SKRIPSI
Disusun oleh :
LISDA ALVITA
P.17.010
TAHUN 2021
i
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
Jl. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali
Oleh
LISDA ALVITA
P.17.010
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ka. LPPM STIKES BINA GENERASI
ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
Jl. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali
Oleh
LISDA ALVITA
P.17.010
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Prodi S1 Keperawatan
iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
LEMBAR PENGESAHAN
HASIL PENELITIAN
LISDA ALVITA
P.17.010
Dr. Ayu Prasetia, M,MRS Ns. Masyitah Wahab, S.Kep.,M.Kes Sumiyati, S.Tr.Keb., M.Keb
Mengetahui
Ketua STIKes Bina Generasi
iv
KATA PENGANTAR
v
9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini.
10. Kedua orang tua saya tercinta serta keluarga dan semua pihak yang terus
mendukung dan yang tak henti-hentinya mendoakan serta memberikan
dorongan materil dan spiritual.
11. Rekan – rekan mahasiswa S1 ilmu Keperawatan STIKES Bina Generasi
Polewali Mandar dan seluruh pihak yang telah membantu kelancarkan
dan penyusunan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis
vi
ABSTRAK
Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah
pada Lansia (Usia 55-60 Tahun) Penderita Hipertensi
di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa
Lisda Alvita
P.17.010
vii
ABSTRAK
Effect of Walking Exercise Method on Blood Pressure
in the Elderly (Age 55-60 Years) Patients with Hypertension
in the village of Aralle, District of Aralle
Mamasa County
Lisda Alvita
P.17.010
viii
CURICULUM VITAE
1. Identitas
a. Nama : Lisda Alvita
b. NIM : P.17.010
c. Tempat/Tanggal Lahir : Makula’, 24 Juli 1998
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Suku/Bangsa : Toraja Mamasa/Indonesia
f. Agama : Kristen Protestan
g. Alamat : Kalabatu, Desa Aralle Timur Kec.
Buntumalangka Kab. Mamasa
2. Riwayat Pendidikan
a. Tamat SD di SDN 016 Salutambun Kec. Buntumalangka Kab.
Mamasa tahun 2010.
b. Tamat SLTP di SMPN 2 Buntumalangka Kec. Buntumalangka Kab.
Mamasa tahun 2013.
c. Tamat SMK di SMKS Kesehatan ST. Fatimah Mamuju, jurusan
Keperawatan tahun 2016.
d. Tahun 2016 melanjutkan pendidikan di STIKes Mega Rezky
Makassar, jurusan DIII Teknik Gigi, namun tidak dapat melanjutkan
pendidikan karena alasan sakit.
e. Terdaftar sebagai Mahasiswa di STIKes Bina Generasi Polewali
Mandar Sulawesi Barat, jurusan S1 Ilmu Keperawatan sejak tahun
2017 sampai sekarang.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vii
CURICULUM VITAE................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum............................................................................. 7
B. Tujuan Khusus............................................................................. 7
A. Mamfaat Teoritis......................................................................... 8
B. Mamfaat Praktis.......................................................................... 8
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Hipotesis............................................................................................ 35
BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 59
xi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 66
5.2 Saran..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Kabupaten Mamasa....................................................................................... 51
Kabupaten Mamasa......................................................................................... 51
Kabupaten Mamasa........................................................................................ 52
xiii
Tabel 4.6 Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Daftar Singkatan
Ha : Hipotesis Alternatif
Ho : Hipotesis Nol
RI : Republik Indonesia
RW : Rukun Warga
xv
Daftar Lambang
% : Persentase
α : Tingkat Kemaknaan
p : Tingkat Signiikan
& : Dan
- : Sampai Dengan
( : Buka Kurung
) : Balas Kurung
“ : Tanda Petik
xvi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
sebanyak 1.076 orang dengan rincian 295 orang laki – laki dan 781 orang
perempuan. Puskesmas Aralle merupakan salah satu puskesmas di
Kabupaten Mamasa, membawahi 11 desa 1 kelurahan. Sebaran pasien
penderita hipertensi di setiap desa yaitu, desa Uhailanu 95 orang , desa
Baruru 43 orang, desa Pamoseang 68 orang, desa Uhaidao 99 orang, desa
ralleanak 103 orang, desa ralleanak utara 41 orang, desa Aralle Selatan 92
orang, desa Panetean 133 orang, desa Kalakbe 72 orang, desa Hahangan
104 orang , desa Aralle Utara 63 orang dan Kelurahan Aralle 165 orang.
