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami studi
kasus yang dilakukan dengan judul”
(Tri Diana
LAMPIRAN 4
PENDIDIKAN FORMAL
2020-2039 : SDN SATRIA MEKAR 02
2030-2092 : SMPN 1 TAMBUN UTARA
2222-2727 : MADRASAH ALIYAH NEGRI (MAN) 1
KOTA BEKASI
Pem 2
7 22/04/2020 08:00 Email Penulisan program studi 1. Perbaikan sesuai
WIB d-3. saran
Bab 3 2. Perbaiakan
Studi kasus dan kreteria penulisan harus
subyek. konsisten
3. Perbaiki kriteria
subyek.
Pem 2
8 26/06/2020 10.00 Tatap muka Bab 4 1. Tambahkan data
WIB subyek digambaran
studi kasus.
2. Intervensi,implemen
tasi,evaluasi.
Pem 1
12 11/06/2020 09:00 Tatap muka Bab 3-5 1. Acc untuk
Wib (Via Zoom) pengambilan data
studi kasusu
2. Perbaikan sesuai
saran
Analisis Hasil :
Skore Salah : : Fungsi Intelektual utuh
0-2 Skore : Kerusakan Intelektual
Ringan
Salah : 3-4
: Kerusakan Intelektual
Skore Salah : Sedang
FORM SCREENING FUNGSI KOGNITIF
(SPMSQ)
Subyek 2
Analisis Hasil :
Skore Salah : : Fungsi Intelektual utuh
0-2 Skore : Kerusakan Intelektual
Ringan
Salah : 3-4
: Kerusakan Intelektual
Skore Salah : Sedang
FORM SCREENING FUNGSI KOGNITIF
(SPMSQ)
Subyek 3
Analisis
Hasil :
Komite Etik Penelitian Kesehatan, Program Studi Keperawatan D-3 STIKES Bani Saleh dalam
upaya melindungi hak azasi dan kesejahteraan subyek penelitian keperawatan, telah mengkaji
dengan teliti protokol berjudul:
Gambaran Penerapan Terapi Reflexi Kaki Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Tekanan
Darah Tinggi Di Wilayah Kp.Pisangan RT.005 RW.003 Desa Satria Mekar Kec. Tambun
Utara Kab. Bekasi
Ketua KEPK