Anda di halaman 1dari 129

PENGARUH METODE WALKING EXERCISE TERHADAP TEKANAN

DARAH PADA LANSIA (USIA 55-60 TAHUN) PENDERITA HIPERTENSI


DI KELURAHAN ARALLE KECAMATAN ARALLE
KABUPATEN MAMASA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

Program Pendidikan S1 Keperawatan

Disusun oleh :

LISDA ALVITA
P.17.010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI POLEWALI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2021

i
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
Jl. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali

LEMBAR PERMOHONAN UJIAN HASIL PENELITIAN


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

PENGARUH METODE WALKING EXERCISE TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA LANSIA (USIA 55-60 TAHUN) PENDERITA HIPERTENSI
DI DESA KELURAHAN ARALLE KECAMATAN ARALLE
KABUPATEN MAMASA

Oleh
LISDA ALVITA
P.17.010

Diajukan Untuk Ujian Hasil Penelitian Dan Telah Disetujui


Oleh Tim Pembimbing
Polewali, 31 Agustus 2021

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

(dr Abdurauf, MMR) Ns. Nur Isriani Najamuddin, S.Kep.,M.Kep

Mengetahui
Ka. LPPM STIKES BINA GENERASI

Dr. Ayu Prasetia, M,MRS

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
Jl. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN HASIL PENELITIAN


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

METODE WALKING EXERCISE TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANSIA (USIA 55-60 TAHUN) PENDERITA HIPERTENSI
DI KELURAHAN ARALLE KECAMATAN ARALLE
KABUPATEN MAMASA

Oleh
LISDA ALVITA
P.17.010

Diajukan Untuk Ujian Hasil Penelitian Dan Telah Disetujui


Oleh Tim Pembimbing
Polewali, 31 Agustus 2021

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

(dr Abdurauf, MMR) (Ns. Nur Isriani Najamuddin, S.Kep.,M.Kep)

Mengetahui
Ketua Prodi S1 Keperawatan

Ns. Nur Isriani Najamuddin, S.Kep.,M.Kep

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI

JL. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali

LEMBAR PENGESAHAN
HASIL PENELITIAN

PENGARUH METODE WALKING EXERCISE TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA LANSIA (USIA 55-60 TAHUN) PENDERITA HIPERTENSI
DI KELURAHAN ARALLE KECAMATAN ARALLE
KABUPATEN MAMASA

Yang di persiapkan dan disusun oleh :

LISDA ALVITA
P.17.010

Telah dipertahankan Di Depan Dewan Penguji


Pada tanggal 27 September 2021

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Ayu Prasetia, M,MRS Ns. Masyitah Wahab, S.Kep.,M.Kes Sumiyati, S.Tr.Keb., M.Keb

Mengetahui
Ketua STIKes Bina Generasi

Lina Fitriani, S.ST., M.Keb

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,


karena Berkat Rahmat dan Bimbingan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Metode Walking
Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (Usia 55-60 Tahun)
Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten
Mamasa”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program Strata 1 Keperawatan STIKES Bina Generasi Polewali
Mandar.
Dalam penyusunan ini penulis banyak menemukan kesulitan dan
hambatan namun berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bastian Djalil, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Yayasan STIKES Bina Generasi
Polewali Mandar.
2. Lina Fitriani, SST.,M.Keb selaku Ketua STIKes Bina Generasi Polewali.
3. Ns. M.Syikir, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik,
Kurikulum dan Kemahasiswaan STIKES Bina Generasi Polewali Mandar.
4. Ilham, SE.,M.Kes selaku Wakil Ketua II Bidang Keuangan dan Kepegawaian
STIKES Bina Generasi Polewali Mandar.
5. Ns. Nur Isriani Najamuddin, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Ilmu Keperawatan STIKES Bina Generasi Polewali Mandar dan selaku
pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan saran sehingga
dapat menyelesaikan penelitian ini.
6. dr Abdurauf, MMR selaku pembimbing 1 dalam penyusunan penelitian ini
yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis.
7. Dosen dan staf STIKES Bina Generasi Polewali Mandar yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
8. Kepala Puskesmas Aralle Kabupaten Mamasa dan seluruh staf yang telah
memberikan izin dan informasi dalam penyusunan penelitian ini.

v
9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini.
10. Kedua orang tua saya tercinta serta keluarga dan semua pihak yang terus
mendukung dan yang tak henti-hentinya mendoakan serta memberikan
dorongan materil dan spiritual.
11. Rekan – rekan mahasiswa S1 ilmu Keperawatan STIKES Bina Generasi
Polewali Mandar dan seluruh pihak yang telah membantu kelancarkan
dan penyusunan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-


baiknya, namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari semua pihak untuk menyempurnaannya

Polewali, 31 Agustus 2021

Penulis

vi
ABSTRAK
Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah
pada Lansia (Usia 55-60 Tahun) Penderita Hipertensi
di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa
Lisda Alvita
P.17.010

( 5 bab + 71 halaman + 12 lampiran)


Hipertensi merupakan kondisi seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal dan kronis. Hipertensi di Indonesia merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar 25,8%, prevalensi Provinsi
Sumatera Barat sebesar 22,6%. Data dari kabupaten Mamasa, terdapat 19.559
kasus hipertensi dengan rincian laki-laki sebanyak 6.891 dan perempuan sebanyak
6.891 (Dinkes Mamasa, 2019). Pengobatan hipertensi dilakukan dengan
pengobatan farmakologis dan non-farmakologis. Salah satu pengobatan hipertensi
dengan non farmakologis adalah dengan aktifitas fisik, yaitu dengan metode
walking exercise.Penelitian ini bersifat adalah Eksperiment Design dengan
pendekatan Control Group Pre-Posttest. Penelitian dilaksanakan mulai bulan april
sampai dengan mei 2021. Cara pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling yang berjumlah 40 orang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20
sampel perlakuan dan 20 sampel kontrol. Data primer meliputi tekanan darah
awal dan akhir responden, sedangkan data sekunder meliputi data umum
responden. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistic Uji Paired T Test.
Hasil ini menunjukkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik
kelompok perlakuan berturut-turut sebesar 13,40 mmHg dan 13,60 mmHg. Hasil
Uji Paired T Test nilai p value yaitu 0,000 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
metode walking exercise terhadap tekanan darah pada lansia (usia 55-60 tahun)
penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa.
Saran dari penelitian ini adalah metode walking exercise dapat dijadikan sebagai
alternative pengobatan non-farmakologis untuk membantu menurunkan tekanan
darah.

Kata Kunci : Metode Walking Exercise, Hipertensi, Tekanan Darah, Lansia


Usia 55-60 Tahun

Kepustakaan : 13 buku + 21 jurnal (2013-2020)

vii
ABSTRAK
Effect of Walking Exercise Method on Blood Pressure
in the Elderly (Age 55-60 Years) Patients with Hypertension
in the village of Aralle, District of Aralle
Mamasa County
Lisda Alvita
P.17.010

( 5 pages + 71 pages + 12 attachments)

Hypertension is a condition of a person experiencing increased blood


pressure blood is above normal and chronic. Hypertension in Indonesia is a
problem health with the highest prevalence of 25.8%, the prevalence of
ProvinceWest Sumatra by 22.6%. Data from Mamasa district, there are 19,559
cases of hypertension with details for men as many as 6,891 and women as many
as 6,891 (Mamasa Health Office, 2019). Treatment of hypertension is done by
pharmacological and non-pharmacological treatment. One of the non-
pharmacological treatments for hypertension is physical activity, namely the
walking exercise method. This research is an Experimental Design with a Control
Group Pre-Posttest approach. The study was carried out from April to May 2021.
The sampling method was carried out by purposive sampling, totaling 40 people.
The sample was divided into 2 groups, namely 20 treatment samples and 20
control samples. Primary data includes initial and final blood pressure of
respondents, while secondary data includes general data of respondents. The data
were analyzed using the Paired T Test statistical test. These results indicate an
average decrease in systolic and diastolic blood pressure in the treatment group
of 13.40 mmHg and 13.60 mmHg, respectively. The results of the Paired T Test
with a p value of 0.000 indicate that there is an effect of the walking exercise
method on blood pressure in the elderly (aged 55-60 years) with hypertension in
Aralle Village, Aralle District, Mamasa Regency. Suggestions from this study are
the walking exercise method can be used as an alternative non-pharmacological
treatment to help lower blood pressure.

Keywords : Walking Exercise Method, Hypertension, Blood Pressure,


Elderly Age 55-60 Years

Literature : 13 books + 21 journals(2013-2020)

viii
CURICULUM VITAE

1. Identitas
a. Nama : Lisda Alvita
b. NIM : P.17.010
c. Tempat/Tanggal Lahir : Makula’, 24 Juli 1998
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Suku/Bangsa : Toraja Mamasa/Indonesia
f. Agama : Kristen Protestan
g. Alamat : Kalabatu, Desa Aralle Timur Kec.
Buntumalangka Kab. Mamasa

2. Riwayat Pendidikan
a. Tamat SD di SDN 016 Salutambun Kec. Buntumalangka Kab.
Mamasa tahun 2010.
b. Tamat SLTP di SMPN 2 Buntumalangka Kec. Buntumalangka Kab.
Mamasa tahun 2013.
c. Tamat SMK di SMKS Kesehatan ST. Fatimah Mamuju, jurusan
Keperawatan tahun 2016.
d. Tahun 2016 melanjutkan pendidikan di STIKes Mega Rezky
Makassar, jurusan DIII Teknik Gigi, namun tidak dapat melanjutkan
pendidikan karena alasan sakit.
e. Terdaftar sebagai Mahasiswa di STIKes Bina Generasi Polewali
Mandar Sulawesi Barat, jurusan S1 Ilmu Keperawatan sejak tahun
2017 sampai sekarang.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERMOHONAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

ABSTRAK....................................................................................................... vii

ABSTRAK (ENGLISH)................................................................................. viii

CURICULUM VITAE................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 6

A. Tujuan Umum............................................................................. 7

B. Tujuan Khusus............................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 8

A. Mamfaat Teoritis......................................................................... 8

B. Mamfaat Praktis.......................................................................... 8

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori....................................................................................... 9

A. Tinjauan Umum Lanjut Usia....................................................... 9

B. Tinjauan Umum Hipertensi pada Lansia..................................... 15

C. Tinjauan Umum Metode Walking Exercise................................ 26

D. Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah

Lansia Penderita Hipertensi........................................................ 28

2.2 Kerangka Teori................................................................................. 29

2.3 Kerangka Konsep............................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 33

3.2 Defenisi Operasional........................................................................ 34

3.2 Hipotesis............................................................................................ 35

3.4 Variabel Penelitia.............................................................................. 35

3.5 Populasi dan Sampel......................................................................... 36

3.6 Tempat dan Waktu............................................................................ 39

3.7 Metode Pengumpulan Data............................................................... 39

3.8 Uji Vadilitas dan Reabilitas............................................................... 42

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data................................................... 42

3.10 Etika Penelitian............................................................................... 43

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian..................................................................................... 47

4.2 Pembahasan.......................................................................................... 59

4.3 Keterbatasan Penelitian........................................................................ 65

xi
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 66

5.2 Saran..................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 2.1 Sepuluh Penyakit Terbaru pada Lansia............................................ 11

Table 2.2 Klasifikasi berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan

Diastolik Syamsudin (2016)............................................................................. 16

Tabel 2.2 Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah pada Orang Dewasa...... . . 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 34

Tabel 3.2 Rencana Waktu Penelitian................................................................ 39

Tabel 4.1 Gambaran Penyebaran Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis

Kelamin Kelurahan Aralle Tahun 2020........................................................ 48

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia Pada Lansia Penderita

Ipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa....... 50

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Lansia

Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle

Kabupaten Mamasa....................................................................................... 51

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pada Lansia

Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle

Kabupaten Mamasa......................................................................................... 51

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pada Lansia

Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle

Kabupaten Mamasa........................................................................................ 52

xiii
Tabel 4.6 Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum

dan Sesudah Metode Walking Exercise pada Kelompok Perlakuan.................54

Tabel 4.7 Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum

dan Sesudah pada Kelompok Kontrol.............................................................. 56

Tabel 4.8 Pengaruh Metode Walking Exercise Terhadap Tekanan

Darah pada Lansia (55-60 Tahun) Penderita Hipertensi di Kelurahan

Aralle, Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa................................................. 58

xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

BPJS : Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial

Dinkes : Dinas Kesehatan

Ha : Hipotesis Alternatif

Ho : Hipotesis Nol

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Lansia : Lanjut Usia

mmHg : Milimeter Merkuri (Hydrargyrum)

PTM : Penyakit Tidak Menular

Prolanis : Program Pengelolahan Penyakit Kronis

RI : Republik Indonesia

RW : Rukun Warga

SOP : Standar Operasional Prosedur

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Sulbar : Sulawesi Barat

UUD : Undang-Undang Dasar

WHO : World Health Organization

xv
Daftar Lambang

% : Persentase

< : Kurang Dari

> : Lebih Dari

α : Tingkat Kemaknaan

p : Tingkat Signiikan

& : Dan

- : Sampai Dengan

≤ : Kurang Dari Sama Dengan

≥ : Lebih Dari Sama Dengan

/ : Garis Miring (atau)

( : Buka Kurung

) : Balas Kurung

“ : Tanda Petik

m/s : Menit per Detik

mph : Mil per Jam

xvi
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Siklus berjalan pada manusia........................................................ 28

Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 31

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ......................................................................... 32

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group pretest-postest............................... 33

Gambar 3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 41

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 2 Peryataan Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 3 Lembar Observasi Karakteristik Responden

Lampiran 4 Lembar Observasi Pemeriksaan Tekanan Darah sebelum

dan sesudah Intervensi Metode Walking Exercise

Lampiran 5. Lembar Observasi Kelompok Kontrol

Lampiran 6 SOP Walking Exercise

Lampiran 7 Surat Permohonan Rekomendasi Penelitian dari Kampus

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa

Lampiran 9 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari Lurah Kelurahan

Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa

Lampiran 10 Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran 11 Hasil Analisa Data SPSS

Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Penelitian

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejateraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagai mana dimaksud dalam pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Kesehatan adalah merupakan salah satu dari hak asasi
manusia, seperti termasuk dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 juga
dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak
asasi manusia, mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang
sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Romarina, 2016).
Indonesia memasuki era pertambahan jumlah penduduk lansia.
Pada tahun 2013, jumlah lansia naik 9,58 % dengan usia harapan hidup
67,4 tahun. Pada tahun 2020, angkah tersebut menjadi 11,20% dengan usia
harapan hidup rata-rata 70,1 tahun (Zaen, 2020). Meningkatnya populasi
lansia ini tidak dapat dipisahkan dari masalah kesehatan yang terjadi pada
lansia, menurunnya fungsi organ memicu terjadinya berbagai penyakit
degeneratif. Penyakit degeneratif pada lansia ini jika tidak ditangani
dengan baik maka akan menambah beban finansial negara yang tidak
sedikit dan akan menurunkan kualitas hidup lansia karena meningkatkan
angka morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian (Kemenkes RI,
2018).
Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang banyak
dialami oleh lansia. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem
peredaran darah yang sering terjadi pada lansia, yang ditandai dengan
2

meningkatkatnya kontraksi pembuluh darah, kemudian meningkatkatkan


kerja jantung agar bekerja lebih maksimal untuk memompa darah melalui
pembuluh darah arteri yang terlalu sempit. Jika keadaan ini terus menerus
akan menyebabkan pembuluh darah dan jantung rusak. Hipertensi
merupakan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Farrar 2015).
Data dari WHO (2015) satu diantara lima orang dewasa di seluruh
dunia mengalami peningkatan tekanan darah. Kejadian hipertensi
meningkat dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir di semua strata sosial.
Diperkirakan antara 20% dan 40% populasi orang dewasa di Wilayah
Amerika menderita hipertensi. Pada tingkat global, diperkirakan orang
dengan hipertensi hanya 57% yang mengetahui kondisinya, 40,6%
menerima pengobatan antihipertensi namun hanya 13,2% yang mencapai
angka tekanan darah terkontrol. Prevalensi kejadian hipertensi di seluruh
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% masyarakat dunia mengalami
hipertensi. Angka ini kemungkinan akan mengalami peningkatan menjadi
29,2% di tahun 2030. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di
negara maju dan sisanya (639 juta) berada di negara berkembang.
Prevalensi hipertensi tertinggi berada di daerah Afrika yaitu 46% orang
dewasa berusia di atas 25 tahun telah didiagnosis hipertensi. Sedangkan di
Asia tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai 36% (WHO, 2015) .
Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan sebesar
8,3% pada tahun 2017 yaitu dari 25,8% menjadi 34,1% dengan angka
kematian sekitar delapan juta orang setiap tahun (Kemenkes RI 2018).
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017
menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan
faktor risiko yang menyebabkan kematian adalah tekanan darah
(hipertensi) sebesar 23,7%. Sedangkan, menurut Riskesdas 2018
menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah
3

kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka


kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian
(Kemenkes RI 2018).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Sulawesi Barat bahwa
prevalensi hipertensi disulawesi barat 2018 berjumlah 64.710 orang
(Dinkes Sulbar 2018). Sementara di kabupaten Mamasa, terdapat 19.559
kasus hipertensi dengan rincian laki-laki sebanyak 6.891 dan perempuan
sebanyak 6.891 (Dinkes Mamasa, 2019).
Peningkatan kejadian hipertensi secara teori tidak terlepas dari
perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti pola
makan yang tidak baik, waktu istirahat yang tidak cukup, kurang olahraga,
merokok, minum-minuman beralkohol dan stres yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipertensi (Anwari, et.al 2018). Sebagian besar
penderita hipertensi mengatasi masalah hipertensi dengan berobat jalan,
pemberian obat penurun tekanan darah atau antihipertensi. Tetapi sebagian
orang tidak dapat mengatasi masalah hipertensi yang ia alami. Jika
hipertensi tidak ditangani, bisa menyebabkan pembuluh darah rusak,
mengeras dan mengencang. Keadaan ini mengalangi aliran darah menuju
jantung, dan mengaibatkan nyeri pada bagian dada serta sesak nafas.
Terhalangnya aliran darah juga dapat memicu detak jantung yang tidak
teratur, bahkan serangan jantung (Yitno, et.al 2017).
Oleh karena itu penting untuk melakukan upaya mengatasi masalah
hipertensi. Selain mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi hipertensi,
para penderita bisa mencoba berbagai obat tradisional seperti bawang
putih. Sebagaimana penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Fredi
Pampang Karua (2019) tentang “Pengaruh Pemberian Bawang Putih
terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sesenapadang Kabupaten Mamasa” dari hasil penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa ada pengaruh dalam pemberian bawang
putih kepada lansia penderita hipertensi. Kemudian penelitian oleh Muh.
Afdal (2019) tentang “Pengaruh Pemberian Daun Seledri terhadap
4

Tekanan Darah Lansia penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Mambi


Kabupaten Mamasa” dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
ternyata daun seledri dapat menurunkan tekanan darah.
Selain penggunaan obat tradisional, penderita hipertensi dapat juga
dapat menurunankan tekanan darah dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik
adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatan pengeluran tenaga dan
energi. Adapun aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dilakukan oleh lansia diantaranya menyapu, mengepel, mencuci baju,
berkebun, membersihkan kamar mandi, menimbah air. Dari penelitian Nur
Afni Karim tentang “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Derajat Hipertensi
pada Pasien Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang
Kabupaten Sitaro” didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan derajat hipertensi pada pasien rawat
jalan di wilayah kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro.
Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyebabkan
perubahan-perubahan misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot
polosnya sehingga daya tampung besar dan konstruksi atau denyutannya
kuat dan teratur, selain itu elastisitas pembuluh darah akan bertambah
karena adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan
berkurang dan meningkatkan kontrksi otot dinding pembuluh darah
tersebut. Aktivitas fisik juga dapat dilakukan berupa olaraga (Karim, et. al
2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indrawati (2017)
tentang “Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Jatiasih Bekasi 2017 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Bekasi” didapatkan adanya
pengaruh dimana didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik
pada penderita sebelum dilakukan intervensi senam aerobik 160,61/84,50
mmHg. Setelah dilakukan intervensi senam aerobik didapatkan rata-rata
penurunan tekanan darah yaitu 139,17/84,50 mmHg. Dengan senam
aerobik secara rutin bisa membantu mendorong jantung bekerja lebih
5

optimal, dimana olaraga untuk jantung mampu meningkatkan kebutuhan


oksigen, dan jantung tidak perlu berdenyut dengan cepat untuk
memompah darah seperti pada saat sebelum berolaraga secara teratur,
sehingga akan menyebabkan kecepatan jantung menurun dan terjadi
penurunan tekanan darah.
Aktivitas fisik juga seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermamfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan
jantung. Salah satu aktivitas fisik yaitu berjalan biasa (walking exercise).
Walking exercise adalah salah satu bentuk latihan fisik sedang, dengan
teknik jalan kaki secara teratur selama minimal 3 kali dalam seminggu
dengan durasi minimal 20-30 menit setiap latihan (Zaen 2020). penelitian
yang dilakukan oleh Siti Robi’atus Sholiha (2019) dengan judul
“Kombinasi Walking Exercise dan Hydrotherapy Mempengaruhi Kadar
Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II” hasilnya ada
pengaruh kombinasi walking exercise dan hydrotherapy terhadap kadar
glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe II dengan p = 0,000.
Dengan jalan kaki maka terjadi kontraksi antar otot skeletal yang memicu
peningkatan kemampuan insulin untuk mengaktifkan transport glukosa ke
otot yang mengakibatkan terjadinya metabolisme otot melalui jalur
independen insulin sehingga level glukosa plasma menurun dan
menyebabkan sintesis heksokinase yang berguna untuk penyerapan
glukosa kemudian glukosa dibawa menuju sel dan terjadilah penurunan
kadar gula darah serta dihasilkan energi. (Sholiha, 2019). Dengan adanya
penelitian ini bahwa walking exercise berpengaruh dalam menurunkan
kadar glukosa darah, maka calon peneliti tertarik untuk meneliti tentang
apakah metode walking exercise atau berjalan biasa juga dapat
berpengaruh terhadap tekanan darah.
Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 25
februari 2021 di Puskesmas Aralle, diperoleh data dari bagian Tata Usaha
Puskesmas Aralle, pada tahun 2020 terdapat kunjungan pasien hipertensi
sebanyak 1.607 orang, dari jumlah tersebut, lansia (usia 55-60 tahun)
6

sebanyak 1.076 orang dengan rincian 295 orang laki – laki dan 781 orang
perempuan. Puskesmas Aralle merupakan salah satu puskesmas di
Kabupaten Mamasa, membawahi 11 desa 1 kelurahan. Sebaran pasien
penderita hipertensi di setiap desa yaitu, desa Uhailanu 95 orang , desa
Baruru 43 orang, desa Pamoseang 68 orang, desa Uhaidao 99 orang, desa
ralleanak 103 orang, desa ralleanak utara 41 orang, desa Aralle Selatan 92
orang, desa Panetean 133 orang, desa Kalakbe 72 orang, desa Hahangan
104 orang , desa Aralle Utara 63 orang dan Kelurahan Aralle 165 orang.
Dan dari 165 orang penderita hipertensi di Kelurahan Aralle 93 orang
adalah lansia, dengan rentan usia 55-60 tahun.
Dari uraian di atas dengan banyaknya angka kejadian lansia yang
menderita hipertensi, dan dengan cara penanganan hipertensi secara
nonfarmakologi, seperti menggunakan obat herbal dan berolaraga, maka
calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia
(Usia 55-60) Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa’’.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Metode
Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (Usia 55-60
tahun) Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa?”

1.3 Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh metode walking exercise terhadap
tekanan darah pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di
kelurahan Aralle Kecamatan Aralle kabupaten Mamasa.
7

B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan metode
walking exercise pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita
hipertensi di kelurahan Aralle Kecamatan Aralle kabupaten
Mamasa.
2. Untuk mengetahui tekanan darah sesudah dilakukan metode
walking exercise pada lansia penderita hipertensi di kelurahan
Aralle Kecamatan Aralle kabupaten Mamasa
3. Untuk menganalisis pengaruh metode walking exercise terhadap
tekanan darah pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi
di kelurahan Aralle kecamatan Aralle kabupaten Mamasa.

1.4 Manfaat Penelitan


A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang pengaruh
walking exercise terhadap tekanan darah pada lansia penderita
Hipertensi.
B. Manfaat Praktis
1. Mamfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang pengaruh metode walking exercise
terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
2. Manfaat Bagi Lansia
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan lansia yang
mengalami hipertensi dapat menerapkan metode walking
exercise sebagai pengobatan nonfarmakologi dalam menunkan
tekanan darah.
8

3. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan


Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi
sumbangan pemikiran dan informasi dalam mengembangkan
program pembelajaran keperawatan komunitas dan gerontik.
4. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
perpustakaan untuk penelitian atau materi untuk dosen dan
mahasiswa dalam pembelajaran bagi kemajuan pendidikan
terutama yang berkaitan tentang tentang pengaruh metode
walking exercise terhadap tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


A. Tinjauan Umum Lanjut Usia
1. Defenisi Lanjut Usia
Proses menua adalah proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan tubuh untuk mengganti sel yang rusak dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap rangsangan (misalnya penyakit) dan tidak
mampu memperbaiki kerusakan yang diderita . Aging atau menua
adalah proses menjadi lebih tua yang menggambarkan perubahan
seseorang seiring berjalannya waktu. Proses menua merupakan
proses multidimensi dari fisik, psikologis dan sosial (WHO,
2015).
Undang-Undang Kesehatan No. 13 tentang kesejahteraan
lansia menyatakan bahwa lansia merupakan seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. Secara biologis penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan tubuh atau semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta system organ tubuh pada lansia. (Rahayu, 2017).
2. Batasan-Batasan Lansia
Batasan lansia menurut Depkes RI 2009 yang dikutip
dalam Rahayu (2017) meliputi:
a) Lansia awal usia 46 – 55 tahun.
b) Masa lansia akhir usia 56 – 65 tahun.
c) Masa manula usia 65 tahun keatas.
10

3. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri lansia, menurut Rahayu (2017) meliputi:
a) Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif.
c) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
d) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
11

karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang


menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4. Jenis penyakit pada lansia
Berikut sepuluh jenis penyakit pada lansia.
Tabel 2.1
Sepuluh Penyakit Terbaru pada Lansia Tahun 2018
Menurut Kemenkes RI (2018)
Prevalensi Menurut Kelompok
No Jenis Penyakit Umur (Tahun)
55-64 65-74 >75
1 Hipertensi 45,9 60 64
2 Artritis 45 50 54
3 Stroke 33 56 67
4 Penyakit Paru 5,6 8,6 9,4
Obstruksi Kronis
5 Diabetes Melitus 5,5 4,8 3,5
6 Kanker 3,2 3,9 5
7 Penyakit Jantung 2,8 3,6 3,2
Koroner
8 Batu Ginjal 1,3 1,2 1,1
9 Gagal Jantung 0,7 0,9 1,1
10 Gagal Ginjal 0,5 0,5 0,6

5. Perubahan pada Lansia


Menua merupakan proses alami yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hamper pada semua
system tubuh, namun tidak semua system tubuh mengalami
kemunduran fungsi pada waktu yang sama (Halim Mubin
2015). Adapun perubahan–perubahan yang terjadi pada lansia
menurut Rahayu (2017) adalah sebagai berikut :
a) Perubahan fisik
12

Perubahan fisik umum dialami lansia, misalnya


perubahan system imun yang cenderung menurun,
perubahan sistem integument yang menyebabkan kulit
mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada system
kardiovasuker yang dapat memperberat kerja jantung.
Penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal
serta penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran.
Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan
tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik
yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk
beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat
sehingga mempengaruhi kesehatannya.
b) Perubahan mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis pada lanjut
usia dapat berupa sikap yang semakin egodentrik, mudah
curiga, serta bertambah pelit atau tamak jika memiliki
sesuatu. Hampir setiap lansia memiliki keinginan berumur
pamjang dengan menghenat tenaga yang dimilikinya,
mengharapkan tetap diberikan peranan dalam masyarakat,
ingin tetap berwibawa dengan mempertahankan hak dan
hartanya, serta ingin meninggal dengan terhormat.
c) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yaitu nilai pada seseorang yang
sering diukur melalui produktivitas dan identitasnya dengan
peranan orang tersebut dalam pekerjaan. Ketika lansia
sudah pensiun, maka yang dirasakan adalah pendapatan
berkurang. Kehilangan status jabatan, kehilangan relasi dan
kehilangan kegiatan. Sehingga dapat timbul rasa kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan
cara hidup.
13

d) Perubahan spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan
semakin matangnya kehidupan keagamaan lansia. Agama
dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari – hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia
untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan.
6. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan
bagi lansia (Sukarmin 2016). Tujuan pelayanan kesehatan pada
lansia menurut Rahayu (2017) terdiri dari :
a) Mempertahankan derajat kesehatan pada lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan.
b) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik
dan mental
c) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.
d) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian
pada lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia
dapat mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.
Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan
sosial lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat
pemberdayaan lansia.
14

7. Pendekatan Perawatan Pada Lansia


Menurut Rahayu (2017) pendekatan perawatan pada lansia, adalah
sebagai berikut:
a) Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian
yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai
dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi
klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:
(1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik
yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu
melakukannya sendiri.
(2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan dengan
kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
b) Pendekatan Psikologis
Keluarga mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan
sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang asing,
penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik
dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara
perlahan dan bertahap.
15

c) Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial.
Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan
sesama klien lansia berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan
sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa lansia
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial,
baik antar lania maupun lansia dengan perawat. Perawat
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.

