Anda di halaman 1dari 101

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN


DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana


Keperawatan pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Oleh :

Agnes Yuliandra

1932311004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2022
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana


Keperawatan pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Oleh :

Agnes Yuliandra

1932311004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSI ESENSIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKABUMI

Telah Disetujui untuk diujikan dihadapan tim Penguji Sidang Proposal Penelitian
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sukabumi, 03 November 2022


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Mustopa Saeful Alamsyah, M.Kep Egi Mulyadi, M.Kep


NIDN : 0401048103 NIDN : 0420118903

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ria Andriani, M.Kep., Sp. Kep. An


NIP 117803057

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSI ESENSIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKABUMI

Telah Disetujui untuk diuji dihadapan tim Penguji Skripsi


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sukabumi, 13 Januari 2023


Pembimbing I Pembimbing II

Mustopa Saeful Alamsyah, M.Kep Egi Mulyadi, M.Kep


NIDN : 0401048103 NIDN : 0420118903

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ria Andriani, M.Kep., Sp. Kep. An


NIP 117803057

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSI ESENSIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKABUMI

Oleh
Agnes Yuliandra
1932311004

Karya tulis ini telah disetujui oleh Pembimbing

Sukabumi, 13 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Mustopa Saeful Alamsyah, M.Kep Egi Mulyadi, M.Kep


NIDN : 0401048103 NIDN : 0420118903

Diketahui dan disahkan oleh pimpinan perguruan tinggi,

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi


Pendidikan Profesi Ners

Hendri Hadiyanto, M.Kep. Ria Andriani, M.Kep., Sp. Kep. An


NIP 117703053 NIP 117803057

iv
HALAMAN PERNYATAAN PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Pengaruh


teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
dengan hipertensi esensial di wilayah kerja puskesmas sukabumi “ ini berupa
seluruh isinya merupakan karya saya sendiri. Hal ini di dukung oleh hasil
pemeriksaan bebas plagiarisme yang dikeluarkan oleh LPPM UMMI pada tanggal
13 Januari 2023 Pengutipan terhadap bentuk-bentuk tulisan lainnya dilakukan
sesuai dengan kaidah referensi kepustakaan yang diperkenankan dengan
menunjang tinggi Hak Kekayaan Intelektual ( HaKI ) dan sesuai dengan Etika
Akademik yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini. Segala hal yang bertentangan dengan pernyataan
di atas menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Demikian pernyataan ini dibuat
dengan sesungguhnya.

Sukabumi, 13 Januari 2023

Materai
10000

Agnes Yuliandra

v
ABSTRAK

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKABUMI

Agnes Yuliandra¹, Mustopa Saeful Alamsyah², Egi Mulyadi³

Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit the silent killer yang mengakibatkan
kematian tertinggi diseluruh dunia. Pada tahun 2021 Hipertensi menduduki posisi
pertama dengan jumlah kasus 8.349 dan menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus
1.176 dengan presentase 28,4% di Wilayah kerja Puskesmas Sukabumi Pada bulan Juli –
September Pada tahun 2022. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
esensial di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi. Metode Penelitian: Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan menggunakan
rancangan “One group Pretest-Posttest. Besar responden dalam penelitian ini yaitu 16
responden. Hasil penelitian: Hasil uji statistic dengan Uji Paired test Samples test nilai P
value yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05, dimana dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
dengan penderita hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial diwilayah kerja Puskesmas
Sukabumi. Saran: Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu terapi
alternative pengobatan non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
dengan hipertensi esensial.
Kata Kunci: Relaksasi Nafas Dalam, Hipertensi esensial

vi
ABSTRACT

THE EFFECT OF DEEP BREATHING RELAXATION TECHNIQUES ON


REDUCING BLOOD PRESSURE IN PATIENTS WITH ESSENTIAL
HYPERTENSION IN THE WORKING AREA OF THE SUKABUMI HEALTH

Agnes Yuliandra¹, Mustopa Saeful Alamsyah², Egi Mulyadi³

Department of Ners Professional Education, UMMI

Backround: Hypertension is a silent killer disease which causes the highest mortality
worldwide. In 2021 hypertension occupies the first position with a total of 8,349 cases
and occupies the first position with a total of 1,176 cases with a percentage of 28,4% in
the working area of the Sukabumi Health Center in July – September in 2022. Research
Objective: To determine the effect of deep breathing relaxation techniques on reducing
blood pressure in patients with essential hypertension in the working area of the
Sukabumi Health Center. Research method: The research method used in this study was
a quasy experiment using a “One group pretest-posttest “. The number of respondents in
this study were 16 respondents. The results of the study : The results of statistical tests
using the paired test samples test resulted in a P value of 0,000 < 0,05, which means
that there is an effect of deep breathing relaxation techniques on reducing blood pressure
in patients with essential hypertension in the working area of the Sukabumi Health
Center, Conclusion : There is an affect of deep breathing relaxation techniques on
reducing blood pressure in patients with essential hypertension in the working area of the
Sukabumi Healht Center. Suggestion: The results of this study are expected to become an
alternative non-pharmacological treatment for lowering blood pressure in patients with
essensial hypertension.
Keywords: Deep breathing relaxation, Essential hypertension.

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan
rahmat serta kasih sayang kepada seluruh ciptaannya. Alhamdulilah, dengan
segala kemampuan yang dimiliki dan berkat kemudahan yang diberikan Allah
SWT, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi esensial diwilayah kerja puskesmas sukabumi tahun”

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian pendidikan
akhir Sarjana Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Penulis menyadari selama pembuatan Skripsi ini banyak menemukan
hambatan dan kesulitan. Namun atas segala bantuan, bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Sakti Alamsyah selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi


2. Hendri Hadiyanto,M.Kep selaku Dekan Universitas Muhammadiyah
Sukabumi
3. Ria Andriani, M.kep.,S.Kep.An selaku Ketua Prodi sarjana keperawatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi
4. Dr. Asep Suryadin,S.Kep,Ners,M.Pd selaku penguji yang telah meluangkan
watunya dalam memberikan arahan untuk kesempurnaan isi skripsi ini.
5. Mustopa Saeful Alamsyah, M.Kep. selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk
melakukan bimbingan offline maupun online dan memberikan masukan,
dukungan, arahan yang sangat sangat jelas untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Egi Mulyadi, M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
dengan penuh kesabaran untuk melalukan bimbingan, memberikan arahan,
masukan, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mencerahkan untuk
menyelesaikan skripsi ini
7. Kedua orangtua Agnes serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan

viii
dukungan moril maupun material serta doa dan restunya selama ini. Juga
memberikan motivasi tiada terkira agar penyusun senantiasa cepat lulus dan
menjadi orang sukses.
8. Teman-teman kuliah khususnya jurusan S1 Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini jauh dari kata
sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk hasil yang lebih baik lagi.

Sukabumi, 13 Januari 2023

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iv
PERNYATAAN PLAGIARISME v
ABSTRAK vi
UCAPAN TERIMAKASIH viii
DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan masalah 6
C. Tujuan penelitian 6
1. Tujuan umum 6
2. Tujuan khusus 6
D. Manfaat penelitian 6
1. Bagi peneliti 6
2. Bagi penderita hipertensi 7
3. Bagi instasi pendidikan 7

BAB II KAJIAN TEORITIS 8

A. Tinjauan Pustaka 8

1. Hipertensi 8
a. Definisi hipertensi 8
b. Klasifikasi hipertensi 9
c. Penyebab hipertensi 11
d. Patofisiologi hipertensi 17
e. Manisfestasi klinis dan komplikasi 18
f. Pemeriksaan penunjang 18

x
g. Penatalaksanaan 19
2. Relaksasi nafas dalam 20
a. Definisi 20
b. Manfaat dan tujuan relaksasi nafas dalam 21
c. Prosedur relaksasi nafas dalam 21
B. Kajian hasil-hasil penelitian terdahulu 22
C. Kerangka berfikir 31
D. Hipotesis penelitian 32

BAB III METODE PENELITIAN 34

A. Desain penelitian 34
B. Definisi operasional 35
C. Populasi & Sample 36
D. Kriteria inklusi dan ekslusi 37
1. Kriteria inklusi 37
2. Kriteria eksklusi 37
E. Alur penelitian 38
F. Tempat dan waktu penelitian 39
G. Teknik pengumpulan data 39
H. Analisis data 39
I. Etika penelitian 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

A. Hasil penelitian 42
B. Pembahasan 45
C. Keterbatasan penelitian 49

BAB V PENUTUP 50

A. Kesimpulan 50
B. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 52

LAMPIRAN 55

xi
DAFTAR TABEL

1. 1 Tabel 10 Penyakit Tertinggi di Puskesmas 3

2.1 Klasifikasi Hipertensi ACC/AHA9

2.2 Klasifikasi Hipertensi JNC VII 10

2.3 Tabel Penyebab Hipertensi Sekunder 13

2.4 Tabel Perbedaan Hipertensi Primer Dan Sekunder 15

2.5 Klasifikasi Makanan Pemicu Hipertensi 16

2.6 Tabel Manisfestasi Klinis 18

2.7 Tabel Penatalaksanaan 19

2.8 Tabel Jurnal Hasil Penelitian Terdahulu 22

3.1 Tabel Definisi Operasional 35

3.2 Tabel Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk 40


4.1 Tabel Analisis Uji Homogenitas 43
4.2 Tabel Distribusi Frekuensi karakteristik berdasarkan Usia, Jenis Kelamin
43
4.3 Tabel Distribusi Nilai Rata-rata Penurunan Tekanan Darah 44
4.4 Tabel Analisis Uji Paired Test 45

xii
DAFTAR GAMBAR

1. 1 Gambar kerangka Berfikir 33

1. 2 Gambar Desain Penelitian 35

1. 3 Gambar Alur Penelitian 39

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular ( PTM )
yang menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia karena distribusinya
yang tinggi dan terus meningkat. Hipertensi merupakan masalah utama
yang serius dan sering ditemukan pada masyarakat, baik dinegara maju
atau negara berkembang terutama di Indonesia ( Oktaviarini et al., 2019)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
tekanan darah didalam arteri. Dimana Hiper artinya berlebihan, dan Tensi
yang artinya tekanan/tegangan. Jadi hipertensi merupakan gangguan pada
sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas
nilai normal ( Musakkar & Djafar 2021 ). Sedangkan menurut ( Muryati
dan Yahya, 2018 ) Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu
keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah yang tidak normal
dalam pembuluh darah arteri dan terjadi secara terus menerus. Selain itu,
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah sistol ≥140 mmHg atau tekanan diastole ≥ 90 mmHg atau
keduanya. Hipertensi sering kali tidak menunjukkan suatu gejala apapun
dalam kurun waktu yang lama dan sering dikenal sebagai the silent killer.
Hipertensi pada umumnya dapat diketahui ketika telah terjadi komplikasi
pada organ seperti otak, mata, jantung dan ginjal sehingga hipertensi
merupakan salah satu faktor resiko berbagai penyakit ( Oktaviarini et
al.,2019 ).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2019 diketahui jumlah orang
dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13
miliar pada tahun 2015. Penyakit ini berkembang dengan pesat dinegara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh peningkatan faktor resiko hipertensi pada populasi
tersebut. Prevalensi hipertensi tertinggi di Afrika mencapai ( 27% )