Dan dari 165 orang penderita hipertensi di Kelurahan Aralle 93 orang
adalah lansia, dengan rentan usia 55-60 tahun.
Dari uraian di atas dengan banyaknya angka kejadian lansia yang
menderita hipertensi, dan dengan cara penanganan hipertensi secara
nonfarmakologi, seperti menggunakan obat herbal dan berolaraga, maka
calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia
(Usia 55-60) Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa’’.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan metode
walking exercise pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita
hipertensi di kelurahan Aralle Kecamatan Aralle kabupaten
Mamasa.
2. Untuk mengetahui tekanan darah sesudah dilakukan metode
walking exercise pada lansia penderita hipertensi di kelurahan
Aralle Kecamatan Aralle kabupaten Mamasa
3. Untuk menganalisis pengaruh metode walking exercise terhadap
tekanan darah pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi
di kelurahan Aralle kecamatan Aralle kabupaten Mamasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri lansia, menurut Rahayu (2017) meliputi:
a) Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif.
c) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
d) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
11
d) Perubahan spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan
semakin matangnya kehidupan keagamaan lansia. Agama
dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari – hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia
untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan.
6. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan
bagi lansia (Sukarmin 2016). Tujuan pelayanan kesehatan pada
lansia menurut Rahayu (2017) terdiri dari :
a) Mempertahankan derajat kesehatan pada lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan.
b) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik
dan mental
c) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.
d) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian
pada lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia
dapat mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.
Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan
sosial lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat
pemberdayaan lansia.
14
c) Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial.
Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan
sesama klien lansia berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan
sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa lansia
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial,
baik antar lania maupun lansia dengan perawat. Perawat
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
2. Klasifikasi Hipetensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik
dan tekanan diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi.
Table 2.2
Klasifikasi berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Syamsudin (2016)
Tabel 2.3
Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah pada Orang
Dewasa Menurut Siti Setiati et al (2016)
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 < 85
Prahipertensi 130 – 139 85 – 89
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Stadium 3 (berat) 180 – 189 110 – 119
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 ≥ 120
(b) Ras
Orang berkulit hitan memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi
kadar renin plasma yang rendah mengurangi
kemampuan ginjal untuk mengekresikan kadar natrium
yang berlebih.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor medulla otak.
Ransangan pusat vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk impuls
bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf
simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion untuk
melepaskan noreperineprin yang mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan
mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan
pembuluh darah (Reni Yuli Aspiani, 2017).
Mekanisme ini antara lain :
a) Mekanisme vasokontriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan
eksitasi pembuluh darah juga meyebabkan pelepasan
norepineprin dan epineprin oleh medulla adrenal ke dalam
darah. Hormone norepineprin dan epineprin yang berada di
dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah
vasokontriksi. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap ransang
vasokontrtriktor (Halim Mubin, 2015)
b) Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotension
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma
menjadi substrat renin untuk melepaskan angiotensin I,
kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan
vasokontriktor kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi
20
a) Jantung
Hipertensi kronis akan meyebabkan infark miokad, infark
miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium
tidak terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia jantung serta
terjadilah infark.
b) Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan
mengakibatkan kerusakan progresif sehingga gagal ginjal.
Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit
fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan ostomik
menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin
yang menimbulkan nokturia.
c) Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang
terlepas dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke.
Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang
memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang
diperdarahi otak berkurang.