B. Tinjauan Umum Hipertensi Pada Lansia


1. Defenisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan tekanan darah diatas batas normal dalam pembuluh
darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus
lebih dari suatu periode (Reni Yuli Aspiani, 2017). Hal ini terjadi
apabila pembuluh darah berkontraksi. Konstraksi pada pembuluh
darah membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan
melawan dinding arteri. Jika terjadi hipertensi maka dapat
menyebabkan beban kerja jantung dan arteri semakin meningkat
yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan
pembuluh darah (Halim Mubin, 2015). Hipertensi merupakan
gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terjadi pada
lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Farrar
2015).
16

2. Klasifikasi Hipetensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik
dan tekanan diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi.
Table 2.2
Klasifikasi berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Syamsudin (2016)

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Stadium 1 140 – 159 90 – 99
Stadium 2 160 - 169 >100-109
Stadium 3 >180 >110
Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada
orang dewasa menurut adapun klasifikasi tersebut dapat dilihat
pada table dibawah ini.

Tabel 2.3
Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah pada Orang
Dewasa Menurut Siti Setiati et al (2016)
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 < 85
Prahipertensi 130 – 139 85 – 89
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Stadium 3 (berat) 180 – 189 110 – 119
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 ≥ 120

3. Etiologi Hipertensi pada Lansia


Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
hipertensi pada lansia seperti umur, riwayat keluarga, obesitas,
merokok, konsumsi alkohol, kurang olahraga, banyak
mengkonsumsi garam dan stress yang dialami oleh lansia
(Reni Yuli Aspiani, 2017).
17

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing


hipertensi, yaitu :
a) Etiologi
(1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi primer esesnsial
belum dapat diketahui, sementara penyebab sekunder dari
hipertensi sesensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi
esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal
maupun penyakit lainnya, genetic serta ras menjadi bagian
dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk
stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan dan
gaya hidup (Syamsudin, 2016).
(2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui
seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hiperteroid), hiperaldosteronisme, penyakit
parenkimal (Syamsudin, 2016).
b) Faktor resiko
(1) Faktor yang bisa diubah, menurut Siti Setiati, et. al (2016) :
(a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang
berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko
mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan
oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang
mempengaruhi pembuluh darah, hormone serta jantung.
(b) Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stres juga dapat
berpengaruh terhadap hipertensi. Hubungan antara stres
dengan hipertensi melalui saraf simpatis dengan adanya
18

peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan


tekanan darah secara intermitten.
(c) Obesitas
Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan normal.
(d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulasi
pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatandenyut
jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi
yang dapat meningkatkan tekanan darah.
(e) Kurang Aktivitas
Kurang aktivitas atau olaraga merupakan salah satu
faktor utama terjadinya tekanan darah tinggi. Kegiatan
fisik penting untuk mengendalikan tekanan darah tinggi
sebab membuat jantung lebih kuat dan mampu
memompa lebih banyak darah dengan lebi sedikit usaha.
Semakin ringan kerja jantung untuk memompa darah,
makin sedikit tekanan darah terhadap arteri
(2) Faktor yang tidak bisa diubah menurut Siti Setiati, et. al
(2016), yaitu:
(a) Genetik
Faktor grnrtik memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 %
lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari
pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang
mendrita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang
menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit keturunan.
19

(b) Ras
Orang berkulit hitan memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi
kadar renin plasma yang rendah mengurangi
kemampuan ginjal untuk mengekresikan kadar natrium
yang berlebih.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor medulla otak.
Ransangan pusat vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk impuls
bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf
simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion untuk
melepaskan noreperineprin yang mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan
mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan
pembuluh darah (Reni Yuli Aspiani, 2017).
Mekanisme ini antara lain :
a) Mekanisme vasokontriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan
eksitasi pembuluh darah juga meyebabkan pelepasan
norepineprin dan epineprin oleh medulla adrenal ke dalam
darah. Hormone norepineprin dan epineprin yang berada di
dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah
vasokontriksi. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap ransang
vasokontrtriktor (Halim Mubin, 2015)
b) Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotension
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma
menjadi substrat renin untuk melepaskan angiotensin I,
kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan
vasokontriktor kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi
20

selama hormone ini masih menetap dalam darah (Syamsudin,


2016).
5. Manifestasi Klinis Hipertensi Pada Lansia
Manisfestasi klinik muncul setelah penderita mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun menurut Reni Yuli Aspiani
(2017), gejalanya antara lain :
a) Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan
ayunan langkah tidak mantap.
b) Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat dipagi hari karena
peningkatan tekanan intracranial yang disertai mual dan
muntah.
c) Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang
diderita.
d) Sakit kepala, pusing badan keletihan disebabkan oleh
penurunan perfusi darah akibat vasokontriksi pembuluh darah.
e) Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retinan sebagai
dampak hipertensi.
f) Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari akibat
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Kebanyakan penderita hipertensi pada lansia tidak
memiliki gejala (asimtomatik). Gejala yang biasanya dijumpai
pada hipertensi yaitu pusing, palpitasi (jantung berdebar –
debar) atau sakit kepala. Sakit kepala pada pagi hari terutama
didaerah oksipital merupakan karakteristik pada hipertensi
stadium II. Kerusakan target organ seperti stroke, penyakit
jantung kongestif, atau gagal ginjal mungkin merupakan tanda
awal hipertensi (Halim Mubin 2015).
6. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Siti Setiati et
al (2016) meyerang organ-organ vital antara lain :
21

a) Jantung
Hipertensi kronis akan meyebabkan infark miokad, infark
miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium
tidak terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia jantung serta
terjadilah infark.
b) Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan
mengakibatkan kerusakan progresif sehingga gagal ginjal.
Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit
fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan ostomik
menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin
yang menimbulkan nokturia.
c) Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang
terlepas dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke.
Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang
memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang
diperdarahi otak berkurang.
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Sebagian besar pasien lansia yang didiagnosis
hipertensi pada akhirnya menjalani terapi menggunakan obat
anti hipertensi. Pengobatan hipertensi secara farmakologi pada
usia lanjut sedikit berbeda dengan usia muda, hal ini
dikarenakan adanya perubahan - perubahan fisiologis akibat
proses menua. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia
menyebabkan konsentrasi obat menjadi lebih besar, waktu
eliminasi obat menjadi lebih panjang, terjadi penurunan fungsi
dan respon dari organ, adanya berbagai penyakit penyerta
lainnya (Sihombing, 2016)
Adapun penatalaksanaan non farmakologik dan
farmakologik menurut Syamsudin (2016) pada lansia yaitu :
22

a) Penatalaksanaan Non Farmakologik


Modifikasi gaya hidup selalu dianjurkan sebagaimana
penanganan hipertensi pada umumnya, bahkan pada
sebagian pasien hipertensi ringan dapat dilakukan tanpa
obat.
(1) Mengatur diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup
sehat dan dengan obat-obatan yang menurunkan gejala
gagal jantung dan dapat memperbaikin keadaan hipertropi
ventrikel kiri.Beberapa diet yang dianjurkan:
(a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan
pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam perhari.
(b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah
tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium
secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimeditasi oleh oksida nitra pada dinding
vaskuler.
(c) Diet kaya buah dan sayur.
(d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya
jantung koroner.
(2) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga juga berperan dalam pengendalian
hipertensi pada lansia, dimana dukungan sosial keluarga
dapat meningkatkan motivasi lansia untuk menjaga
perilaku hidup sehat dalam mengendalikan hipertensi.
23

(3) Mempertahankan berat badan idel


Mempertahankan berat badan yang idelan sesuai Body
Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat
diektahu dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi
badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.
Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet
rendah kolesterol kaya protein dan serta. Penurunan berat
badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan darah
diastolic sebesar 5 mmHg.
(4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asam rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung dan
menghindari stress pada penderita hipertesni dapat
dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga
atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf sehingga
menurunkan tekanan darah yang tinggi.
(5) Aromaterapi (relaksasi)
Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan
altenatif yang menggukana minyak esensial untuk
memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah
aromaterapi digunakan akan membantu kita untuk rileks
sehingga menurunkan aktifitas vasokontriksi pembuluh
darah, aliran darah menjadi lancer dan menurunkan tekanan
darah.
(6) Terapi masase (pijat)
Masase atau pijat adalah dilakukan untuk memperlancar
aliran energi dalam tubuh sehingga meminimalisir
gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat semua
24

jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh


tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat diminimalisir.
(7) Cara Tradisional
Banyak ramuan tradisional yang dipercaya dapat
menurunkan tekanan darah. Beberapa ramuan sudah diteliti
secara labolatoris. Contoh bahan yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah : cincau hijau, daun dan buah
alpukat, mengkudu masak, mentimun, daun seledri, daun
selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing, daun
telapak darah, akar pepaya, rambut jagung, dan sebagainya.
(8) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatan pengeluran tenaga dan energi. Adapun
aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dilakukan oleh lansia diantaranya menyapu, mengepel,
mencuci baju, berkebun, membersihkan kamar mandi,
menimbah air. Aktivitas fisik juga dapat dilakukan berupa
olaraga. Olaraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermamfaat untuk menurunkan tekanan darah
dan memperbaiki keadaan jantung. Olaraga isotonik dapat
juga dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilitasi
perifer, dan mengurangi katekolaminplasma. Olaraga
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu
sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
Olaraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
8. Penatalaksanaa fakmakologik
Prinsip pengobatan hipertensi pada lansia selalu dimulai
dengan dosis rendah dan dinaikkna bertahap sampai mencapai
target. Berbagai kelas obat telah terbukti dapat menurunkan
25

tekanan darah pada lansia, baik secara tunggal maupun dalam


bentuk kombinasi, yaitu (Syamsudin, 2016):
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih
dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
b) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
c) Betabloker (Metopropol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis ini adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
d) Vasodilator (Propasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
e) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utamanya adalah untuk menghambat pembentukan zat
angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan
mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor.
g) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung akan terhambat.Semua telah terbukti dapat
menurunkan tekanan darah dan mengurangi tingkat
morbiditas dan mortalitas pada pasien hipertensi.
26

C. Tinjauan Umum Metode Walking Exercise


1. Defenisi Walking Exercise
Walking Exercise merupakan suatu gerakan/ aktivitas tubuh
dengan cara berjalan kaki biasa yang berirama dengan lengan yang
terayun sesuai dengan irama jalan seseorang yang dilakukan secara
terencana. Latihan jalan kaki (walking exercise) selama 20-30
menit sebanyak 3 kali seminggu. Beri waktu istirahat selama 3
menit setiap 10 menit setelah latihan dilakukan. Anjurkan
responden untuk menjaga posisi tubuh dan mengatur kecepatan
langkahnya (kira-kira 0,89 m/s atau 2 mph) agar merasa lebih
nyaman selama kegiatan (Oktaviani, 2018).
Walking exercise merupakan tindakan berjalan biasa
dengan mengayunkan tangan sesuai irama jalan, tindakan ini
sangat baik dan cocok untuk segala tingkatan umur (Ambarsika,
2017). Berjalan dalam therapeutic walking exercise tersebut
merupakan suatu aktivitas dasar kehidupan sehari-hari selain
bernafas, mendengar, melihat, dan berbicara (Deiby O Wungouw
2016). Selain itu, Therapeutic walking exercise merupakan gerakan
tubuh atau bagian-bagiannya untuk mencapai gerak bebas sebagai
tanda dan berfungsinya pergerakan, serta latihan untuk kesehatan
jantung (sonhaji, 2017). Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa walking exercise merupakan suatu
gerakan berjalan dengan mengayunkan tangan sesuai irama jalan,
gerakan bebas dari seluruh tubuh untuk melihat fungsi pergerakan,
dan latihan untuk kesehatan jantung yang sangat baik serta cocok
untuk segala tingkatan umur.
27

2. Mamfaat Metode Walking Exercise


Adapun mamfaat metode walking exercise yaitu Oktaviani
(2018) :
a) Meningkatkan kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang
kontraksi otot, pemecahan glikogen dan peningkatan oksigen
jaringan.
b) Dapat mengurangi pembentukan plak melalui peningkatan
penggunaan lemak dan peningkatan penggunaan glukosa.
c) Dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol baik HDL
meningkat, dan darah tidak saling lengket, sehingga resiko
penggumpalan darah yang berpotensi menyumbat darah menjadi
berkurang.
d) Dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan persendian dan
kelincahan gerak.
3. Prosedur Pelaksanaan Metode Walking Exercise
Adapun prosedur dalam metode walking Exercise yaitu sebagai
berikut (Sonhaji, et al. 2017) :
a) Jelaskan manfaat dan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
b) Tanyakan kesiapan responden sebelum kegiatan dilakukan.
c) Lakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum melakukan terapi
walking exercise.
d) Lakukan pemanasan/ peregangan otot kepala, tangan dan kaki
selama 5 menit (dipimpin oleh struktur/peneliti).
e) Lakukan latihan jalan kaki (walking exercise) selama 30 menit
sebanyak 3 kali seminggu.
f) Beri waktu istirahat selama 3 menit setiap 10 menit setelah
latihan dilakukan.
g) Anjurkan responden untuk menjaga posisi tubuh dan mengatur
kecepatan langkahnya (kira-kira 0,89 m/s atau 2 mph) agar
merasa lebih nyaman selama kegiatan.
h) Hentikan latihan bila responden merasa pusing dan sesak nafas
28

i) Latihan ditutup dengan dengan pendinginan selama 5 menit


(dipimpin oleh struktur/peneliti).
j) Lakukan pemeriksaam tekanan darah 25-30 menit setelah terapi
walking exercise

Gambar 2.1 Siklus berjalan pada manusia (Sonhaji, et al. 2017)

D. Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah


pada Lansia Penderita Hipertensi
Aktivitas fisik adalah salah satu penanganan penyakit hipertensi.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatan
pengeluran tenaga dan energi. Adapun aktivitas fisik dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat dilakukan oleh lansia diantaranya menyapu,
mengepel, mencuci baju, berkebun, membersihkan kamar mandi,
menimbah air. Aktivitas fisik juga dapat dilakukan berupa olaraga.
Olaraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermamfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olaraga isotonik dapat juga dapat meningkatkan fungsi endotel,
vasodilitasi perifer, dan mengurangi katekolaminplasma. Olaraga
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olaraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi Syamsudin (2016).
Penderita hipertensi kebanyakan adalah lansia, untuk lansia tidak
dianjurkan melakukan olaharaga yang berat, dan juga tidak dianjurkan
29

untuk olahraga lari. Jadi, jalan biasa (walking exercise) ini sangat tepat
untuk terapi penyembuhan penderita hipertensi. Walking exercise
adalah satu aktivitas fisik, bekerja melalui penurunan resistensi perifer.
Pada saat otot berkontraksi melalui aktivitas fisik akan terjadi
peningkatan aliran darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara
ritmik. Adanya dilatasi sfingter prekapiler dan arteriol menyebabkan
peningkatan pembukaan pada kapiler (Zaen, 2020). Dilatasi pembuluh
juga akan mengakibatkan penurunan jarak antara sel aktif, serta jarak
tempuh difusi O2 dan zat-zat metabolik sangat berkurang yang dapat
meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah, oksigen,
serta nutrisi dalam sel (Deiby O Wungouw 2016). Penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi setelah walking exercise disebabkan
karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan
aktivitas sistem saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer
vaskular, penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas
barorefleks dan menurunnya volume plasma. Latihan berjalan kaki
menurunkan tekanan darah harian baik pada saat istirahat maupun saat
aktivitas. Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu
pasien hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga
peningkatan fungsi jantung meningkatnya sensitivitas barorefleks dan
menurunnya volume plasma. Latihan berjalan kaki menurunkan
tekanan darah harian baik pada saat istirahat maupun saat aktivitas.
Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien
hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga
peningkatan fungsi jantung (Ambarsika, 2017).
30