1
2

sedangkan prevalensi hipertensi terendah di America sebesar ( 18% )


( WHO, 2019 ). Selain itu, menurut WHO ( World Health Organization )
hipertensi adalah tekanan darah sistolik yang diatas atau ˃140 mmHg dan
diastole ˃90 (Patricia, 2021)
Hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas ) tahun 2018 menunjukkan
distribusi penduduk Indonesia yang menderita hipertensi sebesar 34,1%
mengalami peningkatan 8,3 % dari tahun 2013 ( Kemenkes RI, 2018 ).
Berdasarkan Dataset Presentase penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan berdasarkan Kota di Provinsi Jawa Barat
dari tahun 2005 S.d 2019, yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan dalam
periode 1 tahun sekali. Yaitu Jawa Barat ( Kota Bandung 15,2%, Kota
Cirebon 0%, Kota Bekasi 22,2%, Kota Depok 24,8%, Kota Cimahi
122,3%, Kota Tasik Malaya 0%, Kota Banjar 40,4% pada tahun 2019).
Sedangkan, Presentase penderita hipertensi yang mendapat pelayanan
kesehatan di Kabupaten Provinsi Jawa Barat dari tahun 2005 S.d 2019,
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan dalam periode 1 tahun sekali.
Yaitu Kabupaten Jawa Barat ( Kabupaten Bogor 63,2%, Kabupaten
Sukabumi 97,2%, Kabupaten Cianjur 0%, Kabupaten Bandung 21,2%,
Kabupaten Garut 0%, Kabupaten Tasik Malaya 100%, Kabupaten Ciamis
0%, Kabupaten Kuningan 20,2%, Kabupaten Cirebon 107%, Kabupaten
Majalengka 16,8% Pada tahun 2019 ). Dinkes Jawa Barat 2019
Data 10 Besar penyakit Lansia di Kota Sukabumi Pada Tahun
2021. Penyakit hipertensi menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus
8.349 dan presentase 25.2 %, kedua Mialgia dengan jumlah kasus 4.865
dan presentase 14.7%, ketiga DM dengan jumlah kasus 4.177 dan
presentase 12.6%, keempat ISPA dengan jumlah kasus 3.376 dan
presentase 10.2%, kelima Gastroduodenitis dengan jumlah kasus 3.282
dan presentase 9.9%, keenam Nasofaringitis dengan jumlah kasus 2.887
dan presentase 8.7%, ketujuh Migren dengan jumlah kasus 2.220 dan
presentase 6.7%, kedelapan Dyspepsia dengan jumlah kasus 1.606 dan
presentase 4.8%, kesembilan Nyeri persendian ( AR ) dengan jumlah
3

kasus 1.450 dan presentase 4.4, kesepuluh Rematik dengan jumah kasus
945 dan presentase 2.8%.
Table 1.1
Distribusi 10 penyakit tertinggi di Puskesmas Sukabumi
pada bulan Juli – September 2022
Penyakit Jumlah Presentase ( % )
Acute upper respiratory 1.176 28,4 %
infection, unspecified
Essential ( primay ) 914 22,1 %
hypertension
Cronic apical periodonitis 747 18,0 %
Supervision of normal 282 6,8 %
pregnancy, unspecified
Myalgia 228 5,5 %
Acute pharyngitis, unspecified 205 4,9 %
Scabies 187 4,5 %
Cough 156 3,3 %
Headache 145 3,5 %
Other gastritis 127 3,0 %
4.133 100 %
Sumber: Puskesmas Sukabumi

Berdasarkan table 1.1, penyakit hipertensi masih menempati posisi


ke 2 terbesar dari 10 penyakit yang ada di Puskesmas Sukabumi, oleh
karena itu jika tidak dilakukan intervensi akan mengakibatkan komplikasi.
Salah satu intervensi keperawatan yang sering dilakukan oleh seorang
perawat dengan cara nonfarmakologi yaitu dengan dengan menggunakan
teknik relaksasi nafas dalam.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi relaksasi
yang mampu membuat tubuh menajdi lebih tenang dan harmonis, serta
mampu memberdayakan tubuhnya untuk mengatasi gangguan untuk
menyerangnya. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu teknik
untuk melakukan nafas dalam, nafas lambat ( menahan inspirasi secara
maksimal ) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigen darah. Penatalaksanaan non farmakologis terapi
relaksasi nfas dalam untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
4

hipertensi dipilih karena terapi relaksasi nafas dalam dapat dilakukan


secara mandiri, relative mudah dilakukan dar pada terapi non farmakologis
lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi dan mampu
mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita
hipertensi (Patricia, 2021)
Hal ini disesuaikan dengan beberapa hasil riset penelitian
diantaranya : Penelitian yang dilakukan oleh Arif Setyo Upoyo dan Agis
Taufik dengan judul “ Pengaruh relaksasi genggam jari dan napas dalam
terhadap mean arterial pressure pasien hipertensi primer “ pada tahun
( 2018 ), dengan jumlah 25 responden melakukan relaksasi napas dalam
terhadap pasien dengan hipertensi esensial/primer, didapatkan adanya
perbedaan signifikan sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi napas
dalam ( p=0,002 ) sebelum 121,48 dan sesudah 118,00. (Upoyo & Taufik,
2018)
Sedangkan menurut Penelitian Lili Suryani Tumanggor dan Putra
Dearts di Puskesmas kutalimbau, dengan judul “ Pengaruh teknik relaksasi
napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
di Wilayah kerja puskesmas Kutalimbau pada tahun ( 2021 ), dengan
jumlah 18 responden melakukan relaksasi napas dalam terhadap pasien
dengan hipertensi dengan nilai p-value 0,000 yang berarti kurang dari ˂
0,005 (Tumanggor & Dearst, 2021). Hal yang sama juga menurut
penelitian, menurut penelitian Julidia Safitri Parinduri ( 2020 ) dengan
judul “ Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas sidangkal “.
Penelitian ini dibuat pada tahun 2020 dengan jumlah 32 responden,
melakukan teknik relaksasi napas dalam pada pasien hipertensi dengan
hasil sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam 109,97 dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi napas dalam 105,06. Didapatkan adanya
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi
napas dalam terhadap pasien dengan hipertensi. (Parinduri, 2020)
Selain itu, menurut Yeni Oktavia Nursaroh, Ririn Afrian
Sulistyawati, Dan Sahuri Teguh Kurniawan , dengan judul “ Pengaruh
5

kombinasi terapi relaksasi napas dalam dan dzikir terhadap penurunan


tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Singopadu Rw 05 pada tahun
2022. Dengan jumlah 36 responden, melakukan teknik relaksasi napas
dalam dengan hasil ; sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam dan
dzikir Sistol kelompok perlakuan 149,44 mmHg ± 8,726 dan sistol
kelompok control 153,33 ± 10,290. Sedangkan frekuensi sebelum
dilakukan teknik relaksasi napas dalam Diastol kelompok perlakukan
105,56 mmHg ± 10,966 dan diastole kelompok control 108,33 mmHg ±
11,504. Setelah dilakaukan teknik relaksasi napas dalam dan dzikir
terdapat perubahan yang signifikan menjadi Sistol kelompok perlakuan
141.11 mmHg ± 8,324 dan sistol kelompok control 131,11 mmHg ±
12,783. Dan telah terjadi perubahan signifikan setelah dilakukan teknik
relaksasi napas dalam dan dzikir yaitu diastole kelompok perlakuan 97,78
mmHg ± 9,428 dan diastole control 90,56 mmHg ± 10,556. (Nursaroh et
al., 2022)
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Ni Luh Asti Astari, Kadek
Primadewi , Februari 2022. Dengan judul “ pengaruh terapi relaksasi Tarik
nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di Desa Tihingan Banjarangkan klungkung “ dengan jumlah 18
responden, melakukan teknik relaksasi napas dalam dengan hasil :
sebelum dilakukan diberikan teknik relaksasi Tarik napas dalam rata-rata
tekanan darah sistol 160 mmHg dan tekanan darah diastole lebih dari 97,7
mmHg. Setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam rata-rata tekanan
darah sistol 148,88 mmHg dan diastole sebesar 90,55 mmHg. Hasil analisa
dari penelitian ini didapatkan systole P value = 0,001 ( a = 0,05 ) dan
diastole P value = 0,002 ( a = 0,05 ) yang artinya bahwa p ˂ 0,05, sehingga
hipotesis dalam penelitian ini diterima, dimana secara statistic ada
pengaruh teknis napas dalam terhadap penurunan tekanan darah diastole.
(Primadewi, 2022)
Data diatas diambil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 19 Oktober – 23 Oktober 2022 dimana peneliti melakukan
pengkajian bahwa ternyata di dapat data hipertensi menduduki peringkat
6

ke 2 dipuskesmas sukabumi dan pemegang data puskesmas


merekomendasikan peneliti untuk mengambil sample pasien hipertensi di
kelurahan cisarua kota sukabumi.

Maka dari itu, berdasarkan uraian latar belakang permasalahan


tersebut, maka dari itu peneliti lebih tertarik mengenai “ Pengaruh teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
dengan hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi “.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “ apakah ada pengaruh teknik relaksasi napas
dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
esensial di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi ?”.

C. Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini disebutkan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai,
meliputi :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui teknik relaksasi napas dalam sebagai terapi
tambahan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi esensial.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui penurunan tekanan darah sebelum dilakukan
teknik relaksasi napas dalam pada kelompok
perlakuan/intervensi.
b. Mengetahui penurunan tekanan darah sesudah dilakukan
teknik relaksasi napas dalam pada kelompok intervensi
c. Mengetahui analisis hasil pengaruh tekanan darah teknik
relaksasi dalam pada kelompok intervensi.
7

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Tambahan wawasan serta informasi dan tindakan intervensi
mengenai pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial.

2. Bagi Puskesmas
Sebagai terapi tambahan yang bisa diberikan kepada pasien untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial.
3. Bagi perawat dan Tenaga kesehatan lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian pengobatan non
farmakologi pada pasien dengan penderita hipertensi untuk
penurunan tekanan darah.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai referensi dan tambahan pembelajaran bagi mahasiswa,
mengenai pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah
melebihi batas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg pada pemeriksaan
berulang. Hipertensi juga disebut tekanan darah tinggi yang
terjadi karena gangguan pada pembuluh darah sehingga darah
yang membawa suplai oksigen dan nutrisi terhambat sampai ke
jaringan tubuh ( Hastuti, 2020 ). Selain itu, menurut ( Kayce Bell,
June Teiggs, 2018 ) Hipertensi dapat mengakibatkan supali
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan, sehingga memberi gejala
berlanjut pada suatu target organ tubuh yang menimbulkan
kerusakan lebih berat pada target organ bahkan kematian.
Selain itu, Hipertensi merupakan penyakit the silent killer
yang menyebabkan 1 dari 3 orang dewasa terkena penyakit
hipertensi dan diperkirakan 7,5 juta kematian yang diakibatkan
oelh hipertensi di seluruh dunia ( Thirunavukarasu, Mahesan &
Nudarajah, 2018 ). Dan menurut ( Susanti et al., 2020 )
menjelaskan bahwa hipertensi adalah penyakit darah tinggi yang
lebih dikenal yang mendapat perhatian dari semua kalangan
masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka
pendek maupun jangka panjang sehingga membuthkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas

8
9

(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit


hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai daktor resiko yang dimiliki seseorang. (Nurhayani et
al., 2022)

b. Klasifikasi Hipertensi
2.1 klasifikasi hipertensi ACC/AHA (Adrian, 2019)

Kategori Tekanan darah Tekanan


tekanan sistolik darah
darah diastolic
Normal ˂120 mmHG Dan ˂ 80 mmHg
Meningkat 120-129 mmHg Dan ˂ 80 mmHg
( Elevated )
Hipertensi
Stadium 1 130-139 mmHg Atau 80–89
mmHg
Stadium 2 ≥ 140 mmHg Atau ≥ 90 mmHg

College of cardiology (ACC/ American Heart Association


(AHA), tekanan darah diklasifikasikan menjadi normal, meningkat
( elevated ), hipertensi stadium 1 dan 2. Klasifikasi hipertensi
stadium 1 diubah dari sebelumnya karena data resiko penyakit
jantung dengan systole dan diastole, modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah dan studi acak terkontrol mengenai
pengobatan antihipertensi. Resiko penyakit jantung meningkat
progresif pada tekanan darah 130-139/ 85-89 mmHg dibandingkan
dengan ˂120/80 mmHg. Indonesia sampai saat ini masih mengacu
pada kriteria hipertensi dari Joint National Commite ( JNC ) VII.
Berdasarkan pedoman JNC VII tekanan darah diklasifikasikan
menadi normal, prehipertensi, hipertensi stadium 1 dan 2. (Adrian,
2019).
10

2.2 Klasifikasi hipertensi JNC VII sumber (Adrian, 2019)

Klasifikasi Sistolik Diastolic Modifikasi Terapi inisial


tekanan mmHg mmHg gaya hidup
darah
Normal ˂ 120 Dan ˂80 Dianjurkan Tidak ada
indikasi
penggunaan anti
hipertensi
Pre- 120-139 Atau 80- Ya Tidak ada
hipertensi 89 indikasi
penggunaan anti
hipertensi
Hipertensi 140-159 Atau 90- Ya Diuretic ( Tiazid
stadium 1 99 ) untuk sebagian
besar kasus,
dapat
dipertimbangkan
penghambat
ACE, ARB,
penyakit Beta,
CCB, atau
kombinasi
Hipertensi ≥160 Atau Ya Kombinasi dua
stadium 2 ≥100 jenis obat pada
sebagian besar
kasus. Diuretik (
Tiazid ) dan
penghambat
ACE atau ARB
atau penyakit
Beta atau CCB.
11

Dari klasifikasi tersebut, ternyata hipertensi dapat


dibedakan menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer/esensial dan
sekunder.
Jenis hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab.
Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan
berat badan, faktor gaya hidup ( perubahan pekerjaan menyebabkan
penderita berpergian dan makan diluar rumah ), penurunan
frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar
mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah,
mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat
badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan berkemih,
riwayat perbeikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat,
mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada
hipertensi sekunder. (Adrian, 2019)
c. Penyebab hipertensi
Hipertensi sering dialami oleh seseorang tanpa didahului oleh
gejala-gejala yang dapat didignosis oleh dokter. Oleh karena itu,
dokter biasanya akan aktif mencari tanda awal hipertensi untuk
menentukan langkah-langkah medis berikutnya bagi penyembuhan
serta rehabilitasi penderita hipertensi. Jika penderita hipertensi
tidak di diagnosis sesegera mungkin maka penyakit bawaan lainnya
yang mengiringi munculnya penyakit hipertensi dapat muncul
secara sporadic yang ditunjukkan kelainan pada organ-organ vital
manusia seperti otak, jantung, ginjal, dan bagian tubuh lainnya
(Kosanke, 2019).
Hipertensi ternyata tidak saja diakibatkan oleh tekanan
darah yang abnormal namun juga diakibatkan oleh komplikasi
penyakit dan kelainan pada organ target terutama organ vital
sebagaimana yang disebutkan diatas. Selain itu adanya sindrom X
12

atau reaven pada orang yang mengalami hipertensi yang diikuti


dengan gangguan toleransi glukosa atau diabetes militus,
dislipedimia, serta obesitas. Oleh karena itu, orang yang menderita
hipertensi biasanya akan diikuti dengan penyakit lainnya (Kosanke,
2019)
Sebagimana yang dijelaskan diatas bahwa hipertensi
dibedakan menjadi 2 yaitu hipertensi primer/esensial dan hipertensi
sekunder. Berikut penyebab terjadinya hipertensi primer dan
sekunder. Hipertensi primer/esensial sekalipun tidak diketahui
penyebabnya namun diduga bahwa munculnya hipertensi ini
berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dari waktu ke waktu,
yang mempengaruhi perubahan pada jantung dan pembuluh darah
lainnya. Penderita hipertensi sekitar 90% merupakan hipertensi
primer/esensial. Pada hipertensi sekunder, diperkirakan sekitar 5-
10% disebebkan oleh ginjal, kemudian sekiar 1-2% diakibatkan
oleh kelainan hormonal atau dapat juga diakibatkan oleh
pemakaian obat tertentu seperti pill KB. Selain itu, tumor pada
kelenjar adrenalin yang menghasilkan hormone epinephrine
( adrenalin ) atau norepinephrine ( noradrenalin ) yang sering
disebut feokromositoma, juga diberikan andil terhadap munculnya
hipertensi sekunder (Kosanke, 2019).
13

Berikut adalah penyebab hipertensi sekunder :


2.3 Table penyebab hipertensi sekunder

Penyebab hipertensi Jenis


sekunder
Penyakit Ginjal  Stenosis arteri renalis
 Pielonefritis
 Glomerulonephritis
 Tumor-tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista
( dapat diturunkan )
 Trauma pada ginjal
 Terapi penyinaran
Kelainan Hormonal  Hiperaldosteronisme
 Sindroma cushing
 Feokromositoma
Obat – obatan  Pill KB
 Kortikosteroid
 Siklosporin
 Eritropoietin
 Kokain
 Penyalahgunaan alcohol
 Kayu manis dalam jumlah
yang besar
Penyebab lainnya  Koartosio aorta
 Preeklamsi pada
kehamilan
14

 Porfiria intermeiten akut


 Keracunan timbale akut.
Selain itu, penyebab umum hipertensi yaitu : usia, jenis
kelamin, ras dan pola hidup.
1) Usia : pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35
tahun meningkatkan insidensi penyakit arteri dan
kematian premature.
2) Jenis kelamin : insidensi terjadinya hipertensi pada
pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita. Namun, kejadian hipertensi pada wanita mulai
meningkat pada usia paruh baya, sehingga pada usia
di atas 65 tahun insidensi pada wanita lebih tinggi.
3) Ras : hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih
sedikit dua kalinya dibandingkan dengan orang yang
berkulit putih.
4) Pola hidup : penghasilan rendah, tingkat pendidikan
rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh
stress berhubungan dengan kejadian hipertensni yang
lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor
resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor
resiko tinggi bagi pengidap hipertensi dan penyakit
arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia
merupakan faktor utama dalam perkembangan
aterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
Faktor lain penyebab hipertensi :
a) Faktor keturunan : berdasarkan data statistic
terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya merupakan pengidap
hipertensi.
b) Ciri perorangan : ciri peroragan yang
mempengaruhi timbulnya hupertensi yaitu usia
15

( jika usia semakin bertambah, maka tekanan


darah pun semakin meningkat ), jenis kelamin
( pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita ),
dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak
dibandingkan dengan kulit puith ).
c) Kebiasaan hidup : kebiasaan hidup yang sering
kali menyebabkan timbulnya hipertensi yaitu
mengkonsumsi garam ( lebih dari 2,3 g/hari ),
kegemukan, diabetes, stress, dan pengaruh lain,
misalnya merokok dan mengkonsumsi alcohol.
2.4 Tabel Perbedaan hipertensi primer dan
sekunder.