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Sebagian besar pasien lansia yang didiagnosis
hipertensi pada akhirnya menjalani terapi menggunakan obat
anti hipertensi. Pengobatan hipertensi secara farmakologi pada
usia lanjut sedikit berbeda dengan usia muda, hal ini
dikarenakan adanya perubahan - perubahan fisiologis akibat
proses menua. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia
menyebabkan konsentrasi obat menjadi lebih besar, waktu
eliminasi obat menjadi lebih panjang, terjadi penurunan fungsi
dan respon dari organ, adanya berbagai penyakit penyerta
lainnya (Sihombing, 2016)
Adapun penatalaksanaan non farmakologik dan
farmakologik menurut Syamsudin (2016) pada lansia yaitu :
22
untuk olahraga lari. Jadi, jalan biasa (walking exercise) ini sangat tepat
untuk terapi penyembuhan penderita hipertensi. Walking exercise
adalah satu aktivitas fisik, bekerja melalui penurunan resistensi perifer.
Pada saat otot berkontraksi melalui aktivitas fisik akan terjadi
peningkatan aliran darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara
ritmik. Adanya dilatasi sfingter prekapiler dan arteriol menyebabkan
peningkatan pembukaan pada kapiler (Zaen, 2020). Dilatasi pembuluh
juga akan mengakibatkan penurunan jarak antara sel aktif, serta jarak
tempuh difusi O2 dan zat-zat metabolik sangat berkurang yang dapat
meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah, oksigen,
serta nutrisi dalam sel (Deiby O Wungouw 2016). Penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi setelah walking exercise disebabkan
karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan
aktivitas sistem saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer
vaskular, penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas
barorefleks dan menurunnya volume plasma. Latihan berjalan kaki
menurunkan tekanan darah harian baik pada saat istirahat maupun saat
aktivitas. Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu
pasien hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga
peningkatan fungsi jantung meningkatnya sensitivitas barorefleks dan
menurunnya volume plasma. Latihan berjalan kaki menurunkan
tekanan darah harian baik pada saat istirahat maupun saat aktivitas.
Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien
hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga
peningkatan fungsi jantung (Ambarsika, 2017).
30
Vasokontriksi
Curah Jantung Pembuluh Darah
Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Kelompok Perlakuan
Metode Walking
Exercice
Ada Pengaruh
Tekanan Darah
Kelompok Kontrol
Tidak diberikan Tidak Ada
Intervensi Metode Pengaruh
Walking
Keterangan :
:Variabel independen
:Variabelm dependen
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.
2.
3.
3.1 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian merupakan kerangka acuan bagi
peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian.
Desain penelitian dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai
tujuan penelitian dan juga sebagai penuntun bagi peneliti dalam seluruh
proses penelitian (Nursalam, 2016) .
Adapun desain penulis yang penulis buat adalah adalah
Eksperiment Design dengan pendekatan Control Group Pre-Posttest
Design. Model rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan efektivitas
kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental. Dengan pemilihan
kedua kelompok tidak dipilih secara acak. Pada kedua kelompok diawali
dengan pra-test, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran
kembali (post-test) (Pamungkas, 2017). Bentuk rancangan ini sebagai
berikut :
Pre test Intervensi Post Test
Kelompok Eksperimen O X O1
Kelompok Kontrol O - O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
O : observasi
X : intervensi metode walking exercise.
- : tidak diberikan intervensi
O1 : observasi setelah intervensi
O2 : observasi tanpa intervensi
34
Definisi Alat
No Variabel Cara Ukur Skala Hasil Akhir
Operasional Ukur
1. Variabel Walking exercise SOP - - -
Independen adalah salah satu
bentuk latihan
Metode fisik sedang
Walking berjalan biasa
exercise dengan
mengayunkan
tangan sesuai
irama jalan,
dengan teknik
jalan kaki secara
teratur selama
minimal 3 kali
dalam seminggu
dengan durasi
minimal 20-30
menit setiap
latihan.