2.2 Kerangka Teori


Teori merupakan seperangkat konsep yang saling berhubungan dan
mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan
menerangkan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan
fenomena tersebut. Dalam penelirian kuantitatif kerangka teori memiliki
peranan penting karena dengan dikemukakannya suatu teori dalam
kerangka teori tersebut akan sangat membantu seorang peneliti dan orang
lain untuk lebih memperjelas sasaran dan tujuan penelitian yang dilakukan
(Pamungkas, 2017).
Rumusan kerangka teori paling mudah mengikuti kaedah input, proses
dan output. Apabila dalam sebuah penelitian, sudah terdapat kerangka
teori yang baku, maka kita dapat mengadopsi kerangka teori tersebut
dengan mencantumkan sumbernya. Kerangka teori juga dapat dibuat dari
pohon masalah (fatway) penyakit tertentu sesuai dengan area penelitian.
Hubungan variabel dalam kerangka teori harus jelas tergambar, dengan
berbagai variabel yang mempengaruhinya (Nursalam, 2016)
Adapun rumusan kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut:
31

Hipertensi pada Penatalaksanaan


Lansia
Etiologi Siti Setiati, et. al
(2016) :
1. Umur
2. Riwayat keluarga Non Farmakologi
3. Obesitas (Syamsudin, 2016) : Farmakologi (Syamsudin , 2016)
4. Merokok :
5. Konsumsi alkohol 1. Diuretik
Mengatur diet (Hidroklorotiazid)
6. Kurang aktivitas Dukungan keluarga 2. Penghambat simpatetik
3. Betabloker
Mempertahankan berat 4. Vasodilator
Olaraga : badan idel 5. Angiotensin
Senam Aerobik 6. Penghambat Reseptor
(Indrawati, 2017) Memperbaiki gaya hidup Angiotensin II
yang kurang sehat 7. Antagonis Kalsium

Metode Walking Exercise Penurunan stress


suatu gerakan/ aktivitas tubuh
dengan cara berjalan kaki Aromaterapi (relaksasi)
biasa yang berirama dengan
lengan yang terayun sesuai Terapi masase (pijat)
dengan irama jalan seseorang
yang dilakukan secara Cara Tradisional
terencana.
Aktivitas Fisik

vasoperin Efisien Kerja Aktivitas simpatis


Jantung

Vasokontriksi
Curah Jantung Pembuluh Darah

Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik Diastolik

Penurunan Tekanan Darah

Gambar 2.2 Kerangka Teori (Ambarsika, 2017)


32

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran


pada penelitian yang di rumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan
pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep Kerangka konsep
merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-
fakta, observasi dan tinjauan pustaka (Pamungkas, 2017). Adapun kerangka
konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Perlakuan
Metode Walking
Exercice
Ada Pengaruh

Tekanan Darah

Kelompok Kontrol
Tidak diberikan Tidak Ada
Intervensi Metode Pengaruh
Walking

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

:Variabel independen

:Variabelm dependen

:Hubungan Variabel yang diteliti


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.
2.
3.
3.1 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian merupakan kerangka acuan bagi
peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian.
Desain penelitian dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai
tujuan penelitian dan juga sebagai penuntun bagi peneliti dalam seluruh
proses penelitian (Nursalam, 2016) .
Adapun desain penulis yang penulis buat adalah adalah
Eksperiment Design dengan pendekatan Control Group Pre-Posttest
Design. Model rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan efektivitas
kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental. Dengan pemilihan
kedua kelompok tidak dipilih secara acak. Pada kedua kelompok diawali
dengan pra-test, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran
kembali (post-test) (Pamungkas, 2017). Bentuk rancangan ini sebagai
berikut :
Pre test Intervensi Post Test
Kelompok Eksperimen O X O1

Kelompok Kontrol O - O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
O : observasi
X : intervensi metode walking exercise.
- : tidak diberikan intervensi
O1 : observasi setelah intervensi
O2 : observasi tanpa intervensi
34

3.2 Defenisi Operasional


Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan
menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup
variable. Variabel yang dimasukkan dalam definisi operasional adalah variable
kunci/penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat di
pertanggungjawabkan (Nursalam, 2016).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Alat
No Variabel Cara Ukur Skala Hasil Akhir
Operasional Ukur
1. Variabel Walking exercise SOP - - -
Independen adalah salah satu
bentuk latihan
Metode fisik sedang
Walking berjalan biasa
exercise dengan
mengayunkan
tangan sesuai
irama jalan,
dengan teknik
jalan kaki secara
teratur selama
minimal 3 kali
dalam seminggu
dengan durasi
minimal 20-30
menit setiap
latihan.
2. Variabel Tekanan darah Tensi Melakukan Interval Kriteria :
dependen adalah jumlah digital pengukuran tekanan 1. Normal <
tenaga darah yang dan darah sebelum dan 130/< 85
Tekanan ditekan terhadap lembar sesudah intervensi mmHg
darah dinding Arteri observasi 2. Prahiperte
walking exercise
saat Jantung nsi 130 –
memompakan
pada lansia dengan 139/ 85 –
darah ke seluruh menggunakan 89 mmHg
tubuh. tensimeter dan 3. Stadium 1
stetoskop untuk 140 –
melihat adakah 159/90-99
perubahan tekanan mmHg
darah setelah 4. Stadium 2
35

intervensi metode 160 – 179/


walking exercise. >100-109
Kemudian mencatat mmHg
pada lembar 5. Stadium 3
observasi >180/>110
mmHg
3.3 Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis, hupo artinya sementara
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan atau teori. Jadi hipotesis
merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk
menguji kebenaran hipotesis digunakan pengujian hipotesis. Hipotesis di
dalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut, dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori dan belum
menggunakan fakta atau data. Setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian maka hipotesis dapat disimpulkan benar atau salah, diterima
atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian keperawatan terdiri atas
hipotesis nol dan hipotesis alternative (Pamungkas, 2017).
Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
saling hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih, atau
hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang
satu dengan kelompok lainnya. Hipotesis alternative (Ha) adalah hipotesis
yang menyatakan adanya saling hubungan atau pengaruh antara dua
variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu
pada kelompok-kelompok yang berbeda (Pamungkas, 2017).
Hipotesis dalam penelitian pengaruh walking exercise terhadap
tekanan darah pada lansia (usia 55-60) penderita hipertensi di kelurahan
Aralle kecamatan Aralle Kabuaten Mamasa, adalah sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh metode walking exercise terhadap tekanan darah pada
lansia (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi
Ho : Tidak ada pengaruh metode walking exercise terhadap tekanan
darah pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi

3.4 Variabel Penelitian


36

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang
nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur
(Pamungkas, 2017).
A. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka akan
mengakibatkan perubahan variabel lain (Pamungkas, 2017). Nama lain
variabel independen adalah variabel bebas, resiko, predictor.Variabel
independen dalam penelitian ini adalah metode walking exercise.
B. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada
variabel bebas Nama lain variabel dependen adalah variabel terikat,
efek, hasil, outcame, respon, atau event (Pamungkas, 2017).Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah.

3.5 Populasi dan Sampel


A. Populasi
Populasi atau yang biasa dikenal dengan sebutan universe
adalah keseluruhan dari suatu objek yang akan diteliti sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Ciri-ciri atau kriteria populasi biasa
disebut dengan parameter. Populasi dalam penelitian bisa berupa orang
(individu, kelompok, organisasi, komunitas dan masyarakat) dan
lainnya (Pamungkas, 2017).
Pada penelitian ini populasinya adalah penderita hipertensi
di kelurahan Aralle kecamatan Aralle kabupaten Mamasa adalah
sebanyak 165 orang.
B. Sampel
Sampel dapat didefenisikan sebagai suatu dari bagian suatu
populasi yang dianggap dapat mewakili secara keseluruhan dari sifat
dan karakter dari populasi tersebut. Sampel ini menjadi hal yang
37

sangat penting dalam suatu penelitian bidang kesehatan karena


populasi yang diperoleh dalam jumlah besar tentunya tidak mungkin
diseleksi semua menjadi sampel (Pamungkas 2017).
Populasi sebanyak 165 orang lansia (usia 55-60 tahun)
penderita hipertensi di kelurahan Aralle kecamatan Aralle kabupaten
Mamasa, penentuan besaran sampel didasarkan pada persentase dari
besarnya populasi. Peneliti menentukan jumlah sampel penelitian
dengan menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut :
N
n=
1+ N ( α )2
Keteranga :
n : besar sampel
N : jumlah populasi
α : tingkat kepercayaan
Diketahui jumlah populasi adalah 165 lansia (usia 55-60
tahun), dengan demikian maka besarnya sampel yang
diperlukan adalah :
165
n=
1+165(0,05)²
165
n=
1+165(0,0025)
165
n=
1+0,4125
165
n=
1,4125
n=116,81
n = 117
Menurut Sugyono (2011), ukuran minimum sampel yang dapat
diterima pada penelitian dengan metode eksperimen adalah kisaran
10-30 responden. Jadi, dalam penelitian ini, sampel yang diambil
sebanyak 40 orang, yakni 20 orang untuk kelompok perlakuan dan 20
orang untuk kelompok kontrol, dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
38

1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian
pada populasi target dan sumber (Pamungkas, 2017).
a) Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian
dari awal sampai tahap akhir.
b) Lansia yang berdomisili di kelurahan Aralle kecamatan Aralle
kabupaten Mamasa.
c) Usia 55-60 tahun.
d) lansia dengan tekanan darah >140-159/90-99 mmHg .
e) Lansia yang menggunakan terapi farmakologi
2. Kriteria eksklusi
Sementara kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek
penelitian yang tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai
kriteria eksklusi maka subjek harus dikeluarkan dari penelitian
(Pamungkas, 2017).
a) Responden yang mengundurkan diri atau menolak
b) Lansia yang tidak berdomisili di kelurahan Aralle kecamatan
Aralle kabupaten Mamasa.
c) Usia < 55 tahun dan >60 tahun.
d) Lansia dengan tekanan darah <140-159/90-99 mmHg.
e) Lansia yang tidak menggunakan terapi farmakologi.

C. Teknik Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel populasi dalam penelitian, ada dua jenis
teknik sampling yaitu teknik random sampling (sampel acak) yang
merupakan pengambilan sampel secara acak sederhana dan teknik
non-random sampling (sampel tidak acak) yaitu teknik pengambilan
39

sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai


kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Pamungkas,
2017)..
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
non probability sampling yaitu purposive sampling. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling atau yang biasa
disebut sebagai judgmental sampling adalah teknik penarikan sampel
yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Alasan penggunaan sistem ini karena adanya batasan
peneliti untuk melakukan penarikan sampel dengan menggunakan
teknik random (acak). Dengan menggunakan teknik ini diharapkan
sampel yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dapat diperoleh
sesuai dengan tujuan dari penelitian (Pamungkas, 2017).

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Aralle kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih 2 (dua) bulan terhitung mulai
bulan April – Mei 2021.

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

Bulan
No. Uraian Kegiatan
4 5 6 7 8 9
1. Ujian Proposal
2. Pengumpulan data
3. Penelitian
4. Pengolah data
5. Menyusun Laporan
5. Persentasi seminar hasil

3.7 Metode Pengumpulan Data


40

Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang di kumpulkan


sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan
tersebut akurat, maka di perlukan alat pengumpulan data (instrument
penelitian) yang tidak saja valid, tetapi juga reliable. Selain ketepatan
instrument penelitian, metode pengumpulan data pun sebaiknya tepat atau
sesua dengan data yang dikumpulkan (Swarjana, 2015).
A. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer ialah berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkomplikasi ataupun dalam
bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau
dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang dijadikan
objek penelitian atau orang yang diajadikan sebagai sarana
mendapatkan informasi atau data(Pamungkas, 2017).
Data primer didapatkan dengan cara wawancara langsung
terhadap responden dan memeriksa tekanan darah responden. Data
primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lansia yang
bersedia menjadi responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder dikaitkan dengan sumber selain dokumen
langsung yang menjelaskan tentang suatu gejala. Informan (subjek)
adalah salah satunya sumber sekunder, sebagai sumber bergerak
yang dapat memberikan keterangan mendalam (undept) terkait
dengan permasalahan yang diteliti. Selain itu, juga data sekunder
merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari
dan mengumpulkan (Pamungkas, 2017).
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-
sumber informasi kedua, seperti dinas kesehatan kabupaten
Mamasa dan puskesmas Aralle tentang kejadian hipertensi pada
lansia.
B. Teknik Pengumpulan Data
41

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama


dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk
mendapatkan data. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:

Penelitian

Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (usia 55-60 tahun) Penderita
Hipertensi di kelurahan Aralle kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa’’

Variabel Independen Metode Walking Variabel Dependen Tekanan Darah


Exercise

Instrumen penelitian : Menentukan responden : Tahap Awal


Untuk statistik deskriptif dan Walking  Populasi : Lansia Penderita
exercise menggunakan SOP sedangkan Hipertensi di kelurahan Aralle
tekanan darah pada lansia penderita (N=165 orang)
hipertensi diukur dengan  Sampel : non probability sampling
spygmomanometer, stetoskop dan yaitu purposive sampling (n=40
lembar observasi orang)

Pengumpulan data

Mengukur tekanan darah (pretest) Mengukur tekanan darah (pretest)

Melakukan intervensi walking exercise Tanpa Intervensi


sesuai dengan SOP Tahap
Penelitian

Mengukur tekanan darah responden Mengukur tekanan darah responden


Setelah melakukan intervensi (postest) tanpa intervensi (postest)

Analisa Data:
Uji Univariat : Statistik Deskriptif
Pembahasan dan
Uji Bivariat :
Intrepretasi hasil
penelitian  uji T berpasangaan / uji paired t test (jika data Tahap Akhir
berkonstribusi normal
 uji wilcoxon (jika data tidak berkontrubusi normal)
Kesimpulan
dan Saran
42

Gambar 3.2 Teknik Pengumpulan Data


3.8 Validasi Realibilitas
Uji validitas dan realibilitas yaitu suatu alat yang dilakukan dengan
tujuan menjamin bahwa alat ukur yang digunakan sensitive dan spesifik
serta reliable. Alat ukur dikatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut
mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dikatakan reliable
(andal) jika alat tersebut memiliki sifat konstan, stabil dan tepat. Jadi alat
ukur dinyatakan reliable apabila diuji cobakan terhadap sekelompok
subyek akan tetap sama hasilnya, walaupun dalam waktu yang berbeda
dan atau jika dikenakan pada subyek lain yang sama karakteristiknya
hasilnya akan sama juga (Pamungkas, 2017).
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas pada
variabel independen kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise) dan kelompok kontrol (tanpa intervensi) menggunakan SOP
yang baku yang di adopsi dari jurnal penelitian sonhaji, et al. (2017).