Hipertensi  Merupakan
primer/esensial hipertensi
yang
penyebabnya
tidak
diketahui
 Biasanya
berhubungan
dengan faktor
keturunan dan
lingkungan
Hipertensi sekunder  Merupakan
hipertensi
yang
penyebabnya
dapat
diketahui
secara pasti,
misalnya
gangguan
16

pembuluh
darah dan
penyakit
ginjal.
Selain itu, terdapat faktor pencetus lainnya
hipertensi :
1) Obesitas
2) Kebiasaan merokok
3) Mengkonsumsi minuman beralkohol
4) Penyakit diabetes militus dan jantung
5) Wanita yang tidak menstruasi
6) Stress dan kurang olahraga
7) Pola makan yang tidak seimbang dan
mengonsumsi makanan berlemak/ tinggi
kolestrol.
8) Bahan makanan pemicu hipertensi :

2.5 Tabel Klasifikasi makanan pemicu hipertensi

Klasifikasi bahan makanan dan minuman Contoh bahan makanan


Makanan dengan kadar lemak jenuh tinggi Otak, ginjl, paru, minyak, kelapa, dan gajih
Makanan olahan berbahan dasar garam Biscuit, craker, kripik, serta makanan kering
natrium yang diasinkan
Makanan dan minuman kaleng Sarden, sosis, korned, sayuran dan buah-
buahan yang dikalengkan, dan minuman soft
drink
Makanan yang diawetkan Dendeng, asinan sayur buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, an
selai kacang
Susu full cream Mentega, margarin, keju mayonnaise,
daging merah, ( sapi kambing ), kuning telur
dan kulit ayam
Penyedap rasa Kecap, magi, terasi, saos tomat, saos sambl,
17

tauco serta bumbu penyedap dengan


kandungan garam natrium dosis tinggi
Alcohol dan makanan hasil fermentasi Tape, minuman keras, dan bahan makanan
serta minuman berbahan dasar alcohol.
Untuk mencukupi kebutuhan terhadap zat gizinya, penderita
hipertensi memerlukan asupan zat gizi baik makro seperti
karbohidrat, protein, serta lemak maupun zat gizi makro seperti
vitamin dan mineral. Penderita hipertensi membutuhkan air dan
serat dalam jumlah yang optimum. Asupan zat makanan yang
kurang optimum dapat menimbulkan penyakit tertentu sedangkan
bila supan zat makanan berada pada status gizi yang optimum akan
dapat meningkatkan vitalitas tubuh.
d. Patofisiologi
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu
reflex baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus
aorta. Pada hipertensi, karena danya berbagai gangguan genetic
dan resiko lingkungan, maka terjadi gangguan neurohormonal
yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-angiotensin-aldosteron,
serta terjadinya imflamasi dan resistensi insulin. Resistensi insulin
dan gangguan neurohormonal menyebabkan vasokontriksi sistemik
dan peningkatan resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan
gangguan ginjal yang disertai gangguan sistem renin-angiotensin-
aldosteron ( RAA ) yang menyebabkan resistensi garam dan air
diginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan
resistensi periferdan volume darah merupakan dua penyebab utama
terjadinya hipertensi. Pusat yang meneruma impuls yang dapat
mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medulla dibatang
otak.
Perubahan structural dan dungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
18

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada akhirnya


akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar
menjadi kurang dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung dan meningkatan
resistensi perifer ( Brunner & Suddarth ).
e. Manisfestasi klinis dan komplikasi
Pengidap hipertensi menunjukkan adanya sejumlah tanda
dan gejala, namun ada juga tanpa gejala. Hal ini menyebabkan
hipertensi dapat terjadi secara berkelanjutan dan mengakibatkan
sejumlah komplikasi. Menurut Edward K Chung,2013
manisfestasi klinis hipertensi sebagai berikut :
2.6 Tabel Manisfestasi klinis

Manisfestani klinis Deskripsi


Tidak ada gejala Hipertensi biasanya tidak akan
menimbulkan gejala. Namun,
akan menimbulkan gejala
setelah terjadi kerusakan
organ, misalnya jatung, ginjal,
otak dan mata.
Gejala yang sering kali terjadi Nyeri kepala, pusing/migraine,
rasa berat ditengkuk, sulit
untuk tidur, lemah dan lelah.
Selain itu, komplikasi hipertensi menurut Edward K. Chung :
stroke, kebutaan, arteriosclerosis ( kerusakan pembuluh darah ),
serangan jantung dan gagal jantung, gagal ginjal.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara menyeluruh dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis hipertensi dan menentukkan derajat
keparahannya. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui tekanan darah. Selain
19

pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dapat


dilakukan untuk mencari faktor resiko dan penyebab hipertensi,
serta mengetahui kerusakan organ, misalnya ginjal dan jantung.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hipertensi terdiri dari
penatalaksanaan farmakologi dan penatalaksanaan nonfarmakologi.
Dalam penatalaksanaannya tersebut, terdapat sejumlah hal yang
harus diperhatikan.
2.7 Tabel Penatalaksanaan

Jenis penatalaksanaan Tindakan


Farmakologi Golongan diuretic, golongan
beta bloker, golongan
antagonis kalsium, dan
golongan ACE inhibitor
Nonfamakologi  Pola makan harus
dibatasi atau
dikurangi, terutama
makanan yang
mengandung garam
 Aktivitas/olahraga

Selain penatalaksanaan nonfarmakologi tabel atas, ternyata


penatalaksanaan nonfarmakologi untuk menurunkan hipertensi
pun dapat dilakukan dengan teknik relaksasi diantaranya :

1) Relaksasi benson : merupakan pengembangan metode


relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang
dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga
dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan
20

kesejahteraan lebih tinggi karena efek relaksasi yang


didapat semakin besar
2) Relaksasi otot : adalah teknik sistematis untuk mencapai
keadaan relaksasi dimana metode yang diterapkan melalui
metode progresif dengan latihan bertahap dan
berkesinambungan. Relaksasi otot dapat dilakukan dengan
cara menegangkan dan melemaskan otot skeletal sehingga
otot menjadi rileks dan mnegurangi tingkat stress serta
pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
3) Relaksasi nafas dalam : latihan pernafasan terdiri atas
latihan dan praktik pernafasan yang dirancang dan
dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol
dan efisien, dan untuk mencapai mengurangi kerja nafas.
Latihan pernafasan dapat meningkatkan pengembangan
paru sehingga ventilasi alveoli meningkat dan akan
meningkatkan konsentrasi oksigen dalam darah sehingga
kebutuhan oksigen terpenuhi. Latihan nafas dalam
bukanlah bentuk latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa
dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas
guna mendapatkan efek rileks, karena saat bernafas dalam-
dalam, otak akan menerima pesan untuk tenang. Otak
kemudian akan melanjutkan pesan yang sama keseluruh
tubuh. Latihan pernafasan juga akan membantu
membersihkan pikiran, karena sirkulasi tubuh membaik
dan lebih banyak oksigen mengalir ke otak.
2. Relaksasi nafas dalam
a. Definisi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi
relaksasi yang mampu membuat tubuh menajdi lebih tenang
dan harmonis, serta mampu memberdayakan tubuhnya untuk
mengatasi gangguan untuk menyerangnya. Teknik relaksasi
21

nafas dalam merupakan suatu teknik untuk melakukan nafas


dalam, nafas lambat ( menhan inspirasi secara maksimal ) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan meningkatkan oksigen darah. Penatalaksanaan non
farmakologis terapi relaksasi nfas dalam untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi dipilih karena terapi
relaksasi nafas dalam dapat dilakukan secara mandiri, relative
mudah dilakukan dar pada terapi non farmakologis lainnya,
tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi dan mampu
mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi
penderita hipertensi (Parinduri, 2020).
b. Manfaat dan tujuan teknik relaksasi nafas dalam
Manfaat dan tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah
untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memlihara pertukaran
gas, mencegah atelectasis paru, meningkatkan efisiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
( kemenkes 2022 )
c. Prosedur teknik relaksasi nafas dalam
Teknik relaksasi secara umum :
1) Duduk dengan tenang dalam posisi nyaman
2) Tutup mata
3) Ciptakan rasa rileks pada semua otot-otot
4) Kosongkan pikiran
5) Atur pernafasan dengan cara bernafas dengan hidung dan
mengeluarkannya lewat mulut, lalu hitunglah, lakukan
secara berulang
6) Saat menarik dan melepaskan nafas lewat mulut rasakan
perubahan dan sensasi pada dada dan anggota tubuh
lainnya
7) Lakukan secara berulang selama 10 menit.
22

Teknik relaksasi nafas dalam lainnya :


1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru
dengan udara melalui hitungan
4) Perlahan lahan udara dihembuskan melalui mulut sambal
merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghebuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat
setiap 5 kali ( Kemenkes, 2022 ).

B. Kajian hasil hasil penelitian terdahulu


Terdapat beberapa penelitian yang relevan terkait teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi esensial. Berikut adalah beberapa penelitian tersebut :
2.8 Jurnal hasil penelitian terdahulu
Variable
Hasil
No Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian

1 Luluk “Pengaruh Teknik Teknik Hasil


Cahyanti & Relaksasi Nafas Relaksasi penelitian
Febriyanto Dalam Terhadap Nafas dalam menunjukkan
( 2019 ) Penurunan terhap adanya
Tekanan Darah penurunan pengaruh yang
Pada Pasien signifikan
23

Dengan Hipertensi tekanan darah antara tekanan


Di Rsud Dr. darah sebelum
Soeratno dan sesudah
Gemolong Tahun dilakukan
2018 “ teknik
relaksasi nafas
dalam pada
pasien
hipertensi.
Rata-rata
tekanan darah
sistolik
sebelum dan
sesudah
dilakukan
teknik
relaksasi nafas
dalam sebesar
153,80 mmHg
dan 142,56
mmHg.
Sedangkan
pada tekanan
darah diastolic
sebelum dan
sesudah
sebesar 94,40
mmHg dan
84,80 mmHg.
Ada pengrauh
yang
signifikan
24

anatara
tekanan
sebelum dan
sesudah
dilakukan
teknik
relaksasi nafas
dalam pada
pasien
hipertensi
yaitu p value
0,000
( p˂0,000 ).
(Cahyanti &
Febriyanto,
2019)

2 Rahayu “Pengaruh teknik Teknik Hasil


Setyowati relaksasi nafas relaksasi penelitian
( 2018 ) dalam ( Deep nafas dalam ( menunjukkan
Breathing ) Deep bahwa rata-
terhadap penurunan Breathing ) rata tekanan
tekanan darah terhadap darah sistolik
sistolik pada pasien penurunan pada
hipertensi di UPTD tekanan darah kelompok
Puskesmas control
sumberjaya sebelum
Kabupaten relaksasi nafas
Majalengkan dalam sebesar
Tahun 2016 “ 147,49 mmHg
dan kelompok
eksperimen
25

sebesar 150,18
mmHg. Rata-
rata tekanan
darah sistolik
pada
kelompok
kontrok pada
pengukuran
yang kedua
( post )
sebesar 147,11
mmHg,
sementara
pada
kelompok
eksperimen
140,77
mmHg.
Terdapat
pengaruh
teknik
relaksasi nafas
dalam
terhadap
penurunan
tekanan darah
sistolik pada
pasien
hipertensi di
UPTD
puskesmas
Sumberjaya
26

Kabupaten
Majalengka
tahun 2016.
(Setyowati,
2018) .