2. Variabel Tekanan darah Tensi Melakukan Interval Kriteria :
dependen adalah jumlah digital pengukuran tekanan 1. Normal <
tenaga darah yang dan darah sebelum dan 130/< 85
Tekanan ditekan terhadap lembar sesudah intervensi mmHg
darah dinding Arteri observasi 2. Prahiperte
walking exercise
saat Jantung nsi 130 –
memompakan
pada lansia dengan 139/ 85 –
darah ke seluruh menggunakan 89 mmHg
tubuh. tensimeter dan 3. Stadium 1
stetoskop untuk 140 –
melihat adakah 159/90-99
perubahan tekanan mmHg
darah setelah 4. Stadium 2
35
Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang
nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur
(Pamungkas, 2017).
A. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka akan
mengakibatkan perubahan variabel lain (Pamungkas, 2017). Nama lain
variabel independen adalah variabel bebas, resiko, predictor.Variabel
independen dalam penelitian ini adalah metode walking exercise.
B. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada
variabel bebas Nama lain variabel dependen adalah variabel terikat,
efek, hasil, outcame, respon, atau event (Pamungkas, 2017).Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian
pada populasi target dan sumber (Pamungkas, 2017).
a) Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian
dari awal sampai tahap akhir.
b) Lansia yang berdomisili di kelurahan Aralle kecamatan Aralle
kabupaten Mamasa.
c) Usia 55-60 tahun.
d) lansia dengan tekanan darah >140-159/90-99 mmHg .
e) Lansia yang menggunakan terapi farmakologi
2. Kriteria eksklusi
Sementara kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek
penelitian yang tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai
kriteria eksklusi maka subjek harus dikeluarkan dari penelitian
(Pamungkas, 2017).
a) Responden yang mengundurkan diri atau menolak
b) Lansia yang tidak berdomisili di kelurahan Aralle kecamatan
Aralle kabupaten Mamasa.
c) Usia < 55 tahun dan >60 tahun.
d) Lansia dengan tekanan darah <140-159/90-99 mmHg.
e) Lansia yang tidak menggunakan terapi farmakologi.
C. Teknik Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel populasi dalam penelitian, ada dua jenis
teknik sampling yaitu teknik random sampling (sampel acak) yang
merupakan pengambilan sampel secara acak sederhana dan teknik
non-random sampling (sampel tidak acak) yaitu teknik pengambilan
39
Bulan
No. Uraian Kegiatan
4 5 6 7 8 9
1. Ujian Proposal
2. Pengumpulan data
3. Penelitian
4. Pengolah data
5. Menyusun Laporan
5. Persentasi seminar hasil
Penelitian
Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (usia 55-60 tahun) Penderita
Hipertensi di kelurahan Aralle kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa’’
Pengumpulan data
Analisa Data:
Uji Univariat : Statistik Deskriptif
Pembahasan dan
Uji Bivariat :
Intrepretasi hasil
penelitian uji T berpasangaan / uji paired t test (jika data Tahap Akhir
berkonstribusi normal
uji wilcoxon (jika data tidak berkontrubusi normal)
Kesimpulan
dan Saran
42
BAB IV
3. Sosial Ekonomi
Penduduk di wilayah Kelurahan Aralle mempunyai mata
pencaharian sebagian besar adalah petani ± 80% dan
sebahagian yang lain terdiri dari PNS dan wiraswasta.
Penduduk yang mendiami wilayah pegunungan merupakan
sebagian besar menggantungkan kehidupan nakahnya pada
bidang pertanian dan perkebunan.