3.9 Metode pengumpulan dan Analisa Data


A. Teknik Pengolahan Data
Agar cara-cara yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna
dan berarti, maka data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu
sebelum disajikan. Adapun tahap-tahap pengolahan data yang
dilakukan yaitu Pamungkas (2017) :
1. Editing (pemeriksaan data)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang di peroleh atau di kumpulkan. Pada tahap ini peneliti akan
memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan dan memastikan semua data sesuai dengan yang
diperlukan.
2. Coding (mengkode data)
43

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)


terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer.
3. Entry (memasukkan data)
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database computer,
kemudian membuat distrbusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontigensi.
4. Cleaning data (membersihkan data)
Data yang di masukan di master tabel atau di entri dalam komputer
dilakukan pengecekan kembali untuk melihat apakah ada
kesalahan.
B. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan coding dan
perhitungan. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan perangkat SPSS For windows (Pamungkas, 2017).
1. Analisa univariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap variabel - variabel
yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi dan proporsinya (Pamungkas 2016). Analisa univariat
dilakukan untuk mendeskriptif usia, jenis kelamin, pendidikan
dan pekerjaan lansia serta masing - masing variabel dependen
yaitu tekanan darah lansia penderita hipertensi sebelum dan
sesudah pada kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise) dan kelompok kontrol (tanpa intervensi).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk
melihat hubungan dua variabel yang berhubungan atau
berkolerasi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing -
44

masing variabel independen dan variabel dependen (kualitas


hidup lansia yang mengalami hipertensi) (Pamungkas 2017).
Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji T independen (uji paired t test). Uji T independen adalah uji
statistik parametrik untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean
2 kelompok yang saling berhubungan. Peneliti akan
membandingkan data sebelum dan sesudah perlakuan (Pamungkas
2016).
Syarat uji T independen adalah variabel dependen
berdistribusi normal, varian antara kelompok sama (homogen), tipe
data numerik. Untuk mengetahui data berkontribusi normal atau
tidak, data homogen atau tidak dilakukan Pamungkas (2016):
a) Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilai sebaran data pada kelompok data atau variabel,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.
Karena jumlah sampel yang digunakan hanya 40 responden
sehingga jumlah sampel digolongkan kecil, sehingga untuk
memutuskan tentang normal distribusi tersebut digunakan uji
shapiro-wilk menggunakan SPSS. Penentuan normaltas data
berdasarkan:
(1) Jika nilai signifikansi p = > 0,05, maka data penelitian
berdistribusi normal.
(2) Jika nilai signifikansi p = < 0,05, maka data penelitian
tidak berkonstribusi normal.
b) Uji Homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Untuk uji
homogenitas dalam penelitian ini digunakan uji levene’s test.
Uji levene’s test adalah metode pengujian homogenitas varians
dengan tidak harus berdistribusi normal, namun harus kontinu,
menggunakan SPSS. Penentuan homogenitas data berdasarkan:
45

(1) Jika nilai signifikansi (p) ≥ 0,05, menunjukkan kelompok


data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama
(homogen)
(2) Jika nilai signifikansi (p) < 0,05, menunjukkan masing-
masing kelompok data berasal dari populasi dengan varians
yang berbeda (tidak homogen).
Jika dari hasil dari kedua uji (normalitas dan homogenitas),
didapatkan Pamungkas (2016) :
a) Uji parametrik. Syarat menggunakan pengujian parametrik
adalah ketika data tersebut normal, maka uji yang digunakan
adalah uji T independent (uji paired T test), menggunakan
program komputer SPSS.
b) Uji nonparametrik. Jika data tidak berkonstribusi normal maka
dibutuhkan metode transformasi data untuk menormalkan
distribusinya. Jika transformasi tersebut tidak dapat
menormalkan distribusinya maka uji yang digunakan adalah uji
wilcoxon menggunakan program komputer SPSS.

3.10 Etika Penelitan


Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
(Pamungkas 2017):
A. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka
46

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden


tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

B. Anonimity (Nama Inisial)


Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
C. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok atau data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
47

BAB IV

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa, dari tanggal 25 April sampai
dengan 16 Mei 2021. Peneliti memperoleh data penderita hipertensi di
Kelurahan Aralle di Puskesmas Aralle Kabupaten Mamasa. Peneliti
memperoleh identitas responden dengan melakukan kunjungan rumah
meminta persetujuan responden untuk mengikuti kegiatan penelitian.
Kemudian peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan (intervensi metode walking exercise) dimana peneliti
meminta persetujuan dengan responden untuk tidak menggunakan terapi
farmakologi selama intervensi walking exercise dan kelompok kontrol
(tanpa intervensi metode walking exercise) tetapi tetap menggunakan
terapi farmakologi. Kemudian peneliti mengumpulkan responden untuk
melakukan metode walking exercise. Sebelum melakukan metode
walking exercise, peneliti mengukur tekanan darah responden dan
setelah melakukan metode walking exercise peneliti kembali
mengukur tekanan darah responden. Data hasil penelitian tersebut
kemudian diolah secara Univariat dan Bivariat dengan menggunakan
program komputer.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Geografi
Kelurahan Aralle merupakan salah satu wilayah kerja
Kecamatan Aralle yang terletak di Kabupaten Mamasa
Provinsi Sulawesi Barat. Letak geografinya diatas permukaan
laut dengan ketinggian 500 M. DPL, sehingga suhu udara
maxsimal mencapai 27 ˚C minimal 23 ˚C. Luas wilayah
kelurahan Aralle seluas 50.750 Ha. Terbagi atas 6 wilayah,
yaitu : lingkungan Tapako, lingkungan kampung baru,
48

lingkungan Tapanambang, lingkungan leune, lingkungan


tananam dan lingkungan Bulo.
Batas wilayah Kelurahan Aralle, yaitu :
a) Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Aralle Utara
b) Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Aralle Timur
c) Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Aralle selatan
d) Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Kalakbe
2. Kependudukan
Jumlah penduduk di Kelurahan Aralle (2020) sebanyak
1044 jiwa dan 268 KK.
Tabel 4.1
Gambaran Penyebaran Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis
Kelamin Kelurahan Aralle Tahun 2020
JUMLAH JUMLAH
JUMLAH PENDUDUK JIWA
NO LINGKUNGAN
KK
L P
1 Tapako’ 74 166 134 300
2 Kampung Baru 74 147 130 277
3 Tapanambang 46 104 93 195
4 Leune 28 53 54 107
5 Tananam 23 44 37 81
6 Bulo 23 47 37 84
JUMLAH 268 561 485 1044

3. Sosial Ekonomi
Penduduk di wilayah Kelurahan Aralle mempunyai mata
pencaharian sebagian besar adalah petani ± 80% dan
sebahagian yang lain terdiri dari PNS dan wiraswasta.
Penduduk yang mendiami wilayah pegunungan merupakan
sebagian besar menggantungkan kehidupan nakahnya pada
bidang pertanian dan perkebunan.
49

4. Visi dan Misi


Adapun Visi dan Misi Kelurahan Aralle adalah sebagai
berikut:
Visi:
Menjadikan pemerintahan kelurahan sebagai instansi yang
mampu mengayomi masyarakat dan mampu
menyelenggarakan fungsi pemerintahan secara efektif dan
efisien.
Misi:
a) Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.
b) Meningkatkan tertib administrasi kegiatan disegala bidang.
c) Meningkatkan pembinaan dan peran serta pelayanan
masyarakat dalam pembangunan.
d) Mewujudkan kondisi keidupan masyarakat yang tertib,
aman dan tentram.

B. Gambaran Khusus Hasil Penelitian


Penelitian mengenai Pengaruh Metode Walking Exercise
terhadap Tekanan Darah pada Lansia (Usia 55 – 60 Tahun)
Penderita Hipertensi Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle
Kabupaten Mamasa, dilaksanakan selama ≠ 2 minggu, berdasarkan
hasil pengolahan data yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan
tujuan penelitian maka diperoleh hasil yang disusun dalam bentuk
tabel sebagai berikut :
50

1. Karakteristik Responden
a) Distribusi responden menurut umur
Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Usia Pada Lansia
Penderita Ipertensi di Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa
Usia Perlakuan Kontrol
f % f %
55 tahun 2 10 4 20
56 tahun 2 10 1 5
57 tahun 1 5 2 10
58 tahun 2 10 4 20
59 tahun 4 20 3 15
60 tahun 9 45 6 30
Total 20 100 20 100
Sumber : Data Primer 2021

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 20


responden kelompok perlakuan (intervensi metode
walking exercise), jumlah responden yang berusia 55
tahun sebanyak 2 (10%), pada usia 56 tahun
sebanyak 2 (10%), pada usia 57 tahun sebanyak 1
(5%), pada usia 58 tahun sebanyak 2 (10%), pada
usia 59 tahun sebanyak 4 (20%) dan 60 tahun
sebanyak 9 (45%). Sedangkan untuk responden
kelompok kontrol (tanpa intervensi metode walking
exercise), jumlah responden yang berusia 55 tahun
sebanyak 4 (20%), pada usia 56 tahun sebanyak 1
(5%), pada usia 57 tahun sebanyak 2 (10%), pada usia
58 tahun sebanyak 4 (20%), pada usia 59 tahun
sebanyak 3 (15%), dan pada usia 60 tahun sebanyak 6
(30%).
51

b) Distribusi responden menurut jenis kelamin


Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa
Jenis kelamin Perlakuan Kontrol
f % F %
Laki-laki 9 45 8 40
Perempuan 11 55 12 60
Total 20 100 20 100
Sumber : Data Primer 2021
Pada tabel 4.3 responden kelompok perlakuan
(intervensi metode walking exercise) jenis kelamin
perempuan sebanyak 11 orang (55%) dan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 9 orang (45%). Dan untuk responden
kelompok kontrol (tanpa intervensi metode walking
exercise) jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang
(60%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (40%).

c) Distribusi responden menurut pendidikan


Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa
Pendidikan Perlakuan Kontrol
f % F %
SD 10 50 9 45
SMP 7 35 2 10
SMA 3 15 5 25
PT - 4 20
Total 20 100 20 100
Sumber : Data Primer 2021

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 20


responden kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise), pendidikan Tamat SD sebanyak 10 responden
(50%), tamat SMP sebanyak 7 responden (35%), SMA
sebanyak responden 3 responden (15%), sedangkan untuk
kelompok kontrol (tanpa intervensi metode walking
exercise) dari 20 responden terdapat responden tamat SD
52

sebanyak 9 responden (45%), tamat SMP sebanyak 2


responden (10%), tamat SMA sebanyak 5 responden (25)
dan tamat PT sebanyak 4 orang (20%).

d) Distribusi responden menurut pekerjaan


Tabel 4.5
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa
Pekerjaan Perlakuan Kontrol
Petani 4 20 5 25
Peternak 1 5 3 15
PNS 1 5 3 15
Wiraswata 3 15 2 10
Tidak bekerja 11 55 7 35
Total 20 100 20 100
Sumber : Data Primer 2021

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20


responden kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise), responden tidak bekerja sebanyak 11 responden
(55%), bekerja sebagai petani sebanyak 4 responden (20%),
wiraswasta 3 responden (15%), peternak 1 responden (5%)
dan PNS 1 responden (5%). Sedangkan responden
kelompok kontrol (tanpa intervensi metode walking
exercise), sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak
7 responde (35%), petani 5 responden (25%), peternak 3
responden (15%), wiraswasta 2 responden (10%), dan PNS
sebanyak 3 responden (15%) .

2. Analisa Univariat
a) Daya Terima Metode Walking Exercise
Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 20 responden kelompok perlakuan (intervensi
metode walking exercise) dimana selama 2 minggu, responden
melakukan walking exercise selama 6 kali pertemuan, dengan
53

persetujuan untuk tidak menggunakan terapi farmakologi.


Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 20 responden metode
walking exercise, hanya 15 responden yang melakukan metode
walking exercise selama 6 kali pertemuan dan 5 lainnya tidak
mengikuti sampai akhir metode walking exercise. Dan dalam
kriteria inklusi ditetapkan bahwa kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah salah satunya ‘‘bersedia menjadi
responden dan mengikuti prosedur penelitian dari awal sampai
tahap akhir’’. Jadi 5 responden yang tidak mengikuti metode
walking exercise selama 6 kali pertemuan dianggap
mengundurkan diri. Jadi responden untuk kelompok perlakuan
sebanyak 15 responden. Dalam proses penelitian ini, setiap
sebelum dan sesudah melakukan walking exercise, responden
diukur tekanan darahnya.
Kemudian 20 responden kontrol (tanpa intervensi metode
walking exercise) dimana responden penderita hipertensi tidak
diberikan intervensi metode walking exercise, tetapi tetap
menggunakan terapi farmakologi. Penelitian ini dilakukan
selama 2 minggu, dan terapi farmakologi yang digunakan
adalah captopril 12,5 mg. Catopril 12,5 mg digunakan sesuai
resep dokter selama 2 minggu. Captopril diberikan 2 kali
sehari (pagi dan malam) dan pada saat perut kosong yaitu
setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini
dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40%
apabila di berikan bersamaan dengan makanan. Dalam proses
penelitian ini sebelum diberikan obat terlebih dahulu diukur
tekanan darahnya dan kemudian diukur kembali tekanan
darahnya setelah 2 jam minum obat (Nugroho, 2014). Dari
awal sampai akhir penelitian responden dipantau oleh peneliti.
54

b) Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum


dan Sesudah Metode Walking Exercise pada Kelompok
Perlakuan
Tabel 4.6
Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum
dan Setelah Metode Walking Exercise
NORES Tekanan Darah Penurunan