3 Yanti Efektifitas teknik Teknik Adanya


Anggraini relaksasi nafas relaksasi perbedaan
dalam terhadap nafas dalam tekanan darah.
tekanan darah pada terhadap (Setyowati,
pasien hipertensi di tekanan darah 2018)
Jakarta pada pasien sistolik dan
hipertensi diastolic
sebelum dan
sesudah
intervensi
teknik
relaksasi nafas
dalam
( p=0,000 ),
ada hubungan
usia terhadap
tekanan darah
diastolic
( p=0,43 ) dan
ada hubungan
makanan
berlemak
tinggi
terhadap
tekanan darah
27

diastolic
( p=0,37 ).
(Anggraini,
2020)

4 Erlita Pengaruh Terapi Terapi Terapi Hasil uji


Kundartiari & Relaksasi Nafas Relaksasi Murrotal normalitas
Sri Nur Dalam dan Nafas Dalam Terhadap data
Hartiningsih Murrotal Terhadap tekanan menggunakan
tekanan Darah darah skla kurtosis
menunjukkan
data
berdistribusi
normal, maka
menggunakan
uji parametric.
Analisa data
dengan paired
t-test dan
independent t-
test.
Berdasarkan
pengujian
paired t-test
bahwa
terdapat
perbedaan
tekanan darah
sebelum dan
sesudah
28

perlakuan
pada
kelompok
ntervensi ( p
value 0,003
˂0,05 ) pada
kelompok
control ( p
value 0,006
˂0,05 ). Hasil
uji
independent t-
test
menunjukkan
tidak terdapat
perbedaan
rerata
menurun
tekanan darah
sistol maupun
diastole antara
kelompok
control dan
kelompok
intervensi
dengan p
value ˃0,05.
Terjadi
pengaruh
relaksasi nafas
dalam dan
murrotal
29

menurunkan
tekanan darah
sistol dan
diastole
penderita
hipertensi di
Posyandu
Lansia Pisang
Mas Pandak
Bantul
Yogyakarta.
(Kundartiari
&
Hartiningsih,
2020)

5 Yulis Susanti, Efektivitas Pemberian Kombinasi Tekanan darah


Izzati pemberian teknik nafas jus papaya sebelum
Alfusanah, & kombinasi teknik dalam pada dilakukan
Muhammad relaksasi nafas penderita terapi
Khabib dalam dan jus hipertensi menunjukan
Burhannudin papaya pada tekanan darah
Iqomh penderita hipertensi sistolik 162,30
mmHg dan
diastolic
100,95 mmHg
termasuk
kedalam
klasifikasi
hipertensi
tingkat 2 atau
HT sedang.
30

Tekanan darah
sesudah
diberikan
terapi
menunjukkan
rata-rata
tekanan darah
sistolik 145,65
mmHg dan
diastolic 90,90
mmHg
termasuk
kedalam
klasifikasi
hipertensi
tingkat 1 atau
HT ringan.
Hasil uji
statistic
dengan uji
Ttest
didapatkan p
value 0,000
( p ˂0,05 )
yang
menunjukkan
tekanan darah
pada penderita
hipertensi
seblum dan
sesudah
diberikan
31

terapi
mengalami
penurunan
yaitu tekanan
darah sistolik
sebesar 16,65
mmHg dan
tekanan darah
diastolic
sebesar 10,05
mmHg. Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
perbedaan
sebelum dan
sesudah
pemberian
terapi
kombinasi
teknik
relaksasi nafas
dalam dan jus
papaya.
(Susanti et al.,
2021)

C. Kerangka berfikir
Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia,
salah satunya yaitu Indonesia. Hipertensi juga merupakan penyakit yang
di derita seseorang yang dimana memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg pada pemeriksaan
32

berulang, selain itu penderita dengan hipertensi biasanya merasakan gejala


hipertensi, yaitu pusing, sakit kepala, mual muntah, detak jantung tidak
teratur dan lain sebagainya.
Terdapat berbagai pengobatan baik farmakologi maupun non
farmakologi. Teknik farmakologi yang digunakan untuk menurunkan
hipertensi yaitu dengan menggunakan obat obatan anti hipertensi.
Sedangkan teknik non farmakologi diantaranya yaitu relaksasi benson,
relaksasi otot dan relaksasi nafas dalam. Diantara beberapa terapi non
farmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah hipertensi
yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai
rutinitas guna mendapatkan efek rileks, karena saat bernafas dalam-dalam,
otak akan menerima pesan untuk tenang.
Dengan pemberian teknik relaksasi nafas dalam yang teratur
penderita hipertensi dapat mengalami penurunan, karena teknik relaksasi
ini bertujuan agar tubuh menjadi rileks dan menurunkan tegangan dalam
tubh maka akan mampu untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
Dalam penelitian ini yang diberikan perlakukan adalah pasien
dengan hipertensi. Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuatkan bagan
kerangka berfikir adalah sebagai berikut :

Hipertensi Teknik Hipertensi


sebelum relaksasi seseudah
dilakukan nafas dilakukan
relaksasi dalam relaksasi nafas
nafas dalam
Keterangan :

: Variable yang akan diteliti

: Adanya pengaruh

D. Hipotesis penelitian
33

Hipotesis penelitian adalah pernyetaan sementara yang akan diuji


kebenarannya. Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan
pada teori yang belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian
dilakukan dengan pengujian hipotesis melalui uji statistic. Dalam hal ini
hipotesis menjadi panduan dalam menganalisis hasil penelitian, sementara
hasil penelitian harus dapat menjawab tujuan penelitian terutama tujuan
khusus, jadi sebelum merumuskan hipotesis harus dilihat dulu tujuan
penelitiannya. Hasil pengujian yang dipeoleh dapat disimpulkan benar
atau salah, berhubungan atau tidak, diterima atau ditolak ( Masturoh &
Anggita T, 2018 ). Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka disusun
hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “ Ada pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan pada pasien dengan hipertensi
esensial di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi “
Bentuk hipotesisnya adalah :
H0 : Tidak terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan pada pasien dengan hipertensi esensial
H1 : Terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
pada pasien dengan hipertensi esensial.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Kuantitatif atau suatu prosedur penelitian yang dilakukan
dengan memberikan relaksasi kepada kelompok perlakuan/intervensi pada
subjek penelitian. Dengan tujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan
pada variable independen terhadap variable dependen. Desain penelitian
ini menggunakan Quasy Eksperiment one group test. Rancangan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
esensial di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik one group pre-post design. Yaitu suatu penelitian
yang dilakukan untuk menilai satu kelompok yaitu kelompok perlakuan/
Intervensi. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut :
3.1 gambar desain penelitian

XO XI
X

Keterangan :
XO : tekanan darah hipertensi sebelum dilakukan perlakuan ( Pre-test )
X : Teknik relaksasi nafas dalam
XI : Tekanan darah hipertensi sesudah dilakukan perlakuan ( Post-
test )
Perlakuan teknik relaksasi nafas dalam dilakukan 1 kali sehari
selama 7 menit dalam 2 minggu ( Cahyanti & Febriyanto, 2019 ).
Pertemuan pertama dengan responden dilakukan pengukuran, dalam

34
35

penelitian ini interument yang digunakan yaitu tensi meter digital sebagai
alat mengukur tekanan darah dan lembar observasi untuk pengumpulan
data. Responden diukur tekanan darah dalam posisi duduk kemudian
diberi teknik relaksasi nafas dalam selama 7 menit. Untuk analisa unvariat
menggunakan SPSS frekuensi dan analisa bivariate pre-test and post-test.

B. Definisi Operational
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Menurut V. Wiratna
Sujarweni (2018) bahwa definisi operasional adalah variable penelitian
yang dimaksudkan untuk memahami arti setiap variable penelitian
sebelum dilakukan analisis. Validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum
penelitian.
Tabel 3.1 Definisi operasional
No Variable Definisi Alat Ukur Skala Hasil ukur
ukur
1 Relaksasi Terapi yang SOP - 1. Kelompok
nafas diberikan perlakuan
dalam selama 7 menit (diberikan
kepada teknik
responden relaksasi
dengan nafas
melakukan nafas dalam)
dalam, nafas
lambat
( menahan
inspirasi secara
maksimal ) dan
menghembuskan
nafas secara
perlahan sesuai
dengan prosedur
36

yang telah
disetujui.
2 Penuruna Hasil Sphygmomanomete Rasio mmHg
n tekanan pengukuran r
darah tekanan darah
sebelum dan
sesudah
perlakuan yang
menunjukkan
terjadinya
adanya
penurunan pada
kelompok
perlakuan

C. Populasi dan Sample


1. Populasi penelitian
Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti untuk mempelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya
( Sugiyono, 2018 ). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
hipertensi dengan keseluruhan jumlah 134 Populasi rumus untuk
pengambilan sample menggunakan rumus Federer :
( t – 1 ) . ( n – 1 ) ≥ 15
( 1 – 1 ) . ( n – 1 ) ≥ 15
0 . ( n – 1 ) ≥ 15
N ≥ 15 + 1
N = 16
Prop out : n ₁ = n
1–f
= 16
1- 10%
37

= 16 = 16 = 17,7 Dibulatkan 18
1 – 0,1 0, 9
Keterangan :
T : Jumlah group
N : Besar sample
Dalam pengambilan sample peneliti menambahkan 10 %
untuk sample cadangan yang dimana hasil sample 16 bertambah
menjadi 18 karena untuk 2 sample tersebut merupakan sample
cadangan yang bisa diambil jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Sample Penelitian
Menurut Notoadmodjo ( 2012 ) bahwa sample adalah proyek
yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dimana
dalam mengambilan sample peneliti menggunakan teknik-teknik
tertentu. Sample penelitian ini adalah pasien dengan hipertensi di
wilayah kerja psuskesmas Sukabumi yang berjumlah 16 sample dan
ditambahkan 2 sample sebagai sample cadangan.