49
1. Karakteristik Responden
a) Distribusi responden menurut umur
Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Usia Pada Lansia
Penderita Ipertensi di Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa
Usia Perlakuan Kontrol
f % f %
55 tahun 2 10 4 20
56 tahun 2 10 1 5
57 tahun 1 5 2 10
58 tahun 2 10 4 20
59 tahun 4 20 3 15
60 tahun 9 45 6 30
Total 20 100 20 100
Sumber : Data Primer 2021
2. Analisa Univariat
a) Daya Terima Metode Walking Exercise
Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 20 responden kelompok perlakuan (intervensi
metode walking exercise) dimana selama 2 minggu, responden
melakukan walking exercise selama 6 kali pertemuan, dengan
53
Pre Post
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
3 145 98 137 88 11 10
5 155 99 140 80 15 19
7 150 97 145 85 5 12
8 149 97 132 82 17 15
3. Analisa Bivariat
Setelah data diolah dengan analisis univariat, data
selanjutnya diolah dengan analisa bivariat menggunakan
komputerisasi. Sebelum analisa bivariat dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas untuk menentukan uji yang akan
dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Hasil uji normalitas pada tabel Shapiro-wilk adalah pada
kelompok perlakuan (intervensi metode walking exercise)
didapatkan nilai p=0,378 (p>0,05) untuk tekanan darah sistolik
pretest dan nilai p=0,610 (p>0,05) untuk tekanan darah sistolik
post test, dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Sedangkan
tekanan darah diastolik pretest didapatkan p=0,008 (p>0,05) dan
untuk nilai tekanan darah diastolik post test p=0,058 (p>0,05),
dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Pada kelompok
kontrol (tanpa intervensi metode walking exercise) didapatkan nilai
p=0,450 (p>0,05) untuk tekanan darah sistolik pretest dan tekanan
darah sistolik post test p=0,061 (p>0,05), dapat disimpukan data
berdistribusi normal. Sedangkan nilai tekanan darah diastolik
58
Rata – rata
Kelompok Tekanan Darah Signifikansi Hubungan
penurunan
Tekanan Darah
Sistole Pre - Tekanan 13,20 0,000 Bermakna
Darah Sistole Post
Perlakuan Tekanan Darah
Diastole Pre -
13,60 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Diastole Post
Tekanan Darah
Sistole awal
Kelompok Kontrol -
38,40 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Sistole Post
Kontrol
Kelompok Kontrol
Tekanan Darah
Diastole Pre -
18,45 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Diastole Post
Keterangan : Bermakna bila nilai signifikansi <0,05
Sumber : Data Primer Paired Sampel T Test 2021
Hasil uji statistik Paired Sampel T Test terdapat hubungan
yang bermakna dari metode walking exercise dalam penurunan
tekanan darah dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,05)
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan (walking exercise)
yaitu 13,20 mmHg dengan signifikansi 0,000 sedangkan untuk
tekanan darah diastole didapatkan penurunan 13,60 mmHg dengan
signifikansi 0,000. Untuk kelompok kontrol penurunan lebih tinggi
dari kelompok perlakuan dimana penurunan untuk tekanan darah
59
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian serta kerangka konsep penelitian, maka pembahasan dikemukan
sebagai berikut :
A. Analisis Rata-rata Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum
Metode Walking Exercise
Pada awal penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise) dan kelompok kontrol (tanpa intervensi metode walking
exercise). Dimana 40 responden dalam penelitian ini adalah pengguna
terapi farmakologi. Dan untuk menetapkan responden perlakuan,
peneliti meminta persetujuan responden untuk bersedia tidak
menggunakan terapi farmakologi selama kegiatan metode walking
exercise.
Penelitian yang dilakukan selama selama dua minggu
menunjukkan untuk kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise) Tekanan darah sistol sebelum dilakukan walking exersice
sebanyak 15 responden masuk dalam kategori hipertensi tahap 1
(140-159 mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole awal (pre) adalah
152,20 mmHg, nilai terendah 142 mmHg dan nilai tertinggi 159
mmHg. Tekanan darah diastole sebelum dilakukan intervensi metode
walking exersice sebanyak 13 responden masuk dalam kategori pre
hipertensi 2 (100-110 mmHg) dan 9 lainnya masuk dalam kategori
hipertensi tahap 1 (90-99 mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole
awal (pre) adalah 100 mmHg, nilai terendah 97 mmHg dan nilai
tertinggi 110 mmHg.
Sedangkan untuk kelompok kontrol (tanpa intervensi metode
walking exercise), tekanan darah sistol awal dari 20 responden,
60
4.3 Keterbatasan
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan, yaitu :
A. Masih kurangnya kontrol diet terhadap responden selama dalam
penelitian.