Pre Post
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole

1 152 100 139 83 13 17

2 157 100 140 88 17 12

3 145 98 137 88 11 10

4 149 100 139 87 10 13

5 155 99 140 80 15 19

6 158 104 147 99 11 5

7 150 97 145 85 5 12

8 149 97 132 82 17 15

9 148 100 135 88 13 12

10 150 100 148 97 2 3


11 159 110 140 87 15 23

12 155 102 142 89 13 13

13 158 100 129 81 29 19

14 142 100 132 86 11 14

15 156 101 140 84 16 17

mean 152,20 100,53 139,00 86,93 13,20 13,60

Median 152,00 100,00 139,50 86,67 13,00 13,00

Min. 142 97 129 80 2 3

Max 159 110 148 99 29 23

SD 5,14 3,15 5,42 5,28 6,03 5,20


Sumber : data primer 2021
55

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari


penelitian terdapat perubahan tekanan darah responden setelah
dilakukan metode walking exercise. Dapat dilihat nilai tekanan
darah responden sebelum intervensi dilakukan didapatkan
bahwa nilai median tekanan darah sistolik adalah 152,20
mmHg dengan nilai terendah 142 mmHg dan nilai tertinggi 159
mmHg. Nilai tekanan darah responden setelah
intervensi/perlakuan didapatkan bahwa nilai rata-rata tekanan
darah sistolik adalah 139,00 mmHg, dengan nilai terendah 129
mmHg dan nilai tertinggi 148 mmHg. Tekanan darah diastolik
sebelum intervensi didapatkan bahwa nilai rata-rata tekanan
darah diastolik adalah 100,00 mmHg dengan nilai terendah 97
mmHg dan nilai tertinggi 110 mmHg. Tekanan darah diastolik
setelah intervensi didapatkan bahwa nilai rata-rata tekanan
darah diastolik adalah 86,93 mmHg dengan nilai terendah 80
mmHg dan nilai tertinggi 99 mmHg. Secara seluruhan terjadi
penurunan tekanan darah dengan rata-rata penurunan tekanan
darah sistolik 13,20 mmHg dan tekanan darah diastolik 13,60
mmHg.
56

c) Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum


dan Sesudah pada Kelompok Kontrol
Tabel 4.7
Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum
dan Sesudah pada Kelompok Kontrol
NORES Tekanan Darah Penurunan
Pre Post
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
1 168 100 130 86 38 14
2 175 109 141 80 34 29
3 163 90 120 84 43 6
4 160 100 122 80 38 20
5 159 90 120 80 39 10
6 190 120 150 99 40 21
7 180 100 142 85 38 15
8 160 99 131 80 29 19
9 170 110 120 81 50 29
10 190 120 133 89 57 31
11 155 100 120 80 35 20
12 162 100 150 92 12 8
13 173 106 132 98 41 8
14 182 120 150 100 32 20
15 170 100 129 81 41 19
16 166 99 126 85 40 14
17 175 112 141 89 34 23
18 181 110 132 88 49 22
19 163 100 125 86 38 14
20 177 112 137 85 40 27
Mean 170,95 104,85 132,55 86,40 38,40 18,48
Median 170,00 103,75 131,33 85,30 38,50 19,50
Min. 155 90 120 80 12 6
Max 190 120 150 100 57 31
SD 10,21 10,33 5,42 5,28 6,03 6,49
Sumber : data primer 2021
57

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari penelitian


terdapat perubahan tekanan darah responden pada kelompok
kontrol nilai rata-rata tekanan darah sistolik adalah 170,95 mmHg
dengan nilai terendah adalah 155 mmHg dan nilai tertinggi adalah
190 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik awal adalah
104,85 mmHg dengan nilai terendah 90 mmHg dan nilai tertinggi
120 mmHg. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik akhir
tanpa intervensi adalah 132,55 mmHg dengan nilai terendah 120
dan nilai tertinggi 150 mmHg. Kemudian nilai rata-rata tekanan
darah diastolik yaitu 86,40 mmHg dengan nilai terendah 80 mmHg
dan nilai tertinggi 100 mmHg. Secara seluruhan terjadi penurunan
tekanan darah dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik
38,40 mmHg dan tekanan darah diastolik 18,48 mmHg.

3. Analisa Bivariat
Setelah data diolah dengan analisis univariat, data
selanjutnya diolah dengan analisa bivariat menggunakan
komputerisasi. Sebelum analisa bivariat dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas untuk menentukan uji yang akan
dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Hasil uji normalitas pada tabel Shapiro-wilk adalah pada
kelompok perlakuan (intervensi metode walking exercise)
didapatkan nilai p=0,378 (p>0,05) untuk tekanan darah sistolik
pretest dan nilai p=0,610 (p>0,05) untuk tekanan darah sistolik
post test, dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Sedangkan
tekanan darah diastolik pretest didapatkan p=0,008 (p>0,05) dan
untuk nilai tekanan darah diastolik post test p=0,058 (p>0,05),
dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Pada kelompok
kontrol (tanpa intervensi metode walking exercise) didapatkan nilai
p=0,450 (p>0,05) untuk tekanan darah sistolik pretest dan tekanan
darah sistolik post test p=0,061 (p>0,05), dapat disimpukan data
berdistribusi normal. Sedangkan nilai tekanan darah diastolik
58

pretest didapatkan p=0,042 (p>0,05) dan nilai tekanan darah


diastolik post test p=0,006 (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa
pada kedua kelompok perlakuan dan kontrol, data berdistribusi
normal, maka uji yang digunakan yaitu Paired Sampel T Test.
Kemudian untuk mengetahui adanya pengaruh metode
walking exercise dilakukan uji statistik dengan uji Paired Sampel T
Test, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Pengaruh Metode Walking Exercise Terhadap Tekanan Darah pada
Lansia (55-60 Tahun) Penderita Hipertensi
di Kelurahan Aralle, Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa

Rata – rata
Kelompok Tekanan Darah Signifikansi Hubungan
penurunan
Tekanan Darah
Sistole Pre - Tekanan 13,20 0,000 Bermakna
Darah Sistole Post
Perlakuan Tekanan Darah
Diastole Pre -
13,60 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Diastole Post
Tekanan Darah
Sistole awal
Kelompok Kontrol -
38,40 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Sistole Post
Kontrol
Kelompok Kontrol
Tekanan Darah
Diastole Pre -
18,45 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Diastole Post
Keterangan : Bermakna bila nilai signifikansi <0,05
Sumber : Data Primer Paired Sampel T Test 2021
Hasil uji statistik Paired Sampel T Test terdapat hubungan
yang bermakna dari metode walking exercise dalam penurunan
tekanan darah dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,05)
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan (walking exercise)
yaitu 13,20 mmHg dengan signifikansi 0,000 sedangkan untuk
tekanan darah diastole didapatkan penurunan 13,60 mmHg dengan
signifikansi 0,000. Untuk kelompok kontrol penurunan lebih tinggi
dari kelompok perlakuan dimana penurunan untuk tekanan darah
59

sistolik yaitu 38,40 mmHg dengan signifikansi 0,000 dan tekanan


darah diastolik 18,45 mmHg dengan signifikansi 0,000.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian serta kerangka konsep penelitian, maka pembahasan dikemukan
sebagai berikut :
A. Analisis Rata-rata Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum
Metode Walking Exercise
Pada awal penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise) dan kelompok kontrol (tanpa intervensi metode walking
exercise). Dimana 40 responden dalam penelitian ini adalah pengguna
terapi farmakologi. Dan untuk menetapkan responden perlakuan,
peneliti meminta persetujuan responden untuk bersedia tidak
menggunakan terapi farmakologi selama kegiatan metode walking
exercise.
Penelitian yang dilakukan selama selama dua minggu
menunjukkan untuk kelompok perlakuan (intervensi metode walking
exercise) Tekanan darah sistol sebelum dilakukan walking exersice
sebanyak 15 responden masuk dalam kategori hipertensi tahap 1
(140-159 mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole awal (pre) adalah
152,20 mmHg, nilai terendah 142 mmHg dan nilai tertinggi 159
mmHg. Tekanan darah diastole sebelum dilakukan intervensi metode
walking exersice sebanyak 13 responden masuk dalam kategori pre
hipertensi 2 (100-110 mmHg) dan 9 lainnya masuk dalam kategori
hipertensi tahap 1 (90-99 mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole
awal (pre) adalah 100 mmHg, nilai terendah 97 mmHg dan nilai
tertinggi 110 mmHg.
Sedangkan untuk kelompok kontrol (tanpa intervensi metode
walking exercise), tekanan darah sistol awal dari 20 responden,
60

sebanyak 2 responden masuk dalam kategori hipertensi tahap 1


(140-159 mmHg), 13 responden kategori hipertensi tahap 2 (160-179
mmHg), dan 5 responden dalam kategori hipertensi tahap 3 (>180
mmHg). Rata-rata tekanan darah sistole awal (pre) adalah 170,95
mmHg, nilai terendah adalah 155 mmHg dan nilai tertinggi adalah 190
mmHg. Dan tekanan darah diastole awal dari 20 responden 4
responden masuk dalam kategori hipertensi tahap 1 (90-99 mmHg), 9
responden kategori hipertensi tahap 2 (100-109 mmHg), dan 7
responden kategori hipertensi tahap 3 (>110 mmHg). Rata-rata tekanan
darah diastole awal adalah 104,85 mmHg dengan nilai terendah 90
mmHg dan nilai tertinggi 120 mmHg.

B. Analisis Rata-rata Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sesudah


Metode Walking Exercise
Hasil penelitian selama 2 minggu menunjukkan ada perubahan
pada tekanan darah sistole dan diastole akhir kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan (intervensi metode
walking exercise). setelah dilakukan walking exersice 7 responden
masuk kategori prahipertensi (130-139mmHg) dan 8 lainya masuk
dalam kategori hipertensi tahap 1(140-159 mmHg). Rata-rata tekanan
darah sistole akhir (post) adalah 139,00 mmHg, dengan nilai terendah
129 mmHg dan nilai tertinggi 148 mmHg. Dan nilai tekanan diastolik
seluruh responden setelah perlakuan (intervensi metode walking
exercise) masuk dalam kategori prahipertensi (85-89 mmHg). Rata-
rata tekanan darah diastole akhir setelah perlakuan (intervensi metode
walking exercise) 86,93 mmHg dengan nilai terendah 80 mmHg dan
nilai tertinggi 99 mmHg.
Sedanngkan tekanan darah sistole akhir pada kelompok kontrol
dari 20 responden, 6 responden masuk dalam kategori hipertensi tahap
1 (140-159 mmHg), 6 responden kategori prahipertensi (130-139
mmHg), dan 8 responden masuk dalam kategori hipertensi normal
61

(>130 mmHg). Rata-rata tekanan darah sistol akhir (post) adalah


132,55 mmHg dengan nilai terendah 120 dan nilai tertinggi 150
mmHg. Dan tekanan darah diastole akhir adalah 11 responden
kategori hipertensi normal (<85 mmHg), 5 responden kategori
prahipertensi (85-89 mmHg), dan 4 responden kategori hipertensi
tahap 1 (90-99 mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole akhir yaitu
86,40 mmHg dengan nilai terendah 80 mmHg dan nilai tertinggi 100
mmHg.

C. Analisis Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah


Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan
menunjukan tekanan darah sistol dan diastole sebelum dan sesudah
dilakukannya walking exersice mengalami perubahan.
Rata-rata penurunan tekanan darah sistole pada kelompok
perlakuan (intervensi metode walking exercise) yaitu 13,20 mmHg
dengan signifikansi 0,000 sedangkan untuk tekanan darah diastole
didapatkan penurunan 13,60 mmHg dengan signifikansi 0,000. Untuk
kelompok kontrol penurunan lebih tinggi dari kelompok perlakuan
dimana penurunan untuk tekanan darah sistole yaitu 38,40 mmHg
dengan signifikansi 0,000 dan tekanan darah diastole 18,45 mmHg
dengan signifikansi 0,000.
Faktor yang menyebabkan lebih tingginya penurunan tekanan
darah pada responden kelompok kontrol, karena menggunakan terapi
farmakologi. Hasil dari penelitian ini sebanding dengan penelitian
Irawati (2018) yang meneliti "Perbandingan Pemberian Seledri
(Apium Graveolens) dan Catopril terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi Primer di Wilayah Puskesmas Bajoe
Kabupaten Bone" hasil yang didapatkan yaitu terdapat penurunan yang
signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian captopril dan
seledri. Dimana dalam penelitian tersebut, peneliti membagi 2
kelompok, yaitu kelompok intervensi dengan pemberian obat
62

captopril, kelompok kontrol dimana responden hanya diberikan Seledri


(Apium Graveolens), hasilnya kelompok yang diberikan obat captopril
penurunan tekanan darahnya yaitu rata-rata tekanan darah sistolik awal
161,7 mmHg setelah diberikan obat captopril 12,5 mg terjadi
penurunan dengan rata-rata tekanan darah sistolik 140,6 mmHg
dengan rata-rata penurunan 21,6 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan
darah diastolik sebelum pemberian Seledri (Apium Graveolens) 110
mmHg, setelah pemberian obat captopril menurun, rata-rata tekanan
diastolik 90,3 mmHg dengan rata-rata penurunan 20 mmHg.
Catopril adalah salah satu antihipertensi dengan mekanisme aksi
menghambat ACE (angiotensin converting enzyme). Pengobatan
hipertensi menggunakan captopril membutuhkan biaya yang tidak
sedikit karena penggunaannya untuk terapi jangka panjang, bahkan
seumur hidup sehingga berpotensi memunculkan efek samping oleh
obat. Efek samping captropil yang telah teridentifikasi antara lain
batuk kering, gagal ginjal, edema angioneurotik dan hipotensi
(Nugroho, 2014). Efek samping yang beragam karena penggunaan
obat dan lamanya pengobatan. Oleh sebab itu banyak penelitian yang
mencari alternatif untuk mengobati hipertensi, misalnya dari obat
bahan alam dan aktifitas fisik yang memiliki efek samping rendah
bahkan aman untuk pengobatan jangka panjang karena alami
Terutama pada lanjut usia, karena fungsi organ tubuh yang mulai
menurun (Irawati, 2018).
Salah satu alternatif pengobatan hipertensi adalah aktifitas fisik,
salah satunya metode walking exercise. Walking Exercise merupakan
suatu gerakan/aktivitas tubuh dengan cara berjalan kaki biasa yang
berirama dengan lengan yang terayun sesuai dengan irama jalan
seseorang yang dilakukan secara terencana. Latihan jalan kaki
(walking exercise) selama 20-30 menit sebanyak 3 kali seminggu. Beri
waktu istirahat selama 3 menit setiap 10 menit setelah latihan
dilakukan. Anjurkan responden untuk menjaga posisi tubuh dan
63