D. Kriteria Inklusi Dan Ekslusi


1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sample ( Notoatmodjo,
2010 ). Kriteria inkulsi yang diambil dalam penelitian ini :
a. Penderita hipertensi
b. Komposmentris/dengan kesadaran penuh
c. Tidak gangguan jiwa
d. Bersedia berpartisipasi dalam menelitian
e. Hipertensi sedang dan berat
f. Usia ( 20 sampai 60 lebih )
g. Bersedia menjadi responden penelitian
h. Mengikuti penelitian hingga selesai
i. Tidak minum obat anti hipertensi 1jam sebelum perlakuan
38

2. Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sample ( Notoatmodjo, 2010 ). Kriteria ekslusi yang
diambil dalam penelitian ini :
a. Mengkonsumsi obat anti hipertensi
b. Tidak bersedia menjadi responden
c. Terdapat keadaan yang mengganggu jalannya penelitian ( domisili
tidak tetap )
d. Riwayat depresi/ gangguan jiwa

E. Alur penelitian
Alur penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 1.3 Alur penelitian

Ijin penelitian

Populasi
Pasien dengan hipertensi esensial diwilayah kerja puskesmas
sukabumi

Pemilihan sample berdasarkan kriteria inklusi

Sample

Informed Consent

Kelompok intervensi

Melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan


diukur tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relakasi
39

F. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Sukabumi dan langsung mendatangi rumah warga dengan hipertensi.
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan 23 November – 17 Desember
2022.

G. Teknik Pengumpulan Data


Pengambilan data dalam penelitian ini berlangsung selama 3
minggu dimana 1 minggu pertama dilakukan untuk persiapan penelitian,
yaitu penjaringan sample dilokasi penelitian. Penelitian ini akan diberikan
perlakuan berupa teknik relaksasi nafas dilakukan 1 kali sehari selama 7
menit dalam 2 minggu di masing-masing rumah responden dengan
menyesuaikan waktu dan tempat klien.

H. Analisis data
1. Analisis Univariat
Merupakan analisis yang dilakukan untuk menjelaskan
karakteristik setiap variable penelitian. Pada umumnya analisa ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variable. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata,
median dan standar deviasi. Pada penelitian ini menganalisis distribusi
frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden.
Karakteristik responden terdiri dari : Usia, dan Jenis kelamin. Pada
bagian deskriptif peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan
uji shapiro wilk dikarenakan jumlah sampel dalam penelitian ini ˂ 50.
Data yang diuji adalah skor tekanan darah pre test dan post test pada
reponden. Adapun hasil dapat ditampilkan sebagai berikut:
40

Tabel 3.2
Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk Penurunan tekanan darah di
Wilayah Kerja puskesmas Sukabumi
Tekanan Darah Saphiro-Wilk Kesimpulan
P-value
Pre Test
Sistolik 0.659
Normal
Diastolik 0.258
Post Test
Sistolik
0.326 Normal
Distolik
0.553
Berdasarkan tabel 3.2 dari hasil uji normalitas menggunakan
Saphiro-Wilk pada variable tekanan darah pada pasien hipertensi
didapatkan bahwa nilai P-value pada pre sistole (P-value : 0,659) dan
pre diastole (P-value : 0,258) sedangkan post systole ( P-value :
0,326 ) dan post diastole ( p-value : 0,553 ) lebih besar dari 0,05. Hal
ini membuktikan bahwa variable tekanan darah pada pasien hipertensi
esensial berdistribusi normal.
2. Analisis Bivariat
Adalah analisis data yang menganalisis dua variable, analisis ini
sering digunakan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh x dan y
antar variable satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini, analisis data
yang dilakukan yaitu analisis bivariat yang dimana dilakukan untuk
menguji pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap pasien
dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi. Data
dianalisis menggunakan uji paired test dengan memenuhi syarat yaitu
lolos uji normalitas dan uji homogenitas, tetapi jika tidak lolos uji
tersebut makan jalan alternativenya yaitu menggunakan Wilcoxon.
Bisa dikatakan normal apabila nilai P value ˃ 0, 05, dan bisa
dikatakan homogenitas jika nilai P value ˃ 0,05 (Cahyanti &
Febriyanto, 2019 ).
41

I. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2018), etika penelitian adalah suatu
pedoman etika yang berlak untuk setiap kegiatan penelitian yang
melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti ( subjek penelitian )
dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.
Selain itu, Tujuan etika penelitian memperhatikan dan mendahulukan
hak-hak responden ( Notoadmodjo, 2018 ). Melakukan penelitian ini
peneliti mendapatkan izin dari Puskesmas Sukabumi dan Kelurahan
Cisarua untuk melakukan penelitian, khususnya pada masyarakat setempat
yang mengalami hipertensi. Barulah peneliti melakukan penelitian dengan
memperhatikan dan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
1. Aspek Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa daerah yang mudah
dipahami oleh masyarakat
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
Setiap orang memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab
itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan responden. Peneliti cukup menggunakan inisial
sebagai pengganti identitas responden.
3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbukan (
Balancing harms and benefits ) Dalam sebuah penelitian sebisa
mungkin memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat khususnya responden. Peneliti harus meminimalisir
dampak kerugian untuk responden.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, dapat diuraikan mengenai hasil penelitian yang meliputi
karakteristik responden pada satu kelompok intervensi untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh teknik relaksai sebelum dan sesudah diberikan pada pasien
dengan hipertensi esensial. Hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori dan hasil
penelitian sebelumnya serta dipaparkan keterbatasan penelitian.

A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas sukabumi yang
dilaksanakan selama satu minggu pada 11 Desember 2022 sampai 17 Desember
2022 yang terdiri dari 16 responden dengan Hipertensi esensial.
Responden terbagi dalam 1 kelompok yaitu kelompok intervensi. Besar
sample yang ditetapkan menggunakan rumus fredereer sehingga besar sample
untuk kelompok intervensi adalah 16 responden. Berikut ini paparan hasil
penelitian yang disajikan dalam dua jenis yaitu analisis univariate dan analisis
bivariate.
1. Karakteristik responden
Sebelum pengolahan data mengenai karakteristik responden dilihat
dari data demografi yang meliputi Usia, dan jenis kelamin, peneliti
melakukan uji homogenitas dalam kuesioner penelitian. Adapun untuk hasil
uji homogenitas karakteristik responden juga menggambarkan uji
homogenitas. Dapat terlihat pada tabel dibawah ini:

42
43

4.1 Uji homogenitas


Tabel 4.1
Analisis Uji Homogenitas tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi esensial diwilayah kerja puskesmas sukabumi

Variable Nilai uji levene P-value Kesimpulan


Pre test
Sistolik 3.392 0.087 Homogen
8.538 0.111
Diastolic
Post test
Sistolik 4.466 0.530 Homogen
7,767 0.145
diastolik

Berdasarkan tabel 4.1 dari hasil uji homogenitas tampak bahwa


nilai P-value pada variable tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi esensial lebih besar dari 0,05. Karena nilai sig pre sistolik
0,087> 0,05, pre diastolic 0,111>0,05 dan post Sistolik 0,530>0.05,
post diastolic 0,145. Maka dapat di simpulkan varian data dari tekanan
darah pada pasien dengan penderita hipertensi esensial adalah
homogen.
Setelah dilakukan uji homogenitas pada responden peneliti
melakukan pengolahan untuk karakteristik reponden. Adapun untuk
karakteristik responden dapat terlihat pada tabel dibawah ini:
Table 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik berdasarkan Usia, Jenis kelamin,
( n=16 )
Varaibel Frekuensi Presentase
( Orang ) (%)
Usia
20-30 Tahun 1 6,3 %
31-40 Tahun 2 12,5 %
41-50 Tahun 4 25,0 %
51-60 Tahun 2 12,5 %
>60 Tahun 7 43,8 %

Jenis Kelamin
Laki laki 4 25,0 %
44

Perempuan 12 75,0 %

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas usia


responden yaitu dalam usia 20-30 Tahun yaitu sebanyak 1 orang
( 6,3%), usia 31-40 sebanyak 2 orang ( 12,5% ), usia 41-50 tahun
sebanyak 4 orang ( 25,0% ), usia 51-60 tahun sebanyak 2 orang
( 12,5%) dan usia >60 tahun sebanyak 7 orang ( 43,8% ). Untuk
variabel jenis kelamin lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 12 orang (75,0%) dibandingkan laki-laki 4 orang
( 25,0% ).
4.2 Penurunan tekanan darah sebelum dan Setelah dilakukan
tekhnik relaksasi nafas dalam pada kelompok
perlakuan/intervensi
Penurunan tekanan darah sebelum dan Setelah dilakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam pada kelompok perlakuan/intervensi dapat
dipaparkan pada tabel 4.3, seperti dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi nilai rata-rata penurunan tekanan darah
Pre dan Post test

Standar C1
Variabel Mean Median
Deviasi 95%
Pre Test 9.069 142.54-
147.38 146.00
Sistolik 3.722 97.89
99.88 101.00
Diastolic
Post Test 8.890 133.95-
138.69 137.50
Sistolik 3.820 88.03
90.06 91.00
Diastolic
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan nilai rata-rata tekanan darah
sebelum diberikan intervensi sebesar 147/100 mmHg dan nilai rata-
rata tekanan darah setelah diberikan intervensi sebesar 139/90 mmHg.
4.3 Pengaruh tekhnik relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah
pada kelompok perlakuan/intervensi
Pengaruh tekanan darah tekhnik relaksasi nafas dalam pada kelompok
perlakuan/intervensi dipaparkan pada tabel 4.4, seperti dibawah ini:
45

Tabel. 4.4. Analisis pengaruh Teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial
Paired Differences Sig. (2-
t df
Terhadap tailed)
tingkat Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of
penurunan Deviation Mean the Difference
Lower Upper
Sistole-
pre 8.688 1.352 .338 7.967 9.408 25.694 15 .000
Systole-
Post
Diastole-
pre 9.813 1.471 .368 9.029 10.596 26.691 15 .000
Diastole-
post
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji statistik dengan Uji Paired
Samples Test nilai P value yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05, dimana
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial.

B. Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa jenis kelamin perempuan 75,0%
lebih besar berpotensi hipertensi dibandingkan dengan laki-laki 25,0%.
Hal ini di dukung dengan hasil penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur, 2016 yang dimana hasil penelitian tersebut menghasilkan bahwa
penderita hipertensi sebanyak 935.763 dengan proposi hasil laki-laki
sebesar 387.913 penduduk dan perempuan sebesar 547.823 penduduk
(Ainsyah et al., 2018). Selain itu, bedasarkan tabel 4.2 bahwa uisa >60
tahun lebih banyak beresioko hipertensi esensial. Hal ini pun didukung
oleh penelitian (Anwar & Masnina, 2019) yang menunjukkan sebagian
responden penderita hipertensi berada pada usia lanjut, yaitu rentang 60 –
74 tahun (Anwar & Masnina, 2019).
Berdasarkan tabel 4.3. hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata
tekanan darah sebelum diberikan intervensi sebesar 147/100 mmHg dan
46

nilai rata-rata tekanan darah setelah diberikan intervensi sebesar 139/90


mmHg. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yulis Susanti, Izzati Alfusanah, & Muhammad Khabib Burhannudin
Iqomh bahwa sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam menunjukan
tekanan darah sistolik 162,30 mmHg, diastolic 100,95 mmHg dan setelah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam tekanan darah sistolik 145,65
mmHg dan diastolic 90,90 mmHg. (Susanti et al., 2021) Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika et al., (2021),
bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang
paling umum dan paling banyak di derita oleh masyarakat. Hipertensi
menjadi masalah utama karena hipertensi yang tidak segera ditangani akan
menimbulkan beberapa komplikasi dan menjadi salah satu pintu atau
faktor resiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes dan stroke.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari,
(2020), bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stroke adalah
hipertensi. Hipertensi merupakan faktor utama pencetus terjadinya stroke,
baik stroke hemoragik atau iskemik. Maka dari itu, salah satu terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah yaitu
teknik relaksasi nafas dalam.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi relaksasi
yang mampu membuat tubuh menajdi lebih tenang dan harmonis, serta
mampu memberdayakan tubuhnya untuk mengatasi gangguan untuk
menyerangnya. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu teknik
untuk melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigen darah. Penatalaksanaan non farmakologis terapi
relaksasi nfas dalam untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dipilih karena terapi relaksasi nafas dalam dapat dilakukan
secara mandiri, relative mudah dilakukan dar pada terapi non farmakologis
47

lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi dan mampu


mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita
hipertensi (Parinduri, 2020).
Penelitian Lili Suryani Tumanggor dan Putra Dearts di Puskesmas
kutalimbau, dengan judul “ Pengaruh teknik relaksasi napas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah
kerja puskesmas Kutalimbau pada tahun ( 2021 ), dengan jumlah 18
responden melakukan relaksasi napas dalam terhadap pasien dengan
hipertensi dengan nilai p-value 0,000 yang berarti kurang dari ˂ 0,005
(Tumanggor & Dearst, 2021). Sama halnya juga menurut penelitian,
menurut penelitian Julidia Safitri Parinduri (2020 ) dengan judul “
Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas sidangkal “. Penelitian
ini dibuat pada tahun 2020 dengan jumlah 32 responden, melakukan
teknik relaksasi napas dalam pada pasien hipertensi dengan hasil sebelum
dilakukan teknik relaksasi napas dalam 109,97 dan sesudah dilakukan
teknik relaksasi napas dalam 105,06. Didapatkan adanya perbedaan yang
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam
terhadap pasien dengan hipertensi. (Parinduri, 2020)
Berdasarkan pendapat peneliti bahwa teknik relaksasi nafas dalam
efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
esensial. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan jenis relaksasi yang
dianjurkan untuk pasien hipertensi. Frekuensi yang di anjurkan sekitar 7-
15 menit.
Berdasarkan tabel 4.4 dengan menggunakan hasil uji statistik
dengan Uji Paired Samples Test nilai P value yang dihasilkan sebesar
0,000 < 0,05, dimana dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
dengan penderita hipertensi esensial.
Selain itu, tujuan dari pemberian teknik relaksasi nafas dalam yaitu
suatu teknik untuk melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
48

perlahan. Teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi


paru dan meningkatkan oksigen darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lili Suryani Tumanggor dan Putra Dearts di Puskesmas kutalimbau,
dengan judul “ Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah kerja puskesmas
Kutalimbau pada tahun ( 2021 ), dengan jumlah 18 responden melakukan
relaksasi napas dalam terhadap pasien dengan hipertensi dengan nilai p-
value 0,000 yang berarti kurang dari ˂ 0,005 (Tumanggor & Dearst,
2021).
Peneliti Ni Luh Asti Astari, Kadek Primadewi , Februari 2022.
Dengan judul “ pengaruh terapi relaksasi Tarik nafas dalam terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa Tihingan
Banjarangkan klungkung “ dengan jumlah 18 responden, melakukan
teknik relaksasi napas dalam dengan hasil : sebelum dilakukan diberikan
teknik relaksasi Tarik napas dalam rata-rata tekanan darah sistol 160
mmHg dan tekanan darah diastole lebih dari 97,7 mmHg. Setelah
diberikan teknik relaksasi napas dalam rata-rata tekanan darah sistol
148,88 mmHg dan diastole sebesar 90,55 mmHg. Hasil analisa dari
penelitian ini didapatkan systole P value = 0,001 ( a = 0,05 ) dan diastole P
value = 0,002 ( a = 0,05 ) yang artinya bahwa p ˂ 0,05, sehingga hipotesis
dalam penelitian ini diterima, dimana secara statistic ada pengaruh teknis
napas dalam terhadap penurunan tekanan darah diastole. (Primadewi,
2022).
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Setyo Upoyo dan Agis Taufik
dengan judul “ Pengaruh relaksasi genggam jari dan napas dalam terhadap
mean arterial pressure pasien hipertensi primer “ pada tahun ( 2018 ),
dengan jumlah 25 responden melakukan relaksasi napas dalam terhadap
pasien dengan hipertensi esensial/primer, didapatkan adanya perbedaan
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi napas dalam ( p=0,002
) sebelum 121,48 dan sesudah 118,00. (Upoyo & Taufik, 2018).
49

Penelitian Yeni Oktavia Nursaroh, Ririn Afrian Sulistyawati, Dan


Sahuri Teguh Kurniawan , dengan judul “ Pengaruh kombinasi terapi
relaksasi napas dalam dan dzikir terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi di Desa Singopadu Rw 05 pada tahun 2022. Dengan
jumlah 36 responden, melakukan teknik relaksasi napas dalam dengan
hasil ; sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam dan dzikir Sistol
kelompok perlakuan 149,44 mmHg ± 8,726 dan sistol kelompok control
153,33 ± 10,290. Sedangkan frekuensi sebelum dilakukan teknik relaksasi
napas dalam Diastol kelompok perlakukan 105,56 mmHg ± 10,966 dan
diastole kelompok control 108,33 mmHg ± 11,504. Setelah dilakaukan
teknik relaksasi napas dalam dan dzikir terdapat perubahan yang signifikan
menjadi Sistol kelompok perlakuan 141.11 mmHg ± 8,324 dan sistol
kelompok control 131,11 mmHg ± 12,783. Dan telah terjadi perubahan
signifikan setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam dan dzikir yaitu
diastole kelompok perlakuan 97,78 mmHg ± 9,428 dan diastole control
90,56 mmHg ± 10,556. (Nursaroh et al., 2022).

C. Keterbatasan penelitian
1. Lama dalam proses perencanaan penelitian. Sebelum turun ke
lapangan, peneliti harus mempersiapkan perencanaan penelitian
yang harus disesuaikan dengan waktu responden. Hal ini sering
kali memakan waktu yang cukup lama.
2. Waktu penelitian cukup singkat
3. Perubahan waktu/jam antara responden dan peneliti
4. Sulit untuk mencari responden yang bersedia diteliti
5. Dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa mengolah data
mengunakan SPSS sendiri, sehingga harus minta bantuan orang
lain untuk membantu dalam pengolahan data.
50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bahwa mayoritas usia responden yaitu >60 tahun sebanyak 7 orang
9 ( 43,8% ) dan untuk variable jenis kelamin lebih banyak
perempuan sebanyak 12 orang ( 75,0% ).
2. Didapatkan hasil nilai rata-rata tekanan darah sebelum diberikan
intervensi sebesar 147/100 mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
setelah diberikan intervensi sebesar 139/90 mmHg.
3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Uji Paired Samples Test nilai
P value yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05, dimana dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan penderita
hipertensi esensial.