B. Dalam penelitian ini seharusnya 20 responden perlakuan dan 20
responden kontrol, tetapi pada akhirnya responden perlakuan hanya
15 responden karena 5 lainnya dianggap gugur karena tidak dapat
mengikuti penelitian sampai akhir. Sehingga berpengaruh terhadap
hasil penelitian pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
C. Dalam penelitian ini seharusnya kelompok perlakuan tetap
menggunakan terapi farmakologi agar dapat dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang nilai tekanan darahnya jauh lebih tinggi dari
nilai tekanan darah kelompok perlakuan.
D. Dalam penelitian ini, dalam mengukur tekanan darah responden,
peneliti menggunakan tensi digital seharusnya peneliti juga mengukur
tekanan darah responden dengan tensi manual, agar hasilnya lebih
akurat.
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh
Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (Usia
55-60 Tahun) pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa pada tahun 2021, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
A. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rerata tekanan
darah awal (pre) sebelum terapi metode walking exercise pada lansia
(usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa, yaitu tekanan darah sistole 152,20 mmHg
dan tekanan darah diastole 100,53 mmHg.
B. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rerata tekanan
darah akhir (post) setelah terapi metode walking exercise pada lansia
(usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa, yaitu tekanan darah sistole 139 mmHg dan
tekanan darah diastole 86,93 mmHg.
C. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode
walking exercise berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia (usia
55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa, dengan hasil nilai p value 0,000 (<0,05).
67
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka peneliti menyarankan :
A. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan suatu masukan bagi profesi perawat
untuk menjadikan sebagai salah satu acuan dan referensi ilmiah untuk
dikembangkan lebih lanjut dan menjadi bahan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai penatalaksanaan penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi dengan cara non
farmakologi yaitu dengan metode walking exercise atau terapi
jalan kaki.
B. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas
Sebagai masukan bagi manajemen keperawatan dalam memberikan
terapi non farmakologi yang bermamfaat dalam menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
C. Bagi Penderita Hipertensi
Metode walking exercise dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan
dan menjaga kesehatan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Namun penderita hipertensi juga harus menjaga pola makan dan gaya
hidup serta menghindari faktor resiko hipertensi agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih berat.
D. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini, dapat digunakan peneliti lain dapat
membandingkan terapi dalam penelitian ini dengan terapi yang lain
atau dengan memadukan dengan terapi lain terhadap responden yang
sama sehingga kemungkinan hasilnya akan lebih baik lagi, atau
peneliti dapat melakukan metode walking 4-5 kali perminggu secara
rutin, sehingga kemungkinan penurunan tekanan darahnya akan lebih
tinggi.
68
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, D., M. Hannan, and L. Chindy. 2017. Pengaruh Jalan Pagi Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Dengan Hipertensi Di Desa
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Jurnal Ners
Lentera 5(2): 169–77. http://doi.org.e-journal/lentera5.ac.id
Rahayu, Atikah et.al. 2017. 53 Journal of Chemical Information and Modeling
Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia.
Reni Yuli Aspiani. 2017. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
ed. Wuri Pratiani. Jakarta: Buku Kedokteran.
Romarina, Arina. 2016. “Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Di Kota
Pekanbaru.” Jurnal Ilmu Sosial 16(1): 47–57.
https://doi.org/http://ejournal.undip.ac.id
Said Junaidi. 2018. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal
Keperawatan 9(8) 5678.https:doi/org/http://ejournalkesehatan.ac.id
Sholiha, Siti Robiatus, Sudiarto Sudiarto, and Syamsul Arif Setyonegoro. 2019.
Kombinasi Walking Exercise Dan Hydrotherapy Mempengaruhi Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. Jendela Nursing
Journal 3(1): 58–67.
http://doi.org.ejournal.poltek.kessmg.ac.id/ojs/index.php/jnj.
Siti Setiati et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. ed. Idrus
Alwi. Jakarta: interna publishing.
sonhaji, et al. 2017. Pengaruh Walking Exercise Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad 13(1): 50–55.
https://doi.org/http:garuda.ristekdikti.go.id
Sugyono. 2011.Metodologi Penelitian dan Satatistik.Jakarta:Salemba Medika
Sukarmin, et. al. 2013. Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Keperawatan Indonesia 16(1): 33–39.