mengatur kecepatan langkahnya (kira-kira 0,89 m/s atau 2 mph) agar


merasa lebih nyaman selama kegiatan (Oktaviani, 2018).
Dari hasil penelitian, Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap
Tekanan Darah pada Lansia (Usia 55-60 Tahun) pada Penderita
Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa,
didapattkan hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Paired T Test
dengan bantuan SPSS 20.0 didapatkan hasil nilai p value 0,000
(<0,05), artinya Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh
atau perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukannya walking exersice. Jadi, dapat disimpulkan ada
pengaruh metode walking exercise terhadap tekanan darah pada lansia
(usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa tahun 2021.
Walking exercise berdampak pada penurunan risiko mortalitas dan
morbiditas pasien hipertensi melalui mekanisme pembakaran kalori,
mempertahankan berat badan, membantu tubuh rileks dan
peningkatan senyawa beta endorphin yang dapat menurunkan stres
serta tingkat keamanan penerapan metode walking exercise pada
semua tingkat umur penderita hipertensi (Kowalski, 2018).
Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan jasmani dan kebugaran. Kebugaran jasmani pada lansia
adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu
kebugaran jantung, paru-paru peredaran darah, kekuatan otot dan
kelenturan sendi. Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik
harus, melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri
atas ketahan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot,
kekakuan otot serta kelenturan tubuh (Said Junaidi, 2018).
Telah banyak penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan
bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap tekanan darah pada
hipertensi seperti penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji, et al. (2017),
dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa pada pasien hipertensi
64

apabila melakukan walking exersice secara teratur selama seminggu


dengan frekuensi 3 kali dalam waktu 30 menit setiap latihan akan
menurunkan tekanan darah yang signifikan.
Menurut pengamatan peneliti, metode walking dapat digunakan
penderita hipertensi khususnya lansia, sebagai alternatif untuk
menurunkan tekanan darah, yang aman untuk jangka panjang. Metode
walking exersice ini tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal dan
tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Kowalski, 2018).
Tekanan darah mengalami perubahan setelah melakukan walking
exersice jika dilakukan dengan tepat, sesuai prosedur dan dilakukan
dengan rutin dan teratur setiap responden akan memiliki daya tahan
tubuh yang prima sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan
tekanan darah. Selain itu, perlu juga untuk memperbaiki pola hidup
yang sehat agar tetap bisa mengontrol tekanan darah.
Lama waktu pemberian juga memiliki pengaruh dalam penurunan
tekanan darah. Pada penelitian sebelumnya, metode walking exercise
hanya dilakukan salama 1 minggu, dan dalam penelitian ini dilakukan
selama 2 minggu. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sonhaji, et al. (2017), penurunan tekanan darah sistole 7,5 mmHg dan
tekanan darah diastole 7,7 mmHg. Sedangkan dalam penelitian ini,
penurunan tekanan darah sistole 13,20 mmHg dan tekanan darah
diastole 13,60 mmHg. Menurut pengamatan peneliti, jika metode
walking exercise dapat dilaksanakan 4-5 kali dalam seminggu, atau
dapat dilaksanakan setiap hari secara teratur, mungkin hasilnya akan
jauh lebih baik lagi atau penurunannya akan jauh lebih tinggi dari
penelitian ini.
65

4.3 Keterbatasan
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan, yaitu :
A. Masih kurangnya kontrol diet terhadap responden selama dalam
penelitian.
B. Dalam penelitian ini seharusnya 20 responden perlakuan dan 20
responden kontrol, tetapi pada akhirnya responden perlakuan hanya
15 responden karena 5 lainnya dianggap gugur karena tidak dapat
mengikuti penelitian sampai akhir. Sehingga berpengaruh terhadap
hasil penelitian pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
C. Dalam penelitian ini seharusnya kelompok perlakuan tetap
menggunakan terapi farmakologi agar dapat dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang nilai tekanan darahnya jauh lebih tinggi dari
nilai tekanan darah kelompok perlakuan.
D. Dalam penelitian ini, dalam mengukur tekanan darah responden,
peneliti menggunakan tensi digital seharusnya peneliti juga mengukur
tekanan darah responden dengan tensi manual, agar hasilnya lebih
akurat.
66

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh
Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (Usia
55-60 Tahun) pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa pada tahun 2021, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
A. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rerata tekanan
darah awal (pre) sebelum terapi metode walking exercise pada lansia
(usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa, yaitu tekanan darah sistole 152,20 mmHg
dan tekanan darah diastole 100,53 mmHg.
B. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rerata tekanan
darah akhir (post) setelah terapi metode walking exercise pada lansia
(usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa, yaitu tekanan darah sistole 139 mmHg dan
tekanan darah diastole 86,93 mmHg.
C. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode
walking exercise berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia (usia
55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Aralle Kabupaten Mamasa, dengan hasil nilai p value 0,000 (<0,05).
67

5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka peneliti menyarankan :
A. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan suatu masukan bagi profesi perawat
untuk menjadikan sebagai salah satu acuan dan referensi ilmiah untuk
dikembangkan lebih lanjut dan menjadi bahan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai penatalaksanaan penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi dengan cara non
farmakologi yaitu dengan metode walking exercise atau terapi
jalan kaki.
B. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas
Sebagai masukan bagi manajemen keperawatan dalam memberikan
terapi non farmakologi yang bermamfaat dalam menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
C. Bagi Penderita Hipertensi
Metode walking exercise dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan
dan menjaga kesehatan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Namun penderita hipertensi juga harus menjaga pola makan dan gaya
hidup serta menghindari faktor resiko hipertensi agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih berat.
D. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini, dapat digunakan peneliti lain dapat
membandingkan terapi dalam penelitian ini dengan terapi yang lain
atau dengan memadukan dengan terapi lain terhadap responden yang
sama sehingga kemungkinan hasilnya akan lebih baik lagi, atau
peneliti dapat melakukan metode walking 4-5 kali perminggu secara
rutin, sehingga kemungkinan penurunan tekanan darahnya akan lebih
tinggi.
68

DAFTAR PUSTAKA

Ambarsika. (2017). Terapi Walking Exercise. Yogjakarta:EBp


Anwari, Misbakhul et.al. 2018. Pengaruh Senam Anti Hipertensi Lansia
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Di Desa Kemuningsari Lor
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. The Indonesian Journal of Health
Science 10(1): 26–31. https://doi.org/http:e-jounal-sl.ac.id/index.hci.
Arnold, 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di
puskesmas Antang Makassar. Jurnal Kesehatan 15 :
11-17.http//doi.org/http:/journal.MegaResky.ac.id

Azhari, 2017. faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di


puskesmas makrayu kebarat II palembang. Journal Ners Lantera17 (4):52-
60.http//doi.org/http://ejournal.ac.id
Chobanian, 2016. Faktor-faktor Terjadinya Hipertensi di Rumah Sakit Awal Bros
Makassar. Jurnal Kesehatan 16(14): 39–57.
https://doi.org/http://ejournal.unhas.ac.id.
Darmansyah, Safriadi. 2018. Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Di
Dusun Kamaraang Desa Keang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.
Journal of Health, Education and Literacy 1(1): 40–52.
https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/j-healt/.
Deiby O Wungouw, et.al. 2016. Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penyandang
Hipertensi. Jurnal e-Biomedik 4(1). 4512.
https:doi/org/http://dx.doi.org/10.13111/biomedi.v10i2.
Dian Puspitasari, et.al. 2017. Pengaruh Jalan Pagi terhadap Perubahan Tekanan
Darah pada Lanjut Usia dengan Hipertensi di Kalianget Timur Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumedap. Jurnal Ners Lantera vol 5 :2-11
.http//doi.org/ http://ejournaleKp.ac.id.
Dinkes Mamasa. 2019. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa.
http://.dinkes.kabmamasa.ac.id.
Dinkes Sulbar. 2018. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat V B a C.
http://dinkes.sulbarprov.ac.id.
Farrar, et. al. 2015. 42 Physical Review D Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada
Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta.
Halim Mubin. 2015. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. ed. Joko
Suyono. Jakarta: Buku Kedokteran.
69

Indrawati, Lina. 2017. Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Jatiasih Bekasi 2017
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Bekasi. journal
Kesehatan 7(7): 18–20. http://doi.org.ejournal3.healtvetia.ac.id/jdg
Irawati. 2018. Perbandingan Pemberian Seledri (Apium Graveolens) dan Catopril
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Primer di
Wilayah Puskesmas Bajoe Kabupaten Bone Journal 3(1): 58–67.
http://doi.org.ejournal.poltek.kessmg.ac.id/ojs/index.php/jnj.
Iswahyuni, Sri. 2017. Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada
Lansia. Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian 14(2): 1–4.
Karim, Nur Afni, Franly Onibala, and Vandri Kallo. 2018. Hubungan Aktivitas
Fisik Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro. e-journal Keperawatan (e-
Kp) 6(1): 1–6. http://ejournaleKp.ac.id.
Kemenkes RI. 2018. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Hipertensi.
Jakarta
Kowalski, 2018. Hubungan Walking Exercise dengan Kardiovaskuler.Yogyakarta
: Buku Kedokteran

Miyashita. 2018. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Hipertensi di puskesmas


Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumedap. juornalners.
lantera vol 6:3-12-24.https:doi.org/http://ejournalners.ac.id

Nugroho, A. E., 2014, Farmakologi Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran


Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Jakarta : Pustaka Belajar

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


Salemba Medika

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta:


Salemba Medika

Oktaviani, N.D. 2018. Pengaruh Therapeutic Exercise Walking Terhadap


Tekanan Darah (Hipertensi) Di Desa Subo Kecamatan Pakusari Kabupaten
Jember. Repository Universitas Jember 4.
Pamungkas, Rian Adi. 2016. Statistik Untuk Perawat Dan Kesehatan. ed. Arif
Mahtuhin. Makassar: CV Trans Info Media.
Pamungkas, Rian Adi. 2017. Metodologi Riset Keperawatan. ed. Taufik Ismail.
Makassar: CV Trans Info Media.
70

Puspitasari, D., M. Hannan, and L. Chindy. 2017. Pengaruh Jalan Pagi Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Dengan Hipertensi Di Desa
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Jurnal Ners
Lentera 5(2): 169–77. http://doi.org.e-journal/lentera5.ac.id
Rahayu, Atikah et.al. 2017. 53 Journal of Chemical Information and Modeling
Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia.
Reni Yuli Aspiani. 2017. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
ed. Wuri Pratiani. Jakarta: Buku Kedokteran.
Romarina, Arina. 2016. “Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Di Kota
Pekanbaru.” Jurnal Ilmu Sosial 16(1): 47–57.
https://doi.org/http://ejournal.undip.ac.id
Said Junaidi. 2018. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal
Keperawatan 9(8) 5678.https:doi/org/http://ejournalkesehatan.ac.id
Sholiha, Siti Robiatus, Sudiarto Sudiarto, and Syamsul Arif Setyonegoro. 2019.
Kombinasi Walking Exercise Dan Hydrotherapy Mempengaruhi Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. Jendela Nursing
Journal 3(1): 58–67.
http://doi.org.ejournal.poltek.kessmg.ac.id/ojs/index.php/jnj.
Siti Setiati et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. ed. Idrus
Alwi. Jakarta: interna publishing.
sonhaji, et al. 2017. Pengaruh Walking Exercise Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad 13(1): 50–55.
https://doi.org/http:garuda.ristekdikti.go.id
Sugyono. 2011.Metodologi Penelitian dan Satatistik.Jakarta:Salemba Medika
Sukarmin, et. al. 2013. Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Keperawatan Indonesia 16(1): 33–39.
Swarjana, I. K. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Syamsudin. 2016. Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. edisi 5. Aklia
Suslia. Jakarta: Salemba Medika
Totok, et. al. 2017. Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Werda Darma Bhakti
Kelurahan Panjang Surakarta. Jurnal Kesehatan 10(1): 26–31.
http://doi.org19797621journals.ums.ac.id/index.php/jk/article/view/5489/357
Wahyuni dan Eksanoto 2016. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Petang I Kabupaten Badung. E.Journal Medika, Vol 5. No 7:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
71

WHO. 2015. Mental Health Of Older Adult


Yitno, and Asep Riawan Wahyu. 2017. Pengaruh Jalan Kaki Ringan 30 Menit
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabates
Mellitus Tipe 2 Di Desa Dukuh Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung. Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan 6(2): 8–15. http://doi.org
2252-3847e-jurnal.strada.ac.id/sjik.
Zaen, et. al. 2020. Pengaruh Metode ‘ Walking Exercixe ’ Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Kisaran Rantau Prapa. Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda 6(1): 50–60.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar permohonan menjadi responden

SURAT PERMOHONAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Lisda Alvita
NIM : P.17.010
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan

Bermaksud akan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode


Walking Exercise terhadap Tekanan Darah pada Lansia (Usia 55-60 tahun)
Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa”.
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
metode walking exercise terhadap tekanan darah pada lansia (usia 55-60 tahun)
penderita hipertensi di kelurahan Aralle. Penelitian ini tidak akan membahayakan
dan tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden. Responden pada penelitian
ini hanya akan mengikuti kegiatan penelitian yaitu metode walking exercise
selama 3 kali perminggu selama 2 minggu. Latihan ini dilakukan selama 20-30
menit. Selama kegiatan penelitian ini, responden bersedia tidak menggunakan
terapi farmakologi. Peneliti akan menjaga kerahasiaan data dari responden yang
digunakan dalam penelitian ini. Peneliti tidak akan melakukan pemaksaan dan
tidak mengancam bagi seseorang dan keluarganya yang tidak bersedia menjadi
responden. Bagi pihak yang bersedia menjadi responden maka peneliti mohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan mengikuti kegitan
penelitian.

Saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Polewali, 15 Maret 2021

Lisda Alvita
Lampiran 2. Lembar Informed Consent
PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Responden :
Usia :
Alamat :
Setelah membaca dengan seksama, mengerti dan memahami penjelasan dan
informasi yang diberikan, saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian dari:
Nama : Lisda Alvita
NIM : P.17.010
Judul : Pengaruh Metode Walking Exercise terhadap Tekanan Darah
pada Lansia (Usia 55-60 tahun) Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa.
Saya bersedia memberikan informasi dan mengikuti kegiatan yang
dibutuhkan dalam penelitian sesuai kondisi yang sesungguhnya. Saya mengetahui
bahwa tidak ada resiko yang membahayakan dalam penelitian ini dan kerahasiaan
data saya akan terjaga.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan
tidak sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Polewali, 15 Maret 2021


Peneliti, Responden,

(Lisda Alvita)
Lampiran 3. Lembar Observasi Karakteristik Responden
LEMBAR OBSERVASI

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tanggal : Kode Responden

LEMBAR KARAKTERISTIK RESPONDEN

Petunjuk Pengisian :

1. Tulislah jawaban pada lembar yang sudah disediakan


2. Berilah tanda chek list (√) pada kotak ( ) sesuai dengan jawaban anda
Lembar Observasi (Diisi oleh peneliti) :
1. Nama (Inisial) : ………………………….
2. Umur klien : …………………………..tahun
3. Alamat : ………………………….
4. Telepon/Hp : ………………………….
5. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
6. Pendidikan :
SD SMA SMP PT\

7. Pekerjaan :
Petani Peternak Wiraswasta
PNS Tidak Bekerja
Lampiran 6 SOP Walking Exercise

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


WALKING EXERCISE

1 Pengertian Walking Exercise merupakan suatu gerakan/ aktivitas


tubuh dengan cara berjalan kaki biasa yang berirama
dengan lengan yang terayun sesuai dengan irama jalan
seseorang yang dilakukan secara terencana.
2 Tujuan Walking exercise memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk memperbaiki daya guna paru-paru
2. Melancarkan sirkulasi darah
3. Meningkatkan perasaan tentram dan rileks
4. Kebugaran tubuh dan membantu istirahat tidur lebih
baik
5. Meningkatkan kekuatan otot
3 Indikasi Pasien Hipertensi

4 Kontraindikasi 1. Pasien dengan keterbatasan fisik khususnya dalam


berjalan
2. Pasien yang mengalami fatique
5 Persiapan Pasien 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Pastikan pasien sudah makan terlebih dahulu 1-2 jam
sebelum latihan
4. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang
nyaman dan menyerap keringat
5. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang
nyaman dipakai selama latihan

6 Persiapan Alat 1. Stopwatch


2. Tensi Meter dan Stetoskop/tensi digital
3. Lembar observasi
7 Persiapan 1. Lingkungan yang aman tidak banyak kendaraan
Lingkungan
2. Bila perlu dilakukan di lapangan
8 Cara Kerja 1. Jelaskan manfaat dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
2. Tanyakan kesiapan responden sebelum kegiatan
dilakukan
3. Melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum
terapi walking exercise
4. Lakukan pemanasan/ peregangan otot kepala, tangan
dan kaki selama 5 menit (dipimpin oleh
struktur/peneliti), yaitu :
a. Bagian kepala
1) Mengangkat kepala ke atas
2) Mendorongkepala ke bawah
3) Mendorong kepala ke kanan dan kiri
4) Menoleh ke kanan dan kiri
b. Bagian bahu
1) Bahu kanan ditekuk ke kiri
2) Bahu kiri ditekuk ke kanan
c. Bagian tangan
1) Tangan kanan dibawa kekiri, siku ditekan
tangan kiri
2) Gerakan sama hanya tangan dibalik
3) Tangan kanan dibawa kebelakang, siku
ditekan dengan tangan kiri
4) Gerakan sama hanya tangan dibalik
5) Tangan dirapatkan, didorong ke atas
6) Tangan dirapatkan, didorong ke atas kanan
7) Tangan dirapatkan, didorong ke atas kiri
8) Tangan dirapatkan, didorong ke depan
9) Tangan dirapatkan, didorong ke belakang
d. Bagian kaki
1) LakKaki kanan ditekuk, kaki kiri diluruskan
ke samping
2) Gerakan sama hanya kaki dibalik
3) Kaki kanan ditekuk, kaki kiri diluruskan ke
belakang
4) Gerakan sama hanya kaki dibalik
5) Kaki diangkat ke belakang
6) Kaki diangkat ke samping
7) Posisi duduk, kedua kaki ditempelkan pada
telapaknya, paha didorong ke bawah
8) posisi terlentang, kaki ditekuk satu, badan
diluruskanukan
5. latihan jalan kaki (walking exercise) selama 30 menit
sebanyak 3 kali seminggu, yaitu dengan berjalan
biasa berirama dengan ayunan tangan disamping
badan.
6. Beri waktu istirahat selama 3 menit setiap 10 menit
setelah latihan dilakukan
7. Anjurkan responden untuk menjaga posisi tubuh dan
mengatur kecepatan langkahnya (kira-kira 0,89 m/s
atau 2 mph) agar merasa lebih nyaman selama
kegiatan
8. Hentikan latihan bila responden merasa pusing dan
sesak nafas
9. Lanjutkan latihan kembali dengan sisa waktu yang
telah ditentukan, setelah responden beristirahat atau
sudah merasa tenang dan kondisi responden telah
membaik
10. Latihan ditutup dengan dengan pendinginan selama 5
menit (dipimpin oleh struktur/peneliti), yaitu :
Teknis melakukan pendinginan : masing masing
responden diperintahkan berjalan jalan kecil untuk
melemaskan kaki. Responden tidak diperbolehkan
duduk dan menekuk kaki karena dikhawatirkan akan
terkena varises. Kemudian melakukan pelemasan.
11. Lakukan pemeriksaam tekanan darah 25-30 menit
setelah terapi walking exercise
9 Evaluasi
1. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
2. Berikan Reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
Lampiran 11 Hasil Analisis Data

Frequency Table
A. Responden Metode Walking Exercise

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-lak 9 45.0 45.0 45.0

Perempua 11 55.0 55.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 55 2 10.0 10.0 10.0

56 2 10.0 10.0 20.0

57 1 5.0 5.0 25.0

58 2 10.0 10.0 35.0

59 4 20.0 20.0 55.0

60 9 45.0 45.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 10 50.0 50.0 50.0

SMA 3 15.0 15.0 65.0

SMP 7 35.0 35.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani 4 20.0 20.0 20.0

Peternak 1 5.0 5.0 25.0

PNS 1 5.0 5.0 30.0

Tidak be 11 55.0 55.0 85.0

Wiraswas 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

B. Responden Metode Farmakologi

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-lak 8 40.0 40.0 40.0

Perempua 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 55 4 20.0 20.0 20.0

56 1 5.0 5.0 25.0

57 2 10.0 10.0 35.0

58 4 20.0 20.0 55.0

59 3 15.0 15.0 70.0

60 6 30.0 30.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PT 4 20.0 20.0 20.0

SD 9 45.0 45.0 65.0

SMA 5 25.0 25.0 90.0

SMP 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani 5 25.0 25.0 25.0

Peternak 3 15.0 15.0 40.0

PNS 3 15.0 15.0 55.0

Tidak Be 7 35.0 35.0 90.0

Wiraswas 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


Statistics

Pre Post Pre Post Pre Post


Perlakua Post Pre Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
n TD Perlakuan Perlakuan TD TD TD TD TD
Sistole TD Sistole TD Diastole Diastole Sistole Sistole Diastole Diastole

N Valid 15 15 15 15 20 20 20 20

Missin
5 5 5 5 0 0 0 0
g
Mean 152.20 139.00 100.53 86.93 170.95 132.55 104.85 86.40
Std. Error of Mean 1.328 1.401 .816 1.364 2.284 2.311 2.011 1.452
Median 152.00 a
139.50 a
100.00 a
86.67 a
170.00 a
131.33 a
103.75 a
85.20a
Mode 149b 140 100 88 160b 120 100 80
Std. Deviation 5.144 5.425 3.159 5.284 10.216 10.334 8.993 6.492
Variance 104.36
26.457 29.429 9.981 27.924 106.787 80.871 42.147
6
Skewness -.413 -.139 2.050 1.136 .386 .436 .302 .992
Std. Error of
.580 .580 .580 .580 .512 .512 .512 .512
Skewness
Kurtosis -.733 -.329 5.651 1.299 -.713 -.919 -.574 .069
Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121 1.121 .992 .992 .992 .992
Range 17 19 13 19 35 30 30 20
Minimum 142 129 97 80 155 120 90 80
Maximum 159 148 110 99 190 150 120 100
Sum 2283 2085 1508 1304 3419 2651 2097 1728
Percentiles 10 145.00 c
131.00 c
97.33 c
81.00 c
159.33 c
120.00 c
94.50 c
.c,d

20 148.33 134.00 98.50 82.50 161.33 121.60 99.22 80.43

25 148.83 135.50 99.06 83.25 162.33 123.50 99.44 80.71

30 149.25 137.00 99.25 84.00 163.00 125.50 99.67 81.00

40 150.00 139.00 99.63 85.50 167.00 129.50 100.75 84.25

50 152.00 139.50 100.00 86.67 170.00 131.33 103.75 85.20

60 155.00 140.00 100.38 87.40 173.67 132.67 107.50 86.00

70 156.00 141.20 100.75 88.00 176.33 138.33 110.00 88.33

75 156.75 141.80 100.94 88.38 178.50 141.00 111.00 89.00

80 157.33 143.50 101.50 88.75 180.50 141.67 112.00 91.00

90 158.33 147.00 104.00 97.00 184.67 148.00 118.40 98.50

a. Calculated from grouped data.


b. Multiple modes exist. The smallest value is shown
c. Percentiles are calculated from grouped data.
d. The lower bound of the first interval or the upper bound of the last interval is not known. Some percentiles are
undefined.

Uji Normalitas Data


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelompok N Percent N Percent N Percent

Hasil Pre Test TD Sistole Perlakuan 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%


Pre Post Post Test TD Sistole
15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
TD Perlakuan

Pre Test TD Diastole


15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Perlakuan

Post Test TD Diastole


15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Perlakuan

Pre Test TD Sistole Kontrol 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Post Test TD Sistole Kontrol 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Pre Test TD Diastole Kontrol 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Post Test TD Diastole Kontrol 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Descriptives

Std.
Kelompok Statistic Error

Hasil Pre Pre Test TD Sistole Perlakuan Mean 152.20 1.328


Post TD 95% Confidence Interval for Lower
149.35
Mean Bound

Upper
155.05
Bound

5% Trimmed Mean 152.39

Median 152.00

Variance 26.457

Std. Deviation 5.144

Minimum 142

Maximum 159

Range 17

Interquartile Range 8

Skewness -.413 .580

Kurtosis -.733 1.121

Post Test TD Sistole Perlakuan Mean 139.00 1.401


95% Confidence Interval for Lower
136.00
Mean Bound

Upper
142.00
Bound

5% Trimmed Mean 139.06

Median 140.00

Variance 29.429

Std. Deviation 5.425

Minimum 129

Maximum 148

Range 19

Interquartile Range 7

Skewness -.139 .580

Kurtosis -.329 1.121

Pre Test TD Diastole Perlakuan Mean 100.53 .816

95% Confidence Interval for Lower


98.78
Mean Bound

Upper
102.28
Bound

5% Trimmed Mean 100.20

Median 100.00

Variance 9.981

Std. Deviation 3.159

Minimum 97

Maximum 110

Range 13

Interquartile Range 2

Skewness 2.050 .580

Kurtosis 5.651 1.121

Post Test TD Diastole Perlakuan Mean 86.93 1.364

95% Confidence Interval for Lower


84.01
Mean Bound

Upper
89.86
Bound

5% Trimmed Mean 86.65

Median 87.00
Variance 27.924

Std. Deviation 5.284

Minimum 80

Maximum 99

Range 19

Interquartile Range 5

Skewness 1.136 .580

Kurtosis 1.299 1.121

Pre Test TD Sistole Kontrol Mean 170.95 2.284

95% Confidence Interval for Lower


166.17
Mean Bound

Upper
175.73
Bound

5% Trimmed Mean 170.78

Median 170.00

Variance 104.366

Std. Deviation 10.216

Minimum 155

Maximum 190

Range 35

Interquartile Range 17

Skewness .386 .512

Kurtosis -.713 .992

Post Test TD Sistole Kontrol Mean 132.55 2.311

95% Confidence Interval for Lower


127.71
Mean Bound

Upper
137.39
Bound

5% Trimmed Mean 132.28

Median 131.50

Variance 106.787

Std. Deviation 10.334

Minimum 120

Maximum 150

Range 30

Interquartile Range 18
Skewness .436 .512

Kurtosis -.919 .992

Pre Test TD Diastole Kontrol Mean 104.85 2.011

95% Confidence Interval for Lower


100.64
Mean Bound

Upper
109.06
Bound

5% Trimmed Mean 104.83

Median 100.00

Variance 80.871

Std. Deviation 8.993

Minimum 90

Maximum 120

Range 30

Interquartile Range 12

Skewness .302 .512

Kurtosis -.574 .992

Post Test TD Diastole Kontrol Mean 86.40 1.452

95% Confidence Interval for Lower


83.36
Mean Bound

Upper
89.44
Bound

5% Trimmed Mean 86.00

Median 85.00

Variance 42.147

Std. Deviation 6.492

Minimum 80

Maximum 100

Range 20

Interquartile Range 9

Skewness .992 .512

Kurtosis .069 .992

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Pre Test TD Sistole


.174 15 .200* .940 15 .378
Pre Perlakuan
Post TD Post Test TD Sistole
.167 15 .200* .955 15 .610
Perlakuan

Pre Test TD Diastole


.300 15 .111 .771 15 .008
Perlakuan

Post Test TD Diastole


.220 15 .049 .886 15 .058
Perlakuan

Pre Test TD Sistole Kontrol


.132 20 .200* .955 20 .450

Post Test TD Sistole Kontrol


.133 20 .200* .909 20 .061

Pre Test TD Diastole Kontrol


.255 20 .001 .901 20 .042

Post Test TD Diastole Kontrol


.175 20 .112 .855 20 .006

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

GET
FILE='C:\Users\ACER\Documents\Untitled1 wilcoxon.sav'.
DATASET NAME DataSet2 WINDOW=FRONT.
T-TEST PAIRS=Prepersis Preperdias Prekonsis Prekondias WITH
Pospersis Postperdias Postkonsis Postkondias (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Perlakuan TD Sistole 152.20 15 5.144 1.328

Post Perlakuan TD Sistole 139.00 15 5.425 1.401


Pair 2 Pre Perlakuan TD Diastole 100.53 15 3.159 .816
Post Perlakuan TD Diastole 86.93 15 5.284 1.364
Pair 3 Pre Kontrol TD Sistole 170.95 20 10.216 2.284
Post Kontrol TD Sistole 132.55 20 10.334 2.311
Pair 4 Pre Kontrol TD Diastole 104.85 20 8.993 2.011

Post Kontrol TD Diastole 86.40 20 6.492 1.452

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Perlakuan TD Sistole &


15 .274 .323
Post Perlakuan TD Sistole
Pair 2 Pre Perlakuan TD Diastole &
15 .323 .240
Post Perlakuan TD Diastole
Pair 3 Pre Kontrol TD Sistole &
20 .623 .003
Post Kontrol TD Sistole
Pair 4 Pre Kontrol TD Diastole &
20 .595 .006
Post Kontrol TD Diastole

Paired Samples Test


Paired Differences

95% Confidence

Std. Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Pre Perlakuan


TD Sistole - Post 13.20
6.372 1.645 9.671 16.729 8.023 14 .000
Perlakuan TD 0
Sistole
Pair 2 Pre Perlakuan
TD Diastole - 13.60
5.207 1.344 10.716 16.484 10.115 14 .000
Post Perlakuan 0
TD Diastole
Pair 3 Pre Kontrol TD
Sistole - Post 38.40
8.923 1.995 34.224 42.576 19.246 19 .000
Kontrol TD 0
Sistole
Pair 4 Pre Kontrol TD
Diastole - Post 18.45
7.316 1.636 15.026 21.874 11.278 19 .000
Kontrol TD 0
Diastole

Dokumentasi Kegiatan Informed Consend


Dokumentasi Kegiatan Metode Walking Exercise
Pemeriksaan Tekanan Darah Sebelum Kegiatan Metode Walking Exercise
Kegiatan Pemanasan
Kegiatan Metode Walking Exercise
Kegiatan Peregangan
Pemeriksaan Tekanan Darah Setelah Metode Walking Exercise
Dokumentasi Kegiatan Kelompok Kontrol

Anda mungkin juga menyukai