B. Saran
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu
terapi alternatif pengobatan non farmakologi untuk menurunankan
tekanan darah.
2. Bagi Puskesmas
Disarankan bagi Puskesmas Sukabumi untuk memberikan
pendidikan kesehatan khususnya pada pasien dengan penderita
hipertensi esensial untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
sebagai terapi penurunan tekanan darah sehinga dapat menjadi
tindakan alternative selain dengan mengkonsumsi obat-obatan.
3. Bagi Perawat dan Tenaga kesehatan lain
Disarankan dapat memberikan terapi relaksasi nafas dalam
pada pasien dengan hipertensi esensial sebagai salah satu tindakan
51

alternative yang bisa dilakukan selain dengan penggunaan obat-


obatan.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Disarankan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar
atau bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. Contohnya,
peneliti selanjutnya bisa menambahkan sampel lebih banyak lagi
dan peneliti selanjutnya dapat menggunakan kelompok kontrol
sebagai pembanding kualitas tidur lansia yang diberikan intervensi
dan tidak diberikan intervensi.
52

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (2019). Diagnosis dan tatalaksana terbaru pada dewasa. Cdk-274,


46(3), 172–178.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/503%0Adiakses
pada tanggal 28 oktober 2020
Ainsyah, R. W., Farid, M., Lusno, D., Korespondensi, A., Biostatistika, D.,
Fakultas, K., & Masyarakat, K. (2018). FAKTOR PROTEKTIF KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI SURABAYA The Protective Factor of Diarrhea
Incidence in Toddler in Surabaya. 6(March 2018), 51–59.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i1.2018
Anggraini, Y. (2020). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Jakarta. Jurnal JKFT: Universitas
Muhamadiyah Tangerang, 5(1), 42.
Anwar, K., & Masnina, R. (2019). Hubungan Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi denganTekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Putih Samarinda. Borneo Student Research,
1(1), 494–501.
Cahyanti, L., & Febriyanto. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rsud Dr.
Soeratno Gemolong Tahun 2018. Prosiding HEFA, 6(1), 1–21.
Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396
Kosanke, R. M. (2019). 済無 No Title No Title No Title. November 2021.
Kundartiari, E., & Hartiningsih, S. N. (2020). Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas
Dalam dan Murottal Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Ri Pangkalpinang, 8(2), 114.
https://doi.org/10.32922/jkp.v8i2.186
Nurhayani, Y., Nafas Dalam Sebagai Intervensi Efektif Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi, R., Ayu Nengsih, P., Program Studi
53

DIII Keperawatan STIKes Ahmad Dahlan Cirebon, D., Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Ahmad Dahlan Cirebon, M., Nafas Dalam, R., &
Darah, T. (2022). [PENA NURSING] Relaksasi Nafas Dalam Sebagai
Intervensi Efektif Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Deep Breathing Relaxation as an Effective Intervention to Lower Blood
Pressure in Hypertensive Patients. Pena Nursing, 1(Juni), 2022.
Nursaroh, Y. O., Sulistyawati, R. A., & Teguh, S. (2022). PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS KUSUMA
HUSADA SURAKARTA PENGARUH KOMBINASI TERAPI RELAKSASI
NAPAS DALAM DAN DZIKIR TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA SINGOPADU RW 05
Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sa. 12, 1–10.
Parinduri, J. S. (2020). Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidangkal. Indonesian Trust Health Journal, 3(2), 374–380.
https://doi.org/10.37104/ithj.v3i2.63
Patricia, C. O. S. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における
健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 3(2), 6.
Primadewi, K. (2022). Pengaruh Terapi Relaksasi Tarik Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa
Tihingan Banjarangkan Klungkung. Jurnal Medika Usada, 5(1), 51–57.
https://doi.org/10.54107/medikausada.v5i1.127
Puspitasari, P. N. (2020). Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 922–926.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.435
Setyowati, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam ( Deep Breathing )
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Pada Pasien Hipertensi Di Uptd
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2016. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka, IV(8),
1–12.
Susanti, Y., Alfusanah, I., & Iqomh, M. K. B. (2021). Efektivitas Pemberian
Kombinasi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Jus Pepaya Pada Penderita
54

Hipertensi. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia


Utama, 10(1), 1. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i1.711
Tumanggor, L. S., & Dearst, P. (2021). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Kutalimbau Tahun 2021. BEST Journal (Biology
Education, Sains and Technology), 4(2), 40–48.
https://doi.org/10.30743/best.v4i2.4255
Upoyo, A. S., & Taufik, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Dan Nafas
Dalam Terhadap Mean Arterial Pressure Pasien Hipertensi Primer. LPPM
Journal, November, 76–85.
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/790
LAMPIRAN

Lampiran I Surat izin dari Kampus

55
56

Lampiran II Balasan perizinan dari Dinkes


57
58

Lampiran III
59

Lampiran IV
60

Lampiran V

LEMBAR OBSERVASI

A. Data Karakteristik Responden

KARAKTERISTIK
RESPONDEN TEKANAN DARAH
Pre test Pos test

Responde Jenis
No n Usia kelamin Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
Ny. L Perempua
1 74 n 155 102 145 92
Ny. L Perempua
2 46 n 150 100 140 91
Ny. S Perempua
3 34 n 142 98 135 90
4 Tn. H 45 laki-laki 142 101 135 88
5 Tn. A 80 laki-laki 145 102 138 92
Ny. E Perempua
6 57 n 144 100 135 90
7 Tn. M 46 laki-laki 147 100 137 91
Ny. A Perempua
8 67 n 158 102 148 94
Ny. R Perempua
9 40 n 142 101 135 88
10 Tn. R 29 laki-laki 132 91 122 81
Ny. C Perempua
11 65 n 154 102 147 92
12 Ny. N 71 Perempua 165 104 157 94
61

n
Ny. C Perempua
13 66 n 148 102 138 92
Ny. S Perempua
14 35 n 132 91 124 82
Ny. O Perempua
15 62 n 158 102 148 94
Ny. E Perempua
16 53 n 144 100 135 90

Lampiran VI
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

Lampiran VII
SOP ( Standar Operasional Prosedur )

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam


merupakan suatu teknik untuk
melakukan nafas dalam, nafas lambat
( menhan inspirasi secara maksimal )
dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan. Teknik relaksasi nafas
dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan
oksigen darah. ( Parinduri, 2020 )
Tujuan 1. Memelihara pertukaran
gas
2. Meningkatkan efisiensi
batuk
3. Mengurangi stress, baik
fisik maupun emosional
4. Untuk membuat
penderita hipertensi
menjadi tenang sehingga
tekanan darah yang
dalam keadaan tingi
menjadi menurun.
Prosedur 1. Ciptakan lingkungan
yang tenang
2. Usahakan tetap rileks
dan tenang
3. Menarik nafas dalam
dari hidung dan mengisi
79

paru-paru dengan udara


melalui hitungan
4. Perlahan lahan udara
dihembuskan melalui
mulut sambil merasakan
ekstremitas atas dan
bawah rileks
5. Anjurkan bernafas
dengan irama normal 3
kali
6. Menarik nafas lagi
melalui hidung dan
menghebuskan melalui
mulut secara perlahan-
lahan
7. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap
konsentrasi/ mata sambil
terpejam
9. Ulangi dan lakukan
selama 7 menit.
80

HASIL DATA PENGOLAHAN

Karakteristik responden ( Usia dan


Jenis Kelamin )
USIA JENIS_KELAMI
N

Valid 16 16
N
Missing 0 0

Karakteristik USIA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

20-30 tahun 1 6.3 6.3 6.3

31-40 tahun 2 12.5 12.5 18.8

41-50 tahun 4 25.0 25.0 43.8


Valid
51-60 tahun 2 12.5 12.5 56.3

> 60 tahun 7 43.8 43.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Karakteristik JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

LAKI-LAKI 4 25.0 25.0 25.0

Valid PEREMPUAN 12 75.0 75.0 100.0

Total 16 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

SISTOL_PRE 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%


DIASTOL_PRE 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%
SISTOL_POST 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%
DIASTOL_POST 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%
81

Distribusi niai rata rata pre dan post

Statistic Std. Error

Mean 147.38 2.267

95% Confidence Interval for Lower Bound 142.54


Mean Upper Bound 152.21

5% Trimmed Mean 147.25

Median 146.00

Variance 82.250

SISTOL_PRE Std. Deviation 9.069

Minimum 132

Maximum 165

Range 33

Interquartile Range 13

Skewness .082 .564

Kurtosis -.146 1.091


Mean 99.88 .930
95% Confidence Interval for Lower Bound 97.89
Mean Upper Bound 101.86
5% Trimmed Mean 100.14
Median 101.00
Variance 13.850
DIASTOL_PRE Std. Deviation 3.722
Minimum 91
Maximum 104
Range 13
Interquartile Range 2
Skewness -1.883 .564
Kurtosis 2.958 1.091
SISTOL_POST Mean 138.69 2.222
95% Confidence Interval for Lower Bound 133.95
Mean Upper Bound 143.42
5% Trimmed Mean 138.60
Median 137.50
Variance 79.029
Std. Deviation 8.890
Minimum 122
Maximum 157
Range 35
Interquartile Range 12
82

Skewness .056 .564


Kurtosis .421 1.091
Mean 90.06 .955

95% Confidence Interval for Lower Bound 88.03


Mean Upper Bound 92.10

5% Trimmed Mean 90.35

Median 91.00

Variance 14.596

DIASTOL_POST Std. Deviation 3.820

Minimum 81

Maximum 94

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness -1.465 .564

Kurtosis 1.803 1.091

Uji Normalitas ( Tests of Normality ) Kolmogrov dan Saphiro Wilk


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
SISTOL_PRE .152 16 .200 .960 16 .659
DIASTOL_PRE .326 16 .000 .716 16 .258
SISTOL_POST .214 16 .048 .938 16 .326
DIASTOL_POST .243 16 .012 .823 16 .553

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas ( Test of Homogeneity of Variances )


Levene Statistic df1 df2 Sig.

SISTOL_PRE 3.392 1 14 .087


DIASTOL_PRE 8.538 1 14 .111
SISTOL_POST 4.466 1 14 .530
DIASTOL_POST 7.767 1 14 .145
83

Uji ANOVA
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares

Between Groups 4.000 1 4.000 .046 .834

SISTOL_PRE Within Groups 1229.750 14 87.839

Total 1233.750 15
Between Groups 9.000 1 9.000 .634 .439
DIASTOL_PRE Within Groups 198.750 14 14.196
Total 207.750 15
Between Groups 3.063 1 3.063 .036 .852
SISTOL_POST Within Groups 1182.375 14 84.455
Total 1185.438 15
Between Groups 14.063 1 14.063 .961 .344

DIASTOL_POST Within Groups 204.875 14 14.634

Total 218.938 15

Uji Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

SISTOL_PRE 147.38 16 9.069 2.267


Pair 1
SISTOL_POST 138.69 16 8.890 2.222
DIASTOL_PRE 99.88 16 3.722 .930
Pair 2
DIASTOL_POST 90.06 16 3.820 .955

Uji Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

SISTOL_PRE &
Pair 1 16 .989 .000
SISTOL_POST
DIASTOL_PRE &
Pair 2 16 .924 .000
DIASTOL_POST
84

Uji Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)

Deviati Error Interval of the


on Mean Difference

Lower Upper

SISTOL_PRE -
Pair 1 8.688 1.352 .338 7.967 9.408 25.694 15 .000
SISTOL_POST
DIASTOL_PRE -
Pair 2 9.813 1.471 .368 9.029 10.596 26.691 15 .000
DIASTOL_POST
85

DOKUMENTASI KEGIATAN
86

Anda mungkin juga menyukai