Swarjana, I. K. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Syamsudin. 2016. Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. edisi 5. Aklia
Suslia. Jakarta: Salemba Medika
Totok, et. al. 2017. Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Werda Darma Bhakti
Kelurahan Panjang Surakarta. Jurnal Kesehatan 10(1): 26–31.
http://doi.org19797621journals.ums.ac.id/index.php/jk/article/view/5489/357
Wahyuni dan Eksanoto 2016. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Petang I Kabupaten Badung. E.Journal Medika, Vol 5. No 7:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
71
SURAT PERMOHONAN
Lisda Alvita
Lampiran 2. Lembar Informed Consent
PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Informed Consent)
(Lisda Alvita)
Lampiran 3. Lembar Observasi Karakteristik Responden
LEMBAR OBSERVASI
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk Pengisian :
7. Pekerjaan :
Petani Peternak Wiraswasta
PNS Tidak Bekerja
Lampiran 6 SOP Walking Exercise
Frequency Table
A. Responden Metode Walking Exercise
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N Valid 15 15 15 15 20 20 20 20
Missin
5 5 5 5 0 0 0 0
g
Mean 152.20 139.00 100.53 86.93 170.95 132.55 104.85 86.40
Std. Error of Mean 1.328 1.401 .816 1.364 2.284 2.311 2.011 1.452
Median 152.00 a
139.50 a
100.00 a
86.67 a
170.00 a
131.33 a
103.75 a
85.20a
Mode 149b 140 100 88 160b 120 100 80
Std. Deviation 5.144 5.425 3.159 5.284 10.216 10.334 8.993 6.492
Variance 104.36
26.457 29.429 9.981 27.924 106.787 80.871 42.147
6
Skewness -.413 -.139 2.050 1.136 .386 .436 .302 .992
Std. Error of
.580 .580 .580 .580 .512 .512 .512 .512
Skewness
Kurtosis -.733 -.329 5.651 1.299 -.713 -.919 -.574 .069
Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121 1.121 .992 .992 .992 .992
Range 17 19 13 19 35 30 30 20
Minimum 142 129 97 80 155 120 90 80
Maximum 159 148 110 99 190 150 120 100
Sum 2283 2085 1508 1304 3419 2651 2097 1728
Percentiles 10 145.00 c
131.00 c
97.33 c
81.00 c
159.33 c
120.00 c
94.50 c
.c,d
Cases
Descriptives
Std.
Kelompok Statistic Error
Upper
155.05
Bound
Median 152.00
Variance 26.457
Minimum 142
Maximum 159
Range 17
Interquartile Range 8
Upper
142.00
Bound
Median 140.00
Variance 29.429
Minimum 129
Maximum 148
Range 19
Interquartile Range 7
Upper
102.28
Bound
Median 100.00
Variance 9.981
Minimum 97
Maximum 110
Range 13
Interquartile Range 2
Upper
89.86
Bound
Median 87.00
Variance 27.924
Minimum 80
Maximum 99
Range 19
Interquartile Range 5
Upper
175.73
Bound
Median 170.00
Variance 104.366
Minimum 155
Maximum 190
Range 35
Interquartile Range 17
Upper
137.39
Bound
Median 131.50
Variance 106.787
Minimum 120
Maximum 150
Range 30
Interquartile Range 18
Skewness .436 .512
Upper
109.06
Bound
Median 100.00
Variance 80.871
Minimum 90
Maximum 120
Range 30
Interquartile Range 12
Upper
89.44
Bound
Median 85.00
Variance 42.147
Minimum 80
Maximum 100
Range 20
Interquartile Range 9
Tests of Normality
GET
FILE='C:\Users\ACER\Documents\Untitled1 wilcoxon.sav'.
DATASET NAME DataSet2 WINDOW=FRONT.
T-TEST PAIRS=Prepersis Preperdias Prekonsis Prekondias WITH
Pospersis Postperdias Postkonsis Postkondias (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
N Correlation Sig.
95% Confidence